akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

115
AKUMULASI HIDROKARBON AROMATIK POLISIKLIK (PAH) DALAM KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA Oleh : Dina Augustine C64103031 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: boellovers

Post on 16-Apr-2015

169 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

AKUMULASI HIDROKARBON AROMATIK POLISIKLIK(PAH) DALAM KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DIPERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA

Oleh :

Dina AugustineC64103031

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008

Page 2: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

AKUMULASI HIDROKARBON AROMATIK POLISIKLIK (PAH)DALAM KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMALMUARA, TELUK JAKARTA

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yangberasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan daripenulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Skripsi ini.

Bogor, 2008

Dina AugustineC64103031

Page 3: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

RINGKASAN

DINA AUGUSTINE. Akumulasi Hidrokarbon Aromatik Polisiklik (PAH)dalam kerang hijau (Perna viridis L.) di perairan Kamal Muara, TelukJakarta. Dibimbing oleh TRI PRARTONO dan HARPASIS SLAMETSANUSI

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis-jenis senyawa PAH yangterakumulasi dalam tubuh organisme kerang hijau di perairan Teluk Jakarta danketerkaitannya dengan kualitas air laut di perairan tersebut. Hal ini didasarkanpada kenyataan akan informasi PAH yang masih terbatas di wilayah penelitian(Kamal Muara) sebagai salah satu wilayah dimana limbah industri mengalir dantempat kegiatan pembesaran kerang hijau (Perna viridis).

Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2007 dan terbagimenjadi 2 bagian yakni pengambilan contoh biota dan air laut serta analisislaboratorium. Pengambilan contoh biota dilakukan sebanyak 5 kali yang dibagimenjadi 4 selang ukuran (1,0-1,5; 2,5-3,0; 4,0-4,5 dan 5,5-6,0 cm) dalam selangwaktu 2 minggu dan pengambilan contoh air laut dilakukan sebanyak 3 kali setiap4 minggu sekali di daerah budidaya kerang hijau tepatnya di Kamal Muara,Perairan Teluk Jakarta. Analisis contoh dilakukan selama bulan Juli sampaiAgustus di Laboratorium Lingkungan dan Gas Chromatography (GC), BidangProses, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi”Lemigas”, Jakarta Selatan. Dalam penelitian, beberapa parameter fisika dankimia pendukung diukur seperti salinitas, pH dan Total padatan tersuspensi (TSS).Metode yang digunakan untuk preparasi contoh air laut dan kerang hijau adalahEnvironmental Protection Agency atau EPA nomor 3510c untuk air laut, nomor3540 untuk kerang hijau dan nomor 8270d untuk analisis PAH denganKromatografi Gas Detektor Spektrofotometri Massa (GC-MS) dalam air laut dankerang hijau.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi total 7 senyawa PAH dalamair laut berkisar antara 0,0213 - 1,1551 ρg L-1 di Stasiun 1 dengan rerata 0,5964ρg L-1 dan 0,0181 - 1,2456 ρg L-1 dengan rerata 0,6733 ρg L-1 di Stasiun 2 yangterdiri atas 7 senyawa yaitu napthalen, 1-metil naphthalen, asenaphthen, fluoren,fluoranthen, anthrasen dan pyren dengan komposisi senyawa terbesar adalahsenyawa Naphtalen dan terkecil adalah Asenapthen. Kisaran nilai konsentrasi total7 senyawa PAH dalam kerang hijau dengan 4 ukuran yang berbeda adalah antara23,2507 - 283,7465 µg g-1 berat basah dengan ukuran panjang tubuh 1,0 -1,5 cmbernilai rerata 167,2533 µg g-1 berat basah, panjang tubuh 2,5 -3,0 cm bernilairerata 74,4825 µg g-1 berat basah, panjang tubuh 4,0 - 4,5 cm bernilai rerata76,5068 µg g-1 berat basah dan panjang tubuh 5,5 - 6,0 cm bernilai rerata 72,9256µg g-1 berat basah di Stasiun 1 dan 13,5232 - 134,4152 µg g-1 berat basah denganpanjang tubuh 1,0 -1,5 bernilai rerata 73,0002 µg g-1 berat basah, panjang tubuh2,5 -3,0 cm berkisar bernilai rerata 56,8697 µg g-1 berat basah, panjang tubuh 4,0 -4,5 cm bernilai rerata 134,4152 µg g-1 berat basah dan panjang tubuh 5,5 - 6,0 cmbernilai rerata 76,0554 µg g-1 berat basah di Stasiun 2. Nilai PAH dalam keranghijau menunjukkan kecenderungan meningkat dengan meningkatnya ukuranpanjang tubuh kerang.

Page 4: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

AKUMULASI HIDROKARBON AROMATIK POLISIKLIK(PAH) DALAM KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DIPERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Perikanan pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

Oleh :

Dina AugustineC64103031

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008

Page 5: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Judul Skripsi : AKUMULASI HIDROKARBON AROMATIKPOLISIKLIK (PAH) DALAM KERANG HIJAU(Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMALMUARA, TELUK JAKARTA

Nama Mahasiswa : Dina AugustineNomor Pokok : C64103031

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc Prof. Dr. Ir. Harpasis S. Sanusi, M.ScNIP. 131 578 849 NIP. 130 536 669

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indrajaya, M.ScNIP. 131 578 799

Tanggal Lulus: 25 Juni 2008

Page 6: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat, rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”Akumulasi Hidrokarbon Aromatik

Polisiklik (PAH) dalam Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Perairan Kamal

Muara, Teluk Jakarta.”

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

selama belajar di Program Studi Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi

Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Dalam penyusunan skripsi

ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Harpasis S. Sanusi, M.Sc selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan saran, masukan serta bimbingan

spiritual selama proses penelitian dan penulisan.

2. Dr.Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc selaku dosen penguji tamu dan Dr.Ir. Jonson

Lumban Gaol, M.Si selaku komisi pendidikan yang telah memberi banyak

masukan dan saran kepada penulis untuk menjadikan skripsi ini lebih baik.

3. Dra. Roza Adriany, M.Si dan Staf Laboratorium Kromatografi PPTMGB

Lemigas selaku pembimbing lapang yang telah memberikan bimbingan dan

arahan selama proses penelitian.

4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materi yang

tak ternilai harganya dan teman-teman seperjuangan ITK 40 yang telah

memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.

Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua

pihak untuk kesempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.

Bogor, September 2008

Dina Augustine

Page 7: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL .................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii

1. PENDAHULUAN ................................................................................ 11.1 Latar belakang .............................................................................. 11.2 Tujuan ........................................................................................... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 32.1 Kerang hijau (Perna viridis L.) .................................................... 3

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi kerang hijau (Perna viridis L.) ... 32.1.2 Habitat dan distribusi kerang hijau (Perna viridis L.) ........ 42.1.3 Faktor lingkungan yang mempengaruhi ............................. 6

2.2 Pencemaran laut oleh senyawa PAH ........................................... 62.2.1 Sumber PAH ....................................................................... 62.2.2 Karakteristik PAH .............................................................. 72.2.3 Distribusi PAH ..................................................................... 102.2.4 Toksisitas senyawa PAH ...................................................... 12

3. BAHAN DAN METODE..................................................................... 133.1 Waktu dan tempat ........................................................................ 133.2 Kondisi lokasi penelitian .............................................................. 133.3 Bahan dan alat .............................................................................. 153.4 Pengumpulan data ........................................................................ 15

3.4.1 Penentuan lokasi pengambilan contoh ............................... 153.4.2 Teknik pengambilan contoh ............................................... 153.4.3 Analisis parameter pendukung ............................................ 173.4.4 Analisis PAH ....................................................................... 17

3.5 Analisis data ................................................................................... 203.5.1 Metode grafik ..................................................................... 203.5.2 Metode analisis PAH............................................................ 20

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 214.1 Hasil .............................................................................................. 21

4.1.1 Parameter fisika dan kimia................................................... 214.1.2 Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH)........................... 244.1.3 Faktor biokonsentrasi PAH.................................................. 40

4.2 Pembahasan.................................................................................... 42

Page 8: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 495.1 Kesimpulan .................................................................................... 495.2 Saran............................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 51

LAMPIRAN.............................................................................................. 54

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. 101

Page 9: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

DAFTAR TABELHalaman

1. Konsentrasi PAH dalam air, biota dan sedimen..................................... 11

2. Parameter pendukung yang akan dianalisis ........................................... 17

3. Konsentrasi total senyawa PAH dalam ρg L-1 dalam air laut perstasiun di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ................................... 26

4. Konsentrasi total senyawa PAH dalam µg g-1 berat basah padakerang hijau per stasiun di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ........ 31

5. Faktor biokonsentrasi PAH di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ... 41

Page 10: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Senyawa PAH dengan berat molekul rendah (Σcincin < 4 buah)dan tinggi (Σcincin ≥ 4 buah) .......................................................... 8

2. Peta lokasi penelitian dan letak stasiun pengambilan contohdi perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ......................................... 14

3. Nilai rerata dan kisaran salinitas di perairan Kamal Muara,Teluk Jakarta (a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2......................................... 21

4. Nilai rerata dan kisaran pH di perairan Kamal Muara,Teluk Jakarta (a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2 ......................................... 23

5. Nilai rerata dan kisaran TSS di perairan Kamal Muara,Teluk Jakarta (a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2.......................................... 24

6. Diagram cakram komposisi PAH rerata di perairan Kamal Muara,Teluk Jakarta (a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2 ......................................... 25

7. Diagram batang konsentrasi PAH (ρg L-1) dalam contoh air lautmenurut waktu pengambilan di Stasiun 1 (a) dan Stasiun 2 (b)...... 26

8. Diagram batang komposisi senyawa PAH rerata dalamkerang hijau di Stasiun 1 (a) dan 2 (b) perairan Kamal Muara,Teluk Jakarta ................................................................................... 29

9. Contoh kromatogram total ion 7 senyawa PAH dalam keranghijau di Stasiun 1 (ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 1) .................. 30

10. Diagram batang komposisi PAH dalam 4 ukuran tubuh keranghijau (Perna viridis) pada 2 waktu pengambilan di Stasiun 1...... 32

11. Diagram batang komposisi PAH dalam 4 ukuran panjang tubuhkerang hijau (Perna viridis) pada 3 waktu pengambilandi Stasiun 2.................................................................................... 33

12. Diagram batang komposisi PAH dalam 4 ukuran panjang tubuhkerang hijau (Perna viridis) pada 2 waktu pengambilandi Stasiun 2.................................................................................... 34

Page 11: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

13. Diagram batang komposisi PAH dalam 4 ukuran panjang tubuhkerang hijau (Perna viridis) pada 3 waktu pengambilandi Stasiun 2.................................................................................... 35

14. Grafik sebaran berat tubuh dengan panjang tubuh kerang hijau(Perna viridis) di Stasiun 1 (a) dan Stasiun 2 (b) ........................ 38

15. Grafik sebaran konsentrasi PAH kerang hijau(Perna viridis) menurut 4 kisaran panjang tubuh di Stasiun 1 (a)dan Stasiun 2 (b). .......................................................................... 39

16. Grafik sebaran kandungan PAH (µg) di tiap berat individukerang hijau (Perna viridis) (a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2 ............... 43

17. Grafik sebaran konsentrasi PAH dalam berat tubuh kerang hijau(Perna viridis) (a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2 .................................... 45

18. Grafik hubungan salinitas perairan Kamal Muara dan konsentrasiPAH dalam air laut di Stasiun 1 (kiri) dan 2 (kanan) ................... 47

19. Grafik hubungan TSS perairan Kamal Muara dan konsentrasiPAH dalam air laut di Stasiun 1 (kiri) dan 2 (kanan) ................... 48

Page 12: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data parameter fisik dan kimia air laut di perairan Kamal Muara,Teluk Jakarta.................................................................................. 54

2. Hasil perhitungan konsentrasi PAH (µg L-1) dalam air ................. 54

3. Hasil perhitungan konsentrasi PAH (µg g-1) dalam kerang hijau .. 56

4. Data berat tubuh dan konsentrasi total 7 senyawa PAH padakerang hijau di Stasiun 1................................................................ 63

5. Data berat tubuh dan konsentrasi total 7 senyawa PAH padakerang hijau di Stasiun 2................................................................ 66

6. Prosedur analisis PAH pada air dan biota...................................... 70

7. Prosedur analisis TSS ................................................................... 71

8. Kromatografi.................................................................................. 72

9. Kromatogram ion total 7 senyawa PAH dalam contoh air laut ..... 76

10. Kromatogram ion total 7 senyawa PAH dalam contohkerang hijau.................................................................................. 79

11. Foto lokasi penelitian ................................................................... 99

12. Gambar alat laboratorium ............................................................ 100

Page 13: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keberadaan suatu organisme pada suatu perairan dapat mengindikasikan

kualitas perairan. Salah satu organisme yang umum digunakan sebagai indikator

adalah organisme dasar seperti kerang hijau (Perna viridis). Kerang hijau ini

banyak ditemukan di perairan Teluk Jakarta yang menjadi salah satu daerah

budidaya kerang hijau yang berhasil, selain di daerah Teluk Banten (Djamali,

1982). Pemanfaatan kerang hijau sudah dilakukan sejak tahun 1985 khususnya

Kamal Muara, Teluk Jakarta dengan jumlah produksi sebesar 5680 ton kerang

hijau per hari. Pertumbuhan kerang hijau tersebut relatif cepat dan hal ini

mengindikasikan wilayah perairan sangat cocok untuk kehidupan kerang hijau.

Kerang hijau merupakan organisme yang hidupnya menetap (sesil) dan

memiliki cara makan dengan sistem filter feeder yakni menyaring semua makanan

yang masuk kedalam mulutnya. Hal ini memungkinkan kerang hijau dapat

tumbuh dan berkembang dengan cepat di daerah bertekanan ekologis yang tinggi

karena tingginya masukan bahan pencemar dari laut dan darat seperti buangan

limbah industri dan buangan kapal penangkapan ikan. Intensitas tekanan ekologis

telah mengakibatkan perairan Teluk Jakarta menjadi kritis dari masalah

pencemaran laut (Kantor Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1989). Salah

satu senyawa pencemar yang terkandung dalam limbah tersebut adalah

polihidrokarbon aromatis (PAH).

Page 14: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

PAH merupakan senyawa yang dapat dihasilkan dari pembakaran yang tak

sempurna (pirogenik) ataupun dari kegiatan perminyakan (petrogenik) dan harus

mendapat perhatian karena bersifat karsinogen. Senyawa PAH dapat

terakumulasi dalam tubuh kerang hijau karena rendahnya kemampuan sistem

metabolisme terhadap senyawa organik yang masuk ke dalam tubuhnya

(Mortimer, 2005).

Penelitian tentang senyawa organik PAH sudah banyak dilakukan terkait

dengan sifat persistensinya di perairan. Namun demikian, informasi penelitian

yang berkaitan dengan keberadaan PAH dalam organisme lain di Teluk Jakarta,

khususnya kerang hijau masih terbatas. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi tambahan tentang pencemaran organik perairan Teluk

Jakarta, terutama senyawa polihidrokarbon aromatis (PAH).

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menduga kandungan jenis-jenis senyawa PAH

dalam air laut dan tubuh organisme kerang hijau di perairan Teluk Jakarta dan

keterkaitannya dengan kualitas air laut di perairan tersebut.

Page 15: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerang hijau (Perna viridis L.)

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi kerang hijau (Perna viridis L.)

Menurut Vakily (1989), kerang hijau (Perna viridis L.) diklasifikasikan

sebagai berikut :

Filum : Molusca

Kelas : Bivalvia

Sub Kelas : Lamellibranchiata

Ordo : Anisomyria

Famili : Mytilidae

Sub Famili : Mytilinae

Genus : Perna L.

Spesies : Perna viridis L.

Kerang hijau merupakan hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) yang

bertubuh lunak (mollusca), mempunyai dua cangkang (bivalvia) yang simetris

satu sama lain dan berkaki kecil yang berbentuk kampak. Kerang hijau juga

memiliki insang yang berlapis-lapis yang seluruhnya dihubungkan dengan silia

(lamellibranchiata). Kerang hijau umumnya hidup di laut dengan cara menempel

pada substrat yang keras menggunakan byssus.

Secara morfologi, anggota famili Mytilidae mempunyai cangkang yang tipis,

keduanya simetris dan umbonya melengkung ke depan. Persendiannya halus

dengan beberapa gigi yang sangat kecil. Perna dicirikan dengan bentuk yang

Page 16: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

agak pipih, cangkang padat, dan mempunyai umbo pada tepi vertikal. Tipe alur

cangkangnya konsentrik, bersinar, berwarna hijau, dan kadang-kadang tepinya

berwarna kebiruan. Kedua cangkangnya berukuran sama meskipun salah satu

cangkang agak sedikit lebih cembung daripada yang lainnya.

Perna juga dicirikan hanya dengan satu atau dua gigi yang berkembang pada

gigi hinge dan hilangnya otot aduktor interior. Pada jenis ini di cangkang bagian

kiri terdapat dua gigi kecil dan tumbuh satu gigi besar di sebelah kanan. Bagian

interior cangkang keperak-perakan dan berkilau, bekas tempat otot terlihat sangat

jelas. Otot aduktor anteriornya menghilang, sedangkan otot aduktor posteriornya

menipis dan memanjang terletak pada pertengahan bagian posterior. Pada Perna

viridis, tepi mantel berwarna hijau kekuningan, tidak memiliki tentakel dan

papillae.

2.1.2 Habitat dan distribusi kerang hijau (Perna viridis L.)

Habitat alami dari biota ini adalah di daerah litoral dan sublitoral hingga

kedalaman 15 m yang kaya akan plankton dan kandungan organik. Kerang hijau

umumnya hidup menempel pada dasar (substrat) yang keras seperti kayu, bambu,

batu, bangunan beton, dan lumpur keras dengan bantuan byssus (serabut

penempel). Kerang hijau dapat hidup subur di muara-muara sungai dan hutan-

hutan bakau di Indonesia dengan kondisi dasar perairan lumpur berpasir,

pergerakan air dan cahaya cukup serta kadar garam tidak terlalu tinggi (Kastoro,

1988). Untuk jenis P.viridis dapat ditemukan di daerah pesisir berbatu, di mulut

estuari atau sungai dengan salinitas yang hampir sama dengan laut. Selain itu,

kerang hijau juga hidup di daerah yang memiliki kandungan sedimen

tersuspensinya rendah dengan pergerakan arus yang nyata (Bayne, 1976).

Page 17: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Kelimpahan kerang ini besar sekali di daerah intertidal dan subtidal, menempel

secara bergerombol pada batu-batu karang, tanggul-tanggul pelabuhan dan

tonggak-tonggak penangkapan (Cheong dan Chein, 1980).

Dalam penyebarannya, kerang hijau dapat ditemukan di hampir seluruh Benua

Asia, karena hewan tersebut termasuk spesies spesifik Benua tersebut. Kerang

hijau dapat ditemukan di sepanjang wilayah Indo Pasifik, kemudian ke bagian

utara hingga Hongkong, Cina, Selatan Jepang, perairan India, Semenanjung

Malaysia, Singapura, Laut Cina Selatan, Thailand, Philipina, Indonesia sampai

New Guinea (Vakily, 1989).

Kondisi perairan yang cocok untuk kehidupan kerang hijau adalah perairan

dekat estuaria yang subur dan pantai dengan dasar berlumpur. Habitatnya

memiliki kisaran suhu antara 23-34 °C, salinitas 27-34‰, pH 6-8, kecerahan 2,6-

4,0 m dan kedalaman sampai 20 m. Pertumbuhan yang maksimal berada pada

perairan dengan salinitas 27-35‰, suhu 26-32 °C, pH 6,2-8,2 dan kandungan

oksigen (DO) 6 mg/l (Sivalingam, 1977). Menurut Menzel (1990) P.viridis

mampu mentolerir salinitas hingga mencapai 16‰. Pada salinitas ini ditemukan

bahwa P.viridis mengalami penurunan aktivitas pembentukan byssus. Kisaran

salinitas bagi P.viridis 20,7‰ sampai 45,6‰. Salinitas optimum bagi aktivitas

dan ekskresi benang byssus dari 20,7‰ sampai 35,4‰ (Walker, 1982 in Vakily,

1989). Menurut Sivalingam (1977) P.viridis lebih tahan lama terhadap perubahan

kadar garam, suhu, dan pH dibandingkan dengan Mytilus edulis.

Selain suhu dan salinitas yang menjadi pembatas kehidupan kerang hijau

dalam suatu perairan, kedalaman dan arus juga memegang peranan penting.

Kedalaman berhubungan langsung dengan penetrasi cahaya dan penetrasi cahaya

Page 18: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

berpengaruh terhadap ketersediaan makanan dan penempelan larva (Vakily,

1989). Dan menurut Bayne (1976) kecepatan arus adalah salah satu faktor yang

harus diperhitungkan karena berhubungan dengan penyebaran makanan dan

bentuk substrat.

Kelas Bivalvia telah banyak digunakan oleh ahli ekologi dalam menganalisis

pencemaran air. Hal ini disebabkan sifatnya yang menetap dan cara makannya

yang pada umumnya bersifat filter feeder, sehingga memiliki kemampuan untuk

mengakumulasi bahan-bahan polutan. Apabila keadaan di sekitarnya tidak cocok

untuk hidupnya, kerang hijau akan melepaskan byssusnya, kemudian

mengeluarkan gelembung dan terapung terbawa oleh arus. Jika ia mendapat

tempat yang cocok, maka ia akan kembali menempel (Robert, 1976).

2.2 Pencemaran laut oleh senyawa PAH

2.2.1 Sumber PAH

PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbons) merupakan salah satu bahan

polutan yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil yang tidak terbakar secara

sempurna dan biasanya menghasilkan ikatan aromatik dari hidrokarbon (Killops

dan Killops, 1993). Menurut Neff (1979) PAH merupakan salah satu bagian yang

signifikan dari bahan kimia pencemar yang meningkat. PAH biasanya terdiri dari

dua atau lebih cincin aromatik (benzen).

