aliran filsafat

23
BAB 13 HUMANISME 1. APAKAH HUMANISME ITU? Humanisme adalah cara hidup yang berdasarkan kemampuan-kemampuan manusia dan sumber-sumber masyarakat dan alam. Seorang humanis memandang manusia sebagai hasil (produk) dari alam ini dari evolusi dan sejarah manusia dan tidak mengakui akal kosmos (alam besar) atau tujuan dan kekuatan supernatural. Humanisme mengekspresikan suatu sikap atau keyakinan yang meminta penerimaan tanggung jawab untuk kehidupan manusia di dunia ini dengan menekankan sikap hormat yang timbal balik dan mengakui interdenpensi manusia (Titus; 1984 : 308). Humanis yang mula-mula memelopori aliran ini adalah mereka yang mempunyai profesi sekretaris, ahli perpustakaan, guru, kadang-kadang hakim, para pegawai, bangsawan dan pedagang. Humanisme mulai berkembang pada zaman Yunani purba dan Latin klasik, yang merupakan pelopor bagi kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan jiwa, sebab kemerdekaan jiwa menyebabkan mereka dapat merenungkan kebenaran dalam berfilsafat serta kemajuan mereka dalam ilmu, membuat pecobaan-percobaan, dalam bidang politik, kesenian dan kesusastraan. Banyak prosa yang dikarang dalam bahasa

Upload: dahi-sugianto

Post on 16-Apr-2015

64 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: aliran filsafat

BAB 13HUMANISME

1. APAKAH HUMANISME ITU?Humanisme adalah cara hidup yang berdasarkan

kemampuan-kemampuan manusia dan sumber-sumber masyarakat dan alam. Seorang humanis memandang manusia sebagai hasil (produk) dari alam ini dari evolusi dan sejarah manusia dan tidak mengakui akal kosmos (alam besar) atau tujuan dan kekuatan supernatural. Humanisme mengekspresikan suatu sikap atau keyakinan yang meminta penerimaan tanggung jawab untuk kehidupan manusia di dunia ini dengan menekankan sikap hormat yang timbal balik dan mengakui interdenpensi manusia (Titus; 1984 : 308).

Humanis yang mula-mula memelopori aliran ini adalah mereka yang mempunyai profesi sekretaris, ahli perpustakaan, guru, kadang-kadang hakim, para pegawai, bangsawan dan pedagang. Humanisme mulai berkembang pada zaman Yunani purba dan Latin klasik, yang merupakan pelopor bagi kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan jiwa, sebab kemerdekaan jiwa menyebabkan mereka dapat merenungkan kebenaran dalam berfilsafat serta kemajuan mereka dalam ilmu, membuat pecobaan-percobaan, dalam bidang politik, kesenian dan kesusastraan. Banyak prosa yang dikarang dalam bahasa Latin dan Itali bernafaskan humanisme dan isinya banyak digemari oleh para pembaca dan murid-murid sekolah.

Tulisan mengenai humanisme banyak diburu orang karena mereka mengagumi orang-orang Yunani yang kehidupannya didasarkan atas akal dan keseimbangan. Karya-karya dari Cicero, Quintilan, Nepos, Platus, Martial, Ovid, Pliny, Varro, Taccitus, dan penulis-penulis lainnya banyak ditemukan di biara-biara kuno.

Pengenalan karya-karya klasik ini segera diikuti, guru-guru membawa karya ini sebagai “merek dagang” untuk dijadikan sumber belajar bagi murid-muridnya. Akibatnya keterampilan dan kelancaran berbahasa latin merupakan syarat untuk memahami karya-karya tersebut dan menghindarkan salah

Page 2: aliran filsafat

pengertian dalam menafsirkan karya-karya tersebut. Pada zaman modern karya-karya tersebut dikopi dan diedit kembali dan dijadikan dasar bagi pendidkan kesarjanaan. Yang menarik dari karya-karya klasik tersebut adalah variasi bahan dan ketajaman pikiran kaum humanis kuno dalam mengupas masalah ‘human interest” dan sejarah manusia.

