daun sirih merah (lagi)

26
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1 Berbagai macam bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, ivory, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigitiruan. Bahan basis harus bersifat biokompatibel, mudah didapat, relatif murah, sederhana dalam pemanipulasian dengan prosedur teknik yang mudah dikontrol, stabilitas warna yang baik, tingkat porositas yang rendah, mempunyai stabilitas dimensi yang baik, nontoksik, penyerapan air yang rendah, tahan terhadap daya mastikasi. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan bahan basis gigitiruan yang memiliki fungsi efektif dan estetis yang baik. 2,4,5 2.1.2 Persyaratan Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigitiruan adalah: 1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi 29,30-1 2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi 3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain: Universitas Sumatera Utara

Upload: noviheliantiaditya

Post on 20-Jan-2016

127 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

materi

TRANSCRIPT

Page 1: Daun Sirih Merah (Lagi)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan

lunak rongga mulut sekaligus sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan

sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi.1 Berbagai macam bahan telah

digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, ivory, keramik,

logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigitiruan.

Bahan basis harus bersifat biokompatibel, mudah didapat, relatif murah, sederhana

dalam pemanipulasian dengan prosedur teknik yang mudah dikontrol, stabilitas warna

yang baik, tingkat porositas yang rendah, mempunyai stabilitas dimensi yang baik,

nontoksik, penyerapan air yang rendah, tahan terhadap daya mastikasi. Hal ini

bertujuan untuk mengembangkan bahan basis gigitiruan yang memiliki fungsi efektif

dan estetis yang baik.

2,4,5

2.1.2 Persyaratan Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis

gigitiruan adalah:

1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi

29,30-1

2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi

3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Daun Sirih Merah (Lagi)

a. Modulus elastisitas tinggi

b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan secara

permanen jika menerima tekanan

c. Kekuatan transversal tinggi

d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah apabila

terjatuh

e. Kekuatan fatique tinggi

f. Abration resistance dan kekerasan yang baik

g. Konduktivitas termal yang baik

h. Density rendah: untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang atas 4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik

5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain:

a. Radiopak

b. Mudah dimanipulasi dan direparasi

c. Tidak mengalami perubahan dimensi

d. Mudah dibersihkan

Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang memenuhi

semua persyaratan diatas.

2.1.3 Klasifikasi

Bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu logam dan non logam.

3,30

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Daun Sirih Merah (Lagi)

2.1.3.1 Logam

Bahan logam yang digunakan sebagai basis gigitiruan pada umumnya berupa

aluminium kobalt, logam emas, aluminium, dan stainless steel. Walaupun bahan

logam mempunyai keuntungan seperti kekuatannya yang baik, stabil, resisten

terhadap abrasi, namun bahan logam masih mempunyai banyak kelemahan seperti

penyesuaian yang sulit pada gigi, tidak bisa di-reline, dan estetis yang kurang baik.

2.1.3.2 Non-Logam (plastik/resin)

Basis gigitiruan non logam biasanya dibuat dari bahan plastik/resin.

Berdasarkan sifat termalnya, bahan ini dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu

resin termoplastik dan termoset.

3,31

2.1.3.2.1 Termoplastik

Resin termoplastik merupakan resin yang dapat dilunakkan berulang kali,

dicetak pada suhu dan tekanan tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Resin

termoplastik dapat dileburkan, mengeras setelah dibentuk, dan larut dalam larutan

organik. Seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, polikarbonat, polysterene, termoplastik

akrilik, dan nilon merupakan contoh bahan termoplastik yang digunakan sebagai

basis gigitiruan.

3,32

2.1.3.2.2 Termoset

Termoset adalah bahan yang dalam pemrosesannya mengalami perubahan

kimia. Hasil akhirnya berbeda dari bahan awalnya. Setelah diproses, bahan ini tidak

dapat dilunakkan kembali kepada bentuk lain karena bahan ini hanya dapat dibentuk

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Daun Sirih Merah (Lagi)

sekali saja melalui pemanasan. Nama lain untuk termoset adalah thermohardening

polymer.32 Vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik merupakan contoh bahan

thermohardening yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan.

Pada tahun 1940-an, kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan resin

polimetil metakrilat (PMMA) atau resin akrilik. Resin akrilik murni tidak berwarna,

transparan dan padat. Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi,

polimer diwarnai untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Warna dan sifat

optik resin akrilik ini tetap stabil dibawah kondisi rongga mulut yang normal, dan

sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Salah satu

keuntungan resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan adalah relatif mudah dalam

pengerjaannya.

