i
Skripsi
PENGAMATAN DARAH IKAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)
DENGAN PENAMBAHAN DOSIS ENZIM PAPAIN YANG BERBEDA
DALAM PAKAN TEPUNG KEONG MAS
Amirul mu`min 10594090715
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
PENGAMATAN DARAH IKAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)
DENGAN PENAMBAHAN DOSIS ENZIM PAPAIN YANG BERBEDA
DALAM PAKAN TEPUNG KEONG MAS
SKRIPSI
Amirul mu`min 10594090715
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Perikanan Pada Program Studi
Budidaya Perairan
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)
Dengan Penambahan Dosis Enzim Papain Yang Berbeda
Dalam Pakan Tepung Keong Mas
Nama Mahasiswa : Amirul Mu’min
Nomor Stambuk : 10594090715
Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
Makassar, 30 November 2020
Telah diperiksa dan disetujui oleh
Komisi Pembimbing:
Pembimbing I.
Pembimbing II.
Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd.
NIDN: 0926036803
Dr. Murni, S.Pi., M.Si.
NIDN: 0903037306
Dekan Fakultas Pertanian.
Ketua Program Studi budidaya
perairan
H. Burhanuddin, S.Pi., M.P.
NIDN: 0812066901
Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd.
NIDN: 0926036803
iv
Komisi Penguji
Judul Penelitian : Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)
Dengan Penambahan Dosis Enzim Papain Yang Berbeda
Dalam Pakan Tepung Keong Mas
Nama Mahasiswa : Amirul Mu’min
Nomor Stambuk : 10594090715
Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
SUSUNAN KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. (.....................)
Ketua Sidang
2. Dr. Murni, S.Pi., M.Si. (.....................)
Sekretaris
3. Nur Insana Salam, S.Pi.,M.Si. (.....................)
Anggota
4. Asni Anwar, S.Pi., M.Si. (.....................)
Anggota
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengamatan
Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) Dengan Penambahan Dosis Enzim
Papain Yang Berbeda Dalam Pakan Tepung Keong Mas” adalah benar-benar
merupakan hasil karya penulis sendiri yang belum diajukan oleh siapapun, bukan
merupakan pengambil alihan tulisan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut ke
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, 30 November 2020
Amirul Mu`min
vi
ABSTRAK
AMIRUL MU`MIN. 10594090715. Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates
Calcarifer) Dengan Penambahan Dosis Enzim Papain Yang Berbeda Dalam
Pakan Tepung Keong Mas
Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh makhluk ikan, fungsi darah
yaitu sebagai alat transport oksigen, karbondioksida, sari-sari makanan, maupun
hasil metabolisme. Darah membawa substansi dari tempatnya dibentuk ke semua
bagian tubuh dan menjaga tubuh untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik,
dengan melakukan pengamatan pada darah ikan dapat memperlihatkan adanya
gangguan pada tibuh ikan.
Tujuan penelitian ini untuk menentukan dosis optimal enzim papain terhadap
pakan tepunng keong mas pengaruhnya terhadap gambaran darah ikan kakap
putih (Lates Calcarifer). Sedangkan kegunaannya sebagai bahan informasi ilmiah
mengenai pemanfaatan enzim papain yang berasal dari batang pepaya untuk
meningkatkan kualitas pakan tepung keong mas yang diberikan pada ikan kakap
putih (Lates Calcarifer)
Penelitian ini dilaksanakan dua lokasi, uji sampel darah dilakukan di
lebaboratorium bertempat di BPBAP takalar Kecamatan Balisai Sulawesi selatan.
Proses pemeliharaan ikan kakap putih dilakukan dibalai perikanan instalasi
tambak percobaan (ITP) Punaga Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi selatan pada bulan Agustus sampai bulan september 2020.
Pakan pada perlakuan A tidak di tambahkan enzim papain. Sedangkan pakan pada
perlakuan yang lain diberi enzim bromelin dengan dosis larutan 15 ml/kg untuk
perlakuan B, 22,5 ml/kg untuk perlakuan C, dan 30 ml/kg untuk perlakuan D.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total nilai eritrosit, leukosit, hemoglobin
dan eritrosit tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan nilai masing masing
450.000 sel/mm3, 80.000 sel/mm3, 7 g/100ml, 25.5 %.
Kata Kunci: Enzim papain, Profil darah, ikan kakap putih (Lates Calcarifer)
vii
KATA PENGANTAR
Asusalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakat
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Pengamatan Darah Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)
Dengan Penambahan Dosisi Enzim Papain Yang Berbeda Dalam Pakan Tepung
Keong Mas” di Tambak Balai Budidaya Perikanan Air Payau BPBAP Punaga,
Takalar” tepat pada waktunya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi Persyaratan akademik untuk
memeperoleh gelar sarjana di Universitas Muhammadiya Makassar Fakultas
Pertanian, Program Studi Budidaya Perairan. Skripsi ini dapat penulis selesaikan
dengan bantuan dari beberapa pihak, Oleh karna itu penulis mengucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
ini iyalah.
1. Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya.
2. Terimakasih kepada Orang tua atas do’a dan dukungannya selama ini
3. Terimakasih kepada Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. selaku dosen
pembimbing I dan Ketua Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Terimakasih kepada Dr. Murni, S.Pi., M.Si selaku pembimbing II
viii
5. Terimakasih pada Bapak/Ibu dosen dan staf di lingkungan Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya Program
Studi Budidaya Perairan
6. Terimakasi pada Keluarga besar BPBAP punaga karna telah bersedia
menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan penelitian di tempat
ini dan membagi ilmu bersama penulis
7. Terimakasi pada sodara krisno sebagai sahabat sekaligus penasehat
lapangan
8. Trimakasih pada ayah handa dan ibunda krisno yang suda bersedia
menerima kami sebagai mahasiswa penelitian dan sahabat dari
kakanda krisnno
9. Terimakasi pada Hamdani dan hariyati sebagai Tim dan sahabat
selama penelititan .
10. Teimakasi juga pada Teman-teman, para tetangga dan tokoh masarakat
yang suda mendukung kami, menerima kami dengan lapang dada
ditegah-tengah wabah yang telah melanda negri tercinta ini.
Penulis menyadari Skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
Penulis mengharapkan dan menerima segala masukan dan saran yang sifatnya
membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
khususnya Penulis serta insan perikanan lainnya.
Makassar, 30 November 2020
Amirul mu’min
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iii
KOMISI PENGUJI .......................................................................................... iv
LEMBARAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2.Tujuan dan manfaaat ............................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
2.1. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Kakap putih (lates calcarifer) ......... 3
2.2. kebutuhan Ptrotein Pakan ikan kakap ................................................. 4
2.3. Pertumbuhan Ikan Kakap Putih .......................................................... 5
2.4. Kualitas Air ........................................................................................ 6
2.4.1. Derajat Keasaman (pH) ........................................................... 6
2.4.2. Salinitas .................................................................................. 6
2.4.3. Amoniak ................................................................................. 7
x
2.4.4. Suhu ........................................................................................ 7
2.5. Keong mas .......................................................................................... 8
2.6. Enzim Papain (Carica papaya L) ..................................................... 10
2.7. Peranan Enzim Papain pada Ikan ...................................................... 11
2.8. Pemanfaatan Papain pada Pakan Ikan ............................................... 11
2.9. Darah Ikan ......................................................................................... 12
2.9.1. Hemoglobin ........................................................................... 13
2.9.2. Hematokri .............................................................................. 14
2.9.3. Eritrosit .................................................................................. 15
2.9.4. Leukosit ................................................................................. 16
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 17
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................ 17
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 17
3.3. Pembuatan Tepung Keong Mas ........................................................ 18
3.4. Pembuatan Enzim Papain ................................................................. 18
3.5. Fermentasi Tepung Keong Mas dan Pembuatan Pakan .................... 19
3.6. Persiapan Wadah Dan Media Penelitian ........................................... 20
3.7. Hewan Uji ......................................................................................... 20
3.8. Prosedur Penelitian ........................................................................... 20
3.9. Rancangan Penelitian ........................................................................ 21
3.10. Variabel yang di Amati ................................................................... 21
3.10.1. Hemoglobin........................................................................... 21
3.10.2. Hematokrit ............................................................................ 21
xi
3.10.3. Eritrosit ................................................................................. 22
3.10.4. Leukosit................................................................................. 23
3.10.5. Pengukuran kualitas air ......................................................... 23
3.11. Analisis Data ................................................................................... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 24
4.1. Pengamatan Darah ........................................................................... 24
4.1.1. Total Eritrosit .......................................................................... 24
4.1.2. Total Leucosite........................................................................ 26
4.1.3. Kadar Hemoglobin .................................................................. 27
4.1.4. Kadar hematokrit .................................................................... 28
4.2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH) ...................................................... 30
4.3. Pengelolaan Kualitas Air .................................................................. 32
4.3.1. Derajat Keasaman (pH)........................................................... 33
4.3.2. Salinitas ................................................................................... 33
4.3.3. Amoniak .................................................................................. 34
4.3.4. Suhu ........................................................................................ 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 36
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 26
5.2. Saran ......................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37
LAMPIRAN ................................................................................................... 41
xii
DAFTAR TABEL
1. Hasil uji enzim dari batang papaya dengan kandungan protease,
amilase lipase ...........................................................................................19
2. Komposisi pakan ikan kakap putih ..........................................................20
5. Laporan Hasil Uji Laboratorium Darah Ikan Kakap Putih
Dengan Parameter Eritrosite, Leucosite, Hemoglobin, Dan
Hematokrit ...............................................................................................24
6. Laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang diberi pakan
keong mas terfermentasi enzim papain dengan konsentrasi
berbeda menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P<0.05) ......................30
7. Hasil Uji Kualitas Air dengan parameter pH, Salinitas, Amonial,
Suhu .........................................................................................................33
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Ikan Kakap Putih (lates calcarifer) .........................................................3
2. Keong Mas (Pomaceae canaliculata Lamarck) ......................................8
3. Grafik Pengamatan (Eritrosit) Ikan kakap putih ......................................25
4. Grafik Pengamatan (Leukosit) Darah Ikan Kakap Putih .........................26
5. Grafik Pengamatan (Hemoglobin) Darah Ikan Kakap Putih ...................27
6. Grafik Pengamatan (Hematokrit) Darah Ikan Kakap Putih .....................29
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rumus Laju Pertumbuhan (Gr) ...............................................................41
2. Uji anova LPH .........................................................................................43
3. Hasil Analisa Proksimat Pakan uji ..........................................................43
3. Dokumentasi Kegiatan ............................................................................45
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem peredaran darah mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai alat
transportasi oksigen, karbondioksida, sari sari makanan, maupun hasil
metabolisme. Darah membawa substansi dari tempatnya dibentuk menuju semua
bagaian tubuh dan menjaga tubuh untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik.
