kumpulan aliran dalam filsafat

38
SEKlLAS PANDANG TENTANG ALlRAN FILSAFAT MODERN I. IDEALISME a.Pengertian Pokok. Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu. b.Perkembangan Idealisme. Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. Yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sarna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini. Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil- dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali pengaruhnya di Eropah. II. MATERIALISME a. Pengertian Pokok. Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.

Upload: ihsan-nagklostbreaker-ganemunemu

Post on 12-Aug-2015

210 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

aliran filsafat

TRANSCRIPT

Page 1: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

SEKlLAS PANDANG TENTANG ALlRAN FILSAFAT MODERN

I. IDEALISMEa.Pengertian Pokok.Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.

b.Perkembangan Idealisme.Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. Yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sarna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali pengaruhnya di Eropah.

II. MATERIALISMEa. Pengertian Pokok.Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.

b. Perkembangan Materialisme.Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap faham Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah Barat.

Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktir yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham Materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalildalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataankenyataan yang jelas dan mudah dimengerti.Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang

Page 2: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang Materialisme. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :

1. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya.

2. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.

3. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.

4. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.

Pengertian Realisme

Untuk beberapa tahun pada akhir 1870, Munich telah menjadi basis bagi sekelompok artis muda

Norwegia yang memberikan kontribusi penting sebagai Realis – termasuk didalamnya adalah Hans

Heyerdahl (1857-1913), Kitty L Kielland (1843-1924), Harriet Backer (1845-1932), Erik Werenskiold

(1855-1938), Christian Skredsvig (1854-1924), Theodor Kittelsen (1857-1914) dan Gerhard Munthe

(1849-1929). Selama tahun 1880, artis-artis ini pindah ke Paris, yang menjadi pusat baru bagi para artis

Norwegia. Disana mereka bergabung dengan dua figur penting lainnya, Christian Krohg (1852-1925) dan

Fritz Thaulow (1847-1906), keduanya pernah belajar dengan Gude di Karlsruhe pada tahun 1870. Pelukis

penting beraliran Realis lainnya adalah Eilif Peterssen (1852-1928), yang tidak belajar di Paris tapi di

Italia.

Beberapa artis ini kemudian memilih untuk kembali ke Norwegia, dan pada tahun 1882 mereka

menyelenggarakan Høstutstillingen (‘Pameran Musim Gugur), koleksi seni kontemporer Norwegia yang

didanai publik mulai dari tahun 1884 dan saat ini menjadi Pameran Seni Nasional. Pada saat yang

bersamaan, mereka mendirikan sistem baru dimana para artis tersebut menjual sendiri karya mereka,

memutuskan apa yang harus disertakan dalam pameran dan bahkan menyeleksi komisi untuk seni

umum. Diantara para kelompok artis yang kembali, ada beberapa pribadi yang secara keras menolak

nilai-nilai pendahulu mereka. Walaupun mereka memiliki pandangan yang sama terhadap tradisi, para

artis muda ini sangat berbeda dalam hal tingkah laku dan temperamen. Konflik juga terjadi diantara

kedua kelompok. Satu kelompok, dipimpin oleh Christian Krohg sangat radikal, individualistis dan

internasionalis, sementara kelompok lainnya dipimpin oleh Erik Werenskiold lebih beraliran nasionalis

dan liberal dalam arti politik, namun juga bermoral dan berprinsip tinggi.

Werenskiold melukis situasi yang sederhana namun memiliki karakteristik yang ditempatkan di

pemandangan alam yang telah dipelajari dengan baik. Sejajar dengan Wrenskiold adalah Theodor

Kittlesen, yang walaupun merupakan juru gambar yang lebih baik daripada menjadi pelukis, memberikan

kontribusi signifikan terhadap nasionalisme dengan menggambarkan edisi standar Cerita Rakyat

Norwegia. Pengikut Werenskiold lainnya adalah Christian Skredsvig, yang menolak untuk menekankan

Page 3: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

implikasi kesusasteraan dan simbolisme subyek lukisannya, dan Eilif Peterssen, yang ambisinya

terhadap lukisan bersejarah secara tidak langsung mengikuti contoh pendahulunya. Kitty L Kielland,

salah satu pelukis pemandangan alam yang konsisten dalam periodenya, lebih banyak bekerja en plain

air di Jæren di pantai Barat Norwegia. Gerhard Munthe, yang juga merupakan seorang nasionalis

memiliki hubungan dekat dengan petualang dan ilmuwan Fridjof Nansen, dan bersama-sama membentuk

Lysakerkretsen (Masyarakat Lysaker) untuk memajukan nilai-nilai nasionalisme Norwegia.

Masyarakat ini bertemu dengan lawan tangguh yaitu Christian Krohg, pemimpin Bohemian Oslo

yang percaya bahwa menulis sama pentingnya dengan melukis dan mengatakan bahwa ‘semua seni

nasional buruk dan semua seni yang baik adalah nasional’. Ia beranggapan bahwa fokus artistik harus

dikonstrasikan pada kehidupan yang dijalani dan dialami oleh individu. Di lain pihak, Fritz Thaulow

menginginkan seni hanya berfokus pada seni, mengatakan bahwa lebih banyak artis harus

mengkonsentrasikan energi mereka pada proses melukis yang sesungguhnya, tidak berusaha untuk

mengancam permasalahan sosial dan manusia. Sementara Harriet Backer memilih untuk mengasingkan

diri dari debat tersebut, lebih berkonsentrasi ke pemandangan interior, walaupun dengan gaya yang

sedikit lebih abstrak dibandingkan dengan pelukis nasionalis sebelumnya.

1. A.     Aliran Perenialisme

Menurut Ali Saifullah, aliran perenialisme termasuk dalam kategori filsafat pendidikan akademis-skolastik. Kategori ini meliputi dua kelompok yakni aliran perenialisme sendiri, essensialisme, idealisme dan realisme, dan kelompok progressif meliputi progresivisme, rekonstruksionisme dan eksistensialisme.

Perenialisme diambil dari kata perennial, yang diartikan sebagai continuing throughout the whole year atau lasting for a very long time, yang bermakna abadi atau kekal. Dari makna tersebut mempunyai maksud bahwa Perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal dan abadi.[1]

Aliran perenialisme menurut Zuhairini sebagaimana dikutip Abdul Khobir dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, menganggap bahwa zaman modern adalah zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan sehingga banyak menimbulkan krisis di segala bidang kehidupan manusia. Untuk menghadapi situasi krisis itu, perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan regressive road to culture, yaitu jalan kembali atau mundur kepada kebudayaan lama (masa lampau), kebudayaan yang dianggap ideal dan telah teruji ketangguhannya. Disinilah pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam rangka mengembalikan keadaan manusia modern kepada kebudayaan masa lampau yang ideal tersebut.