2. ESENSI HUMANISMEDi samping bentuk karya tulis, maka esensi yang lebih

penting adalah semangat kaum humanis. Sekalipun humanisme tidak diterima dalam teologi bahkan pernah ditolak dan dikritik secara tajam, tetapi merupakan suatu kebesaran bahwa kebangkitan humanisme justru dari disiplin Kristen pada abad pertengahan. Hal ini juga merupakan pengaruh dari karya tulis kuno yang sulit ditafsirkan pengertiannya. Kemerdekaan semangat humanisme merupakan revolusi dari sacerdotalisme, suatu pemberontak orang-orang awam terhadap tirani rohaniawan, suatu pernyataan kemerdekaan pikiran dari hambatan otoritas gereja. Dalam hubungan ini hendaknya disebut juga bahwa kemerdekaan tidak terdapatnya suatu kasta pendeta dan menuntut bahwa kepercayaan agama haruslah berdasarkan sukarela dan tidak dapat dipaksakan. Benar bahwa beberapa humanis adalah orang-orang gereja seperti Valla, sektretaris Paus; Bessarin dan Salodeto, bishop; Bembo dan Acalti yang kardinal; bahkan Paus Nicholas V, Pius II dan Leo X. Agama dipertentangkan dengan humanisme yang pada akhirnya meliputi emansipasi semangat dan kemerdekaan berpikir.

Pertentangan ini pada akhirnya menimbulkan suatu reformasi, yang merupakan keberhasilan humanisme yang dinyatakan sebagai suatu disiplin uniformitas agama pada abad pertengahan. Penyebab utama reformasi adalah penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Gereja yang merugikan orang banyak, sehingga orang merasa perlu adanya pembaharuan gereja. Namun karena pembaharuan yang dijanjikan tak kunjung muncul maka pada akhirnya terjadilah pemberontakan yang dipimpin oleh Luther.

Page 3: aliran filsafat

Pengaruh humanisme terhadap pendidikan pada masa itu sangatlah besar, dan banyak universitas serta sekolah yang menyatakan diri beraliran humanisme. Di universitas, humanisme diajarkan dalam perkuliahan Hukum, Kedokteran dan Teologi yang diberikan secara retorik. Jadi pada akhir abad ke XVI, humanisme yang 2 abad sebelumnya dicetuskan di Itali ternyata merambah ke seluruh Eropa dan melandasi sistem pendidikan.

3. TUJUAN HUMANISMETujuan utama dari humanisme adalah menyadarkan diri

dari dominasi kebudayaan klasik dan segala aspek manusia. Humanisme juga bertujuan membangkitkan kesadaran manusia akan kelebihan yang ada padanya, yang membedakan manusia dengan hewan serta kemampuan manusia dalam mengekspresikan dirinya.

Dalam dunia manusia yang mulai menyingkapkan dirinya pada masa itu, orang membutuhkan petunjuk jalan untuk mencapai maksudnya dan penunjuk jalan itu terdapat karya-karya Yunani purba dan latin klasik. Sejak peralihan meluas dari Itali ke negara-negara di Eropa yang dikenal orang sebagai masa Renaissance.

Teori humanisme banyak pengaruhnya dalam pendidikan. Dalam kenyataannya, ide tersebut lebih cocok seorang pangeran, bangsawan atau ahli hukum daripada bagi seorang pengusaha atau rakyat jelata. Sehingga ada kecenderungan bahwa pendidikan humanisme bersifat “aristokrat”, pada masa itu ketika pendidikan humanisme diadaptasikan dengan kebutuhan masyarakat, maka tak dapat dihindari bahwa perhatian terhadap humanisme sangatlah kecil.