Eritrosit membawa oksigen, leukosit menjaga tubuh dari serangan patogen
sedangkan kombinasi trombosit dan faktor pembeku berperan menyambut
kebocoran pembuluh darah tanpa menghambat alirannya Fujaya, (2004).
Darah terdiri dari dua kelompok besar yaitu sel dan plasma, sel terdiri dari
sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsinya yang berbeda seperti
eritrosit, leukosit, limfosit, monosit, dan trombosit, sedangkan plasma iyalah
fibrinogen, ion-ion inorganik dan organik yang berfungsi membantu proses
metabolik Fujaya, (2004). Perubahan hematologi pada darah perifer dapat
menandakan sebagai indikator adanya infeksi dan kondisi tres pada ikan Espelid
et al. (1987).
Kondisi stres pada ikan dapat dipengaruhi oleh nutrisi pada pakan yang di
berikan. Pakan yang diberikan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
organisme mengingat salah satu fungsi darah sebagai alat transportasi oksigen,
karbon dioksida , sari sari makanan. Menurut sadinar, dkk (2013). Keong mas
mempunyai kandungan protein sekitar 57,67% sedangkan tepung ikan
mempunyai kadungan protein berkisar antara 60-70% dengan demikian keong
mas dapat dijadikan sebagai bahan alternatif pakan untuk mengurai atau
2
mengatikan tepung ikan dalam formulasi pakan, masi rendahnya nilai kecernaan
ikan tepung keong mas sehinga diperlukan enzim untuk mengurai protein yang
terkandung dalam pakan, dengan penambahan enzim papain pada tepung keong
mas diharapkan dapat menambah kecernaan pada ikan berdasarkan pengamatan
gambaran darah eritrosit, leukosit, hemoglobin, dan hematokrit pada ikan kakap
putih.
1.2. Tujuan Dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh pemberian pakan keong
mas terfermentasi larutan pepaya dengan dosis yang berbeda terhadap gambaran
darah ikan kakap putih.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pembudidaya khususnya dalam pemberian pakan tepung keong mas
terfermentasi larutan pepaya berdasarkan gambaran darah ikan kakap putih
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer)
Adapun klasifikasi ikan kakap putih adalah sebagai berikut Kunvankiji, et
al., (1986).
Filum : Chordate
Sub filum : Vetebrata
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Pencomorphi
Famili : Centropomidae
Genus : Lates
Spesies : Lates Calcarifer, Bloch
Gambar 1. Ikan kakap putih (Lates Calcarifer)
Morfologi ikan kakap putih dideskripsikan secara lengkap oleh
Tiensorume et al (1989) dalam Widiastuti et al (1999). Bentuk ikan kakap putih
adalah pipih dan ramping dengan badan memanjang dan ekor melebar, kepala
lancip dengan bagian atas cekung dan cembung didepan sirip punggung.
Mulutnya lebar, gigi halus dan bagian bawah operkulum mempunyai duri kecil
4
dengan cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi. Sirip punggung berjari-jari
keras berjumlah 7-9 dan 10-11 jari-jari lemah. Sirip dubur dan sirip ekor bulat,
sirip dubur berjari-jari keras berjumlah 3 dan berjari lemah berjumlah 7-8. Sirip
dada pendek dan membulat. Sisip ikan kakap putih bertipe sisik besar. Tubuh
berwarna keperakan untuk ikan hidup di laut dan Ikan dewasa berwarna biru
kehijauan atau ke abu-abuan pada bagian atas dan berwana keperakan bagaian
bawah.
2.2. Kebutuhan Protein Ikan Kakap Putih
Protein adalah salah satu nutrisi utama pakan ikan yang mempengaruhi
pertumbuhan ikan dengan menyediakan kebutuhan pokok dan asam amino
esensial untuk sintesis protein tubuh dan energi untuk pemeliharaan (SNI 7674:
2013). Protein biasanya dianggap sebagai pembatas nutrisi pada pertumbuhan
ikan. Semakin tinggi kandungan protein pada pakan semakin tinggi juga biaya
pakannya. Kekurangan protein menghasilkan pertumbuhan yang buruk, kelebihan
protein menyebabkan peningkatan ekstraksi amonia ke lingkungan sekitarnya dan
biaya pakan yang tinggi. Kebutuhan protein pakan pada ikan bervariasi tergantung
spesies, tahap pertubuhan, suhu, salinitas, dan faktor setres yang terkait dengan
budidaya Giri, N.A. dkk (2007). Pembesaran ikan kakap putih ditambak
mempunyai pertubuhan maksimal jika diberi pakan dengan protein sebanyak 38-
40%.
5
2.3. Pertumbuhan Ikan Kakap Putih
Pertumbuhan ikan dapat terjadi apa bila energi yang disimpan lebih besar
dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk beraktivitas, kemudian
persaingan yang terjadi seperti ruang gerak dan kemampuan mendapatkan
makanan berlangsung secara baik tanpa mengakibatkan ikan setres dan
terhambatnya pertumbuhan saat pemeliharaan berlangsung, Santoso (2015).
Hasil pertumbuhan panjang mutlak dengan dosis pakan yang diberikan 5%
mampu memanfaatkan jumlah pakan yang lebih baik untuk pertumbuhan dilihat
dari jumlah pakan yang lebih kecil dari perlakuan lainnya dan cenderung pasif
bergerak. Umumnya ikan memerlukan energi yang berasal dari pakan untuk
tumbuh, sedangkan jumlah pakan yang rendah akan menghambat pertumbuhan.
Menurut asma et al (2016), jumlah pemberian pakan yang sesuai dengan
kapasitas lambung dan kemampuan cerna untuk menghasilkan pertumbuhan beni
ikan yang optimal. Selanjutnya menurut Hardianti et al (2016), Menyatakan
bahwa pertumbuhan ikan dapat terganggu apabila kelebihan energi untuk gerak
dan protein yang berasil dari makanan yang telah digunakan oleh tubuh untuk
mengganti sel-sel yang rusak.
2.4. Kualitas Air
2.4.1. Derajat Keasaman (pH)
Parameter kualitas air derajat keasaman (pH) merupakan parameter
kualitas air yang cukup penting untuk organisme air terutama di bidang perikanan
dalam hal budidaya. pH air sangat mempengaruhi kualitas perairan Karena
berpengaruh terhadap kehidupan jasad renik. Perairan yang mempunyai pH
6
rendah akan tidak sangat produktif karena dapat membunuh biota budidaya. pH
yang renda akan mempengaruhi oksigen dalam air karena jika pH rendah maka
kandungan DO akan rendah pula Kordi, (2011). Pernyataan Yaqin et al. (2013),
yang menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk budaya ikan kakap putih berada
pada kisaran 7-8.
2.4.2. Salinitas.
Salinitas merupakan kadar garam terlarut dalam air. Nilai salinitas air
untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0-0,5 ppt, perairan payau biasanya
berkisar antara 0,5-30 ppt, salinitas air payau dan salinitas air laut lebih dari 30
ppt (Johnson, 2005 dalam hermawan 2015). Menur Patty. (2013), ada beberapa
faktor yang mempengaruhi salinitas diantaranya suhu dan cura hujan, suhu yang
tinggi dapat meningkatkan salinitas perairan dan cura hujan yang rendah
mengakibatkan salinitas rendah. Menurut Hardianti at al. (2016), salinitas yang
baik untuk air laut dalam budidaya keramba jaring apung adalah berada pada
kisaran salinitas 32-36 ppt.
2.4.3. Amoniak
Amoniak (NH3) merupakan senyawa yang bersifat merugikan apa bila
terdapat jumlah yang bayak. Sumber amoniak berasal dari kotoran ikan dan sisa-
sisa pakan yang mengendap didasar perairan. Menurut buku pedoman penetapan
baku mutu lingkungan yang dikeluarkan oleh Sekretariat menteri Negara
kependudukan dan lingkungan hidup (1998), ditetapkan bahwa kadar maksimal N
- NH3 dalam budidaya ikan air laut kadar NH3 sebagai N yang diperbolehkan
adalah 1,0 mg/1 atau kurang.
7
2.4.3. suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan penting yang dapat
mempengaruhi produksi dalam usaha budidaya perikanan. Air akan mengatur
pengendalian suhu tubuh organisme (Boyd 2015) dan pada umumnya ikan sensitif
terhadap perubahan suhu air (Chin 2006; Parker 2012). Berbagai aktifitas penting
biota air seperti pernapasan, konsumsi pakan, pertumbuhan dan reproduksi akan
dipengaruhi oleh suhu perairan Bolorunduro dan Apdullah (1996).