 

1. B.      Latar Belakang Munculnya Aliran Perenialisme

Teori kependidikan kalangan perenialis mencuat sebagai sebuah pemikiran formal (resmi) pada dekade 1930-an sebagai bentuk reaksi terhadap kalangan progresif. Perenialisme modern secara umum menampilkan sebuah penolakan besar-besaran terhadap cara pandang progresif. Bagi

Page 4: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

kalangan perenealis, permanensi (keajegan), meskipun pergolakan-pergolakan politik dan sosial yang sangat menonjol, adalah lebih riil (nyata) dari pada konsep perubahan kalangan pragmatis. Dengan demikian kalangan perenialis mempelopori gerakan kembali pada hal-hal absolut dan memfokuskan pada ide-gagasan yang luhur (menyejarah dari budaya manusia), ide-gagasan ini telah terbukti keabsahan dan kegunaannya karena mampu bertahan dari ujian waktu. Perenialisme menekankan arti penting akal budi, nalar, dan karya-karya besar pemikir masa lalu.[2]

Oleh karena itu perenialisme memandang pendidikan adalah sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal dimaksud, “education as cultural regression.” Perenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain kembali kepada prinsip-prinsip yang telah sedemikian membentuk sikap kebiasaan, bahkan kepribadian manusia selain kebudayaan dulu dan kebudayaan abad pertengahan.[3]

 

1. C.     Pandangan Ontologi Perenialisme

Ontologi perenialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda individual, esensi, aksiden dan substansi. Secara ontologis, perenialisme membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya. Benda individual di sini adalah benda sebagaimana yang tampak di hadapan manusia dan yang ditangkap dengan panca indra seperti batu, lembu, rumput, orang dalam bentuk, ukuran, warna, dan aktivitas tertentu. Esensi dari suatu kualitas menjadikan suatu benda itu lebih intrinsik daripada fisiknya, seperti manusia yang ditinjau dari esensinya adalah makhluk berpikir. Sedangkan aksiden adalah keadaan-keadaan khusus yang dapat berubah-ubah dan sifatnya kurang penting dibandingkan dengan esensial.

Dengan demikian, segala yang ada di alam semesta ini, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, merupakan hal yang logis dalam karakternya. Setiap sesuatu yang ada tidak hanya merupakan kombinasi antara zat atau benda, tapi juga merupakan unsur potensialitas dengan bentuk yang merupakan unsur aktualitas.

Sejalan dengan apa yang dikatakan Poedjawijatna, bahwa esensi dari kenyataan itu adalah menuju ke arah aktualitas, sehingga makin lama makin jauh dari potensialitasnya. Bila dihubungkan dengan manusia, maka manusia itu setiap waktu adalah potensialitas yang sedang berubah menjadi aktualitas. Dengan peningkatan suasana hidup spiritual ini, manusia dapat makin mendekatkan diri menuju tujuan (teleologis) untuk mendekatkan diri pada supernatural (Tuhan) yang merupakan pencipta dan tujuan akhir.

 

1. D.     Pandangan Epistemologis Perenialisme

Perenialisme berpangkal pada tiga istilah yang menjadi asas di dalam epistemologi yaitu truth, self evidence, dan reasoning. Bagi perenialisme truth adalah prasyarat asas tahu untuk mengerti atau memahami arti realita semesta raya. Sedangkan , self evidence adalah suatu bukti yang ada

Page 5: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

pada diri (realita, eksistensi) itu sendiri, jadi bukti itu tidak pada materi atau realita yang lain. Dan pengertian kita tentang kebenaran hanya mungkin di atas hukum berpikir (reasoning), sebab pengertian logis misalnya berasal dari hukum-hukum berpikir.

Dalam pandangan Perenialisme ada hubungan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat, seraya menyadari adanya perbedaan antara kedua bidang tersebut. Hubungan filsafat dan pengetahuan tetap diakui urgensinya, sebab analisa-empiris dan analisa ontologis keduanya dianggap Perenialisme dapat komplementatif. Dan meskipun ilmu dan filsafat berkembang ke tingkat yang makin sempurna, namun tetap diakui bahwa fisafat lebih tinggi kedudukannya daripada ilmu pengetahuan.[4]

 E.      Pandangan Aksiologi Perenialisme

Masalah nilai merupakan hal yang utama dalam Perenialisme, karena ia berdasarkan pada asas-asas supernatural yaitu menerima universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia. Jadi, hakikat manusia itu yang pertama-tama adalah jiwanya. Oleh karena itu, hakikat manusia itu juga menentukan hakikat perbuatannya, dan persoalan nilai adalah persoalan spiritual. Dalam aksiologi, prinsip pikiran demikian bertahan dan tetap berlaku. Secara etika, tindakan itulah yang bersesuaian dengan sifat rasional manusia, karena manusia itu secara alamiah condong pada kebaikan.

Menurut Plato, manusia secara kodrat memiliki tiga potensi: nafsu, kemauan, dan pikiran. Maka pendidikan hendaknya berorientasi pada ketiga potensi tersebut dan pada masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi. Dengan demikian, hendaknya pendidikan disesuaikan dengan keadaan manusia yang mempunyai nafsu, kemauan, dan pikiran. Dengan memperhatikan hal ini, maka pendidikan yang berorientasi pada potensi dan masyarakat akan dapat terpenuhi.[5]

 F.      Pandangan Perenialisme Tentang Belajar

Tuntutan tertinggi dalam belajar menurut Perenialisme, adalah latihan dan disiplin mental. Maka, teori dan praktik pendidikan haruslah mengarah kepada tuntutan tersebut.[6] Teori dasar dalam belajar menurut Perenialisme terutama:

1. Mental dicipline sebagai teori dasar.

Menurut Perenialisme latihan dan pembinaan berfikir (mental dicipline) adalah salah satu kewajiban tertinggi dalam belajar. Karena program yang diadakan dalam lembaga pendidikan adalah untuk pembinaan berpikir.[7]

1. Rasionalitas dan Asas Kemerdekaan.

Asas berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama pendidikan, otoritas berpikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Kemerdekaan pendidikan hendaknya membantu manusia untuk menjadi dirinya sendiri (essential self)yang membedakannya dari makhluk yang lain.

Page 6: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

1. Learning to Reasson (Belajar untuk berpikir).

Perlu adanya penanaman pembiasaan pada diri anak sejak dini dengan kecakapan membaca, menulis, dan berhitung. Dari sini, belajar untuk berpikir menjadi tujuan pokok sekolah menengah dan universitas.

Learning to Reasson (Belajar untuk berpikir)Sekolah bukanlah merupakan situasi kehidupan yang nyata. Sekolah bagi anak merupakan peraturan-peraturan dimana ia bersentuhan dengan hasil yang terbaik dari warisan sosial budaya.

1. Learning through teaching (Belajar melalui pengajaran).

Fungsi guru menurut Perenialisme berbeda dengan essensialisme. Menurut essensialisme guru sebagai perantara antara bahan dengan anak yang melakukan proses penyerapan. Dalam pandangan Perenialisme, tugas guru bukanlah perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar mengajar.[8]

 G.    Pandangan Perenialisme Mengenai Pendidikan

Pendidikan menurut  filsafat ini mesti membangun sejumlah mata pelajaran yang umum, bukan spesialis, liberal bukan vokasionalis, yang humanistik bukan teknikal. Dengan cara inilah pendidikan akan memenuhi fungsi humanistiknya, yakni pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki oleh manusia.[9]

Dan sebagai filsafat pendidikan umumnya, filsafat pendidikan Perenialisme juga mempengaruhi sekolah-sekolah modern sekarang, dimana pandangan-pandangan kurikulumnya mempengaruhi praktik pendidikan.

1. Pendidikan Dasar dan (Sekolah) Menengah 1. Pendidikan sebagai persiapan

Perbedaan Progresivisme dengan Perenialisme terutama pada sikapnya tentang “education as preparation”. Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan bagi kehidupan di masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju aktualitas, menuju kematangan.