PAH yang terdapat di lingkungan perairan dapat bersumber dari alam dan

kegiatan manusia (antropogenik). Sumber PAH yang berasal dari alam biasanya

disebabkan oleh adanya proses pyrolisis materi organik yang menghasilkan

temperatur tinggi, adanya temperatur rendah ke moderat dari diagenesis

sedimentasi materi organik dan biosintesis secara langsung yang dilakukan

Page 19: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

mikroba dan tumbuhan. Ketiga sumber tersebut menghasilkan PAH sehingga

ikatan-ikatan kompleks yang ada dalam senyawa tersebut dipecahkan lagi menjadi

ikatan sederhana. Dengan sumber PAH yang dihasilkan karena adanya kegiatan

manusia yang terus bertambah, maka PAH menjadi mudah terbentuk dan

ikatannya semakin sulit disederhanakan (Neff, 1979).

Kegiatan manusia yang menghasilkan PAH biasanya bersifat industri dan

bahan bakar. Sumber-sumbernya antara lain : persiapan asetilen dari gas alam;

pyrolisis dari kerosin untuk membuat larutan benzen, toluen dan pelarut organik

lainnya; pyrolisis kayu untuk membentuk karbon hitam, charcoal dan tar kayu;

pabrik alumunium elektrolitik yang menggunakan elektroda grafit; produksi soda;

produksi gas dari petrolum; gasifikasi batubara; produksi alkohol sintetik; dan

operasi penyaringan minyak (Andelman dan Snodgrass, 1972 in Neff, 1979).

Kegiatan antropogenik di atas dapat menjangkau lingkungan perairan melalui

buangan industri dan domestik, masukan dari daratan, deposisi partikulat udara,

dan tumpahan petrolum serta produknya ke badan air.

PAH juga bisa berasal dari bahan bakar fosil yang akhir-akhir ini semakin

banyak digunakan di kota-kota besar. Untuk PAH yang terdeteksi di dalam

jaringan tubuh kerang, biasanya berasal dari pembakaran dan sumber kimia

petrolum, terutama jika kerang tersebut berada pada habitat dimana terdapat

proses penyaringan minyak atau area yang digunakan sebagai pelabuhan kapal

(Mortimer, 2005).

2.2.2 Karakteristik PAH

PAH dapat terbentuk selama temperatur lingkungannya tinggi minimal 700

°C. Pyrolisis dari bahan organik pada temperatur serendah 100-150 °C bisa

Page 20: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

menyebabkan produksi PAH (Blumer, 1976 in Neff, 1979). PAH bisa

terdegradasi dalam lingkungan perairan melalui proses fotooksidasi, oksidasi

kimia, dan transformasi biologis oleh bakteri, jamur dan hewan akuatik. PAH

mampu bertahan secara tak menentu pada basin air yang miskin oksigen atau

sedimen anoxic. PAH yang mengalami degradasi dengan proses fotooksidasi

lebih sering didapati dengan adanya bantuan oksigen. PAH juga dapat

terdegradasi secara anaerobik dengan bantuan reduksi dari sulfat dalam perairan.

Karakter reaksi kimia yang terdapat pada hidrokarbon aromatik ada 3 tipe yakni

substitusi elektrofilik, oksidasi dan reduksi.

Karakter fisik dan kimia PAH bervariasi dalam mode reguler lebih atau

kurang dengan berat molekulnya. Konsistensi tiap senyawa PAH dalam peristiwa

oksidasi dan reduksi cenderung berkurang seiring dengan bertambahnya berat

molekul. Tekanan uap dan kelarutan dalam air berkurang secara logaritmik

dengan bertambahnya berat molekul. Dalam Neff (1979) disebutkan bahwa

Naftalen (C10H8) yang terdiri dari 2 cincin aromatik adalah pemilik berat molekul

terendah. Selain Naftalen, ada beberapa jenis lainnya yang memiliki berat

molekul yang rendah yakni fluorene, phenanthrene dan anthracene (Gambar 1)

PAH yang berat molekulnya rendah bersifat toksik secara akut terhadap

organisme perairan, dibandingkan dengan yang memiliki berat molekul lebih

tinggi. Selain itu, PAH dengan berat molekul yang rendah dapat terdegradasi

dengan cara evaporasi dan aktivitas mikroba. Sedangkan berat molekul yang

tinggi umumnya terdegradasi oleh sedimentasi dan fotooksidasi. Penyebab relatif

dari berbagai proses degradasi pada PAH adalah karakter dari masing-masing

senyawa PAH.

Page 21: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Gambar 1. Senyawa PAH dengan berat molekul rendah (Σcincin < 4 buah) dantinggi (Σcincin ≥ 4 buah) (Lundstedt, 2003)

PAH dalam lingkungan air diperkirakan lebih sensitif terhadap fotooksidasi

dibandingkan PAH di udara. Dengan demikian, PAH akan lebih persisten di

dalam air dibandingkan di udara. PAH yang masuk ke dalam perairan dari

berbagai sumber akan diserap menjadi bahan partikulat organik dan inorganik.

PAH dalam bentuk partikulat lebih banyak terdeposit ke dalam sedimen dasar.

Kemudian dengan mudahnya PAH diakumulasikan oleh biota akuatik ke level

lebih tinggi dari medium yang sebelumnya. PAH yang terdegradasi dalam tubuh

organisme akuatik disebut dengan biotransformasi. Karena PAH tidak dapat

dimetabolisme oleh organisme akuatik, maka PAH hanya dapat diakumulasi dan

dilepaskan secara pasif oleh jenis-jenis hewan tertentu seperti Kelas Bivalvia,

khususnya kerang hijau. PAH mengalami removal dari lingkungan akuatik

dengan rute sebagai berikut : fotooksidasi, oksidasi kimia, metabolisme mikrobial

dan metabolisme metazoa yang lebih tinggi (Neff, 1979).

Naftalen Asenaften Fluoren Phenantren Anthrasen

Phenanthrilen Dibenzofuran 1-metil Anthrasen

Piren Fluoranthen Benzo(a)anthrasen Chrysen Benzo(k)fluoranthen

Page 22: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

2.2.3 Distribusi PAH

PAH menyebar ke bagian kolom, sedimen dan biota yang ada di sekitar di

lingkungan perairan. PAH dalam kolom air terdistribusi dalam bentuk terlarut

dan partikel. Dalam hal ini, temperatur sangat berpengaruh terhadap kelarutan

PAH dalam air. PAH dapat dilarutkan dengan peleburan menjadi micelles.

Micelles dibentuk dari agregat surfaktan, masing-masing memiliki rantai

hidrokarbon hidrofobik dan sekelompok hidrofilik yang dapat terionisasi

(Elsworthy et al., 1968 in Neff, 1979). PAH yang terdistribusi dalam bentuk

partikel mengalami adsorpsi dan terkonsentrasi ke dalam beberapa jenis substrat

seperti karbon aktif, material kapur, silika, partikel tanah, kaca dan partikel

organik lain (Andelman dan Suess, 1970; Herbes, 1977; May et al.,1978a in Neff,

1979).

Distribusi PAH di sedimen mengalami proses sedimentasi dan memiliki nilai

konsentrasi yang cukup besar terutama dalam senyawa BaP (benzo-a-pyrene).

Partikel organik yang terserap ke kolom air membawa PAH di dalamnya. Saat

terdeposisi ke dalam sedimen, maka PAH akan sangat sulit untuk mengalami

fotokimia atau oksidasi biologis, terutama pada kondisi sedimen anoxic (miskin

oksigen) sehingga endapan PAH cenderung lebih persisten dan dapat diakumulasi

menjadi nilai konsentrasi yang besar.

Untuk distribusi PAH dalam organisme akuatik, biasanya PAH terkonsentrasi

di bagian jaringan tubuh organisme tersebut. Senyawa PAH yang sering

ditemukan di dalam jaringan tubuh hewan akuatik adalah BaP (benzo-a-pyrene).

Dan organisme yang mudah mengakumulasi PAH dalam jumlah banyak pada

umumnya dari Kelas Bivalvia, khususnya Mytilus edulis dan Ostrea. Jenis

Page 23: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

organisme tersebut bisa dijadikan bioindikator untuk memonitor polusi dalam

lingkungan perairan (Neff, 1979).

Menurut Neff (1979) jika diurutkan dari konsentrasi PAH tertinggi sampai

terendah, maka urutannya adalah sedimen, organisme dan terakhir kolom

perairan. Hal ini disebabkan karena PAH lebih banyak terdeposisi dari kolom air

ke sedimen dasar perairan baik dalam bentuk partikel ataupun terlarut. Nilai

konsentrasi yang didapat dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

para peneliti PAH dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Konsentrasi PAH dalam air, biota dan sedimen

No. Lokasi

Konsentrasi (ppb)Sumber

Air SedimenBiota

(Mussels)1. Pelabuhan Boston - - 1100 O’Connor (1998)2. Thermoikos Gulf,

Yunani- 2679,2 2619,1

Catsiki et al. (2003)

3. Teluk Summer,Alaska

- - 57Helton et al. (2004)

4. Catalonia,Spanyol

- - 22,4 Llobet et al. (2006)

5. Laut Baltik 0,447 - -

Azevedo et al. (2004)

6. SungaiSeine,Prancis

20 - -

7. Teluk XiamenBarat, China

525,5 - -

8. Teluk Daya,China

16776,5 - -

9. Teluk Trinity,Texas

10,50 34200 - Armstrong et al.(1977) in Neff (1979)

10. Teluk Biscay,Atlantik

- - 29,76ICES Advice (2007)

11. Carboneros, Chili - 151,045 -Fleming et al. (2004)12. Puerto Claro,

Chili- 259,28 -

13. Shetland,Skotlandia

- 253,035 140,077

Webster et al. (2002)14. Orkney,

Skotlandia- 24,481 2,763

Page 24: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

2.2.4 Toksisitas senyawa PAH

PAH termasuk senyawa organik yang dapat melakukan aktivitas pencemaran

di lingkungan laut, bahkan sampai menghasilkan toksisitas. Faktor-faktor yang

mempengaruhi toksisitas PAH diantaranya adalah karakteristik senyawa PAH,

kadar PAH, jenis biota laut, aktivitas mikroba dan lamanya pemaparan (Sanusi,

2006). Menurut karakteristik senyawa PAH, toksisitasnya dapat dibagi menjadi 2

yaitu :

1. Senyawa PAH jumlah karbon rendah (C8-C14) memberikan toksisitas akut

terhadap biota laut. Hal ini dikarenakan kelarutan dari senyawa tersebut

tinggi.

2. Senyawa PAH jumlah karbon tinggi (>C14) memberikan toksisitas kronis

terhadap biota laut. Hal ini dikarenakan kelarutan dari senyawa tersebut

rendah.

Efek kronis yang dapat ditimbulkan diantaranya adalah :

a. Meningkatkan permeabilitas sel tubuh, menimbulkan gangguan terhadap

osmosis dalam pertukaran ion sel

b. Akumulasi secara biologik

c. Mengganggu perkembangan stadia embrio dan larva biota laut

d. Menghambat kemampuan makan

e. Mengganggu sistem reproduksi organisme air

Efek toksik PAH pada biota laut tersebut bersifat lokal dan sementara dan

tidak berdampak nyata dalam jangka panjang. Selain itu, efeknya juga dapat pulih

kembali (reversible). Pada manusia, pencemaran organik jenis PAH juga belum

terbukti memberikan pengaruh pada kesehatannya (Sanusi, 2006).

Page 25: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2007 dan terbagi

menjadi 2 bagian yakni pengambilan contoh biota dan air laut serta analisis

laboratorium. Pada bulan Mei sampai Juni, pengambilan contoh biota dilakukan

sebanyak 5 kali dalam selang waktu 2 minggu dan pengambilan contoh air laut

dilakukan sebanyak 3 kali setiap 4 minggu sekali. Lokasi pengambilan contoh

biota dan air dilakukan di daerah budidaya kerang hijau tepatnya di Kamal Muara,

Perairan Teluk Jakarta, Jakarta Utara (Gambar 2). Analisis contoh dilakukan di

Laboratorium Lingkungan dan Gas Chromatography (GC), Bidang Proses, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi ”Lemigas”,

Jakarta Selatan selama bulan Juli sampai Agustus.

3.2 Kondisi lokasi penelitian

Perairan Kamal Muara terletak di Teluk Jakarta, Jakarta Utara. Perairan ini

merupakan daerah penghasil budidaya terbesar di Indonesia selain Teluk Banten

(Akbar, 2002). Lokasi penelitian terletak tidak jauh dari area pelelangan dan

penjualan ikan serta hasil laut yang lain. Area budidaya kerang hijau yang

dikembangkan sejak tahun 1985 ini sudah mencapai jumlah lebih dari 100 tempat

penanaman bibit yang berjarak 2-10 km dari pantai dan kedalaman perairan

kurang lebih 10 m. Produksinya sendiri menghasilkan sekitar 5680 ton per hari

dan diekspor sebanyak 20 ton dalam satu bulan ke negara-negara tetangga

(Ningtyas, 2002). Luas area bagan yang dibuat memiliki ukuran yang bervariasi

dari ukuran 25 m2 sampai 40 m2.

Page 26: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Gam

bar

2.P

eta

lokas

ip

enel

itia

ndan

leta

kst

asiu

npen

gam

bil

anco

nto

hdi

Per

aira

nK

amal

Muar

a,T

eluk

Jakar

ta

Page 27: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Secara visual perairan di bagian pantai sangat kotor karena dipenuhi oleh sampah

hasil pelelangan ikan dan hasil laut lain ataupun dari masyarakat sekitar. Ke arah

laut, sampah semakin berkurang dan menjadi lokasi bagan penanaman bibit

kerang hijau.

3.3 Bahan dan alat

Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian adalah contoh kerang dengan

kisaran ukuran 1,0-1,5 cm; 2,5-3,0 cm; 4,0-4,5 cm; 5,5-6,0 cm dan contoh air, es

gel, diklorometan, n-hexan, silika gel dan larutan standar PAH. Peralatan yang

digunakan adalah kotak pendingin, water sampler Van Dorn, SCTmeter, kertas

lakmus, waterbath, oven, tempat contoh dari bahan gelas, kondensor, tabung

soklet, rotavapor, desikator, kolom kromatografi, kromatografi gas (GC-MS).

3.4 Pengumpulan data

3.4.1 Penentuan lokasi pengambilan contoh

Stasiun pengambilan contoh berjumlah sebanyak 2 stasiun. Stasiun 1 berada

pada posisi 6º4’44,28’’ BT dan 106º44’36,6’’ LS dan Stasiun 2 berada pada posisi

6º4’23,34’’ BT dan 106º44’18,7’’ LS. Kedua stasiun ditentukan berdasarkan

dengan keterwakilan lokasi yang dekat dan jauh dari area budidaya.

3.4.2 Teknik pengambilan contoh

3.4.2.1 Tahap pra pengambilan contoh

Penanganan contoh dari lapangan ke laboratorium dilakukan dalam 3 tahap.

Tahap pertama adalah pembersihan alat-alat sebelum sampling dilakukan. Pada

tahap pembersihan alat-alat, peralatan gelas seperti botol-botol kaca 2 L direndam

dan dicuci dengan air sabun teepol lalu dibilas dengan akuades, setelah itu

Page 28: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

dikeringkan dalam oven bersuhu 100 °C. Untuk alat tempat menyimpan contoh

biota kerang hijau, dapat digunakan kertas allumunium foil yang sudah

dibersihkan dengan larutan metanol 50% agar kertas bebas dari kontaminan atau

steril.

3.4.2.2 Tahap pengambilan contoh

Contoh yang diambil di setiap stasiun adalah biota dengan empat ukuran

panjang tubuh yang berbeda dan air laut. Ukuran contoh kerang hijau yang

diambil pada kedalaman antara 6-7 m dimana terdapat variasi ukuran yang

diperlukan dalam penelitian yaitu kisaran 1,0-1,5 cm; 2,5-3,0 cm; 4,0-4,5 cm dan

5,5-6,0 cm. Pengambilan contoh biota dilakukan sebanyak 5 kali secara acak

sederhana pada setiap stasiun dengan interval waktu 2 minggu sekali. Seluruh

contoh dibungkus dengan allumunium foil untuk mencegah kontaminasi dari luar

dan diberikan label bertuliskan kisaran ukuran dan stasiun.

Contoh air laut diambil sebanyak 3 kali dengan interval waktu 4 minggu

menggunakan water sampler dari bahan gelas pada kedalaman kurang lebih 5 m.

Kedalaman ini ditentukan dengan dasar bahwa bagian ini berada antara

permukaan dan dasar perairan. Pengambilan contoh air laut diulang sebanyak 3

kali tiap pengambilan. Botol-botol tersebut dibilas terlebih dahulu dengan air laut

agar terjadi penyesuaian kondisi antara botol contoh dengan air contoh. Jumlah

contoh air yang diperlukan adalah sebanyak 6 liter per stasiun. Seluruh contoh air

dan biota kerang hijau dimasukkan ke dalam kotak pendingin yang berisi es gel

selama perjalanan menuju laboratorium.

Page 29: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

3.4.2.3 Tahap pasca pengambilan contoh

Pada tahap ini dilakukan penyimpanan contoh di laboratorium dimana air laut

tanpa disaring dan kerang hijau disimpan/didinginkan dalam lemari pendingin

bersuhu 4-10 °C. Contoh disimpan selama 2 bulan sampai saat digunakan untuk

analisis.

3.4.3 Analisis parameter pendukung

Penelitian ini juga mengukur beberapa parameter penunjang yang secara rinci

ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter pendukung yang dianalisis

Parameter Satuan (unit) Alat MetodeKimia Salinitas ‰ SCTmeter Potensiometrik

pH - pH meter -PAH dalamair dan biota

ρg/L (air)µg/g (biota)

Kromatografigas (GC-MS)

Kromatografi

Fisika TSS mg/L Vakum (Filter) Gravimetri

3.4.4 Analisis PAH

Analisis PAH dalam contoh air dan biota dilakukan dengan menggunakan

kromatografi gas jenis Spektrofotometri Massa (GC-MS) tipe Hewlett Packard

6890. Prosedur untuk analisis keduanya dapat dilihat pada Lampiran 8.

3.4.4.1 Analisis PAH dalam air laut

Metode yang digunakan untuk melakukan analisis PAH dalam air laut

mengacu pada Environmental Protecting Agency atau EPA nomor 3510c (untuk

preparasi) dan EPA nomor 8270d (untuk injeksi GC). Metode preparasi dapat

dilakukan untuk menganalisis contoh zat cair dengan alat corong pisah berukuran

500 ml (EPA, 1996a).

Page 30: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Proses ekstraksinya diawali dengan menuang contoh 400 ml air laut ke dalam

corong pisah 500 ml, setelah itu 25 ml pelarut diklorometan dituang juga ke dalam

corong pisah. Selama 1-2 menit, corong pisah tersebut dikocok-kocok sampai

contoh dan pelarut menyatu. Tunggu selama 10 menit hingga terjadi pemisahan

antara kedua zat cair. Setelah memisah, hasil ekstrak yang berada di lapisan

bawah corong dialirkan ke dalam tabung erlenmeyer. Perlakuan memasukkan 25

ml pelarut diklorometan ini diulangi sebanyak 2 kali. Setelah itu, hasil ekstrak

dipindahkan ke dalam bola ukur dan diuapkan pada suhu di atas titik didih pelarut

diklorometan (65 °C) dengan rotavapor hingga mencapai kurang lebih 1 ml.

Contoh tersebut diuapkan lagi dengan menggunakan aliran gas Nitrogen hingga

mencapai 0,5 ml. Setelah mencapai 0,5 ml, contoh dimasukkan ke dalam botol

vial berukuran 2 ml untuk diinjeksikan ke alat Kromatografi Gas Spektrofotometri

Massa.

3.4.4.2 Analisis PAH dalam kerang hijau

Metode yang digunakan untuk melakukan analisis kandungan PAH dalam

kerang hijau mengacu pada Environmental Protecting Agency atau EPA nomor

3540 (dalam preparasi) dan EPA nomor 8270d (dalam injeksi GC). Metode

preparasi dapat digunakan untuk menganalisis contoh biota dengan menggunakan

alat soklet (EPA, 1996b).

Proses ekstraksinya diawali dengan menimbang contoh jaringan kerang hijau

seberat 10 gram berat basah dan dihaluskan dengan blender sampai homogen.

Contoh yang telah dihaluskan selanjutnya dibungkus dalam kertas saring yang

sudah dibentuk kemudian dimasukkan ke dalam ruang soklet. Di atas dan bawah

contoh dalam kertas saring diberikan kapas lalu ditutup rapat agar contoh tidak

Page 31: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

keluar dari kertas saring. Tabung soklet berisi contoh dipasang antara tabung

pendingin di sebelah atas dan bola ukur yang berisi 200 ml diklorometan serta alat

pemanas di sebelah bawah. Setelah semuanya terpasang dengan baik, proses

ekstraksi dapat dilangsungkan selama 3 jam untuk mendapat hasil ekstraksi yang

maksimal. Setelah itu, hasil ekstrak dalam bola ukur diuapkan pada suhu di atas

titik didih diklorometan (65 °C) dengan rotavapor hingga mencapai kurang lebih

dari 1 ml lalu dipindahkan ke dalam botol vial berukuran 2 ml untuk diinjeksikan

ke alat Kromatografi Gas Spektrofotometri Massa.

3.4.4.3 Analisis PAH dengan Kromatografi Gas Detektor SpektrofotometriMassa (GC-MS)

Metode injeksi GC nomor 8270d digunakan untuk menganalisis PAH dengan

detektor Spektrofotometri Massa (GC-MS). Metode ini tidak hanya mendeteksi

PAH, terdapat 244 komponen senyawa kimia lain yang dapat dideteksi dengan

menggunakan metode ini. GC yang digunakan adalah GC Hewlett Packard 6890

(EPA, 1998). Metode ini digunakan untuk mendeteksi kandungan PAH dalam air

laut dan biota kerang hijau.