Nilai kisaran suhu perairan selama penelitian 22-30 oC tergolong baik
untuk budi daya perikanan, Aurel et al. (2015). Menurut Bolorunduro &
Apdullah (1996). Suhu perairan pada kisaran 24-32 oC sangat sesuai untuk
budidaya ikan. Boyd dan Lichtkopler (1979) menguatkan pendapat tersebut
dengan menyatak pertumbuhan ikan bagus pada suhu peraitran 25-32 oC.
2.5. Keong Mas
Gambar 2. keong emas (Pomacea canaliculata Lamarck)
Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan hewan lunak dari
division Mollusca, kelas gastropodo yang berarti jalan dengan perut, ordo
8
pulmonata, famili pomaceatidae, genus pomacea, spesies pomacea canalicuata
lamarck. Keong mas dapat bertahan hidup antara 2 sampai 6 bulan dengan
fertilitas yang tinggi. Cangkangnya berwarna coklat muda, dagingnya berwarna
putih susu sampai merah keemasan atau oranye Anoniim, (2012).
Keong mas atau dikenal golden apples snail (GAS) sering dianggap
sebagai salah satu penyebab kegagalan panen padi. Mollusca jenis hidup
diperairan jernih, aliran airnya lambat, drainase tidak baik dan tidak cepat kering,
bersubstrat lumpur dengan tumbuhan air yang melimpah. Keong mas mampu
bertahan hidup sampai 6 bulan pada air yang memiliki pH 5-8, dan suhu diantar
18-28 0C. keong mas akan makan, bergerak, dan tumbuh, lebih cepat pada suhu
yang tinggi. Pada suhu yang rendah keong mas akan masuk dalam lumpur dan
menjadi tidak aktif pada suhu diatas 32 0C hewan ini memiliki mortalitas yang
lebih tinggi Anoniim, (2013).
Keong mas merupakan hewan mollusca yang siklus hidupnya pendek
bereproduksi cepat karena bersifat hemafrodit. Keong mas cukup potensial
sebagai sumber protein pakan. Kandungan nutrisi pada keong mas yaitu protein
kasar 10,45 %,, lemak 0,37%, abu 1,74% dan serat kasar 0,6 % Firdaus dan
Muchlis Z.A. (2005).
Golden snail atau lebih dikenal dengan keong mas pomacael canaliculata
dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pakan ikan karena
tersedia banyak di alam, bahkan bagi sebagian masarakat keong mas dianggap
sebagai hama, bukan merupakan bahan pangan utama bagi manusia serta memiliki
nilai gizi tinggi, keong mas merupakan sumber protein pakan yang potensial
9
karena kandungan potensialnya menyamai tepung ikan. Firdaus dan Muchlis Z.A.
(2005).
Keong mas memiliki ciri morfologi hampir sama dengan keong sawa.
Cangkang berbentuk bulat mengerucut, berwarna kuning keemasan, diameter 1,2-
1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm dan berat 4,2-15,8 gram. Keong mas berkembang biak
dengan telur. Seekor keong mas betina mampu bertelur hingga 500 butir dalam
seminggu.
Firdaus dan Muchlis Z.A. (2005). Membandingkan asam amino esensial
daging ikan dengan asam amino daging keong mas yang mempunyai esensial
amino acid index (EAAI) sekitar 0,84. Efensiensi pakan pada budidaya perikanan
tergantung dari kesamaan profil asam amino pakan dengan ikan yang diberi pakan
tersebut.
2.6. Enzim Papain carica papaya L
Enzim merupakan biokatalisator yang diproduksi oleh sel dan telah banyak
dimanfaatkan dalam bidang industri. Sebagai biokatalisator, enzim dapat
mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi terhadap industri yang
menggunakan enzim. 59% enzim yang digunakan adalah protease, salah satunya
adalah papain Oktapiana Vina. (2015). Kemampuan papain untuk memecah
molekul protein membuatnya menjadi produk yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia baik di rumah tangga maupun di industri. Papain dapat kita
peroleh dari getah buah pepaya, baik dalam buah, batang, dan daunya, namun
yang paling banyak menghasilkan enzim terdapat pada buah dan batang pepaya.
Menurut Indriani Angraini , A dan Yunianta (2015). Batang dan buah pepaya
10
mudah mengandung enzim yang berlimpah. Senyawa terdapat dalam enzim
papaya antara lain lebih dari 50 asam amino diantaranya asam aspartam, treonin,
serine, asam glutamat, prolin, glisia alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin,
fenilalanin, histidian, iysin, arginin tritophan, dan sistein, selain itu getah juga
mengandung suatu enzim pemecah protein atau yang disebut papain. Papain juga
bersifat anti bakteri karena dapat memecah protein bakteri papain juga
mengandung 1,2% sulfat yang berfungsi mengobati penyakit yang sering
disebabkan oleh bakteri gram positif yang hidup pada lingkungan pH antara 2,6-
10 dengan pH optimum 6,8-8,2. Erminat Pakki dkk. (2009).
2.7. Peranan Enzim Papain Pada Ikan.
Saat ikan masi berada pada stadium beni, produksi enzim endogennya
masi sangat minim. Kondisi ini mengakibatkan pemecah protein tidak sempurna
dan daya cerna protein menjadi rendah. Padahal fungsi utama endogen adalah
kunci untuk menghidrolisis pakan sehingga nutrisi pakan dapat diserap oleh
tubuh. Oleh karena itu mulai digunakan pakan yang mengandung enzim untuk
membantu kinerja dari enzim endogen. Nugraha (2019).
2.8. Pemanfaatan Papain Pada Pakan Ikan
Papain memeliki kemampuan mengurai protein dengan cepat. Enzim
protease yang terkandung didalamnya mampu menghidrolisi protein menjadi
unsur-unsur yang lebih sederhana pakan yang telah ditambahkan enzim papain
dapat dicerna dan sirap dengan optimal oleh tubuh ikan sebagai asupan dari luar
tubuh ikan, papain termasuk dalam enzim eksogen ini akan membantu mengurai
11
atau hidrolisis protein pakan dalam tubuh ikan. Penambahan eksogen papain pada
pakan ikan meningkatkan aktivitas perombakan protein dalam usus sehingga
penyerapan asam amino lebih sempurna. Hal ini berakibat pada bertambahnya
tingkat kecernaan pakan, yang selanjutnya dimanfaatkan tubuh untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan. Penambahan enzim dalam pakan lebih dapat
meningkatkan kualitas pakan. Hal ini didukung oleh Reed (1975).
Penambahan enzim papain dalam pakan ikan nila meningkatkan efisiensi
pemanfaatan pakan menunjukan perbandingan antara bobot tubuh yang dihasilkan
dan jumlah yang diberikan. Sari, W.A.P. (2012)
2.9. Darah Ikan
Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh mahkluk hidup. Darah
mengangkut oksigen, hormon, nutrien, dan hasil buangan. Darah merupakan salah
satu parameter untuk melihat kelainan yang terdapat pada ikan. Baik itu karena
penyakit ataupun karena keadaan lingkungan. Sehingga dengan mengetahui
kondisi gambaran darah ikan dapat mengetahui kondisi kesehatan suatu
organisme. Wells (2005).
Parameter darah yang dapat memperlihatkan adanya gangguan iyalah nilai
hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah
leukosit (sel darah putih) Lagles et al. (1977). Studi hemoglobin merupakan
kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan (Nabib R. Pasaribu
FH. 1989). Penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan
produksi ikan. Penyebab penyakit dapat dibagi dua kelompok yaitu non infeksi
12
(setres, intoksikasi, defisiensi, nutrisi) dan infeksi (virus, bakteri, cendawan,
cacing dan protozoa).
Sistem peredaran darah mempunyai banyak fungsi sebagai alat
transportasi oksigen, karbon dioksida, sari sari makanan, maupun hasil
metabolisme. Darah membawa substansi dari tempatnya dibentuk ke semua
bagian tubuh dan menjaga tubuh untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik.
Eritrosit (sel darah merah) membawa oksigen, leukosit (sel darah putih) menjaga
tubuh dari serangan patogen sedangkan kombinasi dari faktor pembeku berperan
menyumbat kebocoran pembuluh darah tanpa menghambat alirannya. Marthen
PDJ. (2005).
Darah terdiri dari duakelompok besar yaitu sel darah dan plasma. Sel
terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang berbeda
seperti eritrosit, limfosit, monosit dan trombosit. Sedangkan komponen plasma
adalah fibrinogen. Ion-ion inorganik dan organik yang berfungsi membantu dalam
proses metabolisme. Marthen PDJ (2005).
Kurniawan, W. (2008). Menyatakan bahwa perubahan hematologi pada
darah perifer dapat digunakan sebagai indikator adanya infeksi dan kondisi stres
pada ikan adanya penurunan jumlah limfosit yang berkorelasi dengan peningkatan
seutrofil setelah channel catfish diinjeksi dengan dosis fisiologis cortisol.
2.9.1. Hemoglobin
Hemoglobin merupakan salah satu jenis protein yang terdapat didalam
darah yang memiliki zat besi tinggi. Hemoglobin mampu menggabungkan antara
oksigen dengan oksigen lainnya yang kemudian membentuk oxihemoglobin
13
didalam darah hal inilah yang kemudian darah bias membawa oksigen dan
mendistribusikannya keseluruhan tubuh. Hemoglobin merupakan molekul darah
yang terdiri dari zat hemoglobin (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa, beta
dan delta) yang berada didalam sel darah merah sebagai pengangkut oksigen.
Fungsi sel darah merah adalah sebagai media pengangkut oksigen dan yang lebih
berperan lanjut adalah zat hemoglobin. Moyle dan cech (1998) dalam Vantin
(2008).