1. Kurikulum Sekolah Menengah

Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai persiapan, berlaku pula bagi pendidikan menengah. Perenialisme membedakan kurikulum pendidikan menengah antara program, “general education” dan pendidikan kejuruan, yang terbuka bagi anak 12-20 tahun.[10]

1. Pendidikan Tinggi dan Adult Education 1. Kurikulum Universitas

Page 7: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

Program “General Education” dipersiapkan untuk pendidikaan tinggi dan adult education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan pendidikan menengah dengan program general education yang telah selesai disiapkan, bagi umur 21 tahun sebab dianggap telah cukup mempunyai kemampuan melaksanakan program pendidikan tinggi

1. Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education)

Tujuan pendidikan orang dewasa adalah meningkatkan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam pendidikan lama sebelum itu, menetralisir pengaruh-pengaruh jelek yang ada. Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah mengembangkan sikap bijaksana guna mereorganisasi pendidikan anak-anaknya, dan membina kebudayaannya.[11]

 A.    PENGERTIAN ALIRAN ESENSIALISME DAN SEJARAHNYA

Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang

menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Mereka

beranggapan bahwa kebudayaan lama itu telah banyak memperbuat

kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Yang mereka maksud dengan

kebudayaan lama itu adalah yang telah ada semenjak peradaban manusia

yang pertama-tama dahulu. Akan tetapi yang paling mereka pedomani

adalah peradaban semenjak zaman Renaissance, yaitu yang tumbuh dan

berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman

Renaissance itu telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk

menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan

purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala. Renaissance

itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan sebagai puncak timbulnya

individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari

aktivitas manusia. Sumber utama dari kebudayaan itu terletak dalam ajaran

para ahli filsafat, ahli-ahli pengetahuan yang telah mewariskan kepada umat

manusia segala macam ilmu pengetahuan yang telah mampu menembus

lipatan qurun dan waktu dan yang telah banyak menimbulkan kreasi-kreasi

bermanfaat sepanjang sejarah umat manusia.

Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan

yang memprotes terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan

progrevisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/

sosial. Menurut Esensialisme, nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara

Page 8: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama

beratus-ratus tahun, dan didalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita

yang telah teruji dalam perjalanan waktu.

Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, Pendidikan

Sebagai Pemelihara Kebudayaan. Karena ini maka aliran Esensialisme

dianggap para ahli “Conservative Road to Culture” yakni aliran ini ingin

kembali kekebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan

kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme percaya

bahwa pendidikan itu harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang

telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak

pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama sehinga

memberikan kestabilan dan arah yang jelas.

B.     CIRI-CIRI UTAMA ALIRAN ESENSIALISME

Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai

tinjauan yang berbeda dengan progressivisme mengenai pendidikan dan

kebudayaan. Jika progressivisme menganggap pendidikan yang penuh

fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan

doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah dan berkembang,

maka aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu

pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi

sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan kurang

terarah dan tidak menentu serta kurang stabil. Karenanya pendidikan

haruslah diatas pijakan nilai yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah

teruji oleh waktu, tahan lama dan nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan

terseleksi

Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan

dan filsafat yang korelatif, selama empat abad belakangan ini, dengan

perhitungan zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-

pandangan Esensialistis awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada

pertengahan kedua abad ke sembilan belas.

Page 9: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

Idealisme dan Realisme adalahaliran-aliran filsafat yang membentuk

corak Esensialisme. Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing ini

bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat ini bertemu sebagai pendukung

Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu. Berarti, tidak melepaskan

sifat-sifat utama masing-masing.

Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme,

titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik; sedangkan

idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya

bersifat spiritual.

Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama

dengan substansi gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik duni fenomenal ini ada

jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya

kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan

kekuasaan Tuhan. Dengan menguji menyelidiki ide-ide serta gagasan-

gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang sumbernya

adalah Tuhan sendiri.

Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan

oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut :

1.      minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya

belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena

dorongan dari dalam diri siswa.

2.      pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah

melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan

ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.

3.      oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan

pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang

diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

4.      esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang

pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme)

memberikan sebuah teori yang lemah.

Page 10: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

C.    POLA DASAR PENDIDIKAN ESSENSIALISME

Uraian berikut ini akan memberikan penjelasan tentang pola dasar

pendidikan aliran esensialisme yang didasari oleh pandangan humanisme

yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah kepada keduniaan,

serba ilmiah dan materialistik.

Untuk mendapatkan pemahaman pola dasar yang lebih rinci kita

harus mengenal dari referensi pendidikan esensialisme. Imam Barnadib

(1985)11) mengemukakan beberapa tokoh terkemuka yang berperan dalam

penyebaran aliran essensialisme dan sekaligus memberikan pola dasar

pemikiran mereka.

1.      Desidarius Erasmus,  humanis Belanda yang hidup pada akhir abad

ke15 dan permulaan abad ke 16, adalah tokoh pertama yang menolak

pandangan hidup yanag berbijak pada “dunia lain”. Ia berusaha agar

kurikulum di sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional,

sehingga dapat diikuti oleh kaum tengahan dan aristokrat.

2.      Johann Amos Comeniuc (1592-1670), tokoh Reinaissance yang pertama

yang berusaha mensistematiskan proses pengajaran. Ia memiliki

pandangan realis yang dogmatis, dan karena dunia ini dinamis dan

bertujuan, maka tugas kewajiban pendidikaan adalah membentuk anak

sesuai dengan kehendak Tuhan.

3.      John Lock (1632-1704), tokoh dari inggris dan populer sebagai “pemikir

dunia” mengatakan bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan

situasi dan kondisi.

4.      Johann Henrich Pestalozzi (1746-1827), mempunyai kepercayaan bahwa

sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada diri manusia

terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya. Selain itu ia percaya kepada

hal-hal yang transendental, dan manusia mempunyai hubungan

transendental langsung dengan Tuhan.

5.      Johann Frederich Frobel (1782-1852), seorang tokoh transendental pula

yang corak pandangannya bersifat kosmissintetis, dan manusia adalah

makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari alam ini. Oleh

Page 11: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

karena itu ia tunduk dan mengikuti ketentuan dari hukum-hukum alam.

Terhadap pendidikan ia memandang anak sebagai makhluk yang

berekspresi kreatif, dan tugas pendidikan adalah memimpin peserta

didik kearah kesadaran diri sendiri yang murni, sesuai fitrah

kejadiannya.

6.      Johann Fiedrich Herbart (1776-1841), salah seorang murid Immanuel

Kant yang berpandangan kritis. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan

adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari Yang

Mutlak, berarti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan, dan ini

pula yang disebut “pengajaran yang mendidik” dalam proses pencapaian

pendidikan.

7.      Tokoh terakhir dari Amerika Serikat, William T. Harris (1835-1909)-

pengikut Hegel, berusaha menerapkan Idealisme Obyektif pada

pendidikan umum. Menurut dia bahwa tugas pendidikan adalah

mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti,

berdasarkan kesatuan spiritual. Keberhasilan sekolah adalah sebagai

lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun dan

menjadi penuntun penyesuaian diri setiap orang kepada masyarakat

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME

Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa

manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang

menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha

mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas, terutama dalam kehidupan adalah tetap

survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi

keagungannya. Berhubungan dengan itu progressivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang

bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.

Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai

tujuan, karena kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya kepada kemampuan-

Page 12: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

kemampuan tersebut dalam proses pendidikan. Pada hal semuanya itu ibaratkan motor penggerak

manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan atau progress.

