modul filsafat pendidikan islam - · pdf filemodul filsafat pendidikan islam 5 bab i...

159
FILSAF PROGRAM UNIVERSITA MODUL FAT PENDIDIKAN IS DISUSUN OLEH : RAHMI RABIATY, S.Sos.I., M.Ag M STUDI PENDIDIKAN AGAMA FAKULTAS AGAMA ISLAM AS MUHAMMADIYAH PALANG TAHUN 2014 SLAM A ISLAM GKARAYA

Upload: truongdat

Post on 31-Jan-2018

292 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

MODUL

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

DISUSUN OLEH :

RAHMI RABIATY, S.Sos.I., M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

Page 2: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala limpahan rahmat, inayah, dan taufik-Nya. Shalawat dan salam

tercurahkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah

membimbing umatnya menjadi yang beriman, berilmu, beramal, dan

berakhlak al-karimah.

Penyusunan Modul Filsafat Pendidikan Islam ini akan mengkaji

berbagai hal dalam pendidikan Islam seperti tujuan pendidikan, dasar

dan asas-asas pendidikan Islam, konsep manusia, guru, anak didik,

kurikulum, metode, evaluasi hingga para pemikir tokoh filsafat pendidikan

Islam.

Harapan penyusun, semoga modul ini memberikan manfaat bagi

pembaca, baik kalangan mahasiswa maupun umum. Jika ada kekeliruan

dan kurang sempurna, maka ke depannya akan dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk memperbaiki isi materi dan substansi modul ini.

Akhirnya, penyusun berdoa semoga Allah SWT memberikan

rahmat dan berkah-Nya kepada kita semua. Amin.

Palangkaraya, September 2014 Penulis,

Rahmi Rabiaty, S.Sos. I, M. Ag

Page 3: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam

Bab III Aliran-aliran filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan Islam

Bab IV Konsep alam semesta, manusia, masyarakat, dan ilmu

pengetahuan dalm perspektif filsafat pendidikan Islam

Bab V Hakikat dan tujuan pendidikan Islam

Bab VI Paradigma pendidik dan peserta didik

Bab VII Etika keilmuan dalam filsafat pendidikan Islam

Bab VIII Hakikat kurikulum dalam filsafat pendidikan Islam

Bab IX Hakikat metode dalam pendidikan Islam

Bab X Hakikat evaluasi dalam filsafat pendidikan Islam

Bab XI Pendidikan Islam sebagai suatu sistem

Bab XII Peluang dan tantangan pendidikan Islam

Bab XIII Pemikiran tokoh pendidikan Islam Al-Ghazali

Bab XIV Pemikiran tokoh pendidikan Islam Syed Muhammad

Naquib Al- Attas

Bab XV Pemikiran tokoh pendidikan Islam Hasan Langgulung

Page 4: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 4

BAB I

PENDAHULUAN

Ketika Allah SWT menciptakan manusia pertama, tugas

terberatnya adalah menjadi khalifah. Ketika itu para malaikat

mempertanyakan kinerja dan akhlak manusia yang akan membahayakan

kehidupan dunia. Sebab, kerusakan dan pertumpahan darah di muka

bumi diakibatkan sepenuhnya oleh manusia. Keraguan para malaikat

terhadap Adam merupakan pertanda bahwa manusia akan menghadapi

ancaman, tantangan, hambatan dan rintangan yang amat berat dalam

menjalankan kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi.

Allah SWT membekali Adam dengan seperangkat ilmu

pengetahuan, konsep, dan terminologi duniawi yang para malaikat pun

tidak mengetahuinya. Semua pengetahuan bersumber dari Allah, dan

Adam memperolehnya untuk memberi keyakinan kepada para malaikat

bahwa dirinya mampu menjalankan tugas sebagai khalifah.

Ilmu pengetahuan ditananamkan sejak dini oleh Allah kepada

manusia. Oleh karena itu, bayi yang baru dilahirkan telah memiliki

pengetahuan tentang Tuhan dengan fitrahnya, pengetahuan dengan

pendengaran dan perasaannya. Sekalipun demikian, semua potensi akal

manusia harus terus dikembangkan melalui pendidikan berkarakter,

artinya pendidikan yang mengikuti perkembangan dan kebutuhan

manusia sebagai makhluk yang kreatif dan dinamis.1

Filsafat Pendidikan Islam adalah satu mata kuliah yang disajikan

guna mengembangkan cara berpikir manusia tentang pendidikan Islam

sebagai suatu sistem yang didalamnya mengajarkan sistem pendidikan

yang berkaitan dengan akal, hati, dan pendidikan jasmani.

Modul ini akan membahas pendidikan Islam secara filosofis.

Pembahasannya dibagi menjadi beberapa bab sebagai berikut:

1 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : Pustaka Setia, 2009) , 1.

Page 5: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 5

Bab I Pendahuluan

Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam

Bab III Aliran-aliran filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan Islam

Bab IV Konsep alam semesta, manusia, masyarakat, dan ilmu

pengetahuan dalam perspektif filsafat pendidikan Islam

Bab V Hakikat dan tujuan pendidikan Islam

Bab VI Paradigma pendidik dan peserta didik

Bab VII Etika keilmuan dalam filsafat pendidikan Islam

Bab VIII Hakikat kurikulum dalam filsafat pendidikan Islam

Bab IX Hakikat metode dalam pendidikan Islam

Bab X Hakikat evaluasi dalam filsafat pendidikan Islam

Bab XI Pendidikan Islam sebagai suatu sistem

Bab XII Peluang dan tantangan pendidikan Islam

Bab XIII Pemikiran tokoh pendidikan Islam Al-Ghazali

Bab XIV Pemikiran tokoh pendidikan Islam Syed Muhammad

Naquib Al- Attas

Bab XV Pemikiran tokoh pendidikan Islam Hasan Langgulung

Berdasarkan pembahasan-pembahasan diatas diharapkan para

pembaca dapat memahami dan mempelajari dasar-dasar filsafat

pendidikan Islam.

Page 6: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 6

BAB II

PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti

cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian,

filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Subjek filsafat lazimnya

disebut philosopher, yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.2

Untuk mendapatkan ilmu atau hikmah, media yang efektif adalah

pendidikan. Pendidikan Islam merupakan media keilmuan Islam yang

didasarkan pada nilai-nilai dasar Islam. Nilai-nilai ini dirasionalisasi lewat

filsafat sehingga bisa dikonversi dan diimplementasikan pada tataran

praktis. Oleh karena itu, peran filsafat pendidikan Islam sangat urgen

untuk pengembangan pendidikan Islam.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian filsafat pendidikan

dan filsafat pendidikan Islam

2. Mahasiswa mampu memahami pendekatan dalam filsafat

pendidikan Islam

3. Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup filsafat

pendidikan Islam

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu menguraikan dan membedakan

pengertian filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan Islam

2. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalam filsafat

pendidikan Islam

3. Mahasiswa mampu memetakan ruang lingkup filsafat

pendidikan Islam

2 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997), 5

Page 7: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 7

C. Uraian Materi

1. Pengertian filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan Islam

a. Pengertian filsafat pendidikan

Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan

para ahli. Menurut al-syaibani filsafat pendidikan adalah aktivitas

pikiran yang teratur, yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk

mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.

Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan

maklumat-maklumat yang diupayakan untuk pengalaman

kemanusiaan merupakan faktor yang integral.

Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah

filososfis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-

aspek pelaksaan falsafah umum dan menitikberatkan pada

pelaksaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar

dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-

persoalan pendidikan secara praktis

Menurut Imam bernadib, filsafat pendidikan merupakan

ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan

merupakan aplikasi sesuatu analisis filsofis terhadap pendidikan.

Sedangkan menurut John Dewey, filsafat pendidikan

merupakan suatu pembentukkan kemampuan dasar yang

fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual)

maupun daya perasaaan (emosional) menuju tabiat manusia.

Jadi untuk mendapatkan pengertian filsafat pendidikan

yang lebih jelas, ada baiknya kita melihat beberapa konsep

mengenai pengertian pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah

bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang

memiliki kepribadian yang utama dan ideal, yaitu kepribadian yang

memiliki kesadaran moral dan sikap mental secara teguh dan

Page 8: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 8

sungguh-sungguh memengang dan melaksanakan ajaran atau

prinsip-prinsip nilai (filsafat) yang menjadi pandangan hidup

secara individu, masyarakat maupun filsafat bangsa dan Negara.

b. Pengertian filsafat pendidikan Islam

Filsafat pendidikan Islam memiliki pengertian yang

mengkhususkan kajian pemikiran-pemikiran yang menyeluruh dan

mendasar tentang pendidikan berdasarkan tuntutan ajaran Islam.

Sedangkan ajaran Islam sebagai sebuah sistem yang diyakini

oleh penganutnya yang memiliki nilai-nilai tentang kebenaran

yang hakiki dan mutlak, untuk dijadikan sebagai pedoman dalam

berbagai aspek kehidupan, termasuk didalamnya apek

pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa filsafat

pendidikan Islam adalah pemikiran yang radikal dan mendalam

tentang berbagai masalah yang ada hubungannya dengan

pendidikan Islam.

Sebagai contoh akan dikemukakan beberapa masalah

kependidikan yang memerlukan analisis filsafat dalam memahami

dan memecahkannya, antara lain:

1) Apakah hakikat pendidikan. Mengapa pendidikan harus ada

pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia. apa

hakikat manusia dan bagaimana hubungan antara pendidikan

dengan hidup dan kehidupan manusia.

2) Apakah tujuan pendidikan yang sebenarnya.

3) Apakah hakikat peribadi manusia. manakah yang utama untuk

dididik;akal, perasaan atau kemauannya, pendidikan jasmani

atau mentalnya, pendidikan skiil ataukah intelektualnya,

ataukah kesemuanya dan lain sebagainya.

Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat

dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan

ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran

Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa

Page 9: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 9

batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada

umumnya.

2. Pendekatan dalam filsafat pendidikan Islam

Permasalahan yang perlu dipecahkan dalam masalah

pendidikan Islam perlu didekati melalui berbagai pendekatan

sesuai dengan permasalahannya. Diantara pendekatan yang

digunakan adalah sebagai berikut.

a. Pendekatan Wahyu

Metode ini digunakan dalam upaya menggali,

menafsirkan, dan – mungkin – menta’wilkan argument yang

bersumber dari pokok ajaran Islam yang terkandung dalam al-

quran dan hadis. Dari kajian itu, kemudian disusun suatu konsep

dasar pendidikan Islam secara filosofos. Dengan landasan

keyakinan bahwa ajaran yang bersifat wahyu, merupakan petunjuk

yang harus diikuti dan imani. Dalam konteks ini, metode filsafat

pendidikan Islam berangkat dari kepercayaan (keyakinan) untuk

memperoleh kebenaran yang lebih tinggi.

b. Pendekatan Spekulatif

Pendekatan spekulatif merupakan pendekatan yang

umum dipakai dalam filsafat, termasuk filsafat pendidikan Islam.

Pendekatannya dilakukan dengan cara memikirkan,

mempertimbangkan dan menggambarkan suatu objek untuk

mencari hakikat yang sebenarnya. Dalam pendidikan, banyak

sekali objek yang harus diketahui hakikat yang sebenarnya, seperti

hakikat manusia, kurikulum, tujuan, proses, materi, pendidik,

peserta didik, evalusi, dan sebagainya.

c. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah menggunakan merode ilmiah dalam

memecahkan masalah-masalah yang berkembang ditengah-

tengah masyarakat yang ada kaitannya dengan pendidikan.

Page 10: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 10

Pendekatan ilmiah berkaitan dengan kehidupan kekinian dengan

sasaran adalah problematika pendidikan kontemporer.

d. Pendekatan Konsep

Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji hasil karya

ulama dan ahli pendidikan Islam dimasa-masa silam. Melalui

pendekatan ini diharapkan dapat diketahui bagaimana konsep-

konsep pendidikan Islam dari zaman ke zaman, faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahannya, serta latar belakang yang

mendorong munculnya konsep-konsep tersebut. Dengan mengkaji

konsep tersebutkan diperoleh manfaat, anatara lain: pertama,

bagaimana perkembangan filsafat pendidikan Islam pada setiap

zaman. Kedua, mengetahui hasil karya para pemikir pendidikan

Islam. Ketiga, melanjutkan rangkaian pemikiran yang masih

relevan sambil melakukan perbaikan-perbaikan apada hal-hal yang

perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan

lingkungan. Keempat, menghindari pola pikirjamping, dengan

mengabaikan hasil pemikiran para pakar pendidikan sebelumnya.

3. Ruang lingkup filsafat pendidikan Islam

Pembahasan tentang ruang lingkup filsafat pendidikan

Islam sebenarnya merupakan pengkajian dari aspek ontologis

filsafat pendidikan Islam. Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek

tertentu yang akan dijadikan sasaran penyelidikan (objek material)

dan yang akan dipandang (objek formal). Perbedaan suatu ilmu

pengetahuan dengan ilmu lainnya terletak pada sudut pandang

(objek formal) yang digunakannya. Objek material filsafat

pendidikan Islam sama dengan filsafat pendidikan pada

umumnya, yaitu segala sesuatu yang ada. Segala sesuatu yang

ada ini mencakup “ada yang tampak” dan “ada yang tidak

tampak”. Ada yang tampak adalah dunia empiris, dan ada yang

tidak tampak adalah alam metafisis. Adapun objek formal filsafat

Page 11: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 11

pendidikan Islam adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal,

dan objektif tentang pendidikan Islam untuk dapat diketahui

hakikatnya.

Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat

pendidikan Islam adalah yang tercakup dalam objek material

filsafat, yaitu mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan,

manusia, dan alam yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan

biasa. Sebagaimana filsafat, filsafat pendidikan Islam juga

mengkaji ketiga objek ini berdasarkan ketiga cabangnya: ontologi,

epistemologi, dan aksiologi.

Secara mikro objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah hal-hal

yang merupakan faktor atau komponen dalam proses

pelaksanaan pendidikan. Faktor atau komponen pendidikan ini

ada lima, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, alat

pendidikan (kurikulum, metode, dan evaluasi pendidikan), dan

lingkungan pendidikan.

Untuk lebih memfokuskan pembahasan filsafat pendidikan

Islam yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka cukup

disajikan ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam

secara makro.

a. Ontologi

Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos.

Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi

ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud

hakikat yang ada. Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala

sesuatu yang ada ini meliputi yang nampak dan yang tidak

nampak (metafisis).

Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada konsep the

creature of God,yaitu manusia dan alam. Sebagai pencipta, maka

Tuhan telah mengatur di alam ciptaan-Nya. Pendidikan telah

berpijak dari human sebagai dasar perkembangan dalam

Page 12: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 12

pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan

manusia itu adalah transformasi pendidikan. Sehingga yang

menjadi dasar kajian atau dalam istilah lain sebagai objek kajian

(ontologi) filsafat pendidikan Islam seperti yang termuat di dalam

wahyu adalah mengenai pencipta (khalik), ciptaan-Nya (makhluk),

hubungan antar ciptaan-Nya, dan utusan yang menyampaikan

risalah pencipta (rasul).

Dalam hal ini al-Syaibany mengemukakan bahwa prinsip-

prinsip yang menjadi dasar pandangan tentang alam raya meliputi

dasar pemikiran:

1) Pendidikan dan tingkah laku manusia serta akhlaknya selain

dipengaruhi oleh lingkungan sosial dipengaruhi pula oleh

lingkungan fisik (benda-benda alam);

2) Lingkungan dan yang termasuk dalam alam raya adalah segala

yang diciptakan oleh Allah swt baik makhluk hidup maupun

benda-benda alam;

3) Setiap wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yaitu materi

dan roh.

Dasar pemikiran ini mengarahkan falsafah pendidikan Islam

menyusun konsep alam nyata dan alam ghaib, alam materi

dan alam ruh, alam dunia dan alam akhirat;

4) Alam senantiasa menngalami perubahan menurut ketentuan

aturan pencipta;

5) Alam merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk

meningkatkan kemampuan dirinya.

b. Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti

pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi

adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara

memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan,

yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara

Page 13: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 13

memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber

pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu

cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata cara,

teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata cara,

teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah

dengan metode non-ilmiah, metode ilmiah, dan metode problem

solving.

Pengetahuan yang diperoleh dengan metode non-ilmiah

adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan

secara kebetulan; untung-untungan (trial and error); akal sehat

(common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan

pengalaman biasa.

Metode ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan

melalui pendekatan deduktif dan induktif. Sedangkan metode

problem solving adalah memecahkan masalah dengan cara

mengidentifikasi permasalahan, merumuskan hipotesis;

mengumpulkan data; mengorganisasikan dan menganalisis data;

menyimpulkan; melakukan verifikasi yakni pengujian hipotesis.

Tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-

prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat dipakai

sebagai basis, bingkai atau kerangka pemikiran untuk

menerangkan, mendeskripsikan, mengontrol, mengantisipasi atau

meramalkan sesuatu kejadian secara tepat.

c. Aksiologi

Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan

penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan

manusia berikut manfaatnya bagi kehidupan manusia. Dengan

kata lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap

pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan kualitas hidup

manusia. Dalam bahasan lain, tujuan keilmuan dan pendidikan

Islam yang berusaha untuk mencapai kesejahteraan manusia di

Page 14: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 14

dunia dan akhirat ini sesuai dengan Maqasid al-Syariah yakni

tujuan Allah SWT dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum

Islam. Sementara menurut Wahbah al-Zuhaili, Maqasid Al Syariah

berarti nilai- nilai dan sasaran syara' yang tersirat dalam segenap

atau bagian terbesar dari hukum-hukumnya. Nilai-nilai dan

sasaran-sasaran itu dipandang sebagai tujuan dan rahasia

syariah, yang ditetapkan oleh al-Syari' dalam setiap ketentuan

hukum. Menurut Syathibi tujuan akhir hukum tersebut adalah satu,

yaitu mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia.

Kemudian Muzayyin Arifin memberikan definisi aksiologi sebagai

suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai tinggi

dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan

(estetika). Jika aksiologi ini dinilai dari sisi ilmuwan, maka aksiologi

dapat diartikan sebagai telaah tentang nilai-nilai yang dipegang

ilmuwan dalam memilih dan menentukan prioritas bidang

penelitian ilmu pengetahuan serta penerapan dan

pemanfaatannya.

D. Soal

1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat pendidikan dan filsafat

pendidikan Islam, apa kesamaan dan perbedaannya?

2. Jelaskan beberapa pendekatan dalam filsafat pendidikan

Islam?

3. Uraikan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam ?

Page 15: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 15

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.

Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.

Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1990

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Page 16: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 16

BAB III

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Proses pertumbuhan filsafat sebagai hasil pemikiran para filosof

dalam rentang waktu yang dilaluinya telah melahirkan berbagai macam

pandangan. Pandangan para filosof tersebut adakalanya bersifat saling

mendukung, tetapi tak jarang pula yang bertentangan. Hal ini dapat

dimaklumi karena hasil pemikiran seorang filosof bukan merupakan

komponen yang dapat berdiri sendiri, akan tetapi senantiasa dipengaruhi

oleh banyak faktor, seperti pendekatan yang dipakai serta situasi dan

setting sosial pemikiran filosof tersebut muncul.

Dalam perjalan sejarahnya, filsafat pendidikan telah melahirkan

berbagai pandangan. Tak jarang, masing-masing pandangan berusaha

mempertahankan pendapatnya sebagai suatu kebenaran..3

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu memahami aliran-aliran filsafat pendidikan

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu mendefinisikan dan mengkritisi aliran-

aliran filsafat pendidikan

C. Uraian Materi

1. Aliran-aliran filsafat pendidikan

a. Aliran-aliran filsafat pendidikan

Filsafat Pendidikan bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, dan

filsafat itu sendiri dengan berbagai tokoh dan pendirinya

memberikan pandangan yang berbeda-beda tentang segala

sesuatu baik Tuhan, alam semesta dan manusia, yang

adakalanya bersifat saling mendukung, tetapi tak jarang pula

3Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan

dan pemikiran Para tokohnya (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 15.

Page 17: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 17

saling bertentangan, maka perbedaan pandangan tersebut

berimbas pada Filsafat Pendidikan sehingga menimbulkan

berbagai aliran dalam Filsafat Pendidikan yang dilatarbelakangi

oleh aliran-aliran filsafat itu sendiri. Berikut adalah aliran-aliran

dalam Filsafat Pendidikan:

1). Idealisme

Idealisme termasuk dalam kelompok filsafat tertua. Tokoh

aliran ini adalah Plato (427-34 SM) yang secara umum dipandang

sebagai bapak idealisme di Barat yang hidup kira-kira 2500 tahun

yang lalu. Aliran ini menurut Poedjawijatna memandang dan

menganggap yang nyata hanya idea. Idea tersebut selalu tetap

dan tidak mengalami perubahan atau pergeseran. Aliran filsafat

idealisme menekankan moral dan ralitas spiritual sebagai sumber-

sumber utama di alam ini.

Ramayulis dan Samsul Nizar menjelaskan bahwa aliran

filsafat ini memandang pendidikan bukan hanya mengembangkan

atau menumbuhkan tetapi juga harus digerakkan ke arah tujuan

yaitu menjaga keunggulan kultural, sosial dan spiritual, sehingga

manusia bisa mencapai kesempurnaan dirinya, yaitu mencapai

nilai-nilai dan ide-ide yang diperlukan oleh semua manusia secara

bersama-sama. Oleh karenanya kurikulum pendidikan

seyogyanya bersifat tetap, dan tidak menerima perkembangan.

2). Realisme

Realisme berasal dari kata real yang berarti aktual atau

yang ada. Realisme adalah aliran yang patuh kepada yang ada

(fakta). Realisme termasuk dalam kelompok pemikiran klasik.

Aliran ini memandang dunia dari sudut materi. Menurut mereka,

realitas dunia ini adalah alam. Segala sesuatu berasal dari alam

dan yang menjadi subjek adalah hukum alam (dunia nyata, alam

dan benda). Oleh karenanya suatu pengetahuan akan dikatakan

benar atau tepat apabila sesuai dengan kenyataan.

Page 18: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 18

Dalam bidang pendidikan, perhatian aliran realisme ini

tertuju pada pemenuhan akal peserta didik dengan peraturan-

peraturan dan hakikat-hakikat yang terlihat dalam alam. Oleh

karenanya pendidikan realism mengutamakan pendidikan akal

(rasio) atas dasar bahwa pendidikan adalah tujuan dan sasaran

untuk mendapat segala sesutu yang diperoleh melalui porses

berfikir yang didapat melalui metode latihan yang benar. Karena

hal itu merupakan perhatian terhadap studi-studi dasar yang

punya hubungan dengan segi-segi akhlak, rasio dan logika

kemanusiaan maka kewajiban guru adalah berupaya menciptakan

model-model dalam pengajaran dengan pendekatan pada

kenyataan yang inderawi, kemudia berpindah kepada hal-hal yang

abstrak.

3). Pragmatisme

Aliran Pragmatisme timbul pada abad 20. Pendiri aliran ini

adalah Charks E. Peirce. Pemikiran Peirce mendapat pengaruh

dari Kant dan Hegel. Aliran Pragmatisme adalah suatu aliran yang

memandang realitas sebagai sesuatu yang secara tetap

mengalami perubahan (terus menerus berubah). Untuk itu realitas

hanya dapat dikenal melalui pengalaman. Tidak ada pengetahuan

yang absolute (permanen). Realitas atau kenyataan hanyala apa

yang dapat diamati dan dirasakan. Pengetahuan bersifat

sementara dan demikian juga dengan nilai-nilai. Bagi pragmatism

semua yang mengalami perubaan tidak ada yang kekal (tetap).

Adapun yang kekal adalah perubahan itu sendiri.

Pragmatisme mementingkan orientasinya kepada

pandangan anthroposentris (berpusat kepada manusia),

kemampuan kreativitas dan pertumbuhan manusia ke arah yang

bersifat praktis, kemampuan kecerdasan dan individualitas serta

perbuatan dalam masyarakat.

Page 19: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 19

Dalam bidang pendidikan, aliran ini tidak memisakan antara

materi pengajaran dengan metode pengajaran. Variasi metode

pengajaran yang digunakan berpijak atas konsep demokrasi. Guru

tidak boleh menghilangkan keaktifan anak didiknya. Seorang guru

tidak boleh membatasi kegiatan murid dan hanya menerima

pemikiran guru. Aliran ini menuntut agar peserta didik

diikutsertakan secara demokratis dan dinamis; baik dalam berpikir

dan membahas. Dengan demikian, peserta didik akan mampu

menemukan hakikat kebenaran dengan sendirinya.

Aliran ini mempercayai adanya perbedaan-perbedaan

kecerdasan individual. Untuk itu, pendidikan yang perlu

dikembangkan seyogyanya menekankan pada upaya

menanamkan rasa kebebasan individual kepada setiap orang

yang bekerja di bidang pendidikan. Aliran ini tidak melihat

perlunya menggunakan hukuman fisik terhadap anak didik dengan

alas an bahwa ketertiban dan kesadaran bertanggung jawab mesti

tumbuh dari murid sendiri dan murid haruslah dilibatkan dalam

semua kegiatan. Bila timbul kesulitan, guru harus berusaha

memecahkannya bersama murid, tanpa menyerahkannya ke

bagian administrasi.

4). Eksistensialisme

Kata eksistensi berasal dari kata latin existere, ex yang

berarti keluar dan sitere yang berarti membuat berdiri. Jadi

eksistensialisme berarti apa yang ada, apa yang memiliki

aktualitas, apa saja yang dialami. Eksistensialisme adalah aliran

filsafat yang melukiskan dan mendiagnosa kedudukan manusia

yang sulit. Titik sentralnya adalah manusia. Menurut

eksistensialisme, hakekat manusia terletak dalam eksistensi dan

aktivitasnya. Aktivitas manusia merupakan eksistensi dari dirinya

dan hasil aktifitas yang dilakukan merupakan cermin hakekat

dirinya.

Page 20: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 20

Aliran ini memandang bahwa manusia menciptakan

kehidupannya sendiri. Oleh sebab itu, manusia bertanggung

jawab sepenuhnya atas pilihan-pilihan yang dibuat. Baik dan

buruknya sesuatu tergantung atas keyakinan pribadinya. Aliran ini

memberikan pemahaman kepada individual, kebebasan dan

penanggungjawabannya.

Dalam bidang pendidikan, aliran eksistensialisme menuntut

adanya sistem pendidikan yang beraneka ragam warna dan

berbeda-beda, baik metode pengajarannya maupun penyusunan

keahlian-keahlian. Hal ini karena aliran eksistensialisme

mengutamakan perorangan/individu. Oleh sebab itu, ia tidak

membatasi murid dengan buku-buku yang ditetapkan saja. Sebab,

hal ini akan membatasi kemampuan murid untuk mengenal

pnngan lain yang bermacam-macam dan berbeda-beda.

b. Aliran-aliran filsafat pendidikan Islam

Dalam dunia pendidikan Islam, terdapat tiga aliran utama

filsafat pendidikan Islam, yaitu: 1) Aliran Konservatif, dengan

tokoh utamanya adalah al-Ghazali, 2) Aliran Religius-Rasional,

dengan tokoh utamanya yaitu Ikhwan al-Shafa, dan 3) Aliran

Pragmatis, dengan tokoh utamanya adalah Ibnu Khaldun.

1). Aliran Konservatif (al-Muhafidz)

Tokoh-tokoh aliran ini adalah al-Ghazali, Nasiruddin al-

Thusi, Ibnu Jama’ah, Sahnun, Ibnu Hajar al-Haitami, dan al-

Qabisi. Aliran al-Muhafidz cenderung bersikap murni keagamaan.

Aliran ini memaknai ilmu dengan pengertian sempit. Menurut al-

Thusi, ilmu yang utama hanyalah ilmu-ilmu yang dibutuhkan saat

sekarang, yang jelas akan membawa manfaat di akhirat kelak.

Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi:

a. Berdasarkan pembidangannya, ilmu dibagi menjadi dua bidang:

1) Ilmu syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari para

Nabi, terdiri atas: a. Ilmu ushul (ilmu pokok), b. Ilmu furu’

Page 21: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 21

(cabang), c. Ilmu pengantar (mukaddimah), dan d. Ilmu

pelengkap (mutammimah).

2) Ilmu ghairu syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari

ijtihad ulama’ atau intelektual muslim, terdiri atas: a. Ilmu

terpuji, b. Ilmu yang diperbolehkan (tak merugikan), c. Ilmu

yang tercela (merugikan).

b. Berdasarkan status hukum mempelajarinya, dapat digolongkan

menjadi: 1) Ilmu yang fardlu ‘ain, dan 2) Ilmu yang fardlu

kifayah.

Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu-ilmu keagamaan

hanya dapat diperoleh dengan kesempurnaan rasio dan

kejernihan akal budi.Karena, hanya dengan rasiolah manusia

mampu menerima amanat dari Allah dan mendekatkan diri

kepada-Nya.Pemikiran al-Ghazali ini sejalan dengan aliran

Mu’tazilah yang berpendapat bahwa rasio mampu menetapkan

baik buruknya sesuatu.