Kondisi GC saat contoh diinjeksi adalah suhu awal oven 50 °C, inlet depan

mode splitless, kolom kapiler jenis HP-5 dari bahan 5 % fenil metil siloxane yang

memiliki panjang 30 m, diameter 250 μm dan ketebalan lapisan film 0.5 μm. Gas

yang digunakan adalah gas helium dengan kecepatan aliran 30 cm/detik. Jumlah

contoh yang diambil saat proses injeksi sebanyak 2 μL dengan suhu oven

terprogram dari 50 °C dengan laju perpindahan 8 °C per menit hingga mencapai

323 °C dan didiamkan selama 15 menit.

Page 32: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

3.5 Analisis data

3.5.1 Metode grafik

Analisis data dengan metode grafik meliputi:

1. Parameter pendukung

2. Konsentrasi total dan tiap senyawa PAH dalam air laut dan kerang hijau

3. Panjang dan berat tubuh kerang hijau

4. Kandungan PAH dalam berat per individu kerang hijau

5. Konsentrasi PAH per 1 gram berat tubuh kerang hijau

3.5.2 Metode analisis PAH

Persamaan analisis PAH di bawah berikut telah diberlakukan oleh U.S

Environmental Protecting Agency (U.S EPA) dalam menentukan komposisi

hidrokarbon terutama PAH dalam air, sedimen dan organisme akuatik (EPA,

1996).

Dimana : Cc : konsentrasi PAH (ppm)

Ac : luasan area larutan contoh

Ast : luasan area larutan standar

W : banyaknya contoh (gram untuk biota dan liter untuk air laut)

WKst

AstAcCc

Page 33: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Parameter fisik dan kimia

4.1.1.1 Salinitas

Salinitas di Stasiun 1 memiliki kisaran 30‰ sampai 33‰ dengan nilai rerata

sebesar 31,6‰ (bulan Mei hingga Juni 2007). Di Stasiun 2 memiliki kisaran

salinitas yang tidak jauh berbeda yaitu antara 30‰-33‰ dengan nilai rerata

31,7‰ (Gambar 3).

32

31

31,8

25

27

29

31

33

35

1 Mei 07 29 Mei 07 26 Juni 07

waktu pengamatan

sali

nit

as(p

erm

il)

(a)

32

31,3

31,8

25

27

29

31

33

35

1 Mei 07 29 Mei 07 26 Juni 07

waktu pengamatan

sali

nit

as(p

erm

il)

(b)

Gambar 3. Nilai rerata dan kisaran salinitas di perairan Kamal Muara, TelukJakarta (a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2

Page 34: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Data salinitas dalam setiap pengambilan di kedua stasiun disajikan dalam

Lampiran 1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fadhlina (2007), salinitas

perairan Teluk Jakarta berkisar antara 30‰ sampai 33‰. Dan menurut hasil

penelitian Litasari (2002) diketahui bahwa kisaran salinitas perairan Teluk Jakarta

antara 13,9 – 30,0‰. Menurut Walker (1982) in Vakily (1989), kisaran salinitas

optimum untuk kerang hijau berkisar antara 20,7‰ – 35,4‰. Kerang hijau juga

mampu mentolerir fluktuasi salinitas yang lebar. Dengan demikian, perairan

Kamal Muara dapat dijadikan habitat kerang hijau.

Salinitas yang diamati di perairan Kamal Muara tersebut memiliki kisaran

yang sempit (30-33‰). Hal ini mengindikasikan bahwa di wilayah pengamatan,

kondisi salinitas relatif sama karena adanya pengaruh kondisi oseanografis

khususnya gerakan massa air di wilayah Teluk Jakarta yang mampu

menyeragamkan sifat salinitas perairan.

4.1.1.2 pH

pH di Stasiun 1 berkisar antara 7,5-7,9 dengan rerata 7,7. Begitu juga dengan

pH di Stasiun 2 yang berkisar antara 7,5-7,9 dengan rerata 7,7. Data pH juga

disajikan dalam Lampiran 1. Kedua stasiun memiliki nilai pH yang relatif sama

satu sama lain. Hal ini terkait dengan kondisi kimiawi perairan khususnya sifat

penyangga air laut yang mampu menahan perubahan-perubahan pH yang besar.

Di samping itu, kondisi fisik seperti gerakan massa air juga berperan penting

dalam penyeragaman sifat air. Pada hasil penelitian tahun 1988 oleh Meneg LH,

pH di Teluk Jakarta berkisar antara 6,5-9,0. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa kisaran pH di Teluk Jakarta tepatnya Kamal Muara masih berada dalam

batas kenormalan air laut. Untuk pertumbuhan kerang hijau yang maksimal, pH

Page 35: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

air laut berkisar antara 6,2-8,2 (Vakily, 1989). Maka dapat disimpulkan bahwa

perairan Kamal Muara dapat dijadikan area pertumbuhan kerang hijau (Gambar

4).

7.7 7,737,67

7

7.2

7.4

7.6

7.8

8

1 Mei 07 29 Mei 07 26 Juni 07

waktu pengamatan

pH

(a)

7,677,67

7,77

7

7.2

7.4

7.6

7.8

8

1 Mei 07 29 Mei 07 26 Juni 07

waktu pengamatan

pH

(b)

Gambar 4. Nilai rerata dan kisaran pH di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta(a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2

4.1.1.3 Total padatan tersuspensi (TSS)

TSS di Stasiun 1 berada pada kisaran 0,02-0,08 mg/L dengan rerata 0,05

mg/L, sedangkan untuk Stasiun 2, kisarannya antara 0,030-0,133 mg/L dengan

rerata 0,082 mg/L (Lampiran 1). Nilai TSS di perairan Teluk Jakarta sudah

diamati oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Dinas PPK DKI (2004)

kandungan TSS mencapai 76 mg/L (Muara Angke), sedangkan penelitian yang

Page 36: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

dilakukan oleh Bapedal (2000), kandungan TSS berkisar antara 100-150 mg/L.

Nilai hasil pengamatan ini menunjukkan nilai yang relatif rendah jika

dibandingkan dengan data penelitian sebelumnya. Nilai relatif rendah ini

menunjukkan kondisi yang masih baik bagi perairan (Gambar 5).

0.052

0.032

0.062

0.000

0.050

0.100

0.150

0.200

1 Mei 07 29 Mei 07 26 Juni 07

waktu pengamatan

TS

S(m

g/L

)

(a)

0.0550.044

0.085

0.000

0.050

0.100

0.150

0.200

1 Mei 07 29 Mei 07 26 Juni 07

waktu pengamatan

TS

S(m

g/L

)

(b)

Gambar 5. Nilai rerata dan kisaran TSS di perairan Kamal Muara, TelukJakarta.(a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2

4.1.2 Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH)

4.1.2.1 PAH dalam air laut

Hasil pengukuran contoh air laut (dalam bentuk terlarut) menunjukkan bahwa

terdapat hanya 7 senyawa PAH yang terdeteksi yakni naphtalen, 1-metil

naphthalen, asenaphthen, fluoren, fluoranthen, anthrasen dan pyren. Untuk

Page 37: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

contoh kromatogram PAH keluaran GC-MS dari air laut ditampilkan pada

Lampiran 9. Di antara ketujuh senyawa tersebut, naphtalen adalah senyawa PAH

yang memiliki rerata konsentrasi tertinggi (61 dan 65%), sebaliknya asenaphthen

memiliki rerata konsentrasi terendah (1%) pada kedua stasiun pengamatan

(Gambar 6).

asenapthen

1%

fluoren

8%

1-metilnapthalen

2%

anthrasen

3%

fluoranthen

21%

pyren

4%

napthalen

61%

(a)

fluoren

7%

asenapthen

1%1-metilnapthalen

3%

anthrasen

4%

fluoranthen

15%

pyren

5%

napthalen

65%

(b)

Gambar 6. Diagram cakram komposisi PAH rerata di perairan Kamal Muara,Teluk Jakarta (a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2

Namun demikian, secara keseluruhan konsentrasi PAH berkisar antara 0,1687 -

0,8722 ρg L-1 dengan nilai rerata 0,5964 ρg L-1 di Stasiun 1 dan 0,2350 - 1,1723

ρg L-1 dengan rerata 0,6733 ρg L-1 di Stasiun 2 (Tabel 3).

Page 38: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Tabel 3. Konsentrasi total 7 senyawa PAH (ρg L-1) dalam air laut per stasiun di

perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.

Konsentrasi total PAH Stasiun 1 Stasiun 21 Mei 2007 0,7482 1,1723

29 Mei 2007 0,8722 0,2350

26 Juni 2007 0,1687 0,6125

Rerata 0,5964 0,6733

Hasil pengukuran juga menunjukkan konsentrasi-konsentrasi dengan

variabilitas tinggi selama pengamatan dari waktu ke waktu, walaupun naphtalen

tetap sebagai komponen dominan (Gambar 7). Data konsentrasi tiap senyawa

PAH dapat dilihat pada Lampiran 2.

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1 Mei 07 29 Mei 07 26 Juni 07

tanggal

ko

nse

ntr

asi

(pg

/L)

napthalena 1 metilnapthalena asenapthena fluorenaanthrasena fluoranthena pyrena

(a)

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1 Mei 07 29 Mei 07 26 Juni 07

tanggal

ko

nse

ntr

asi

(pg

/L)

napthalena 1 metilnapthalena asenapthena fluorenaanthrasena fluoranthena pyrena

(b)

Gambar 7. Diagram batang konsentrasi senyawa PAH (ρg L-1) dalam contoh airlaut menurut waktu pengambilan di Stasiun 1 (a) dan Stasiun 2 (b).

Page 39: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Sebagai contoh pada Stasiun 1, konsentrasi PAH cenderung menurun, sebaliknya

pada Stasiun 2 pengamatan ke-2 menunjukkan konsentrasi total senyawa PAH

terendah. Jika dilihat dari Gambar tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

konsentrasi PAH dalam air laut tidak selalu menurun atau meningkat dan

sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kondisi oseanografi perairan

khususnya arus.

Nilai konsentrasi PAH baik di Stasiun 1 maupun Stasiun 2 sangat rendah dan

karenanya PAH termasuk ke dalam komponen senyawa kelumit (trace

compound). Informasi konsentrasi PAH di perairan Indonesia sampai saat ini

masih sangat jarang diperoleh. Dengan demikian sebagai perbandingan, hasil

pengamatan di beberapa perairan laut diantaranya di Laut Baltik memiliki

konsentrasi PAH sebesar 0,3 – 0,594 ng/L, di Teluk Xiamen Barat, China sebesar

106 - 945 ng/L, dan di Teluk Daya, China sebesar 4228 – 29325 ng/L (Azevedo et

al., 2004). Konsentrasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan hasil

pengamatan di perairan Teluk Jakarta.

Nilai rendah di Teluk Jakarta diduga karena PAH yang ada dalam air laut

mendapat input dari sumber alami (hasil pembakaran suhu tinggi pada bahan

organik yang biasa disebut proses pirogenik) juga antropogenik (kontaminasi dari

petroleum) dengan jumlah sangat rendah (Neff, 1979). PAH dapat juga berubah

dikarenakan adanya kondisi oseanografis dari laut khususnya kondisi arus. PAH

dalam air laut dapat berbentuk terlarut ataupun partikel yang ada di kolom

perairan. Kondisi ini memungkinkan PAH untuk memiliki mobilisasi tinggi dan

bisa terbawa ke tempat lain oleh arus, sehingga hasil pengamatan di lokasi

terhitung rendah. Selain itu juga dapat dikarenakan rendahnya tingkat kelarutan

Page 40: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

PAH sehingga keberadaannya dalam air laut tidak bertahan lama dan akan

terdeposit dengan cepat ke sedimen dasar serta tertahan di dalamnya (Webster et

al., 2002). Kondisi ini diduga menjadi penyebab tingkat konsentrasi PAH sangat

rendah pada hasil pengamatan.

Naphtalen menjadi senyawa PAH dengan konsentrasi tertinggi dalam air laut.

Hal ini dapat dikarenakan adanya masukan petrogenik (antropogenik) yakni

kontaminasi dari petroleum. Fluoranthen juga muncul sebagai salah satu senyawa

PAH yang memiliki konsentrasi tinggi. Senyawa ini memiliki jumlah cincin

aromatik 4 buah dan biasanya senyawa PAH dengan jumlah 4 buah cincin

tersebut berasal dari sumber pirogenik atau alami. Dengan demikian, PAH dalam

air laut juga diduga berasal dari sumber yang alami.

4.1.2.2 PAH dalam kerang hijau (Perna viridis L.)

Hasil pengukuran contoh menunjukkan bahwa terdeteksi 7 senyawa PAH

yang terdapat dalam kerang hijau. Pada Stasiun 1 dan 2, dapat diketahui bahwa

naphtalen menjadi senyawa yang memiliki konsentrasi tertinggi di setiap ukuran

panjang tubuh kerang hijau selama 5 kali pengambilan (Lampiran 3). Setelah

naphtalen, senyawa yang juga memiliki konsentrasi tinggi adalah fluoranthen.

Untuk senyawa yang memiliki konsentrasi terendah adalah 1 metilnaphthalen

(Gambar 8). Dari tabel dapat diketahui bahwa di Stasiun 1 dari awal sampai akhir

pengambilan contoh, ukuran panjang tubuh 1,0 -1,5 cm memiliki kisaran

konsentrasi PAH total antara 50,7600-283,7465 µg g-1 berat basah, panjang tubuh

2,5 -3,0 cm berkisar antara 23,2507-125,7143 µg g-1 berat basah, panjang tubuh

4,0 - 4,5 cm berkisar antara 41,7883-111,2253 µg g-1 berat basah dan panjang

Page 41: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

tubuh 5,5 - 6,0 cm memiliki kisaran konsentrasi PAH total antara 34,7362-

111,1149 µg g-1 berat basah.

Rata-rata Stasiun 1

0

20

40

60

80

100

120

1-1,5 2,5-3 4-4,5 5,5-6panjang (cm)

kon

sent

rasi

(µg

/g)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren

anthrasen fluoranthen pyren

(a)

Rata-rata Stasiun 2

0

20

40

60

80

100

120

1,0-1,5 2,5-3,0 4,0-4,5 5,5-6,0panjang (cm)

ko

nse

ntr

asi

(µg

/g)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren

anthrasen fluoranthen pyren

(b)Gambar 8. Diagram batang komposisi senyawa PAH rerata dalam kerang hijau di

Stasiun 1 (a) dan 2 (b) perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.

Untuk Stasiun 2, juga bisa diketahui bahwa ukuran panjang tubuh 1,0 -1,5 cm

memiliki kisaran konsentrasi PAH total antara 24,6307-121,3696 µg g-1 berat

basah, panjang tubuh 2,5 -3,0 cm berkisar antara 13,5232-100,2161 µg g-1 berat

basah, panjang tubuh 4,0 - 4,5 cm berkisar antara 36,4154-134,4152 µg g-1 berat

basah dan panjang tubuh 5,5 - 6,0 cm memiliki kisaran antara 14,8467-76,0554 µg

g-1 berat basah (Tabel 4). Untuk kromatogram PAH keluaran GC-MS dari kerang

hijau ditampilkan pada Lampiran 10.

Page 42: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Gam

bar

9.C

onto

hkro

mat

ogra

mto

tal

ion

7se

nyaw

aP

AH

dal

amker

ang

hij

audi

Sta

siun

1(u

kura

n1,0

-1,5

cmpen

gam

bil

an1)

Page 43: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Tabel 4. Konsentrasi total 7 senyawa PAH (µg g-1 berat basah) dalam keranghijau per stasiun di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.

Waktu pengambilan ukuran panjang tubuh (cm) total PAH di stasiun 1 total PAH di Stasiun 21 Mei 2007 1,0-1,5 50,7600 121,3696

2,5-3,0 125,7143 42,10274,0-4,5 111,2253 52,73245,5-6,0 55,7763 43,4054

15 Mei 2007 1,0-1,5 58,2781 61,15072,5-3,0 23,2507 67,16544,0-4,5 41,7883 39,38735,5-6,0 111,1149 49,4394

29 Mei 2007 1,0-1,5 53,7919 24,63072,5-3,0 42,5160 13,52324,0-4,5 45,1003 36,41545,5-6,0 34,7362 14,8467

12 Juni 2007 1,0-1,5 283,7465 91,33692,5-3,0 114,0512 100,21614,0-4,5 68,5058 94,57155,5-6,0 35,8997 76,0554

26 Juni 2007 1,0-1,5 68,8143 44,79432,5-3,0 38,5203 55,43324,0-4,5 52,8252 134,41525,5-6,0 58,4807 65,5957

Hasil konsentrasi yang didapat dalam kerang hijau memiliki kisaran nilai yang

cukup tinggi. Pada penelitian yang sudah dilakukan, konsentrasi PAH dalam

biota kerang di area budidaya perairan Loch Seven, Skotlandia sebesar >4000

ng/g berat basah yakni mencapai 8256 ng/g berat basah (McIntosh et al., 2004)

dan di perairan Skotlandia yang lain (Shetland dan Orkney) sebesar 14,7 – 7177

ng/g berat basah (Webster et al., 2002). Nilai pengukuran yang didapat di Teluk

Jakarta tergolong tinggi dibandingkan dengan kedua penelitian tersebut. Namun

jika dibandingkan dengan penelitian McDowell et al. (1999) di perairan New

Bedford, Massachusetts yang memiliki nilai sebesar 1940 mg/g berat basah,

konsentrasi PAH dalam kerang hijau di Teluk Jakarta termasuk rendah. Hal ini

dapat dikarenakan perairan New Bedford merupakan daerah pelabuhan kapal-

kapal besar sehingga diduga PAH yang ada dalam tubuh kerang berasal dari

buangan kapal. Di perairan Teluk Jakarta, konsentrasi PAH dalam

Page 44: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

kerang hijau diduga berasal dari hasil pembakaran tidak sempurna bahan bakar

fosil, kayu, emisi pembakaran batubara dan kendaraan motor serta aktivitas

antropogenik seperti peristiwa tumpahan minyak yang menghasilkan minyak

mentah (crude oil) (McIntosh et al., 2004).

Hasil pengukuran juga menunjukkan konsentrasi tiap senyawa PAH dalam

kerang hijau memiliki nilai yang bervariasi di setiap kali pengambilannya.

Namun yang cenderung terjadi khususnya di Stasiun 1 adalah penurunan

konsentrasi tiap senyawa PAH dari ukuran terkecil ke ukuran terbesar, seperti

yang terjadi pada pengambilan contoh ke-1, 3 dan 4 (Gambar 10 dan 11).

Senyawa Naphthalen, dengan kisaran nilai pada ukuran tubuh 1,0 - 1,5 cm, 2,5 –

3,0 cm, 4,0 - 4,5 cm dan 5,5 – 6,0 cm berada antara 23,4692 - 199,8053; 15,5774 -

51,3920; 22,6816 - 40,8023 dan 16,0421 - 26,8799 µg g -1 berat basah,

1 Mei 2007

0

50

100

150

200

250

300

1,0-1,5 2,5-3,0 4,0-4,5 5,5-6,0panjang (cm)

konse

ntr

asi

(µg/g

)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluorenanthrasen fluoranthen pyren

15 Mei 2007

0

50

100

150

200

250

300

1,0-1,5 2,5-3,0 4,0-4,5 5,5-6,0panjang (cm)

konse

ntr

asi(µ

g/g

)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren

anthrasen fluoranthen pyren

Page 45: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Gambar 10. Diagram batang komposisi PAH dalam 4 ukuran tubuh kerang hijau(Perna viridis) pada 2 waktu pengambilan di Stasiun 1

29 Mei 2007

0

50

100

150

200

250

300

1,0-1,5 2,5-3,0 4,0-4,5 5,5-6,0panjang (cm)

ko

nse

ntr

asi

(µg

/g)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren

anthrasen fluoranthen pyren

12 Juni 2007

0

50

100

150

200

250

300

1,0-1,5 2,5-3,0 4,0-4,5 5,5-6,0panjang (cm)

ko

nse

ntr

asi

(µg

/g)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren

anthrasen fluoranthen pyren

26 Juni 2007

0

50

100

150

200

250

300

1,0-1,5 2,5-3,0 4,0-4,5 5,5-6,0panjang (cm)

ko

nse

ntr

asi

(µg

/g)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren

anthrasen fluoranthen pyren

Gambar 11. Diagram batang komposisi PAH dalam 4 ukuran tubuh kerang hijau(Perna viridis) pada 3 waktu pengambilan di Stasiun 1

menjadi senyawa PAH yang memiliki konsentrasi tertinggi di semua ukuran,

sedangkan asenapthen sebagai senyawa PAH berkonsentrasi terendah dengan

kisaran nilai untuk ukuran panjang 1,0 - 1,5 cm berada pada 0,5605-1,0947 µg g -1

berat basah, ukuran panjang 2,5 – 3,0 cm berada pada 0,7279-0,9036 µg g -1 berat

Page 46: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

basah, ukuran panjang 4,0 - 4,5 cm berada pada 0,4091-1,4465 µg g -1 berat basah

dan ukuran panjang 5,5 – 6,0 cm berada pada 0,7828-1,0797 µg g -1 berat basah.

Di Stasiun 2, pola yang terbentuk cenderung menurun ke arah ukuran kerang

hijau yang semakin besar, namun pada ukuran sebelumnya (4,0-4,5 cm),

konsentrasi tiap senyawa PAH cenderung meningkat hingga maksimal seperti

yang terjadi pada pengambilan ke-1,3 dan 5 (Gambar 12 dan 13). Hal ini berbeda

dengan konsentrasi tiap senyawa PAH dalam kerang hijau di Stasiun 1.

