tokoh & aliran dalam filsafat ilmu pengetahuan

12
LOGO ALIRAN-ALIRAN & TOKOH-TOKOH FILSAFAT ILMU Bahan Kuliah Filsafat Sains & Teknologi UMBY

Upload: kuliahmandiriorg

Post on 16-Apr-2017

318 views

Category:

Education


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

ALIRAN-ALIRAN& TOKOH-TOKOH FILSAFAT ILMUBahan Kuliah Filsafat Sains & Teknologi UMBY

Page 2: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

Aurelius Teluma

Pengantar

Pengertian ilmu pengetahuan harus dipahami dalam konteks suatu perkembangan menuju kesempurnaan.

Perkembangan filsafat ilmu berkaitan dg perkembangan filsafat pada satu sisi dan ilmu pengetahuan di sisi yang lain.

Terdapat dua aliran besar yang mempengaruhi seluruh perkembangan keilmuan dan filsafat ilmu yaitu rasionalisme dan empirisme.

Page 3: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

Aurelius Teluma

1. Rasionalisme Plato dan Descartes

Rasionalisme adalah aliran yang meyakini hanya rasio/akal yg menjadi dasar kepastian dan kebenaran.

Rasionalisme tidak menyangkal kehadiran fungsi indra tetapi hanya melihatnya sbg pemberi rangsangan dan bahan-bahan kepada rasio agar rasio mengolahnya menjadi pengetahuan.

Dua tokoh penting dari aliran ini adalah Plato (427-347 SM) dan Rene Descartes (1596-1650).

Page 4: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

www.themegallery.com

Rasionalisme Plato

Plato membedakan secara tajam dua macam pengetahuan yakni pengetahuan inderawi dan pengetahuan kejiwaan (ideal).

Pengetahuan inderawi tidak dapat disebut pengetahuan sejati karena indera menangkap kesan sementara yg terus berubah.

Dunia inderawi merupakan dunia yg semu, hanya sbg bayangan dari dunia ide.

Untuk menembus kenyataan dan sampai pada kebenaran, manusia harus melepaskan diri dari tangkap indra lalu melampauinya dan naik ke alam ide yg bersifat umum melalui akal.

Akal-lah yg memiliki kemampuan untuk mengetahui kenyataan dan kebenaran sejati.

Page 5: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

Aurelius Teluma

Rasionalisme Rene Descartes

Descartes dikenal sbg Bapak Filsafat Modern. Pada masanya, titik tolak kebenaran adalah iman. Descartes

berusaha mencari titik tolak yg lebih pasti tentang kebenaran. Untuk itu ia memperkenalkan suatu metode penalaran yg

disebut “keraguan metodis” Keraguan metodis dimulai dg meragukan segala hal. Jika

semua hal telah diragukan kebenarannya, maka apa yg masih tersisa yg tidak dapat diragukan?

Yang masih tersisa dan yang tidak dapat diragukan adalah bahwa saya sedang meragukan segalanya. Saya ragu karena saya berpikir. Jadi, saya berpikir maka saya ada. Cogito ergo sum. Melalui keraguan sebagai metode, saya sampai pada kebenaran.

Kebenaran dapat dicari berdasarkan penalaran pada proposisi-proposisi yg terlepas dari pengalaman inderawi sebagaimana yg dipraktekkan dalam matematika (Descartes seorang matematikawan).

Page 6: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

Aurelius Teluma

2. Empirisme: Dari Aristoteles sampai David Hume

Empirisme merupakan lawan dari rasionalisme. Menurut empirisme, pengalaman inderawi (emperia)

merupakan sumber kebenaran. Pada umumnya, diakui bahwa filsuf Inggris John Locke (1632-

1704) merupakan tokoh utama dan pelopor dari aliran ini. Tetapi, sebenarnya, sejak benih aliran ini sudah ada sejak Aristoteles yang mengkritik rasionalisme Plato, gurunya.

Pemikir besar seperti Aristoteles tidak mutlak disebut penganut empirisme krn dia juga menemukan alur pemikiran deduktif dalam logika yg sangat rasional.

Menurut Aristoteles: ilmu diperoleh dari hasil pengamatan manusia atas kenyataan yg banyak dan berubah yang kemudian secara bertahap sampai pada kebenaran yang bersifat “universal”.

Page 7: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

Aurelius Teluma

Empirisme…

Francis Bacon (1561-1626) memperkenalkan cara kerja induksi untuk memperoleh ilmu. Menurut Bacon, akal budi bertolak dari pengamatan inderawi partikular untuk mendapatkan dan merumuskan pertanyaan yang berada dalam jangkauan pengamatan lalu secara bertahap menuju pernyataan2 yg lebih umum.

John Locke menulis bukunya Essay Concerning Human Understanding (1689) dg berdasar pada premis: semua pengetahuan berasal dari pengalaman. Karena itu, ia dianggap sbg tokoh empirisme era modern.

Locke menolak rasionalisme Plato lalu mengemukakan teorinya yg terkenal yaitu: tabula rasa: jiwa manusia tatkala dilahirkan kosong seperti kertas putih, dan setiap ide yg diperolehnya untuk mengisi kertas putih itu diperoleh melalui pengalaman inderawi.