Pola umum pemikiran al-Ghazali dalam pendidikannya

antara lain:

a. Kegiatan menuntut ilmu tiada lain berorientasi pada

pencapaian ridha Allah.

b. Teori ilmu ilhami sebagai landasan teori pendidikannya, dan

diperkuat dengan sepuluh kode etik peserta didik.

c. Tujuan agamawi merupakan tujuan puncak kegiatan

menuntut ilmu.

d. Pembatasan term al-‘ilm hanya pada ilmu tentang Allah.

Dari deskripsi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

pemikiran utama aliran konservatif antara lain: 1) Ilmu adalah

ilmu al-hal, yaitu ilmu yang dibutuhkan saat sekarang yang bisa

membawa manfaat di akhirat, 2) Ilmu-ilmu selain ilmu

keagamaan adalah sia-sia, dan 3) Ilmu hanya bisa diperoleh

melalui rasio.

Page 22: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 22

2). Aliran Religius-Rasional (al-Diniy al-‘Aqlaniy)

Tokoh-tokoh aliran ini adalah Ikhwan al-Shafa, al-Farabi,

Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawaih.Aliran ini dijuluki “pemburu”

hikmah Yunani di belahan dunia Timur, dikarenakan

pergumulan intensifnya dengan rasionalitas Yunani.

Menurut Ikhwan al-Shafa, yang dimaksud dengan ilmu

adalah gambaran tentang sesuatu yang diketahui pada benak

(jiwa) orang yang mengetahui. Proses pengajaran adalah

usaha transformatif terhadap kesiapan ajar agar benar-benar

menjadi riil, atau dengan kata lain, upaya transformatif terhadap

jiwa pelajar yang semula berilmu (mengetahui) secara

potensial, agar menjadi berilmu (mengetahui) secara riil-aktual.

Dengan demikian, inti proses pendidikan adalah pada kiat

transformasi potensi-potensi manusia agar menjadi

kemampuan “psikomotorik”.

Ikhwan berpendapat bahwa akal sempurna

mengemanasikan keutamaan-keutamaan pada jiwa dan

dengan emanasi ini eternalitas akal menjadi penyebab

keberadaan jiwa.Kesempurnaan akal menjadi penyebab

keabadian jiwa dan supremasi akal menjadi penyebab

kesempurnaan jiwa. Pandangan dualisme jiwa-akal Ikhwan

tersebut merupakan bukti dari pengaruh pemikiran Plato.

Menurut Ikhwan, jiwa berada pada posisi tengah antara

dunia fisik-materiil dan dunia akal. Hal inilah yang menjadikan

pengetahuan manusia menempuh laju “linier-progresif” melalui

tiga cara, yaitu: 1) Dengan jalan indera, jiwa dapat mengetahui

sesuatu yang lebih rendah dari substansi dirinya; 2) Dengan

jalan burhan (penalaran-pembuktian logis), jiwa bisa

mengetahui sesuatu yang lebih tinggi darinya; dan 3) Dengan

perenungan rasional, jiwa dapat mengetahui substansi dirinya.

Page 23: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 23

Ikhwan tidak sependapat dengan ide Plato yang

menganggap bahwa belajar tiada lain hanyalah proses

mengingat ulang. Ikhwan menganggap bahwa semua

pengetahuan berpangkal pada cerapan inderawiah.Segala

sesuatu yang tidak dijangkau oleh indera, tidak dapat

diimajinasikan, segala sesuatu yang tidak bisa diimajinasikan,

maka tidak bisa dirasiokan.

Kalangan Ikhwan sangat memberi tempat terhadap ragam

disiplin ilmu yang berkembang dan bermanfaat bagi kemajuan

hidup manusia.Implikasinya adalah konsep ilmu berpangkal

pada “kesedia-kalaan” ilmu tanpa pembatasan.

Ikhwan membagi ragam disiplin ilmu sebagai berikut: 1)

Ilmu-ilmu Syar’iyah (keagamaan), 2) Ilmu-ilmu Filsafat, dan 3)

Ilmu-ilmu Riyadliyyat (matematik). Al-Farabi menghendaki agar

operasionalisasi pendidikan seiring dengan tahap-tahap

perkembangan fungsi organ tubuh dan kecerdasan manusia.

Dari pemikiran kedua tokoh di atas, teori utama aliran

Religius-Rasional ini antara lain: 1) Pengetahuan adalah

muktasabah, yakni hasil perolehan dari aktivitas belajar, 2)

Modal utama ilmu adalah indera, 3) Lingkup kajian meliputi

pengkajian dan pemikiran seluruh realitas yang ada, 4) Ilmu

pengetahuan adalah hal yang begitu bernilai secara moral dan

sosial, dan 5) Semua ragam ilmu pengetahuan adalah penting.

3). Aliran Pragmatis (al-Dzarai’iy)

Tokoh aliran Pragmatis adalah Ibnu Khaldun. Sedangkan

tokoh Pragmatisme Barat yaitu John Dewey.Bila filsafat

pendidikan Islam berkiblat pada pandangan pragmatisme John

Dewey, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah

segala sesuatu yang sifatnya nyata, bukan hal yang di luar

jangkauan pancaindera.

Page 24: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 24

Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pengetahuan dan

pembelajaran adalah tabi’i (pembawaan) manusia karena

adanya kesanggupan berfikir. Pendidikan bukan hanya

bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan akan tetapi

juga untuk mendapatkan keahlian duniawi dan ukhrowi,

keduanya harus memberikan keuntungan, karena baginya

pendidikan adalah jalan untuk memperoleh rizki.

Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ilmu pengetahuan

berdasarkan tujuan fungsionalnya, yaitu: 1) Ilmu-ilmu yang

bernilai instrinsik. Misal: ilmu-ilmu keagamaan, Ontologi dan

Teologi, dan 2) Ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik-instrumental

bagi ilmu instrinsik. Misal: kebahasa-Araban bagi ilmu syar’iy,

dan logika bagi ilmu filsafat.

Berdasarkan sumbernya, ilmu dapat dibagi menjadi dua

yaitu: 1) Ilmu ‘aqliyah (intelektual) yaitu ilmu yang diperoleh

manusia dari olah pikir rasio, yakni ilmu Mantiq (logika), ilmu

alam, Teologi dan ilmu Matematik, dan 2) Ilmu naqliyah yaitu

ilmu yang diperoleh manusia dari hasil transmisi dari orang

terdahulu, yakni ilmu Hadits, ilmu Fiqh, ilmu kebahasa-Araban,

dan lain-lain.

Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pendidikan bukanlah suatu

aktivitas yang semata-mata bersifat pemikiran dan perenungan

yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan,

akan tetapi ilmu dan pendidikan merupakan gejala konklusif

yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangannya

dalam tahapan kebudayaan. Menurutnya bahwa ilmu dan

pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri

khas jenis insani.

Dari pemikiran Ibnu Khaldun di atas, maka ide pokok

pemikiran aliran Pragmatis antara lain: 1) Manusia pada

dasarnya tidak tahu, namun ia menjadi tahu karena proses

Page 25: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 25

belajar, 2) Akal merupakan sumber otonom ilmu pengetahuan,

dan 3) Keseimbangan antara pengetahuan duniawi dan

ukhrawi.

D. Soal

1. Sebutkan dan uraikan secara singkat aliran-aliran filsafat

pendidikan ?

2. Sebutkan dan uraikan secara singkat aliran-aliran filsafat

pendidikan Islam ?

DAFTAR PUSTAKA

H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997

Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1983.

Musa Asy’arie, Filsafat Islam, Yogyakarta : LESFI, 2010

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1990

H.Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan pemikiran Para tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009

Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.

Page 26: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 26

BAB IV

KONSEP ALAM SEMESTA, MANUSIA, MASYARAKAT, DAN ILMU PENGETAHUAN PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Menurut al-quran manusia adalah khalifah di muka bumi yang

memiliki tugas memelihara alam semesta. Sementara alam semesta

merupakan materi yang membantu manusia mengembangkan diri dan

memenuhi kebutuhan kehidupannya. Meskipun demikian, seorang

individu manusia tidak akan sanggup melakukan itu semua tanpa peran

serta individu-individu lain. Oleh karena itulah diperlukan peran

masyarakat demi mengimplementasi semua kebutuhan hidupnya

tersebut.

Selanjutnya agar relasi alam semesta, manusia dan masyarakat

bisa berjalan dengan dengan baik, efektif dan efesien, maka

diperlukanlah ilmu pengetahuan. Sebab dengan ilmu pengetahuanlah

manusia bisa menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya,

masyarakatnya serta alam sekitarnya.

Oleh karena itulah dalam Islam relasi antar alam semesta,

manusia, masyarakat dan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu memahami kedudukan alam semesta

dalam perspektif filsafat pendidikan Islam

2. Mahasiswa mampu memahami konsep manusia dalam

perspektif filsafat pendidikan Islam

3. Mahasiswa mampu memahami konsep ilmu pengetahuan

dalam perspektif pendidikan Islam

4. Mahasiswa mampu memahami konsep masyarakat dalam

perspektif filsafat pendidikan Islam

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan kedudukan alam semesta

dalam perspektif filsafat pendidikan Islam

Page 27: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 27

2. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep manusia dalam

perspektif filsafat pendidikan Islam

3. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep ilmu pengetahuan

dalam perspektif filsafat pendidikan Islam

4. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep masyarakat dalam

perspektif filsafat pendidikan Islam.

C. Uraian Materi

1. Konsep alam semesta dalam perspektif filsafat pendidikan Islam

Apabila kita merenungi surat al-fatihah sebagai ummul-kitab,

kita akan menemukan review yang luar biasa dari semua ayat Allah

yang tercatat dalam Kitab Suci Al-quran. Lafazh

bismillahirrahmanirrahim adalah awal yang menekad bulatkan semua

niat manusia yang beriman kepada Allah dalam bertindak, berprilaku,

berpikir dan berkarya nyata, sehingga semua aktivitas dan karsa

manusia bernilai ibadah kepada Allah dan tidak ada yang sia-sia

secara duniawi maupun ukhrawi.

Allah sebagai Pencipta atau Al-Khaliq, pemilik kasih dan

sayang untuk segenap makhlukNya. Alam ini tercipta sebagai bukti

dari kaih sayang Allah untuk manusia. Apabila meresapi ayat yang

berbunyi malikiyaumiddin, kita tersadarkan sepenuhnya bahwa

semua alam ini adalah hamba-Nya yang secara mutlak harus tunduk

pada hukum-hukum Allah.

Sekali lagi, alam tunduk mutlak pada hukum-hukum Allah.

Semua alam yang berjalan sesuai dengan hukumnya menjadi subjek

sekaligus objek pendidikan dan pembelajaran. Bagaimana matahari

konsisten utnuk terbit dan terbenam sesuai dengan hukumnya,

bagaimana air, api, angina, daratan, lautan, gunung-gunung, hutan

dan pepohonan, bumi yang berputar sangat kencang sehingga

manusia bagaikan sedang berjalan di atas hamparan tikar, dan

demikian selanjutnya.

Page 28: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 28

Alam semesta ini dapat dijadikan guru yang bijaksana, angin

dimanfaatkan untuk terjun payung, air deras yang dibendung untuk

energi pembangkit listrik, dan banyak manfaat yang dengan mudah

semakin meningkatkan taraf hidup manusia. Belajar dari alam

semesta adalah tujuan hidup manusia dan secara filosofis

kedudukan alam semesta bagaikan guru dengan muridnya, pendidik

dengan anak didik, bahkan alam semesta bagaikan literatur yang

amat luas dan kaya dengan informasi yang aktual.

Maka kedudukan alam semesta dalam perspektif filsafat

pendidikan Islam adalah sebagai “guru” yang mengajar kepada

manusia untuk bertindak sesuai dengan hukum-hukum yang telah

digariskan Tuhan.

2. Manusia dalam perspektif filsafat pendidikan Islam

a. Gambaran Tentang Manusia

Manusia adalah subyek pendidikan, sekaligus juga obyek

pendidikan. Manusia dalam proses perkembangan kepribadiannya,

baik menuju pembudayaan maupun proses kematangan dan

intregitas, adalah obyek pendidikan. Artinya mereka adalah sasaran

atau bahan yang dibina. Meskipun kita sadarai bahwa

perkembangan kepribadian adalah self development melalui self

actifities, jadi sebagai subjek yang sadar mengembangkan diri

sendiri.

Dalam Al-Qur’an banyak ditemukan gambaran yang

membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dari

penciptaannya. Manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna

dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal pikiran. Dalam

hal ini Ibn ‘Arbi misalnya menggambarkan hakikat manusia dengan

mengatakan bahwa,”tak ada makhluk Allah yang lebih sempurna

kecuali manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui,

berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir, dan

memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting,

Page 29: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 29

karena dilengkapi dengan semua pembawaan atau fitrahnya dan

syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya

sebagi makhluk Allah d muka bumi.

Al-quran menggunakan empat konsep untuk menunjuk pada

makna manusia, namun secara khusus memiliki penekanan

pengertian yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada

konsep berikut:

1. Konsep al-Basyar

Kata al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36 kali

dan tersebar dalam 26 surat. Secara etimologi al-Basyar juga

diartikan mulamasah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dan

perempuan. Makna ini dapat dipahami bahwa manusia merupakan

makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan yang terbatas,

seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan lain

sebagainya. Penunjukkan kata al-Basyar ditunjukan Allah kepada

seluruh manusia tanpa kecuali. Demikian pula halnya dengan para

rasul-rasul-Nya. Hanya saja kepada mereka diberikan wahyu,

sedangkan kepada manusia umumnya tidak diberikan.

Berdasarkan konsep al-Basyar, manusia tak jauh berbeda

dengan makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan

manusia terikat kepada kaidah-kaidah prinsip kehidupan biologis lain

seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan

perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan serta

kedewasaan.

Manusia memerlukan makan, minum dengan kreteria halal

serta bergizi (QS. 16: 69) untuk hidup dan ia juga butuh akan

pasangan hidup melalui jalur pernikahan (QS. 2: 187) untuk menjaga,

melanjutkan proses keturunanya (QS. 17: 23-25). Dan Allah SWT

memberikan kebebasan dan kekuatan kepada manusia sesuai

dengan batas kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk

Page 30: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 30

mengelola dan memanfaatkan alam semesta, sebagai salah satu

tugas kekhalifahannya di muka bumi.

2. Konsep al-Insan

Kata al-Insan yang berasal dari kata al-uns, dinyatakan dalam

al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara

etimologi, al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak,

atau pelupa.

Ada juga dari akar kata Naus yang mengandung arti

“pergerakan atau dinamisme”. Merujuk pada asal kata al- Insan dapat

kita pahami bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi yang

positif untuk tumbuh serta berkembang secara fisik maupun mental

spiritual. Di samping itu, manusia juga dibekali dengan sejumlah

potensi lain, yang berpeluang untuk mendorong ia ke arah tindakan,

sikap, serta prilakun negatife dan merugikan.

Kata al-Insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjukan totalitas

manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Harmonisasi kedua

aspek tersebut dengan berbagai potensi yang di milikinya

mengantarkan manusia sebagi makhluk Allah yang unik dan

istimewa, sempurna, dan memiliki diferensiasi individual antara satu

dengan yang lainnya,dan sebagai makhluk yang dinami, sehingga

mampu menyandang predikat khalifah Allah di muka bumi.

Perpaduan antara aspek fisik dan fisikis telah membantu

manusia untuk mengekspresikan dimensi al-insan al-bayan, yaitu

sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui baik

dan buruk, mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban, dan

lain sebagainya.

3. Konsep an-Nas

Kata an-Nas dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 240 kali

dan tersebar dalam 53 surat. Kosa kata An- Nas dalam Al- Qur’an

umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk

social. Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang

Page 31: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 31

berawal dari pasangan laki-laki dan wanita kemudian berkembang

menjadi suku dan bangsa untuk saling kenal mengenal “berinterksi”

(QS. 49 : 13). Hal ini sejalan dengan teori “strukturalisme” Giddens

yang mengatakan bahwa manusia merupakan individu yang

mempunyai karakter serta prinsip berbeda antara yang lainnya tetapi

manusia juga merupakan agen social yang bisa mempengaruhi atau

bahkan di bentuk oleh masyarakat dan kebudayaan di mana ia

berada dalam konteks sosial.

4. Konsep Bani Adam

Manusia sebagai Bani Adam, termaktub di tujuh tempat dalam

Al-Qur’an. Bani berarti keturunan dari darah daging yang dilahirkan.

Berkaitan dengan penciptaan manusia menurut Christyono Sunaryo,

bahwa bumi dan dunia ini telah diciptakan Allah SWT jutaan tahun

sebelum Nabi Adam AS diturunkan dibumi, 7000 thn yang lalu. Pada

waktu itu Allah SWT sudah menciptakan “manusia” (somekind of

humanoid) jauh sebelum Nabi Adam AS diturunkan, sebagaimana

dalam surat Al-Ankabuut ayat 19 yang artinya:

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (Al-Ankabuut:19)

Ayat ini memperlihatkan bahwa kita seharusnya dapat

memperhatikan adanya pengulangan kerena memang telah terjadi.

Bukan pengulangan kebangkitan kembali nanti setelah hari kiamat,

karena (pengulangan) kebangkitan setelah kiamat itu belum terjadi,

sehingga masih sulit untuk di mengerti oleh yang tidak percaya.

Page 32: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 32

Dan banyak ayat-ayat Al- Qur’an, data dan kejadian yang

menunjang konsep pemikiran ini. Seperti misalnya: Pada saat

manusia akan diciptakan Allah SWT untuk menjadi kalifah dibumi,

bagaimana para Malaikat mungkin mengetahui bahwa manusia

hanya akan membuat kerusakan diatas bumi. Sedangkan Malaikat

hanya mengetahui apa-apa yang diberitahukan Allah SWT kepada

mereka. Tentunya karena memang mereka pernah mengetahui

adanya “manusia” dibumi sebelum Adam as diciptakan.

b. Proses Penciptaannya Manusia Dalam Al-Qur’an

Dan dilihat dari proses penciptaannya, Al-Qur’an menyatakan

peroses penciptaan manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu:

pertama, disebut dengan tahapan primordial. Kedua, disebut dengan

tahapan biologi. Manusia pertama, Adam as, diciptakan dari at-tin

(tanah), at-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain

masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah

dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya

kedalam diri (manusia) tersebut (Q.S, Al-Anam/6:2,Alhijr/15:26,28,29,

Al-Mu’minun/23:12, Ar-Ruum/30:20, Ar-Rahman/55:4).

Penciptaan manusia selanjutnya adalah proses biologi yang

dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia

diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang

disimpan di tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani di jadikan

darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku

tersebut kemudian dijadikan-Nya segumapal daging (mudghah) dan

kemudian di balut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan

ruh. (Q.S, Al Mu’minun/23:12-24).

Al-Ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam

teori pembentukan (taswiyah) sebagai suatu proses yang timbul di

dalam materi yang membuatnya cocok untuk menerima ruh. Materi

itu merupakan sari pati tanah liat nabi Adam as yang merupakan cikal

bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau sel benih (nuthfah) ini yang

Page 33: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 33

semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai proses akhirnya

menjadi bentuk lain (khalq akhar) yaitu manusia dalam bentuk yang

sempurna.

Tanah liat menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan),

makanan menjadi darah, kemudian menjadi sperma jantan dan

indung telur. Kedua unsur ini bersatu dalam satu wadah yaitu rahim

dengan transformasi panjang yang akhirnya menjadi tubuh harmonis

(jibillah) yang cocok untuk menerima ruh. Sampai disini prosesnya

murni bersifat materi sebagai warisan dari leluhurnya. Kemudian

setriap manusia menerima ruhnya langsung dari Allah disaat embiro

sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari pertemuan ruh dan

badan, terbentuklah makhluk baru manusia.

c. Kedudukan Manusia

Kesatuan wujud manusia antara pisik dan pisikis serta

didukung oleh potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa

manusia sebagai ahsan at-taqwin dan merupakan manusia pada

posisi yang strategis yaitu: Hamba Allah (‘abd Allah) dan Khalifah

Allah (khalifah fi al-ardh).

1. Manusia Sebagai Hamba Allah (‘abd Allah)

Esensi hamba adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan

yang kesemuanya itu hanya layak di berikan kepada Tuhan.

Ketundukan dan ketaatan pada kodrat alamiah senantiasa berlaku

baginya. Ia terikat oleh hukum-hukum Tuhan yang menjadi kodrat

pada setiap ciptaannya, manusia menjadi bagian dari setiap

ciptaannya, dan ia bergantung pada sesamanya. Sebagai hamba

Allah, manusia tidak bisa terlepas dan kekuasaannya. Sebab,

manusia mempunyai fitrah (potensi) untuk beragama.

Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang

memiliki potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Dan

manusia dulu telah mengakui bahwa diluar dirinya ada zat yang lebih

berkuasa dan mengusa seluruh kehidupannya. Namun mereka tidak

Page 34: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 34

mengetahui hakikat zat yang berkuasa. Mereka aplikasikan apa yang

mereka yakini dengan berbagai bentuk ucapan ritual seperti

pemujaan terhadap batu besar, gunung, matahari, dan roh nenek

moyang mereka. Kesemuanya dalah bukti bahwa manusia memiliki

potensi untuk beragama, Allah berfirman:

Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (QS.Az-Zariyat: 56)

Bardasarkan Ayat tersebut terlihat bahwa seluruh tugas

manusia dalam hidup ini berakumulasi pada tanggung jawab

mengabdi (beribadah) kepada-Nya.

2. Manusia Sebagai Khalifah Allah fi al-Ardh

Bila ditinjau, kata khalifah berasal dari fi’il madhi khalafa, yang

berarti “mengganti dan melanjutkan”. Bila pengertian tersebut ditarik

pada pengertian khalifah, maka dalam konteks ini artinyalebih

cenderung kepada pengertian mengganti yaitu proses penggantian

antara satu individu dengan individu yang lain.

Menurut Quraish Shihab, istilah khalifah dalam bentuk mufrad

(tunggal) berarti pengusaan politik dan religius. Istilah inji digunakan

nabi-nabi dan tidak digunakan untuk manusia pada umumnya.

Sedangkan manusia bisa digunakan khala’if yang didalamnya

mengandung makna yang lebih luas, yaitu bukan hanya sebagai

penguasa dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam hubungan

pembicaraan dengan kedudukan manusia di alam ini, nampaknya

istilah khala cocok digunakan dibanding kata khalifah. Namun

demikian yang terjadi dalam penggunaan sehari-hari adalah bahwa

manusia sebagi khalifah di muka bumi. Dan sebagi seorang khalifah

manusia berfungsi mengantikan orang lain dan menempati tempat

Page 35: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 35

serta kedudukan-Nya. Ia menggantikan kedudkan orang lain dalam

aspek kepemimpinan atau kekuasaan. Dan Quraisy Shihab pun

menyimpulkan bahwa kata khalifah itu mencakup dua pengertian:

a. Orang yang di beri kekuasaan untuk mengelola wilayah, baik luas

maupun terbatas.

b. Khalifah memilki potensi untuk mengemban tugasnya, namun juga

dapat berbuat kesalahan dan kekeliruan.

d. Manusia dan Proses Pendidikan

Paulo freire, tokoh pendidikan Amerika Latin mengatakan

bahwa tujuan akhir dari proses pendidikan adalah memanusiakan

manusia (humanisasi), tidak jauh berbeda dengan pandangan diatas

M. Arifin berpendapat, bahwa proses pendidikan pada akhirnya

berlangsung pada titik kemampuan berkembangnya tiga hal yaitu

mencerdaskan otak yang ada dalam kepala (head) kedua, mendidik

akhlak atau moralitas yang berkembang dalam hati (heart) dan

ketiga, adalah mendidik kecakapan/ketrampilan yang pada prinsipnya

terletak pada kemampuan tangan (hand) selanjutnya populer dengan

istilah 3 H’s.

Berangkat dari arti pentingnya pendidikan ini, Karnadi Hasan

memandang bahwa pendidikan bagi masyarakat dipandang sebagai

“Human investment” yang berarti secara historis dan filosofis,

pendidikan telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral dan etik

dalam proses humanisasi dan pemberdayaan jati diri bangsa.

Merujuk dari pemikiran tersebut, Pendidikan adalah hajat hidup

bagi setiap manusia. Karena kita sadari bahwa tidak ada seorangpun

yang lahir di dunia ini dalam keadaan pandai (berilmu). Hal ini

membuktikan bahwa segala sesuatu di dunia ini merupakan proses

berkelanjutan yang tidak asal jadi seperti bayangan dan impian kita.

Berkaitan adanya proses tersebut, penciptaan manusia oleh Allah

SWT juga tidaklah sekali jadi.

Page 36: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 36

Ada proses penciptaan (khalq), proses penyempurnaan

(taswiyyah), dengan cara memberikan ukuran atau hukum tertentu

(taqdir), dan juga di berikannya petunjuk (hidayah). Dengan demikian

menurut Sunnatullah manusia sangat terbuka kemungkinannya untuk

mengembangkan segala potensi yang dia miliki melalui bimbingan dan

tuntunan yang tearah, teratur serta berkesinambungan yang

semuanya merupakan proses dalam rangka penyempurnaan manusia

(insan kamil) yang nantinya dapat memenuhi tugas dari kejadiannya

yaitu sebagai Khalifah Fil Ardl.

e. Manusia Menurut Filsafat Pendidikan Islam

Pemikiran filsafat mencakup ruang lingkup yang berskala

makro yaitu: kosmologi, ontology, philosophy of mind, epistimologi,

dan aksiologi. Untuk melihat bagaimana sesungguhnya manusia

dalam pandangan filsafat pendidikan, maka setidaknya karena

manusia merupakan bagian dari alam semesta (kosmos). Berangkat

dari situ dapat kita ketahui bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang

pada hakekatnya sebagai abdi penciptanya (ontology). Agar bisa

menempatkan dirinya sebagai pengapdi yang setia, maka manusia

diberi anugerah berbagai potensi baik jasmani, rohani, dan ruh

(philosophy of mind).

Sedangkan pertumbuhan serta perkembangan manusia dalam

hal memperoleh pengetahuan itu berjalan secara berjenjang dan

bertahap (proses) melalui pengembangan potensinya, pengalaman

dengan lingkungan serta bimbingan, didikan dari Tuhan (epistimologi),

oleh karena itu hubungan antara alam lingkungan, manusia, semua

makhluk ciptaan Allah dan hubungan dengan Allah sebagai pencita

seluruh alam raya itu harus berjalan bersama dan tidak bisa

dipisahkan.

Adapun manusia sebagai makhluk dalam usaha meningkatkan

kualitas sumber daya insaninya itu, manusia diikat oleh nilai-nilai illahi

(aksiologi), sehingga dalam pandangan Filsafat Pendidkan Islam,

Page 37: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 37

manusia merupakan makhluk alternatif (dapat memilih), tetapi

ditawarkan padanya pilihan yang terbaik yakni nilai illahiyat. Dari sini

dapat kita simpulkan bahwa manusia itu makhluk alternatif (bebas)

tetapi sekaligus terikat (tidak bebas nilai).

3. Ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat pendidikan Islam

a. Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dalam berbagai bentuk

terdapat 854 kali dalam al-Qur'an. Kata ini digunakan dalam makna

proses pencapaian tujuan. Ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan.

Jadi ilmu pengetahuan adalah pengetahaun yang jelas tentang

sesuatu. Di dalam Islam, ilmu pengetahuan bukan hanya diperoleh

dengan perantaraan akal dan indera yang bersifat empiris saja, tetapi

juga ada pengetahuan yang bersifat immateri, yaitu ilmu pengetahuan

yang berasal dari Allah sebagai khaliq (pencipta) pengetahuan

tersebut.

Al-Qur'an sangat memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu,

seperti perintah al-Qur'an menggunakan akalnya untuk berpikir dan

merenungkan semua ciptaan Allah dan segala peristiwa sejarah yang

telah terjadi di muka bumi. Dengan demikian, ilmu dan iman dalam

Islam bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.

b. Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran

Islam. Allah berfirman dalam al- Mujadalah ayat 11: “Allah

meninggikan derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara

kamu dan orang-orang yang berilmu. Dan Allah maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan.”

Dalam hal ini, keimanan dalam Islam akan menjadi pendorong

untuk menuntut ilmu, dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan

memperkokoh keimanan seseorang. Dengan demikian, Islam untuk

tidak pernah berhenti memotivasi umatnya menuntut ilmu.

c. Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Page 38: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 38

Dalam filsafat ilmu cara mendapatkan ilmu dinamakan

epistemologi. Dalam epistemologi Islam, pengetahuan diperoleh

melalui tiga cara yaitu bayani, irfani dan burhani.

1) Epistemologi Bayani

Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang

menekankan otoritas teks Arab (nass), secara langsung ataupun

tidak langsung, dan dijustifikasi oleh akal kebahasaan yang digali

lewat inferensial (dalil-dalil). Secara langsung artinya memahami

teks sebagai pengetahuan dan mengaplikasikannya langsung tanpa

perlu pemikiran. Secara tidak langsung berarti memahami teks

sebagai pengetahuan yang mentah, sehingga memerlukan tafsir dan

penalaran lebih mendalam. Meski demikian, hal ini bukan berarti

akal dan nalar dapat bebas menentukan makna dan maksudnya,

tetapi tetap bersandar pada teks. Epistemologi bayani menaruh

perhatian besar pada proses transmisi teks dari generasi ke

generasi, sampai kepada wilayah tafsir, fiqh, ushul fiqh, dan lain-lain.