Lagler et al. (1977) dalam Setiawati (2017) mengatakan bahwa jumlah
hemoglobin umumnya berbanding lurus dengan jumlah eritrosit. Rendahnya
konsentrasi hemoglobin menunjukan terjadinya anemia dalam tubuh ikan. Ikan
yang memiliki amonia memiliki konsentrasi hemoglobin yang rendah akibat
penurunan jumlah eritrosit. Hardi et al. (2011) melaporkan kadar hemoglobin
dalam darah berkaitan dengan osmolalitas plasma darah. Royaan (2014)
mengemukakan bahwa rendahnya kadar hemoglobin berdampak pada jumlah
oksigen yang rendah didalam darah. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh
Listiyanti (2011) dalam matofani (2013), yang menyatakan bahwa kadar
hemoglobin setelah uji tantang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena
terjadinya penurunan jumlah eritrosit.
2.9.2. Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit (sel darah merah)
dalam darah ikan. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai
salah satu patokan untuk menentukan keadaan kesehatan ikan. Menurut Royan
dkk. (2014) nilai hematokrit normal pada ikan nila berkisar antara 22.00-27,67%.
14
Nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukan terjadinya anemia. Kadar
hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin,
ukuran tubuh dan masa pemijahan. Marthen PDJ. (2005).
Perhitungan nilai hematokrit dan kadar hemoglobin mencerminkan
oksigen yang membawa daya muat dalam darah. Nilai yang rendah dapat
disebabkan karena kerusakan insang atau osmoregulasi yang cacat. Sementara
nilai yang tinggi menunjukkan naiknya permintaan oksigen atau tekanan yang
akut. Dewi. (2012). Apabila ikan terkena infeksi atau setres, nafsu makan ikan
akan menurun dan nilai hematokrit darah akan menurun. Pada kasus seperti
anemia mikrositik, jumlah dan ukuran sel darah merah berkurang, sehingga nilai
hematokrit juga rendah. Nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin
ukuran tubuh dan masa pemijahan. Jawab dkk. (2004).
2.9.3. Erirtrosit
Erirtrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak jumlahnya.
Inti sel eritrosit terletak sentral dengan sitoplasma akan terlihat jernih kebiruan
dengan pewarnaan Giemsa. Dopongtonung A. (2008). Menurut Fujaya. (2004),
jumlah eritrosit pada masing-masing spesies ikan berbeda, tergantung dari
aktifitas ikan tersebut.
Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut Hb dan berperan membawa
oksigen dari insang atau paru-paru kejaringan, selain transportasi Hb, eritrosit
juga mengandung asam karbonat dalam jumlah besar yang berfungsi
mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan air sehingga darah dapat
mentranspor karbondioksida dari jaringan menuju insang. Menurut Hartika dkk.
15
(2014), jumlah eritrosit normal pada ikan nila berkisar antara 20.000 – 3.000.000
sel/mm3.
Faktor yang mempengaruhi nilai eritrosit ikan antara lain umur, jenis
kelamin, lingkungan, nutrisi, dan kondisi kekurangan oksigen. Yanto dkk. (2015).
Jumlah eritrosit dipegaruhi oleh suhu air. Suhu yang tinggi akan menyebabkan
penurunan jumlah eritrosit. Selain itu jumlah eritrosit juga dipengaruhi oleh
penyakit dan setres. Ikan yang terkena penyakit atau napsu makannya menurun.
Maka nilai hematokrit darahnya mengakibatkan tidak normal dan diikuti dengan
jumlah eritrosit yang juga rendah. Bastiwan dkk. (1995). Rendahnya jumlah
eritrosit merupakan indicator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah
eritrosit mengindikasikan bahwa ikan salam keadaan setres. Wedemeyer dan
yasutake. (1977).
2.8.4. Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang membentuk komponen darah. Sel
darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit
infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak
berwarna memiliki inti. Dapat bergerak secara amoeboid dan dapat menebus
dinding kapiler. Menurut Sansoko (2001) jumlah leukosit normal pada ikan
berkisar antara 20.000/150.000 sel/mm3
Jumlah leukosit yang masi dalam angka normal tersebut menunjukan
bahwa proses hematopoiesis masih berlangsung pada ikan walaupun suda terpapar
timbal klorida. Jumlah leukosit pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
jenis atau spesies, umur dan aktivitas otot. Salasia. (2001). Menurut Sasongko .
16
(2001) leukosit akan menurun jika ikan dalam kondisi setres, contohnya stres
panas. Leukosit akan meningkat saat ikan akan terinfeksi sebagai bentuk respons
imunitas tubuh dalam melawan mikro organisme. Alamanda IE dkk. (2007),
menyatakan perubahan kondisi lingkungan perairan, perubahan kualitas air dan
kekurangan pakan alami dapat menyebabkan penurunan jumlah leukosit pada ikan
sehingga menyebabkan penurunan produksi antibodi, ketahanan tubuh menurun
dan mudah terserang penyakit.
17
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tagal 25 agustus 2020 sampai pada tagal
25 september 2020, uji sampel darah dilakukan di laboratorium bertempat di
BPBAP takalar Kecamatan Balisai Sulawesi selatan. Proses pemeliharaan ikan
kakap putih dilakukan di balai perikanan, instalasi tambak percobaan (ITP)
Punaga, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah baskom dengan volume air
30 liter digunakan sebagai wadah penelitian, Penggaris untuk mengukur panjang
ikan, timbangan digital untuk mengukur berat ikan, panci untuk merebus keong
mas, pisau untuk memotong keong mas, blender untuk menghaluskan keong mas,
termometer digunakan untuk mengukur suhu, alat mengukur pH, repraktometer
untuk mengukur Salinitas, digunakan untuk memberi label pada wadah penelitian,
spidol pulpen dan buku digunakan sebagai alat tulis, perangkat aerasi, suntik
untuk mengambil darah ikan, alat dan bahan yang digunakan di laboratorium
mikroskop, micro slide, mikrokapiler, mikro tabung, dan HB-meter,
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan kakap putih,
garam dapur, kapur sirih, enzim papain, keong mas, air laut, dan cairan HCI.
3.3. Pembuatan Tepung Keong Mas
18
Pembuatan tepung keong mas di awali dengan mengumpulkan keong mas
yang berada di sawah lalu dicuci hingga bersih, langka selanjutnya dilakukan
perendaman pada keong mas dengan tambahan garam sebanyak 250 gram lalu
didiamkan selama 15 menit kemudian dicuci lagi hinga bersih. Tahap selanjutnya
keong mas direbus dalam panci dengan suhu 600C dan ditambahkan garam dapur
sebanyak 5 sendok makan dan kapur siri sebanyak 3 sendok makan. Setelah 20
menit direbus keong mas segerah dilepaskan dari cangkangnya, untuk proses
pelepasan keong mas dari cangkangnya Digunakan benda tajam yang runcing
untuk menarik keluar keong mas dari cangkangnya, keong mas yang berhasil
dikeluarkan dari cangkangnya akan dipisahkan dari kotorannya dan dibuang
bagian yang tidak diperlukan, selanjutnya daging keong mas di cuci hinga bersih
kemudian di iris perkecil menggunakan pisau. Daging keong mas yang telah di
iris dijemur selama 3 hari, Daging keong mas yang telah mengering diolah
dijadikan tepung keong mas.
3.4. Pembuatan Enzim Papain
Pembuatan enzim papain diawali dengan mengambil batang pepaya dari
perkebunan sekitar wilayah makassar. Batang pepaya diambil sepanjang 30 cm
dari pangkal batang, kemudian batang pepaya diparut. Setelah diparut, batang
pepaya tersebut diperas menggunakan ayakan. Lalu tahap selanjutnya dilakukan
sentrifuge, kemudian dilakukan analisis aktifitas enzim guna untuk menentukan
enzim protease, lipase, dan amilase pada enzim papain. Adapun hasil uji enzim
batang papaya yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil uji enzim dari batang papaya dengan kandungan protease,
amilase lipase
19
Kode
Enzim (μ/ml/menit)
Protease Amilase Lipase
Batang Pepaya 0,707 0,466 0,251
3.5. Fermentasi Tepung Keong Mas dan Pembuatan Pakan
Tepung keong mas ditimbang sesuai perlakuan, kemudian ditambahkan
enzim papain sebanyak 15 ml untuk perlakuan B, 22,5 ml untuk perlakuan C, dan
30 ml untuk perlakuan D. Selanjutnya dimasukkan dalam wadah plastik klip dan
difermentasikan selama 1 minggu secara anaerob. Selanjutnya disimpan dalam
box dengan tujuan agar suhu ruangan tetap sama. Setelah proses inkubasi selesai,
disimpan dalam freezer untuk menghentikan kerja enzim, kemudian tahap
selanjutnya tepung keong mas yang telah difermentasi diformulasikan dengan
bahan pakan lainnya kemudian dicetakkan pakan. Adapun formulasi pakan yang
digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Komposisi pakan ikan kakap putih
No. Bahan Pakan Formulasi Bahan Pakan
1. Tepung Ikan 25 %
2. Dedak Halus 14 %
3. Kedelai 15 %
4. Tepung Jagung 13 %
5. Tepung Keong Mas 20 %
6. Tepung Terigu 11 %
7. Minyak Ikan 1 %
8. Vitamin A 1 %
Jumlah 100 %
3.6. Persiapan Wadah Dan Media Penelitian
20
Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah baskom plastik dengan
volume 30 liter sebanyak 4 buah, setiap wadah di isi air sebanyak 25 liter dengan
padat tebar 10 ekor setiap baskomnya. Setiap baskom diberi satu selang aerasi dan
batu aerasi yang terhubung dengan instalasi aerasi untuk meningkatkan kadar
oksigen terlarut dalam media pemeliharaan.
3.7. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan kakap
putih yang berukuran 10-11 cm. yang diperoleh dari Balai Perikanan Budidaya
Air Payau (BPBAP) Takalar Kecamatan Balisai Sulawesi selatan.