1 Mei 2007

0

2040

6080

100120

140

1-1,5 2,5-3 4-4,5 5,5-6panjang (cm)

kons

entr

asi

(µg

/g)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren

anthrasen fluoranthen pyren

15 Mei 2007

0

20

40

60

80

100

120

140

1-1,5 2,5-3 4-4,5 5,5-6panjang (cm)

ko

nse

ntr

asi

(µg

/g)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren

anthrasen fluoranthen pyren

Gambar 12. Diagram batang komposisi PAH dalam 4 ukuran panjang tubuhkerang hijau (Perna viridis) pada 2 waktu pengambilan di Stasiun 2

Page 47: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

29 Mei 2007

0

20

40

6080

100

120

140

1-1,5 2,5-3 4-4,5 5,5-6panjang (cm)

ko

nse

ntr

asi

(µg

/g)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren

anthrasen fluoranthen pyren

12 Juni 2007

020

406080

100

120140

1-1,5 2,5-3 4-4,5 5,5-6panjang (cm)

ko

nse

ntr

asi

(µg

/g)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluorenanthrasen fluoranthen pyren

26 Juni 2007

020406080

100120140

1-1,5 2,5-3 4-4,5 5,5-6panjang (cm)

ko

nse

ntr

asi

(µg

/g)

napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluorenanthrasen fluoranthen pyren

Gambar 13. Diagram batang komposisi PAH dalam 4 ukuran panjang tubuhkerang hijau (Perna viridis) pada 3 waktu pengambilan di Stasiun 2

Pada Stasiun 2, senyawa PAH yang paling sering muncul sebagai nilai

konsentrasi tertinggi pada setiap ukuran panjang tubuh adalah napthalen. Hal ini

terdapat di setiap pengambilan contoh kerang hijau kecuali pada saat pengambilan

ke-4. Konsentrasi tertinggi pada setiap ukuran tubuh di pengambilan ke-4 adalah

Page 48: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

fluoranthen dengan ukuran tubuh 1,0 - 1,5 cm sebesar 30,8751 µg g -1 berat basah

, 2,5 – 3,0 cm sebesar 36,5159 µg g -1 berat basah , 4,0 - 4,5 cm sebesar 46,5790

µg g -1 berat basah dan 5,5 – 6,0 cm sebesar 46,5301 µg g -1 berat basah. Hal ini

memberikan perbedaan dengan Stasiun 1 dimana dalam setiap ukuran tubuh

kerang hijau terdapat senyawa naphtalen dengan nilai konsentrasi tertinggi.

Senyawa PAH yang paling sering muncul dengan nilai konsentrasi terendah pada

setiap ukuran panjang tubuh kerang hijau di Stasiun 2 adalah 1metil naphtalen.

PAH yang masuk ke dalam tubuh kerang hijau bisa didapatkan dari

kandungan PAH dalam perairan yang diakumulasi oleh kerang hijau saat

menyerap makanan yang ada di kolom perairan. Kerang hijau merupakan

organisme yang memiliki cara makan yang cukup berbeda yakni menyaring

semua makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Kolom perairan dimana kerang

hijau berkembang sangat mudah dimasuki oleh berbagai polutan baik yang berasal

dari rumah tangga ataupun industri. Sumber ini disebut sumber petrogenik

(Webster et al., 2002). Selain itu, penyerapan PAH ke dalam tubuh kerang

tergantung dari bioavailability senyawa PAH tersebut yang selanjutnya tergantung

dari tingkat kelarutannya dalam air. Semakin tinggi berat molekul senyawa PAH,

maka semakin rendah tingkat kelarutannya dalam air. Kerang hijau juga memiliki

kandungan lemak dalam tubuhnya dan pada bagian ini diduga bahwa PAH dapat

mengalami reaksi ikatan sehingga terakumulasi oleh kerang hijau. Karena sistem

metabolisme tubuh yang rendah, maka PAH sangat sulit untuk dilepaskan kembali

ke lingkungannya (Fleming et al., 2004).

Di Stasiun 1, naphthalen merupakan senyawa PAH yang paling tinggi nilai

konsentrasinya. Dalam hal ini, naphthalen dapat muncul karena adanya proses

Page 49: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

pembentukan senyawa PAH dengan berat molekul lebih rendah dari petrolum

dalam bentuk buangan serta tumpahan minyak ke laut. Dari awal hingga akhir

pengambilan contoh kerang hijau, dapat dilihat bahwa nilai konsentrasi PAH

mengalami fluktuasi yang berbeda-beda.

Jika dibandingkan dengan Stasiun 1, kandungan PAH di Stasiun 2 tidak jauh

memiliki perbedaan. Perbedaan yang mencolok di Stasiun 2 adalah nilai

konsentrasi senyawa fluoranthen yang mendominasi di pengambilan contoh ke-4

dan naphthalen di pengambilan contoh ke-1. Hal ini membedakan sumber

masuknya PAH ke dalam tubuh kerang hijau. Fluoranthen adalah senyawa PAH

yang memiliki cincin berjumlah lebih dari 3 buah, dan mengindikasikan bahwa

senyawa ini termasuk anggota senyawa PAH dengan berat molekul tinggi,

sedangkan naphthalen adalah senyawa PAH dengan berat molekul lebih rendah

dengan jumlah cincin 2 buah. Dengan demikian sumber masukan kedua senyawa

tersebut berbeda. Untuk fluoranthen, senyawa ini dapat muncul di semua ukuran

panjang tubuh di pengambilan ke-4 diduga disebabkan oleh proses pirogenik

yakni hasil pembakaran bahan organik yang kurang sempurna di perairan

(Fleming et al., 2004).

Konsentrasi PAH dalam kerang hijau dapat dihubungkan dengan kondisi

ukuran tubuh dari kerang hijau itu sendiri, dimana dalam kasus ini adalah panjang

tubuhnya. Berdasarkan hasil yang telah didapat, konsentrasi PAH dalam tubuh

organisme kerang hijau mengalami kecenderungan peningkatan seiring

bertambahnya ukuran panjang tubuhnya (Gambar 15). Hal ini juga didukung

dengan menghubungkan antara ukuran panjang dan berat tubuh kerang hijau

(Gambar 14). Pada Gambar tersebut dapat diketahui bahwa hubungan keduanya

Page 50: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

juga berbanding lurus yakni peningkatan ukuran berat seiring dengan

pertambahan panjang tubuh baik di Stasiun 1 maupun 2.

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

1 2 3 4 5 6

Ber

at(

gr)

Panjang (cm)

kisaran panjang tubuh 1,0-1,5 cm kisaran panjang tubuh 2,5-3,0 cm

kisaran panjang tubuh 4,0-4,5 cm kisaran panjang tubuh 5,5-6,0 cmrata-rata Expon. (rata-rata)

(a)

0

0.5

1

1.5

2

2.5

1 2 3 4 5 6

Ber

at(g

r)

Panjang (cm)

kisaran panjang tubuh 1,0-1,5 cm kisaran panjang tubuh 2,5-3,0 cm

kisaran panjang tubuh 4,0-4,5 cm kisaran panjang tubuh 5,5-6,0 cm

rata-rata Expon. (rata-rata)

(b)

Gambar 14. Grafik sebaran berat tubuh dengan panjang tubuh kerang hijau (Pernaviridis) di Stasiun 1 (a) dan Stasiun 2 (b)

.

Dilihat dari penjelasan dan gambar 14 dan 15, konsentrasi PAH di setiap

ukuran panjang tubuh memiliki pola yang semakin meningkat ke arah panjang

tubuh yang semakin besar dan menunjukkan bahwa kerang hijau dengan empat

Page 51: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

ukuran panjang ini mengakumulasi PAH dalam tubuhnya dari perairan secara

teratur. Hal ini juga menunjukkan optimasi kemampuan tubuh kerang hijau yang

berbeda-beda dalam melakukan penyerapan senyawa PAH.

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6

ko

nse

ntr

asi

(ug

/g)

panjang tubuh (cm)

kisaran panjang tubuh 1,0-1,5 cm kisaran panjang tubuh 2,5-3,0 cmkisaran panjang tubuh 4,0-4,5 cm kisaran panjang tubuh 5,5-6,0 cmrata-rata Expon. (rata-rata)

(a)

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6

kons

entr

asi(

ug/g

)

panjang tubuh (cm)

kisaran panjang tubuh 1,0-1,5 cm kisaran panjang tubuh 2,5-3,0 cmkisaran panjang tubuh 4,0-4,5 cm kisaran panjang tubuh 5,5-6,0 cmrata-rata Expon. (rata-rata)

(b)

Gambar 15. Grafik sebaran konsentrasi PAH kerang hijau (Perna viridis) menurut4 kisaran panjang tubuh di Stasiun 1 (a) dan Stasiun 2 (b).

Hal ini diungkapkan oleh penelitian Bruner et al. (1994) yang menyatakan bahwa

kerang yang berukuran lebih kecil diduga mempunyai kemampuan untuk

menyerap PAH lebih banyak dibandingkan dengan kerang yang berukuran lebih

Page 52: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

besar. Dari hasil yang didapat, dapat dibuktikan dalam kerang hijau dengan

panjang tubuh 1,0-1,5 cm, yang sedang dalam proses pertumbuhan, mampu

menyerap komponen senyawa PAH dalam jumlah besar melalui proses

penyaringan makanan dibanding kerang hijau dengan panjang tubuh 5,5-6,0 cm

yang berumur lebih tua dan semakin sedikit menampung makanan dari sekitar

perairan. Hal lain yang bisa diungkap juga adalah kerang yang sedang dalam

masa pra pemijahan biasanya mampu menyerap PAH lebih banyak dibandingkan

kerang yang sudah melewati masa pemijahan. Kerang berukuran 1,0 -1,5 cm

merupakan kerang hijau yang sedang dalam masa tersebut sehingga diduga

mampu menyerap PAH lebih banyak (Bruner et al., 1994).

Kondisi di Stasiun 2 tidak jauh berbeda dengan Stasiun 1. Namun pada

ukuran panjang tubuh 4,0 - 4,5 cm, kandungan PAH dalam tubuh kerang hijau

memiliki nilai konsentrasi tertinggi dibandingkan dengan 3 ukuran panjang tubuh

yang lain. Hal ini diduga karena kerang hijau ukuran ini mengandung lemak yang

lebih banyak dibandingkan kerang ukuran yang lain, dimana semakin tinggi

kandungan lemak dalam tubuhnya, maka akan semakin mudah untuk berikatan

dengan senyawa yang bersifat lipofilik atau hidrofobik tinggi seperti PAH (Bruner

et al., 1994). Selain itu, hal ini juga bisa dikarenakan ukuran panjang ini lebih

lama terpaparkan di perairan dibandingkan dengan ukuran yang lebih kecil.

4.1.3 Faktor biokonsentrasi PAH

Faktor biokonsentrasi adalah rasio konsentrasi zat dalam biota (berat zat/berat

biota) dan dalam air (berat zat/berat air) pada kondisi setimbang, dimana

spesifikasi zat dalam hal ini adalah PAH. Nilai konsentrasi ini menunjukkan cara

akumulasi senyawa tersebut dari fase cair (dalam air laut) menjadi fase organik,

Page 53: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

seperti jaringan tubuh organisme. PAH termasuk salah satu senyawa organik

yang bersifat lipofilik sehingga mudah terakumulasi dalam tubuh organisme.

Organisme yang digunakan dalam kasus ini adalah kerang hijau. Faktor

biokonsentrasi PAH di perairan Kamal Muara memiliki angka yang tinggi (Tabel

5).

Tabel 5. Faktor biokonsentrasi PAH di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.

Ukuranpanjang

tubuh (cm)

1 Mei 2007 29 Mei 2007 26 Juni 2007

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 1 Stasiun 21,0-1,5 67842,65 103527,06 61670,59 104801,34 407920,03 73134,522,5-3,0 168021,79 35913,19 48743,17 57539,92 228341,74 90504,424,0-4,5 148656,63 44980,26 51705,96 154944,23 313139,33 219456,525,5-6,0 74547,07 37024,38 39823,86 63171,47 346663,81 107096,53

Nilai dalam tabel menunjukkan bahwa PAH dalam perairan tersebut memiliki

kapasitas polutan yang tinggi baik untuk air laut maupun organisme kerang hijau

yang hidup di dalamnya. Nilai faktor biokonsentrasi pada keempat ukuran kerang

hijau bervariasi. Namun jika dilihat secara keseluruhan, nilainya cenderung

menurun ke arah ukuran kerang hijau 5,5-6,0 cm di Stasiun 1 dan 2. Jika dilihat

dari waktu ke waktu pengambilan contoh, nilai faktor biokonsentrasi PAH

cenderung meningkat di Stasiun 1 pada keempat ukuran kerang hijau. Namun

terjadi perbedaan yakni adanya penurunan nilai pada ukuran 1,0 -1,5 cm di

Stasiun 2. Faktor biokonsentrasi dapat dikatakan dalam kondisi stabil jika

nilainya tidak berubah secara signifikan selama jangka waktu tertentu dalam

tubuh organisme tersebut.

Faktor biokonsentrasi juga memiliki peran penting untuk menunjukkan adanya

distribusi senyawa PAH di perairan. Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa faktor

biokonsentrasi PAH di Stasiun 1 memiliki nilai yang paling tinggi pada waktu

Page 54: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

pengambilan contoh terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa PAH mengalami

distribusi paling tinggi pada waktu pengambilan contoh terakhir di semua ukuran

kerang hijau. Untuk PAH dengan tingkat distribusi paling rendah terdapat pada

waktu pengambilan contoh kedua di Stasiun 1. Hal ini dilihat dari faktor

biokonsentrasinya yang paling kecil di antara ketiga waktu pengambilan contoh.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan dari hasil yang telah diuraikan sebelumnya maka diperoleh

kenyataan bahwa telah terdeteksi keberadaan dari senyawa PAH dalam air laut

maupun kerang hijau di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Kandungan

maupun konsentrasi PAH dalam kerang hijau secara total memiliki nilai yang

lebih tinggi dibandingkan dengan PAH dalam air laut. Hal ini mengungkapkan

bahwa kerang hijau memang mengakumulasi PAH dalam tubuhnya. Akumulasi

sendiri merupakan suatu proses penimbunan atau penumpukan suatu senyawa dari

lingkungan dan biasanya terjadi karena mekanisme yang tidak seimbang antara

proses absorpsi yang diikuti penyimpanan dengan proses eliminasi melalui

metabolisme yang terjadi dalam tubuh kerang hijau. Proses akumulasi ini dapat

ditunjukkan melalui hasil pengamatan dari berbagai tingkat umur kerang yang

dilihat dari ukuran tubuh kerang hijau (Gambar 16).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kandungan PAH dalam tubuh kerang

hijau cenderung bergerak meningkat ke arah ukuran panjang tubuh yang besar,

walaupun terlihat pada ukuran tubuh 4,0-4,5 cm dan 5,5-6,0 cm, terbentuk nilai

kandungan PAH yang cukup bervariasi jika dibandingkan dengan ukuran panjang

tubuh kerang hijau yang lebih kecil.

Page 55: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

05

101520253035404550

0 0.5 1 1.5 2 2.5

kan

dungan

(ug

)

berat tubuh (gr)

kisaran panjangtubuh 1,0-1,5 cm kisaran panjangtubuh 2,5-3,0 cm

kisaran panjangtubuh 4,0-4,5 cm kisaran panjangtubuh 5,5-6,0 cm

rata-rata Linear (rata-rata)

(a)

05

10152025303540

0 0.5 1 1.5 2 2.5

ka

nd

un

ga

n(u

g)

berat tubuh (gr)

kisaran panjang tubuh 1,0-1,5 cm kisaran panjangtubuh 2,5-3,0 cm

kisaran panjang tubuh 4,0-4,5 cm kisaran panjangtubuh 5,5-6,0 cm

rata-rata Linear (rata -rata)

(b)

Gambar 16. Grafik sebaran kandungan PAH (µg) di tiap berat individu keranghijau (Perna viridis) (a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2.

Kandungan PAH yang mengalami peningkatan pada ukuran panjang tubuh besar

dapat terjadi karena kerang hijau tersebut memiliki waktu yang lebih lama untuk

terpapar di perairan dibandingkan dengan ukuran kerang yang kecil. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2002), dapat diperkirakan bahwa

umur kerang hijau berukuran 4,0-4.5 cm dan 5,5-6,0 cm sebesar 16 dan 22

minggu.

Page 56: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Secara biologis, proses akumulasi ini bergantung kepada sifat dari senyawa

dan sistem metabolisme dari organisme. PAH merupakan senyawa yang memiliki

sifat mudah terikat atau bereaksi dengan senyawa-senyawa lemak atau biasa

disebut dengan senyawa lipofilik (Neff, 1979). Bagi organisme kerang hijau,

ukuran yang semakin besar mengindikasikan bahwa kerang hijau bertambah

dewasa sehingga kandungan lipid atau lemak dalam tubuhnya juga semakin tinggi

(Gunawan, 2003). Dengan demikian, maka terdapat dugaan bahwa kandungan

PAH yang semakin meningkat pada ukuran kerang hijau yang semakin besar

disebabkan oleh adanya senyawa lemak yang ada dan semakin banyak dalam

tubuhnya.

Sistem regulasi metabolisme dari organisme juga dapat dijadikan faktor lain

yang berkaitan dengan adanya proses akumulasi dalam tubuh kerang hijau.

Sistem ini dapat memperkuat proses pengeluaran senyawa-senyawa yang telah

diakumulasi oleh organisme tersebut. Sistem ini biasanya akan berfungsi semakin

baik jika organisme tersebut sudah berumur dewasa, dimana dalam hal ini adalah

kerang hijau ukuran besar. Oleh karena itu, seharusnya terdapat kemungkinan

bahwa kerang hijau dewasa dapat melakukan proses eliminasi lebih baik

dibandingkan dengan kerang hijau yang berukuran kecil. Namun pada hasil

penelitian ini, proses tersebut belum terlihat dengan sangat jelas. Hal ini dapat

dtunjukkan dari nilai konsentrasi PAH terhadap ukuran berat tubuh kerang hijau

(Gambar 17).

Konsentrasi merupakan rasio antara kandungan PAH dalam kerang hijau

dengan ukuran berat tubuhnya.

Page 57: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

0

5

10

15

20

25

0 0.5 1 1.5 2 2.5

ko

nse

ntr

asi

(ug/

g)

berat tubuh (gr)

kisaran panjangtubuh 1-1,5 cm kisaran panjangtubuh 2,5-3 cm

kisaran panjangtubuh 4-4,5 cm kisaran panjangtubuh 5,5-6 cm

rata-rata Linear (ra ta -rata)

(a)

0

5

10

15

20

25

0 0.5 1 1.5 2 2.5

ko

nse

ntr

asi

(ug/

g)

berat tubuh (gr)

kisaran panjang tubuh 1-1,5 cm kisaran panjang tubuh 2,5-3 cm

kisaran panjang tubuh 4-4,5 cm kisaran panjang tubuh 5,5-6 cm

rata-rata Linear (rata -rata)

(b)

Gambar 17. Grafik sebaran konsentrasi PAH dalam berat tubuh kerang hijau(Perna viridis) (a) Stasiun 1 (b) Stasiun 2.

Dari gambar tersebut, terlihat bahwa konsentrasi PAH cenderung semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya berat tubuh kerang hijau. Hasil

penelitian dari Akbar (2002) tentang kajian akumulasi logam berat menunjukkan

dengan bertambahnya ukuran panjang tubuh kerang hijau, maka kandungan logam

berat dalam tubuhnya akan bertambah juga, namun akan terjadi penurunan dalam

hal konsentrasinya. Hal ini mengungkapkan bahwa laju pertambahan berat

Page 58: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

tubuhnya lebih cepat dibandingkan dengan laju penumpukan logam berat dalam

tubuh kerang hijau. Dengan melakukan perbandingan terhadap pernyataan di

atas, maka dalam kasus ini, proses akumulasinya agak sedikit berbeda. Hal ini

mungkin disebabkan oleh karena perbedaan respon dari kerang hijau terhadap

senyawa-senyawa yang diakumulasi oleh tubuhnya, terutama dalam hal sifat

lipofilik senyawa PAH. Namun, indikator dari nilai kandungan dan konsentrasi

suatu senyawa untuk digunakan dalam mempelajari preferensi akumulasi masih

memerlukan kajian yang lebih lanjut.

PAH dalam air laut dapat berasal dari berbagai sumber dan diantaranya

berasal dari masukan langsung di daratan yang ditransport ke dalam laut melalui

udara ataupun aliran air sungai ke laut. Pada penelitian ini dicobakan melihat

adanya keterkaitan antara konsentrasi PAH dalam air laut dengan parameter lain

untuk menduga sumber awal PAH yang masuk ke perairan. PAH yang masuk ke

laut melalui aliran air sungai diindikasikan dengan parameter salinitas dan TSS.

Hal ini dilihat dari adanya sungai-sungai yang berada di sekitar Teluk Jakarta

yang umumnya memiliki nilai salinitas rendah dan TSS yang tinggi. Oleh karena

itu, jika kandungan PAH dalam air laut meningkat dan memang berasal dari darat,

maka seharusnya nilai salinitas perairan rendah dan TSS menjadi tinggi.

Pada Gambar 18 dan 19 ditunjukkan kondisi salinitas dan TSS dengan

konsentrasi PAH dalam air laut. Terlihat pada Gambar, tidak terlihat korelasi

antara kondisi salinitas dan TSS dengan konsentrasi PAH dalam air laut. Dengan

demikian, PAH yang terdapat di dalam air laut belum dapat diduga memiliki

sumber masukan yang berasal dari daratan.