2) Epistemologi ‘Irfani

Dalam menerjemahkan kata ‘irfan, ada dua makna kata yang

bisa dirujuk. Pertama, kata gnosis yang berarti pengetahuan intuitif

tentang hakikat spiritual yang diperoleh tanpa proses belajar. Kedua,

gnostik yakni pengetahuan tentang Allah yang dinisbahkan kepada

“gnostisime”.

‘Irfani jika dibandingkan dengan bayani, maka bayani

mendasarkan pengetahuannya kepada teks, sedangkan ‘irfani

mendasarkan pengetahuannya kepada kasf, yaitu tersingkapnya

rahasia-rahasia ketuhanan. Oleh karena itu, ‘irfan tidak diperoleh

berdasarkan analisis terhadap teks, akan tetapi dari hati nurani yang

suci, sehingga Tuhan menyingkapkan sebuah pengetahuan

(ladunni).

Page 39: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 39

‘Irfani dilakukan dengan menggunakan qiyas ‘irfani, yaitu

analogi makna batin yang diungkap dalam kasyf kepada makna

zahir yang ada dalam teks.

3) Epistemologi Burhani

Burhani, dalam bahasa Arab, berasal dari kata ‘al-burhan’

yang berarti argumen yang jelas (al-hujjah al-bayyinah). Dalam

logika (mantiq), burhani merupakan aktivitas berfikir untuk

menetapkan kebenaran melalui metode penyimpulan, dengan

menghubungkan suatu premis terhadap premis lain yang telah

terbukti kebenarannya. Secara umum, burhani adalah aktivitas nalar

yang menetapkan kebenaran suatu premis.

Burhani adalah aktifitas berpikir secara mantiqi yang identik

dengan silogisme atau al-qiyas al-jami`’ yang tersusun dari beberapa

proposisi. Burhani menekankan tiga syarat, yaitu: pertama,

mengetahui terma perantara (ma'rifah al-hadd al-awsat); kedua,

keserasian hubungan relasional antara terma perantara dan

kesimpulan (tartib al-‘alaqah bayn al-‘illah wa al-ma’lul); ketiga,

natijah (kesimpulan) harus muncul secara otomatis dan tidak

mungkin muncul kesimpulan yang lain. Kias ketiga ini yang inheren

dengan epistemologi burhani.

Dalam memandang proses keilmuan, kaum burhani merujuk

dari cara pikir filsafat yakni memahami hakikat sebenarnya adalah

universal. Hal ini menempatkan “makna” dari realitas pada posisi

otoritatif, sedangkan ”bahasa” bersifat partikular sebagai penegasan

atau ekspresi saja.

Oleh karena itu, ilmu burhani berpola dari nalar burhani dan

nalar burhani bermula dari proses abstraksi yang bersifat rasional

terhadap realitas sehingga muncul makna, sedangkan makna agar

bisa dipahami dan dimengerti, diaktualisasi lewat kata-kata (bahasa).

Page 40: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 40

Jadi secara struktural, proses yang dimaksud di atas terdiri dari tiga

hal, pertama, proses eksperimentasi yakni pengamatan terhadap

realitas. Kedua, proses abstraksi, yakni terjadinya gambaran atas

realitas dalam pikiran. Ketiga, ekspresi yaitu mengungkapkan

realitas dalam kata-kata.

Berkaitan dengan cara ketiga, pembahasan tentang silogisme

demonstratif atau kias burhani menjadi sangat signifikan. Silogisme

yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi qiyas jami’ terdiri

dari dua proposisi (qadiyah) yang kemudian disebut premis,

kemudian dirumuskan hubungannya dengan bantuan term tengah

untuk mendapatkan konklusi yang meyakinkan. Metode ini populer di

kalangan filsuf peripatetik. Sementara Ibn Rusyd mendefinisikan

burhani (demonstrasi) dengan suatu argumen yang konsisten, tidak

diragukan lagi kebenarannya, diperoleh dari premis yang pasti

sehingga kesimpulan yang akan diperoleh juga pasti, dan argumen

ini diliputi oleh fakta rasional. Jadi silogisme demonstratif atau kias

burhani yang dimaksud adalah silogisme yang premis-premisnya

terbentuk dari konsep-konsep yang benar, meyakinkan, sesuai

dengan realitas dan diterima oleh akal.

Aplikasi dari pembentukan silogisme ini harus melewati tiga

tahap, yaitu: tahap pengertian (ma’qulat), tahap pernyataan (‘ibarat)

dan tahap penalaran (tahlilat). Tahapan pengertian (ma’qulat),

merupakan proses awal dalam pikiran dan di sinilah terjadi

pengabstraksian realitas dari hasil pengalaman, pengindraan, dan

penalaran untuk mendapatkan suatu gambaran. Pengertian ini

merujuk kepada sepuluh kategori yaitu: substansi, kuantitas,

kualitas, aksi, pasivitas, relasi, tempat, waktu, sikap dan keadaan.

Tahapan pernyataan (‘ibarat) adalah tahap mengekspresikan

pengertian dalam kalimat yang disebut dengan proposisi. Dalam

proposisi ini harus memuat unsur subyek (maudu’) dan predikat

(muhmal) serta relasi antara keduanya, yang mempunyai pengertian

Page 41: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 41

dan mengandung kebenaran yaitu adanya kesesuaian dengan

realitas dan tiada keragu-raguan dan persangkaan. Untuk

memperoleh sebuah pengertian yang meyakinkan harus

mempertimbangan al-alfaz al-khamsah (lima konsep universal);

pertama, jenis (genus) yakni sebuah klasifikasi yang dapat dibagi ke

dalam klas-klas lain yang disebut spesies. Kedua, nau’ (spesies)

yaitu konsep universal yang mengandung satu pengertian tetapi

memiliki hakikat yang berbeda. Ketiga, fasl (differentia) yaitu sifat

yang membedakan secara mutlak. Keempat, kekhususan

(propirum), pada suatu benda tetapi hilangnya sifat ini tidak akan

menghilangkan eksistensinya. Kelima, ‘ard (aksidensi) atau sifat

khusus yang tidak bisa diterapkan pada semua benda.

Tahapan penalaran (tahlilat), ini dilakukan dengan perangkat

silogisme. Sebuah silogisme harus terdiri dari dua proposisi yang

kemudian disebut premis mayor (al-hadd al-akbar) untuk premis

yang pertama dan premis minor (al-hadd al-asghar) untuk premis

yang kedua, yang kedua-duanya saling berhubungan dan darinya

ditarik kesimpulan logis.

Menurut Muhammad ‘Abid al-Jabiri, dalam burhani pasti

terdapat silogisme, tetapi belum tentu dalam silogisme itu ada

burhani. Silogisme yang burhani (silogisme demonstratif atau kias

burhani) selalu bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, bukan

untuk tujuan tertentu seperti yang dilakukan oleh kaum sophis.

Silogisme (al-qiyas) dapat disebut sebagai burhani, jika memenuhi

tiga syarat: pertama, mengetahui sebab yang menjadi alasan dalam

penyusunan premis; kedua, adanya hubungan yang logis antara

sebab dan kesimpulan; dan ketiga, kesimpulan yang dihasilkan

harus bersifat pasti, sehingga tidak ada kesimpulan lain selain itu.

Syarat pertama dan kedua adalah yang terkait dengan silogisme (al-

qiyas). Sedangkan syarat ketiga merupakan karakteristik silogisme

burhani, karena kesimpulan bersifat pasti dan tidak menimbulkan

Page 42: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 42

kebenaran lain. Hal ini dapat terjadi, jika premis-premis tersebut

benar dan kebenarannya telah terbukti lebih dulu sebelum

kesimpulannya.

Kebenaran yang dihasilkan oleh pola pikir burhani adalah

kebenaran koherensi atau konsistensi, sebab burhani menuntut

penalaran yang sistematis, logis, saling berhubungan dan konsisten

antara premis-premisnya. Oleh karena itu, kebenaran burhani

ditegakkan atas dasar hubungan antara keputusan baru dengan

keputusan lain yang telah ada dan diakui kebenarannya serta

kepastiannya sehingga kebenaran identik, konsisten, dan saling

berhubungan secara sistematis.

4. Masyarakat dalam perspektif filsafat pendidikan Islam

Masyarakat dalam himpunan individu dan kumpulan keluarga

yang bertempat tinggal pada suatu wilayah tertentu, hidup bersama

dengan landasan peraturan yang berlaku dalam lingkungannya.

Masyarakat adalah dinamika dari berbagai cara pandang dan

variasi perilaku individu sebagai creator kehidupan social yang

potensial dalam melakukan tindakn sesuai dengan hasratnya masing-

masing Jika konsep masyarakat dan budaya berlaku, otomatis

potensi individual terjebak dalam sistem normatif yang dapat

menghentikan proses dinamis dari berbagai potensi individual. Oleh

karena itu, masyarakat adalah sebagai institusi social yang mewadahi

berbagai tindakkan individu, mempersamakan persepsi tentang

tujuan berkelompok dan melakukan tugas serta fungsi social sesuai

dengan kesepakatan yang terjadi lingkungan soaialnya masing-

masing.

Adapun dalam kehidupan masyarakat selalu terdapat proses

kebudayaan yang interaktif, yaitu;

a. Proses saling belajar dalam berbudaya melalui interaksi dalam

masyarakat yang terorganisasi atau masyarakat yang kompleks

b. Proses saling berbagi budaya diantara anggota organisasi

Page 43: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 43

c. Proses saling mewariskan budaya dari generasi ke genarasi atau

lintas generasi

d. Proses simbolisasi perilaku yang dipandang representative bagi

integrasi kultural organisatoris

e. Proses pembentukkan dan pengintegrasian perilaku sosial

f. Proses adaptasi dari semua perilaku masyrakat institusional, yang

memperkuat heterogenitas perilaku, sebaliknya memperlemah

dinamika persepsi dan tindakkan.

Dalam persfektif filsafat pendidikan Islam, proses saling belajar

yang dapat berlaku di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat merupakan perjalanan kebudayaan manusia

dalam mencerdaskan dirinya, meningkatkan kesadarannya sebagai

makhluk yang berbudi luhur, makhluk yang belajar memahami

keinginan manusia yang beragam.

Masyarakat adalah cermin bagi kehidupan manusia, secara

filosofis belajar yang paling sempurna adalah belajar dari kehidupan

masyarakat, sebagaimana Rasullullah SAW. menyarankan untuk

belajar dari kehidupan pasar karena di pasar ada kejujuran,

kebohongan, kegembiraan, kepedihan, dsb. Belajarlah pada

kejujuran karena dengan itu modal masuk surga.

Tujuan utama dalam pendidikan Islam, yang diperoleh anak

didik di bangku sekolah adalah agar dapat dimanfaatkan untuk

kehidupan masyarakat. Belajar ilmu pengetahuan bertujuan

membentuk akhlak yang mulia sehingga dengan akhlak yang mulia

akan terbangun masyarakat yang berakhlak mulia karena kemuliaaan

masyarakat berawal dari kemuliaan akhlak individu yang

membangunnya.

Hal tersebut menggambarkan bahwa konsep masyarakat

dalam islam berawal dari 4 kondisi sosial yang menjadi faktor

pendukungnya, yaitu:

a. Adanya hukum asal bahwa manusia adalah umat yang satu

Page 44: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 44

b. Telah terjadi perpecahan karena adanya perbedaan kepentingan

individual dan kelempok

c. Muncul tokoh manusia atau rosul yang membawa risalah dengan

sumber ajaran yang berasal sesuatu yang diyakini (Tuhan) yang

bermaksud mendamaikan manusia.

d. Kunci dari perdamaian manusia adalah interaksi atau silaturrahim

sebagai puncak keasatuan dalam keragaman, karena adanya

keragaman maka kehidupan manusia menjadi fungsional.

Pola interaksi yang dibentuk secara institusional, pertama kali

dipusatkan pada suatu bangunan yang menjadi tempat

berkomunikasinya manusia muslim dengan Allah. Oleh karena itulah,

Rasullullah SAW dalam perjuangan dakwahnya pertama-tama

membengun mesjid, yakni mesjid nabawi. Mesjid adalah lembaga

yang membangun interaksi timbale balik dengan kekuatan social dan

kekuatan emisional keberagaman manusia.

Bentuk dan lingkungan sosial umat islam ditentukan oleh

aktifitas keagamaannya sedangkan aktifitas tersebut bergantung

pada dinamika masyarakat dalam memakmurkan mesjid sebagai

pusat budaya muslim. Sejak Zaman nabi Muhammad SAW. sampai

sekarang, mesjid adalah lembaga yang bukan hanya dijadikan tempat

ritual, tetapi sebagai tempat bermusyawarah, menimba ilmu,

menyamakan persepsi tentang kehidupan dunia dan akhirat, serta

tempat yang sangat tepat untukpusat informasi dan komunikasi

bermasyarakat.

Dengan pandangan diatas, kedudukan masyarakat dalam

filsafat pendidikan Islam dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Masyarakat adalah sebagai guru bagi semua manusia yang

memiliki kemauan mengambil pelajaran dari setiap yang terjadi di

dalamnya.

b. Masyarakat adalah sebagai subjek yang menilai keberhasilan

pendidikan.

Page 45: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 45

c. Masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah

belajar di berbagai lingkungan.

d. Masyarakat adalah ujian paling sulit bagi aplikasi hasil-hasil

pendidikan.

e. Masyarakat adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia

pendidikan.

f. Masyarakat adalah etika dan estetika pendidikan karena norma-

norma individu berproses menjadi norma sosialdan norma social

yang disepakati dalam masyarakat merupakan puncak estetika

kehidupan.Tanpa ada norma sosial yang disepakati,

sesungguhnya kehidupan tidak indah

D. Soal

1. Bagaimana kedudukan alam semesta dalam persepektif

filsafat pendidikan Islam ?

2. Bagaimana manusia dalam perspektif filsafat pendidikan

Islam?

3. bagaimana ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat

pendiidikan Islam?

4. Bagaimana masyarakat dalam filsafat pendidikan Islam ?

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta, Gaya Media Pratama, 1997.

Musa Asy’ari, Filsafat Islam, Yogyakarta : LESFI, 2010.

Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

Page 46: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 46

H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

A. Tafsir, dkk, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, Editor: Tedi Priatna, M. Ag, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004.

BAB V

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya

awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan” (hal,

cara dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa

Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan

kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa

Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.

Dalam bahasa Arab, istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah”

yang berarti pendidikan.4

Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan

atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik

untuk perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah yang lebih baik.

Sedangkan hakikat tujuan pendidikan islam itu sendiri adalah untuk

membentuk insan yang memiliki dimensi religius, berbudaya dan

berkemampuan ilmiah, dalam istilah lain disebut “insan kamil”.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian pendidikan Islam

2. Mahasiswa mampu memahami tugas dan fungsi pendidikan

Islam

3. Mahasiswa mampu memahami dasar dan tujan pendidikan

Islam

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

4 H.Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan

dan pemikiran Para tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 83.

Page 47: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 47

1. Mahasiswa dapat mendeskripsikan pengertian pendidikan

Islam

2. Mahasiswa dapat membedakan dan memapaparkan tugas dan

fungsi pendidikan Islam

3. Mahasiswa dapat menjelaskan dasar dan tujuan pendidikan

Islam

C. Uraian Materi

1. Pengertian pendidikan Islam

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya

mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari

ketiga istilah tersebut term yang popular digunakan dalam praktek

pendidikan Islam ialah al-tarbiyah. Sedangkan al-ta’dib dan al-

ta’lim jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut

telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.

Istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata

ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya

menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat,

mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.

Proses pendidikan Islam adalah bersumber pada

pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh

ciptaanNya, termasuk manusia. Pengertian pendidikan Islam yang

dikandung dalam al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan,

yaitu:

a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang

dewasa (baligh).

b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.

c. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.

d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

Istilah al-ta’lim telah digunakan sejak periode awal

pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih

bersifat universal di banding dengan al-tarbiyah maupun al-ta’dib.

Page 48: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 48

Misalnya mengartikan al-ta’lim sebagai proses transmisi brbagai

ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan

ketentuan tertentu. Melainkan membawa kaum muslimin kepada

nilai pendidikan tazkiyah an-nafs (pensucian diri) dari segala

kotoran, sehingga memungkinkannya menerima al-hikmah serta

mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui.

Istilah al-ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang

secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia

(peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala

sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini,

pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing kearah

pengenalan dan pengakuan kepada Tuhan yang tepat dalam

tatanan wujud dan kepribadiaannya.

Pada kata al-tarbiyah yang memiliki arti pengasuhan,

pemeliharaan, dan kaih saying tidak hanya digunakan untuk

manusia, akan tetapi juga digunakan untuk melatih dan

memelihara binatang atau makhluk Allah lainnya.

Di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah:

a. Mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses

mengubah tingkah laku individu peserta didik pada

kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.

b. Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya

mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik

hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang

tinggi dan kehidupan yang mulia.

c. Mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju

terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil).

Page 49: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 49

d. Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang

diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara

maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

2. Tugas dan fungsi pendidikan Islam

a. Tugas Pendidikan Islam

Tugas pendidkan islam bersifat continue dan tanpa

batas. Pendidikan islam merupakan proses tanpa akhir,

sehingga pendidikan islam merupakan pendidikan yang terus

menerus yang dikenal dengan istilah “min al-mahdi ila al-lahd”

atau dalam istilah lain “life long education” pendidikan

sepanjang hayat.

Tugas pendidikan Islam pada hakikatnya bertumpu pada

dua aspek:

1) Pendidikan tauhid

Pendidikan tauhid dilakukan dengan pemberian

pemahaman terhadap dua kaliamat syahadat; pemahaman

terhadap jenis-jenis tauhid (rububiyah, uluhiyah, asma dan

sifat); ketundukan, kepatuhan dan keikhlasan menjalankan

islam; dan menghindarkan dari segala bentuk kemusyrikan.

2) Pendidikan pengembangan tabiat peserta didik

Adalah mengembangkan tabiat peserta didik agar

mampu memenuhi tujuan penciptaannya, yaitu beribadah

kepada Allah SWT dan menyediakan bekal untuk beribadah

seperti makan dan minum. Manusia yang sempurna adalah

mereka yang senantiasa beribadah, baik diniyyah maupun

beribadah qauniyah.

Page 50: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 50

Untuk menelaah tugas-tugas pendidikan agama islam,

dapat dilihat dari tiga pendekatan. Hal ini dapat dijelaskan

dibawah ini.

1. Pendidikan Sebagai Pengembangan Potensi

Tugas pendidikan islam ini merupakan realisasi dari

pengertain tarbiyah “al-insya” yaitu menumbuhkan atau

mengaktualisasikan potensi. Asumi tugas ini adalah bahwa

manusia mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan

sedangkan pendidikan merupakan proses untuk

menumbuhkembangkan potensi-potensi itu.

Abdul Mujid menyebutkan tujuh macam potensi bawaan

manusia, yaitu :

a. Al-Fitrah (citra asli)

Fitrah merupakan citra asli manusia, yang berpotensi

baik atau buruk dimana aktualisasinya tergantung pilihannya.

Fitrah adalah citra asli yang dinamis, yang terdapat pada

sistem-sistem psikopisik manusia, dan dapat diaktualisasikan

dalam bentuk tingkah laku. Seluruh manusia memiliki fitrah

yang sama, meskipun perilakunya berbeda. Fitrah manusia

yang paling esensial adalah penerimaan terhadap amanah

untuk menjadi khalifah dan Hamba Allah di muka bumi.

Jenis fitrah memiliki banyak dimensi, diantaranya:

1) Fitrah agama

Sejak di alam roh, manusia telah mempunyai komitmen

bahwa Allah adalah Tuhannya. Oleh katena itu sejak lahir

manusia sudah mempunyai naluri atau insting beragama.

2) Fitrah intelek

Dengan adanya fitrah intelek ini manusia dapat

memperoleh pengetahuan dan dapat membedakan antara yang

baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. Karena fitrah

ini lah pembeda jelas antara manusia dengan hewan.

Page 51: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 51

3) Fitrah sosial

Manusia cenderung hidup berkelompok yang di dalamnya

terbentuk suatu ciri-ciri khas yang disebut dengan kebudayaan.

Tugas pendidikan disini adalah menjadikan kebudayaan

khususnya islam sebagai proses kurikulum pendidikan islam

dalam seluruh peringkat dan tahapannya.

4) Fitrah susila

Adalah suatu kemampuan manusia mempertahankan diri

dari sifat-sifat amoral, sifat-sifat yang menyalahi tujuan Allah

yang menciptakannya. Manusia yang menyalahi fitrah susilanya

akan berakibat manusia menjadi hina.

5) Fitrah ekonomi

Suatu kemampuan yang dimiliki manusia untuk

mempertahankan hidupnya dengan upaya memenuhi

kebutuhan jasmaniahnya, semi kelangsungan hidupnya. Fungsi

utama fitrah ini adalah untuk memanfaatkan kekayaan alam

untuk merealisasikan tugas-tugas kekhalifahan dalam rangka

beribadah kepada Allah SWT. bukan untuk kepentingan pribadi

sehingga menjadikan manusia diperbudak materi.

6) Fitrah seni

Adalah suatu kemampuan yang dimili oleh manusia yang

dapat menimbulkan daya estetika. Dalam proses belajar

mengajar semestinya memberikan suasana gembira, karena

pendidikan merupakan proses kesenian, oleh karena itu

dibutuhkan seni mendidik.

7) Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan, kesamaan,

ingin dihargai, kawin, cinta tanah air, dan kebutuhan hidup

lainnya.

Page 52: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 52

Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) dapat

dilakukan dengan kegiatan belajar, baik pendidikan formal,

informal atau nonformal.

b. Struktur manusia

Struktur manusia terdiri atas jasmani, rohani dan nafsani.

Struktur nafsani terbagi atas tiga macam, yaitu kalbu, akal, dan

hawa nafsu.

c. Al-Hayah (vitality)

Hayah adalah daya, tenaga, energi atau vitalitas hidup

manusia yang karenanya manusia dapat bertahan hidup. Al-

hayah disebut juga sebagai nyawa manusia.

d. Al-Khuluq

Akhlak adalah kondisi batiniyah individu yang mencakup al-

thab’u dan al-sajiyah. Khuluq dapat disamakan dengan karakter

masing-masing individu memerlukan keunikan tersendiri.

Dalam terminologi psikologi, karakter adalah watak atau sifat

dasar yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan

ciri mengidentifikasi kepribadian seseorang.

e. Al-Tab’u (tabiat)

Tabiat adalah citra batin individu yang menetap. Citra ini

terdapat pada konstitusi individu yang diciptakan oleh Allah

SWT sejak lahir. Al thab’u sama dengan tempramen yang tidak

dapat diubah, namun didalam Al-Qur’an, tabiat manusia

mengarah pada perilaku baik atau buruk.

f. Al-Sajiyah (Bakat)

Sajiyah adalah kebiasaan individu yang berasal dari hasil

integrasi antara karakter individu dengan aktivitas-aktivitas

yang diusahakan. Dalam terminologi psikologi, sajiyah

Page 53: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 53

diterjemahkan dengan bakat yaitu kapasitas, kemampuan yang

bersifat potensial.

g. Al-Sifat (sifat-sifat)

Sifat yaitu satu ciri khas individu yang relatif menetap,

secara terus menerus dan konsekuen yang diungkapkan dalam

satu deretan keadaan. Sifat-sifat totalitas dalam diri individu

dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu deferesiansi, regulasi,

dan integrasi. Deferensiasi adalah perbedaan mengenai tugas-

tugas dan pekerjaan dari masing-masing bagian tubuh.

Misalnya fungsi jasmani dan rohani (kejiwaan) manusia.

Regulasi adalah dorongan untuk mengadakan perbaikan

sesudah terjadi gangguan didalam organism manusia. Integrasi

adalah proses yang membuat keseluruhan jasmani dan rohani

manusia yang menjadi satu kesatuan harmonis, karena terjadi

satu sistem pengaturan yang rapi.

h. Al-‘Amal (perilaku)

Amal yaitu tingkah laku individu, yang tergambar dalam

bentuk perbuatan nyata. Pada tingkat amal ini kepribadian

individu dapat diketahui, sekalipun kepribadian yang dimaksud

mencakup lahir dan batin.

2. Pendidikan Sebagai Pewarisan Budaya

Tugas pendidikan Islam adalah mewariskan nilai-nilai

budaya islami. Kebudayaan islam akan mati bila nilai-nilai dan

norma-normanya tidak berfungsi dan belum sempat diwarikan

pada generasi berikutnya.

Dalam pendidikan islam, sumber nilai kebudayaan dapat

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Nilai Ilahiyah : yaitu nilai imam dan takwa. Nilai ini tidak

mengalami perubahan, karena mengandung kemutlakan bagi

kehidupan manusia selaku pribadi dan selaku anggota

masyarakat, tidak berubah karena mengikuti hawa nafsu.

Page 54: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 54

Pelaku pendidikan memiliki tugas untuk menginterpretasikan

nilai-nilai itu, agar nilai-nilai itu dapat diaplikasikan dalam

kehidupan.

b. Nilai Insaniyah : nilai yang tumbuh atas kesepakatan

manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban manusia.

Nilai ini bersifat dinamis, yang keberlakuannya relatif dibatasi

oleh ruang dan waktu. Nilai insani kemudian melembaga

menjadi tradisi yang diwariskan secara turun temurun dan

mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Pelaku

pendidikan memiliki tugas tidak saja menginterpretasikan nilai-

nilai itu, tetapi juga bagaimana mengontrol nilai-nilai itu untuk

mendekati pada nilai idealnya, sehingga terjadi keselarasan

dan keharmonisan batin dalam menjalankan nilai itu.

Tugas pendidik adalah bagaimana pendidik mampu

melestarikan dan mentranformasikan nilai ilahiyah yang intrinsik

(qath’i) harus diterima sebagi suatu kebenaran mutlak,

sementara nilai ilahiyah yang instrumental dapat dikembangkan

sesuai denga kondisi zaman, tempat dan keadaan. Sedangkan

untuk nilai insaniyah, tugas pendidik senantiasa melakukan

inovasi dan menumbuhkan kreativitas diri agar nilai itu

berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat.

3. Pendidikan sebagai Interaksi Pengembangan Potensi dan Pewarisan Budaya

Manusia secara potensial mempunyai dasar yang harus

diaktualkan dan dilengkapi dengan peradaban dan kebudayaan

islam. Aplikasi peradaban dan kebudayaan harus relevan

dengan kebutuhan pengembangan potensi dasar manusia.

Interaksi antara potensi dan budaya itu harus mendapatkan

tempat dalam proses pendidikan, dan jangan sampai ada salah

satunya yang diabaikan. Tanpa interaksi tersebut harmonisasi

kehidupan akan terhambat.

Page 55: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 55

Secara garis besar tugas pokok pendidikan islam adalah

membantu pembinaan peserta didik pada ketakwaan dan

berakhlak karimah yang dijabarkan dalam pembinaan

kompetensi enam aspek keimanan, lima aspek keislaman, dan

multi aspek keihsanan. Selain itu, tugas pendidikan juga

mempertinggi kecerdasan dan kemampuan dalam memajukan

ilmu pengetahuan dan teknologi, beserta manfaat dan

aplikasinya dan dapat meningkatkan budaya dan lingkungan,

dan pandangan hidup sebagai manusia yang komunikatif

terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan sesame manusia

serta sesama makhluk lain. Tugas itu dapat menumbuhkan

kreatifitas peserta didik, melestarikan nilai-nilai, serta

membekali kemampuan produktivitas pada peserta didik.

b. Fungsi pendidikan Islam

Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala

fasilitas yang dapat memudahkan tugas-tugas pendidikan Islam

tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. Penyediaan

fasilitas ini mengandung arti dan tujuan yang bersifat struktural

dan institusional/operasional.

Secara structural, pendidikan Islam menuntut adanya

struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan,

baik pada dimensi vertical maupun horizontal. Sementara

secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses

pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi

kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus

berkembang. Untuk itu, diperlukan kerjasama berbagai jalur

dan jenis pendidikan, mulai dari sistem pendidikan sekolah

maupun pendidikan luar sekolah.

Secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari

dua bentuk, yaitu:

Page 56: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 56

1) Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan

tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan social,

serta ide-ide masyarakat dan nasional.

2) Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan

perkembangan. Upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu

pengetahuan dan skiil yang dimiliki, serta melatih tenaga-

tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam

menemukan perimbangan perubahan social dan ekonomi

yang demikian dinamis.

3. Dasar dan tujuan pendidikan Islam

a. Dasar Pendidikkan Islam

Yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah

pandangan hidup yang mendasari seluruh aktifitas pendidikan.