Oleh karena itu kemajuan atau progress ini menjadi inti perhatian progressivisme, maka,

beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang oleh progresivisme

merupakan bagian-bagian utama dari kebudayaan. Progresivisme dinamakan instrumentalisme, karena

aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, kesejahteraan,

mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut

menyadari dan mempraktekkan asa eksperimen yang merupakan untuk menguji kebenaran suatu teori.

Sedangkan dinamakan environmetalisme karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu

mempengaruhi pembinaan kepribadian.

Progresivisme yang lahir sekitar abad ke-20 merupakan filsafat yang bermuara pada aliran

filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859- 1952),

yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis.

Filsafat progressivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar filsafat pragmatisme dimana telah

memberikan konsep dasar dengan azas yang utama yaitu manusia dalam hidupnya untuk tetap survive

terhadap semua tantangan, harus pragmatis memandang sesuatu dari segi manfaatnya.

Di sini kita bisa menganggap bahwa filsafat progressivisme merupakan The Liberal Road of

Culture (kebebasan mutlak menuju kearah kebudayaan) maksudnya nilai-nilai yang dianut bersifat

fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka sehingga menuntut untuk selalu maju bertindak

secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Untuk mencapai perubahan tersebut

manusia harus memiliki pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat: fleksibel, curious (ingin

mengetahui dan menyelidiki), toleran dan open minded.

Filsafat progressivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia pendidikan, dimana

telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik. Anak didik diberikan

kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan

yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Berdasarkan

pandangan di atas maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progressivisme bermaksud menjadikan anak

didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman

peradaban baru.

Page 13: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

A. ONTOLOGI

Sifat utama darai pragmatisme mengenai realita, sebenarnmya dapat dikatakan John Dewey,

dalam bukunya yang berjudul Creative Intelligence, mengatakan;”. dengan tepat bahwa tiada teori

realita yang umum.”Diantara kaum pragmatis – jadi progresivis – John Dewey mempunyai pandangan

yang ekstrim, sebab tokoh-tokoh lain tidaklah demikian. Mereka mengatakan bahwa metafisika itu ada,

karena pragmatisme mempunyai konsep tentang eksistensi. Misalnya, dari sudut eksistensi alam

bukanlah diartikan sebagai pengertian yang substansial, melainkan diartikan atau dipandang dari sudut

prosesnya.

Uraian di atas menunjukkan bahwa ontologi progresivisme mengandung pengertian dan kualitas

evolusionistis yang kuat. Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah

perjuangan, tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi

perjuangan, perubahan dan berani bertindak.

Jelaslah, bahwa selain kemajuan atau progress, lingkungan dan pengalaman mendapatkan

perhatian yang cukup dari progresivisme. Sehubungan dengan ini, menurut progresivisme, ide-ide, teori-

teori atau cita-cita tidaklah cukup diakui sebagai hal-hal yang ada, tetapi yang ada ini haruslah dicari

artinya bagi suatu kemajuan atau maksud-maksud yang lainnya. di samping itu manusia harus dapat

memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan dan yang silih

berganti.

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani.

Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki

pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya,

kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai

filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan

asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala

sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri

sendiri).

B. EPISTIMOLOGI

Page 14: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah

cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu

yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu

pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan

keyakinan. Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan,

pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai

pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal

dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode

positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.

Tinjauan mengenai realita di atas memberikan petunjuk pragmatisme lebih mengutamakan

pembahasan mengenai epistemologi daripada metafisika. Misal yang jelas adalah tinjauan mengenai

kecerdasan dan pengalaman – yang keduanya tidak dapat dilepaskan satu sama lain – agar dapat

dimengerti arti masing-masing itu.

Pengetahuan yang merupakan hasil dari aktivitas tertentu diperoleh manusia baik secara

langsung melalui pengalam dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun

pengetahuan yang diperoleh melalui catata-catatan – buku-buku, kepustakaan.

Untuk mengtahui teori pengetahuan yang dimaksud, perlu kiranya menunjau istilah-istilah dan

arti seperti induktif, rasional dan empirik. Induktif merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan

dengan mengambil data khusus terlebih dahulu dan diikuti dengan penarikan kesimpulan secara umum.

Deduktif adalah sebaliknya, artinya dengan pengetahuan yang diperoleh dengan berlandaskan

ketentuan umum yang berupa postulat –postulat dan spekulatif.

Dalam epistemologi, rasional berarti suatu pandangan bahwa akal adalah instrument utama bagi

manusia untuk memperoleh pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan bahwa persepsi indera

adalah media yang memberikan jalan bagi manusia untuk memahami lingkungan. Fakata yang masih

murni saja – yang belum diolah atau disusun – belum merupakan pengetahuan. Sehingga masih

membutuhkan pengorganisasian tertentu dari “bahan-bahan mentah” tersebut.

Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan. Oleh

sebab adanya prisip-prinsip epistemologi tersebut di atas, progresivisme mengadakan pembedaan

anatara pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan adalah kumpulan kesan-kesan dan penerangan yang

Page 15: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

terhimpun dari pengalaman yang siap untuk digunakan. Sedangkan kebenaran ialah hasil tertentu dari

usaha untuk mengetahui, memiliki dan mengarahklan beberapa segmen pengetahuan agar dapat

menumbuhkan petunjuk atau penyelesaian pada situasi tertentu yang mungkin keadaannya kacau.

Dalam hubungan ini kecerdasan merupakan faktor utama yang mempunyai kedudukan sentral.

Kecerdasan adalah faktor yang dapat mempertahankan adanya hubungan anatara manusia dengan

lingkungan, baik yang berwujud lingkungan fisik, maupun kebudayaan atau manusia.

Sementara kaum realis modern, pragmatis, empirisis logis, atau naturalis mengambil tesis

falibilistik bahwa pengetahuan adalah bersifat kontingen dari perubahan serta kebenaran bersifat relatif

sesuai dengan kondisinya.

Dari sini, epistemologi adalah bidang tugas filsafat yang mencakup identifikasi dan pengujian

kriteria pengetahuan dan kebenaran. Pernyataan kategoris yang menyebutkan bahwa “ini kita tahu”

atau “ini adalah kebenaran” merupakan pernyataan-pernyataan yang penuh dengan makna bagi para

pendidik karena sedikit banyak hal tersebut bertaut dengan tujuan pendidikan yang mencakup

pencarian pengetahuan dan perburuan kebenaran.

C. AXIOLOGI

Aksiologi berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos

artinya akal, teori. Axiology artinya teori nilai, penyelidikan tentang kodrat, kriteria dan status metafisik

dari nilai.

Nilai tidak timbul dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang merupakan pra syarat.

Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, sehingga memungkinkan adanya relevansi seperti yang

ada dalam masyarakat pergaulan. Oleh karena adanya faktor-faktor yang menentukan adanya nilai,

maka makna nilai itu tidaklah bersifat eksklusif. Ini berarti berbagai jenis nilai seperti benar atau salah,

baik atau buruk dapat dikatakan ada bila menunjukkan adanya kecocokan dengan hasil pengujian yang

dialami manusia dalam pergaulan.

Berdasarkan pandangan diatas, progresivisme tidak mengadaklan pembedaan tegas antara nilai

instrinsik dan nilai instrumental. Dua jenis nilai ini saling bergantung satu sama lain seperti juga halnya

pengetahuna dan kebenaran.

Page 16: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

Misalnya bila dikatakan bahwa kesehatan itu selalu bernilai baik tidaklah semata-mata suatu

ilustrasi tentang nilai instrinsik. Nilai kesehatan akan dihayati oleh manusia dengan lebih nyata bila

dihubungkan dengan segi-segi yang bersifat operasional; bahwa kesehatan yang baik akan

mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.