3

33

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik merupakan bahan basis gigitiruan yang paling banyak digunakan

saat ini.29 Resin akrilik adalah turunan dari etilen yang mengandung gugus vinil

dalam rumus strukturnya dan yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah ester dari

asam akrilik (CH2=CHCOOH) dan asam metakrilik (CH2=C(CH3)COOH) dimana

95% dari gigitiruan dibuat sampai saat ini dengan menggunakan resin akrilik. Resin

akrilik merupakan bahan pilihan karena memiliki estetis, sifat fisis dan mekanis yang

cukup baik, murah dan mudah dibuat dengan peralatan yang tidak mahal.

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan resin akrilik yang teraktivasi

dengan panas yang berasal dari energi termal dengan menggunakan perendaman air

atau oven gelombang mikro (microwave). Penggunaan energi termal akan

34-5

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Daun Sirih Merah (Lagi)

menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya radikal bebas.

Radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil proses inilah akan mengawali proses

polimerisasi.

2.2.1 Komposisi 1. Komposisi cairan :

Monomer : metil metakrilat

11,33,36-7

Cross-linking agent : etilen glikol dimetakrilat

Inhibitor : hidroquinon

2. Komposisi bubuk :

Polimer : poli metil metakrilat

11,36,38

Inisiator : benzoil peroksida ±0,5%

Pigmen : garam cadmium atau besi, atau zat warna organik

2.2.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet

dengan menggunakan teknik compression-molding. Perbandingan polimer dan

monomer biasanya 3:1 berdasarkan volume atau 2:1 berdasarkan berat.

Pada saat pencampuran, bahan akan melalui fase (stage) sebagai berikut :

37-9

a. Wet sand stage adalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai

pasir basah.

b. Sticky stage adalah tahap lengket berserat selama polimer larut dalam

monomer.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Daun Sirih Merah (Lagi)

c. Dough stage / gel stage adalah tahap lembut seperti adonan, sesuai untuk

diisi ke dalam mold.

d. Rubberry stage adalah tahap kaku, seperti karet.

Setelah pembuangan malam, adonan resin akrilik yang telah mencapai dough

stage dimasukkan ke dalam mold gips. Kuvet ditempatkan di bawah tekanan ke

dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin

akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan

menempatkan kuvet dalam waterbath dengan suhu konstan pada 700 C selama 90

menit dan dilanjutkan dengan perebusan pada suhu 1000

Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga

mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup

sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan

kuvet dan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah fraktur atau distorsi

gigitiruan. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik siap untuk diproses

akhir dan dipoles.

C selama 30 menit.

2.2.3 Sifat-sifat Fisis

Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan

atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri dari

ekspansi termal, massa jenis, porositas dan kekasaran permukaan.

a. Ekspansi termal

1

Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80

ppm/0C. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Daun Sirih Merah (Lagi)

tidak menimbulkan masalah secara umum, namun terdapat kemungkinan bahwa

anasir gigitiruan yang tersusun pada basis gigitiruan dapat menjadi longgar dan lepas

akibat perbedaan ekspansi dan kontraksi.

b. Massa Jenis

36

Resin akrilik memliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm3.

Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti

karbon, oksigen, dan hidrogen.

c. Porositas

1

Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat

mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung

terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh

penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah,

disertai dengan temperatur resin yang mencapai atau melebihi titik didih bahan

tersebut.

Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan

yang tidak tepat. Timbulnya porositas juga dapat diminimalkan dengan pengadukan

adonan resin akrilik hingga homogen, penggunaan perbandingan polimer dan

monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu

pengisian bahan ke dalam mold yang tepat.

d. Kekasaran permukaan

32

Kekasaran permukaan merupakan awal dari perlekatan sisa makanan yang

akan terjadi setelah pemakaian gigitiruan beberapa bulan.6 Gigitiruan dengan

permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan plak bakteri. Penemuan ini

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Daun Sirih Merah (Lagi)

juga telah dikonfirmasi oleh Radford dkk. (1998) dan Taylor dkk. (1998) yang

menemukan perlekatan mikroba lebih banyak terdapat pada permukaan yang kasar.

Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang dipertimbangkan ideal

oleh Quiynen dkk. (1990) dan Bollen dkk. (1997) adalah ± 0,2 µm atau kurang. Pada

resin akrilik, sedikit perbedaan dari 0,2 µm dapat diabaikan, hal ini disebabkan

karena resin akrilik mengandung monomer sisa yang memiliki efek sitotoksik

terhadap sejumlah bakteri sehingga dapat mengurangi perlekatan bakteri pada

permukaan resin akrilik.