Karena dasar menyangkut masalah ideal dan fundamental,

maka diperlukan landasan dan pandangan hidup yang kokoh

dan komprehensif, serta tidak berubah. Hal ini karenatelah

diyakini kebenarannya yang telah teruji oleh sejarah. Kalau

nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang dijadikakn dasar

pendidikanitu bersifat relatif da temporal, maka pendidikan

akan mudah terombanh ambing oleh kepentingan dan

tuntutan sesaat yang bersifat teknis dan pragmatis.

Sebagai aktifitas yang bergerak dalam proses

pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam

memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja.

Dengan daar ini akan memberi arah bagi pelaksanaan

pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini,dasar

yang menjadi acuan pendidikan Islam hhendaknya meruoakan

sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat

mengantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan.

Page 57: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 57

Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam

adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah (hadis).

Terdapat dalam Al-Qur’an, surat Asy-Syura ayat 52, yang artinya: “Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al-Qur’an Itu cahaya yang kami beri petunjuk dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang benar.”

Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya:

“Sesungguhny a orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikiranya, serta menasehati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan ajran-Nya selam hayatnya, maka beruntung dan memoleh kemenangan ia.” ( Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin hal 90).

Dari ayat Al-Qur’an dan Hadis Nabi diatas dapat diambil

titik relevansinya dengan atau sebagai dasar pendidikan

agama, mengingat :

1) Bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk

memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti

memberi bimbingan kearah jalan yang diridhai Allah SWT.

2) Menuru hadis Nabi bahwa diantara sifat orang mu’min ialah

saling menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang

dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk

pendidikan islam.

3) Al-Qur’an dan Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi

adalah benar-benar memberi petunjuk kejalan yang lurus,

sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling

memberi petunjuk, memebrikan bimbingan, penyuluhan dan

pendidikan islam.

Moh. Athiyah al-Abrasyi dalam bukunya “Dasar-dasar

Pokok Pendidikan Islam” menegaskan bahwa pendidikan

Page 58: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 58

agama adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka,

menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan

mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan

mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas

dan jujur.

Menetapkan Al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar

pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai

kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun

justru karena kebenaran terdapat dalam dua dasar tersebut

dapat diterima oleh akal manusia dan dapat dibuktikan

dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebaga

pedoman, al-Qur’an tida ada keraguan padanya (Q.S. Al-

Baqarah/2:2). Ia tetap terpelihara kesuciannya dan

kebenarannya (Q.S.s ArRa’d/15:9), baik dalam pembinaan

aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial budaya dan

pendidikan. Demikian pula kebenaran hadis ssebaga dasar

kedua bagi pendidikan Islam. Kepribadian Rasul (Q.S. Al-

Ahzab/33:21). Oleh karena itu prilakunya senantiasa

terpelihara dan terkontrol ole Alllah SWT (Q.S. An-

Najm/53:3-4).

Dalam pendidikan Islam, Sunnah Rasul mempunyai

dua fungsi, yaitu: (1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam

yang terdapat dalam al-Qur’an dan menjelaskan hal-halyang

tidak terdapat didalamnya, (2) Menyimpulkan metode

pendidikan dari kehidupan Rasululllah bersama sahabat,

perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan

yang pernah dilakukannya.

Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut

Sa’id Ismail Ali, sebagaimana dikutip Langgulung terdiri atas

enam macam, yaitu; al-Quran , Sunnah, qaul shahabat,

maalih al-mursalah, ‘urf dan pemikiran hasil dari ijtihad

Page 59: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 59

intelektual muslim. Seluruh rangkaian dasar tersebut secara

secara hierarki menjadi acuan pelaksanaan sistem

pendidikan Islam.

2) Tujuan Pendidikan Islam

Jika kita berbicara tentang tujuan pendidikan Islam,

berarti berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak islami.

Hal ini mengandung makna bahwa tujuan pendidikan Islam

tidak lain adala tujuan yang merealisasi idealitas islami.

Sedang idealitas islami itu sendiri pada hakikatnya adalah

mengandung nilai prilaku manusia yang didasari atau dijiwa

oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan

mutlak yang harus ditaati.

Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling

tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Tujuan dan tugas manusia dimuka bumi, baik secara

vertikal maupun horizontal.

2. Sifat-sifat dasar manusia.

3. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban

kemanusiaan.

4. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini

setidaknya ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu ;(a)

mengandung nilai yang berupaya meningkatkan

kesejahteraan hidup manusia dimuka bumi. (b)

mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha

keras untuk meraih kehidupan yang baik. (c) mengandung

nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan

dunia dan akhirat.

Berdasarkan batasan diatas, para ahli pendidikan

(muslim) mencoba merumuskan tujuan pendidikan Islam.

Diantaranya al-Syaibany, mengemukakan bahwa tujuan

Page 60: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 60

tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan

dunia dan akhirat.

Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah

mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan

dan akalnya secara dinamis, sehhingga akan terbentuk pribadi

yang utuh dan mendukung bagi pelaksaan fungsinya sebagai

khalifah didunia. Pendekatan tujuan ini memiliki makna,

bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi

muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak”

Tuhan sesuai dengan syari’at Islam, serta mengisi tugas

kehidupannya di dunia dan menjadikan kehidupan akhirat

sebagai tujuan utama pendidikannya.

Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan

pendidikan Islam menurut al-Quran meliputi; (1) Menjelaskan

posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah

lainnya dan tanggungjawabnya dalam kehidupan ini. (2)

Menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan

tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.

(3) Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan

tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara

memakmurkan alam semesta. (4) Menjelaskan hubungannya

dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta.

Tujuan pendidikan (al-Quran) Islam adalah membina

manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu

menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya

guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang telah

ditetapkan Allah.

Berdasarkan rumusan di atas dapat dipahami, bahwa

pendidikan Islam merupakan proses membimbing dan

membina fitrah pserta didik secara maksimal dan bermuara

pada terciptanya pribadi peserta didik ssebagai muslim

Page 61: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 61

paripurna (insan kamil). Melalui sosok pribadi yang demikian,

peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi

iman, ilmu dan amal (Q.S. Al-Mujaadilah/58:11) secara

integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia

maupun akhirat.

D. Soal

1. Jelaskan yang dimaksud dengan pendidikan Islam?

2. Uraikan tugas dan fungsi pendidikan Islam?

3. Bagaimana dasar dan tujuan pendidikan Islam?

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

H.Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan pemikiran Para tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009

Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

Hasan Langgulung, Asas-asas pendidikan Islam, Cet. II, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988.

H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Page 62: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 62

BAB VI

PARADIGMA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK

Menurut perspektif pendidikan Islam, hakekat tujuan hidup

seorang muslim adalah mengabdi kepada Allah. Pengabdian pada Allah

sebagai realisasi dari keimanan yang diwujudkan dalam amal, tidak lain

untuk mencapai derajat taqwa. Beriman dan beramal saleh merupakan

dua aspek kepribadian yang dicita-citakan oleh pendidikan Islam. 5

Oleh karena itu, seorang pendidik harus memiliki tanggung jawab

untuk mengantarkan peserta didik ke arah tujuan tersebut, yaitu dengan

menjadikan sifat-sifat Allah sebagai bagian dari karakteristik

kepribadiannya. Untuk itu, keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan

sangat penting. Hal ini disebabkan kewajibannya tidak hanya

mentrasformasikan pengetahuan (knowledge), akan tetapi juga dituntut

menginternalisasikan nilai-nilai (value) pada peserta didik. Bentuk nilai

yang ditransformasikan dan disosialisasikan paling tidak meliputi hal

berikut; nilai etis, nilai pragmatis, nilai effect sensoric, dan nilai religius.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu memahami kedudukan pendidik dalam

pendidikan Islam

5Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1992), 74.

Page 63: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 63

2. Mahasiswa mampu memahami hakikat peserta didik dalam

pendidikan Islam

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan kedudukan pendidik dalam

pendidikan Islam

2. Mahasiswa dapat menjelaskan hakikat peserta didik dalam

pendidikan Islam.

C. Uraian Materi

1. Kedudukan Pendidik dalam pendidikan Islam

a. Kedudukan pendidik

Salah satu unsur penting dari proses kependidikan

adalah pendidik. Di pundak pendidik terletak tanggungjawab

yang amat besar dalam upaya mengantar peserta didik ke arah

tujuan pendidikan yang di cita-citakan.

Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki

tanggungjawab untuk mendidik. Secara khusus, pendidik dalam

perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang

bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan

mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik,

baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan

nilai-nilai ajaran Islam.

Dalam pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan

murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. menurut

peristilahan yang dipakai dalam pendidikan dalam Islam. Kelima

istilah ini mempunyai tempat tersendiri dan mempunyai tugas

masing-masing.

Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan

peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan

Page 64: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 64

memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka

bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

Mu’allim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu

mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam

kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya,

sekaligus melakukan transfer ilmu

pengetahuan,internalisasi serta implementasi.

Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan

peserta didik untuk bertanggungjawab dalam membangun

peradaban yang berkualitas di masa depan.

Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan

intelektual dan informasi serta memperbaharui pengetahuan dan

keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan

peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih

keterampilan sesuai dengan bakat , minat dan kemampuannya.

Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau

sentrali dentifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan

dan konsultan bagi peserta didiknya.

Oleh karena itu, pendidik dalam perspektif pendidikan

Islam ialah orang yang bertanggungjawab terhadap upaya

perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai

tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas

kemanusiannya (baik sebagai khalifah fi al-ardh maupun ‘abd)

sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

b. Tugas pendidik menurut filsafat pendidikan Islam

Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,

membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia

untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Hal

tersebut karena tujuan pendidikan islam yang utama adalah

upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum

mampu membiasakan diri dalam peribadatan pada peserta

Page 65: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 65

didiknya, maka ia mengalami kegagalan, sekalipun peserta

didiknya memiliki prestasi akademis yang luar biasa. Hal itu

mengandung arti akan keterkaitan antara ilmu dan amal shaleh.

Kadang kala seseorang terjebak dengan sebutan

pendidik, misalnya ada sebagian orang yang mampu

memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of

knowledge) kepada orang lain sudah dikatakan sebagai pendidik.

Sesungguhnya seorang pendidik bukanlah bertugas itu saja,

tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan

(manager of learning) pengarah (director of learning), fasilitator

dan perencana (the planner of future society). Oleh karena itu

fungsi dan tugas pendidik dalm pendidikan dapat disimpulkan

menjadi 3 bagian, yaitu:

1) Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas

merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program

yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan

penilaian setelah program dilakukan.

2) Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan

peserta didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil

seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.

3) Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin,

yang mengendalikan kepada diri sendiri, peserta didik dan

masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah yang

menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,

pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang

dilakukan.

Dalam tugas itu, seorang pendidik dituntut untuk

mempunyai seperangkat prinsip keguruan. Prinsip keguruan itu

dapat berupa: (a) kegairahan dan kesediaan untuk mengajar

seperti memperhatikan: kesediaan, kemampuan, pertumbuhan,

dan perbedaan peserta didik; (b) membangkitkan gairah peserta

Page 66: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 66

didik; (c) menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik;

(d) mengatur proses belajar mengajar yang baik; (e)

memperhatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang

mempengaruhi proses mengajar; dan (f) adanya hubungan

manusiawi dalam proses belajar mengajar.

Muhaimin secara utuh mengemukakan tugas-tugas

pendidik dalam pendidikan islam. Dalam rumusannya, Muhaimin

menggunakan istilah ustadz, mu’allim, murabbi’, mursyid,

mudarris dan muaddib. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel

sebagai berikut:

NO. PENDIDIK KARAKTERISTIK DAN TUGAS

1 Ustadz Orang yang berkomitmen dengan profesionalitas yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja serta sikap continous improvement.

2 Mua’llim Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan prakteknya sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.

3 Murabbi’ Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tdak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitarnya.

4 Mursyid Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.

5 Mudarris Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

Page 67: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 67

c. Karakteristik pendidik

Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik

hendaknya memiliki karakteristik yang dapat

membedakannya dari yang lain. Dengan karakteristiknya,

menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh

totalitas kepribadiannya. Totalitas tersebut kemudian akan

teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan perbuatannya.

Dalam hal ini batasan karakteristik seorang pendidik antara

lain:

1) Hendaknya memiliki sifat zuhud, yaitu melaksanakan

tugasnya bukan semata-mata karena materi, akan tetapi

lebih dari itu adalah karena mencari keridhaan Allah.

2) Hendaknya bersif fisiknya dari segala macam kotoran

dan bersih jiwanya dari segala macam tercela

3) Hendaknya ikhlas dan tidak ria dalam melaksanakan

tugasnya

4) Bersikap pemaaf dan memaafkan kesalahan orang lain

(terutama terhadap peserta didiknya), sabar dan

sanggup menahan amarah, senantiasa membuka diri

dan menjaga kehormatannya.

5) Mampu mencintai peserta didiknya sebgaimana Ia

mencintai anaknya sendiri,

6) Mengetahui karakter peserta didiknya

7) Menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan baik dan

professional.

2. Hakikat peserta didik dalam pendidikan Islam

a. Makna peserta didik

Di antara komponen terpenting dalam pendidikan

Islam adalah peserta didik. Dalam perspektif pendidikan Islam,

peserta didik merupakan subjek dan objek. Oleh karenanya,

aktivitas kependidikan tidak terlaksana tanpa keterlibatan

Page 68: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 68

peserta didik didalamnya. Pengertian yang utuh tentang

konsep peserta didik merupakan dalah satu faktor yang perlu

diketahui dan dipahami oleh seluruh pihak, terutama pendidik

yang terlibat langsung dalam proses pendidikan. Tanpa

pemahaman yang utuh dan komprehensif terhadap peserta

didik, maka akan sulit bagi pendidik untuk dpat menghantarkan

peserta didiknya kea rah tujuan pendidikan yang diinginkan.

Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik

merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah

potendi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.

Peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah

jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf

kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada

bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaninya, ia memiliki bakat,

kehendak, perasaan dan pikiran yang dinamis dan perlu

dikembangkan.

Melalui paradigma di atas menjelaskan bahwa peserta

didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang

memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu

mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya,

serta membimbingnya menuju kedewasaan. Potensi suatu

kemampuan dasar yang dimilikinya tidk akan tumbuh dan

berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik.

Karenanya pemahaman yang lebih konkret tentang peserta

didik sangat perlu diketahuai oleh setiap pendidik. Berikut ini

beberapa deskripsi tentang hakikat peserta didik dan

implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu:

1) Peserta didik adalah manusia yang memiliki

deferensiasi preodesasi perkembangan dan

pertumbuhan

Page 69: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 69

2) Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan,

baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun

rohani yang harus dipenuhi.

3) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki

perbedaan individual (differensiasi individual), baik yang

disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan

dimana ia berada.

4) Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama,

yaitu jasmani dan rohani. Unsur jasmani memiliki daya

fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang

dilakukan melalui proses pendidikan. Sedangkan unsur

rohani memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya

rasa.

5) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi

(fitrah) yang dapat dikembangkan dan berkembang

secara dinamis.

b. Tugas dan kewajiban peserta didik

Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat

mencapai tujuan yang diinginkannya, maka setiap peserta

didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan kewajiban.

Berikut ini beberapa tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi

peserta didik adalah:

1) Peserta didik hendaknya senatiasa membersihkan

hatinya sebelum menuntut ilmu

2) Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi

ruh dengan berbagai sifat keutamaan.

3) Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan

menuntut ilmu diberbagai tempat.

4) Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya

5) Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-

sungguh dan tabah dalam belajar.

Page 70: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 70

6) Peserta didik wajib saling mengasihi dan menyanyangi

di antara sesamanya, sebagai wujud untuk memperkuat

rasa persaudaraan

7) Menghargai ilmu dan bertekad untuk terus menuntut

ilmu sampai akhir hayat.

c. Sifat-sifat ideal peserta didik

Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan Islam,

peserta didik hendaknya memiliki dan menanamkan sifat-sifat

yang baik dalam diri dan kepribadiaannya. Berikut ini beberapa

sifat-sifat ideal yang harus dimiliki oleh peserta didik, yaitu:

1) Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarub ila

Allah.

2) Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi

dibandingkan ukhrawi atau sebaliknya. Sifat yang ideal

adalah menjadikan kedua dimensi kehidupan (dunia-

akhirat) sebagai alat integral untuk melaksanakan

amanat-Nya baik secara vertical dan horizontal.

3) Bersikap tawadhu, (rendah hati)

4) Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan.

5) Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum

maupun ilmu agama.

6) Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan

memulai pelajaran yang mudah (konkrit) menuju

pelajaran yang sulit (abstrak)

7) Mempelajari ilmu sampai tuntas

8) Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang

dipelajari

9) Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu

duniawi.

10) Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu

pengetahuan yaitu ilmu pengetahuan yang dapat

Page 71: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 71

bermanfaat, membahagiakan dan mensejahterakan,

serta memberi keselamatan diri maupun manusia hidup

di dunia dan di akhirat.

D. Soal

1. Deskripsikan kedudukan pendidik dalam pendidikan Islam?

2. Bagaimana hakikat peserta didik dalam pandangan pendidikan

Islam?

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Hasan Langgulung, Asas-asas pendidikan Islam, Cet. II, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009

Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Beni Ahmad Saebani, dan Hedra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam 1. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Bandung :

Remaja Rosdakarya, 1992

Page 72: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 72

BAB VII

ETIKA KEILMUAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Etika dalam kajian filsafat merupakan bagian dari aksiologi karena

etika berbicara tentang tujuan yang hendak dicapai dalam segala

sesuatu. Jika dalam antologi ditanyakan hakikat sesuatu, dalam

epistemologi ditanyakan bagaimana sesuatu itu ada, maka dalam

aksiologi ditanyakan mengenai tujuan hakikat sesuatu. Misalnya, pada

pendidikan Islam akan muncul pertanyaan, apa itu pendidikan Islam

(ontologi)? Bagaimana dan dari mana sumber pendidikan Islam

(epistemologi)? Mengapa pendidikan Islam diperlukan (aksiologi)?6

Dengan demikian etika keilmuan berbicara tentang nilai-nilai yang

mendasari suatu ilmu atau tindakan.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu memahami etika pragmatis dalam

pendidikan Islam

2. Mahasiswa mampu memahami etika positivisme dalam etika

keilmuan

6 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 97

Page 73: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 73

3. Mahasiswa mampu memahami etika keilmuan pada zaman

renaissance dan humanisme

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan etika pragmatis dalam

pendidikan Islam

2. Mahasiswa dapat menjelaskan etika positivisme dalam

pendidikan Islam

3. Mahasiswa dapat menjelaskan etika keilmuan pada zaman

renaissance dan humanism

C. Uraian Materi

1. Etika pragmatis dalam pendidikan Islam

Aliran pragmatis timbul pada abad 20. Pendiri aliran ini

adalah Charks E. Peirce. Aliran Pragmatisme adalah suatu aliran

yang memandang realitas sebagai sesuatu yang secara tetap

mengalami perubahan(terus-menerus berubah).

Makna “etika”. Istilah dipakai dalam dua macam arti. Yang

satu tampak dalam ungkapan seperti “ saya pernah belajar etika.”

Dalam penggunaan seperti ini etika dimaksudkan sebagai suatu

kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-

perbuatan manusia.

Makna kedua seperti yang terdapat dalam ungkapan “ia

bersifat etis” atau “ia seorang yang jujur” dalam hal-hal tersebut

bersifat etik merupakan predikat yang dipakai untuk membedakan

hal-hal, perbuatan-perbuatan, manusia-manusia yang lain, dalam

arti yang demikian ini, “bersifat etik” setara dengan “bersifat

susila”.

Menurut Ibnu Miskawaih tentang etika dalam karyanya

yang berjudul Tahdzib Al-Akhla, dia mencoba menunjukkan

bagaimana kita dapat memperoleh watak-watak yang lurus untuk

Page 74: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 74

menjalankan tindakan-tindakan yang secara moral benar

terorganisasi dan tersistem.

Menurut Aristoteles tujuan hidup manusia adalah

mendapatkan kebahagian, kebahagiaan manusia akan dapat

diwujudkan dengan sendirinya melalui dua jalan, pertama, melalui

sifat pertengahan antara mengikuti dorongan sifat kebinatangan

dan kemanusiaan, yakni nafsu makan, hasrat, dan nafsu yang

berada dibawah bimbingan akal. Kedua, kebahagiaan itu terjadi

pada pengguna akal dalam melakukan penelitian ilmu

pengetahuan dan merenungkan tentang kebenaran.

Patut pula diangkat bahwa etika sebagai ilmu pengetahuan

dapat berarti penyelidikan mengenai tanggapan-tanggapan

kesusilaan, sedangkan etika sebagai ajaran bersangkutan dengan

membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.

Sedangkan menurut Al- Ghazali tujuan pendidikan adalah

mengembangkan budi pekerti yang mencangkup penanaman

kualitas moral dan etika kepatuhan,kemanusiaan, kesederhanaan

dan membenci hal-hal yang buruk seperti melanggar perintah atau

kehendak tuhan.

Berbicara tentang etika keilmuan, apabila digunakan

perspektif pragmatisme, etika keilmuan diatur menurut nilai-nilai

dan etika pragmatisme. Pragmatisme berasal dari kata pragma

(bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme

adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa criteria

kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan

bagi kehidupan nyata.

Pragmatisme berpandangan bahwa subtansi kebenaran

adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi

kehidupan. Pendidikan agama Islam adalah bagian dari tugas

agama maka mengajarkan pendidikan islam adalah kebenaran.

Page 75: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 75

Pragmatisme menurut para filsuf-filsuf yang terkenal

sebagai berikut :

Menurut William James dan John Dewey, filsafatnya

diantaranya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak,

berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri lepas

dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman yang kita

anggab benar dalam perkembangan pengalaman itu

senantiasa berubah karena didalam praktik. Menurut Jemes,

dunia tidak dapat diterangakan dengan berpangkal pada satu

asas saja. Dunia adala dunia yang terdiri dari banyak hal yang

saling bertentangan tentang kepercayaan agama.

Dalam filsafat Islam, pragmatisme tentu ada karena tujuan

pendidikan Islam adalah membentuk anak didik yang bertakwa

kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berpengetahuan

yang luas, terampil, dan dapat diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari. Agar anak didik memiliki keahlian duniawi dan

ukhrowi, dan keduanya bisa memberikan keuntungan.

Menurut John Dewey, tugas filsafat adalah memberikan

pengarahan bagi perbuatan nayata. Filsafat tidak boleh larut

dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis,

filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya

secara kritis.

Secara umum, pargmatisme berarti hanya ide yang dapat

dipraktikkan yang benar dan berguna. Apabila filsafat Islam

berkiblat pada pandangan Pragmatime John Dewey, tujuan yang

ingin dicapai dalam pendidikan adalah segala sesuatu yang

sifatnya nyata, bukan hal yang diluar jangkauan panca indra.

Etika keilmuan berkaitan pula dengan kode etik bagi para

pendidik. Dalam perspektif islam, pendidikan etika juga

membahas pula masalah yang berkaitan dengan substansi etika

Page 76: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 76

yang dimiiki oleh dunia pendidikan Islam, terutama brkaitan

dengan hal-hal sebagai berikut:

Keilmuan yang bersumber pada Al Qur’an dan As-Sunnah.

Keilmuan yang berbasis kepada po;a pendidikan tradisional

Islam.

Keilmuan sebagai alat yang merumuskan prinsip-prinsip

pendidikan

Keilmuan yang mengarahkan pendidikan kepada tujuan

umum dalam beragama Islam.

Keilmuan yang mengacu pada dokrin agama Islam dan

kebergantungan kepada tokoh agama.

2. Etika Positivisme dalam pendidikan Islam

Paham yang berkaitan dengan etika keilmuan tidak dapat

terlepas dari pandangan positivisme, selain pragmatisme di atas.

Positisme di perkenalkan oleh Aguste Comte(198-1857) yang

bertuang dalam karya utama Aguste Comte adalah Cours de

Philosophic Positive, yaitu kursus tentang Filsafat Positif (180-

1842), selain itu karyanya yang pantas disebutkan di sini adalah

Discour L’esprit Positive(1844) yang artinya pembicaraan tentang

jiwa positif.

Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini

sama artinya dengan factual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-

fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak boleh melebihi

fakta-fakta. Dengan demikian, ilmu pengetahuan empiris menjadi

contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Oleh karena itulah,

positivisme menolak cabang filsafat metafisika.

Etika keilmuan yang menganut positivisme akan

mempertegas tentang kebenaran pengetahuan terletak pada

fakta-fakta yang konkret dan indrawi. Hukum itu menyatakan

bahwa umat manusia berkembang melalui tiga tahap hidup.

Page 77: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 77

Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan,

teologis, metafisik, dan positif.

Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam

sejarah manusia, karena bentuk pemikiranya yang dominan dalam

masyarakat primitif, meliputi bahwa semua benda memiliki

kelengkapan hidupnya sendiri.

Tahap metafisik terutama merupakan tahap transisi antara

tahap teologis dan metafisik, tahap ini ditandai dengan hukum-

hukum alam yang asasi dan dapat ditemukan dengan akal budi.

Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris

sebagai sumber pengetahuan terakhir. Akan tetapi, pengetahuan

selalu bersifat sementara, dan pengetahuan dapat ditinjau kembali

dan di perluas.

Dari pandangan Comte tentang tiga tahapan pemikiran

manusia, dapat diambil pemahaman bahwa etika keilmuan yang

terus berkembang tidak selamanya hierarkis sistematis

sebagaimana dikemukakan oleh Comte sebab ajaran Islam tidak

dikenal tahapan demikian. Pandangan manusia seharusnya

didasarkan pada dua etika yang paling mendasar, yaitu :

1. Pandangan bahwa semua makhluk Allah hanya tunduk

mutlak kepada sang pencipta.

2. Semua pengabdian manusia sepenuhnya harus didukung

oleh rencana-rencana Allah yang tertuang dalam wahyu-

Nya, yang berupa ( Al-Qur’an dan As-Sunnah).

3. Etika keilmuan pada zaman renaissance dan humanism

Istilah renaissance berasal dari bahasa perancis yang

berarti kebangkitan kembali. Orang yang pertama menggunakan

istilah ini adalah Jules Michelet. Menurutnya, renaissance adalah

periode penemuan manusia dan dunia, bukan sekedar

kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan

modern.

Page 78: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 78

Awal mula suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha

besar dari Descartes (1596-1650). Sejak saat permulaan

renaissance, individualisme dan humanism telah dicanangkan.

Descartes memperkuat ide-ide ini. Humanisme dan individualisme

merupakan ciri renaissance yang sangat penting. Humanisme

ialah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan

dirinya.

Pada abad pertengahan, manusia kurang dihargai sebagai

manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari

Gereja(Kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat manusia.

Humanisme sesungguhnya telah mengambil moral

kemanusiaan seluruhnya dari agama. Humanisme menyatakan

bahwa pendidikan spiritual dan menepati janji, dalam nisbatnya

dengan keutamaan-keutamaan moral, dapat dicapai tanpa

keyakinan terhadap Tuhan. Manusia adalah makhluk yang selalu

mengejar cita-cita dan berusaha mengubah “apa yang ada”

menjadi “apa yang semestinya” atau “ apa yang kini ada” menjadi

“apa yang seharusnya ada” didalam alam, masyarakat, dan

dirinya sendiri pula.

Etika keilmuan yang dibangun di atas dasar humanisme

adalah etika meterealisme karena sesungguhnya manusia adalah

materi, karena manusia akan berakhir sebagaimana benda yang

lain, hanya keberakhiran materi yang merupakan perubahan

abadi. Oleh sebab itu tidak ada kehancuran yang ada hanyalah

perubahan.

Humanisme yang dimaksudkan adalah tentang kemuliaan

manusia karena Allah memuliakanya, sebagaimana firmanya

dalam surat At-Tin ayat 4-5 :

Page 79: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 79

Artinya : “ sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian, kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).” (Q.S. At-Tin : 4-5)

Yang menyebabkan kemuliaan manusia terjaga dan harkat

martabatnya tetap tingi adalah keilmuannya yang dapat

membangun keimanan dan ketakwaan, sebagaimana disebutkan

dalam surat At-Tin ayat 6:

Artinya : “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka, pahala yang tiada putus-putusnya”. (Q.S. At-Tin : 6)

Perlu diketahui pula bahwa dalam sejarah filsafat, masa

etik diisi oleh tiga macam aliran filsafat, yaitu aliran Epicurus,

Stoa, dan Skeptis. Epicurus yang mendirikan sekolah filosofi lahir

di samos pada tahun 341 SM dan meninggal di Athena pada

tahun 217 SM dalam usia 70 tahun. Menurut pendapat Epicurus,

ajaran etiknya adalah mencari kesenangan, tujuanya memperkuat

jiwa untuk menghadapi semua keadaan.

Yang kedua adalah aliran Stoa didirikan di Athena oleh

Zeno dari Kition (133-266 SM). Ia dilahirkan di Kition pada tahun

340 SM, dan meninggal di Athena pada tahun 264 SM ia

mencapai umur 76 tahun. Ajaran etiknya adalah memberikan

petunjuk tentang sikap sopan santun dalam kehidupan. Tujuanya

menyempurnakan moral manusia.