3.8. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan diawali dengan pengambilan
darah ikan kakap putih untuk diuji laboratorium sebagai data awal dan selanjutnya
mempersiapkan wadah dan media, mempersiapkan beni dan pakan, dalam proses
pemeliharaan diberi pakan tiga kali sehari secara adlibitum. Pengukuran kualitas
air dilakukan setiap hari yah itu di pagi hari pukul 06-00 dan sore hari pukul 17-
00. Pergantian air dilakukan setiap pagi pukul 05-00, setelah pemeliharaan selama
30 hari ikan dibawah di laboratorium uji balai perikanan budidaya air payau
takalar untuk diambil sampel darahnya mengunakan suntik, parameter yang uji
iyalah eritrosit, leukosit, hemoglobin dan hematokrit.
3.9. Rancangan Penelitian
21
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif terdiri dari 4 perlakuan dengan Susunan Perlakuan Dalam
penelitian ini sebagai berikut:
A: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 0 ml / kg pakan
B: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 15 ml / kg pakan
C: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 22,5 ml / kg pakan
D: Tepung Keong Mas Konsentrasi enzim 30 ml / kg pakan
3.10. Variabel yang diamati
3.10.1. Hemoglobin
Prosedur perhitungan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengacu pada
metode Salhi. Pertama, darah sampel dihisap dengan menggunakan jarum suntik
lalu disalin pada pipet hingga skala 20 mm3 atau pada skala 0,2 ml. lalu ujung
pipet dibersikan dengan kertas tisu. Kemudian, darah dalam pipet dipindahkan ke
dalam tabung Hb meter yang telah diisi HCI 0,1 N hingga skala 10 (merah).
Setelah itu, darah tersebut lalu diaduk dengan batang pengaduk selama 3 hingga 5
menit. Setalah itu, akuades ditambahkan ke dalam tabung tersebut hingga warna
darah tersebut berubah seperti warna larutan standar warna yang ada didalam Hb
meter. Kadar hemoglobin dinyatakan dalam g%.
3.10.2. Hematokrit
Kadar hematokrit diukur menurut Anderson dan Swicki. (1993). Pertama,
darah diambil sebanyak 2/3 bagian tabung. Ujung tabung yang telah berisi darah
ditutup dengan crytoceal dengan cara menancapkan ujung tabung tersebut ke
dalam crytoseal kira-kira sedalam 1 mm sehingga terbentuk crytoseal. Setelah itu,
22
tabung mikro hemtokrit tersebut disentrifuge 5 menit dengan kecepatan 5.000 rpm
dengan posisi tabung yang bervolume sama berhadapan agar putaran centrifuge
seimbang. Panjang bagian darah yang mengendap (a) dan panjang total volume
darah yang terdapat didalam tabung (b) diukur dengan menggunakan penggaris.
Kadar hematokrit dinyatakan sebagai % volume padatan sel darah.
3.10.3. Eritrosit
Prosedur perhitungan jumlah eritrosit diukur menurut Blaxhall dan Daisley
(1973), pertama darah dihisap dengan jarum suntik lalu disalin pada pipet yang
berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 1 (pipet untuk mengukur jumlah
sel darah merah), lalu tambahkan larutan hayem’s sampai skala 101, pengadukan
darah didalam pipet dilakukan dengan mengayunkan tangan yang memegang
pipet seperti membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah
tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet dibuang. Selanjutnya
tetesan pada haemocytometer tipe neubauer dan tutup dengan gelas penutup.
Kemudian, hitung jumlah sel darah merah dengan bantuan mikroskop dengan
pembesaran 400 x. Menurut Blaxhall dan Daisley (1973) total eritrosit dihitung
dengan rumus.
∑ eritrosit = Rataan Sel eritrosit terhitung x pengencer
volume
3.10.4. Leukosit
23
Prosedur perhitungan jumlah leukosit diukur menurut Blaxhall dan
Daisley (1973), pertama darah sampel dihisap dengan pipet yang berisi bulir
pengaduk berwarna putih sampai skala 0,5. Lalu, tambahkan larutan Turk’s
sampai skala 11, pipet digoyang membentuk angka 8 (sama dengan pengadukan
untuk penghitungan jumlah sel darah merah) selama 3-5 menit sehingga darah
bercampur rata. Setelah itu, dua tetes pertama larutan darah dari dalam pipet
dibuang, kemudian teteskan larutan pada haemocytometer, setelah itu ditutup
dengan gelas penutup. Cairan akan memenuhi ruang hitung secara kapiler. Jumlah
sel darah putih atau leukosit total dihitung dengan bantuan mikroskop dengan
perbesaran 400 X. Jumlah leukosit total dihitung dengan cara menghitung sel
yang terdapat dalam 4 kotak kecil. total leukosit dihitung dengan rumus.
∑ leukosit = Rataan Sel leukosit terhitung x pengencer
volume
3.10.5. Pengukuran kualitas air
Pengukuran kualitas air dilakukan sebagai data penunjang pada penelitian
ini. Parameter kualitas air yang diukur antara lain suhu, pH, salinitas, dan
Amoniak
3.11. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif berdasarkan gambaran
darah ikan kakap putih dengan parameter leukosit, eritrosit, hemoglobin dan
hematokrit, dari tiap sampel diambil dari dari setiap perlakuan dan dibandingkan
dengan perlakuan lainya.
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan (Tabel 5) bahwa penambahan enzim papain
pada pakan tepung keong mas memberikan hasil yang berbeda disetiap parameter
dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan yang diberikan konsentrasi enzim 30
ml/kg pakan memberikan hasil gambaran darah ikan kakap putih terbaik
dibandingkan dengan perlakuan yang lain untuk setiap parameternya.
Tabel 3. Laporan Hasil Uji Laboratorium. Darah Ikan Kakap Putih Dengan
Parameteri Eritrosit, Leukosit, Hemoglobin, dan Hematokrit
Parameter Satuan
Uji
awal
Uji akhir (Perlakuan dan Konsentrasi enzim)
A
0 ml/kg
B
15 ml/kg
C
22,5ml/kg
D
30 ml/kg
Total Eritrosit Sel/mL 4,2 x 105 2,7 x 105 3,9 x 105 4,4 x 105 4,5 x 105
Total Leukosit Sel/mL 3,0 x 104 1,6 x 104 2,7 x 104 5,7 x 104 8,0 x 104
Kadar Hemoglobin g/100mL 6 6 6 6,5 7
Nilai Hematokrit % 25 21,5 22,5 25 25,5
4.1. Pengamatan Darah
4.1.1. Total Eritrosit
Dari hasil pengamatan pada tabel 2 dapat dinyatakan bahwa, total eritrosit
tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim 30 ml/kg pakan,
yaitu 450.000 sel/mm³, diikuti oleh Perlakuan C dengan konsentrasi enzim 22,5
ml/kg pakan adalah, 440.000 sel/mm³, perlakuan B, konsentrasi enzim 15 ml/kg
dengan total eritrosit 390.000 sel/mm³. Total eritrosit terendah terdapat pada
perlakuan A yaitu sebagai kontrol dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg adalah
270.000 sel/mm³.
25
Gambar 3. Grafik Pengamatan (Eritrosit) darah ikan kakap putih
Pemberian pakan tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain pada
ikan kakap putih diketahui adanya perubahan peningkatan pada nilai eritrosit, hal
tersebut menggambarkan bahwa pakan yang difermentasi enzim papain mampu
meningkatkan nilai eritrosit disetiap perlakuannya dapat dilihat pada pada gambar
3 yang menunjukkan tingginya nilai eritrosit darah ikan kakap putih yang diberi
perlakuan penambahan konsentrasi enzim pada pakan dibandingkan dengan
perlakuan kontrol yang tidak menggunakan enzim pada pakan.
Meningkatnya nilai eritrosit yang dipengaruhi fermentasi enzim papain
dalam pakan tepung keong disetiap perlakuan masih dalam kisaran normal atau
bagus. Menurut Hartika dkk. (2014), jumlah eritrosit normal pada ikan nila
bekisar antara 20.000 – 3.000.000 sel/mm3. Rendahnya jumlah eritrosit
merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah eritrosit
mengindikasi bahwa ikan dalam keadaan setres.
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
450000
500000
A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)
Tota
l erir
osi
t (s
el/
mL
)
Perlakuan
26
4.1.2. Total Leukosit
Hasil pengamatan total leukosit ikan kakap putih tertinggi setelah
penambahan enzim dalam pakan terdapat pada perlakuan D dengan Konsentrasi
enzim 30 ml/kg sebanyak 80.000 sel/mm3. Kemudian diikuti oleh perlakuan C
dengan konsentrasi enzim 22,5 ml/kg yaitu sebanyak 57.000 sel/mm3, dan nilai
total leukosit pada perlakuan B dengan konsentrasi Enzim 15 ml/kg sebanyak
27.000 sel/mm3. nilai total leukosit terendah terdapat pada perlakuan A dengan
konsentrasi enzim 0 ml/kg adalah 16.000 sel/mm3.
Gambar 4. Grafik Pengamatan (Leukosit) darah ikan kakap putih
. penambahan enzim papain pada pakan tepung keong mas dapat
mempengaruhi leukosit pada ikan kakap putih, hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah leukosit pada ikan kakap putih disetiap perlakuan, leukosit
tertingi terdapat pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim 30 ml/kg pakan
sebanyak 80.000 sel/mm3, sedangkan nilai leukosit terendah terdapat pada
perlakuan A dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg pakan 16.000 sel/mm3. Menurut
Sasongko (2001) jumlah leukosit normal pada ikan bekisar antara 20.000/150.000
sel/mm3.