7

7

2.2.4 Keuntungan

Keuntungan penggunaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas adalah sebagai berikut :

1. Harga relatif murah

1,40

2. Proses pembuatan mudah

3. Menggunakan perlekatan sederhana

4. Warna stabil

5. Mudah dipoles

2.2.5 Kerugian Kerugian penggunaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

adalah sebagai berikut :

1. Mudah fraktur

1,40-1

2. Tidak tahan abrasi

3. Daya penghantar panas rendah

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Daun Sirih Merah (Lagi)

2.3 Bahan Pembersih Gigitiruan 2.3.1 Pengertian Bahan pembersih gigitiruan dapat berupa krim, pasta, gel atau larutan yang

dibuat untuk membersihkan gigitiruan penuh atau gigitiruan sebagian lepasan.

Sebuah bahan pembersih gigitiruan yang efektif harus mempunyai kemampuan untuk

menghilangkan lapisan plak bakteri dan mencegahnya terbentuknya kembali serta

memiliki kemampuan untuk menghilangkan debris makanan, kalkulus, dan stain.

Bahan pembersih gigitiruan merupakan produk pembersih yang dijual di apotik dan

toko obat, aman apabila digunakan sesuai dengan instruksi pabrik.

42

2.3.2 Persyaratan Bahan pembersih gigitiruan yang ideal umumnya memiliki persyaratan

seperti tidak toksik, mempunyai kemampuan menghancurkan atau melarutkan

tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan, tidak merusak

bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan, tidak merusak pakaian

dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, stabil pada penyimpanan,

bersifat bakterisidal dan fungisidal.

1

2.3.3 Klasifikasi Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis atau gabungan

keduanya.

11-5

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Daun Sirih Merah (Lagi)

2.3.3.1 Mekanis

Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan

sikat dan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih

ultrasonik. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan yaitu mudah, murah dan

cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis basis gigitiruan dan

menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta

pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Sikat gigi biasa tidak desain untuk

membersihkan area-area sempit pada permukaan gigitiruan. Pasien disarankan untuk

menyikat gigitiruan dengan air dan sikat kecil yang lembut secara perlahan, teratur,

dan hati-hati agar dapat menjangkau semua basis gigitiruan.

2.3.3.2 Kemis

Pembersihan secara kemis dilakukan dengan merendam gigitiruan ke dalam

bahan kimia yang tersedia dalam bentuk bubuk dan tablet. Bahan pembersih kemis

dapat dibagi menjadi lima kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme

kerjanya, antara lain :

1. Effervesen Peroksida

11

Saat ini dikenal dengan nama alkalin peroksida. Alkalin peroksida merupakan

bahan pembersih yang bekerja cepat, mudah digunakan dan relatif efektif pada

gigitiruan yang tidak memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika

digunakan dengan benar dan teratur. Bahan pembersih alkalin peroksida umumnya

tersedia dalam 2 bentuk utama, yaitu bubuk dan tablet, dan pengunaan bahan

pmbersih ini ditambah dengan air.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Daun Sirih Merah (Lagi)

Effervesen peroksida terbagi antara lain : Fittydent (Fittydent International

GmbH), Steradent Original, Steradent Minty, Steradent Deep Clean Tablets,

Steradent Denture Cleansing Powder (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman Hull,

Inggris) ; Boots Effervescent Original, Boots Double Action, Boots Denture

Cleansing Powder (The Boots Company PLC, Notthingham, Inggris) ; Superdrug

Original Superdrug Minty, Super Drug Extra Strength Tablets (Suoerdrug Stores Plc,

Croydon, Surrey, Inggris) ; Super Efferdent Tablet (Warner Lambert Healthcare,

Eastleigh, Hampshire, Inggris)

2. Alkalin Hipoklorit

Alkalin hipoklorit merupakan bahan pembersih yang efektif dalam

menghilangkan plak dan mempunyai efek dalam mencegah pembentukan kalkulus.

Alkalin hipoklorit terbagi antara lain : Dentural (Martindale Pharmaceutical,

Romford, Essex, Inggris), Milton (Procter And Gambler Ltd, Egham, Surrey,

Inggris).

3. Asam

11-5

Bahan pembersih asam tersedia dalam bentuk cairan berserta sikat dalam

pembungkus plastik. Bahan asam memiliki keunggulan dapat menghilangkan stain

yang keras dan deposit kalkulus, tetapi dapat menyebabkan korosi pada basis

gigitiruan logam.