Humanisme sebagai istilah teknis dan sebagai konsepsi moral inteletual mudah dipahami dari segi etimologi. Ditandai oleh sifat khas yaitu manusiawi bukan supernatural dan bukan alam luar yang tak terjangkau manusia. Pengaruh humanisme terhadap pendidikan pada masa itu di ekspresikan dalam literae humaniores yang sinonim dengan kurikulum sekolah dan universitas di Eropa pada abd ke XVI hingga abad XIX.

Page 4: aliran filsafat

Sekelompok orang Inggris yaitu Grocyn, Linacre dan Colet menyatakan diri sebagai penganut humanisme setelah belajar di Italia selama beberapa tahun. Grocyn mengajar bahasa Yunani di Oxford, Linacre mengajar di fakultas kedoktran dan Colet mengajar di St. Paul’s Boys School. Mereka memperkenalkan humanisme dalam kurikulum, sehingga St. Paul’s Boys School mejadi model pembaharuan bagi sekolah-sekolah di Inggris pada abad itu dan seterusnya.

Erasmus yang mengajar di Cambridge membantu mencetak buku acuan dalam bahasa Latin untuk di sekolah dan menulis masalah-masalah pendidikan. Sir Thomas more yang belum pernah belajar di Itali dan humanis lainnya di Inggris menulis sesi tentang pendidikan.

Di Jerman pada awal abad ke 16, universitas-universitas tua mulai menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan klasik, sedangkan 3 atau lebih universitas baru langsung menyatakan berdasarkan humanisme.

Tidak dapat disangkal bahwa humanisme berhasil di benua Eropa. Sebagai dasar pendidikan, humanisme cenderung berurat berakar dalam formalisme. Humanisme dilenngkapi 2 akar prinsip reformasi yaitu:

a. Kritikisme terhadap gereja di abad pertengahan dan belajar bebas dari Injil/kitab suci.

b. Antagonis terhadap positivisme dan otoritas kepercayaan.Sejak reformasi yang melanda, bapa-bapa gereja dan injil

yang menyatakan bahwa dunia ini suatu persiapan untuk dunia yang akan datang, maka humanisme dapat menerimanya dan menghimpunnya dalam penataan yang berbeda.

Pada abad ke XVII, XVIII dan awal abad XIX, gereja-gereja dilembagakan dan humanisme dengan caranya sendiri menyebar ke seluruh penjuru. Di bidang politik, humanisme juga merupakan oposisi terhadap otoritas yang terlalu mengikat. Humanisme menyatakan bahwa manusia harus hidup secara manusiawi dengan kebebasan berpikir penuh, lepas dari tirani raja dan masyarakat.Kelompok humanis berharap dapat mempersatukan pikiran ilmiah, sosial dan keagamaan dalam

Page 5: aliran filsafat

satu filsafat yang terpadu yang diarahkan untuk mencapai kebahagiaan manusia.

4. FUNGSI HUMANISME Kaum humanis menegaskan bahwa manusia diberkahi

dengan kekuatan dan fungsi unik yang bila diasosiasikan dengan pandangan agnostik dan ateistik, alam raya dan dunia hewan merupakan sesuatu yang relatif bagi manusia. Manusia dianugerahi dengan perkembangan kemampuan yang khas; yang bagi humanisme merupakan sumber daya yang memiliki kelebihan, karena itu pendidikan dan latihan didasarkan pada humanisme berfungsi untuk menyempurnakan kemampuan yang dimiliki manusia. Karena itu pulalah humanisme mendorong lahirnya ilmu-ilmu lain seperti sastra humanis (Litterae humanae) pada zaman Renaissance.