Page 80: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 80

Yang terakhir adalah aliran Skeptis. Skeptis artinya ragu-

ragu. Keragu-raguan terhadap segala sesuatu merupakan fondasi

keyakinan. Sekolah yang dijadikan aliran Skeptis adalah sekolah

aliran Pyrrhon dari Elis. Pyrrhon sendiri lahir tahun 360 SM dan

meninggal dunia pada tahun 270 SM.

D. Soal

1. Bagaimana etika pragmatisme dalam pendidikan Islam ?

2. Bagaimana etika Positivisme dalam pendidikan Islam?

3. Bagaimana etika keilmuan pada zaman renaissance dan

humanisme?

DAFTAR PUSTAKA

H. Mahmu, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011.

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997

Hasan Langgulung, Asas-asas pendidikan Islam, Cet. II, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Muhaimin, et.a, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 1983.

A. Tafsir, dkk, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, Editor: Tedi Priatna, M. Ag, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004.

H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Page 81: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 81

BAB VIII

HAKIKAT KURIKULUM DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan Islam secara fungsional adalah merupakan upaya

manusia muslim merekayasa pembentukkan al-insan al-kamil melalui

penciptaan situasi interaksi edukatif yang kondusif. Dalam posisinya

yang demikian, pendidikan Islam adalah model rekayasa individual dan

sosial yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk

masyarakat ideal masa depan. Sejalan dengan konsep rekayasa masa

depan umat, maka pendidikan Islam harus memiliki seperangkat isi atau

bahan yang akan ditransformasikan kepada peserta didik agar menjadi

milik dan kepribadiannya sesuai dengan idealitas Islam. Untuk itu, perlu

dirancang suatu bentuk kurikulum pendidikan Islam yang sepenuhnya

mengacu pada nilai-nilai asasi ajaran Islam. Dalam kaitan inilah

diharapkan filsafat pendidikan Islam mampu memberikan arah terhadap

pembentukkan kurikulum pendidikan yang Islami.

Page 82: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 82

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian kurikulum dalam

filsafat pendidikan Islam

2. Mahasiswa mampu mamahami asas-asas kurikulum dalam

filsafat pendidikan Islam

3. Mahasiswa mampu memahami karakteristik kurikulum dalam

filsafat pendidikan Islam.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat mendeskripsikan pengertian kurikulum

dalam filsafat pendidikan Islam

2. Mahasiswa dapat menguraikan dan memetakan asas-asas

kurikulum dalam filsafat pendidikan Islam

3. Mahasiswa dapat menguraikan dan mengkritisi karakteristik

kurikulum dalam filsafat pendidikan Islam

C. Uraian Materi

1. Pengertian Kurikulum Dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam secara fungsional adalah merupakan upaya

manusia muslim merekayasa pembentukan al-insan al-kamil melalui

penciptaan situasi interaksi edukatif yang kondusif. Dalam posisinya

yang demikian, pendidikan Islam adalah model rekayasa individual dan

sosial yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk

masyarakat ideal ke masa depan. Sejalan dengan konsep perekayasaan

masa depan ummat, maka pendidikan Islam harus memiliki seperangkat

isi atau kegiatan yang akan ditransformasi kepada peserta didik agar

menjadi milik dan kepribadiannya sesuai dengan idealitas Islam. Untuk

itu, perlu dirancang suatu bentuk kurikulum pendidikan Islam yang

sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai asasi ajaran Islam.

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir

yang artinya pelari dan curere yang berarti jarak yang harus ditempuh

oleh pelari. Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia

Page 83: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 83

pendidikan, memberinya pengertian sebagai “circle of instruction” yaitu

suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat di

dalamnya.Istilah kurikulum kemudian digunakan untuk menunjukkan

tentang segala mata pelajaran yang dipelajari dan juga semua

pengalaman yang harus diperoleh serta semua kegiatan yang harus

dilakukan anak. Di dalam buku Hasan Basri disebutkan bahwa

kurikulum bukan sekadar mata pelajaran atau mata kuliah. Kurikulum

adalah semua rencana yang terdapat dalam proses pembelajaran.

Kurikulum dapat diartikan pula sebagai semua usaha lembaga

pendidikan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang disepakati.

Apabila aktivitas sekolah berkaitan dengan tiga pendekatan

sekaligus tiga tujuan yang hendak dicapai dari ranah kognitif, yakni

upaya pencerdasan anak didik, ranah afektif sebagai upaya pencerdasan

emosional, dan ranah psiko-motorik, sebagai upaya percerdasan

perilaku keterampilan, kurikulum yang dimaksudkan adalah semua aspek

yang direncanakan dalam pendidikan yang bertujuan mencapai tiga

ranah tersebut. Dengan demikian, berbicara tentang kurikulum perspektif

pendidikan islam bukan semata-mata berbicara mata pelajaran, tetapi

semua aspek yang terdapat dalam lingkungan sekolah, terutama

berkaitan dengan mata pelajaran, sistem dan metode pembelajaran,

hubungan interaktif antarapendidik dan anak didik, pengawasan

perkembangan mental anak didik, sistem evaluasi, dan sebagainya.

Secara filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh

pendidikan dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan

tujuan pendidikan yang disepakati. Kurikulum dengan pengertian di atas

memberikan indikasi bahwa pedoman rencana pembelajaran tidak

bersifat kaku. Kurikulum yang baik adalah yang dinamis, aktual, teoretis,

dan aplikatif. Sebagaimana tujuan yang hendak dicapai dalam

pendidikan, misalnya pendidikan bertujuan meningkatkan penguasaan

pengetahuan siswa, pengembangan pribadi siswa, kemampuan sosial,

Page 84: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 84

dan atau kemampuan keterampilan. Dengan tujuan tersebut, sudah tentu

kurikulum harus diarahkan untuk mencapainya.

Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya

mengandung beberapa unsur utama seperti tujuan, isi mata pelajaran,

metode mengajar dan metode penilaian. Kesemuanya harus tersusun

dan mengacu pada asas-asas pembentuk kurikulum pendidikan.

Mohammad al-Thoumy al-Syaibany, mengemukakan bahwa asas-asas

umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan

Islam itu adalah:

1. Asas Agama

Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem

pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan

kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah, muamalat

dan hubungan-hubungan yang berlaku di dalam masyarakat.

2. Asas Falsafah

Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam,

dengan dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam

mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai

pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.

3. Asas Psikologis

Asas ini memberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya

disusun dengan mempertimbanglcan tahapan- tahapan pertumbuhan

dan perkembangan yang dilalui anak didik

4. Asas Sosial

Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah

realisasi individu dalam masyarakat. Pola yang demikian ini berarti

bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang telah dan bakal

terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk

sosial harus mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini

Page 85: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 85

dimaksudkan agar out put yang dihasilkan pendidikan Islam adalah

manusia-manusia yang mampu mengambil peran dalam masyarakat dan

kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.

Berdasarkan pada asas-asas tersebut di atas, maka kurikulum

pendidikan Islam menurut An-Nahlawi harus pula memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a. Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan

fitrah insani sehingga memiliki peluang untuk mensucikannya, dan

menjaganya dari penyimpangan serta menyelamatkannya.

b. Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir

pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat dan beribadah kepada Allah,

disamping merealisasikan tujuan aspek psikis, fisik, sosial, budaya

maupun intelektual.

c. Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya

memperhatikan periodesasi perkembangan peserta didik maupun

unisitas (kekhasan) terutama karakteristik anak-anak, dan jenis

kelamin (laki-laki dan perempuan).

d. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash yang

ada dalam kurikulum harus memelihara kebutuhan nyata

kehidupan masyarakat dengan tetap bertopang pada cita ideal

Islami, seperti rasa syukur dan harga diri sebagai ummat Islam.

e. Secara keseluruhan struktur dan organisasi hendaknya tidak

bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan dengan pola

hidup Islami.

f. Hendaknya kurikulum bersifat realistik atau dapat dilaksanakan

sesuai dengan situasi dan kondisi dalam kehidupan negara

tertentu.

g. Hendaknya metoda pendidikan/pengajaran dalam kurikulum

bersifat luwes sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai

situasi dan kondisi serta perbedaan individual, mminat serta

Page 86: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 86

kemampuan siswa untuk menangkap dan mengolah bahan

pelajaran.

h. Hendaknya kurikulum itu efektif dalam arti berisikan nilai edukatif

yang dapat membentuk afektif (sikap) Islami dalam kepribadian

anak.

i. Kurikulum harus memperhatikan aspek-aspek tingkah laku

amaliah Islami, seperti pendidikan untuk berjihad dan dakwah

Islamiyah serta membangun masyarakat muslim di lingkungan

sekolah.

2. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam

Secara umum karakteristik kurikulum pendidikan Islam adalah

pencerminan nilai-nilai Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan

dan termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan

dalam prakteknya. Dalam konteks ini harus difahami bahwa karakteristik

kurikulum pendidikan Islam senantiasa memiliki keterkaitan yang tidak

dapat dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah SWT

dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. Konsep inilah yang membedakan

kurikulum pendidikan Islam dengan kurikulum pendidikan pada

umumnya.

Menurut Al-Syaibany, di antara ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam

itu adalah:

Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal

seperti tujuan dan kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.

Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian,

pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi

pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosll dan spiritual. Begitu

juga cakupan kandungannya termasuk bidang ilmu, tugas dan

kegiatan yang bermacam-macam.

Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum

tentang ilmu dan seni, pengalaman dan kegiatan pengajaran yang

bermacam-macam.

Page 87: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 87

Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada

kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis,

baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi seni

halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, teknik,

pertukangan, bahasa asing dan lain-lain.

Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat,

kemampuan, keperluan, dan perbedaan individual antara siswa.

Di samping itu juga keter-kaitannya dengan alam sekitar budaya

dan sosial di mana kurikulum itu dilaksanakan.

Karakteristik kurikulum sebagai program pendidikan Islam

sebagaimana dikemukakan di atas selanjutnya tidak hanya

menempatkan anak didik sebagai objek didik, melainkan juga sebagai

subjek didik yang sedang mengembangkan diri menuju kedewasaan

sesuai dengan konsepsi Islam. Karenanya kurikulum tersebut tidak akan

bermakna apapun apabila tidak dilaksanakan dalam suatu situasi dan

kondisi di mana tercipta interaksi edukatif yang timbal balik antara

pendidik di satu sisi dengan peserta didik di sisi lain. Di sini terlihat ciri

khas kurikulum pendidikan Islam yang memandang peserta didik sebagai

makhluk potensial untuk mengembangkan dirinya sendiri melalui

berbagai aktivitas kependidikan. Pendidik dan seluruh komponen

kependidikan lainnya, termasuk kurikulum, hanya merupakan media atau

sarana yang harus menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan

bagi proses pengembangan.

Disamping itu kurikulum pendidikan Islam juga memiliki ciri-ciri

khusus, diantaranya:

1. Dalam kurikulum pendidikan Islam, tujuan utamanya adalah

pembinaan anak didik untuk bertauhid. Oleh karena itu, semua

sumber yang dirunut berasal dari ajaran Islam.

2. Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai

makhluk yang memiliki keyakinan kepada Tuhan.

Page 88: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 88

3. Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi

dengan landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

4. Mengarahkan minat dan bakat serta meningkatkan kemampuan

akliah anak didik serta keterampilan yang akan diterapkan dalam

kehidupan konkret.

5. Pembinaan akhlak anak didik, sehingga pergaulannya tidak

keluar dari tuntunan Islam, dan

6. Tidak ada kadaluarsa kurikulum karena ciri khas kurikulum Islam

senantiasa relevan dengan perkembangan zaman bahkan

menjadi filter kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

penerapannya di dalam kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri

kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi

siswa untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap Tuhan,

terhadap diri dan lingkungan sekitarnya.

3. Asas-asas Kurikulum Pendidikan Islam

Suatu kurikulum tak terkecuali kurikulum pendidikan Islam harus

mengandung beberapa unsur utama, seperti tujuan, isi mata pelajaran,

metode mengajar dan penilaian.Kesemua unsur tersebut harus tersusun

dan mengacu pada sumber kekuatan yang menjadi landasan dalam

pembentukannya. Sumber kekuatan tersebut dikatakan sebagai asas-

asas pembentuk kurikulum pendidikan.

Menurut Muh. al-Thaumy al-Syaibany, mengemukakan bahwa

asas-asas umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam

PAI adalah :

a. Asas Agama

Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem

pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan

kurikulumnya pada ajaran Islam yamg meliputi Akidah, Ibadah, dan

Page 89: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 89

hubungan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa semua itu pada akhirnya

harus mengacu pada dua sumber yaitu Al-Qur'an dan Sunnah.

b. Asas Falsafah

Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam,

dengan dasar filosifis, sehingga susunan kurikulum PAI mengandung

suatu kebenaran, terutama dari nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang

diyakini kebenarannya.

c. Asas Psikologis

Asas ini memberi arti bahwa kurikulum PAI hendaknya disusun

dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan

perkembangan yang dilalui anak didik.

d. Asas Sosial

Pembentukan kurikulum PAI haris mengacu kearah realisasi

individu dalam masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar out put yang

dihasilkan PAI adalah manusia-manusia yang mampu mengambil peran

dalam masyarakat dan zamannya.

Di Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan

kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,

dan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis negara.

Menurut Nasution, filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni:

1) Filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus

dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh

masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga

negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat

menentukan tujuan pendidikan.

2) Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang

hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang

harus dibentuk.

3) Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan

untuk mencapai tujuan itu.

Page 90: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 90

4) Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga

tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam

perkembangan anak.

5) Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan

hingga mana tujuan itu telah tercapai.

6) Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar,

bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.

Jadi, berdasarkan berbagai pendapat yang dikemukakan para

pakar, asas-asas kurikulum PAI dilihat dari berbagai aspek yakni :

a) Asas Agama

Sesuai dengan acuan dan pegangan pokok seluruh umat Islam

bahwa sumber dari segala sumber yang berlaku adalah dari Al-quran

dan Sunnah, yang didalamnya sudah terangkum berbagai aspek yang

dibutuhkan untuk membuat dasar pendidikan, termasuk kurikulum PAI

mengambil acuan dari Al-quran yang menjadi Kalamullah.

b) Asas Filosofis

Diatas telah diungkapkan bahwa filsafat banyak memberi pengaruh

pada kurikulum, menentukan sejauh mana tujuan kurikulum yang

menjadi kerangka acuan akan diraih dengan maksimal. Filsafat

merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan.

c) Asas Psikologis

Pendidikan sangat berhubungan dengan kejiwaan manusia, ilmu

jiwa manusia berpengaruh juga dalam kegiatan belajar. Karena belajar

merupakan aktivitas seseorang untuk mentransformasikan ilmu (apakah

ia dewasa atau anak-anak), dan kita ketahui bersama bahwa belajar itu

ternyata suatu proses yang pelik dan kompleks, timbullah berbagai teori

belajar yang menunjukkan ketidaksesuaian satu sama lain. Pada

umumnya tiap teori mengandung kebenaran. Akan tetapi tidak

memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar. Jadi, yang

Page 91: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 91

mencakup segala gejala belajar dari yang sederhana sampai yang paling

pelik. Dengan demikian, teori belajar dijadikan dasar pertimbangan

dalam pengembangan kurikulum.

Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan

kurikulum antara lain diperlukan dalam hal:

1. Seleksi dan organisasi bahan pelajaran

2. menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi

3. merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar

tercapai.

d) Asas Sosial Budaya

Dalam lingkungan sosial dapat memberikan hasil yang baik dan

dapat menyesuaikan diri pada masyarakat. Keluaran yang didapat bias

maksimal dan kurikulum yang tertata rapi dapat memberikan sumbangsih

terhadap pendidikan.

e) Asas Teknologi

Yang dimaksud dengan asas pengembangan ilmu dan teknologi

adalah para pengambil kebijakan kurikulum hendaknya memperhatikan

bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa

perubahan dalam kehidupan masyarakat. Beberapa masyarakat

terpencil yang tertutup, dengan adanya transportasi dan komunikasi

yang luas berubah menjadi masyarakat yang terbuka dan mau

berkomunikasi dengan daerah-daerah lain. Masyarakat yang tadinya

hanya konsumtif terhadap hasil-hasil pertanian telah berubah menjadi

masyarakat yang lebih konsumtif terhadap produksi industri.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menimbulkan

kebutuhan baru, aspirasi baru, sikap hidup baru. Hal-hal di atas

menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan. Sehingga,

pendidikan bukan hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan

lama, tetapi juga mempersiapkan generasi muda agar mampu hidup

pada masa kini dan masa yang akan datang. Dalam kaitannya dengan

pengajaran di Indonesia, maka sudah seyogyanya mulai menyesuaikan

Page 92: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 92

diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang ada sekarang ini.

Sehingga problema kegagalan siswa memperoleh kemampuan aktif

ekspresif bisa diatasi.

Namun demikian, segala kemajuan yang telah mampu diraih oleh

umat manusia itu, bukan tanpa masalah. Pada kenyataannya terdapat

berbagai efek negatif yang justru sangat mencemaskan manusia itu

sendiri. Sehingga permasalahan-permasalahan baru ini menyebabkan

komplesitas tugas-tugas pendidikan yang diemban oleh sekolah.

Kemajuan dibidang teknologi memiliki andil besar dalam perubahan

pola hidup masyarakat. Kenyataan semacam ini memiliki konsekuensi

terhadap cara dan strategi yang harus dipersiapkan oleh lembaga

pendidikan. Kurikulum harus didesain agar mampu membentuk manusia

produktif yang bukan hanya dapat bekerja, akan tetapi lebih jauh dapat

mencintai pekerjaan. Manusia yang hanya dapat bekerja berbeda

dengan manusia yang mencintai pekerjaan.

Manusia yang hanya sekedar dapat bekerja orientasinya biasanya

ditunjukkan oleh besar upah yang dapat diterima. manusia semacam ini

tidak lebih dari seorang buruh yang bekerja dengan ototnya. Sedangkan

manusia yang mencintai pekerjaan orientasinya adalah produk yang

dihasilkannya. Manusia yang demikianlah yang dimaksud dengan

manusia produktif, yang bekerja bukan hanya dengan ototnya akan

tetapi juga dengan ototnya.

D. Soal

1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum dalam filsafat

pendidikan Islam ?

2. Sebutkan dan jelaskan asas-asas kurikulum dalam filsafat

pendidikan Islam?

3. Jelaskan karakteristik kurikulum dalam filsafat pendidikan

Islam?

DAFTAR PUSTAKA

Page 93: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 93

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia : Sekolah berbasis multiple Intelligences di Indonesia, Cet. XI, Bandung: Kaifa, 2011.

Hasan Langgulung, Asas-asas pendidikan Islam, Cet. II, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988

Beni Ahmad Saebani, dan Hedra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam 1. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

BAB IX

HAKIKAT METODE DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan Islam dalam pelaksaannya membutuhkan metode

yang tepat untuk mengantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan

yang di cita-citakan. Meskipun suatu kurikulum cukup sempurna, ia tidak

akan berarti apa-apa, jika tidak memilki metode yang tepat dalam

mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam

penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar

mengajar yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, metode adalah syarat

penting dalam aktivitas pendidikan, karena tujuan pendidikan akan

tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-

cita tersebut benar-benar tepat.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Page 94: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 94

1. Mahasiswa dapat memahami pengertian metode dalam filsafat

pendidikan Islam

2. Mahasiswa dapat memahami asas-asas umum metode dalam

filsafat pendidikan Islam

3. Mahasiswa mampu memahami karakteristik metode dalam

filsafat pendidikan Islam

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian metode dalam

filsafat pendidikan Islam

2. Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan asas-asas

umum metode dalam filsafat pendidikan Islam

3. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengkritisi karakteristik

metode dalam filsafat pendidikan Islam

C. Uraian Materi

Secara literal metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang

terdiri dari dua kosa kata, yaitu “meta” yang berarti melalui dan “hodos”

yang berarti jalan. Sedangkan pengertian menurut istilah metode adalah

cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai

secara optimal.

Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang

berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk

melakukan suatu pekerjaan.Sedangkan dalam bahasa Inggris metode

disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.

Mohammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan metode sebagai

jalan yang kita ikuti memberi paham kepada murid-murid dalam segala

macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran.Metode adalah rencana

yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan kita

terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas itu.Kemudian

Prof. Abd al-Rahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara

yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik.

Page 95: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 95

Adapun Adgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan

yang terarah bagi guru yang menyebabkan terjadinya proses belajar

mengajar, hingga pengajaran menjadi berkesan.

Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat

yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.Alat itu

mempunyai sifat ganda, yaitu bersifat polipragmatis dan

monopragmatis.Polipragmatis, bilamana metode itu mengandung

kegunaan yang serba ganda (multipurpoce).Misalnya, suatu metode

tertentu pada suatu situasi dan kondisi tertentu dapat dipergunakan

untuk merusak, dan pada situasi dan kondisi yang lain dapat

dipergunakan untuk memperbaiki dan membangun. Contohnya,

penggunaan video cassete recorder (VRC) untuk merekam semua jenis

film, baik fornografis maupun yang moralis, yang hal itu bila

dipergunakan sebagai media pembelajaran, maka sasarannya dapat

merusak disamping dapat memperbaiki atau membangun.

Monopragmatis adalah alat yang hanya dapat dipergunakan untuk

mencapai satu macam tujuan. Misalnya, laboratorium ilmu alam, hanya

dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen bidang ilmu alam,

tidak dapat dipergunakan untuk eksperimen bidang ilmu lain.

Metode Pendidikan Islam

Dari beberapa pengertian yang diformulasikan oleh para pakar

diatas tentang pengertian Metode dan Pendidikan Islam. Kita dapat

menyimpulkan tentang pengertian Metode Pendidikan yaitu segala segi

kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam setiap mata

pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya,

dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik

untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang

dikehendaki pada tingkah laku mereka.

Ahmad Tafsir secara umum membatasi bahwa metode

pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.

Kemudian Abdul Munir Mulkan, mengemukakan bahwa metode

Page 96: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 96

Pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan

atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.

Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan

pendidikan Islam, dapat membawa arti sebagai jalan untuk menanamkan

pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat dalam

pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami. Selain itu metode pendidikan

Islam dapat diartikan sebagai cara untuk memahami, manggali, dan

mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai

dengan perkembangan zaman.

1. Asas-asas Umum Metode Pendidikan Islam

Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut

permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik itu

sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus

memperhatikan dasar-dasar umummetode pendidikan Islam.Sebab

metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan

pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik

haruslah mengacu pada asas-asas/dasar-dasar metode pendidikan

tersebut. Asas metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah:

a. Asas Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam

pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara

Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam

pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik

hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara

efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.

b. Asas Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai

pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis

perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin

meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan

metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan

perkembangan biologis peserta didik.

Page 97: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 97

c. Asas Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik

akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap

penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan,

dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan

internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat

diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan

kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik

dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh

pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam

tataran rohani.

d. Asas sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi

antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara

pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna

metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau

dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi

tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini

terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.

Keempat asas di atas merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode

pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode

yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi

psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.

Sementara dari sudut pandang pelaksanaannya, asas-asas

pendidikan Islam dapat diformulasikan kepada:

a. Asas Motivasi, yaitu usaha pendidik untuk membangkitkan perhatian

peserta didik kearah bahan pelajaran yang sedang disajikan.

b. Asas Aktivitas, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk ambil bagian secara aktif dan kreatif dalam seluruh kegiatan

pendidikan yang dilaksanakan.

Page 98: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 98

c. Asas Apersepsi, mengupayakan respon-respon tertentu dari peserta

didik sehingga mereka memperoleh perubahan pada tingkah laku,

pembendaharaan konsep, dan kekayaan akan informasi.

d. Asas Peragaan, yaitu memberikan variasi dalam cara-cara mengajar

dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam

bentuk aslinya maupun tiruan.

e. Asas Ulangan, yaitu usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau

keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

f. Asas Korelasi, menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahan

pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang erat.

g. Asas Konsentrasi, yaitu memfokuskan pada suatu pokok masalah

tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksankan tujuan

pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam segala

aspeknya.

h. Asas Individualisasi, yaitu memperhatikan perbedaan-perbedaan

individual peserta didik.

i. Asas Sosialisasi, yaitu menciptakan situasi sosial yang

membangkitkan semangat kerjasama antara peserta didik dengan

pendidik atau sesama peserta didik dan masyarakat, dalam menerima

pelajaran agar lebih berdaya guna.

j. Asas Evaluasi, yaitu memperhatikan hasil dari penilaian terhadap

kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai umpan balik pendidik

dalam memperbaiki cara mengajar.

k. Asas Kebebasan, yaitu memberikan keleluasan keinginan dan

tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang

mengacu pada hal-hal yang positif.

l. Asas Lingkungan, yaitu menentukan metode dengan berpijak pada

pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan.

Page 99: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 99

m. Asas Globalisasi, yaitu memperhatikan reaksi peserta didik terhadap

lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi

juga secara fisik, sosial dan sebagainya.

n. Asas Pusat-Pusat Minat, yaitu memperhatikan kecenderungan jiwa

yang tetap ke jurusan suatu yang berharga bagi seseorang.

o. Asas Ketauladanan, yaitu memberikan contoh yang terbaik untuk ditiru

dan ditauladani peserta didik.

p. Asas Kebiasaan, yaitu mambiasakan hal-hal positif dalam diri peserta

didik sebagai upaya praktis dalam pembinaan mereka.

Metode pendidikan Islam harus digali, didayagunakan, dan

dikembangkan dengan mengacu pada asas-asas sebagaimana yang

dikemukakan diatas. Melalui aplikasi nilai-nilai Islam dalam proses

penyampaian seluruh materi pendidikan Islam, diharapkan proses itu

dapat diterima, difahami, dihayati, dan diyakini sehingga pada gilirannya

memotivasi peserta didik untuk mengamalkannya dalam bentuk nyata.

2. Karakteristik Metode Pendidikan Islam

Diantara karakteristik metode pendidikan Islam:

Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari

pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya

tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang

universal.

Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap

tidak dapat dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai

tujuan tertinggi dari pendidikan Islam.

a. Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian

senantiasa membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai

dengan situasi dan kondisi yang melingkupi proses kependidikan

Islam tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik, materi pelajaran

dan lain-lain.

Page 100: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 100

b. Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk

menyeimbangkan antara teori dan praktik.

c. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan

kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa

dalam batas-batas kesopanan dan akhlak karimah.

Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai-

nilai keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan serta

mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam

mencapai tujuan pengajaran.

d. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan

situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi

edukatif yang kondusif .

e. Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan

proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan

efisien.

3. Macam-macam Metode dalam Pendidikan Islam

Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab Al-Quran

yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan

dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam

pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits.

Diantara metode-metode tersebut adalah:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui

penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik.

b. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang

guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan

pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca.

Page 101: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 101

Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits Tanya jawab antara Jibril

dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/penyampaian bahan

pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta

didik/membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun

berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman

Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).

d. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana

seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid,

sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid harus

mempertanggung jawabkannya.

e. Metode Demonstrasi

Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru

mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu

sedangkan murid memperhatikannya.

f. Metode Eksperimen

Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu

percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap

murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil

memberikan arahan.

g. Metode Amsal/Perumpamaan

Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi

pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan. Prinsip metode ini

terdapat dalam Al Qur’an:

Page 102: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 102

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api. Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (Q.S. Al-baqarah : 17)

Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode

pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga

materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan

dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain,

mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit.

Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu

metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar

dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau

menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu

yang sangat jelas.

h. Metode Targhib dan Tarhib

Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran

dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman

terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan

menjauhi keburukan.

Ganjaran atau sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting,

pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin

dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan

dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk

mendidik.Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari

Page 103: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 103

kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul

sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.

i. Metode pengulangan (tikrar)

Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan

cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa

mengingat lebih lama materi yang disampaikan.

Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah

pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan

mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan

tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata

merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental,

mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-

kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini

membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh

taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku

dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual

mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah

saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para

sahabat.

D. Soal

1. Apa pengertian metode dalam filsafat pendidikan Islam?

2. Sebutkan dan jelaskan asas-asas umum dalam filsafat

pendidikan Islam?

3. Bagaimana karakteristik metode dalam filsafat pendidikan

Islam?

DAFTARA PUSTAKA

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

Page 104: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 104

H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia : Sekolah berbasis multiple Intelligences di Indonesia, Cet. XI, Bandung: Kaifa, 2011.

Hasan Langgulung, Asas-asas pendidikan Islam, Cet. II, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988

Beni Ahmad Saebani, dan Hedra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam 1. Bandung: Pustaka Setia, 2009

BAB X

HAKIKAT EVALUASI DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Rangkaian akhir dari suatu proses pendidikan Islam adalah

evaluasi atau penilaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam

mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap out

put yang dihasilkannya. Jika hasilnya sesuai dengan tujuan pendidikan

Islam, maka pendidikan ini dinilai berhasil, tetapi jika sebaliknya, maka ini

dinilai gagal. Dari sisi ini dapat dipahami betapa urgennya evaluasi

dalam proses pendidikan Islam.