Bahan pembersih golongan asam terbagi antara lain : Denclen (Protector And

Gambler Ltd, Egham, Surrey, Inggris), Deepclean (Reckitt Dental Care, Reckitt And

Colman, Hull, Inggris.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Daun Sirih Merah (Lagi)

4. Desinfektan

Bahan pembersih ini dianjurkan sebagai perawatan tambahan pada gigitiruan

yang menyebabkan stomatitis. Gigitiruan disarankan direndam dalam klorheksidin

selama 15 menit dua kali sehari. Digunakan secara terus-menerus, sangat efektif

sebagai pembersih, namun dapat menyebabkan stain kecoklatan pada basis gigitiruan.

Bahan pembersih golongan klorheksidin memiliki contoh seperti : Chlorhexidin

(Smithkline Beecham Consumer Healthcare, Brrentford, Inggris).

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, serta untuk

membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme. Daun sirih merupakan

tanaman tradisional yang memiliki khasiat antiseptik dan desinfektan.

5. Enzim

Penggunaan enzim proteolitik dapat menghidrolisis protein plak gigitiruan

yaitu protein pelikel dan matriks interseluler sehingga susunan plak menjadi rusak

dan plak terlepas dari gigitiruan. Golongan enzim memiliki contoh : Polident (Glaxo

Smith Kline, Irlandia).

Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai

katalisator dan dikenal sebagai biokatalisator. Enzim berperan sebagai katalisator

yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis.43 Menurut

Muljohardjo (1984), dalam buah nanas terkandung suatu enzim proteolitik.43 Salah

satu enzim yang berperan penting adalah enzim bromelin yang merupakan suatu

enzim proteolitik yang mampu memecah protein saliva.

20,43

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Daun Sirih Merah (Lagi)

2.3.3.3 Gabungan Kemis dan Mekanis

Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat ultrasonik dengan

ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan

gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan

berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam

bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Namun penggunaan

alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk / tablet pembersih

pada air yang digunakan, untuk meningkatkan efektifitas pembersihan.

67

2.4 Nanas

Nanas (Ananas cosmosus L Merr) merupakan buah yang mempunyai

kandungan sangat kompleks, kaya akan mineral baik makro maupun mikro, zat

organik, air dan juga vitamin.20 Kandungan klor, iodium dan enzim bromelin pada

bonggol nanas mempunyai efek menekan pertumbuhan bakteri, sehingga nanas

diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai antiseptik.20,44 Dalam penelitian terdahulu,

didapatkan buah nanas dapat mengurangi pembentukan plak dan antifungi.

20,45-6

2.4.1 Gambaran Umum

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari nanas adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

47

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Farinosae (Bromeliales)

Famili : Bromiliaceae

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Daun Sirih Merah (Lagi)

Genus : Ananas

Spesies : Ananas cosmosus (L) Merr

Tanaman nanas berasal dari Amerika dan berkembang meluas ke seluruh

dunia yang beriklim tropis. Tanaman nanas berbentuk semak, batangnya mirip gada,

berukuran panjang 20-25 cm, beruas pendek, berfungsi untuk melekat akar, daun,

bunga, tunas, dan buah sehingga secara visual batang tersebut tidak tampak karena

disekelilingnya tertutup oleh daun. Daun nanas tumbuh memanjang sekitar 130-135

cm dan lebar antara 3-5 cm atau lebih, pinggirnya berduri. Bunga nanas tersusun

dalam tangkai yang terdiri dari 100-200 bunga. Kumpulan kuntum bunga akan

menghasilkan kumpulan buah kecil yang berjumlah 100-200 buah. Buah kecil

tersebut bergabung menjadi satu dan dihubungkan oleh batang tengah yang disebut

hati/bonggol.

24

2.4.2 Jenis-jenis Nanas Berdasarkan habitat tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis

golongan nanas di Indonesia, yaitu :

1. Nanas Cayenne

47

Nanas Cayenne berdaun halus, tidak berduri, dan berbuah besar.

2. Nanas Queen

Nanas Queen berdaun pendek, berduri tajam, dan buah lonjong mirip kerucut.

(Gambar 1)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Daun Sirih Merah (Lagi)

Gambar 1. Nanas Queen

3. Nanas Spanish

Nanas berdaun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, dan buah bulat

dengan mata datar.

4. Nanas Abacaxi

Nanas berdaun panjang berduri kasar, dan buah silindris atau seperti piramida.