David Hume (1711-1776), merupakan penganut empiris radikal, yg tidak saja mengakui superioritas pengalaman inderawi, tetapi juga menolak prinsip kausalitas yang diterangkan dg akal. Baginya, kausalitas dapat diterangkan melalui pengalaman.

Page 8: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

Aurelius Teluma

3. Positivisme Comte, Neopositivisme dan Perlawanan Karl Popper

Positivisme merupakan aliran filsafat yg dibangun oleh Auguste Comte (1798-1857). Intinya, positivisme ingin membersihkan ilmu dari spekulasi-spekulasi yg tidak dapat dibuktikan secara positif. Comte mau mengembangkan ilmu dg melakukan percobaan (eksperimen) terhadap bahan faktual yang terdapat dalam kenyataan empiris, bukan dg menyusun spekulasi rasional yg tidak dapat dibuktikan secara positif melalui eksperimen.

Bagi Comte, positivisme merupakan tahap akhir atau puncak dari perkembangan pemikiran manusia. Ia membagi tahap perkembangan pemikiran manusia menjadi: 1. tahap mistik-teologis; 2. tahap metafisika; 3. tahap positif.

Page 9: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

Aurelius Teluma

Neopostivisme

Positivisme Comte kemudian dikembangkan oleh para pemikir yg dikenal dg Lingkaran Wina yg didirikan tahun 1924. Anggota Lingkaran Wina: Moritz Schlick, Hans Hahn, Otto Newrath, Hans Reichenbach dan Victor Craft.

Pemikiran Lingkaran Wina dikenal dg sebutan neopositivisme/ positivisme logis/ empirisme logis.

Pokok-pokok pemikiran Lingkaran Wina: 1) Sumber pengetahuan adalah pengalaman tentang data-data

inderawi.2) Dalil-dalil matematika yg tidak dihasilkan melalui pengalaman, diakui

keberadaannya dan digunakan untuk mengolah data pengalaman inderawi.

3) Pernyataan-pernyataan dinyatakan bermakna jika terbuka untuk diverifikasi (dibuktikan benar secara empiris); pernyataan2 yg tidak dapat diverifikasi seperti etika, estetika dan metafisikan dinyatakan sbg pernyataan yg tidak bermakna.

4) Menolak pembedaan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial.5) Berupaya mempersatukan semua ilmu dalam satu bahasa ilmiah yg

universal.

Page 10: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

Aurelius Teluma

Perlawanan Karl Raimund Popper

Popper menentang pemikiran kelompok Wina. Bagi Popper, bermakna atau tidaknya suatu pernyataan tidak

ditentukan oleh verifikasi secara empiris. Popper lebih menekankan perbedaan antara pernyataan ilmiah dan tidak ilmiah, bukan bermakna dan tidak bermakna.

Hukum-hukum ilmiah dapat berlaku bukan dg cara pembenarannya secara verifikasi melainkan justru melalui falsifikasi atau dapat dibuktikan salah!

Artinya: jika kita telah menyusun hipotesis, yg harus dilakukan bukan mengumpulkan sebanyak mungkin data utk membenarkan hipotesis, melainkan mencari data utk membuktikan bahwa hipotesis itu salah. Jika hipotesis itu bertahan maka utk sementara diterima. Jika terbukti salah, maka ditinggalkan. Dg cara inilah ilmu dapat berkembang maju.

Contoh Popper: “Dengan observasi terhadap angsa putih, betapa pun besar jumlahnya, tidak dapat sampai pd kesimpulan bahwa semua angsa berwarna putih, tetapi cukup satu kali observasi terhadap seekor angsa hitam untuk menyangkal pendapat tadi.”

Page 11: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO

Aurelius Teluma

Kritisime Kant

Filsuf Jerman Immanuel Kant (1724-1804) dibesarkan dalam tradisi rasionalisme tetapi terbangun dari dogmatismenya berkat Hume (empiris). Kant menamakan pemikirannya sbg: kritisisme.

Bagi Kant, yg harus menjadi pusat perhatian adalah subyek yang mengetahui, bukan obyek yg diketahui (antidogmatisme).

Telaah pertama terhadap subyek yg mengetahui adalah: menyelidiki kemampuan dan batas rasio, sejauh mana klaimnya terhadap kebenaran dapat dipertanggungjawabkan.

Lalu; sintesis rasional-empiris: manusia mendapatkan berbagai kesan dari berbagai obyek dan peristiwa di sekitarnya, semuanya merupakan bahan mentah yg masuk dalam kesadaran manusia yg “diolah” secara aktif oleh subyek.

Pengetahuan selalu bersifat sintesis: merupakan hasil akhir yg diperoleh karena adanya kerja sama dua unsur yaitu bahan yg diperoleh dari pengalaman inderawi dan cara mengolah yg dilakukan oleh subyek dg rasionya.

Page 12: Tokoh & aliran dalam Filsafat ilmu Pengetahuan

LOGO