Hubungan timbal balik dua sifat nilai instrinsik dan instrumental ini – menyebabkan adanya sifat

perkembangan dan perubahan pada nilai. Nilai-nilai yang sudah tersimpan sebagai bagian dari

kebudayaan itu ditampilkan sebagai bagian dari pengalaman, sedang individu-individu mampu untuk

mengadakan tinjauan dan penentuan mengenai standar sosial tertentu. Karena itu nilai merupakan

bagian integral dari pengalaman dan bersifat relative, temporal dan dinamis. Maka sifat

perkembangannya berdasarkan pada dua hal; untuk diri sendiri dalam arti kebaikan instrinsik dan untuk

lingkungan yang lebih luas dalam arti kebaikan instrumental.

aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh

perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara

dan tujuan (means and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku

etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good?). Tatkala yang baik teridentifikasi, maka

memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-

konsep semacam “seharusnya” atau “sepatutnya” (ought / should). Demikianlah aksiologi terdiri dari

analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau

menemukan suatu teori nilai.

Terdapat dua kategori dasar aksiologis; (1) objectivism dan (2) subjectivism. Keduanya beranjak dari

pertanyaan yang sama: apakah nilai itu bersifat bergantung atau tidak bergantung pada manusia

(dependent upon or independent of mankind)? Dari sini muncul empat pendekatan etika, dua yang

pertama beraliran obyektivis, sedangkan dua berikutnya beraliran subyektivis.

FALSAFAH PENDIDIKAN EKSISTENSIALISME

OLEH: ZIHAM ZAWAWI MAZLANAliran pemikiran eksistensialisme ini muncul pada abad ke-19 dan ke-20 dan di pelopori

oleh seorang berketurunan Yahudi, Jean-Paul Satre (Kailani, 2002). Mazhab ini juga didukung oleh individu seperti: ahli falsafah dan teologi Denmark, Soren Kierkegaard (1813-55), tokoh atheis Jerman, Friedrich Nietzsche (1844-1900), ahli ontologi Jerman, Martin Heidegger (1889-1976), ahli falsafah Katolik Perancis, Gabriel Marcel (1889-1973), ahli falsafah dan pakar psikiatri Jerman, Karl Jaspers (1883-1969), novelis dan ahli falsafah Perancis, Simone de

Page 17: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

Beauvoir (1908-86) dan ahli fenomenologis Perancis, Maurice Merleau-Ponty (1908-61) (Priest, 2001).

Aliran mazhab eksistensialisme ini berfokuskan kepada fitrah kewujudan manusia. Dengan kata lain, manusia dianggap sebagai dilahirkan tanpa sebarang tujuan (Keow, 2008). Adakah anda bersetuju? Ahli-ahli eksistensialisme dan para pengikutnya hanya melihat realiti sebagai sesuatu yang bersifat subjektif dan hanya boleh didefinisikan oleh individu yang berkenaan sahaja. Aliran mazhab ini mula memasuki aliran pemikiran masyarakat lewat tahun-tahun selepas Perang Dunia Kedua. Satre mula menggunakan perkataan ‘existentialism’ atau eksistensialisme dalam satu kuliahnya yang terkenal iaitu pada Oktober 1945 yang bertajuk Existentialisme and Humanism (L’Existentialisme est un Humanisme).Berdasarkan kuliah yang diberikan oleh Satre, aliran pemikiran ini berpandangan bahawa seseorang individu seharusnya bertanggungjawab ke atas diri sendiri dan mempunyai kebebasan untuk menentukan matlamat serta membuat keputusan sendiri tanpa merujuk sebarang autoriti luar.

Berdasarkan konsep di atas, sistem sekolah atau guru tidak mempunyai hak untuk menekankan matlamat pendidikan ke atas murid. Oleh hal yang demikian matlamat pendidikan tidak digariskan. Selain hal itu, mazhab ini juga tidak menggariskan subjek-subjek yang perlu diajarkan di sekolah. Walaubagaimanapun, subjek-subjek yang bersifat estetik dan berfalsafah seperti seni, kesusasteraan, dan drama difikirkan relevan.

Dari aspek guru pula, guru berperanan sebagai pemangkin yang menyediakan peluang pendidikan bagi anak murid mereka meluahkan perasaan dan emosi. Guru juga perlu menggunakan teknik atau kaedah pengajaran dan pembelajaran yang berpusatkan aktiviti serta berpusatkan murid-murid. Sejajar dengan kaedah yang digunakan oleh guru, murid-murid pula perlu melibatkan diri secara aktif agar dapat memaksimumkan peluang pendidikan yang disediakan. Untuk lebih memahami lagi asimilasi aliran mazhab ini dalam konteks pendidikan, cuba fahami situasi ini.

Hari ini, Cikgu Reeni mengajar tentang haiwan yangmemakan daging. Esok Cikgu Reeni bercadang untukmengajar tentang haiwan pula. Untuk itu, Cikgu Reenibertanyakan kepada anak muridnya jika mereka mahubelajar tentang haiwan herbivor pula. Jika semua muridnyabersetuju, Cikgu Reeni memberi arahan kepada anakmuridnya agar datang ke kelasnya pada esok hari denganmembawa bahan-bahan yang telah diambil dari buku,internet, majalah dan sebagainya

Daripada situasi di atas dapatlah dirumuskan bahawa Cikgu Reeni menggunakan falsafah eksistensialisme dalam proses pengajaran dan pembelajarannya dengan memberi kebebasan kepada anak muridnya untuk memilih tajuk yang ingin dipelajari dan bebas memilih bahan yang ingin digunakan semasa P&P nant

KONSTRUKTIVISME

Page 18: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

 

Sebelum masuk ke dalam pembahasan bagaimana konstuktivis memahami

hubungan antara ide-ide dan realita serta apakah kekuasaan bisa diberi ukuran netral

(objektif) terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu konstruktivis. Tradisi pemikiran

konstruktivisme berkembang di Amerika Serikat (AS) sejak berakhirnya Perang Dingin

sebagai reaksi terhadap kegagalan tradisi-tradisi dominan dalam studi hubungan

internasional, realisme dan liberalisme, dalam memprediksi ataupun memahami

transformasi sistemik yang mengubah tatanan dunia secara drastis. Riset-riset

konstruktivis sosial telah memunculkan tantangan serius bagi pendekatan-pendekatan

ini. Konstruktivis adalah aliran pemikiran dalam HI yang mempertanyakan pemahaman

rasionalitas manusia dan kedudukan individu-individu dalam eksistensi kesosialannya.

Konstruktivis memberikan perhatiannya pada kepentingan dan identitas negara sebagai

produk yang dapat dibentuk dari proses sejarah yang khusus.

Konstuktivis memberikan perhatian pada wacana umum yang ada di tengah

masyarakat karena wacana membentuk dan merefleksikan keyakinan, kepentingan dan

mempertahankan norma-norma dan nilai-nilai yang melandasi masyarakat untuk

bertindak. Wacana adalah instrumen perantara untuk mempertahankan norma-norma

yang menjadi landasan bertindak masyarakat (accepted norms of behavior).

Masyarakat yang termasuk di dalamnya individu-individu atau negara-negara pada

dasarnya sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari konteks nilai-nilai kolektif

yang membentuk kesatuan itu.