2.4.3 Kandungan dan Kegunaan Nanas Nanas mengandung enzim bromelin yang dapat digunakan sebagai antiseptik

mulut, antifungi, antibakteri dan desinfektan.20,44-6 Enzim bromelin pada nanas telah

dikenal secara kemis sejak tahun 1876 sebagai tanaman obat tradisional oleh orang-

orang dari beberapa budaya tropis asli.46 Enzim bromelin merupakan salah satu enzim

protease sulfihidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau

polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino.19,48 Muniarti (2006)

melaporkan bahwa buah nanas yang masih hijau atau belum matang ternyata

mengandung enzim bromelin lebih sedikit dibanding buah nanas segar yang sudah

matang.48 Heinicke dan Gortner (1987) melaporkan bahwa konsentrasi enzim

bromelin pada bagian bonggol nanas lebih tinggi dibandingkan dengan daging

nanas.24-5

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Daun Sirih Merah (Lagi)

Enzim bromelin berperan seperti halnya rennin, papain dan fisin yang

mempunyai sifat menghidrolisa protein, menggumpalkan susu, membantu

melancarkan pencernaan, mencegah bercampurnya keping-keping darah,

mempercepat penyerapan antbiotik, mengurangi peradangan pada kasus artritis,

mempercepat penyembuhan luka, dan menekan jumlah koloni Candida albicans.49

Hidayah AN, Wijaya S, Sulistyaningsih (2000) melaporkan bahwa enzim bromelin

pada bonggol nanas dapat memecah ikatan glutamin-alanin dan arginin-alanin yang

merupakan asam-asam amino penyusun protein sehingga mengurangi pembentukan

plak pada gigitiruan resin akrilik yang merupakan tempat bagi Candida albicans.45

Rakhmanda AP (2008) melaporkan bahwa jus nanas (Ananas cosmosus L.merr)

mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans baik bacteriostatic

maupun bactericidal dan diketahui bahwa Streptococcus oral meningkatkan koloni

Candida albicans pada permukaan gigitiruan.20 Harmely F, Lucida H, Mukhtar MH

(2010) juga melaporkan bahwa bromelin kasar dari batang nanas (Ananas cosmosus

L.merr) efektif sebagai antiplak dalam pasta gigi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tokkong (1979) menyimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim bromelin adalah :

21

a. Kematangan buah

24,43

Pada buah nanas yang semakin matang, maka enzim bromelin dalam buah

tersebut menjadi kurang aktif. Gugus karboksil suatu asam amino dapat membentuk

ester dengan adanya alkohol. Enzim sebagai protein ikut terpakai dalam senyawa

tersebut, sehingga sebagian enzim akan rusak dan keaktifannya menjadi berkurang.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Daun Sirih Merah (Lagi)

b. Pengaruh suhu

Suhu optimum untuk enzim bromelin adalah 300

c. Pengaruh pH

C, bila diatas atau dibawah

maka keaktifannya akan menjadi lebih rendah. Pada suhu dibawah optimal energi

kinetik substrat maupun enzim cukup rendah, sehingga kemungkinan substrat dan

enzim bertemu dan bereaksi menjadi kecil dan kecepatan reaksi menjadi lebih rendah.

Pada suhu diatas optimal kemungkinan terjadi denaturasi protein, sehingga

menyebabkan perubahan struktur maupun aktivitas enzim.

Aktivitas enzim bromelin mencapai optimum pada pH 6,5, dan enzim

mempunyai komformasi yang baik dan aktivitas maksimum.

d. Pengaruh konsentrasi dan waktu

Kecepatan katalis enzim meningkat pada konsentrasi yang lebih tinggi dan

waktu yang lebih lama. Hal ini disebabkan adanya konsentrasi substrat efektif untuk

tiap mol enzim. Waktu yang lebih lama akan menyebabkan daya kerja enzim untuk

mengkatalis menjadi lebih lama dan akan menyebabkan hasil katalis yang banyak dan

bergantung pula dengan konsentrasi substrat yang ada.

2.5 Daun Sirih

Sirih merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai

antiseptik dan desinfektan.22-3 Bagian yang dipakai pada sirih adalah daunnya. Daun

sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas, menusuk hidung, dan tajam. Rasa

dan aroma yang khas tersebut diakibatkan oleh kavikol dan bethelphenol yang

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Daun Sirih Merah (Lagi)

terkandung dalam minyak atsiri. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol

dan beberapa derivatnya.