5. METODOLOGI HUMANISMEKarena humanisme bersifat antagonis terhadap positivisme

dan otoritas kepercayaan, maka kaum humanis berusaha untuk memecahkan masalah dengan eksistensi dan kekuatan berpikir manusiawi dan pendekatan yang juga bersifat manusiawi. Locke menyatakan bahwa untuk memecahkan masalah adalah berpikir sebagai humanis murni. Untuk itu ia menulis karangan tentang kekuatan manusia: “Letter concerning toleration”, dan “Essay on civil Goverment” yang berpengaruh terhadap pemikir humanis Perancis abad ke 18 yaitu Voltaire. Diderot dan Montesqieu. Humanisme zaman Renaissance didasarkan atas peradaban Yunani klasik sedangkan humanisme modern menekankan manusia secara eksklusif.

Di Jerman pelopor ide romantis yang mengakui kebebasan manusiawi dan realisasi diri adalah Herder, Lessing dan Schiller serta Goethe, yang membentuk bagian lain dalam suksesi apostolik tentang interes humanisik dalam kehidupan manusia.

Rival utama yang dihadapi humanisme adalah kelompok idealisme dan institusi yang dimotivasi oleh kekuatan supernaturalisme. Tetapi orang-orang Yunani telah menemukan pendekatan memahami dunia. Mereka merasa bahwa alam raya

Page 6: aliran filsafat

lebih agung daripada manusia. Pada abad ke 17 sebagai akibat sugesti Bacon dan penemuan Copernicus, Keppler dan Galileo, Konsepsi naturalisme mendapat posisi yang dominan.

Ketika para siswa mempelajari dunia secara lebih mendalam melalui astronomi, fisika, kimia dan biologi, serta menggunakan metode eksperimental, manusia cendrung melepaskan tempatnya sebagai pusat segala sesuatu. Manusia menjadi lebih ilmiah dalam memandang segala sesuatu, mengobservasi fenomena dan menyusun kesimpulan. Aliran humanisme memperkenalkan nilai atau martabat manusia yang dijunjung tinggi antara lain:

a. Kebebasan. Humanisme menjunjung tinggi kebebasan yang dapat dipertanggungjawabkan baik terhadap alam maupun masyarakat. Di abad pertengahan lembaga-lembaga seperti kerajaan, gereja dan feodalisme menjadi penguasa jagad raya dan manusia harus tunduk pada kekuasaannya. Karena itulah humanisme lahir di kota-kota besar dan menentang otonomi serta berusaha meningkatkan hidup manusia. Tokoh-tokoh humanis klasik adalah Gianozo Manetti (1349-1459), Marcilio Filino (1433-1499), Mirandola (1493-1494). Tema yang sama juga lahir dari humanis Perancis : Charles Bouille (Carolus Boilus 1475 – 1553) dalam karyanya”du Sapiente” yang dibandingkannya dengan Promotheus dalam kebijaksanaannya mengenai kekuatan manusia.

b. Naturalisme. Jika naturalisme mengakui bahwa manusia adalah bagian dari alam, bahwa alam adalah kenyataan yang ada, bahwa ada ikatan antara manusia dengan alam yaitu pikirannya, sensasinya dan tubuhnya yang penting bagi manusia untuk sampai pada titik yang diabstraksikan. Jadi kita dapat berbicara tentang naturalisme dalam humanisme, karena humanisme menjunjung tinggi pikiran manusia sebagai kekuatan yang merdeka tanpa melupakan nilai tubuh di mana pikiran itu terkandung. Dalam “de Profesione Religiosorum”, Valla menoleh anggapan bahwa agama bersifat superior terhadap kehidupan membiata. Kehidupan Kristus katanya, tidak hanya diikuti

Page 7: aliran filsafat

oleh mereka yang menjadi milik agama (membiara) tetapi mereka yang hidup di luar biara-pun dapat mengikutinya, mengabdikan diri untuk kepentingan Tuhan. Pendapat Valla ini juga didukung oleh Colucio salutati (1331-1459), Manetti dan Pogguo Bracciolini (1380-1459).