Page 59: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

31,8 31,0 32,0

salinitas (permil)

PA

H(u

g/L

)

(a)

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

1,4

31,8 31,3 32,0

salinitas (permil)

PA

H(u

g/L

)

(b)

Gambar 18. Grafik hubungan salinitas perairan Kamal Muara dan konsentrasiPAH dalam air laut di Stasiun 1 (a) dan 2 (b)

Page 60: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

0,055 0,040 0,055

TSS (mg/L)

PA

H(u

g/L

)

(a)

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

0,030 0,043 0,133

TSS (mg/L)

PA

H(u

g/L

)

(b)

Gambar 19. Grafik hubungan TSS perairan Kamal Muara dan konsentrasi PAHdalam air laut di Stasiun 2 (kiri) dan 2 (kanan)

Page 61: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Terdapat 7 senyawa PAH (bentuk terlarut) dalam perairan Kamal Muara juga

dalam tubuh kerang hijau yakni naphthalen, 1-metil naphthalen, asenaphthen,

fluoren, fluoranthen, anthrasen dan pyren. Konsentrasi total 7 senyawa PAH

dalam air laut adalah berkisar antara 0,0213 - 1,1551 ρg L-1 dengan rerata 0,5964

ρg L-1 di Stasiun 1 dan 0,0181 - 1,2456 ρg L-1 dengan rerata 0,6733 ρg L-1 di

Stasiun 2. Konsentrasi tertinggi di air laut contoh adalah senyawa naphthalen dan

terendah adalah senyawa asenapthen.

Konsentrasi total 7 senyawa PAH dalam kerang hijau menurut ukuran panjang

tubuh pada bulan Mei hingga Juni 2007 adalah ukuran panjang tubuh 1,0 -1,5 cm

antara 50,7600-283,7465 µg g-1 berat basah dengan rerata 167,2533 µg g-1 berat

basah, panjang tubuh 2,5 -3,0 cm antara 23,2507-125,7143 µg g-1 berat basah

dengan rerata 74,4825 µg g-1 berat basah, panjang tubuh 4,0 - 4,5 cm antara

41,7883-111,2253 µg g-1 berat basah dengan rerata 76,5068 µg g-1 berat basah dan

panjang tubuh 5,5 - 6,0 cm antara 34,7362-111,1149 µg g-1 berat basah dengan

rerata 72,9256 µg g-1 berat basah di Stasiun 1. Di stasiun 2, ukuran panjang tubuh

1,0 -1,5 cm memiliki kisaran konsentrasi PAH total antara 24,6307-121,3696 µg

g-1 berat basah dengan rerata 73,0002 µg g-1 berat basah, panjang tubuh 2,5 -3,0

cm berkisar antara 13,5232-100,2161 µg g-1 berat basah dengan rerata 56,8697 µg

g-1 berat basah, panjang tubuh 4,0 - 4,5 cm berkisar antara 36,4154-134,4152 µg g-

1 berat basah dengan rerata 134,4152 µg g-1 berat basah dan panjang tubuh 5,5 -

6,0 cm memiliki kisaran antara 14,8467-76,0554 µg g-1 berat basah dengan rerata

Page 62: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

76,0554 µg g-1 berat basah. Senyawa yang memiliki nilai konsentrasi total

tertinggi pada Stasiun 1 dan 2 dalam kerang hijau adalah senyawa Napthalen,

sedangkan senyawa yang memiliki nilai total terendah adalah 1-metilnapthalen.

Nilai PAH dalam kerang hijau menunjukkan kecenderungan meningkat dengan

meningkatnya ukuran panjang dan berat tubuh kerang.

Parameter pendukung (salinitas dan TSS) dalam penelitian ini tidak memiliki

hubungan yang linear atau sebanding dengan konsentrasi PAH dalam air laut.

Nilai salinitas dan TSS yang diamati mengindikasikan bahwa PAH yang masuk ke

dalam air laut belum dapat diestimasi memiliki sumber dari darat ataupun aliran

sungai.

5.2 Saran

Mengingat masih terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki dalam penelitian ini,

maka disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut yang akan mengungkap

tentang lamanya waktu retensi tiap senyawa PAH dalam tubuh organisme seperti

kerang hijau serta pengaruh parameter fisik dan kimia yang lainnya terhadap

kandungan PAH dalam air laut.

Page 63: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H.S. 2002. Pendugaan tingkat akumulasi logam berat Pb, Cd, Cu, Zn danNi pada kerang hijau (Perna viridis L.) ukuran <5 cm di perairan KamalMuara, Teluk Jakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Azevedo, D.de A, E.Gerchon dan E.O dos Reis. 2004. Monitoring of pesticidesand polycyclic aromatic hydrocarbons in water from Paraiba do Sul River,Brazil. J.Braz.Chem.Soc. 15(2): 292-299.

Bapedal. 2000. Indonesian environment monitor. World Bank Indonesia Office.Jakarta.

Bayne, L.M. 1976. Marine mussels: their ecology and physiology. CambridgeUniversity Press. London, England.

Bruner, K.A, S.W Fisher dan P.F Landrum. 1994.The role of the zebra mussel,dreissena polymorpha, in contaminant cycling: I. the effect of bodysize and lipid content on the bioconcentration of PCBs and PAHs. J.Great Lakes Res. 20(4): 725–734.

Cheong, L dan F.Y Chen. 1980. Preliminary studies on raft method of greenmussels Perna viridis (L) in Singapore. S.J.Pr.Ind. 8(2): 119-133.

Catsiki, V.A, I. Hatzianestis dan F. Rigas. 2003. Distribution of metal and organiccontaminants in mussel from Thermoikos gulf. Global Nest: The Int.J.5(3): 119-126.

Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan DKI. 2004. Kualitas perairan TelukJakarta. Jakarta

Djamali, A. 1982. Kerang hijau. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Environmental Protection Agency. 1996a. Separatory funnel liqud-liquidextraction revision 3. U.S.E.P.A.3510:1-8

Environmental Protection Agency. 1996b. Soxhlet extraction revision 3.U.S.E.P.A.3540:1-8

Environmental Protection Agency. 1998. Semivolatile organic compoundsby gas chromatography/mass spectrometry (GC/MS) revision 4.U.S.E.P.A.8270:1-62

Fadhlina, D. 2007. Geokimia logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn di perairan TelukJakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Page 64: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Fleming, H.P, A.J Asencio P dan E. Guiterrez. 2004. Polycyclic aromatichydrocarbons in sediments and mussels of Corral Bay, South CentralChile. J.Environ.Monit. 6: 229-233.

Gritter, R.J. 1991. Pengantar kromatografi edisi kedua. ITB Press. Bandung.Hal 1-81.

Gunawan, I. 2003. Kandungan pestisida organoklorin dalam sedimen dan kerangtahu (Meretrix meretrix) di muara Sungai Citarum, Jawa Barat. Skripsi.Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.

Helton, D. A. Moles, J. Short dan J. Rice. 2004. Result of the M/V Kuroshima oilspill shellfish tissue report 1999, 2000 and 2004. National Oceanic andAtmospheric Administration (NOAA).United States of America.

ICES. 2007. Background concentrations of contaminants in biota and sediments.ICES Advice Book 1. 108-113

Jennings, W. 1987. Analytical gas chromatography. Academic Press Inc. Orlando,FL.viii + 259 h.

Kantor Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 1989. Studi manajemen TelukJakarta. Laporan Akhir Kerjasama Pusat Studi Ilmu Kelautan, FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan IPB dan Proyek Penelitian PengembanganSumberdaya Laut dan Pencemaran Laut, Kantor Menteri NegaraKependudukan dan Lingkungan Hidup. Bogor.

Kastoro, W. 1988. Beberapa aspek ekologi kerang hijau (Mytilus viridis) dariperairan Binaria Ancol. Fakultas Biologi. Universitas Nasional. Jakarta.

Killops, S.D dan V.S Killops. 1993. An introduction to organic geochemistry.John Wiley and Sons, Inc. New York.

Litasari, L. 2002. Kajian kesesuaian lahan dan kebijakan pemanfaatan arealbudidaya kerang hijau (Perna viridis): kasus di kelurahan Kamal Muara,Jakarta Utara. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Llobet, J.M, G. Falco, A. Rocio dan J.L Domingo. 2006. Exposure to polycyclicaromatic hydrocarbons through consumption of edible marine species inCatalonia, Spain. Journal of Food Protection. 69(10):2493-2499.

Lundstedt, S. 2003. Analysis of PAHs and their transformation products incontaminated soil and remedial processes. Department of Chemistry.Environmental Chemistry. Umeå University. Sweden.

Page 65: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

McDowell, J.E, B.A Lancaster, D.F Leavitt, P. Rantamaki dan B.Ripley. 1999.The effects of lipophilic organic contaminants on reproductive physiologyand disease processes in marine bivalve molluscs. Limnol. Oceanogr.44(3, part 2): 903-909.

McIntosh, A.D, C.F Moffat, G. Packer dan L. Webster. 2004. Polycyclic aromatichydrocarbon (PAH) concentration and composition determined in farmedblue mussels (Mytilus edulis) in a sea loch pre- and post-closure of analuminium smelter. J. Environ. Monit.6: 209-218.

Menzel, W. 1990. Estuarine an marine bivalve mollusca culture. CRC Press Inc.Boston.

Mortimer, D. 2005. Polycyclic aromatic hydrocarbons in shellfish. FoodStandard Agency London. 83(5): 1-12.

Neff, J.M . 1979. Polycyclic aromatic hydrocarbons in the aquatic environment.Applied Science Publishers LTD. London, England. v + 262 h.

Ningtyas, P. 2002. Tingkat akumulasi logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn pada keranghijau (Perna viridis L.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Skripsi.Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.

O’Connor, T. 1998. Chemical contaminants in oysters and mussels. NOAA'sState of the Coast Report. NOAA. United States of America.

Sanusi, H.S. 2006. Kimia laut : proses fisik kimia dan interaksinya terhadaplingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan. IPB Press. Bogor. xi + 188 hal.

Sivalingam. 1977. Aquaculture of green mussels, Mytilus viridis (L) in Malaysiaaquaculture, 11 : 297-312.

Roberts, D. 1976. Mussel and pollution. In B.L Bayne (ed), Marine mussels: Theirecology and physiology. Cambridge University Press. London, England.

Vakily, J.M. 1989. The biology and culture of genus Perna. ICLARM. Studiesand Reviews. Oventsche Gesselschaff for Technische Zusammeurnabeit(GTZ) GMBH Eschborn. Federal Republic of Germany.

Webster, L, A.D McIntosh, E.J Dulgarno, C. Meggison, N.J Shepherd dan C.FMoffat. 2002. The polycyclic aromatic hydrocarbons composition ofmussels (Mytilus edulis) from the Scottish coastal waters. J. Environ.Monit. 9: 150-159.

Page 66: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

L A M P I R A N

Page 67: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf
Page 68: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 1. Data parameter fisik dan kimia air laut di perairan Kamal Muara,Teluk Jakarta

Paramater fisik dankimia

Salinitas (‰) pH TSS (mg/L)

pengambilanke-

ulanganStasiun Stasiun Stasiun

1 2 1 2 1 21 1 32 31,5 7,6 7,8 0,020 0,090

2 31,5 32 7,7 7,7 0,055 0,0303 32 32 7,8 7,8 0,080 0,045

2 1 32 33 7,8 7,9 0,040 0,0432 31 31 7,5 7,6 0,034 0,0433 30 30 7,7 7,5 0,023 0,047

3 1 33 32 7,6 7,8 0,073 0,0602 31 31 7,9 7,7 0,058 0,0613 32 33 7,7 7,5 0,055 0,133

Lampiran 2. Hasil perhitungan konsentrasi PAH (µg L-1) dalam air

Stasiuntanggal

pengambilansenyawa PAH

areacontoh

areastandar

nanogramcontoh

(ng)

volumecontoh

(L)µg L-1

1 1 Mei 2007 napthalen 433140 4933655 0,8779 2000000 4,3896E-07

1 metilnapthalen 247132 59676629 0,0414 2000000 2,0706E-08

asenapthen 10640 11841995 0,0090 2000000 4,4925E-09

fluoren 22614 3432101 0,0659 2000000 3,2945E-08

anthrasen 95961 15008758 0,0639 2000000 3,1968E-08

fluoranthen 191078 6022532 0,3173 2000000 1,5864E-07

pyren 202592 16745779 0,1210 2000000 6,0490E-08

total 7,4820E-07

29 Mei 2007 napthalen 556224 4933655 1,1274 2000000 5,6370E-07

1 metilnapthalen 335190 59676629 0,0562 2000000 2,8084E-08

asenapthen 35976 11841995 0,0304 2000000 1,5190E-08

fluoren 64914 3432101 0,1891 2000000 9,4569E-08

anthrasen 77346 15008758 0,0515 2000000 2,5767E-08

fluoranthen 139855 6022532 0,2322 2000000 1,1611E-07

pyren 96529 16745779 0,0576 2000000 2,8822E-08

total 8,7225E-07

26 Juni 2007 napthalen 150416 4933655 0,3049 2000000 3,0282E-09

1 metilnapthalen 36143 59676629 0,0061 2000000 1,6108E-09

asenapthen 3815 11841995 0,0032 2000000 0

fluoren 0 3432101 0 2000000 1,1618E-08

anthrasen 34874 15008758 0,0232 2000000 0

fluoranthen 0 6022532 0 2000000 0

pyren 0 16745779 0 2000000 0

total 1,6257E-08

Page 69: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

tanggalpengambilan napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren anthrasen fluoranthen pyren

1 Mei 2007 4.3896E-07 2.0706E-08 4.4925E-09 3.2945E-08 3.1968E-08 1.5864E-07 6.0490E-08

29 Mei 2007 5.6370E-07 2.8084E-08 1.5190E-08 9.4569E-08 2.5767E-08 1.1611E-07 2.8822E-08

26 Juni 2007 1.5244E-07 3.0282E-09 1.6108E-09 0 1.1618E-08 0 0

rata-rata 3.8504E-07 1.7273E-08 7.0978E-09 4.2505E-08 2.3118E-08 9.1582E-08 2.9771E-08

Stasiuntanggal

pengambilansenyawa PAH

areacontoh

areastandar

nanogramcontoh

(ng)

volumecontoh (L)

µg L-1

2 1 Mei 2007 napthalen 872377 4933655 1,7682 2000000 8,8411E-07

1 metilnapthalen 299174 59676629 0,0501 2000000 2,5066E-08

asenapthen 26752 11841995 0,0226 2000000 1,1295E-08

fluoren 35698 3432101 0,1040 2000000 5,2006E-08

anthrasen 61726 15008758 0,0411 2000000 2,0563E-08

fluoranthen 163351 6022532 0,2712 2000000 1,3562E-07

pyren 146326 16745779 0,0874 2000000 4,3690E-08

total 1,1723E-06

29 Mei 2007 napthalen 94584 4933655 0,1917 2000000 9,5856E-08

1 metilnapthalen 39572 59676629 0,0066 2000000 3,3155E-09

asenapthen 16297 11841995 0,0138 2000000 6,8810E-09

fluoren 27299 3432101 0,0795 2000000 3,9770E-08

anthrasen 54484 15008758 0,0363 2000000 1,8151E-08

fluoranthen 60979 6022532 0,1013 2000000 5,0626E-08

pyren 68401 16745779 0,0408 2000000 2,0423E-08

total 2,3502E-07

26 Juni 2007 napthalen 262097 4933655 0,5312 2000000 2,6562E-07

1 metilnapthalen 134945 59676629 0,0226 2000000 1,1306E-08

asenapthen 0 11841995 0 2000000 0

fluoren 49968 3432101 0,1456 2000000 7,2795E-08

anthrasen 42981 15008758 0,0286 2000000 1,4319E-08

fluoranthen 288183 6022532 0,4785 2000000 2,3925E-07

pyren 30798 16745779 0,0184 2000000 9,1958E-09

total 6,1249E-07

tanggalpengambilan napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren anthrasen fluoranthen pyren

1 Mei 2007 8.8411E-07 2.5066E-08 1.1295E-08 5.2006E-08 2.0563E-08 1.3562E-07 4.3690E-08

29 Mei 2007 9.5856E-08 3.3155E-09 6.8810E-09 3.9770E-08 1.8151E-08 5.0626E-08 2.0423E-08

26 Juni 2007 2.6562E-07 1.1306E-08 0 7.2795E-08 1.4319E-08 2.3925E-07 9.1958E-09

rata-rata 4.1520E-07 1.3229E-08 6.0588E-09 5.4857E-08 1.7678E-08 1.4183E-07 2.4437E-08

Rumus menghitung konsentrasi PAH:

Dimana : Cc : konsentrasi PAH (ppm)

Ac : luasan area larutan contoh

Ast : luasan area larutan standar

Litre : total contoh air laut (liter)

LitreKst

AstAcCc

Lampiran 2 (lanjutan)

Page 70: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 3. Hasil perhitungan konsentrasi PAH (µg g-1) dalam kerang hijau

stasiunwaktu

pengambilan

ukuranpanjangtubuh(cm)

SenyawaPAH

areacontoh

areastandar

nanogramcontoh

(ng)

beratcontoh

basah(mg)µg g-1

1 1 Mei 2007 1,0-1,5 Napthalen 234187 9978466 0,2347 0,01 23,46921 metilnapthalen 100958 59676629 0,0169 0,01 1,6918

asenapthen 11819 11841995 0,0100 0,01 0,9981fluoren 37855 14873893 0,0255 0,01 2,5451

anthrasen 89493 15008758 0,0596 0,01 5,9627fluoranthen 107064 9790114 0,1094 0,01 10,9359

pyren 34324 6655435 0,0516 0,01 5,1573total 50,7600

2,5-3,0 Napthalen 337822 9978466 0,3386 0,01 33,85511 metilnapthalen 148233 59676629 0,0248 0,01 2,4839

asenapthen 10700 11841995 0,0090 0,01 0,9036fluoren 47022 14873893 0,0316 0,01 3,1614

anthrasen 147305 15008758 0,0981 0,01 9,8146fluoranthen 540588 9790114 0,5522 0,01 55,2177

pyren 134959 6655435 0,2028 0,01 20,2780Total 125,7143

4,0-4,5 Napthalen 407144 9978466 0,4080 0,01 40,80231 metilnapthalen 315990 59676629 0,0530 0,01 5,2950

asenapthen 17129 11841995 0,0145 0,01 1,4465fluoren 43237 14873893 0,0291 0,01 2,9069

anthrasen 79058 15008758 0,0527 0,01 5,2675fluoranthen 354850 9790114 0,3625 0,01 36,2457

pyren 128193 6655435 0,1926 0,01 19,2614Total 111,2253

5,5-6,0 Napthalen 167584 9978466 0,1679 0,01 16,79461 metilnapthalen 106389 59676629 0,0178 0,01 1,7828

asenapthen 11420 11841995 0,0096 0,01 0,9644fluoren 18222 14873893 0,0123 0,01 1,2251

anthrasen 45964 15008758 0,0306 0,01 3,0625fluoranthen 232646 9790114 0,2376 0,01 23,7634

pyren 54466 6655435 0,0818 0,01 8,1837Total 55,7763

15 Mei 2007 1,0-1,5 Napthalen 256299 9978466 0,2569 0,01 25,68521 metilnapthalen 121064 59676629 0,0203 0,01 2,0287

asenapthen 6637 11841995 0,0056 0,01 0,5605fluoren 32429 14873893 0,0218 0,01 2,1803

anthrasen 87755 15008758 0,0585 0,01 5,8469fluoranthen 148085 9790114 0,1513 0,01 15,1260

pyren 45594 6655435 0,0685 0,01 6,8506Total 58,2781

2,5-3,0 Napthalen 155439 9978466 0,1558 0,01 15,57741 metilnapthalen 59676629 0,0000 0,01 0

asenapthen 26448 11841995 0,0223 0,01 2,2334fluoren 20676 14873893 0,0139 0,01 1,3901

anthrasen 60782 15008758 0,0405 0,01 4,0498fluoranthen 0 9790114 0,0000 0,01 0

pyren 6655435 0,0000 0,01 0Total 23,2507

4,0-4,5 Napthalen 226328 9978466 0,2268 0,01 22,68161 metilnapthalen 71739 59676629 0,0120 0,01 1,2021

asenapthen 4845 11841995 0,0041 0,01 0,4091fluoren 22532 14873893 0,0151 0,01 1,5149

anthrasen 80346 15008758 0,0535 0,01 5,3533fluoranthen 104042 9790114 0,1063 0,01 10,6273

Page 71: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Stasiun1

pyren 6655435 0,0000 0,01 0Total 41,7883

waktupengambilan

ukuranpanjangtubuh(cm)