Page 105: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 105

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian evaluasi dalam

filsafat pendidikan Islam

2. Mahasiswa mampu memahami tujuan dan fungsi evaluasi

dalam filsafat pendidikan Islam

3. Mahasiswa mampu memahami sistem evaluasi dalam filsafat

pendidikan Islam

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat mendeskripsikan evaluasi dalam filsafat

pendidikan Islam

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tujuan dan fungsi evaluasi

dalam filsafat pendidikan Islam

3. Mahasiswa dapat mendeskripsikan dan mengaplikasikan

sistem evaluasi dalam filsafat pendidikan Islam

C. Uraian Materi

1. Pengertian Evaluasi

Pendidikan adalah upaya sadar dan tanggung jawab untuk

memelihara, membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan kehidupan manusia agar ia memiliki makna dan tujuan

hidup yang hakiki. Shalih Abd Al-Aziz dan Abd Al-Aziz Abd Al-Majid

menyatakan :innama alhayat madrasah (bahwasanya hidup adalah salah

satu lembaga pendidikan). Sebagai suatu proses pendidikan bertujuan

untuk menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada setiap

si terdidik. Proses pendidikan tidak terlepas dari beberapa komponen

yang mendukungnya, dan salah satu komponen yang urgent adalah

penilaian atau evaluasi.

Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti “menilai”.Kata

nilai menurut filosof pengertiannya adalah idea of worth. Selanjutnya kata

nilai menjadi populer, bahkan menjadi istilah yang ditemukan dalam

dunia ekonomi, kata nilai biasa dipautkan dengan harga. Nilai artinya

power in exchange. Sedangkan menurut pengertian pengertian istilah

Page 106: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 106

evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya

dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan. Menurut

Edwin Wand dan Gerald W. Brow dalam bukunya Esseential of

Educational Evaluation, mengemukakan bahwa: Evaluation refers to the

act or process to determining the value of something.”(Penilaian dalam

pendidikan berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan

nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan).

Ada beberapa pendapat lain tentang definisi mengenai evaluasi:

1. Blomm

Evaluasi adalah pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk

menetapkan apakah dalam kegiatannya terjadi perubahan dalam diri

siswa menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi

siswa.

2. Stuffle Beam

Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan

menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

3. Cronbach

Di dalam bukunya Designing Evaluator of Education and Social

Program, telah memberikan uraian tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi

antara lain:

a. Evaluasi program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat

membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya.

b. Evaluasi seyogyanya tidak memberikan jawaban terhadap suatu

pertanyaan khusus. Bukanlah tugas evaluator memberikan

rekomendasi tentang kemanfaatan suatu program dan dilanjutkan

atau tidak.Evaluator tidak dapat memilihkan karier seorang murid.

Tugas evaluator hanya memberikan alternatif.

c. Evaluasi merupakan suatu proses terus-menerus, sehingga di

dalam proses memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada

suatu kesalahan-kesalahan.

Page 107: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 107

Term evaluasi dalam wacana keislaman, terdapat term-term

tertentu mengarah pada makna evaluasi. Term-term tersebut adalah :

1. Al-Hisab memiliki makna mengira, menafsirkan, menghitung dan

menganggap.

2. Al-Bala’ memiliki makna cobaan, ujian.

3. Al-Hukm memiliki makna putusan atau vonis

4. Al-Qadha memiliki arti putusan

5. Al-Nazhar memiliki arti melihat

6. Al-Imtihan memiliki arti ujian

Beberapa term tersebut boleh jadi menunjukkan arti evaluasi

secara langsung, atau hanya sekedar alat atau proses di dalam evaluasi.

Hal ini didasarkan asumsi bahwa Al-Qur’an dan Sunnah merupakan

azas-azas atau prinsip-prinsip umum pendidikan, sedang

operasionalisasinya diserahkan penuh kepada ijtihad umatnya.

Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan

keputusan-keputusan kependidikan, baik yang menyangkut

perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan baik

yang menyangkut perorangan, kelompok, maupun kelembagaan.

Keputusan apapun ditetapkan maksudnya agar tujuan yang dicanangkan

dapat tercapai. Penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan agar

keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-

benar sesuai dengan nilai-nilai yang Islami, sehingga tujuan pendidikan

Islam yang dicanangkan dapat tercapai.

2.Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam

Secara rasional filosofis, pendidikan Islam bertugas untuk

membentuk al-Insan al-Kamil atau manusia paripurna. Oleh karena itu,

hendaknya di arahkan pada dua dimensi, yaitu : dimensi dialektikal

horitontal, dan dimensi ketundukan vertikal.

Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kader pemahaman

anak didik terhadap materi terhadap materi pelajaran, melatih keberanian

Page 108: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 108

dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah

diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa

diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat,

kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi

bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidikan

bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai

tujuan pendidikan Islam.

Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada

penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang asfek kogritif.

Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik

yang secara besarnya meliputi empat hal, yaitu :

a. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan

Tuhannya.

b. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan

masyarakat.

c. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya

dengan alam sekitarnya.

d. Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah,

anggota masyarakat, serta khalifah Allah SWT.

Dari keempat dasar tersebut di atas, dapat dijabarkan dalam

beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu :

1. Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan

indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

2. Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai

agamanya da kegiatan hidup bermasyarakt, seperti ahlak yang

mulia dan disiplin.

3. Bagaimana peserta didik berusaha mengelola dan memelihara,

serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya, apakah ia

merusak ataukah memberi makna bagi kehidupannya dan

masyarakat dimana ia berada.

Page 109: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 109

4. Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai

hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang

beraneka ragam budaya, suku dan agama.

Sedangkan menurut Muchtar Buchari M. Eb, mengemukakan ada

dua tujuan evaluasi :

1. Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah

menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.

2. Untuk mengetahui tingkah efisien metode pendidikan yang

dipergunakan dalam jangka waktu tertentu.

Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik agar ia dapat

mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta

memberi bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat

sebagaimana mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat

membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan adeqvate (baik

tidaknya) metode mengajar, serta membantu mempertimbangkan

administrasinya.

Menurut A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan

bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

Untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan instruksional

secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan

tingkah laku.

Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya

dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi

dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.

Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan

proses belajar mengajar bagi peserta didik berguna untuk

mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan di kuasai, dan

bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya

program-program yang dilaksanakan.

Page 110: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 110

Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk

memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program

remedial bagi murid.

Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.

Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang

tepat.

Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-

kesulitan belajar.

3. Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam

Evaluasi merupakan penilaian tentang suatu aspek yang

dihubungkan dengan situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh

gambaran yang menyeluruh jika ditinjau dari beberapa segi. Oleh karena

itu dalam melaksanakan evaluasi harus memperhatikan berbagai prinsip

antara lain:

a. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)

Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas,

karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh

seseorang menjadi valid dan stabil (Q.S. 46 : 13-14).

b. Prinsip Menyeluruh (komprehensif)

Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian,

ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama,

tanggung jawab (Q.S. 99 : 7-8).

c. Prinsip Objektivitas

Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya,

tidak boleh dipengaharui oleh hal-hal yang bersifat emosional dan

irasional.

Allah SWT memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam

mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan

evaluasi yang dilakukan (Q.S.: 8), Nabi SAW pernah bersabda : “Andai

Page 111: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 111

kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-

segan untuk memotong kedua tangannya”.

Demikian pula halnya dengan Umar bin Khottob yang mencambuk

anaknya karena ia berbuat zina. Prinsip ini dapat ditetapkan bila

penyelenggarakan pendidikan mempunyai sifat sidiq, jujur, ikhlas,

ta’awun, ramah, dan lainnya.

4. Sistem Evaluasi Dalam Pendidikan Islam

Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengacu pada sistem

evaluasi yang digariskan oleh Allah SWT, dalam al-Qur’an dan di

jabarkan dalam as-Sunnah, yang dilakukan Rasulullah dalam proses

pembinaan risalah Islamiyah.

Secara umum sistem evaluasi pendidikan sebagai berikut:

Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap

berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al-

Baqarah/ 2 : 155).

Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil

pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah saw kepada

umatnya (QS. An Naml/27:40).

Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau

keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi

Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (QS. Ash

Shaaffat/37:103-107).

Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran

yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap

nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya

dihadapan para malaikat (QS. Al-Baqarah/2:31).

Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang

beraktifitas baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi

mereka yang berakltifitas buruk (QS. Az Zalzalah/99:7-8).

Page 112: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 112

Allah SWT dalam mengevaluasi hamba-Nya, tanpa memandang

formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi dibalik

tindakan hamba-hamba tersebut (QS. Al Hajj/22:37).

Allah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi

sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan

evaluasi yang dilakukan (QS. Al Maidah/5:8).

5. Sasaran Evaluasi

Langkah yang harus ditempuh seorang pendidik dalam

mengevaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi

tersebut. Sasaran evaluasi sangat penting untuk diketahui supaya

memudahkan pendidik dalam menyusun alat-alat evaluasinya.

Pada umumnya ada tiga sasaran pokok evaluasi, yaitu:

Segi tingkah laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap,

minat, perhatian, keterampilan murid sebagai akibat dari proses

belajar mengajar.

Segi pendidikan, artinya penguasaan pelajaran yang diberikan

oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Segi yang menyangkut proses belajar mengajar yaitu bahwa

proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif dari

guru. Sebab baik tidaknya proses belajar mengajar akan

menentukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh murid.

Dengan menetapkan sasaran diatas, maka pendidik lebih mudah

mengetahui alat-alat evaluasi yang dipakai baik dengan tes maupun non

tes.

Kedudukan akademis setiap murid, baik dibandingkan dengan

teman-teman sekelasnya, sekolahnya, maupun dengan sekolah-

sekolah lain.

Kemajuan belajar dalam satu pelajaran tertentu, misalnya tauhid,

fiqih, tarikh dan lainnya.

Kelemahan dan kelebihan murid.

Page 113: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 113

Dalam evaluasi pendidikan Islam ada empat sasaran pokok yang

menjadi target.

Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan pribadi dengan

Tuhannya.

Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungannya dengan

masyarakat.

Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dengan kehidupan

yang akan datang.

Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba

Allah dan selaku anggota masyarakat serta selaku khalifah Allah

di bumi.

Dalam melaksanakan evaluasi pendidika Islam ada 2 cara yang

dapat ditempuh diantaranya:

a. Kuantitatif

Evaluasi kuantitatif adalah cara untuk mengetahui sebuah hasil

pendidikan dengen cara memberikan penilaian dalam bentuk angka. (5,

7,90) dan lain-lain.

b. Kualitatif

Evaluasi kualitatif adalah suatu cara untuk mengetahui hasil

pendidikan yang diberikan dengan cara memberikan pernyataan verbal

dan sejenisnya (bagus, sangat bagus, cukup, baik, buruk) dan lain-lain.

D. Soal

1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan Islam?

2. Deskripsikan tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam?

3. Bagaimana evaluasi dalam pendidikan Islam dan berikan

contohnya?

DAFTAR PUSTAKA

Page 114: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 114

H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Cet.6, Jakarta: Rieneka Cipta, 2010.

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Beni Ahmad Saebani, dan Hedra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam 1. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

BAB XI

PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SUATU SISTEM

Kata sistem sering diungkapkan berbagai seminar, diskusi,

ceramah, dan sebagainya. Sebenarnya, apa arti sebenarnya dari sistem

Page 115: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 115

itu? Hal ini penting sebab sistem pendidikan Islam tidak akan dipahami

jika arti sistem belum sepenuhnya dipahami.

Ada yang mengartikan sistem sebagai himpunan gagasan atau

prinsip yang saling bertautan, yang tergabung menjadi suatu

keseluruhan. Dengan demikian, dalam sistem terdapat tiga hal yang

mendasar, yaitu:

1. Adanya berbagai komponen, gagasan, konsep dan prinsip-prinsip.

2. Adanya saling keterpautan antar komponen, gagasan, konsep dan

prinsip.

3. Adanya kesatupaduan antar komponen, gagasan serta prinsip

yang saling berhubungan sehingga membentuk konsep sistemik

yang menjadi terminologi umum dari semua komponen yang ada.7

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu memahami dasar-dasar sistem pendidikan

Islam

2. Mahasiswa mampu memahami pendidikan Islam sebagai

suatu sistem kebenaran universal

3. Mahasiswa mampu memahami tujuan sistemik pendidikan

Islam

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat mendeskripsikan dasar-dasar sistem

pendidikan Islam

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan dan menganalisa

pendidikan Islam sebagai suatu sistem kebenaran universal

3. Mahasiswa dapat menyebutkan dan mengkritisi tujuan sistemik

pendidikan Islam

C. Uraian Materi

1. Dasar-dasar sistem pendidikan Islam

7 Imam Bernadib, Filsafat Pendidikan Sisten dan Metode (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), 19.

Page 116: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 116

Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem dapat dipahami

bahwa dalam pendidikan Islam terdapat gagasan, prinsip-prinsip, dan

subsistem lainnya yang saling berhubungan. Oleh karena itu, yang

perlu diketahui lebih dahulu adalah dasar-dasar pendidikan Islam

sebagai sistem.

Dasar artinya tempat berpijak atau landasan, yang merupakan

titik tolak keberangkatan segala sesuatu. Jika pendidikan Islam

dikatakan sebagai sistem, pertanyaannya apa hakikat pendidikan

Islam, bagaimana sumber dan pijakannya, dan untuk apa pendidikan

Islam itu ada?

Dasar sistem berpikir filsafat, pendidikan Islam dinyatakan

sebagai sistem. Artinya, pendidikan Islam berkaitan dengan tiga unsur

fundamental, yaitu:

a. Realitas masyarakat yang memandang ajaran-ajaran Islam

merupakan ide dasar pendidikan dunia dan akhirat.

b. Ilmu pengetahuan tidak sebatas memahami yang lahiriah,

tetapi yang bathiniah pun menjai objek kajian, sebagaimana

manusia dibimbing bukan hanya aspek jasmaninya, melainkan

juga rohaninya.

c. Semua yang ada dan tanpa ilmu pengetahuan akan terus

berubah. Perubahan merupakan hukum alam, sedangkan ilmu

pengetahuan diketahui melalui pendidikan yang sumbernya

dapat bervariasi, sebagaimana ilmu yang bersumber dari

pengalaman fisikal atau indrawi atau dari pengalaman intuitif.

Dalam system filsafat, realitas kehidupan dikembangkan

melalui pengetahuan yang tanpa batas dan nilai sebagai tujuan

manusia mengembangkan pengetahuan. Dengan demikian,

pendidikan Islam merupakan system yang dibangun oleh dasar-dasar

yang sangat kuat, yaitu sebagai berikut.

1) Al-Quran

Page 117: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 117

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Al-quran sebagai dasar

pendidikan Islam artinya sebagai titik tolak keberangkatan sistem

pendidikan Islam, seperti yang dikutip pada surah Al-‘alaq ayat 1-5

yang berikut:

Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. (2)Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3)Bacalahlah yang maha pemurah. (4)Yang mengajar (manusia) dengan prantara kalam. (5)Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S.Al-Alaq: 1-5)

Ayat diatas adalah ayat al-quran yang pertama diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau sedang berkhalwat di

gua Hira. Ayat tersebut bukan hanya perintah untuk Nabi Muhammad

SAW. saja untuk membaca tapi juga perintah bagi seluruh umat

manusia, agar manusia memahami sedalam-dalamnya maksud Allah

menciptkan ala mini dan pandai bersyukur.

Al-quran merupakan dasar pendidikan Islam karena Al-quran

menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepada manusia yang

berakal. Bukti bahwa al-quran memberikan dorongan agar segala hal

harus menggunakan akal adalah Firman Allah berikut ini:

Surah Al-Baqarah ayat 269:

Artinya:

Page 118: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 118

“Allah menganugerahkan al-hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-quran dan As-sunah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang disnugerahi Al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”

Dari ayat Al-quran diatas, dapat diambil pemahaman bahwa

dasar pendidikan Islam adalah Al-quran yang didalamnya terdapat

ayat-ayat yang memanggil manusia untuk selalu menggunakan

akalnya dalam kehidupan. Bahkan, untuk bersyukur dengan baik dan

benar pun, manusia harus mempergunakan akalnya. Akal manusia

hanya dapat diberdayakan dipertajam melalui pendidikan.

Disamping itu juga selain uraian diatas Al-quran yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk disampaikan kepada

umat manusia, banyak memiliki fungsi baik bai Nabi Muhammad itu

sendiri maupun bagi kehidupan manusia secara keseluruhan. Diantara

fungsi Al-quran adalah sebagai berikut:

a. Bukti kerasulan Muhammad dan kebenaran ajarannya.

b. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh

manusia, yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah

dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.

c. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan

menerangkan norma-norma keagamaan dan kesusilaan yang

harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual

yang kolektif.

d. Petunjuk syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-

dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam

hubungannya dengan Tuhan dan sesame manusia. dengan kata

lain, al-quran adalah petunjuk bagi umat manusia kejalan yang

harus ditempuh demi kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.

Jadi, bahwa Al-quran sebagai sumber ilmu pendidikan Islam,

dapat katakan bahwa kajian yang berkaitan dengan ilmu pendidikan

Islam bukan berarti ilmu agama Islam sebagai salah satu mata kuliah,

Page 119: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 119

melainkan sebagai paradigma ilmu pengetahuan yang berbasis

kepada Islam atau sebagai sistem pendidikan Islam. Dalam ilmu

pendidikan Islam yang sumbernya wahyu Al-quran, kajiannya tidak

sebatas yang berkaitan sains, filsafat dan agama dalam arti sebagai

doktrin. Hal ini karena di dalam Al-quran dibicarakan persoalan hukum

alam, hukum Allah, hukum kemanusiaan, dan masalah-masalah yang

metafisikal maka semua menjadi objek kajian ilmu pendidikan Islam.

2) Sunnah

Dasar pendidikan Islam kedua As-Sunnah, yang merupakan

barometer keberhasilan Allah menghadirkan manusia teladan yang

sempurna. Nabi Muhammad SAW. terkenal sebagai manusia yang

paling jujur, amanah, tablig, dan fathanah. Pendidikan yang

mencerminkan teladan Nabi Muhammad SAW. adalah sistem

pendidikan yang bertujuan membentuk anak didik yang amanah,

tablig, dan fathanah, artinya semua ilmu yang dimiliki wajib diamalkan

dalam kehidupan sehari-hari, dimanfaatkan dan didakwahkan kepada

semua masyarakat, serta menjaga nama baik Islam sebagai agama

yang kebenarannya universal.

3) Atsar dan Ijma Sahabat

Atsar dan ijma sahabat menjadi dasar pendidikan Islam.

Sebagaimana dalam sejarah digambarkan bahwa para sahabat

bergotong royong membangun mesjid Nabawi sebagai pusat

pendidikan Islam, membangun majelis taklim, membangun madrasah

dan menyebarkan ilmu yang diterima dari Rasulullah SAW.

4) Ijtihad ulama

Dasar pendidikan Islam berikutnya adalah pendapat atau ijtihad

para ulama, yang menurut sejarah tidak sedikit para ulama yang

mendirikan sekolah dan membangun lembaga pendidikan.

Muhammad Abduh adalah salah satu tokoh politik dan pendidik yang

menyarankan agar umat Islam keluar dari belenggu taklid, fanatisme

Page 120: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 120

buta dan kebodohan, dengan memperbanyak mencari ilmu,

mengembangkan dunia pendidikan, dan berijtihad.

Secara terminologis, ijtihad adalah:

a. Pengerahan akal pikiran manusia yang berilmu

b. Menggunakan akalnya dengan sungguh-sungguh karena

adanya dalil-dalil yang zhanni dari Al-quran dan Al-hadis

c. Berkaitan dengan segala hal yang nashnya masih samar dan

bersifat amaliah

d. Menggali kandungan Al-quran dan As-sunnah dengan berbagai

usaha dan pendekatan

e. Dalil-dalil yang ada dirinci sedemikian rupa sehingga hilang ke-

zhani-anya

f. Hasil ijtihad berbentuk pemahaman para ulama yang mudah

diamalkan.

Dengan demikian, ijtihad yang akan dijadikan dasar pendidikan

Islam adalah ijtihad yang berpijak pada AL-quran dan As-sunnah,

bukan ijtihad yang liberal tanpa pertimbangan nilai. Dalam pendidikan

Islam tidak dikenal netralitas etika atau bebas nilai. Pendidikan Islam

dikembnagkan sebagai sistem karena mengajarkan cara berpikir

dengan rasio dan hati, mengajarkan keterampilan jasmani dan

memperhalus budi pekerti dengan tuntunan ajaran Islam.

2. Pendidikan Islam sebagai suatu sistem kebenaran universal

Objek ilmu adalah kesatupaduan ontologism alam-manusia-

Allah, sedangkan praksis ilmu adalah kesatupaduan praksiologis As-

sam’a-al-abshara-al-af-iddah. Demikian pula, struktur ilmu merupakan

kesatupaduan epistimologi al-‘ilmi-al-hikmat-al-kitab. Akhirnya,

konteks ilmu menurut Al-quran mempunyai kesatupaduan aksiologis

al-‘ilm-al-huda-al-kitab.

Keempat kesatupaduan atau integralitas tersebut-

kesatupaduan ontologism, kesatupaduan praksiologism dan

kesatupaduan epistemologis-serta kesatupaduan aksiologis-

Page 121: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 121

merupakan aspek-aspek kesatupaduan atau integralitas ilmu yang

berkaitan dengan kategori-kategori integralis yaitu materi, energy,

informasi dan nilai-nilai. Keempat keterpaduan itu mempunyai sifat-

sifat kesatupaduan karena adanya kategori integralis kelima, yaitu

sumber. Dalam Islam, sumber utama ilmu adalah satu, yaitu Allah

SWT Yang Maha Esa.

Dengan demikian, sistem pendidikan Islam dan pendidikan

Islam sebagai sistem adalah integralitas antara unsur-unsur dibawah

ini:

a. Integralitas unsur ilahiah, alamiah, dan insaniah karena tujuan

pendidikan Islam terfokus pada pemberdayaan alam dan

manusia dengan bertitik tolak dari nilai-nilai ilahiah dan

rabbaniah atau kependidikan yang berbasis kepada Al-quran dan

As-sunnah.

b. Integralitas antara hati, akal dan pancaindra. Tiga alat

pendeteksi kebenaran, yang bersifat intuitif dan metafisikal,

kebenaran rasional, dan kebenaran empirik.

c. Integralitas antara ilmu pengetahuan, hidayah dan sumber ilmu

pengetahuan.

Tiga unsur tersebut di atas harus merupakan sistem terpadu

dan universal yang akan diterapkan dalam pendidikan Islam.

Kebenaran universal artinya tidak mengenal situasi dan kondisi karena

memiliki fleksibelitas yang tinggi, tidak mengenal kadaluarsa karena

kebenarannya bukan semata-mata materiil, melainkan juga

substansial, bukan sebatas tekstual, melainkan juga kontekstual,

bukan sebatas fisikal, melainkan juga metafisikal, natural dan

supranatural, rasional dan suprarasional. Oleh karena itu sistem

pendidikan Islam dapat digunakan kapan pun, di mana pun, dan oleh

siapa pun, mengingat sumber ontologisnya bersifat universal.

Jadi, pendidikan Islam sebagai suatu sistem dapat diwujudkan

dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip di dibawah ini:

Page 122: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 122

a. Prinsip qur’ani, yakni Al-quran sebagai dasar pendidikan Islam

b. Prinsip aqly, yakni akal sebagai alat untuk mendalam ayat-ayat Ilahi

c. Prinsip ‘ilmu bi al-‘amali, yakni pengetahuan praktis, semua ilmu

untuk diamalkan

d. Prinsip ‘ilmu bi al-hidayati, ilmu sebagai hidayah kehidupan, dan

e. Prinsip ‘ilmu bi al-taghayur, ilmu yang fleksibel dan multitafsir untuk

segala zaman, waktu, situasi dan kondisi.

Pada prinsipnya, ilmu pendidikan Islam berfungsi untuk

mengembangkan pendidikan Islam itu sendiri. Oleh karena itu, harus

diaplikasikan pada hal-hal sebagai berikut:

a. Pendidikan Islam harus diorientasikan pada upaya mewujudkan

nilai-nilai Ilahiah dalam pribadi setiap peserta didik. Pendidikan

Islam adalah upaya manusia untuk menginternalisasikan sifat-sifat

Allah yang ada pada dirinya.

b. Pendidikan Islam sesungguhnya diorientasikan umat Islam pada

upaya mengenal Allah, mendekati-Nya, dan menyerahkan diri

pada-Nya

c. Kemutlakan Allah dalam segala dimensi-Nya harus tampak dalam

seluruh komponen pendidikan Islam, baik dalam tujuan, materi, dan

komponen pendidikan lainnya.

d. Dimensi kebenran Allah mengisyaratkan bahwa hanyalah Dia

sumber kebenaran, melahirkan cara pandangan epistimologis

tentang apa yang disebut dengan pengetahuan; tidak ada

pengetahuan yang dianggap benar jika tidak bersumber dan tidak

merujuk tanda-tanda Allah, baik Qauniyah maupun Qauliyah; hal itu

berlaku juga dalam ilmu pendidikan Islam.

3. Tujuan sistemik pendidikan Islam

Islam mengajarkan bahwa seluruh aktivitas manusia bertujuan

untuk meraih tercapainya insane yang beriman dan bertaqwa. Apabila

anak didik telah beriman dan taqwa, artinya tujuannya telah tercapai.

Page 123: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 123

Keimanan seseorang hanya dapat dilihat dari amal

perbuatannya sebab amal perbuatan menjadi indikatoryang amat

penting untuk mengukur keimana seorang muslim. Apabila dikaitakan

dengan pendidikan Islam yang bertujuan mencetak anak didik yang

beriman, wujud dari tujuan itu adalahakhlak anak didik, sedangkan

akhlak anak didik itu mengacu pada kurikulum yang diterapkan dalma

pendidikanyang dilaksanakan di berbagai lembaga, baik dilembaga

pendidikan formal maupun nonformal.

Beberapa indikator dari tercapainya tujuan pendidikan Islam

dapat dibagi menjaditiga tujuan mendasar, yaitu:

a. Tercapainya anak didik yang cerdas. Ciri-cirinya adalah memiliki

tingkat kecerdasan intelektualitas yang tinggi sehingga mampu

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun

membantu menyelesaikan masalah orang lain yang

membutuhkannya.

b. Tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran atau kesalehan

emosional, sehingga tercemin dalam kedewasaan menghadapi

masalah di kehidupannya.

c. Tercapainya anak didik yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu

menjalankan Alllah dan Rasulullah SAW. dengan melaksanakan

rukun Islam yang lima dan melaksanakannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Pendidikan Islam bertujuan membangun karakter anak didik

yang kuat menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupan da telaten,

sabar serta cerdas dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

H. M. Arifin membedakan tujuan pendidikan Islam secara

teoritis dan dalam proses. Tujuan secara teoritis ini terdiri dari

berbagai tingkat antara lain:

a. Tujuan intermediair, tujuan akhir, tujuan incidental

Page 124: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 124

1) Tujuan intermediair, yaitu tujuan yang merupakan batasan

kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan

tingkat tertentu.

2) Tujuan incidental merupakan peristiwa tertentu yang

direncanakan, tetapi dapat dijadikan sasaran dari pendidikan

pada tujuan intermediair.

3) Tujuan akhir pendidikan Islam pada hakikatnya adalah realisasi

dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi

kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allahlahir dan

bathin di dunia dan akhirat.

b. Dilihat dari segi pendekatan sistem instruksional, tujuan pendidikan

dibedakan menjadi:

1) Tujuan instruksional khusus, diarahkan pada setiap bidang

studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.

2) Tujuan instruksional umum, diarahkan pada penguasaan arti

pengamalan suatu bidang studi secara umum atau garis

besarnya sebagai suatu kebulatan.

3) Tujuan kurikuler, yaitu ditetapkan untuk dicapai melalui garis-

garis besar program pengajaran (GBPP) di tiap institusi

(lembaga pendidikan).

4) Tujuan instriksional, yaitu tujuan yang harus dicapai menurut

program pendidikan di tiap sekolah atau lembaga pendidikan

tertentu secara bulat atau terminal seperti tujuan institusional

SMPTP/SMTA atau STM/SPG (tujuan terminal).

5) Tujuan umum, atau tujuan nasional, adalah cita-cita hidup yang

ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan dengan

berbagai cara atau sistem, baik sistem formal (sekolah).

Sistem nonformal (nonklasikal dan nonkurikuler), maupun

sistem informal (yang tidak terikat oleh formalitas program

ruang dan materi).

Page 125: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 125

c. Ditinjau dari segi pembidangan tugas dan fungsi manusia secara

filosofis, tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 macam,

yaitu:

1) Tujuan individual

Suatu tujuan yang menyangkut individu, melalui proses

belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan

dunia dan akhirat.

2) Tujuan sosial

Suatu tujuan yang berhubungan dengan kehidupan

masyarakat dan dengan tingkah lakunya serta dengan

perubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan

pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.