c. Agama. Kaum humanis mempunyai 2 prinsip yaitu : Fungsi masyarakat daripada agama, dan Toleransi antar umat beragama. Fungsi masyarakat dari agama dikenal pada dasar hubungan surgawi dan duniawi. Surgawi merupakan norma ideal bagi kehidupan manusia, tetapi ide ini merupakan komitmen manusia untuk mencapai sejauh kemungkinan yang ada, maka dapat disebut sifat duniawi. Gianozzo Manetti dalam “Dedignitate et Exelentia Hominis” melihat bahwa Injil tidak hanya berisi kebahagiaan superterestrial tetapi juga kebahagiaan duniawi. Agama menurut Manetti adalah kepercayaan manusia terhadap nilai dan mengingatkan bahwa manusia mengharapkan sesuatu untuk kehidupannya kelak. Agama mempunyai fungsi yang mendasar untuk menyokong kehidupan manusia, dalam pekerjaannya di masyarakat, politik dan akitivitas lainnya.Pandangan humanisme terhadap agama didasarkan pada toleransi yang konsepnya datang di dunia modern sebagai akibat perang agama pada abad ke 16 dan 17. konsep teleransi ini menjanjikan kemungkinan perdamaian antar umat beragama, yang sekalipun berbeda tetapi mempunyai tujuan yang sama. Sikap toleransi muncul dari kesatuan fundamental dari semua kepercayaan/agama secara universal. “The oration on the Dignity of Man” (Picodella Mirandola) merupakan himne perdamaian yang sifatnya universal, keselarasan antara Platonisme dan Aristotelianisme, Cabala, Magic, Ptristik, dan skolastikisme, antar dunia filsafat, keKristenan dan wahyu.

d. Science. Humanisme Renaissance dapat dikatakan mempunyai andil bagi lahirnya science modern “The return to Antiquity” yang menghidupkan doktrin dan naskah-nakah kuno yang telah disia-siakan selama

Page 8: aliran filsafat

berabad-abad: antara lain Doktrin Heliosentrid, dalil Phytagorean, karya-karya Archimedes dan lain-lain. Platonisme dan Phytagoreanisme yang dibangkitkan oleh Leonardo, Copernicus dan Galileo menyatakan bahwa alam raya mempunyai keteraturan seperti sifat matematik dan untuk memahaminya seseorang harus mengenal bahasa matematik.Lebih jauh, manusia bersepakat untuk menyingkap rahasia alam secara langsung dan menolak mengikuti cara kerja Aristoteles. Kepercayaan terhadap otoritas Aristoteles merosot. Di lain pihak, jika manusia berhasil menyibak rahasia alam, maka ia pun dapat memahami alam raya melalui alat yang diberikan oleh alam yaitu pancaindera.

Kritikisme merupakan manifestasi pemberontakan terhadap Aristotelianisme, akan tetapi humanisme bukanlah penghubung antara Aristotelianisme dengan science. Humanisme juga digunakan untuk memahami doktrin-doktrin sebagai berikut ini:

1. Komunisme: yang menghapuskan pengasingan manusia dari dirinya; sebagai produk kemiskinan dan masyarakat kapitalistik.

2. Pragmatisme: karena pandangan antroposentrik yang seperti dikatakan Protagoras, manusia adalah “The Measure of all things”.

3. Personalisme (spiritualisme) yang mengakui kapasitas manusia untuk merenungkan kebenaran abadi atau memasuki suatu hubungan dengan realitas transendental.

4. Existensialisme: yang mengakui bahwa tidak ada alam semesta selain alam manusia: “The Universe of Human Subjectivity”.

1. Obyek IlmuHumanisme yang sering dihubungkan dengan gerakan

intelektual dan sastra di zaman Renaissance sebenarnya merupakan suatu kebetulan dalam sejarah. Humanisme merupakan obyek interes, yang sesuai dengan arti katanya maka obyek utama adalah aspek manusiawi sebagai lawan dari superhuman. Salah satu obyek ilmu yang utama adalah manusia

Page 9: aliran filsafat

melalui proses pendidikan, karena humanisme mengakui bahwa manusia diberkahi dengan kemampuan yang khas.