50-1

2.5.1 Gambaran Umum

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari sirih adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

51

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle

Nama binominal : Piper betle Linn

Sirih (Familia Piperaceae) merupakan tanaman yang banyak ditanam orang

Indonesia di halaman, memiliki batang berwarna hijau kecoklatan, permukaan kulit

kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodul/ruas yang besar tempat keluarnya akar.

Tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain, tinggi dapat mencapai

15 m. Sirih (Familia Piperaceae) memiliki daun tebal, tumbuh berseling, bertangkai,

daun berbentuk jantung dengan ujung daun meruncing, tepi rata dengan lebar 2-5

cm, panjang 1,5-6 cm, dan mengeluarkan bau aromatik.

52

2.5.2 Jenis-jenis Daun Sirih

Berdasarkan bentuk daun, rasa dan aromanya, sirih dibedakan menjadi

beberapa jenis :50

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Daun Sirih Merah (Lagi)

1. Daun Sirih Banda

Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning di beberapa

bagian, memiliki rasa dan aroma yang menusuk hidung.

2. Daun Sirih Cengkeh

Daun sirih cengkeh berdaun kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa

cengkeh.

3. Daun Sirih Hitam

Daun sirih hitam aromanya tajam, biasanya digunakan untuk campuran obat.

4. Daun Sirih Jawa

Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam. Daun sirih

ini merupakan jenis yang sering digunakan masyarakat untuk menyirih. (Gambar 2)

Gambar 2. Daun Sirih Jawa

2.5.3 Kandungan dan Kegunaan Daun Sirih

Daun sirih telah dikenal sebagai tanaman tradisional karena memiliki

kandungan antiplak, antioksidan, antiseptik, antijamur, dan antidiabetes.19,20,53 Dalam

daun sirih 100 gram terdapat kandungan: air 85,4 mg; protein 3,1 mg; karbohidrat 6,1

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Daun Sirih Merah (Lagi)

mg; serat 2,3 mg; yodium 3,4 mg; mineral 2,3 mg, kalsium 230 mg; Fosfor 40 mg;

besi ion 3,5 mg; karoten (vitamin A) 9600 iu; kalium nitrat 0,26-0,42 mg; tiamin 70

mg; riboflavin 30 mg; asam nikotinal 0,7 mg; vitamin C 5 mg; kanji 1,0-1,2%; gula

non reduksi 0,6-2,5%; gula reduksi 1,4-3,2%. Sedangkan minyak atsirinya terdiri dari

: alikatekol 2,7-4,6%; kadinen 6,7-9,1%; karvakol 2,2-4,8%; kariofilen 6,2-11,9%;

kavibetol 0,0-1,2%; sineol 3,6-6,2%; eugenol 26,8-42,5%; eugenol metil eter 26,8-

15,58%; pirokatekin; fenol; matanol; kavikol 5,1-8,2%.

Daun sirih mengandung senyawa aktif kavikol yang merupakan gabungan

antara gugus fenol, memberikan bau khas dan memiliki daya bunuh bakteri lima kali

lebih besar dari fenol.

54-5

50,54-6 Minyak atsiri pada daun sirih mengandung senyawa fenol

yang bersifat bakterisid dan apabila terjadi interaksi dengan dinding sel

mikroorganisme akan menyebabkan terjadinya denaturasi protein dan peningkatan

permeabilitas mikroorganisme. Interaksi antara mikroorganisme mengakibatkan

perubahan keseimbangan muatan dalam molekul protein, sehingga terjadi perubahan

struktur protein dan menyebabkan terjadinya koagulasi. Perubahan struktur protein

pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan

sel akan terhambat dan kemudian sel akan menjadi rusak. Metanol memiliki

kemampuan antimikroba terhadap bakteri gram positif dan negatif. Senyawa

kariofilen bersifat antiseptik dan anastetik lokal, sedangkan senyawa eugenol bersifat

analgesik topikal dan antiseptik.

Daun sirih memiliki kemampuan untuk mencegah proses terjadinya

pembentukan plak dari awal dengan bekerja terhadap bakteri plak, sehingga berperan

dalam menjaga kesehatan rongga mulut.

55-6

57

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Daun Sirih Merah (Lagi)

Mekanisme kerja sirih dalam mencegah terjadinya plak adalah dengan cara

:

1. Mengurangi kemampuan pelikel yang terbentuk pada permukaan gigi

untuk mengikat bakteri sehingga tidak terjadi pembentukan plak pada fase awal.