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)Tota
l L
eu
kosi
t (s
el/
mL
)
Perlakuan
27
Menurunnya jumlah leukosit pada perlakuan A diduga karena pakan
tepung keong mas yang diberikan tidak terfermentasi enzim papain. Kondisi ini
mengakibatkan pemecahan protein tidak sempurna dan daya cerna protein rendah
sehingga ikan kekurangan energi untuk bergerak sehinga aktifitas otot ikan
berkurang dan menyebabkan penurunan produksi kekebalan tubuh pada ikan,
sedangkan fungsi utama pengunaan enzim dalam pakan adalah mampu
menghidrolisis protein ke bentuk yang lebih sederhana dan mampu mengurai
protein dengan cepat. Penambahan enzim dalam pakan lebih dapat meningkatkan
kualitas pakan. Hal ini didukung oleh Reed (1975).
4.1.3. Kadar Hemoglobin
Hasil pengamatan pada kadar hemoglobin tertinggi terdapat pada
perlakuan D dengan konsentrasi Enzim 30 ml/kg yaitu 7 g/%, diikuti oleh
perlakuan C dengan konsentrasi Enzim 22,5 ml/kg adalah 6,5 g/%, sedangkan
kadar hemoglobin terendah terdapat pada perlakuan A dan B yaitu sebesar 6 g/%
dengan konsentrasi enzim A 0 ml/kg dan B 15 ml/kg.
Gambar 5. Grafik Pengamatan (Hemoglobin) darah ikan kakap putih
5.4
5.6
5.8
6
6.2
6.4
6.6
6.8
7
7.2
A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)
Kad
ar
Hem
oglo
bin
(g/1
00
mL
)
Perlakuan
28
Jumlah hemoglobin dari semua perlakuan berkisar antara 6-7 g/%. Nilai
hemoglobin yang didapatkan dengan pemberian pakan yang difermentasi enzim
papain masi tergolong bagus, hal ini sesuai dengan pernyataan (Anderson dan
Siwicki (1993) diacu dalam Sasongko (2001). Yang menyatakan bahwa nilai
hemoglobin pada ikan berkisaran normal yaitu 6-7 g/%.
Rendanya nail hemoglobin pada perlakuan A dan B disebabkan rendahnya
nilai eritrosit, hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawati (2017) menyatakan
bahwa jumlah hemoglobin umumnya berbanding lurus dengan jumlah eritrosit.
Rendahnya konsentrasi hemoglobin menunjukkan terjadinya anemia dalam tubuh
ikan. Ikan yang menderita anemia memiliki konsentrasi hemoglobin yang rendah
akibat penurunan jumlah eritrosit. Hardi et al. (2011) melaporkan kadar
hemoglobin dalam darah berkaitan dengan osmolaritas plasma darah. Royan
(2014) mengemukakan bahwa rendahnya kadar hemoglobin berdampak pada
jumlah oksigen yang rendah didalam darah.
4.1.4. Kadar hematokrit.
Nilai kadar hematokrit ikan kakap putih tertinggi setelah penambahan
enzim papain dalam pakan terdapat pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim
30 ml/kg sebesar 25,5 g/%, kemudian diikuti oleh perlakuan C dengan konsentrasi
enzim 22.5 ml/kg yaitu sebesar 25,0 g/% dan nilai hematokrit pada perlakuan B
dengan konsentrasi enzim 15 ml/kg pakan adalah 22,5 g/%. Sedangkan nilai
hematokrit terendah terdapat pada perlakuan A dengan konsentrasi enzim 0 ml/kg
adalah 21,5 g/%.
29
Gambar 6. Grafik Pengamatan (Hematokrit) darah ikan kakap putih.
Dari data pengamatan darah ikan kakap putih telah diketahui bahwa kadar
hematokrit yang normal terdapat pada perlakuan B, C, dan D, sedangkan A
tergolong renda hal ini sesuai dengan pernyataan Royan dkk. (2014) yang
menyatakan nilai hematokrit normal pada ikan nila bekisar antara 22,00 % - 27,67
%. nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukan terjadinya anemia.
Kadar hematokrit ini bervariasi berpengaruh pada faktor nutrisi, umur
ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan. Marthen PDJ. (2005).
Dalam kasus penelitian ini terjadinya penurunan nilai hematokrit pada ikan kakap
putih diduga karena tidak adanya fermentasi enzim papain dalam pakan, diketahui
bahwa fermentasi enzim papain berbeda disetiap perlakuan, perlakuan A dengan
konsentrasi enzim 0 ml/kg pakan mendapatkan nilai hematokrit terenda yah itu
sebesar 21,5 g/%, sedangkan pada perlakuan D dengan konsentrasi enzim 30
ml/kg pakan mendapatkan nilai eritrosit tertinggi yah itu sebesar 25.5 g/%. Pakan
yang telah ditambahkan enzim papain dapat dicerna dan diserap dengan optimal
oleh tubuh ikan penambahan enzim dalam pakan lebih dapat meningkatkan
kualitas pakan, Reed (1975).
19
20
21
22
23
24
25
26
A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)
NIl
ai
Hem
ato
kri
t
(%)
Perlakuan
30
4.2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Hasil analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang
diberi pakan dengan penambahan tepung keong mas terfermentasi enzim papain
selama penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan kakap putih rata-rata
selama 30 hari pemeliharaan bervariasi dan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu pemeliharaan untuk semua perlakuan. Perhitungan laju
pertumbuhan harian ikan kakap putih terdapat pada lampiran 2 menunjukkan
bahwa pakan perlakuan ikan kakap putih yang diberikan tidak berbeda nyata
karena F hitung > F tabel 0,05 dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan yang
menunjukkan perlakuan D dengan dosis enzim papain 30 ml memberikan hasil
yang diberi tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain dengan dosis 22,5
ml (perlakuan C), dosis enzim papain 15 ml (Perlakuan B) dan perlakuan A
(kontrol). Hasil analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian disajikan pada
gambar 7.
Gambar 7. Laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang diberi pakan keong
mas terfermentasi enzim papain dengan konsentrasi berbeda
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P<0.05)
0
1
2
3
4
5
6
A (kontrol) B (15 ml) C (22,5 ml) D (30 ml)laju
per
tum
bu
han
hari
an
(%h
ari
)
Pertumbuhan
31
Pemberian tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain pada ikan
kakap putih melalui pakan diketahui adanya peningkatan pertumbuhan hal
tersebut menggambarkan bahwa pakan yang diberikan mampu dimanfaatkan
dalam proses pertumbuhan, hal tersebut dapat dilihat pada pada Gambar 7 yang
menunjukkan tingginya nilai laju pertumbuhan harian ikan kakap putih yang
diberi perlakuan dibandingkan dengan tanpa perlakuan (Kontrol). Pemberian
tepung keong mas yang terfermentasi enzim papain dalam pakan mampu
meningkatkan laju pertumbuhan harian ikan kakap putih, nilai terendah didapat
pada perlakuan A (kontrol) sebesar 3.46 %/hari, sedangkan peningkatan laju
pertumbuhan harian tertinggi diperoleh pada perlakuan D (30 ml) yaitu sebesar
5,21 %/hari. Peningkatan laju pertumbuhan harian tersebut diduga karena karena
tepung keong mas terfermentasi enzim papain yang ditambahkan ke dalam pakan
memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga menghasilkan pertumbuhan
yang baik karena protein merupakan nutrien terbesar untuk tubuh ikan. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat kordi (2011) yang menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ikan kakap adalah kandungan protein yang
terdapat pada pakan karena protein memiliki fungsi membentuk jaringan baru dan
menggantikan jaringan yang rusak.
Selain itu Penambahan enzim papain yang merupakan enzim protease
sebagai enzim eksogen ke dalam pakan mampu meningkatkan hidrolisis protein
dari tepung keong mas. sehingga kandungan protein tersebut lebih sederhana
seperti peptida hingga asam amino dan mudah diserap dan dicerna oleh ikan, yang
akan berakibat pada tingkat kecernaan pakan yang semakin meningkat. Dengan
32
tingginya tingkat kecernaan pakan dapat meningkatkan tingkat penyerapan asam
amino ke dalam tubuh untuk pertumbuhan. Syahputra et. al.2015 menyatakan
bahwa penggunaan enzim papain pada pakan mampu meningkatkan tingkat
kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih lele dumbo (Clarias gariepinus)
dengan dosis terbaik 2.5%. sehingga dengan kombinasi tepung keong mas yang
terfermentasi enzim papain yang di substitusi ke dalam pakan sangat baik dalam
meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan kakap putih.
Tingginya laju pertumbuhan harian pada perlakuan D dibanding perlakuan
lainnya diduga karena kandungan protein yang terdapat dalam tepung keong mas
yaitu sekitar 47,55% dimanfaatkan secara efisien ditambah dengan adanya
penambahan enzim papain saat proses fermentasi dengan dosis 30 ml, Semakin
banyak protein yang dapat terhidrolisis ke bentuk asam amino, maka semakin
banyak pula jumlah asam amino yang dapat diserap dan digunakan oleh ikan
kakap putih untuk pertumbuhan (Muchtadi, 1989).
Sedangkan pada Perlakuan A (kontrol) memberikan hasil terendah
dibandingkan perlakuan lain sebab pada perlakuan A diduga bahwa tidak
terdapatnya enzim papain sebagai enzim eksogen dalam pakan yang dapat
membantu mempercepat proses hidrolisis protein, sehingga hanya sedikit protein
yang dipecah ke bentuk asam amino dan semakin sedikit asam amino yang
diserap oleh tubuh.