Hubungan antara humanisme dengan pendidikan kembali kepada asumsi konsepsi kekuatan khusus manusia yang merupakan perfeksi sumberdaya dengan segala kelebihannya. Jelaslah bahwa ada beberapa teori pendidikan yang didasarkan pada identitas yang spesifik manusiawi, dan paham humanisme yang diaplikasikan dalam pendidikan lebih dikenal sebagai humaniora. Pendidikan humaniora ini telah dikenal sejak zaman Yunani kuno di abad ke V yang melatih murid-muridnya untuk menjadi orang yang retorik, fasih berbahasa secara persuasif, calon orator yang berpandangan luas dan bijaksana. Sejarah, sastra dan filsafat yang dipelajari ini merupakan ekspresi tertinggi kemampuan artikulasi manusia serta rasionalnya.

Isocrates menyatakan bahwa seorang calon negarawan sebaiknya adalah seorang orator, sedangkan pendidikan Platonis lebih menekankan pada pengetahuan rasional substansif seperti matematika dan dialektik bukan pada kemampuan berbicara.

Pada zaman Romawi, pendidikan telah disusun secara sistematis yaitu 7 seni liberal yaitu trivium (grammar, logika dan retorik) dan quadrivium (aritmetika, geometri, astronomi dan musik). Pada zaman Romawi dibawh pengaruh Cicero banyak istilah humanisme yang diciptakan.

Pada zaman Renaissance, dasar pendidikan humanisik diterapkan di sekolah dan universitas. Dapat dikatakan bahwa zaman ini merupakan zaman keemasan humanisme. Restorasi kebudayaan yang dilakukan secara besar-besaran melanda seluruh Eropa. Beberapa humanis Reanaissance adalah Leonardo Bruni, Lorenzo Valla, Erasmus dan thomas More. Pendidikan ditekankan pada grammar dan retorik disamping mempelajari karya-karya Yunani kuno, sehingga siswa-siswa harus mempelajari bahasa Yunani Kuno. Subyeknya adalah “studia Humaniores” yaitu sastra, filsafat, dan moral disamping bahasa Yunani Kuno.

Humanis Renaisance cenderung skeptis terhadap upaya akal manusia yang ambisius dalam memahami fenomena alamiah. Namun demikian selalu ada kecurigaan terhadap

Page 10: aliran filsafat

penyembahan berhala yang mengeliligi pendidikan humanisme, baik di kalangan gereja katolik maupun protestan yang mengadopsinya. Di sekolah Yasult di negara-negara Katolik dan sekolah Protestan di Jerman dan Inggris, pendidikan bahasa dan sastra didasarkan pada Yunani dan Romawi Klasik (latin).

Gerakan intelektual humanisme juga melanda Jerman pada abad ke 18 dan 19 yaitu dihidupkannya kembali budaya klasik sehingga disebut sebagai “New Humanisme” yang sering diasosiasikan dengan nama pujangga Goethe dan Schiller yang menekankan pada self perfection dan personal building, suatu gerakan idealistik filsafat yang dikembangkan secara progresif tentang peran aktif pikiran manusia sesuai dengan konsepsi Kant.

Surat-surat Schiller : Letters on Aesthetics Education dan essei Wilhelm von Humboldt memainkan peranan besar terhadap reorganisasi di universitas dan sekolah menengah di Jerman. Tema dominan dari ‘statement’ ini adalah perkembangan yang harmonis dari kekuatan manusia dan rekonsiliasi suatu kekuatan dengan yang lainnya melalui pengalaman estetika.