Secara ontologis, konstruktivisme dibangun diatas tiga proposisi utama

1.    Struktur sebagai pembentuk perilaku aktor sosial dan politik, baik individual

maupun negara, tidak hanya terdiri dari aspek material, tetapi juga normatif

dan ideasional.

2.    Berbeda dengan neorealis dan marxis, yang menekankan pada struktur

material dalam bentuk kekuatan militer dan ekonomi dunia yang kapitalis,

konstruktivis berargumen bahwa sistem nilai, keyakinan dan gagasan bersama

Page 19: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

sebenarnya juga memiliki karakteristik struktural dan menentukan tindakan

sosial maupun politik.

3.    Sumber-sumber material sebenarnya hanya bermakna bagi tindakan atau

perilaku melalui struktur nilai atau pengetahuan bersama. Struktur normatif dan

ideasional-lah yang sebenarnya membentuk identitas sosial aktor-aktor politik.

Ada beberapa hal penting yang sangat sentral dalam konsturktivis. Pertama

adalah Perubahan, dimana ide-ide tentang konstruksi sosial diajukan secara berbeda

bersilangan dalam berbagai konteks dan bukanlah sebuah realitas objektif yang

tunggal. Kedua Dimensi-dimensi sosial, menekankan norma-norma, aturan-aturan dan

bahasa serta bagaimana hal-hal yang material dan ideasional menjadi faktor-faktor

yang dikombinasikan dalam berbagai kemungkinan konstruksi yang berbeda dengan

segala hasil keluarannya. Ketiga Proses-proses interaksi, dimana aktor-aktor

menentukan pilihan dalam setiap proses interaksi dengan aktor-aktor lainnya dengan

mengikutsertakan kesejarahan, kebudayaan dan berbagai perbedaan realitas politik

kedalam interaksi tersebut.

Konstruktivisme dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar.

1.    Systemic Constructivism

Pendekatan ini lebih banyak mengadopsi pandangan neorealisme yakni

melihat interaksi antar unit internasional/states. Mereka mengabaikan struktur

yang ada pada level domestik. Fokus kajiannya adalah bagaimana munculnya

norma, nilai dan identitas bersama dalam bentuk interaksi antar negara seperti

kerjasama di dalam organisasi internasional, kerjasama regional dan juga

konflik antar negara.

2.    Unit-level constructivism

Pendekatan ini adalah kebalikan dari systemic constructivism. Fokus kajiannya

adalah hubungan antara entitas sosial di tingkat domestik dengan norma-

norma hukum, indentitas dan kepentingan sebuah negara.

3.    Holistic Constructivism

Page 20: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

Berbeda dengan Sistemic dan Unit-level Constructivism, Holistic

Constructivism tidak memisahkan analisa sektor domestik dan internasional.

Perspektif ini lebih melihat domain domestik dan internasional sebagai sebuah

kesatuan yang berinteraksi satu sama lain dalam proses pembentukan

identitas dan nilai. Fokus utama kajiannya adalah menganalisis perubahan

yang terjadi di dalam sistem internasional.

Bagi konstruktivis struktur sosial adalah subyek nilai-nilai, konstruktivis memberi

perhatian pada sumber-sumber perubahan(sources of change). Struktur sosial adalah

kesepahaman suatu masyarakat tentang nilai-nilai, apa yang dapat diterima dan

dijalankan oleh anggota-anggotanya (legitimate behavior). Dapat dicontohkan dengan

seseorang masuk dalam suatu komonitas tidak ditentukan oleh kekayaannya namun

bagaimana aktor yang menjalankan komunitas itu menetapkan nilai-nilai dan identitas

apa yang dapat diterima dan apa yang tidak. Konstruktivis memberikan perhatian

kajiannya pada persoalan-persoalan bagaimana ide dan identitas dibentuk, bagaimana

ide dan identitas tersebut berkembang dan bagaimana ide dan identitas membentuk

pemahaman negara dan merespon kondisi di sekitarnya. Dengan kata lain identitas dan

kepentingan merupakan hasil dari sebuah proses interaksi.Salah satu karakteristik dari

konstruktivisme adalah non-universalis.

Sementara itu ide-ide yang dikemukan oleh konstuktivisme dibentuk melalui tiga

mekanisme yaitu:

1.    Imagination

struktur non-material (norma, nilai, cara pandang), yang menetapkan cara

pandang aktor, bagaimana dia bertindak, persepsinya terhadap aktor lain, dan

strategi apa yang diambil untuk mencapai tujuannya masing-masing.

2.    Communication

ide dan persepsi yang terbangun sebelumnya kemudian dikomunikasikan

kepada pihak lain (misal seorang kepala negara mengkomunikasikan idenya

kepada parlemen untuk mendapatkan legitimasi yang kemudian menjadi

sebuah tindakan dari sebuah negara).

Page 21: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

3.    Constraint

yang berupa justifikasi terhadap norma dan nilai yang dibangun oleh aktor-

aktor di dunia internasional. Justifikasi ini menguntungkan sebagaian pihak,

namun di sisi lain juga menghalangi tindakan yang lain. Dimata neorealism

setiap negara dibatasi tindakannya oleh sistem internasional yang anarki, oleh

kapasitas dan oleh distribusi power yang dimilikinya. Bagi konstruktivis

tindakan negara dibatasi oleh ide-ide kolektif (Onuf 1989).

 

Tidak ada ketunggalan analisa atas fenomena. Bagi kaum konstruktivis

kepentingan maupun identitas sosial tidak dapat dijelaskan dengan interpretasi nilai-

nilai sosial (social meaning). Kita dapat melihat dengan contoh identitas kaum kapitalis

tidak dapat dipisahkan dari penumpukan atau pengumpulan keuntungan begitu juga

dengan paham identitas masyarakat realis yang hanya memikirkan kepentingan negara

(national interest) serta identitas politik demokrasi liberal yang menerapkan hukum-

hukum kebebasan politik. Komunikasi transnasional dan penyebaran nilai-nilai civil

(civic values) mengubah loyalitas national tradisional dan secara radikal menghasilkan

bentuk-bentuk baru ikatan politik (political association). Berbeda dengan kaum

rasionalis yang melihat kepada dunia material, konstruktivis lebih kepada dunia ide-ide.

Konstruktivis memusatkan perhatian pada nilai-nilai kolektif (kelompok). Konstruktivis

melengkapi dimensi-dimensi sosial yang tidak diperhatikan oleh kaum rasionalis, yaitu

ide-ide yang membentuk dan menetapkan isi dari perilaku-perilaku yang tampak di luar,

pada wacana umum yang ada ditengah masyarakat. Contoh bagaimana struktur

internasional terbentuk bisa dilihat, misalkan satu negara berinteraksi dengan beberapa

negara dengan persepsi, norma dan nilai-nilai yang dianut oleh negara-negara yang

berinteraksi tersebut. Dan dari proses interaksi yang timbal-balik ini muncul kesepaham

akan struktur internasional. Contoh yang lain adalah negara-negara yang tergabung

dalam NATO bertindak berdasarkan nilai yang dianutnya(subjektivity) bukan karena

berdasarkan asumsi kausalitas(sebab-akibat). Proses timbal-balik inilah yang dimaksud

dengan intersubjectivity (kumpulan dari proses subjectivity).

Page 22: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

Sementara Steve Smith menulis, untuk memahami teori-teori internasional saat ini

ada dua distinction yang harus dipahami terlebih dahulu. Pertama, perbedaan antara

“explanatory theory” dan “constitutive theory”. Kedua mengenai “foundational theory”

dan “anti-foundational theory”. Bagi explanatory theory, dunia berada di luar teori.