SenyawaPAH

areacontoh

areastandar

nanogramcontoh

(ng)

beratcontoh

basah(mg)µg g-1

15 Mei 2007 5,5-6,0 Napthalen 349995 9978466 0,3508 0,01 35,07501 metilnapthalen 127977 59676629 0,0214 0,01 2,1445

asenapthen 115767 11841995 0,0978 0,01 9,7760fluoren 59350 14873893 0,0399 0,01 3,9902

anthrasen 86053 15008758 0,0573 0,01 5,7335fluoranthen 348221 9790114 0,3557 0,01 35,5686

pyren 125302 6655435 0,1883 0,01 18,8270Total 111,1149

29 Mei 2007 1,0-1,5 Napthalen 193683 9978466 0,1941 0,01 19,41011 metilnapthalen 108319 59676629 0,0182 0,01 1,8151

asenapthen 209312 11841995 0,1768 0,01 17,6754fluoren 33695 14873893 0,0227 0,01 2,2654

anthrasen 0 15008758 0,0000 0,01 0fluoranthen 123609 9790114 0,1263 0,01 12,6259

pyren 6655435 0,0000 0,01 0total 53,7919

2,5-3,0 Napthalen 267099 9978466 0,2677 0,01 26,76751 metilnapthalen 87227 59676629 0,0146 0,01 1,4617

asenapthen 33196 11841995 0,0280 0,01 2,8032fluoren 14873893 0,0000 0,01 0

anthrasen 37134 15008758 0,0247 0,01 2,4742fluoranthen 88203 9790114 0,0901 0,01 9,0094

pyren 6655435 0,0000 0,01 0total 42,5160

4,0-4,5 Napthalen 226328 9978466 0,2268 0,01 22,68161 metilnapthalen 71739 59676629 0,0120 0,01 1,2021

asenapthen 7531 11841995 0,0064 0,01 0,6360fluoren 22532 14873893 0,0151 0,01 1,5149

anthrasen 80346 15008758 0,0535 0,01 5,3533fluoranthen 104042 9790114 0,1063 0,01 10,6273

pyren 20533 6655435 0,0309 0,01 3,0851total 45,1003

5,5-6,0 Napthalen 160076 9978466 0,1604 0,01 16,04211 metilnapthalen 59676629 0,0000 0,01 0

asenapthen 33859 11841995 0,0286 0,01 2,8592fluoren 14370 14873893 0,0097 0,01 0,9661

anthrasen 32628 15008758 0,0217 0,01 2,1739fluoranthen 124283 9790114 0,1269 0,01 12,6947

pyren 6655435 0,0000 0,01 0total 34,7362

12 Juni 2007 1,0-1,5 Napthalen 1993750 9978466 1,9981 0,01 199,80531 metilnapthalen 147341 59676629 0,0247 0,01 2,4690

asenapthen 12964 11841995 0,0109 0,01 1,0947fluoren 117238 14873893 0,0788 0,01 7,8821

anthrasen 145972 15008758 0,0973 0,01 9,7258fluoranthen 594788 9790114 0,6075 0,01 60,7539

pyren 13415 6655435 0,0202 0,01 2,0156total 283,7465

2,5-3,0 Napthalen 512813 9978466 0,5139 0,01 51,39201 metilnapthalen 142278 59676629 0,0238 0,01 2,3841

asenapthen 56344 11841995 0,0476 0,01 4,7580fluoren 90443 14873893 0,0608 0,01 6,0807

anthrasen 136252 15008758 0,0908 0,01 9,0782fluoranthen 395112 9790114 0,4036 0,01 40,3583

pyren 6655435 0,0000 0,01 0

Lampiran 3 (lanjutan)

Page 72: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Stasiun1

total 114,05124,0-4,5 Napthalen 197971 9978466 0,1984 0,01 19,8398

1 metilnapthalen 52749 59676629 0,0088 0,01 0,8839

waktupengambilan

ukuranpanjangtubuh

SenyawaPAH

areacontoh

areastandar

nanogramcontoh

(ng)

beratcontoh

basah(mg)µg g-1

12 Juni 2007 4,0-4,5 asenapthen 22024 11841995 0,0186 0,01 1,8598fluoren 57403 14873893 0,0386 0,01 3,8593

anthrasen 98100 15008758 0,0654 0,01 6,5362fluoranthen 270292 9790114 0,2761 0,01 27,6087

pyren 52698 6655435 0,0792 0,01 7,9180total 68,5058

5,5-6,0 Napthalen 240819 9978466 0,2413 0,01 24,13391 metilnapthalen 122646 59676629 0,0206 0,01 2,0552

asenapthen 12786 11841995 0,0108 0,01 1,0797fluoren 22237 14873893 0,0150 0,01 1,4950

anthrasen 78168 15008758 0,0521 0,01 5,2082fluoranthen 0 9790114 0,0000 0,01 0

pyren 12830 6655435 0,0193 0,01 1,9277total 35,8997

26 Juni 2007 1,0-1,5 Napthalen 262097 9978466 0,2627 0,01 26,26631 metilnapthalen 134945 59676629 0,0226 0,01 2,2613

asenapthen 11841995 0,0000 0,01 0fluoren 49968 14873893 0,0336 0,01 3,3594

anthrasen 42981 15008758 0,0286 0,01 2,8637fluoranthen 288183 9790114 0,2944 0,01 29,4361

pyren 30798 6655435 0,0463 0,01 4,6275total 68,8143

2,5-3,0 Napthalen 239792 9978466 0,2403 0,01 24,03091 metilnapthalen 74395 59676629 0,0125 0,01 1,2466

asenapthen 8620 11841995 0,0073 0,01 0,7279fluoren 29556 14873893 0,0199 0,01 1,9871

anthrasen 28660 15008758 0,0191 0,01 1,9096fluoranthen 47203 9790114 0,0482 0,01 4,8215

pyren 25268 6655435 0,0380 0,01 3,7966total 38,5203

4,0-4,5 Napthalen 246299 9978466 0,2468 0,01 24,68311 metilnapthalen 144403 59676629 0,0242 0,01 2,4198

asenapthen 11471 11841995 0,0097 0,01 0,9687fluoren 32917 14873893 0,0221 0,01 2,2131

anthrasen 47148 15008758 0,0314 0,01 3,1414fluoranthen 173008 9790114 0,1767 0,01 17,6717

pyren 11498 6655435 0,0173 0,01 1,7276total 52,8252

5,5-6,0 Napthalen 268220 9978466 0,2688 0,01 26,87991 metilnapthalen 154376 59676629 0,0259 0,01 2,5869

asenapthen 9270 11841995 0,0078 0,01 0,7828fluoren 25985 14873893 0,0175 0,01 1,7470

anthrasen 28026 15008758 0,0187 0,01 1,8673fluoranthen 241001 9790114 0,2462 0,01 24,6168

pyren 6655435 0,0000 0,01 0total 58,4807

rata-rata napthalen 1 metilnapthalen asenapthen fluoren anthrasen fluoranthen pyren

1,0-1,5 58.92721 2.053156 4.065734 3.646456 4.879831 25.77557 3.730214

2,5-3,0 30.3246 1.515277 2.285223 2.523845 5.465249 21.88138 4.814922

4,0-4,5 26.13768 2.200593 1.06401 2.401806 5.130311 20.55612 6.39844

5,5-6,0 23.7851 1.713864 3.092418 1.884698 3.609079 19.3287 5.787691

Lampiran 3 (lanjutan)

Page 73: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

stasiunwaktu

pengambilan

ukuranpanjangtubuh(cm)

senyawaPAH

areacontoh

areastandar

nanogramcontoh

(ng)

beratcontoh

basah(mg)ppm

21 Mei 2007 1,0-1,5 Napthalen 356904 9978466 0,3577 0,01 35,7674

1 metilnapthalen 163691 59676629 0,0274 0,01 2,7430asenapthen 39518 11841995 0,0334 0,01 3,3371

fluoren 112017 14873893 0,0753 0,01 7,5311anthrasen 126561 15008758 0,0843 0,01 8,4325

fluoranthen 494830 9790114 0,5054 0,01 50,5438pyren 86618 6655435 0,1301 0,01 13,0146

total 121,36962,5-3,0 Napthalen 207537 9978466 0,2080 0,01 20,7985

1 metilnapthalen 50062 59676629 0,0084 0,01 0,8389asenapthen 7969 11841995 0,0067 0,01 0,6729

fluoren 20733 14873893 0,0139 0,01 1,3939anthrasen 41489 15008758 0,0276 0,01 2,7643

fluoranthen 153060 9790114 0,1563 0,01 15,6341pyren 6655435 0 0,01 0

total 42,10274,0-4,5 Napthalen 248057 9978466 0,2486 0,01 24,8592

1 metilnapthalen 66644 59676629 0,0112 0,01 1,1168asenapthen 19393 11841995 0,0164 0,01 1,6376

fluoren 25470 14873893 0,0171 0,01 1,7124anthrasen 45911 15008758 0,0306 0,01 3,0589

fluoranthen 199204 9790114 0,2035 0,01 20,3475pyren 6655435 0 0,01 0

Total 52,73245,5-6,0 Napthalen 232847 9978466 0,2333 0,01 23,3349

1 metilnapthalen 114967 59676629 0,0193 0,01 1,9265asenapthen 11841995 0 0,01 0

fluoren 14873893 0 0,01 0anthrasen 40625 15008758 0,0271 0,01 2,7068

fluoranthen 130485 9790114 0,1333 0,01 13,3282pyren 14036 6655435 0,0211 0,01 2,1090

Total 43,405415 Mei 2007 1,0-1,5 napthalena 272915 9978466 0,2735 0,01 27,3504

1 metilnapthalena 55638 59676629 0,0093 0,01 0,9323asenapthena 116552 11841995 0,0984 0,01 9,8423

fluorena 31927 14873893 0,0215 0,01 2,1465anthrasena 65817 15008758 0,0439 0,01 4,3852

fluoranthena 161478 9790114 0,1649 0,01 16,4940pyrena 6655435 0 0,01 0

Total 61,15072,5-3,0 Napthalen 359999 9978466 0,3608 0,01 36,0776

1 metilnapthalen 138585 59676629 0,0232 0,01 2,3223asenapthen 46628 11841995 0,0394 0,01 3,9375

fluoren 41429 14873893 0,0279 0,01 2,7854anthrasen 65685 15008758 0,0438 0,01 4,3764

fluoranthen 172954 9790114 0,1767 0,01 17,6662pyren 6655435 0 0,01 0

Total 67,16544,0-4,5 Napthalen 197679 9978466 0,1981 0,01 19,8106

1 metilnapthalen 61192 59676629 0,0103 0,01 1,0254asenapthen 31290 11841995 0,0264 0,01 2,6423

fluoren 17900 14873893 0,0120 0,01 1,2035anthrasen 48250 15008758 0,0321 0,01 3,2148

fluoranthen 112496 9790114 0,1149 0,01 11,4908

Lampiran 3 (lanjutan)

Page 74: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

pyren 6655435 0 0,01 0total 39,3873

waktupengambilan

ukuranpanjangtubuh(cm)

senyawaPAH

areacontoh

areastandar

nanogramcontoh

(ng)

beratcontoh

basah(mg)ppm

15 Mei 2007 5,5-6,0 Napthalen 247589 9978466 0,2481 0,01 24,81231 metilnapthalen 68156 59676629 0,0114 0,01 1,1421

asenapthen 92369 11841995 0,0780 0,01 7,8001fluoren 20754 14873893 0,0140 0,01 1,3953

anthrasen 42501 15008758 0,0283 0,01 2,8317fluoranthen 112173 9790114 0,1146 0,01 11,4578

pyren 6655435 0 0,01 0total 49,4394

29 Mei 2007 1,0-1,5 Napthalen 171589 9978466 0,1720 0,01 17,19591 metilnapthalen 59676629 0 0,01 0

asenapthen 11841995 0 0,01 0fluoren 14375 14873893 0,0097 0,01 0,9665

anthrasen 33341 15008758 0,0222 0,01 2,2214fluoranthen 41577 9790114 0,0425 0,01 4,2468

pyren 6655435 0 0,01 0total 24,6307

2,5-3,0 Napthalen 92702 9978466 0,0929 0,01 9,29021 metilnapthalen 22333 59676629 0,0037 0,01 0,3742

asenapthen 0 11841995 0 0,01 0fluoren 0 14873893 0 0,01 0

anthrasen 17679 15008758 0,0118 0,01 1,1779fluoranthen 0 9790114 0 0,01 0

pyren 17842 6655435 0,0268 0,01 2,6808total 13,5232

4,0-4,5 Napthalen 232639 9978466 0,2331 0,01 23,31411 metilnapthalen 86247 59676629 0,0145 0,01 1,4452

asenapthen 0 11841995 0 0,01 0fluoren 27234 14873893 0,0183 0,01 1,8310

anthrasen 42665 15008758 0,0284 0,01 2,8427fluoranthen 68358 9790114 0,0698 0,01 6,9823

pyren 0 6655435 0 0,01 0total 36,4154

5,5-6,0 Napthalen 124141 9978466 0,1244 0,01 12,44091 metilnapthalen 28717 59676629 0,0048 0,01 0,4812

asenapthen 0 11841995 0 0,01 0fluoren 0 14873893 0 0,01 0

anthrasen 28886 15008758 0,0192 0,01 1,9246fluoranthen 0 9790114 0 0,01 0

pyren 0 6655435 0 0,01 0total 14,8467

12 Juni 2007 1,0-1,5 Napthalen 280940 9978466 0,2815 0,01 28,15461 metilnapthalen 93420 59676629 0,0157 0,01 1,5654

asenapthen 29288 11841995 0,0247 0,01 2,4732fluoren 114841 14873893 0,0772 0,01 7,7210

anthrasen 73128 15008758 0,0487 0,01 4,8724fluoranthen 302271 9790114 0,3088 0,01 30,8751

pyren 104325 6655435 0,1568 0,01 15,6752Total 91,3369

2,5-3,0 Napthalen 286795 9978466 0,2874 0,01 28,74141 metilnapthalen 182658 59676629 0,0306 0,01 3,0608

asenapthen 91307 11841995 0,0771 0,01 7,7104fluoren 62219 14873893 0,0418 0,01 4,1831

anthrasen 46106 15008758 0,0307 0,01 3,0719fluoranthen 357495 9790114 0,3652 0,01 36,5159

Lampiran 3 (lanjutan)

Page 75: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

pyren 112693 6655435 0,1693 0,01 16,9325total 100,2161

4,0-4,5 Napthalen 312102 9978466 0,3128 0,01 31,27761 metilnapthalen 142526 59676629 0,0239 0,01 2,3883

waktupengambilan

ukuranpanjangtubuh(cm)

senyawaPAH

areacontoh

areastandar

nanogramcontoh

(ng)

beratcontoh

basah(mg)ppm

12 Juni 2007 4,0-4,5 asenapthen 65680 11841995 0,0555 0,01 5,5464fluoren 65160 14873893 0,0438 0,01 4,3808

anthrasen 65760 15008758 0,0438 0,01 4,3814fluoranthen 456190 9790114 0,4660 0,01 46,5970

pyren 6655435 0 0,01 0total 94,5715

5,5-6,0 Napthalen 211631 9978466 0,2121 0,01 21,20881 metilnapthalen 188331 59676629 0,0316 0,01 3,1559

asenapthen 11841995 0 0,01 0fluoren 49277 14873893 0,0331 0,01 3,3130

anthrasen 27731 15008758 0,0185 0,01 1,8477fluoranthen 455535 9790114 0,4653 0,01 46,5301

pyren 6655435 0 0,01 0total 76,0554

26 Juni 2007 1,0-1,5 Napthalen 219699 9978466 0,2202 0,01 22,01731 metilnapthalen 177699 59676629 0,0298 0,01 2,9777

asenapthen 15513 11841995 0,0131 0,01 1,3100fluoren 6409 14873893 0,0043 0,01 0,4309

anthrasen 32529 15008758 0,0217 0,01 2,1673fluoranthen 155575 9790114 0,1589 0,01 15,8910

pyren 6655435 0 0,01 0total 44,7943

2,5-3,0 Napthalen 255560 9978466 0,2561 0,01 25,61121 metilnapthalen 108337 59676629 0,0182 0,01 1,8154

asenapthen 42180 11841995 0,0356 0,01 3,5619fluoren 14046 14873893 0,0094 0,01 0,9443

anthrasen 49846 15008758 0,0332 0,01 3,3211fluoranthen 114521 9790114 0,1170 0,01 11,6976

pyren 56449 6655435 0,0848 0,01 8,4816total 55,4332

4,0-4,5 Napthalen 713566 9978466 0,7151 0,01 71,51061 metilnapthalen 325942 59676629 0,0546 0,01 5,4618

asenapthen 20854 11841995 0,0176 0,01 1,7610fluoren 67282 14873893 0,0452 0,01 4,5235

anthrasen 55493 15008758 0,0370 0,01 3,6974fluoranthen 464648 9790114 0,4746 0,01 47,4609

pyren 6655435 0 0,01 0total 134,4152

5,5-6,0 Napthalen 202416 9978466 0,2029 0,01 20,28531 metilnapthalen 156280 59676629 0,0262 0,01 2,6188

asenapthen 49355 11841995 0,0417 0,01 4,1678fluoren 28784 14873893 0,0194 0,01 1,9352

anthrasen 44877 15008758 0,0299 0,01 2,9901fluoranthen 328934 9790114 0,3360 0,01 33,5986

pyren 6655435 0 0,01 0total 65,5957

Rata-rata napthalen1metilnapthalen asenapthen fluoren anthrasen fluoranthen pyren

1,0-1,5 26.09714 1.643685 3.39252 3.759191 4.415768 23.61016 5.737957

2,5-3,0 24.10377 1.682317 3.176559 1.861342 2.942349 16.30277 5.618987

4,0-4,5 34.15441 2.287499 2.317464 2.730233 3.439045 26.57571 0

Lampiran 3 (lanjutan)

Page 76: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

5,5-6,0 20.41644 1.864888 2.393583 1.328704 2.460164 20.98294 0.421791

Rumus menghitung konsentrasi PAH:

Dimana : Cc : konsentrasi PAH (ppm)

Ac : luasan area larutan contoh

Ast : luasan area larutan standar

W : berat basah contoh (gram)

WKst

AstAcCc

Lampiran 3 (lanjutan)

Page 77: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 4. Data berat tubuh dan konsentrasi total PAH pada kerang hijau di stasiun 1kisaran panjang tubuh 1-1,5 cm

pengambilan ke 1 pengambilan ke 2 pengambilan ke 3 pengambilan ke 4 pengambilan ke 5

panjangberat(gr)

Konsentrasi(ug/g) panjang

berat(gr)

Konsentrasi(ug/g) panjang

berat(gr)

Konsentrasi(ug/g) panjang

berat(gr)

Konsentrasi(ug/g) panjang

berat(gr)

Konsentrasi(ug/g)

1,01 0,1735 0,8980 1,01 0,1733 1,0047 1 0,1741 0,9770 1 0,1764 5,2160 1 0,1750 1,69331,01 0,1738 0,8995 1,01 0,1739 1,0082 1 0,1747 0,9806 1 0,1765 5,2204 1 0,1752 1,69531,01 0,1741 0,9011 1,01 0,1736 1,0065 1 0,1751 0,9825 1,01 0,1773 5,2412 1,01 0,1755 1,69821,03 0,1744 0,9026 1,04 0,1747 1,0129 1,02 0,1754 0,9844 1,03 0,1799 5,3195 1,02 0,1757 1,70011,04 0,1844 0,9544 1,05 0,1741 1,0094 1,03 0,1746 0,9798 1,03 0,1802 5,3283 1,02 0,1760 1,70291,04 0,1750 0,9057 1,05 0,1747 1,0131 1,03 0,1753 0,9837 1,04 0,1818 5,3756 1,03 0,1763 1,70571,04 0,1752 0,9068 1,08 0,1751 1,0151 1,05 0,1741 0,9770 1,07 0,1815 5,3668 1,04 0,1766 1,70851,06 0,1755 0,9083 1,08 0,1754 1,0170 1,05 0,1756 0,9854 1,09 0,1821 5,3845 1,05 0,1769 1,71121,06 0,1757 0,9094 1,1 0,1746 1,0123 1,06 0,1764 0,9899 1,1 0,1826 5,3993 1,05 0,1771 1,71401,06 0,1760 0,9109 1,1 0,1753 1,0163 1,07 0,1765 0,9907 1,1 0,1827 5,4022 1,06 0,1774 1,71681,09 0,1763 0,9124 1,1 0,1741 1,0094 1,08 0,1773 0,9947 1,11 0,1843 5,4496 1,06 0,1777 1,7195

1,1 0,1766 0,9138 1,12 0,1756 1,0181 1,09 0,1799 1,0095 1,11 0,1884 5,5708 1,06 0,1782 1,72461,1 0,1769 0,9153 1,14 0,1764 1,0227 1,12 0,1802 1,0112 1,12 0,1858 5,4946 1,09 0,1785 1,7275

1,13 0,1771 0,9168 1,16 0,1760 1,0207 1,12 0,1818 1,0202 1,14 0,1865 5,5149 1,1 0,1788 1,73041,14 0,1774 0,9183 1,17 0,1763 1,0219 1,12 0,1815 1,0185 1,16 0,1872 5,5352 1,11 0,1791 1,73331,17 0,1777 0,9198 1,17 0,1759 1,0198 1,15 0,1821 1,0219 1,16 0,1879 5,5555 1,11 0,1794 1,73621,17 0,1782 0,9225 1,19 0,1802 1,0447 1,16 0,1826 1,0247 1,16 0,1896 5,6054 1,14 0,1797 1,73911,18 0,1785 0,9240 1,2 0,1818 1,0540 1,17 0,1827 1,0252 1,16 0,1849 5,4673 1,14 0,1800 1,7420

1,2 0,1788 0,9256 1,2 0,1815 1,0523 1,17 0,1843 1,0342 1,17 0,1852 5,4762 1,15 0,1803 1,74491,2 0,1791 0,9271 1,21 0,1821 1,0558 1,2 0,1864 1,0460 1,18 0,1856 5,4880 1,15 0,1806 1,74781,2 0,1794 0,9287 1,23 0,1826 1,0587 1,2 0,1854 1,0404 1,21 0,1900 5,6181 1,15 0,1809 1,75071,2 0,1797 0,9302 1,23 0,1827 1,0592 1,22 0,1830 1,0269 1,21 0,1874 5,5400 1,18 0,1812 1,7536

1,22 0,1800 0,9318 1,23 0,1843 1,0685 1,23 0,1831 1,0275 1,22 0,1899 5,6151 1,19 0,1815 1,75651,22 0,1803 0,9333 1,24 0,1834 1,0633 1,24 0,1835 1,0297 1,22 0,1895 5,6033 1,21 0,1818 1,75941,25 0,1806 0,9349 1,26 0,1823 1,0569 1,24 0,1833 1,0286 1,25 0,1873 5,5385 1,21 0,1820 1,76131,25 0,1808 0,9360 1,27 0,1830 1,0610 1,24 0,1849 1,0376 1,26 0,1900 5,6181 1,22 0,1823 1,76421,25 0,1811 0,9375 1,28 0,1831 1,0616 1,26 0,1852 1,0393 1,27 0,1885 5,5749 1,22 0,1826 1,76701,28 0,1814 0,9391 1,28 0,1835 1,0639 1,27 0,1856 1,0415 1,27 0,1887 5,5811 1,22 0,1829 1,76991,29 0,1817 0,9406 1,3 0,1833 1,0627 1,29 0,1900 1,0662 1,3 0,1881 5,5619 1,25 0,1832 1,7727