33
4.3. Pengelolaan Kualitas Air
Saat pelaksanaan kegiatan penelitian ini, pengolahan kualitas air yang
dilakukan selama satu bulan. Kualitas air yang diukur yaitu pH, salinitas,
amoniak, dan suhu. Selain melakukan pengukuran kualitas air, saat pelaksanaan
Magang juga melakuan pergantian airnya setiap hari dengan cara membuka
saluran pembuangan airnya setelah diberi pakan, hal ini bertujuan untuk menjaga
kualitas airnya
Tabel 7. Hasil uji kualitas air dengan parameter ph, salinitas, amoniak,
suhu
Parameter Satuan
Perlakuan
Hasil yang baik
menut para ahli A B C D
pH - 7,4-7,7 7,4-7,7 7,4-7,7 7,4-7,7 7,0-8,9
Salinitas Ppt 36 36 36 36 30-36
Amoniak mg/L 0,6425 0,8509 0.8153 0,9495 0.006-1,0
Suhu °C 24-27 24-27 24-27 24-27 24-32
4.3.1. Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran pH dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore, tabel diatas
(tabel 3 menunjukan bahwa pada perlakuan A,B,C dan, D didapatkan nilai pH
yang sama yah itu minimum 7,4 dan pH nilai maksimum 7,7, nilai pH yang
didapat pada penelitian ini masih tergolong baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Yaqin et al. (2013), yang menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya
ikan kakap putih berada pada kisaran 7-8.
34
4.3.2. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam terlarut dalam air. perairan payau biasanya
berkisar antara 0,5–30 ppt dan salinitas perairan laut lebih dari 30 ppt. Menurut
Patty (2013). Pengukuran salinitas dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada
pukul 06.00 dan sore hari pada pukul 17-00. Tabel diatas (Tabel 3) menunjukan
bahwa pada perlakuan A, B, C dan, D didapatkan nilai salinitas yah itu 36 ppt.
Menurut Hardianti et al., (2016) pada umumnya ikan kakap putih hidup di laut
dengan salinitas yang tingi yah itu 35-36 ppt namun dalam budidaya air payau,
ikan kakap putih mampu mentolerir salinitas berkisaran 30-33 ppt. Dalam
penelitian ini nilai salinitas yang didapatkan cukup bagus karena sesuai dengan
habitatnya pada umumnya yah itu air laut.
4.3.3. Amoniak
Amoniak (NH3) merupakan senyawa yang bersifat merugikan apabila
terdapat dalam jumlah yang banyak. Sumber amoniak berasal dari kotoran ikan,
dan sisa pakan yang mengendap didasar perairan. Pengukuran amoniak dilakukan
dua kali yaitu sebelum diberi pakan dan sebelum pergantian Air, dapat dilihat
pada tabel di atas (Tabel 3) yang menunjukan bahwa pada Petak A, B, C dan,D,
didapatkan nilai minimum amoniak 0.006 mg/L dan nilai amoniak maksimum
untuk perlakuan A sebesar 0.6425 mg/L, perlakuan B didapatkan nilai minimum
amoniak 0.8509 mg/L, perlakuan C didapatkan nilai maksimum amoniak 0,8153
dan petak D didapatkan nilai amoniak 0,9495.
35
Jumlah amoniak yang ditemukan dalam penelitian masi dapat ditolerir oleh
ikan kakap putih, menurut buku Pedoman Penetapan Baku Mutu lingkungan yang
dikeluarkan oleh sekretariat menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup
(1988), ditetapkan bahwa nilai maksimum N–NH3 di bidang budidaya ikan air
tawar adalah 0,016 mg/1. Sedangkan untuk budidaya ikan air laut NH3 sebagai N
yang tergolong baik adalah 1,0 mg/1 atau kurang.
4.3.4. Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi Berbagai aktivitas penting biota air seperti pernapasan, konsumsi
pakan, pertumbuhan, dan reproduksi. Boyd (2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap budidaya pembesaran ikan
kakap putih didapatkan nilai suhu yah itu 24-27 0C pada perlakuan A,B,C dan D.
hasil tergolong bagus, sesuai dengan pernyataan Bolorunduro dan Abdullah
(1996) yang mengatan bahwa suhu perairan pada kisaran 24-32 sangat baik
untuk pertumbuhan ikan budidaya.
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, penelitian ini dapat di simpulkan bahwa
penambahan enzim papain dengan dosis konsentrasi enzim 30 ml / kg pakan
mendapatkan hasil yang lebih baik karena dapat meningkatkan kadar eritrosit
sebanyak 450.000 sel/mm3, leukosit sebanyak 80.000, hemoglobin sebanyak 7
g/% dan hematokrit sebanyak 25.6 %. Sedangkan yang terendah terdapat paa
perlakuan A (kontrol) tanpa menggunakan enzim mendapatkan nilai total eritrosit
sebesar 270.000 sel/mm3, total leukosit sebesar 16.000 sel/mm3, kadar
hemoglobin sebanyak 6 g/100ml, dan nilai hematokrit sebanyak 21.5 %.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian ini, dengan pemberian enzim papain pada pakan
tepung keong mas mampu meningkatkan jumlah leukosit, diharapkan untuk
kedepannya dapat dilakukan uji tantang bakteri terhadap ikan kakap putih dengan
menggunakan formula pakan yang di fermentasi enzim papain sebagai bentuk dari
lanjutan penelitian ini.
37
DAFTAR PUSTAKA
Alamanda IE, Noor SH dan Agung B. 2007. Penggunaan Metode Hematologi Dan
Pengamatan Endoparasit Darah Untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele
Dumbo (Clarias Gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen
Boyolali. Biodiversitas. Volume 8, nomor 1, halaman : 34-38
Anderson, D. P. dan Siwicki A. K. 1993. Basic hematology and serology for fish
health. Symposium on Diseases Asia Aquaculture “Aquatic Animal Health
and The Environment” 25-29 October 1993. Phuket, Thailand
Anggraini, A. dan Yunianta. 2015. Pengaruh suhu dan hidrolisis enzim papain
terhadap sifat kimia, fisik organoleptik sari edamame. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. Vol 3 (3): 1015-1025.
Anonim, 2012b. Diktat Aneka Ternak Keong Emas. http://rohmatfapertanian.
wordpress.com /2012/08/06/diktat-aneka-ternak-16-keong-mas. Tanggal
akses 10 Oktober 2013.
Anonim, 2013. Pomacea canaliculata (golden apple snail). CAB International
2013. http://www.cabi.org/isc/?compid = 5&dsid = 68490&loadmodule =
datasheet&page=481&site=144. Tanggal akses 10 Desember 2013.
Asma, N., Muchlisin, Z.A., Hasri, I., 2016. pengaruh Pertumbuhan dengan
Kelangsungan Hidup Ikan (Osteochilus Vittatus) terhadap Ransum Yang
Berbeda. Jurnal Ilmia Kelautan dan Perikanan Unsyiah 1(1): 1-11.
Bastiawan, D., M. Taukhid, Alifudin dan T.S. Dermawati. 1995. Perubahan
hematologi ikan lele (Clarias gariepinus) yang di infeksi cendawa
Aphanomyces sp. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 1(2):106-115.
Blaxhall, P. C. dan Daisley K. W. 1973. Routine haematological methods for use
fish blood. Journal Fish Biology 5: 577-581.
Budidaya (BLUPPB). Perpustakaan Universitas Airlangga Karawang. Jawa Barat
Dewi, N.K. 2012. Biomarker Pada Ikan Sebagai Alat Monitoring Pence maran
Logam Berat Kadmium, Timbal dan Merkuri di Perairan Kaligarang
Semarang. Thesis. Universitas Diponegoro
Espelid, S., Hjelmeland K., dan Jorgensen T. 1987. The Spesificity of atlantic
salmon antibodies made against the fish pathogen Vibrio salmonicida
establishing the surface protein VS-P1 as the dominating antigen.
Developmental and Comparative Imunology 11: 529-537
Ermina Pakki, Syaharuddin Kasim, Muzakkir Rewa, dan Sony. 2009. uji aktivitas
anti bakteri enzim papain dalam sediaan krim terhadap staphylococcus
aureus. Karangan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar,
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No. 1 – (ISSN : 1410-7031).
38
Firdus dan Muchlisin Z.A. (2005). Pemanfaatan Keong Mas (Pomacea
canaliculata) sebagai Pakan Alternatif untuk Budidaya Ikan Kerapu
Lumpur (Epinephelus tauvina). ENVIRO. 5 (1) 64-66, Maret 2005, ISSN:
1411-4402.
Fuady, M. F., M. N. Supardjo dan Haeruddin. 2013. Pengaruh Pengelolaan
Kualitas Air terhadap Tingkat kelangsungan hidup dan Laju Pertumbuhan
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Di PT. Indokor Bangun Desa,
Yogyakarta. Diponegoro Journal Of Maquares. 2 (4): 155-162.
Fujaya Y. 2004. Fisiologi ikan. Penerbit Rineka Cipta. 179 hal.
Giri, N.A, Suwirya, K, Pithasari, A.I. 2007. Pengaruh Kandungan Protein Pakan
untuk Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Benih Ikan Kakap Merah (Lutjanus
argentimalatus). Jurnal Perikanan. Vol IX(1): 55- 62
Hardianti, Q., Rusliadi., Mulyadi. 2016. Effect Of Feeding Made and Different
Composition On Growth and Survival Seeds Of Barramundi (Lates
calcarifer , Bloch ). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 9 (1): 1-10
Hartika, R., Mustahal, A.N. Putra. 2014. Gambaran darah ikan nila
(Oreochromisniloticus) dengan penambahan dosis probiotik yang berbeda
dalam pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4(4):259-267.
Hutabarat, J., D, Rachmawati., Samidjan, I. (2016). Pengaruh Enzim Protease
Papain dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Net Protein
Ultilization Benih Ikan Lele Sangkuriang yang Dibudidaya Di Desa
Wonosari, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Pena Akuatika. Vol 14
(1), 25-35.
Jawad, L.A., M.A. Al-Mukhtar and H.K. Ahmed. 2004. therelationship between
haematocrit and biological parameters of the indian shad,
Tenualosailisha(Family Clupeidae). Anim. BiodConserv. 27(2):47-52.