Sebaliknya constitutive theory menyatakan bahwa teori-teori yang ada mengonstruksi

dunia. Artinya, bagi kalangan eksplanatoris dunia dipahami berdiri sendiri tidak

terpengaruh oleh faktor subjektivitas aktor-aktor yang berdinamika di dalam dunai

sosial. Dunia bersifat objektif. Tetapi sebaliknya, kalangan constitutive melihat dunia

sebagai hasil pemahaman individu atas lingkungan sosialnya. Tentang perbedaan

antara foundational theory dan anti-foundational theory terletak pada isu apakah

keyakinan (belief) kita tentang dunia dapat dites atau dievaluasi menggunakan prosedur

yang netral dan objektif. Bagi foundationalist kebenaran dapat diukur sehingga

justifikasi atas benar atau salah dapat dilakukan. Berbeda, anti-foundationalist

berpendapat bahwa bahwa justifikasi benar atau salah atas klaim kebenaran tidak

dapat dilakukan karena tidak pernah ada sesuatu yang netral yang dapat melakukan

itu. Bahkan setiap teori menentukan sendiri apa yang disebut sebagai fakta. Dan

konstruktivisme berada di antara kedua kutub tersebut.

Bagi konstruktivis proses konstruksi ide-ide merupakan hal yang perlu dikaji dan

diamati, bukan fakta-fakta itu sendiri, seperti yang diupayakan oleh teori kritik. Fakta

penting untuk mempelajari makna tindakan dan bagaimana para aktor membuat dan

memaknai fakta itu sehingga fakta itu menjadi significant dan dominant dalam

pemahaman banyak orang. Alexander Wendt dalam tulisannya yang berjudul New

Approaches to International Theory, Wendt berasumsibahwa identitas dan kepentingan

merupakan hasil dari praktek inter-subjektif di antara aktor-aktor. Selain itu Wendt juga

menyatakan bahwa collective meaning menentukan struktur yang mengatur tindakan-

tindakan kita. Dan aktor-aktor memperoleh kepentingan dan identitasnya melalaui

pertisipasi di dalam collective meaning tersebut.

Bagaimana hubungan ide-ide dengan realita sesuai dengan pemahaman

konstruktivisme? Konstruktivisme ini tidak dapat dilepaskan pengaruhnya dari

perkembangan tren wacana sosial dewasa ini yang lebih banyak menitikberatkan pada

Page 23: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

persoalan-persoalan “dunia ide” yang menitikberatkan pada persoalan-persoalan

konstruksi sosial atas realitas. Disini dapat kita lihat bagaimana dunia yang

dikembangkan ide-ide tersebut menjadi wacana sosial dan secara langsung

mempengaruhi realitas yang ada pada masyarakat. Apalagi dengan jaman yang

mobilitas dan informasi yang sangat mudah di dapat melalui media-media yang

bergerak secara cepat, membuat konstuksi sosial tersebut membentuk realita-realita

yang ada. Suatu negara dengan identitas dan nilai-nilai yang dianutnya menentukan

bagaimana dia berinteraksi dengan negara lain. Jadi menurut saya ide-ide yang

dimunculkan dari masyarakat internasional yang saling berinteraksi (intersubjectif)

sehingga membentuk realita-realita berdasarkan norma-norma dan identitas.

Apakah kekuasaan dapat diberi ukuran netral (objektif)? Masalah kekuasaan yang

diberikan ukuran netral, secara epistimologi konstruktivis menyetujui bahwa

pengetahuan haruslah objektif, dalam arti peneliti bukan yang menentukan pilihan-

pilihan atas nilai-nilainya, baik atau buruk. Karena itu konstruktivis tidak mau menyebut

dirinya sebagai kaum relativis. Tapi dalam masalah kekuasaan ukuran netral tidak

dapat diberikan selain tidak menyangkut dengan pengetahuan konstruktivis

menganggap kekuasaan merupakan suatu perspektif. Karena sistem internasional yang

anarkis adalah dari persepsi negara-negara itu sendiri. Selain itu identitas atau bentuk

kerjasama maupun konflik dibangun oleh negara-negara yang terlibat kerjasama

regional dan di dalam organisasi internasional dengan berdasarkan nilai-nilai yang

dianut sehingga menciptakan aturan-aturan, prinsip-prinsip dan norma-norma bersama

diantara anggotanya. Dan menurut saya kekuasaan merupakan wujud dari identitas

dan norma-norma yang diterapkan oleh suatu negara atau organisasi dan hanya

berdasarkan kepentingan dan nilai yang mereka anut.

RasionalismeDaripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Lompat ke: pandu arah, cari

Rasionalisme adalah suatu kaedah penyelidikan dan ujikaji yang menyatakan bahawa akal adalah sumber utama pengetahuan. Bertentangan dengan empirisisme secara teorinya, ia

Page 24: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

menafikan pengalamaan pancaindera sebagai sumber pengetahuan. Konsep utama yang menjadi pegangan ini ialah kepercayaan terhadap kemampuan dan autoriti akal fikiran (alasan) untuk menyingkap ilmu dan kebenaran. Rasionalisme mengukur bahawa daya intelek yang wujud secara semulajadi dalam diri manusia mampu mencari dan menanggapi kebenaran. Rasionalisme menganggap akal sebagai sumber tertinggi untuk mendapat kebenaran dan mencapai segala ilmu pengetahuan. Rasionalisme yang berasaskan nilai-nilai saintifik menolak adanya wahyu dan mukjizat keranan dianggap tidak logik. Ukuran sama ada sesuatu itu saintifik atau tidak juga terletak pada sama ada ia logik ataupun tidak.

Dari sudut sejarah, perintis awal aliran rasionalisme ialah Heraclitus, yang meyakini akal melebihi pancaindera sebagai sumber ilmu. Menurut beliau akal manusia boleh berhubung dengan akal ketuhanan yang memancarkan sinaran cahaya ttuhan dalam diri manusia. Pada zaman pertengahan rasionalisme Yunani berkembang di tangan tokoh-tokoh Socrates, Plato dan Aristotle. Rasionalisme mencapai zaman kemuncaknya pada zaman Aristotle yang berusaha menangkis serangan pemikiran aliran Sufastho’iyyun yang menyebarkan pegangan bahawa ‘Sesuatu perkara itu adalah dianggap baik bila manusia mengira ia adalah baik’, dengan kata lain ‘Manusia adalah kayu pengukur segala perkara’. Hasil dari pengaruh tersebut, Aristotle telah memperkemaskan rasionalisme dengan menyusun kaedah ilmu logik secara sistematik dalam karyanya yang terkenal iaitu Organaon. Rasionalisme telah menguasai tamadun Yunani sehinggalah kepada zaman Helenisme. Di antara aliran moden yang berpaksi kepada rasioanalisme ialah aliran idealisme yang dipelopori oleh Spinoza (1632-1677) dan Leibniz (1646-1716). Tokoh lain yang mengembangkan rasionalisme ialah Descartes (1596-1716). Edward de Bono dalam bukunya, Thinking Course menyatakan bahawa logik ialah satu cara menjana maklumat daripada sesuatu keadaan. Maklumat yang hendak dijana ialah sesuatu yang benar dan diterima akal. Kebiasaannya, tokoh-tokoh yang mengembangkan rasionalisme mereka digelar sebagai seorang idealis.

V. EMPIRISMEa. Pengertian PokokEmpirisme berasal dari kata Yunani yaitu "empiris" yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.

Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara pasip menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Empirisme radikal berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai kepada pengalaman inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan pengetahuan. Lebih lanjut penganut Empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat

Page 25: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

inderawi, kemudian di dalam otal dipahami dan akibat dari rangsangan tersebut dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat inderawi tersebut.Empirisme memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah barangkali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut Empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi.

b. Tokoh-tokohnya.1. Francis Bacon (1210 -1292)2. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)3. John Locke ( 1632 -1704)4. George Berkeley ( 1665 -1753)5. David Hume ( 1711 -1776)6. Roger Bacon ( 1214 -1294)

Pengertian Modernisme

Menurut Wikipedia :   Modernisme ialah konsep yang berhubungan dengan hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya di zaman modern. Konsep modernisme ini meliputi banyak bidang ilmu (termasuk seni dan sastra) dan setiap bidang ilmu tersebut memiliki perdebatan mengenai apa itu 'modernisme'. Walaupun demikian, 'modernisme' pada umumnya dilihat sebagai reaksi individu dan kelompok terhadap dunia 'modern', dan dunia modern ini dianggap sebagai dunia yang dipengaruhi oleh praktik dan teori kapitalisme, industrialisme, dan negara-bangsa.    Modernisme Seni di Eropa    Modernisme seni di Eropa telah dimulai sejak tahun 1800an. Pada era ini, ditemukan teori relatifitas, dimulainya industrialisasi serta ilmu pengetahuan sosial yang memancing gaya – gaya baru dalam bidang seni. Pergerakan seni pada era ini sejalan dengan hal – hal diatas, gebrakan – gebrakan dapat terlihat pada 15 tahun pertama abad ke 19. Bisa dilihat dari munculnya gaya lukisan abstrak ekspresionis di tahun 1903 yang dipelopori oleh Wassily Kandinsky dan bangkitnya cubism di tahun 1908 yang dipelopori Pablo Picasso dan Georges Braque. Di awal Perang Dunia ke 1, tekanan dan ketidaknyamanan keadaan sosial yang terjadi seperti saat Revolusi Rusia, telah memunculkan pergerakan – pergerakan radikal dalam seni yang menolak kebiasaan – kebiasaan lama. Dimulai ketika Komposer ternama Rusia Igor Stravinsky di tahun 1913 mencoba memunculkan pertunjukan yang menunjukan manusia yang menjadi korban, serta Pablo Picasso dan Paul Matisse yang menolak sistem perspektif traditional yang menjadi ciri khas lukisan terstruktur, hal seperti ini bahkan belum pernah dilakukan oleh para pelukis impresionis sekelas Cezanne sekalipun. Inilah yang mulai memperjelas apa yang sebenarnya diistilahkan sebagai “Modernism”, yaitu

Page 26: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

penolakan serta pergerakan terhadap kesederhanaan gaya Realis dalam literature dan seni, serta mengubah tonality dalam musik.1920, Modernisme yang di era sebelum perang hanyalah sebuah efek minoritas mulai menegaskan dirinya sebagai hal yang dapat mengubah zaman. Modernisme di eropa terlihat dalam pergerakan – pergerakan seni yang kritis seperti Dadaism dan selanjutnya dalam pergerakan kontruktivisme seperti Surealisme, seperti juga dalam pergerakan –pergerakan kecil seperti Bloomsburry Group (kelompok pelajar Bohemian di Inggris). Masing masing pergerakan ini menunjukan metode – metode baru untuk menghasilkan hasil yang baru. Gaya – gaya yang muncul, terutama Surealis, Cubis, Ekspresionisme, Fauvisme, Futurisme serta Leninisme secara cepat diadopsi daerah daerah luar yang jauh dari daerah asalnya.Yang cukup menonjol peranannya serta tidak dapat dilupakan ialah 2 kelompok besar era Modernisme yang menggusung kuat Modern art di Eropa dan belakangan diadopsi sampai ke Amerika, berbeda dengan gaya – gaya di atas yang lebih berkategori anti – art, 2 Kelompok ini lebih dikenal sebagai pengembang ide – ide baru yang berkaitan dengan seni, arsitektur, desain dan pendidikan seni. 2 Kelompok ini ialah Bauhaus (Jerman) dan de Stijl (Belanda) Pada tahun 1930, Modernism di Eropa telah memperoleh posisi penting baik dalam politik dan seni. Namun demikian, Modernisme sendiri pada saat ini telah sedikit banyak berubah. Banyak reaksi yang mengatakan Modernism setelah tahun 1918 bersifat keterlaluan, tidak masuk akal serta lebih emosional. Pada periode setelah perang dunia Modernism kembali berbelok ke arah sitematisasi serta nihilism, seperti terlihat pada gerakan yang paling paradigmatis yaitu Dada.   Gerakan Utama    Dalam era Modernisme di Eropa, dua gerakan yang dapat dibilang menjadi pergerakan utama ialah Bauhaus di Jerman dan de Stijl di Belanda.Bauhaus yang dalam bahasa Jerman berarti “Architecture House “ ialah sekolah seni dan arsitektur yang berdiri di Jerman dari tahun 1919 s/d 1933 sebelum pindah ke Amerika, gaya desain Bahaus menjadi salah satu gaya paling berpengaruh dalam gaya arsitektur serta interior era Modernisme di eropa. Beberapa tokoh terkenal dari Bauhaus ialah Gropius, Adolf Meyer, Mart Sam dan Marcel Breuer lewat karya karyanya yaitu “Wasilly Chair”, “Chicago Tribune Tower” dan “Cantilever Chair”.

Pergerakan lainnya adalah de Stijl di Belanda, de stijl ialah pergerakan seni di Belanda yang dimulai tahun 1917 belakangan gaya de Stijl-lah yang akan banyak memengaruhi gaya desain dari Bauhaus , de Stijl dikenal juga dengan nama neoplasticism. Pada awalnya de Stijl ialah sebuah jurnal yang dipelopori oleh seorang pelukis dan kritikus seni Theo van Doesburg, baru kemudian Piet Mondrian, Bart van Der Leck, Gerrit Rietvield, J.J.P Oud dan seniman seniman lainnya bergabung dalam de Stijl. Filosofi seni yang menjadi dasar pekerjaan kelompok ini ialah “New Plastic Art”. De Stijl sedikit banyak terpengaruh oleh gaya cubisme, mysticism serta ideal geometric dari golongan neoplatonic . Para seniman de Stijl coba mengekspresikan keidealan impian serta keharmonisan spiritual serta tatanan dengan cara

Page 27: Kumpulan Aliran Dalam Filsafat

mengajukan suatu abstraksi dan keuniversalan dengan menyederhanakan bentuk dan warna dalam desain – desain mereka. mereka menyederhanakan susunan visual berdasar arah vertikal dan horisontal, dan memakai hanya warna pokok serta hitam putih. Hal tersebut dapat dilihat dalam beberapa contoh karya mereka, seperti “Rietvield Schroeder House serta Red Blue Chair” . Gaya de Stijl seperti yang telah disebutkan di awal, telah memengaruhi gaya dari Bauhaus serta gaya arsitektur Internasional, dan juga gaya desain interior dan fashion desain dunia. Menurut Widjojo Nitisastro :   Modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis.Menurut Soerjono Soekanto :   Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. (dalam buku Sosiologi: suatu pengantar)Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian sebagai berikut:   a. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.   b. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam masyarakat.Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.   a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.   b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.   c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.   d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.   e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.   f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.