3) Tujuan professional

Suatu tujuan yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu,

seni dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam

masyarakat.

d. Ditinjau dari segi pelaksanaannya, tujuan pendidikan dapat

dibedakan menjadi:

1) Tujuan operasional

Tujuan operasional, yaitu tujuan yang dicapai menurut program

yang telah ditentukan atau ditetapkan dalam kurikulum.

2) Tujuan fungsional

Tujuan fungsional, yaitu tujuan yang telahducapai dalam arti

kegunaannya, baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis.

Adapun tujuan dalam proses mencakup 2 macam yaitu:

1) Tujuan keagamaan, yaitu tujuan yang terisi penuh nilai

rohaniah Islam dan beroreintasi padakehidupan diakhirat.

Tujuan ini difokuskan pada pembentukkan pribadi muslim yang

sanggup melaksanakan syariat Islam melalui proses pendidikan

spiritual menuju ma’rifat kepada Allah.

Page 126: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 126

2) Tujuan keduniaan, tujuan ini lebih mengutamakan pada upaya

untuk mewujudkan kesejahteraan hidup di dunia dan

kemanfaatannya.

Perlu ditegaskan lagi bahwa tujuan pendidikan Islam

secara esensial adalah terwujudnya anak didik yang memahami

ilmu-ilmu keislaman dan mengamalkannya dalam kehidupannya

sehari-hari. Dengan kata lain, terwujudnya insan kamil, yakni

manusia yang kembali kepada fitrahnya dan kepada tujuan

kehidupannya sebagaimana ia berikrar sebagai manusia yang

datang dari Allah dan kembali kepada Allah.

Dengan pandangan tersebut, secara sistematis, pendidikan

Islam menjadi suatu sistem dengan landsan-landasan yang kuat

apabila semua ruang lingkup yang terdapat dalam pendidikan

tersebut tersedia dengan baik dan benar.

Itulah pandangan ajaran Islam tentang pendidikan Islam.

Al-quran dan al-hadis mewajibkan umat Islam mencari ilmu dan

membangun lembaga pendidikan Islam. Karena dengan ilmu

pendidikan Islam, umat Islam akan terhindar dari pendidikan

berbasis kepada nilai-nilai sekuleritas dan faham liberalism.

Pendidikan Islam dibangun bukan hanya sekedar penggur

kewajiban, tetapi sebgai cita-cita dn tujuan hidup umat Islam.

D. Soal

1. Uraikan dasar-dasar sistem pendidikan Islam?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendidikan Islam

sebagai sistem kebenaran universal?

3. Sebutkan dan berikan argument kritis terhadap tujuan sistemik

pendidikan Islam?

Page 127: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 127

DAFTAR PUSTAKA

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia : Sekolah berbasis multiple Intelligences di Indonesia, Cet. XI, Bandung: Kaifa, 2011.

H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

A. Tafsir, dkk, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, Editor: Tedi Priatna, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004.

H. Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, , Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011.

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia 2009

Imam Bernadib, Filsafat Pendidikan Sisten dan Metode,

Yogyakarta: Andi Offset, 1992.

Page 128: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 128

BAB XII

PELUANG DAN TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM

Isu penting dalam pendidikan Islam di era global sekarang adalah

munculnya tuntutan masyarakat di era modern ini terhadap penguatan

sistem pendidikan. Semua sistem pendidikan dituntut lebih maju dan

dapat mengakomadasikan kebutuhan masyarakat modern, tidak saja

tuntutan terhadap peningkatan kualitas kurikulum tetapi juga tuntutan

dalam kemajuan dalam memfasilitasi pendidik, peserta didik,

manajemen, sarana dan prasarana pendidikan, yang disertai dengan

perangkat teknologi canggih agar dapat mengikuti perkembangan

zaman.

Oleh karena itulah, relasi antara sistem pendidikan Islam dengan

kemajuan teknologi perlu dilihat secara hati-hati agar dapat ditemukan

peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan dan tantangan yang perlu

diselesaikan demi kemajuan pendidikan Islam di masa saat ini.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu memahami peluang pendidikan Islam

dalam menghadapi tantangan zaman

2. Mahasiswa mampu memahami tantangan pendidikan Islam

dalam menghadapi tantangan zaman

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa dapat menganalisis peluang pendidikan Islam

dalam menghadapi tantangan zaman.

2. Mahasiswa dapat menganalisis dan mengkritisi tantangan

pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan zaman.

Page 129: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 129

C. Uraian Materi

1. Peluang pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan zaman

Pendidikan Islam dari perspektif esensi pengajaran mempunyai

keunggulan, karena di dalamnya terdapat pengajaran umum plus

agama. Pendekatan keagamaan memberikan posisi strategis bagi

pendidikan Islam mendidik generasi muda masyarakat Islam dalam

menumbuhkembangkan potensi-potensi bawaan, baik bawaan jasmani

maupun rohani sejalan dengan norm yang tumbuh, kembang dan

dipakai dalam masyarakat dan kebudayaannya. Baik pendidikan Islam

itu berakar dari pemaknaan tarbiyah, ta’lim, tahdzib, maupun ta’dib dll.,

tetap saja mempunyai substansi pemberiaan ilmu pengetahuan dan

pengembangan keseluruhan potensi diri manusia, baik potensi bawaan

sesuai dengan fitrahnya maupun potensi yang wujud dan berubah

karena berbagai faktor pengaruh lingkungan, sekaligus pembentukan

kepribadian, prilaku (budaya) dan sikap mental. Pendidikan Islam

merupakan proses bimbingan pengembangan jasmani dan rohani

manusia dengan ajaran Islam sejalan dengan fitrah manusia itu agar

mereka mampu melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan

tujuan hidupnya diciptakan khaliq-Nya.

Pendapat tadi merupakan penguatan pengakuan terhadap dasar

pendidikan Islam itu sendiri yakni al-Qur’an dan Hadis, karena dua

sumber dasarnya ini menekankan pendidikan itu sesuai fitrah kearah

tujuan tertinggi yakni insan kamil (manusia sempurna). Meskipun

pendidikan Islam mengadopsi nilai-nilai sosial kemasyarakatan, syah

saja selama tidak bertentangan dengan dasar-dasarnya di al-Qur’an

dan Hadis dan bermanfaat atau tidak memberikan kemudharatan bagi

manusia. Berkenaan dengan perinsip ini, pendidikan Islam menjadi

jelas dapat diletakkan dalam kerangka sosiologis, selain menjadi

sarana transmisi pewarisan kekayaan sosial budaya dalam pembentuk

prilaku yang positif.

Page 130: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 130

Karena pendidikan Islam itu juga berada dalam kerangka

sosiologis, maka lingkungan strategis situasi perkembangan sosial

budaya dan teknologi modern baik tingkat internasional (global),

maupun regional, nasional dan lokal berpengaruh pada perjalanan dan

menjalankan sistem pendidikan itu. Sungguh pun demikian dengan

potensi pendidikan Islam yang ada dimanfaatkan akan dapat merebut

peluang dan menghadapi tantangan dan atau merubah tantangan

menjadi peluang di dalam semua tingkatan lingkungan strategis itu

termasuk di era global dalam lingkungan strategis internasional.

Pendidikan Islam dalam lingkungan strategis nasional

(Indonesia) secara objektif mempunyai potensi besar dimanfaatkan

untuk meraih peluang maju. Di antara potensi besar pendidikan Islam

itu:

1. Masyarakat pendukung pendidikan Islam, umat Islam dominant

dan panatik terhadap pendidik Islam tinggi

2. Pengalaman besar dan sudah lama masanya eksis secara mandiri

3. Lembaga pendidikan Islam beragam bentuk dan banyak

jumlahnya

4. SDM para pakar dan menejer pendidikan Islam banyak

5. Sudah mempunyai sistim yang kuat

6. Ada Departemen khusus memayunginya yakni Depatemen

Agama

Potensi pendidikan Islam ini sebenarnya dapat dimanfaatkan

sebagai kekuatan, untuk meraih peluang. Peluang-peluang cukup

banyak dan besar. Di lingstra nasional Indonesia pendidikan Islam,

mempunyai peluang di antaranya:

1. Akreditasi kelembagaan pendidikan

2. Standardisasi kelulusan

3. Sertifikasi guru/ pendidik

4. Anggaran pendidikan besar

Page 131: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 131

5. Mendapat kedudukan yang sama dalam kebijakan nasional dalam

bidang pendidikan.

Peluang pendidikan Islam dalam lingstra Internasional dilihat dari

perkembangan triple-t globalisasi (telekomunikasi, transportasi dan

tourism) cukup banyak. Diambil contoh t-telekomunikasi dengan

perkembangan teknologinya memberikan peluang pengembangan

sistim manajemen dan informasi (SIM) pendidikan diperkuat dengan

local area network (LAN) berbasis webs yang dapat diakses di mana

dan kapan saja. Lembaga-lembaga pendidikan dengan manajemen

pendidikan sekolah modern dapat dipersiapkan dengan didukung

information, communication and technology (ICT) yang menggunakan

teknologi media canggih, mulai dari perangkat keras (computer, tv,

radio, telepon seluler) dengan perangkat lunaknya dalam bentuk segala

bentuk system dan network system canggih dengan situs-situs yang

dapat diakses. Impact-nya dengan dukungan teknologi komunikasi baik

perangkat keras dan perangkat lunaknya tadi, kelembagaan pendidikan

akan berpeluang melakukan pembaharuan dengan kunci komunikasi

dan informasi yang mudah diakses dan mengakses dari sumber mana,

dimana dan kapan saja.

Pemanfaatan potensi besarnya jumlah umat Islam, pengalaman

dalam mengembangkan pendidikan secara mandiri, kekuatan lembaga-

lembaga pendidikan Islam yang sudah maju, pendayagunaan para

pakar dan menejer pendidikan Islam yang cukup banyak,

mengembangkan sistim pendidikan yang sudah mendapat pengakuan,

memaksimalkan fungsi Departemen Agama dalam pengembangan

pendidikan, dipastikan peluang-peluang peningkatan kemajuan

pendidikan Islam dapat direbut. Tidak akan sulit mengembangkan

kelembagaan pendidikan Islam terakreditasi menuju lembaga

pendidikan maju bertaraf internasional, peluang anggaran akan

terbuka, apalagi kedudukan pendidikan agama sudah sama dengan

pendidikan umum dari perspektif kebijakan pendidikan nasional,

Page 132: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 132

standarisasi kelulusan memberikan jaminan kualitas ketenagaan yang

siap akses pangsa pasar kerja, karenanya pendidik/ guru terakreditasi

dalam upaya mengejar kualitas dan pemenuhan kesejahteraan dan

terbuka pembentukan prilaku zuhud pada guru. Optimisme

pemanfaatan potensi merebut peluang globalisasi di awal milenium

ketiga ini, akan semakin nyata menjadi kekuatan dalam peningkatan

pendidikan Islam itu, apalagi ada momentum dukung dengan situasi

umat Islam, sejak awal abad ke-15 hijrah dicanangkan sebagai abad

kebangkitan dan dinyatakan sebagai awal survival umat Islam.

Kebangkitan Islam itu merupakan proses penuh perubahan yang

dilakukan umat Islam untuk mewujudkan kehidupan yang maju dan

sejahtera setingkat dengan umat manusia lainnya yang sudah lebih

dahulu mencapai kondisi demikian . Dengan perkataan lain, umat Islam

kembali membentuk peradaban yang setingkat dengan peradaban

lainnya.

Peradaban itu secara esensial memperlihatkan kehidupan yang

penuh nilai spiritual dan material. Nilai spiritual dan material itu kata

Sayidiman (2002) dapat menjadi ukuran bagi tinggi rendahnya

peradaban itu. Sebab itu umat Islam membangun kehidupan spiritual

dan moral sesuai dengan ajaran Islam termasuk melalui lembaga

pendidikan untuk menjadi pemicu bagi seluruh kehidupan umat Islam

yang bermakna. Di pihak lain diwujudkan pula perubahan dalam kondisi

material umat Islam untuk menciptakan kesejahteraan. Semakin tinggi

hasil pembangunan moral-spiritual dan material itu semakin tercipta

peradaban Islam.

2. Tantangan pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan zaman

Perjuangan memanfaatkan potensi merebut peluang dan atau

menggunakan potensi untuk mengatasi tantangan mendukung gerakan

survival umat dalam kebangkitan Islam termasuk memajukan

pendidikan Islam, tak luput dari berbagai tantangan yang kadang tidak

Page 133: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 133

saja bias menjadi kendala, hambatan bahkan menjadi bias ancaman

yang seringkali amat berbahaya dan merugikan.

Tantangan khusus pendidikan Islam dalam lingstra Internasional

dilihat dari triple-t globalisasi (telekomunikasi, transportasi dan tourism)

tadi, cukup menarik. Dari sisi triple telekomunikasi saja misalnya,

terdapat tantangan di antaranya:

1. Informasi terbuka dan bebas masuk melalui teknologi media

canggih tanpa hambatan ruang dan waktu.

2. Komunikasi canggih memperkecil dunia, mulai dari lintas kota–

desa, daerah–nasional, nasional–internasional dan lintas benua.

3. Tersedia situs pencari inforamsi dan media penghubung

komunikasi dalam bentuk perangkat lunak segala bentuk sistim

jaringan (face books, e-mail, blogg, webset dll).

4. Tersedia teknologi informasi dan media elektronik dan cetak

canggih perangkat keras seperti personal computer dan jaringan,

offset, camera webs, telpon seluler, jaringan televise, DVD dsb.

5. Tumbuh bisnis informasi dan komunikasi dengan teknologi yang

siap layan dengan mudah dan murah serta memenuhi kebutuhan

konsumen, dll.

Tantanan triple telekomunikasi ini saja, sudah sedemikian hebat

kalau dapat dirubah menjadi peluang. Kemampuan mendayagunakan

potensi besarnya dukungan jumlah umat Islam, pengalaman dalam

mengembangkan pendidikan secara mandiri, kekuatan lembaga-

lembaga pendidikan Islam yang sudah maju, pendayagunaan para

pakar dan menejer pendidikan Islam yang cukup banyak,

mengembangkan sistim pendidikan yang sudah mendapat pengakuan,

memaksimalkan fungsi Departemen Agama dalam pengembangan

pendidikan, dipastikan tantangan triple telekomunikasi eraglobal tadi

dapat dirubah menjadi peluang dan kesempatan emas dalam upaya

peningkatan kemajuan pendidikan Islam. Dengan pendayagunaan

potensi ini dengan mengakomodasikan tantangan (1) informasi global

Page 134: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 134

terbuka dan bebas masuk melalui teknologi media canggih tanpa

hambatan ruang dan waktu, (2) komunikasi canggih memperkecil

dunia, mulai dari lintas kota – desa, daerah – nasional, nasional –

internasional dan lintas benua, (3) tersedia situs pencari inforamsi dan

media penghubung komunikasi dalam bentuk perangkat lunak segala

bentuk sistim jaringan (face books, e-mail, blog, webset dll), (4) tersedia

teknologi informasi dan media elektronik dan cetak canggih perangkat

keras seperti personal computer dan jaringan, offset, camera webs,

telpon seluler, jaringan televise, DVD dsb., (5) tumbuh bisnis informasi

dan komunikasi dengan teknologi yang siap layan dengan mudah dan

murah serta memenuhi kebutuhan konsumen, dll., optimis tantangan

gloal ini dapat dirubah menjadi peluang besar mengatasi kelemahan

pendidikan Islam dengan memperkuat perencanaan dan

implementasinya didukung. Tantangan global itu berpotensi besar pula

menyulap penyelenggaraan pendidikan Islam dengan memperkuat

dengan basis informasi dan komunikasi baik dengan perangkat keras

teknologinya maupun perangkat lunaknya yang amat canggih, sehingga

mengantarkan lembaga-lembaga pendidikan, pendidik dan kualitas

peserta didik dan outputnya ke level yang setara dengan pendidikan

maju di dunia internasional.

Sebagai sebuah analisis perkembangan pendidikan di era global,

disadari tidak semua perjuangan mulus, dipastikan tantangan

terkadang menjadi kendala, hambatan bahkan menjadi ancaman.

Ketidaksiapan menyambut kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi era global tadi akan melahirkan dan memunculkan

pengaruh negative. Itu terjadi manakala kelemahan tidak dapat

diminimalisir maka tantangan akan berubah menjadi ancaman.

Kelemahan itu masih ada yang bersumber dari internal umat Islam

sendiri plus tantangan yang datang dari luar dengan arus keras.

Perjuangan yang harus digerakan menangkap dan atau merubah

tantangan menjadi peluang pendidikan Islam di era globalisasi,

Page 135: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 135

bagaimana para penyelenggara pendidikan itu mampu di samping

mendayagunakan potensi yang ada untuk merebut peluang dan atau

mengurangi kelemahan untuk merebut peluang, atau mengolah potensi

mengatasi tantangan, dan atau meminimalisir kelemahan untuk

menangkal ancaman dari tantangan yang tidak bisa dirubah. Semua

umat Islam yang memperjuangkan kebangkitan Islam harus berjuang

terus menerus tanpa pamrih. Umat Islam di Indonesia yang jumlahnya

lebih dari 170 juta orang adalah potensi besar sekaligus asset bangsa

bagi kebangkitan Islam termasuk kebangkitan lembaga pendidikan

Islam sekaligus asset pertumbuhan bangsa Indonesia. Akan tetapi

sebalik kalau kelemahan tidak bisa dimanimalisir dan tetap dalam taraf

tidak kuat dan berkualitas, meminjam istilah Sayidiman (2002) justru

menjadi satu liability atau gangguan yang amat berat. Sebab itu umat

Islam Indonesia dan terutama para pemimpinnya harus

mengembangkan komitmen yang sekuat-kuatnya untuk

menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-baiknya. Pendidikan

mempunyai peran besar sekali untuk menimbulkan perubahan pada diri

umat Islam. Melalui pendidikan dapat dibentuk kondisi mental yang

lebih kondusif untuk mengembangkan kebangkitan moral-spiritual yang

dikehendaki. Tujuan pendidikan Islam tidak hanya mentransfer ilmu

pengetahuan, tetapi juga sebagai penyelenggaraan tugas kenabian

yakni mempertinggi akhlak. Aspek transfer dan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi dapat diusahakan melalui pelaksanaan

pendidikan yang tepat. Sungguh pun demikian harus pula disadari

bahwa hasil dari proses pendidikan baru terasa secara sungguh-

sungguh setelah berlalunya satu generasi. Oleh karena Kebangkitan

Islam sekarang sudah berjalan maka pendidikan harus dibarengi

dengan terbentuknya tradisi leadership yang dapat menjalankan proses

perubahan tersebut sejak sekarang. Bahkan leadership

(kepemimpinan) itu sangat penting untuk menimbulkan proses sistim

pendidikan yang diselenggarakan.

Page 136: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 136

D. Soal

1. Bagaimana peluang pendidikan Islam dalam menghadapi

tantangan zaman?

2. Bagaimana tantangan dan solusi kreatif tantangan pendidikan

Islam dalam menghadapi tantangan zaman?

DAFTAR PUSTAKA

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

H. Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendiidkan Islam,: Telaah Sistem Pendidikan dan pemikiran Para tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian filosofik dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung: Trigenda Karya, 1993.

H. Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011

Page 137: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 137

BAB XIII

PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN ISLAM AL-GHAZALI

Berbicara dunia pendidikan Islam dan kemajuan-kemajuannya,

tidak akan bisa dilepaskan dari tokoh-tokoh pembaharunya. Dengan

hasil pemikiran para tokoh tersebut, sekarang kita bisa menikmati

aktualisasi pendidikan Islam dari zaman ke zaman. Oleh karena itu, perlu

rasanya untuk mengkaji ulang pemikiran para tokoh tersebut dan

mengambil buah pemikiran tersebut untuk direfleksikan serta aplikasikan

dalam pendidikan Islam yang akan datang.

Al-Ghazali adalah salah satu dari sekian banyak tokoh dunia yang

berpartisipasi aktif dalam memajukan pendidikan Islam. Dia telah

menghasilkan banyak karya yang menjadi referensi prosesi pendidikan

Islam.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu mengetahui riwayat hidup Al-Ghazali

2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar pendidikan Islam

Al-Ghazali

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan riwayat hidup Al-Ghazali

2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan mengkritisi

pemikiran tentang konsep dasar pendidikan Islam Al-Ghazali

C. Uraian Materi

1. Riwayat hidup Al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin

Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Thusi Al-Naysaburi. Ia

dilahirkan di Thus, sebuah Kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450

H. atau 1058 M. Ayahnya seorang pemintal wool. Al-Ghazali

mempunyai seorang saudara, ketika akan meninggal ayahnya

berpesan kepada seorang sahabat setia agar kedua putranya diasuh

dan disempurnakan pendidikannya. Sahabat tersebut segera

Page 138: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 138

melaksanakan wasiat ayah Al-Ghazali dengan mendidik dan

menyekolahkan keduanya. Setelah harta pusaka peninggalan ayah

mereka habis, keduanya dinasehati agar meneruskan mencari ilmu

semampunya. Imam Al-Ghazali sejak kecil dikenal sebagai seorang

anak pencinta ilmu pengetahuan dan pencari kebenaran yang hakiki,

sekalipun diterpa duka cita, dilanda aneka rupa nestapa dan

sengsara. Di masa kanak-kanak, Imam Al-Ghazali belajar kepada

Ahmad bin Muhammad Al-Raziqani di Thus kemudian belajar

kepada Abi Nasr Al-Ismaili di Jurjani dan akhirnya ia kembali ke

Thus.

Setelah itu Imam Ghazali pindah ke Naysaburi untuk belajar

kepada seorang ahli agama kenamaan di masanya, yaitu Al-Juwaini

yang bergelar Imam Haramain; darinya Al-Ghazali belajar ilmu

kalam, ilmu ushul, dan ilmu agama lainnya.

Keikutsertaan Al-Ghazali dalam suatu diskusi bersama

sekelompok ulama dan intelektual di hadapan Nidzam Al-Mulk

membawa keuntungan besar baginya. Nidzam Al-Mulk berjanji akan

mengangkat Al-Ghazali sebagai guru besar di Universitas yang

didirikannya di Baghdad pada tahun 484 atau 1091 M. Setelah

empat tahun di universitas tersebut, ia memutuskan untuk berhenti

mengajar dan meninggalkan Baghdad. Setelah itu ia pergi ke Syam

dan melakukan kehidupan yang total dipenuhi ibadah.

Setelah semua aktivitas khalwatnya selesai, ia kembali ke

Baghdad untuk kembali mengajar. Setelah sepuluh tahun di

Baghdad, ia pergi ke Naysaburi dan sibuk mengajar di sana. Dalam

waktu yang tidak lama setelah itu beliau meninggal di Thus kota

kelahirannya pada hari Senin tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H. atau

1111 M.

Diantara karya-karya yang telah ditulis al-Ghazali adalah

Maqasid al-Falasifah, Tafahut al-Falasifah, Al-Ma’rif al-‘Aqliyah, Ihya

‘Ulumuddin, Al-Munqidz min al-Dhalal, Minhaj al-Abidin, Mizan al-

Page 139: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 139

Amal, Kitab al-Arbain, Mishkat al-Anwar, Al-Adab fi al-Din, Ar-

Risalah al-Laduniyah, dan lain sebagainya.

2. Konsep Pendidikan Islam menurut Al-Ghazali

Konsep pendidikan Al-Ghazali dapat diketahui dengan cara

memahami pemikirannya berkenaan dengan berbagai aspek yang

berkaitan dengan pendidikan, yaitu: tujuan, kurikulum, etika guru,

dan etika murid, metode.

a. Tujuan Pendidikan menurut Al-Ghazali

Seorang guru dapat merumuskan suatu tujuan kegiatan

dengan baik, jika ia memahami benar filsafat yang mendasarinya.

Rumusan selanjutnya akan menentukan aspek kurikulum, metode,

dan lainnya. Dari hasil studi terhadap pemikiran Al-Ghazali dapat

diketahui dengan jelas bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui

pendidikan ada dua, pertama: tercapainya kesempurnaan insani

yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah SWT; kedua,

kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan

akhirat.

b. Kurikulum Pendidikan menurut Al-Ghazali

Kurikulum yang dimaksud adalah kurikulum dalam arti sempit,

yaitu seperanngkat ilmu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta

didik. Pendapat Al-Ghazali terhadap kurikulum dapat dilihat dari

pandangannya mengenai ilmu pengetahuan yang dibaginya dalam

beberapa sudut pandang. Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan

menjadi tiga bagian, yaitu:

Ilmu tercela yaitu ilmu yang tidak ada manfaatnya baik di

dunia maupun di akhirat, seperti ilmu nujum, sihir, dan ilmu

perdukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa mudharat bagi

yang memilikinya maupun orang lain dan akan meragukan

keberadaan Allah SWT.

Ilmu terpuji misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama. Bila ilmu ini

dipelajari akan membawa orang kepada jiwa yang suci bersih dari

Page 140: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 140

kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada

Allah SWT.

Ilmu terpuji pada taraf tertentu dan tidak boleh didalami karena

dapat mengakibatkan goncangan iman, seperti ilmu filsafat.

Dari ketiga kelompok ilmu tersebut, Al-Ghazali membagi lagi

menjadi dua bagian yang dilihat dari kepentingannya, yaitu:

Ilmu fardhu (wajib) yang harus diketahui oleh semua orang

Muslim, yaitu ilmu agama.

Ilmu fardhu kifayah yang dipelajari oleh sebagian Muslim untuk

memudahkan urusan duniawi, seperti: ilmu hitung, kedokteran,

teknik, ilmu pertanian dan industri.

c. Pendidik menurut Al-Ghazali

Dalam suatu proses pendidikan adanya pendidik merupakan

suatu keharusan. Pendidik sangat berjasa dan berperan dalam suatu

proses pendidikan dan pembelajaran sehingga Al-Ghazali

merumuskan sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik diantaranya guru

harus cerdas, sempurna akal, dan baik akhlaknya; dengan

kesempurnaan akal seorang guru dapat memiliki ilmu pengetahuan

secara mendalam dan dengan akhlak yang baik dia dapat memberi

contoh dan teladan bagi muridnya.

Menurut Al-Ghazali, selain sifat-sifat umum di atas pendidik

hendaknya juga memiliki sifat-sifat khusus dan tugas-tugas tertentu

diantaranya: sifat kasih sayang, mengajar dengan ikhlas dan tidak

mengharapkan upah dari muridnya, menggunakan bahasa yang

halus ketika mengajar, mengarahkan murid pada sesuatu yang

sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan siswa, menghargai

pendapat dan kemampuan orang lain, mengetahui dan menghargai

perbedaan potensi yang dimiliki murid.

d. Peserta Didik Menurut Al-Ghazali

Dalam kaitannya dengan peserta didik, lebih lanjut Al-Ghazali

menjelaskan bahwa mereka merupakan hamba Allah yang telah

Page 141: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 141

dibekali potensi atau fitrah untuk beriman kepada-Nya. Fitrah itu

sengaja disiapkan oleh Allah sesuai dengan kejadian manusia, cocok

dengan tabiat dasarnya yang memang cenderung kepada agama

Islam.

Ketika menjelaskan makna pendidikan kepada umat, Al-Ghazali

membagi manusia menjadi tiga golongan yang sekaligus

menunjukkan keharusan menggunakan metode dan pendekatan

yang berbeda pula, yaitu:

Kaum awam, yaitu orang yang cara berfikirnya sederhana

sekali. Dengan cara berfikir tersebut mereka tidak dapat

mengembangkan hakikat-hakikat. Mereka mempunyai sifat lekas

percaya dan menurut.Golongan ini harus dihadapi dengan sikap

memberi nasehat dan petunjuk.

Kaum pilihan, yaitu orang yang akalnya tajam dengan cara

berfikir yang mendalam. Kepada kaum pilihan tersebut harus

dihadapi dengan sikap menjelaskan hikmat-hikmat.

Kaum pendebat (ahl al-jidal), harus dihadapi dengan sikap

mematahkan argumen-argumen mereka.

Menurut Al-Ghazali, ketika menuntut ilmu peserta didik memiliki

tugas dan kewajiban, yaitu:

1) Mendahulukan kesucian jiwa.

2) Bersedia merantau untuk mencari ilmu pengetahuan.

3) Jangan menyombongkan ilmunya apalagi menentang guru.

4) Mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan.

Dengan tugas dan kewajiban tersebut diharapkan seorang

peserta didik mampu untuk menyerap ilmu pengetahuan untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

e. Metode Pendidikan Menurut Al-Ghazali

Perhatian Al-Ghazali terhadap metode pengajaran lebih

dikhususkan bagi pengajaran pendidikan agama untuk anak-anak.

Untuk ini ia telah mencontohkan suatu metode keteladanan bagi

Page 142: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 142

mental anak-anak, pembinaan budi pekerti, dan penanaman sifat-

sifat keutamaan pada diri mereka. Metode pengajaran menurut Al-

Ghazali dapat dibagi menjadi dua bagian antara pendidikan agama

dan pendidikan akhlak.

Metode pendidikan agama menurut Al-Ghazali pada prinsipnya

dimulai dengan hapalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan

dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil

dan keterengan-keterangan yang menguatkan akidah.

Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidikan agama harus mulai

diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin sebab dalam tahun-

tahun tersebut, seorang anak mempunyai persiapan menerima

kepercayaan agama semata-mata dengan mengimankan saja dan

tidak dituntut untuk mencari dalilnya. Sementara itu berkaitan dengan

pendidikan akhlak, pengajaran harus mengarah kepada

pembentukan akhlak yang mulia. Al-Ghazali mengatakan bahwa

akhlak adalah suatu sikap yang mengakar di dalam jiwa yang akan

melahirkan berbagai perbuatan baik dengan mudah tanpa perlu

pemikiran dan pertimbangan.

D. Soal

1. Deskripsikan secara singkat riwayat hidup al-Ghazali?

2. Uraikan dan berikan tanggapan kritis terhadap konsep dasar

pendidikan Islam menurut Al-Ghazali?

Page 143: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 143

DAFTAR PUSTAKA

H. Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendiidkan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan pemikiran Para tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009

Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Terj. Ismail Ya’qub, Semarang: Faizan, 1979.

H. Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011.

Hussein Bahreisj, Ajaran-ajaran Akhlak Imam Al-ghazali, Surabaya: Al-Ikhlas, t.t.

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka setia, 2009.

Page 144: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 144

BAB XIV

PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD AN-NAQUIB AL-ATTAS

Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia.

Pendidikan Islam dengan berbagai coraknya berorientasi memberikan

bekal kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, semestinya pendidikan Islam selalu diperbaharui dalam

rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis, agar

peserta didik tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah

mati, tetapi juga kebahagiaan hidup di dunia ini.

Dewasa ini, pendidikan Islam di seluruh dunia sedang

menghadapi tantangan yang sangat berat seiring dengan datangnya era

globalisasi dan informasi. Tidak dapat dipungkiri pengaruh Barat pada

dunia Islam sangat berperan dalam bidang pendidikan umat Islam.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas, termasuk salah satu pemikir

dan pembaharu pendidikan Islam yang memiliki ide-ide segar dan kritis

terhadap fenomena global tersebut. Al-Attas juga pakar dalam berbagai

bidang ilmu pengetahuan. Ia juga dianggap sebagai tokoh penggagas

Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempengaruhi banyak tokoh lainnya.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya pemikiran al-Attas ini untuk dipahami

dan dikritisi untuk memperluas wawasan interaksi pendidikan Islam dan

perkembangan dunia global saat ini.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu mengetahui riwayat hidup Syed

Muhammad An-Naquib Al-Attas

2. Mahasiswa mampu memahami pemikiran Syed Muhammad

An-Naquib Al-Attas tentang pendidikan Islam

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan riwayat hidup Syed

Muhammad An-Naquib Al-Attas

Page 145: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 145

2. Mahasiswa mampu menganalisis dan mengkritisi pemikiran

Syed Muhammad An-Naquib Al-Attas tentang pendidikan

Islam

C. Uraian Materi

1. Riwayat singkat hidup Syed Muhammad An-Naquib Al-Attas

Syed Muhammad Naquib Al-Attas dilahirkan di Bogor, Jawa

Barat pada tanggal 5 September 1931. Ketika berusia 5 tahun, Syed

Muhammad Naquib Al-Attas diajak orang tuanya migrasi ke Malaysia.

Disini Syed Muhammad Naquib Al-Attas dimasukkan ke pendidikan

dasar Ngge Heng Primary School sampai usia 10 tahun. Melihat

perkembangan yang kurang menguntungkan yakni ketika Jepang

menguasai Malaysia, maka Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan

keluarga pindah ke Indonesia. Di sini, ia kemudian melanjutkan

pendidikan di sekolah ‘Urwah al-Wusqa, Sukabumi selama lima tahun.

Di tempat ini, Syed Muhammad Naquib Al-Attas mendalami dan

mendapatkan pemahaman tradisi Islam yang kuat, terutama tarekat.

Hal ini bisa dipahami, karena saat itu, di Sukabumi telah berkembang

perkumpulan terekat Naqsabandiyah.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas sempat masuk Univesitas

Malaya selama 2 tahun. Berkat kecedasan dan ketekuananya, dia

dikirim oleh pemerintah Malaysia untuk melanjutkan studi di Institute of

Islamic Studies Mc. Gill, Canada. Dalam waktu relatif singkat, yakni

1959-1962, dia berhasil menggondol gelar master dengan

mempertahankan tesis Raniry and the Wujuddiyah of 17th Centhury

Acheh. Kemudian iamelanjutkan ke School of Oriental and African

Studies di Univesitas London.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas pernah menjabat dijurusan

kajian Melayu pada Universitas Malaya. Hal ini dilaksanakan pada

tahun 1966-1970. Disini dia menekankan arti pentingnya kajian

Melayu sebab mengkaji sejarah Melayu dengan sendirinya juga

Page 146: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 146

mendalami proses islamisasi di Indonesia dan Malaysia. Ia juga

mendirikan lembaga pengajaran dan penelitian khusus tentang

pemikiran Islam terutama filsafat sebagai jantung proses Islamisasi.

Gagasan tersebut disambut positif oleh pemerintah Malaysia,

sehingga pada tanggal 22 November 1978 berdirilah secara resmi

ISTAC (International Institute Of Islamic Thought and Civilization)

dengan Syed Muhammad Naquib Al-Attas sebagai ketuanya.

2. Pendidikan Islam menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan Islam tergantung pada tingkatannya masing-

masing, yaitu pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Jadi

setiap tingkatan pendidikan memiliki tujuan yang berbeda-beda

disesuaikan dengan taraf penerimaan dari peserta didik dan bersifat

berkelanjutan secara dinamis dan saling berkaitan.

Al-Attas berpendapat terma tarbiyah lebih menonjolkan

perkembangan fisik material dan unsur-unsur kasih sayang serta hal-

hal yang konkret. Oleh karena itu ciri-ciri pendidikan ini sangat cocok

diterapkan pada pendidikan tingkat dasar/ kanak-kanak atau lebih

konkret sesuai dengan istilah yang dipakai untuk proses pendidikan

tingkat taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar.

Term ta’lim bermakna lebih universal dari tarbiyah, lebih cocok

digunakan untuk pendidikan menengah, atau pada usia remaja dan

menjelang dewasa (SLTP dan SLTA). Terma ta’dib diperuntukkan

pada proses pematangan /penyempurnaan pendidikan. Term ini

sangat cocok pada jenjang pendidikan untuk dewasa (Perguruan

Tinggi).

Dengan demikian, pendidikan Islam merupakan serangkaian

upaya yang mengantarkan manusia (peserta didik) pada derajat

kesempurnaan (insan kamil). Kesempurnaan yang diinginkan oleh

Islam bukan hanya didunia atau hanya diakhirat saja, melainkan

Page 147: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 147

kedua-duanya harus seimbang proporsinya. Singkatnya menjadi

khalifah fil ard (memakmurkan dunia).

b. Subyek Didik

1) Pendidik

Sifat utama yang harus ada pada diri pendidik adalah niat

yang lurus dan teladan. Niat yang lurus adalah menjalankan

tugas/amanah semata-mata sebagai ibadah kepada Allah.

Sementara sikap teladan akan menghasilkan asumsi positif bagi

peserta didik dari pendidik.

Pendidikan Islam ditempuh dengan landasan dan sumber

yang jelas, yang pemahaman dan penafsiran serta penjelasannya

membutuhkan ilmu pengetahuan yang benar-benar otoritatif. Al-

Qur’an sendiri menyerukan manusia untuk menyerahkan amanah

kepada yang otoritatif dibidangnya. Oleh karena itu, peran seorang

guru dianggap sangat penting dalam membantu peserta didik untuk

mencapai tujuan pendidikan yang diharapkannya.

Pendidik harus berpegang pada asas utamanya sebagai

pengemban amanah yang menuntun arah dan tujuan yang hendak

dicapai. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang diformulasikan Al-

Attas, ta’dib ialah pembentukan Akhlak. Maka pendidik harus terlebih

dahulu menjadi sosok teladan yang patut, berwibawa, dan taat pada

perintah Allah SWT.

2) Peserta Didik

Peserta didik hendaklah tidak tergesa-gesa dalam belajar,

tetapi perlu menyiapkan waktu untuk mencari guru yang terbaik pada

bidang yang digemarinya. Sangat penting juga bagi pencari ilmu

untuk mencari guru yang memiliki reputasi yang tinggi untuk

memperoleh gelar tertentu.

Al-Ghazali mengingatkan agar peserta didik tidak merasa

sombong, namun tetap menghargai mereka yang telah membantu

Page 148: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 148

dalam mencapai kebijaksanaan, kesuksesan dan kebahagiaan dan

tidak hanya memandang mereka yang terkenal.

Jadi, peserta didik bebas untuk menentukan kepada siapa dan

dimana ia ingin menggali ilmu yang diinginkanya, namun dengan

memperhatikan kualitas/mutu seorang guru atau lembaga

pendidikan yang akan mengantarkannya untuk mencapai tujuan

tersebut agar tidak lepas dari hakikat utama pembelajaran, yakni

mencapai derajat Insan Kamil. Disini tergambar bahwa seorang

pendidik terhadap peserta didik merupakan motivator (pendorong),

reinforce (pemberdaya), dan instructor (pelatih) yang mengarahkan

peserta didik.

3) Kurikulum

Kurikulum merupakan parangkat lunak lembaga pendidikan.

Menurut Muhammad Naquib Al-Attas, kurikulum pendidikan Islam

adalah upaya peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikannya

yakni insan kamil, sementara manusia secara natural memiliki dua

sisi yakni fisik dan spiritual. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan

Islam harus memenuhi dual hal tersebut yaitu aspek fisikal yang

berhubungan dengan pengetahuanya ilmu-ilmu fisikal dan teknikal

atau fardu kifayah, sedangkan keadaan spiritualnya berhubungan

dengan ilmu inti atau fardu ‘ain.

Naquib al-Attas memetakan dua ilmu tersebut sebagai berikut;

a. Fardu ain (ilmu-ilmu Agama) terdiri dari al-Qur’an, sunnah, syariat,

teologi, metafisika Islam, dan ilmu bahasa. b. Fardu kifayah terdiri

dari ilmu kemanusiaan, ilmu alam, ilmu terapan, ilmu teknologi,

perbandingan agama, ilmu linguistik, dan sejarah Islam.

4) Metode Pendidikan Islam

Dalam filsafat pendidikan Islam, Al-Attas memiliki metode

khusus karena tujuan utama pendidikan Islam al-Attas adalah

penanaman ta’dib, bukan tarbiyah dan bukan juga ta’lim. Aspek yang

akan menjadi bahasan disini adalah: persiapan spiritual, pendidik

Page 149: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 149

dan peserta didik, fungsi bahasa, metode tauhid, fungsi panca indra

serta metafora dan cerita.

a. Persiapan Spiritual

Persiapan spiritual yang dimaksudkan disini adalah setiap

tindakan harus didahului oleh niat yang ikhlas. Pencari ilmu

hendaknya memperhatikan niat yang ingin dicapai dalam

mempelajari sebuah disiplin ilmu, agar apa yang diharapkan akan

tercapai dan proses pencapaiannya pun senantiasa dalam ridha

Allah SWT. dan nantinya akan berbuah manfaat.

b. Bahasa

Al-Attas menyadari pentingnya peranan bahasa sebagai alat

dan sarana yang mendasar dalam pendidikan agama, kebudayaan

dan peradaban. Al-Attas selalu menganalisis bahasa dan

menjelaskan bahasa secara benar, khususnya dalam bahasa

“rumpun Islam” sehingga makna yang benar mengenai istilah dan

konsep kunci Islam yang termuat didalamnya tidak berubah atau

dikacaukan. Singkatnya peranan bahasa bagi Al-Attas sangat

penting sehingga ia mengharapkan kaum terpelajar muslim untuk

memusatkan perhatian pada misteri bahasa Arab dan bahasa asing

lainnya. Begitu juga dalam proses pencarian ilmu pengetahuan,

kedudukan bahasa sebagai alat dan sarana komunikasi tidak dapat

dinafikan.

c. Metode Tauhid

Salah satu karakteristik dan epistimologi Islam yang dijelaskan

secara inklusif dan telah dipraktikkan oleh Al-Attas adalah metode

tauhid dalam pencapaian ilmu pengetahuan. Metode ini sering

dipertanyakan pada cara mengimplikasikan konsep-konsep dan

prinsip-prinsip etika dalam kehidupan profesi pribadi mereka. Dalam

hal ini Al-Attas hanya menggaris bawahi bahwa jika seseorang telah

benar-benar memahami ini semua, maka hal itu akan bisa diatasi

Page 150: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 150

sebab tidak ada dikotomi antara apa yang dianggap teori dengan

praktik, kecuali kalau terhalang oleh faktor eksternal.

d. Metafora dan Cerita

Salah satu ciri khas dalam konsepsi pendidikan Al-Attas pada

metode pendidikan Islam yaitu penggunaan metafora dan cerita

sebagai contoh atau perumpamaan yang disampaikan secara lisan

(ceramah) maupun tindakan, sebuah metode yang juga banyak

terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis. Efektivitas penggunaan metode

ini sudah tidak diragukan lagi. Al-Attas pada karyanya Rangkaian

Ruba’at, menggunakan metafora cermin yang biasa dipakai oleh

para sufi pada masa lampau, untuk menyimbolkan dunia yang

diciptakan ini sebagai cerminan dari realitas Absolut.

e. Media

1) Panca indera

Pada diri manusia terdapat lima alat penginderaan eksternal

yang diantaranya adalah perasaan untuk meraba, merasa, mencium,

melihat serta indera untuk mendengar. Memanfaatkan indera secara

maksimal akan menjadi upaya yang efektif untuk menangkap

pembelajaran yang ada di sekitar tempat tinggal peserta didik.

2) Ruang belajar

Salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam

proses pembelajaran adalah ruang belajar yang memenuhi standar

kelayakan selama proses pembelajaran berlangsung, keadaan yang

nyaman dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar yang

dilakukan. Selain itu letak yang strategis dan lingkungan, juga ikut

mendukung proses pencapaian hasil dari pembelajaran, dan ide

desain semacam ini telah diterapkan Al-Attas pada kampus ISTAC

sejak awal berdirinya.

3) Perpustakaan

Perpustakaan merupakan unsur atau kebutuhan yang sangat

penting dalam pengembangan ilmu. Literatur yang lengkap akan

Page 151: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 151

membantu peserta didik dalam menguasai keilmuan yang luas dan

menjawab segala persoalan yang dihadapinya.

4) Labolatorium

Labolatorium praktik merupakan sarana yang efektif dalam

meningkatkan keterampilan peserta didik dalam merealisasikan

setiap bidang keilmuan yang memerlukan praktik untuk menunjang

skill-nya.

D. Soal

1. Deskripsikan secara singkat riwayat hidup Syed Muhammad

Naquib Al-Attas?

2. Bagaimana pendidikan Islam menurut Syed Muhammad

Naquib Al-Attas dan berikan tanggapan kritis tentang ini?

DAFTAR PUSTAKA

H.Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendiidkan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan pemikiran Para tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung: Mizan, 1988

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, , Bandung: Pustaka setia, 2009

Aminullah Elhady, “Naquib Al-Attas : Islamisasi Ilmu,” dalam A. Khuduri, Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: Jendela, 2003.

Syed Muhammah Naquib Al-Attas, The Concept of Education in Islam, Terj. Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung: Mizan, 1988.

Page 152: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 152

BAB XV

PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN ISLAM HASAN LANGGULUNG

Indonesia sebagai negara besar yang mayoritas berpenghuni

muslim tentu tidak bisa lepas dari pengaruh pendidikan Islam.

Dinamika pendidikan Islam di Indonesia ini telah melahirkan

beberapa pemikir muslim yang khas nusantara, diantaranya adalah

Hasan Langgulung. Hassan Langgung dengan keunikan pemikiran

pendidikan Islamnya tentu perlu direfleksikan agar bisa diapresiasi dan

dikritisi untuk perkembangan pendidikan Islam Indonesia ke depan.

A. Tujuan Pembelajaran Umum

1. Mahasiswa mampu mengetahui riwayat Hasan Langgulung

2. Mahasiswa mampu memahami pendidikan Islam Hasan

Langgulung

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Mahasiswa mampu menguraikan riwayat hidup Hasan

Langgulung

2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan mengkritisi

pemikiran pendidikan Islam Hasan Langgulung

C. Uraian Materi

1. Riwayat hidup Hasan Langgulung

Nama lengkapnya adalah Hasan Langgulung, lahir di Rappang,

Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934. Ayahnya bernama

Langgulung dan ibunya bernama Aminah Tanrasuh.

Hasan Langgulung memulai pendidikan dasarnya di Sekolah

Rakyat (SR) di Rappang, Sulawesi Selatan. Kemudian melanjutkan

jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Islam dan Sekolah Guru

Islam di Makasar sejak tahun 1949 sampai tahun 1952 serta

menempuh B.I. Inggris di Ujung Pandang, Makasar.

Perjalanan pendidikan internasionalnya dimulai ketika ia

memutuskan hijrah ke Timur Tengah untuk menempuh pendidikan

Page 153: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 153

sarjana muda atau Bachelor of Arts (BA) dengan spesialisasi Islamic

and Arabic Studies yang beliau peroleh dari Fakultas Dar al-Ulum,

Cairo University, Mesir pada tahun 1962. Setahun kemudian ia sukses

mendapat gelar Diploma of Education dari Ein Shams University,

Kairo. Di Ein Shams University Kairo pula ia mendapatkan gelar

M.A.dalam bidang Psikologi dan Kesehatan Mental (Mental Hygiene)

pada tahun 1967.

Sebelumnya, ia juga sempat memperoleh Diploma dalam

bidang Sastra Arab Modern dari Institute of Higher Arab Studies, Arab

League, Kairo, yaitu di tahun 1964. Kecintaan dan kehausan Hasan

Langgulung pada ilmu pengetahuan tak membuatnya puas dengan

apa yang telah ia peroleh di Timur Tengah. Beliau pun melanjutkan

pengembaraan intelektualnya dengan pergi ke Barat. Hasilnya gelar

Doctor of Philosophy (Ph.D) dalam bidang Psikologi diperoleh dari

University of Georgia, Amerika Serikat di tahun 1971. Semasa kuliah

Hasan Langgulung tak hanya mengasah daya intelektualnya, saat itu

ia pun sudah menunjukkan talenta sebagai seorang aktivis dan

seorang pendidik. Hal ini dapat dibuktikan ketika ia diberi kepercayaan

sebagai Ketua Mahasiswa Indonesia di Kairo tahun 1957. Antara

tahun 1957 hingga 1967 ia mengemban amanah sebagai Kepala dan

Pendidik Sekolah Indonesia di Kairo. Kemampuan organisatorisnya

semakin matang ketika ia menjadi Wakil Ketua Mahasiswa Indonesia

di Timur Tengah (1966-1967). Pada tanggal 22 September 1972,

Hasan Langgulung menikahi seorang perempuan bernama Nuraimah

Mohammad Yunus. Pasangan ini dikaruniai dua orang putera dan

seorang puteri, yaitu Ahmad Taufiq, Nurul Huda, dan Siti Zakiah.

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah di Jalan B 28 Taman Bukit,

Kajang, Malaysia.

Page 154: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 154

a. Riwayat Pekerjaan Hasan Langgulung

Selepas kuliah aktivitas beliau semakin padat. Ia seringkali

menghadiri berbagai persidangan dan konferensi baik sebagai

pembicara ataupun peserta yang diadakan di dalam maupun di luar

negeri seperti di Amerika Serikat, Jepang, Australia, Fiji, Timur

Tengah, Eropa, dan negara-negara di wilayah ASEAN.

Pengalamannya sebagai pengajar dan pendidik dimulai sejak ia

masih kuliah di Mesir, yaitu sebagai kepala sekolah Indonesia di

Kairo (1957-1968). Saat di Amerika Serikat, ia pernah dipercaya

sebagai asisten pengajar dan dosen di University of Georgia (1969-

1970) dan sebagai asisten peneliti di Georgia Studies of Creative

Behaviour, University of Georgia, Amerika Serikat (1970-1971).

Asisten Profesor di Universitas Malaya, Malaysia (1971-1972). Ia juga

pernah diundang sebagai Visiting Professor di University of Riyadh,

Saudi Arabia (1977-1978), Visiting Professor di Cambridge University,

Inggris, serta sebagai konsultan psikologi di Stanford Research

Institute, Menlo Park, California, Amerika Serikat. Selain sebagai

pengajar, peneliti dan konsultan, beliau juga menggeluti dunia

jurnalistik. Ia tercatat sebagai pimpinan beberapa majalah seperti

pemimpin redaksi majalah Jurnal Pendidikan yang diterbitkan oleh

Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Anggota tim redaksi pada

majalah Akademika untuk Social Sciences and Humanities, Kuala

Lumpur. Anggota redaksi majalah Peidoprise, Journal for Special

Education, yang diterbitkan di Illinois, Amerika Serikat. Beliau juga

tercatat sebagai anggota American Psychological Association (APA)

dan American Educational Research Association Muslim. Beliau

pernah mengajar di Universiti Kebangsaan Malaysia sebagai

professor senior dalam beberapa tahun dan sekarang beliau

mengajar di Universiti Islam AntaraBangsa Kuala Lumpur, Malaysia

juga sebagai professor senior (2002). Beliau mendapatkan

penghargaan Profesor Agung (Royal Profesor) pada tahun 2002 di

Page 155: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 155

Kuala Lumpur, Malaysia oleh masyarakat akademik dunia. Prof. Dr.

Hasan Langgulung menerima berbagai macam penghargaan

internasional. Namanya tercatat dalam berbagai buku penghargaan

seperti: Directory of American Psychological Association, Who’s Who

in Malaysia, International Who’s Who of Intellectuals, Who’s Who in

The World, Directory of International Biography, Directory of Cross-

Cultural Research and Researches, Men of Achievement, The

International Book of Honor, Directory of American Educational

Research Association, The International Register Profiles, Who’s

Who in The Commonwealth, Asia Who’s Who of Men and Women of

Achievement and Distinction, Community Leaders of The World,

Progressive Personalities in Profile dan beberapa penghargaan

lainnya.

b. Karya-karya Hasan Langgulung

Hasan Langgulung telah menghasilkan puluhan karya ilmiah

dengan menggunakan bahasa Indonesia (Melayu), bahasa Arab

maupun bahasa Inggris berupa karya terjemahan, buku, makalah dan

berbagai artikel yang tersebar di berbagai majalah di dalam dan luar

negeri. Tulisannya membahas berbagai macam persoalan yang

berkisar tentang pendidikan, psikologi, filsafat dan Islam. Di antara

karya-karyanya tersebut, yaitu:

1. Thesis M.A. : Al-Murahiq al-Indonesiy; Ittijahatuh wa Darajatu

tawafuq Indahu (Remaja Indonesia; Sikap dan

Penyesuaiannya)

2. Disertasi Ph.D. : A Cross-Cultural Study of The Child’s

Conception of Situational Causality in India, Western Samoa,

Mexico, and The United States, kemudian diterbitkan oleh

Journal of Social Psychology: USA, 1973

3. The Development of Causal Thinking of Children in Mexico

and The United States, USA: The Journal of Cross-Cultural

Studies, 1973

Page 156: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 156

4. The Curriculum Reform of General Education in Higher

Education in Southeast Asia, Bangkok: ASAIHL, 1974

5. The Self; Concept of Indonesian Adolescene, Malaysia: Jurnal

Pendidikan,1975

6. Social Aims and Effect of Higher Education, Kuala Lumpur:

Economic &Business Student’s Association in Southeast Asia,

1973

7. Beberapa Aspek Pendidikan Ditinjau dari Segi Islam, Kuala

Lumpur: MajalahAzzam, 1974

8. Belia, Pendidikan dan Moral, Kuala Lumpur: Dewan

Masyarakat, 1977

9. Al-Ghazali dan Ibnu Thufail Vs Rousseau dan Pioget, Kuala

Lumpur: Majalah Jihad, 1976

10. Pendidikan Islam akan Kemana?, Kuala Lumpur: Cahaya

Islam, 1977

11. Peranan Ibu-Bapa dalam Pendidikan Keluarga, Kuala Lumpur:

Al-Ihsan,1977

12. Falsafah Pendidikan Islam, terjemahan dari karya Omar

Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Jakarta: Bulan Bintang,

1979

13. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-

Ma.arif, 1980

14. Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna,

1985, Cet III

2. Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung

a. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-Islamiyah) menurut Hasan

Langgulung adalah kerangka pemikiran yang menangani berbagai

masalah-masalah pengajaran dan konsep-konsep pendidikan

dalam asas-asas teoritisnya dan media praktisnya seperti yang

Page 157: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 157

dinyatakan di dalam al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar pokok,

kemudian menerima sumbangan-sumbangan pemikiran (al-Turats

al-Fikr) yang telah dibawa pakar-pakar dalam berbagai bidang

seperti ulama-ulama fiqih, ulama-ulama hadis, ulama-ulama

falsafah dan ahli-ahli fikir Islam sepanjang sejarah.

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan fitrah

peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara

dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan

mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-

ardh.

c. Kurikulum Pendidikan Islam

Hasan langgulung menjelaskan bahwa kurikulum

pendidikan Islam itu harus didasarkan pada fungsi agama bagi

Islam dalam kehidupan masyarakat dan individu pada umumnya

yang dapat disimpulkan sebagai berikut : pertama, fungsi spiritual

yang berkaitan dengan akidah dan iman; kedua, fungsi psikologis

yang berkaitan yang berkaitan dengan tingkah laku individual

termasuk nilai-nilai akhlak yang mengangkat manusia ke derajat

yang lebih sempurna; ketiga, fungsi sosial yang berkaitan dengan

aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia

lainnya atau masyrakat, karena masing-masing menyadari hak-

hak dan tanggung jawabnya untuk membentuk masyarakat yang

harmonis dan seimbang.

Ketiga fungsi agama diatas menurut Hasan Langgulung

harus tergambar dalam tujuan pendidikan Islam khususnya

disekolah menengah.

Lebih lanjut ia berbicara bahwa tujuan pokok pendidikan

islam tersimpul dalam kata fadhilah (sifat yang utama).

Sedangkan jiwa pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak,

Page 158: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 158

sebab tujuan pertama dan utama pendidikan Islam adalah

menghaluskan akhlak dan mendidik jiwa.

d. Metode Menurut Hasan Langgulung metode pengajaran adalah

jalan untuk mencapai tujuan. Jadi jalan itu bermacam-macam,

begitu juga dengan metode. Tidak ada metode yang terbaik untuk

segala pelajaran. Mungkin ada yang baik untuk mata pelajaran

tertentu oleh guru tertentu tetapi belum tentu untuk metode dan

guru yang berbeda.

Lebih jauh, Hasan Langgulung menjelaskan bahwa

pelajaran agama Islam sendiri terdiri dari beberapa segi. Ada segi

kognitif, seperti fakta-fakta sejarah, syarat dan rukun sembahyang

dan ibadah lainnya. Ini adalah fakta yang tidak berubah. Metode

yang digunakan tentunya metode yang digunakan dalam

mengajarkan fakta-fakta seperti fakta dalam ilmu lain.

Aspek agama yang lebih penting adalah akhlak yang

termasuk dalam kawasan afektif atau tingkah laku (behavioral).

Metode yang digunakan tidak bisa digunakan seperti metode

pengajaran yang berhubungan dengan fakta atau ranah kognitif.

Demikian juga penggunaan alat-alat belajar, bisa

digunakan peta-peta dan gambar-gambar untuk materi zakat dan

haji. Jadi, metode pengajaran bersifat kondisional dan situasional.

e. Pendidik

Pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada

kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat kemanusiaannya

sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia.

Menurut Hasan Langgulung, dalam pendidikan Islam pendidik

bisa disebut dengan murabbi (pemelihara), mu’allim (pengajar)

dan muaddib (pembentuk adab).

Page 159: MODUL FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM - · PDF fileModul Filsafat Pendidikan Islam 5 Bab I Pendahuluan Bab II Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam Bab III Aliran-aliran

Modul Filsafat Pendidikan Islam 159

f. evaluasi

Evaluasi adalah tindakan atau proses untuk menentukan

nilai seseuatu. Hasan Langgulung menjelaskan bahwa evaluasi

berhubungan erat dengan tujuan pendidikan Islam. Penilaian

berusaha menentukan apakah tujuan pendidikan itu sudah

tercapai. Ia mencontohkan evaluasi pendidikan itu seperti evaluasi

menyetir mobil yaitu mulai dari starter, menekan gas, rem, isyarat

lampu dan lain-lain. Jadi semua harus diperiksa apakah masih

ada membuat kesalahan atau tidak.

D. Soal

1. Uraikan secara singkat riwayat hidup Hasan Langgulung ?

2. Deskripsikan pemikiran pendidikan Islam Hasan Langgulung

dan berikan tanggapan kritis terhadapnya!

DAFTAR PUSTAKA

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Al-Husna, 1987.

H. Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011.

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

H.Ramayulis dan Samsul Nizar,Filsafat Pendiidkan Islam,:Telaah Sistem Pendidikan dan pemikiran Para tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009