Page 78: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

1,31 0,1820 0,9421 1,3 0,1833 1,0627 1,29 0,1874 1,0514 1,3 0,1892 5,5944 1,25 0,1835 1,77561,31 0,1823 0,9436 1,32 0,1852 1,0737 1,3 0,1899 1,0656 1,3 0,1868 5,5236 1,27 0,1838 1,77841,31 0,1826 0,9452 1,33 0,1846 1,0702 1,32 0,1895 1,0634 1,32 0,1979 5,8517 1,28 0,1841 1,78091,33 0,1829 0,9467 1,34 0,1863 1,0801 1,32 0,1873 1,0511 1,33 0,1872 5,5350 1,29 0,1843 1,78381,34 0,1832 0,9482 1,34 0,1874 1,0862 1,32 0,1900 1,0662 1,34 0,1895 5,6033 1,29 0,1846 1,78661,34 0,1835 0,9497 1,36 0,1846 1,0702 1,35 0,1885 1,0580 1,34 0,1889 5,5856 1,31 0,1861 1,80071,36 0,1838 0,9513 1,37 0,1895 1,0987 1,36 0,1887 1,0592 1,34 0,1877 5,5501 1,31 0,1961 1,89751,39 0,1841 0,9526 1,37 0,1873 1,0859 1,37 0,1881 1,0555 1,37 0,1868 5,5231 1,32 0,1875 1,81451,39 0,1843 0,9541 1,39 0,1863 1,0801 1,38 0,1892 1,0617 1,39 0,1900 5,6181 1,33 0,1878 1,81751,39 0,1846 0,9556 1,4 0,1885 1,0931 1,38 0,1868 1,0483 1,4 0,1897 5,6092 1,33 0,1881 1,82051,39 0,1849 0,9572 1,41 0,1875 1,0870 1,4 0,1879 1,0544 1,41 0,1895 5,6020 1,34 0,1864 1,8036

1,4 0,1852 0,9587 1,41 0,1874 1,0868 1,4 0,1872 1,0504 1,41 0,1897 5,6088 1,37 0,1867 1,80631,4 0,1855 0,9602 1,41 0,1892 1,0969 1,42 0,1895 1,0634 1,42 0,1899 5,6156 1,38 0,1870 1,8093

1,42 0,1858 0,9617 1,44 0,1868 1,0830 1,43 0,1889 1,0600 1,45 0,1995 5,8993 1,39 0,1873 1,81211,43 0,1861 0,9632 1,45 0,1879 1,0894 1,45 0,1877 1,0533 1,45 0,1938 5,7299 1,4 0,1876 1,81501,44 0,1864 0,9647 1,46 0,1872 1,0853 1,45 0,1868 1,0482 1,46 0,1959 5,7931 1,4 0,1879 1,81781,44 0,1867 0,9662 1,46 0,1895 1,0987 1,46 0,1900 1,0662 1,47 0,1970 5,8238 1,41 0,1979 1,91461,44 0,1870 0,9678 1,48 0,1855 1,0755 1,46 0,1897 1,0645 1,47 0,1980 5,8545 1,42 0,1884 1,82351,47 0,1873 0,9693 1,48 0,1867 1,0824 1,47 0,1895 1,0634 1,48 0,1967 5,8149 1,45 0,1888 1,82661,47 0,1876 0,9708 1,49 0,1876 1,0876 1,48 0,1896 1,0637 1,49 0,1989 5,8813 1,45 0,1891 1,8294

1,5 0,1879 0,9723 1,49 0,1886 1,0934 1,5 0,1895 1,0635 1,5 0,1879 5,5560 1,45 0,1885 1,82391,51 0,1979 1,0241 1,5 0,1986 1,1514 1,51 0,1995 1,1196 1,5 0,1999 5,9108 1,46 0,1873 1,8123

1,5 0,1884 0,9753 1,5 0,1887 1,0940 1,5 0,1900 1,0664 9,5961 283,7462 1,47 0,1896 1,83461,5 0,1888 0,9770 1,5 0,1889 1,0952 9,5859 53,7918 10 1,49 0,1864 1,80361,5 0,1891 0,9785 1,5 0,1882 1,0911 1,5 0,1899 1,8375

9,8075 50,7602 1,5 0,1878 1,0888 9,8875 95,6723total 10,0520 58,2780

kisaran panjang tubuh 2,5-3 cm2,5 0,4002 4,7988 2,5 0,4001 0,8880 2,5 0,3933 1,6204 2,5 0,3992 4,4024 2,5 0,3758 2,2452

2,51 0,4003 4,8000 2,5300 0,4003 0,8885 2,52 0,3935 1,6212 2,51 0,3990 4,4007 2,51 0,3764 2,24882,52 0,4005 4,8024 2,54 0,4004 0,8887 2,53 0,3944 1,6249 2,52 0,3985 4,3945 2,51 0,3790 2,26432,53 0,4007 4,8048 2,57 0,4008 0,8896 2,56 0,3939 1,6228 2,54 0,3978 4,3868 2,51 0,3794 2,26672,53 0,401 4,8084 2,57 0,4008 0,8896 2,58 0,3950 1,6274 2,57 0,3973 4,3818 2,55 0,3899 2,3295

Page 79: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

2,59 0,4014 4,8132 2,58 0,4011 0,8902 2,6 0,3943 1,6245 2,58 0,3999 4,4105 2,56 0,3897 2,32832,6 0,4015 4,8144 2,59 0,4012 0,8906 2,6 0,3943 1,6243 2,61 0,3985 4,3945 2,57 0,3890 2,32412,6 0,4019 4,8192 2,6 0,4014 0,8910 2,61 0,3942 1,6241 2,63 0,3977 4,3857 2,59 0,3900 2,33012,6 0,402 4,8204 2,63 0,4018 0,8918 2,62 0,3941 1,6238 2,64 0,3973 4,3818 2,6 0,3900 2,3301

2,64 0,4025 4,8264 2,64 0,4019 0,8920 2,65 0,3965 1,6337 2,66 0,3944 4,3498 2,61 0,3902 2,33102,65 0,4027 4,8288 2,64 0,4021 0,8925 2,66 0,3968 1,6349 2,68 0,3939 4,3443 2,61 0,3905 2,33302,65 0,4028 4,8300 2,65 0,4023 0,8929 2,67 0,3947 1,6262 2,69 0,3950 4,3564 2,64 0,3909 2,33512,69 0,403 4,8324 2,69 0,4025 0,8934 2,72 0,3987 1,6428 2,72 0,3945 4,3509 2,65 0,3912 2,3372

2,7 0,4033 4,8360 2,69 0,4021 0,8925 2,75 0,3991 1,6443 2,73 0,3938 4,3432 2,67 0,3915 2,33902,7 0,4035 4,8384 2,7 0,4020 0,8923 2,76 0,3990 1,6437 2,74 0,3951 4,3575 2,69 0,3920 2,3420

2,71 0,4041 4,8456 2,71 0,4021 0,8925 2,77 0,3988 1,6430 2,77 0,3968 4,3766 2,7 0,3922 2,34322,71 0,4042 4,8468 2,74 0,4024 0,8931 2,78 0,3986 1,6424 2,82 0,3947 4,3534 2,72 0,3924 2,34442,75 0,4045 4,8504 2,74 0,4030 0,8945 2,8 0,3995 1,6458 2,83 0,3991 4,4018 2,77 0,3925 2,34502,76 0,4046 4,8516 2,74 0,4031 0,8947 2,83 0,3993 1,6452 2,86 0,3990 4,4001 2,8 0,3930 2,34802,77 0,4048 4,8540 2,77 0,4035 0,8956 2,85 0,3992 1,6445 2,87 0,3988 4,3983 2,83 0,3932 2,3492

2,8 0,4051 4,8576 2,8 0,4041 0,8969 2,89 0,3990 1,6439 2,9 0,3986 4,3966 2,86 0,3931 2,34862,81 0,4054 4,8612 2,82 0,4042 0,8971 2,9 0,3984 1,6412 2,91 0,3995 4,4057 2,87 0,3950 2,3599

2,9 0,4056 4,8636 2,83 0,4039 0,8965 2,91 0,3978 1,6387 2,92 0,3991 4,4018 2,88 0,3945 2,35692,95 0,4059 4,8672 2,84 0,4044 0,8976 2,92 0,3973 1,6368 2,95 0,4012 4,4248 2,9 0,3938 2,35282,96 0,406 4,8684 2,9 0,4042 0,8971 2,95 0,3999 1,6476 2,96 0,4011 4,4237 2,91 0,3951 2,36052,99 0,4065 4,8744 2,92 0,4043 0,8973 3 0,4000 1,6480 3 0,4015 4,4281 2,99 0,3968 2,3709

10,484 125,7143 2,93 0,4049 0,8988 10,3196 42,5160 10,3411 114,0515 3 0,3983 2,37952,94 0,4050 0,8990 10,5603 63,09262,96 0,4030 0,89452,97 0,4040 0,8967

total 10,4754 23,2506

kisaran panjang tubuh 4-4,5 cm4,01 1,1407 12,1805 4,03 1,12 4,6020 4,02 1,1205 4,9786 4,03 1,12 7,3710 4 1,1199 8,65784,04 1,1504 12,2841 4,05 1,1204 4,6036 4,05 1,1208 4,9799 4,05 1,1202 7,3723 4,05 1,1204 8,66164,14 1,1515 12,2958 4,08 1,1203 4,6032 4,07 1,1211 4,9812 4,1 1,122 7,3841 4,12 1,1205 8,66244,24 1,1612 12,3994 4,14 1,1334 4,6570 4,13 1,1215 4,9830 4,15 1,1235 7,3940 4,16 1,1225 8,67794,28 1,1614 12,4016 4,17 1,1335 4,6574 4,16 1,123 4,9897 4,2 1,1233 7,3927 4,25 1,1226 8,67864,33 1,162 12,4080 4,23 1,134 4,6595 4,21 1,1216 4,9834 4,21 1,1304 7,4394 4,3 1,1228 8,6802

Page 80: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

4,43 1,1614 12,4016 4,26 1,1345 4,6615 4,27 1,1315 5,0274 4,3 1,13 7,4368 4,33 1,123 8,68174,45 1,1628 12,4165 4,37 1,1339 4,6591 4,32 1,1455 5,0896 4,4 1,14 7,5026 4,39 1,1231 8,6825

4,5 1,1648 12,4379 4 1,1402 4,6850 4,39 1,145 5,0874 4 1,3999 9,2130 4,45 1,123 8,6817total 10,4162 111,2253 10,1702 41,7883 10,1505 45,1003 10,4093 68,5058 10,0978 78,0644

kisaran panjang tubuh 5,5-6 cm5,51 2,0023 11,0507 5,51 2,0014 22,2201 5,5 2,0011 6,9454 5,5 2,001 7,1769 5,52 2,001 17,18655,65 2,0012 11,0447 5,62 2,0015 22,2212 5,63 2,0012 6,9457 5,6 2,0014 7,1783 5,61 2,0014 17,19005,65 2,0002 11,0391 5,74 2,0017 22,2234 5,73 2,0015 6,9468 5,71 2,002 7,1804 5,77 2,0018 17,19345,85 2,001 11,0436 5,85 2,0018 22,2246 5,81 2,0017 6,9474 5,84 2,0024 7,1819 5,92 2,0024 17,19865,98 2,1015 11,5982 5,95 2,0019 22,2257 5,94 2,0027 6,9509 5,99 2,0025 7,1822 6 2,0023 17,1977

total 10,1062 55,7763 10,0083 111,115 10,0082 34,7362 10,0093 35,8997 10,0089 85,9662

Lampiran 5. Data berat tubuh dan konsentrasi total PAH pada kerang hijau di stasiun 2

kisaran panjang tubuh 1-1,5 cmpengambilan ke 1 pengambilan ke 2 pengambilan ke 3 pengambilan ke 4 pengambilan ke 5

panjangberat(gr)

konsentrasi(ug/g) panjang

berat(gr)

konsentrasi(ug/g) panjang

berat(gr)

Konsentrasi(ug/g) panjang

berat(gr)

Konsentrasi(ug/g) panjang

berat(gr)

konsentrasi(ug/g)

1,01 0,1849 2,2430 1 0,1815 1,1166 1 0,1835 0,4678 1 0,1764 1,6230 1 0,1815 1,24781,01 0,1852 2,2466 1 0,1821 1,1203 1,01 0,1833 0,4672 1 0,1765 1,6244 1,01 0,1818 1,24981,03 0,1855 2,2501 1,01 0,1826 1,1234 1,01 0,1849 0,4713 1,01 0,1773 1,6309 1,01 0,1820 1,25121,04 0,1858 2,2537 1,02 0,1827 1,1240 1,01 0,1852 0,4721 1,02 0,1799 1,6552 1,01 0,1823 1,25321,06 0,1861 2,2572 1,02 0,1843 1,1338 1,03 0,1856 0,4731 1,03 0,1802 1,6580 1,02 0,1826 1,25531,06 0,1864 2,2608 1,03 0,1834 1,1283 1,03 0,1900 0,4843 1,03 0,1818 1,6727 1,02 0,1829 1,25731,06 0,1867 2,2642 1,04 0,1823 1,1215 1,04 0,1874 0,4776 1,04 0,1815 1,6699 1,03 0,1832 1,25931,07 0,1870 2,2679 1,05 0,183 1,1258 1,05 0,1899 0,4841 1,05 0,1821 1,6754 1,06 0,1835 1,2613

1,1 0,1873 2,2714 1,05 0,1831 1,1265 1,07 0,1895 0,4830 1,05 0,1826 1,6800 1,06 0,1838 1,26341,1 0,1876 2,2750 1,06 0,1835 1,1289 1,07 0,1873 0,4775 1,07 0,1827 1,6810 1,07 0,1841 1,2652

1,11 0,1879 2,2785 1,07 0,1833 1,1277 1,08 0,1900 0,4843 1,08 0,1843 1,6957 1,08 0,1843 1,26721,11 0,1882 2,2821 1,08 0,1833 1,1277 1,08 0,1885 0,4806 1,1 0,1884 1,7334 1,09 0,1846 1,26921,13 0,1884 2,2857 1,08 0,1852 1,1394 1,1 0,1887 0,4811 1,1 0,1858 1,7097 1,11 0,1861 1,27921,14 0,1888 2,2897 1,1 0,1846 1,1357 1,12 0,1881 0,4795 1,11 0,1865 1,7160 1,12 0,1961 1,3480

Page 81: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

1,14 0,1891 2,2933 1,12 0,1863 1,1461 1,12 0,1892 0,4823 1,12 0,1872 1,7223 1,12 0,1875 1,28901,15 0,1894 2,2969 1,13 0,187358 1,1526 1,13 0,1868 0,4762 1,12 0,1879 1,7286 1,13 0,1878 1,29121,15 0,1897 2,3005 1,13 0,1846 1,1357 1,14 0,1879 0,4790 1,13 0,1896 1,7442 1,14 0,1881 1,29331,18 0,1900 2,3041 1,14 0,1895 1,1658 1,15 0,1872 0,4772 1,13 0,1849 1,7012 1,16 0,1864 1,28131,19 0,1903 2,3076 1,15 0,187307 1,1523 1,15 0,1895 0,4830 1,14 0,1852 1,7040 1,16 0,1867 1,28321,21 0,1906 2,3111 1,15 0,1863 1,1461 1,16 0,1889 0,4815 1,17 0,1856 1,7076 1,17 0,1870 1,28531,21 0,1908 2,3147 1,17 0,188538 1,1599 1,2 0,1877 0,4785 1,17 0,1900 1,7481 1,17 0,1873 1,28731,21 0,1911 2,3183 1,17 0,187492 1,1535 1,2 0,1868 0,4761 1,18 0,1874 1,7238 1,18 0,1876 1,28931,23 0,1914 2,3219 1,18 0,187447 1,1532 1,21 0,1900 0,4843 1,19 0,1899 1,7472 1,19 0,1879 1,29131,23 0,1917 2,3254 1,18 0,1892 1,1640 1,22 0,1897 0,4836 1,2 0,1895 1,7435 1,19 0,1979 1,36011,24 0,1920 2,3286 1,2 0,186803 1,1492 1,22 0,1895 0,4830 1,2 0,1873 1,7234 1,2 0,1884 1,29541,26 0,1923 2,3321 1,21 0,1879 1,1560 1,23 0,1896 0,4832 1,21 0,1887 1,7364 1,25 0,1888 1,29761,26 0,1926 2,3357 1,23 0,187189 1,1516 1,25 0,1895 0,4831 1,21 0,1889 1,7381 1,26 0,1891 1,29961,29 0,1929 2,3392 1,24 0,1895 1,1658 1,26 0,1995 0,5086 1,22 0,1891 1,7398 1,27 0,1885 1,29571,29 0,1932 2,3428 1,24 0,1855 1,1412 1,26 0,1900 0,4844 1,23 0,1900 1,7481 1,27 0,1873 1,28751,29 0,1935 2,3464 1,25 0,1867 1,1486 1,29 0,1901 0,4846 1,25 0,1874 1,7238 1,28 0,1887 1,29711,31 0,1937 2,3499 1,26 0,1876 1,1541 1,29 0,1900 0,4843 1,25 0,1899 1,7472 1,28 0,1889 1,29851,32 0,1940 2,3535 1,26 0,1886 1,1603 1,3 0,1902 0,4848 1,26 0,1895 1,7435 1,3 0,1900 1,30601,33 0,1943 2,3572 1,28 0,1986 1,2218 1,31 0,1904 0,4853 1,26 0,1873 1,7234 1,31 0,1901 1,30671,33 0,1946 2,3607 1,29 0,1887 1,1609 1,32 0,1905 0,4856 1,27 0,1887 1,7364 1,31 0,1903 1,30811,36 0,1949 2,3643 1,29 0,1889 1,1621 1,32 0,1903 0,4851 1,3 0,1900 1,7481 1,32 0,1902 1,30741,36 0,1952 2,3678 1,31 0,19 1,1689 1,35 0,1906 0,4859 1,31 0,1897 1,7454 1,33 0,1905 1,30951,37 0,1955 2,3714 1,33 0,1901 1,1695 1,36 0,1907 0,4861 1,32 0,1895 1,7435 1,33 0,1901 1,30671,37 0,1958 2,3750 1,34 0,1903 1,1707 1,36 0,1904 0,4853 1,32 0,1896 1,7441 1,36 0,1904 1,3088

1,4 0,1961 2,3785 1,36 0,1902 1,1701 1,37 0,1906 0,4859 1,32 0,1895 1,7436 1,36 0,1905 1,30951,4 0,1964 2,3821 1,36 0,19 1,1689 1,39 0,1908 0,4864 1,33 0,1900 1,7481 1,37 0,1903 1,3081

1,41 0,1967 2,3857 1,37 0,1903 1,1707 1,39 0,1909 0,4866 1,34 0,1902 1,7500 1,38 0,1908 1,31151,43 0,1970 2,3893 1,37 0,1905 1,1720 1,4 0,1910 0,4869 1,34 0,1904 1,7518 1,39 0,1906 1,31011,43 0,1973 2,3928 1,38 0,1901 1,1695 1,4 0,1911 0,4871 1,37 0,1905 1,7527 1,39 0,1907 1,31081,43 0,1976 2,3964 1,4 0,1904 1,1714 1,41 0,1915 0,4881 1,37 0,1903 1,7509 1,39 0,1909 1,31221,46 0,1979 2,4000 1,41 0,1905 1,1720 1,42 0,1909 0,4866 1,38 0,1902 1,7500 1,4 0,1911 1,31361,46 0,1982 2,4035 1,41 0,1903 1,1707 1,44 0,1910 0,4869 1,38 0,1904 1,7518 1,4 0,1914 1,31561,47 0,1985 2,4071 1,42 0,1904 1,1714 1,45 0,1914 0,4879 1,39 0,1905 1,7527 1,41 0,1914 1,31581,47 0,1988 2,4107 1,43 0,1901 1,1695 1,46 0,1917 0,4887 1,4 0,1903 1,7509 1,42 0,1916 1,3169

Page 82: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

1,49 0,1991 2,4143 1,46 0,1902 1,1701 1,47 0,1912 0,4874 1,4 0,1909 1,7564 1,46 0,1917 1,31791,49 0,1993 2,4178 1,47 0,1903 1,1707 1,48 0,1916 0,4884 1,43 0,1910 1,7573 1,47 0,1919 1,3189

1,5 0,1996 2,4214 1,48 0,1902 1,1701 1,5 0,1920 0,4894 1,44 0,1912 1,7592 1,5 0,1920 1,32001,5 0,1999 2,4250 1,49 0,1905 1,1720 9,6626 24,6308 1,45 0,1914 1,7611 1,5 0,1925 1,3232

10,00675 121,369 1,5 0,1905 1,171976 1,5 0,1916 1,763033 9,7919 67,30735total 9,9398 61,15092 9,9272 91,33671

kisaran panjang tubuh 2,5-3 cm2,5 0,4028 1,671312 2,5 0,38775 2,517217 2,5 0,3933 0,515845 2,5 0,3899 3,929545 2,5 0,3758 2,942677

2,52 0,403 1,672142 2,51 0,3873 2,514296 2,51 0,3935 0,516108 2,52 0,399467 4,025961 2,51 0,3764 2,9473752,53 0,4033 1,673386 2,52 0,3899 2,531175 2,52 0,3944 0,517288 2,52 0,399113 4,0224 2,55 0,379 2,9677342,53 0,4035 1,674216 2,52 0,399467 2,59328 2,52 0,3939 0,516632 2,53 0,3938 3,968851 2,56 0,3794 2,9708662,54 0,4041 1,676706 2,53 0,399113 2,590987 2,56 0,395 0,518075 2,55 0,39845 4,015715 2,57 0,3798 2,973998