Filsafat Ilmu dan Humanisme 1. Ilmu (Science)

Dalam kehidupan ilmiah selalu terdengar istilah ilmu pengetahuan alam, ilmu-ilmu sosial, matematika, bahasa dan sastra, ilmu bahan, ilmu teknik dan lain-lain. Science atau ilmu dapat diartikan suatu kumpulan pengetahuan yang dibentuk melalui eksperimen atau observasi serta mempunyai teori yang benar. Menurut ahli lain, pengertian ilmu adalah semua pengetahuan yang terhimpun lewat metode keilmuan. (Suriasumantri, 1985; 237). Pengertian yang terdapat dalam istilah ilmu kalau diperhatikan dapat dikelompokkan menjadi :

Ilmu murni atau ilmu Teoritis.Suatu pengetahuan, dimana terdapat kegiatan tentang pengembangan ilmu itu sendiri dan belum dimanfaatkan untuk kemaslahatan dan ksejahteraan manusia. Dengan kata

Page 11: aliran filsafat

lain ilmu teoritis adalah ilmu yang mengembangkan falsafahnya.

Ilmu praktis atau teknologi.Ilmu ini mengembangkan dan menerapkan ilmu teoritis yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan manusia. Sebagai contoh perbedaan yang jelas antara ilmu teoritis dan ilmu prkatis misalnya ilmu bahan makanan atau teknologi bahan makanan. Ilmu bahan makanan mempelajari sifat-sifat, unsur-unsur serta kemungkinan terhadap unsur-unsur tersebut. Sedangkan teknologi mempelajari bagaimana mengembangkan dan mengolah bahan makanan tersebut agar tahan lama, kontruksi peralatan untuk pemrosesan, mencegah pembusukan serta kontrol mutu yang tak lepas dari ilmu teoritis.

2. Humanisme.Sudah dijelaskan di muka bahwa humanisme merupakan

suatu doktrin yang menekankan kepentingan manusia. Pada zaman modern ini humanisme menekankan manusia secara eksklusif, yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai humaniora. Humaniora meliputi seperangkat tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan sesama, dengan Tuhan sang Pencipta dan dengan alamnya.

3. Hubungan antara Ilmu dan HumanismeIlmu dan humanisme memiliki hubungan yang erat, tak

terpisahkan. Ilmu pengetahuan yang diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia harus dipilih sedemikian rupa agar benar-benar meningkatkan martabat manusia dan bukan merusak nilai manusia.

Semua ilmu pengetahuan pada hakekatnya adalah baik tetapi bila dikembangkan bersama dengan humanisme, maka pengetahuan dapat mewujudkan perilaku yang sesuai dengan nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh manusia yang beradab. Kebenaran, baik dan buruk, tidaklah mutlak tentatif sifatnya.

Page 12: aliran filsafat

Sebagai contoh konkrit adalah pengembangan nuklir dapat mempunyai dampak positif bagi umat manusia bila digunakan untuk pembangkit listrik, diagnosa dan terapi dalam bidang kedokteran atau untuk industri. Dengan demikian, ilmu pengetahuan tersebut dapat menaikkan nilai dan harkat manusia. Tetapi bila nuklir dikembangkan untuk persejataan atau bentuk peralatan perang lainnya, maka jelas akan menghancurkan nilai manusiawi karena mengakibatkan pertentangan antar bangsa ataupun perang yang menimbulkan korban. Aspek pengembangan ilmu pengetahuan semacam ini dapat menghancurkan peradaban manusia jadi bertentangan dengan humanisme.

Bahan StudiSecara etimologi kata filsafat mengandung makna cinta

kebijaksanaan, yang meliputi “mengerti” dan “tahu” yang sifatnya radikal dan universal.

Ada 5 tingkatan dalam kegiatan kejiwaan manusia yaitu:- Tinngkatan pngertian pengalaman biasa- Tingkatan Ilmu pengetahuan.- Tingkatan matematika.- Tingkatan Filsafat.- Tingakatan Agama.