Kordi, 2011. Budidaya Ikan Laut. Rineka Cipta, Jakarta
Kungvankij, P.B.J. Pudadera, JR., L.B.Tiro, JR., I.O. Potestas. 1986. Biology and
Culture of Sea Bass (Lates calcarifer bloch). NACA Training Manual Series
No 3.70p.Kordi, K. M. Ghufran.2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kurniawan, W. (2008) Hubungan Kadar Pb dalam Darah Dengan Profil Darah
pada Mekanik Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak. Semarang: Program
Pasca-sarjana Universitas Diponegoro.
Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino DRM. 1977. Ichthyology. John
Willey and Sons. Inc. new York-London. Hlm 506.
Marthen PDJ. 2005. Gambaran Darah Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang Diberi
Pakan Lemak Patin Sebagai Sumber Lemak dalam Pakan [Skripsi]. Program
Studi Teknologi Managemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Imu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 60 hlm.
39
Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Bioteknologi. IPB.
Nugraha, A.P.2016. Pengaruh Penggunaan Papain Terhadap Pemanfaatan Protein
Pakan dan Pertumbuhan ikan Mas. (Cyprius capio.). [Skripsi ],Universitas
Diponogor,Semarang, 72 hlm.
Oktapiani, Vina. 2015. Aplikasi Enzim Papain dan Enzim Bromelin pada Proses
Pengempukan Daging. vinaoktap2015.wordpress.com. Diakses : 01 Maret
2016
Perius,Y. 2011. Peranan Nutrient dan Kebutuhan Nutrisi Ikan.
https://.files.wordspress.com. 25 Juni 2015. hal.33
Rayes, R. D., I. W. Sutresna., N. Diniarti dan A. I. Supii. 2013. Pengaruh
Perubahan Salinitas pada Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Kakap Putih
(Lates calcarifer Bloch). Jurnal Kelautan. 6(1): 47-56.
Reed, G. 1975. Enzymes in food processing. Academic Press. New York. 212.
Rosniar, F. 2013. Peningkatan Nafsu Makan dan Pertumbuhan pada Pendederan
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Melalui Periode
Pemuasaan yang Berbeda. Institut Pertanian Bogor. Jurnal Manajemen
Akuatik 2 (3): 9-16
Sadinar, B., Istiyanto, S., dan Diana, R. (2013). Pengaruh Perbedaan Dosis Pakan
Keong Mas dan Ikan Rucah terhadap Kepiting Bakau. (Scylla
paramamosain) Terhadap Pertumbuhan dan kelangsungan hidup dengan
Sistem Battery di Tambak Tugu, Semarang. Journal of Aquaculture
Management and Technology.Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman
84-93.
Salasia, S. I. D., Sulanjari, D. dan Ratnawati A. 2001. Studi hematologi ikan air
tawar. Biologi 2 (12): 710723.
Santoso, B. 2015. Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) Di
Tambak Secara Semi Intensif dibalai Layanan Usaha Produksi Perikanan.
Sani, A.2014. Pengaruh Penambahan Fukoidan pada Pakan terhadap Respon Imun
Non Spesifik Induk Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Jurnal Galung
Tropika. Vol. 3 (3): 159-170.
Sasongko A. 2001. Biomassa bakteri nitrifikasi pada berbagai bahan filter dalam
system resirkulasi aliran tertutup dan pengaruhnya terhadap kondisi ikan :
gambaran darah.
Sekretariat Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup 1988.
Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan lingkungan Hidup. Nomor Kep-02 MENKLH/I/1988 :
57 hal.Program Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
40
SNI 7674: 2013. Pakan buatan untuk ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch).
BSN ICS 65.120.
Sari, W.A.P. 2012. Pemberian Enzim Papain Dapat Meningkatkan Protein Pakan
dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus Var). Program
Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Diponegoro, Semarang. 76 hlm
Sasongko A. 2001. Biomassa bakteri nitrifikasi pada berbagai bahan filter dalam
sistem resirkulasi aliran tertutup dan pengaruhnya terhadap kondisi ikan :
gambaran darah [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Tiensongrusmee, B., S. Budileksono., S, Chantarasri., S.K, Yuwono dan H,
Santoso. 1989. Propagation of Seabass, Lates calcarifer in Captivity.
Fisheries and Aquaculture Department.
Wells RMG, Baldwin J, Seymour RS. Chirtian K, Britain T. 2005. Blood Cell
Function In Two Tropical Frehswater Fishes From Australia. Comparative
Biochemistry and Physiology.
Yanto, H., H. Hasan, dan Sunarto. 2015. Studi hematologi untuk diagnosa
penyakit ikan secara dini di sentra produksi budidaya ikan air tawar sungai
kapuas Kota Pontianak. Jurnal akuatika. 6(1): 11- 20.
41
Amirul Mu’min Dilahirkan di desa nangadhero kec
aesesa kab nagekeo 16 november 1996, dari pasangan
ayahanda La Umi dengan ibunda Wa Nur. Penulis
masuk sekolah dasar pada tahun 2003 di SDK
Puta, kabupaten Nagekeo tamat pada tahun 2009.
melanjutkan pendidikan di SMPK Setelamaris Marapokot tamat pada tahun 2012.
Setelah tamat SMP, penulis melanjutkan pendidikan di SMA N I Aesesa tamat
pada tahun 2015. Pada tahun yang sama (2015) penulisi melanjutkan pendidikan
pada jurusan budidaya perairan, fakultas pertanian di universistas muhammdiyah
Makassar, dan menyelesaikan studinya pada tahun 2020 dengan karya ilmiah yang
berjudul “pengamatan darah ikan kakap putih (lates calcarifer) dengan
penambahan dosis enzim papain yang berbeda dalam pakan tepung keong
mas”
42
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rumus Laju Pertumbuhan (Gr)
• Laju Pertumbuhan (GR)
• Perlakuan A
Laju Pertumbuhan (GR) = berat akhir − berat awal
waktu (hari)
Perhitungan = 28,8−23,7
30
= 0,17 gram/hari
• Laju Pertumbuhan (GR)
• Perlakuan B
Laju Pertumbuhan (GR) = berat akhir − berat awal
waktu (hari)
Perhitungan = 28,7−20,2
30
= 0,28 gram/hari
• Laju Pertumbuhan (GR)
• Perlakuan C
Laju Pertumbuhan (GR) = berat akhir − berat awal
waktu (hari)
Perhitungan = 30,0−22,8
30
= 0,24 gram/hari
• Laju Pertumbuhan (GR)
• Perlakuan D
Laju Pertumbuhan (GR) = berat akhir − berat awal
waktu (hari)
Perhitungan = 33,4−23,7
30
= 0,32 gram/hari
• ∑ eritrosit = Rataan Sel eritrosit terhitung x pengencer
volume
• ∑ leukosit = Rataan Sel leukosit terhitung x pengencer
volume
43
Lampiran 2. Analisis Statistik Laju pertumbuhan Ikan kakap putih yang diberi
pakan dengan penambahan tepung keong mas terfermentasi enzim
papain
ANOVA
Laju Pertumbuhan Harian
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups
6,168 3 2,056 10,688 ,004
Within Groups 1,539 8 ,192
Total 7,706 11
Laju Pertumbuhan Harian
Duncana
PERLAKUAN N
Subset for alpha = 0.05
1 2
A (KONTROL) 3 3,4667
B (15 ML) 3 3,5367
C (22,5 ML) 3 3,7067
D (30 ML) 3 5,2133
Sig. ,538 1,000
Lampiran 3. Hasil Analisa Proksimat Pakan uji
Tabel 4. Analisis proksimat pakan uji tepung keong mas setiap perlakuan.
Perlakuan KOMPOSISI (%)
Protein Lemak Kadar Abu Serat Kasar BETN
Pakan A 39,76 4,84 11,36 2,04 19,06
Pakan B 41,99 5,76 13,45 2,84 20,73
Pakan C 46,99 6,15 13,60 2,85 26,96
Pakan D 47,55 6,15 13,65 3,41 28,15
Sumber : Laboratorium FIKP, Unhas 2020
44
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan
Pencarian keong mas merebus keong mas
Mengeluarkan keong mas dari keong mas yg berhasil dilepas
Cangkangnya dari cangkangnya
keong mas yang dijemur keong mas yang telah mengering
45
Prose keong mas yang di blender dijadikan tepung
Keong mas ditimbang dan dipisahkan sesuai perlakuan
Setelah dipisahkan setiap perlakuan diamankan dalam box sebagai wadah
penyimpanan
46
Proses pakan yang difermentasi enzim papain
Proses pencampuran formula pakan
47
Proses pembuatan pakan
Proses penjemuran pakan
Proses penjemuran pakan
Pengukuran kualitas air
48
Prose sampling (mengukur berat dan panjang) ikan kakap putih
Sipon dalam tahap menjaga kualitas air
Proses pengambilan darah ikan menggunakan jarum suntik
49
Proses pengambilan darah ikan menggunakan jarum suntik
Darah ikan yang berhasil disimpan dalam micro tabung
Darah yang telah dipindahkan ke micro tabung dipindahkan ke Hb-meter
50
Darah yang dimasukan dalam tabung mikrokapiler disimpan disimpan dalam
micro centrifuge hematokrit untuk pengujian hemat
Darah diteteskan pada micro slide
Pengamatan darah menggunakan mikroskop
51
17%SIMILARITY INDEX
18%INTERNET SOURCES
3%PUBLICATIONS
6%STUDENT PAPERS
1 5%
2 4%
3 4%
4 3%
5 2%
Exclude quotes On
Exclude bibliography On
Exclude matches < 2%
amirul mu'min - 10594090715ORIGINALITY REPORT
PRIMARY SOURCES
jim.unsyiah.ac.idInternet Source
iktiologi-indonesia.orgInternet Source
jurnal.untirta.ac.idInternet Source
aquaculture-mai.orgInternet Source
core.ac.ukInternet Source