53,57

2. Mengurangi sifat hidrofobik permukaan sel bakteri yang sangat penting

dalam proses perlekatan bakteri.

Fathilah dan Rahim (2003) melaporkan bahwa konsentrasi minimal sirih

untuk bisa menghambat pertumbuhan bakteri (Minimal Inhibitory Concentrasion)

adalah 0,216-0,469gr/100 ml dan konsentrasi minimal sirih untuk bisa membunuh

bakteri (Minimal Bactericidal Concentration) adalah 0,521- 1,042 gr/100ml. Nalina

dan Rahim (2006) melaporkan bahwa ekstrak sirih dapat menghambat aktifitas

glucosyltansferase (GTF) yang dibutuhkan untuk pembentukan glukan bagi baketri

Streptococcus mutans yang menyebabkan karies gigi. 57 Praja HA (2009) melaporkan

bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas dalam rebusan daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.24

2.6 Candida albicans

2.6.1 Karakteristik Makroskopik

Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37ºC dalam kondisi aerob dan

anaerob.30,57 Koloni berwarna krem, agak mengkilat, dan halus. Pada kondisi anaerob

Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit

dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun

Candida albicans tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Daun Sirih Merah (Lagi)

tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu 37ºC. Pertumbuhan juga lebih

cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali.

57

2.6.2 Karakteristik Mikroskopik

Pada media Sabouraud’s Dextrose Agar, Candida albicans berbentuk bulat

atau oval yang biasa disebut dengan bentuk khamir dengan ukuran 3,5-6 x 6-10 µm.

Pada media cornmeal agar dapat membentuk klamidospora dan lebih mudah

dibedakan melalui bentuk pseudomycelium (bentuk filamen). Pada pseudomycelium

terdapat kumpulan blastospora yang bisa terdapat pada bagian terminal atau

intercalary.57

(Gambar 3)

Gambar 3. Candida albicans pada Media SDA

2.6.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel

Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia adalah

perlekatan (adhesi). Kemampuan melekat pada sel inang merupakan tahap penting

dalam kolonisasi dan penyerangan (invasi) ke sel inang. Bagian pertama dari Candida

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Daun Sirih Merah (Lagi)

albicans yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Dinding sel Candida

albicans terdiri dari enam lapisan dari luar ke dalam adalah fibrillar layer,

mannoprotein, β-glucan, β-glucan-chitin, mannoprotein dan membran plasma.

Perlekatan lapisan dinding sel dengan sel inang terjadi karena mekanisme kombinasi

spesifik (interaksi antara ligand dan reseptor) dan nonspesifik (kutub elektrostatik dan

ikatan van der walls) yang kemudian menyebabkan serangan Candida albicans ke

berbagai jenis permukaan jaringan (Cotter Dan Kavanagh, 2000).

Menurut Hosteter (1994) ada tiga macam interaksi yang mungkin terjadi

antara sel Candida dan sel epitel inang yaitu interaksi protein-protein, interaksi lectin-

like, dan interaksi yang belum diketahui. Interaksi protein-protein terjadi ketika

protein pada permukaan Candida albicans mengenali ligand protein atau peptida

pada sel epitelium atau endothelium. Interaksi lectin-like adalah interaksi ketika

protein pada permukaan Candida albicans mengenali karbohidrat pada sel epitelium

atau endothelium. Interaksi yang ketiga adalah ketika komponen Candida albicans

menyerang ligand permukaan epitelium atau endothelium tetapi komponen dan

mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Mekanisme perlekatan sendiri sangat

dipengaruhi oleh keadaan sel tempat dinding sel Candida albicans melekat (misalnya

sel epitelium), mekanisme invasi ke dalam mukosa dan sel epitelium serta reaksi

adhesi tertentu yang mempengaruhi kolonisasi dan patogenitas Candida albicans

(Kennedy, 1990).

58

Perlekatan dan kontak fisik antara Candida albicans dan sel inang selanjutnya

mengaktivasi mitogen activated protein kinase (Map-kinase). Protein kinase tersebut

merupakan bagian dari jalur integritas yang diaktivasi oleh stress pada dinding sel

58

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Daun Sirih Merah (Lagi)

(tempat Candida albicans dan sel inang melakukan kontak). Map-kinase juga

diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasif dan perkembangan biofilm (Kumamoto,

2005) pada tahap selanjutnya. Selain aktivasi Map-kinase pada Candida albicans,

dalam waktu yang hampir bersamaan terjadi pengaturan kembali aktin pada sel

inang.