Manusia membutuhkan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari, bukan hanya yang bersifat hipotetis tetapi juga yang bersifat positif, obyektif dan pasti.Ilmu Pengetahuan mempunyai tujuan, fungsi, nilai dan esensi yang khas.Humanisme adalah suatu aliran yang menjunjung tinggi kemampuan dan kemerdekaan berpikir manusia dan mengekspresikan tanggung jawab manusia, sikap hormat serta mengakui adanya independensi manusia.Humanisme muncul sebagai kritik atas:

- Dominasi gereja dan tirani rohaniwan serta raja-raja yang mengekang kebebasan berpikir manusia.

Page 13: aliran filsafat

- Aliran yang sifatnya antagonis dengan positivisme dan otoritas kepercayaan.

Esensi humanisme adalah pernyataan kemerdekaan pikiran dari hambatan otoritas gereja.

Humanisme yang mula-mula muncul adalah humanisme klasik pada zaman Yunani purba. Setelah reformasi di Perancis pada abad pertengahan (XV-XVI) muncullah humanisme Renaissance yang juga dianggap sebagai humanisme murni. Kemudian pada awal abad ke XVIII humanisme menyebar ke Jerman dan orang-orang Jerman menyebutnya sebagai humansime modern. Humanisme secara perlahan namun pasti menyebar hingga ke seluruh Eropa. Pada abad ke XIX, humanisme merasap ke lembaga-lembaga resmi seperti gereja dan politik.

Fungsi humanisme adalah menyempurnakan kemampuan manusia yang pada akhirnya mendorong lahirlah ilmu-ilmu lainnya antara lain sastra humanis (Litterae Humanae).

Metodologi Humanisme bersifat antagonis dengan aliran positivisme karena humanisme menekankan pada hakekat yang sifatnya manusiawi. Humanisme zaman renaissance didasarkan atas peradaban Yunani klasik sedangkan humanisme modern menekankan manusia ecara eksklusif.

Humanisme mempunyai nilai-nilai :- Kebebasan- Naturalisme- Agama- Science

Obyek humanisme adalah manusia dengan segala aspkenya yang diberkahi kemampuan yang khas. Karena itulah humanisme meresap melalui pendidikan manusia yang dianggap mempunyai perfeksi sebagai sumber daya.

Humanisme berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan. Dengan mempertimbangkan aspek humanisme dalam perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu dan teknologi akan meningkatkan kesejahteraan manusia.

Tanpa pertimbangan aspek humanisme, perkembangan ilmu dan teknologi dapat menghancurkan peradaban manusia.

Page 14: aliran filsafat

Bahan Pustaka

Bakry, Hasbullah , 1981, Sistimatik Filsafat, Jakarta : Widjaja

Beerling R.F., 1966, Filsafat Dewasa Ini, Jakarta : Balai Pustaka.

Bury J.B., Sitorus L.M (terj.).1963, Sejarah Kemerdekaan Berpikir, Jakarta : PT. Pembangunan

Driyakrkara S.J.. 1970, Kumpulan Karangan, Yogyakarta : Basis

Editor???, 1970, Chambers’s Encyclopedia VOL VII, International Learning system, London : penerbit???

Editor???, 1972, Encyclopediae of Philosophy VOL II & IV, Tempat???: The Macmillan Publishing Company

Editor???, 1954, Encyclopediae of the Social Science VOL VII, Tempat???: The Macmillan Publishing Company

Katsoff, Lois O., Soejono Soemargono (terj.), 1986, Pengantar Filsafat, Yogyakarta : Tiara Wacana

Poespoprodjo, R.C, 1984, . Filsafat : Diktat kuliah, Bandung : UNPAR Bandung.

Poespowardojo, Soerjanto ., 1978, Sekitar Manusia, Jakarta : Gramedia

Sumantri, Jujun Suria., 1978, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta : Gramedia

Van peursen C.A., M.I. Soelaiman (Terj.), 1972, Pandu dalam Dunia Filsafat, Bandung : IKIP Bandung

Wilkes, Keith, 1974, Agama dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Gramedia

Page 15: aliran filsafat

Zen M.T., 1984, Sains, Teknologi dan hari Depan manusia, Jakarta : Gramedia