Tahap setelah perlekatan adalah invasi. Penelitian tentang tahapan invasi Hifa

Candida albicans melakukan penetrasi ke dalam permukaan epitelium terutama pada

cell junction bersamaan dengan internalisasi sel khamir (Javatilake, et al., 2005).

Candida albicans memiliki pH optimal yaitu pH 5 sangat dekat dengan pH pada

vakuola endosom yang memungkinkan Candida albicans dapat bertahan bahkan

berkembang menjadi hifa (Jong et al., 2001). Pada ujung hifa yang terbentuk dan sisi

permulaan pembentukan chlamydospora mulai terdapat aktivitas phospholipase.

Invasi yang ditandai dengan kolonisasi dan pembentukan hifa infektif tersebut

dipercepat dengan keberadaan serum atau saliva dalam lingkungannya (Nikawa et al,

1997). Salah satu penanda invasi Candida albicans adalah perubahan khamir ke

dalam bentuk hifa (filamen). Perubahan bentuk khamir menjadi hifa sangat

dipengaruhi oleh lingkungan mikro sel inang yang terdeteksi oleh Candida albicans

selama proses invasi (Brown dan Gow, 1999).

58

Kemampuan untuk berubah morfologi merupakan faktor penting dalam

menentukan infeksi dan penyebaran Candida albicans pada jaringan inang.

Saccharomyces cerevisiae dan Candida albicans yang tidak patogen tidak dapat

membentuk hifa dan menginvasi sel endothelium sementara Candida albicans yang

patogen dapat membentuk germ tube dan hifa intraseluler (Jong et al., 2001). Bentuk

57-58

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Daun Sirih Merah (Lagi)

khamir membuat Candida albicans lebih mudah melakukan penyebaran daripada

bentuk hifa, sementara bentuk hifa memudahkan Candida albicans melakukan

penetrasi ke tubuh inang (Sherwood et al., 1992). Bentuk hifa terdiri dari bagian–

bagian yang dipisahkan oleh septa. Hifa Candida albicans mempunyai kepekaan

untuk menyentuh sehingga akan tumbuh sepanjang lekukan atau lubang yang ada di

sekitarnya (sifat thigmotropisme). Sifat ini yang mungkin membantu dalam proses

infiltrasi pada permukaan epitel selama invasi jaringan. Hifa juga bersifat aerotropik

dan dapat membentuk helix apabila mengenai permukaan yang keras. Kemampuan

pembentukan hifa juga berhubungan dengan resistensi. Isolat yang resisten tetap

dapat membentuk hifa dalam lingkungan yang mengandung antifungi sementara

isolat yang rentan tidak mampu membentuk hifa (Ha dan White, 1999).

59

2.7 Denture Stomatitis

2.7.1 Pengertian

Denture Stomatitis merupakan proses inflamasi dari mukosa rongga mulut,

terutama mukosa palatum dan gingiva, terjadi akibat kontak langsung dengan basis

gigitiruan lepasan. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan seperti eritema, dan

biasanya ditemukan pada kedua rahang, lebih sedikit pada mandibula. Prevalensi

berkisar antara 25-67%, lebih sering pada wanita, dan prevalensinya meningkat

sesuai dengan pertambahan umur.

9,60-1

2.7.2 Gambaran Klinis

Pada denture stomatitis terdapat eritema difus dan pembengkakan mukosa

pada permukaan mukosa yang berkontak dengan gigitiruan, ketika tanda dan gejala

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Daun Sirih Merah (Lagi)

timbul akan terjadi perdarahan mukosa, pembengkakan, rasa terbakar, halitosis,

perasaan tidak nyaman, dan mulut kering. Denture stomatitis berhubungan dengan

angular seilitis, atrofik glositis, kandidiasis pseudomembran akut dan kandidiasis

hiperplastik kronis.

Denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan klasifikasi

Newton, yaitu :

29,59,60

1. Tipe 1: tahap inisial berupa petechiae (bintik merah) yang terlokalisir atau

60-2

tersebar pada mukosa palatum yang berkontak dengan gigitiruan.

2. Tipe 2 : Terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah

mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan, tipe yang paling sering terjadi. (Gambar 4)

Gambar 4. Eritema Difus dan Edema Terbatas pada Daerah Mukosa Palatum yang Ditutupi Gigitiruan

3. Tipe 3 : Hiperplasia papila dengan eritema difus. (Gambar 5)

` Gambar 5. Hiperplasia Papila dengan Eritema Difus

Universitas Sumatera Utara