2,6 0,4042 1,677121 2,54 0,398956 2,589965 2,57 0,3943 0,517157 2,56 0,39765 4,007652 2,58 0,3799 2,9747812,6 0,4045 1,678365 2,55 0,398799 2,588944 2,57 0,394267 0,517113 2,59 0,3973 4,004125 2,61 0,3794 2,970866

2,61 0,4046 1,67878 2,55 0,398641 2,587922 2,59 0,394195 0,517019 2,61 0,3944 3,974898 2,62 0,3789 2,9669512,61 0,4048 1,67961 2,56 0,39947 2,593302 2,6 0,394124 0,516926 2,62 0,399164 4,022914 2,65 0,38 2,9755642,64 0,4051 1,680855 2,6 0,399317 2,592309 2,61 0,396542 0,520097 2,63 0,399011 4,021373 2,66 0,393 3,077362,69 0,4054 1,6821 2,61 0,399164 2,591317 2,61 0,39683 0,520475 2,63 0,39845 4,015715 2,69 0,3899 3,053086

2,7 0,4056 1,68293 2,61 0,398799 2,588944 2,64 0,394723 0,517712 2,65 0,39775 4,00866 2,7 0,3879 3,0374252,7 0,4059 1,684174 2,62 0,398641 2,587922 2,65 0,398749 0,522992 2,66 0,3973 4,004125 2,73 0,3875 3,034293

2,72 0,406 1,684589 2,63 0,39947 2,593302 2,66 0,399113 0,52347 2,67 0,3951 3,981953 2,74 0,3888 3,0444722,72 0,4065 1,686664 2,64 0,399317 2,592309 2,66 0,398956 0,523264 2,71 0,39683 3,999387 2,75 0,3889 3,0452552,74 0,406654 1,687305 2,64 0,399164 2,591317 2,71 0,398799 0,523057 2,73 0,394723 3,978154 2,77 0,3945 3,0891062,75 0,406908 1,688357 2,68 0,399113 2,590987 2,71 0,398641 0,522851 2,74 0,398641 4,017643 2,78 0,3938 3,0836242,75 0,40715 1,689361 2,69 0,398956 2,589965 2,72 0,39947 0,523938 2,74 0,399113 4,0224 2,8 0,3931 3,078143

2,8 0,407402 1,690407 2,7 0,399011 2,590325 2,73 0,399317 0,523737 2,77 0,398956 4,020815 2,82 0,3899 3,0530862,81 0,407654 1,691453 2,71 0,39775 2,582136 2,79 0,399011 0,523336 2,78 0,398641 4,017643 2,83 0,3897 3,051522,84 0,407906 1,692499 2,72 0,3973 2,579215 2,8 0,39775 0,521682 2,79 0,39947 4,025994 2,84 0,389 3,0460382,87 0,408158 1,693545 2,79 0,3999 2,596094 2,85 0,3973 0,521092 2,8 0,399317 4,024454 2,87 0,39 3,0538692,92 0,408411 1,694591 2,8 0,4 2,596743 2,86 0,3999 0,524502 2,83 0,398799 4,019229 2,88 0,3914 3,0648312,95 0,408663 1,695637 2,81 0,4001 2,597392 2,87 0,3899 0,511386 2,83 0,4012 4,04343 2,91 0,3924 3,0726622,99 0,408915 1,696683 2,82 0,4003 2,59869 2,93 0,399467 0,523933 2,85 0,4011 4,042423 2,92 0,379 2,967734

10,14712 42,10279 2,83 0,4004 2,599339 2,94 0,399113 0,52347 9,943646 100,2155 2,94 0,3794 2,970866

Page 83: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

10,3461 67,1654 10,31057 13,52316 2,99 0,39683 3,10735total 10,42363 81,62153

kisaran panjang tubuh 4-4,5 cm4,01 1,011416 5,132105 4,03 1,11 4,1467 4,02 1,111 3,98883 4 1,0215 9,288743 4,01 1,022 20,505514,07 1,017597 5,163469 4,05 1,1125 4,156039 4,09 1,1142 4,000319 4,05 1,0341 9,403318 4,07 1,0229 20,523564,09 1,023786 5,194875 4,08 1,1254 4,204231 4,13 1,1156 4,005346 4,11 1,0356 9,416958 4,14 1,0334 20,734244,18 1,029964 5,226222 4,14 1,1246 4,201242 4,17 1,1323 4,065304 4,18 1,0368 9,42787 4,18 1,0364 20,79443

4,2 1,036141 5,257568 4,17 1,1347 4,238974 4,2 1,1258 4,041967 4,22 1,0299 9,365126 4,21 1,0348 20,762334,24 1,042299 5,288812 4,23 1,145 4,277452 4,28 1,1346 4,073562 4,23 1,036 9,420595 4,3 1,0359 20,78444,32 1,048486 5,320207 4,26 1,1458 4,280441 4,38 1,1344 4,072843 4,29 1,0337 9,399681 4,33 1,0387 20,840584,36 1,054703 5,351755 4,37 1,1543 4,312195 4,42 1,1346 4,073562 4,35 1,0456 9,50789 4,42 1,0399 20,864654,46 1,060868 5,383034 4,45 1,491 5,570027 4,47 1,1402 4,093667 4,44 1,0586 9,626102 4,47 1,0397 20,86064

4,5 1,067046 5,414385 10,5433 39,3873 10,1427 36,4154 4,49 1,0684 9,715216 4,5 1,04 20,86666total 10,39231 52,73243 10,4002 94,5715 10,3437 207,537

kisaran panjang tubuh 5,5-6 cm5,51 1,9968 8,671526 5,51 1,9969 9,886791 5,52 1,9024 2,941661 5,5 1,9064 15,00921 5,52 1,9054 17,168135,65 1,9979 8,676303 5,6 1,9954 9,879364 5,64 1,9146 2,960526 5,59 1,9234 15,14306 5,62 1,9046 17,160925,65 1,999 8,68108 5,69 1,9967 9,885801 5,7 1,9123 2,95697 5,68 1,9264 15,16668 5,74 1,9112 17,220395,85 2,0001 8,685857 5,76 1,9978 9,891247 5,76 1,9456 3,008461 5,79 1,9464 15,32414 5,86 1,9246 17,341125,89 2,0012 8,690634 5,83 1,9988 9,896198 5,84 1,9266 2,979082 5,91 1,9576 15,41232 5,93 1,9364 17,44744

total 9,995 43,4054 9,9856 49,4394 9,6015 14,8467 9,6602 76,0554 9,5822 86,338

Page 84: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 6. Prosedur analisis PAH pada air dan biota (EPA,1996)

Pemasukkan contoh 0.5 ml kedalam vial untuk diinjeksi ke

GC MS

Contoh air laut ekstraksi dengan EPA3510 (sampel berjumlah 2 liter air

dalam 1 ulangan )

Contoh sebanyak 400 ml dituang kedalam corong pisah 500 ml

Pelarut diklorometansebanyak 10 ml dituang ke

dalam corong pisah

Corong pisah dikocok-kocoklalu tunggu selama 10 menit

Lapisan larutan bawah dikeluarkanke dalam Erlenmeyer

Ulangi sampai 3 kali dariawal pemberian pelarut

Penguapan dengan rotavaporhingga 6 ml setelah semua

contoh tergabung

Penguapan dengan gasNitrogen hingga 0.5 mlsetelah semua contoh

tergabung

Pemasukkan contoh 0.5 ml kedalam vial untuk diinjeksi ke

GC MS

Contoh biota ekstraksidengan EPA 3540

Berat basah contoh ditimbangseberat 10 gram

Contoh dimasukkan ke dalamsoklet dengan pelarut

diklorometan

Proses ekstraksi selama 3 jam sampaicontoh benar-benar bersih

Penguapan dengan rotavaporhingga 0.5 ml setelah semua

contoh tergabung

Page 85: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 7. Prosedur analisis total padatan tersuspensi (TSS)

Saring air laut sejumlah2L dengan kertas saringyang diletakkan antara

gelas vacuum pumpbagian atas dan bawah

Nyalakan vacuum pumplalu tunggu sampai

semua air laut di gelasbagian atas turun kegelas bagian bawah

Timbang berat setiapkertas saring sebelum

digunakan (mg)

Ambil kertas saring dariantara kedua gelas lalukeringkan dengan oven

dengan suhu ±50°C

Keluarkan kertas saringdari dalam oven lalu

timbang berat keringnya(mg)

RumusTSS = (berat akhir

kertas saring-berat awalkertas saring)

Page 86: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 8. Kromatografi

Kromatografi dikenal sebagai istilah umum yang digunakan untuk proses

pemisahan pada sebuah substansi yang akan dipisahkan menjadi partisi diferensial

antara dua fase; untuk sebagian besar kasus, salah satu fasenya adalah fase diam

dan fase lainnya adalah fase yang bergerak (Jennings, 1987).

Metode yang dilakukan dengan kromatografi dapat memisahkan warna

dengan sangat kuat dengan mengacu pada tiga sifat fisika umum pada molekul

yakni kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan),

kecenderungan untuk melekat pada permukaan serbuk halus (absorpsi), dan

kecenderungan untuk menguap (keatsirian). Ketiga sifat inilah yang menjadi

dasar pemisahan pada kromatografi walaupun sangat jarang terdapat molekul

yang mempunyai perilaku yang persis sama paling tidak pada dua sifat diatas.

Dan setelah dibagi lagi, maka tercetuslah bahwa dalam kromatografi terdapat dua

fase, yaitu fase diam dan fase bergerak. Untuk fase diam, dapat digunakan lapisan

tipis cairan atau permukaan zat padat yang melekat pada penyangga, sedangkan

untuk fase yang bergerak dapat digunakan zat cair atau gas sehingga dinamakan

dua jenis kromatografi yakni kromatografi gas dan kromatografi cair (Gritter et

al., 1991).

Kromatografi Gas (Gas Chromatography/GC)

Kromatografi yang paling sering digunakan adalah kromatografi dengan fase

diam zat cair dan fase bergerak gas yang disebut kromatografi gas. Proses yang

terjadi adalah pertama-tama terjadi pengembangan dimana fase gerak bergerak

melalui fase cair untuk dipisahkan, lalu hasilnya dideteksi dan divisualisasi. Jika

senyawa-senyawa yang dipisahkan benar-benar dkeluarkan oleh sistem, maka

Page 87: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

senyawa tersebut telah dielusi. Hasil keseluruhan dari senyawa yang ditampakkan

adalah kromatogram.

Dalam kromatografi gas, terdapat fase gerak yaitu gas yang biasa disebut

dengan gas pembawa (carrier gas) untuk digerakkan melalui fase diam yaitu zat

cair sebagai penyangga. Gas yang dapat digunakan adalah gas helium, argon,

nitrogen dan hidrogen. Fase diam berada dalam bentuk lapisan tipis yang diserap

dalam suatu kolom yang terbuat dari logam, kaca atau plastik. Kolom ini terdiri

dari dua jenis yaitu kolom kapiler (open tubular column) berbentuk film tipis (0,1-

2 μm) dengan diameter 0,2-1 mm dan panjang 10-100 m serta kolom kemas

(packed column) dengan diameter 2-8 mm dan panjang 1-10 m. Kolom tersebut

harus diletakkan pada kondisi suhu yang sesuai dengan kelarutan senyawa (Gritter

et al., 1991).

Jenis kolom, ukuran kolom dan ukuran cuplikan (Gritter et al., 1991).Jeniskolom

Diameterdalam

% fasediam

Cuplikan ukurannormal

Dikemas6 mm

1-10%1-100 μl

3 mm 0.5-2.0 μl1 mm 0.01-0.1 μl

Kapiler0.25 mm 0.25 μm ≤ 0.05 μl

~ 0.35 mm 0.10 μm0.25 μm1.0 μm

≤ 0.1 μl≤ 0.1 μl≤ 0.5 μl

Selain gas pembawa dan kolom yang digunakan, terdapat spesifikasi yang

lain yang diperlukan dalam kromatografi gas yakni suhu kolom dan jenis detektor.

Dalam kromatografi gas, suhu kolom dalam proses pemisahan terbagi menjadi

dua jenis, yaitu suhu tetap dan suhu terprogram. Suhu tetap atau biasa disebut

isotermal paling bagus digunakan dalam analisis rutin namun masalah yang akan

dialami adalah saat suhu terlalu tinggi maka komponen campuran akan terelusi

Page 88: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

tanpa terpisah, dan kebalikannya saat suhu terlalu rendah maka senyawa dengan

titik didih tinggi akan sangat lama berada dalam kolom sehingga merusak

pemisahan berikutnya. Makin lama suatu cuplikan atau kelompok senyawa dalam

kolom, maka makin lebar alasnya. Pada suhu terprogram, suhu dinaikkan mulai

dari suhu tertentu sampai tertentu yang lain dengan laju yang terkendali sehingga

untuk senyawa bertitik didih tinggi dapat didorong dari kolom lebih cepat dengan

akibat pelebaran puncak berkurang pada kromatogram (Gritter et al., 1991).

Jenis detektor pada kromatografi gas bermacam-macam, diantaranya detektor

hantar bahang (TCD), detektor ionisasi nyala (FID), detektor tangkap elektron

(ECD), detektor ionisasi cahaya (PID) dan masih banyak lagi. Detektor hantar

bahang (TCD) berprinsip pada benda panas memiliki bahang yang dapat

dipindahkan dengan laju yang bergantung pada susunan gas yang terdapat pada

benda tersebut. Keuntungannya adalah detektor ini tidak akan merusak cuplikan

komponen selama pendeteksian, namun detektor harus dilindungi dari udara

ketika kawat itu panas. Detektor tangkap elektron (ECD) terdiri dari sumber

radioaktif (Ni) yang ditempatkan pada dua elektrode yang bermuatan.

Kekurangannya adalah detektor ini hanya mampu mendeteksi senyawa tertentu

dalam larutan encer seperti organoklorin.

Detektor pada Kromatografi Gas dan tingkat kepekaannya (Gritter et al.,1991)Detektor Kepekaan dalam gram

Hantar bahang1. Hantar bahang baku2. Hantar bahang mikro

10-6-10-7

10-8-10-9

Ionisasi nyala 10-10

Tangkap elektron 10-12-10-13

Ionisasi cahaya 10-12

Fotometri nyala (senyawa S,P) 10-11-10-12

Termoionik (senyawa P,S,N) 10-12-10-13

Elektrolitik hall (N, Halida) 10-10

Page 89: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Kromatografi Gas Spektrofotometer Massa (GC-MS)

Dalam analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini, kromatografi gas

yang digunakan adalah kromatografi gas dengan detektor Spektrometer Massa.

Jenis ini dapat menganalisa semua senyawa bahkan dalam jumlah konsentrasi

yang sangat kecil dan dapat menghasilkan data dengan kelengakapan diantaranya

struktur dan identitas senyawa organik. Prinsip kerja yang digunakan adalah

pemisahan dengan pengukuran spectrum massa secara otomtis dan puncaknya

dikeluarkan pada selang waktu tertentu atau pada maksimum atau di tengah

puncak. Sehingga didapat kromatogram beserta hasil integrasi dan juga spektrum

massanya berdasarkan perpustakaan yang dimiliki oleh software kromatografi gas

tersebut. Spektrum tersebut dapat digunakan untuk identifikasi senyawa yang

belum ataupun sudah diketahui (Gritter et al., 1991). Kromatografi gas tipe ini

sangat mahal harganya dan memerlukan operator ahli dalam penggunaannya.

Page 90: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 9. Kromatgram ion total 7 senyawa PAH dalam contoh air laut

1. Stasiun 1 pengambilan 1 Mei 2007

2. Stasiun 2 pengambilan 1 Mei 2007

Pyren

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

Pyren

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

AnthrasenFluoranthen

Page 91: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 9 (lanjutan)

3. Stasiun 1 pengambilan 15 Mei 2007

4. Stasiun 2 pengambilan 15 Mei 2007

Pyren

Napthalen 1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

Pyren

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

Page 92: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 9 (lanjutan)

5. Stasiun 1 pengambilan 29 Mei 2007

6. Stasiun 2 pengambilan 29 Mei 2007

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

Anthrasen

Pyren

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

Anthrasen

Fluoranthen

Page 93: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10. Kromatogram ion total 7 senyawa PAH dalam contoh kerang hijau

1. Stasiun 1 ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 1 Mei 2007

2. Stasiun 1 ukuran 2,5-3,0 cm pengambilan 1 Mei 2007

Napthalen

1- metil NapthalenAsenapthen

9H-FluorenAnthracen

Fluoranthen

Pyren

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluorene

Anthrasen

Fluoranthen

Pyren

Page 94: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

3. Stasiun 1 ukuran 4,0-4,5 cm pengambilan 1 Mei 2007

4. Stasiun 1 ukuran 5,5-6,0 cm pengambilan 1 Mei 2007

Napthalen

1- metil Napthalen

18.657

Asenapthen 9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

Pyren

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

27.392

Page 95: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

5. Stasiun 2 ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 1 Mei 2007

6. Stasiun 2 ukuran 2,5-3,0 cm pengambilan 1 Mei 2007

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-FluorenAnthrasen

Fluoranthen

Pyren

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

Anthrasen Fluoranthen

26.709

Page 96: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

7. Stasiun 2 ukuran 4,0-4,5 cm pengambilan 1 Mei 2007

8. Stasiun 2 ukuran 5,5-6,0 cm pengambilan 1 Mei 2007

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

20.188

18.66

Anthrasen

Fluoranthen

26.711

Napthalen

1- metil Napthalen

AnthrasenFluoranthen

Page 97: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

9. Stasiun 1 ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 15 Mei 2007

10. Stasiun 1 ukuran 2,5-3,0 cm pengambilan 15 Mei 2007

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

Pyren

20.201

26.73

Napthalen

Asenapthen9H-Fluoren

Anthrasen

18.66

Page 98: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

11. Stasiun 1 ukuran 4,0-4,5 cm pengambilan 15 Mei 2007

12. Stasiun 1 ukuran 5,5-6,0 cm pengambilan 15 Mei 2007

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

26.724

Pyren

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

15.39

26.71

Page 99: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

13. Stasiun 2 ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 15 Mei 2007

14. Stasiun 2 ukuran 2,5-3,0 cm pengambilan 15 Mei 2007

Pyren

Napthalen

1- metil NapthalenAsenapthen

9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

15.390

26.713

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-FluorenAnthrasen

Fluoranthen

18.65

20.19

26.75

Page 100: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

15. Stasiun 2 ukuran 4,0-4,5 cm pengambilan 15 Mei 2007

16. Stasiun 2 ukuran 5,5-6,0 cm pengambilan 15 Mei 2007

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

15.38

26.70

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

Anthrasen

Fluoranthen

26.704

Page 101: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

17. Stasiun 1 ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 29 Mei 2007

18. Stasiun 1 ukuran 2,5-3,0 cm pengambilan 29 Mei 2007

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

9H-Fluoren

Fluoranthen

Anthrasen

Napthalen

1- metil Napthalen

Asenapthen

Fluoranthen

15.378

Page 102: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

19. Stasiun 1 ukuran 4,0-4,5 cm pengambilan 29 Mei 2007

20. Stasiun 1 ukuran 5,5-6,0 cm pengambilan 29 Mei 2007

9H-Fluoren

Anthrasen

Napthalen

1- metil Napthalen Asenapthen

Fluoranthen

9H-Fluoren

Anthracen

Napthalen

Acenapthen

Fluoranthen

26.69

Page 103: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

21. Stasiun 2 ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 29 Mei 2007

22. Stasiun 2 ukuran 2,5-3,0 cm pengambilan 29 Mei 2007

9H-Fluoren

AnthrasenNapthalenFluoranthen

Pyren

1- metil Napthalen

Anthrasen

Napthalen

Page 104: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

23. Stasiun 2 ukuran 4,0-4,5 cm pengambilan 29 Mei 2007

24. Stasiun 2 ukuran 5,5-6,0 cm pengambilan 29 Mei 2007

9H-Fluoren

Fluoranthen

1- metil Napthalen

Anthrasen

Napthalen

20.18

26.68

Fluoranthen

1- metil NapthalenAnthrasen

Napthalen

26.69

Page 105: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

25. Stasiun 1 ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 12 Juni 2007

26. Stasiun 1 ukuran 2,5-3,0 cm pengambilan 12 Juni 2007

Asenapthen Pyren

9H-Fluoren

Fluoranthen

1- metil Napthalen

Anthrasen

Napthalen

23.08

18.67

26.68

Asenapthen

9H-Fluoren

Fluoranthen

1- metil Napthalen

Anthrasen

Napthalen

18.67

26.69

Page 106: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

27. Stasiun 1 ukuran 4,0-4,5 cm pengambilan 12 Juni 2007

28. Stasiun 1 ukuran 5,5-6,0 cm pengambilan 12 Juni 2007

Pyren

Asenapthen

9H-Fluoren

Fluoranthen

1- metil Napthalen

Anthrasen

Napthalen

Pyren

Asenapthen

9H-Fluoren

1- metil Napthalen Anthrasen

Napthalen

Page 107: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

29. Stasiun 2 ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 12 Juni 2007

30. Stasiun 2 ukuran 2,5-3,0 cm pengambilan 12 Juni 2007

Fluoranthen

Pyren

Asenapthen

9H-Fluoren1- metil NapthalenAnthrasen

Napthalen

18.658

26.692

Fluoranthen

Pyren

Asenapthen

9H-Fluoren1- metil Napthalen

Anthrasen

Napthalen26.68

Page 108: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

31. Stasiun 2 ukuran 4,0-4,5 cm pengambilan 12 Juni 2007

32. Stasiun 2 ukuran 5,5-6,0 cm pengambilan 12 Juni 2007

Pyren

Asenapthen9H-Fluoren

1- metil Napthalen

AnthrasenNapthalen 15.373

18.674

Fluoranthen

9H-Fluoren1- metil Napthalen AnthrasenNapthalen

26.676

Page 109: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

33. Stasiun 1 ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 26 Juni 2007

34. Stasiun 1 ukuran 2,5-3,0 cm pengambilan 26 Juni 2007

Pyren

Fluoranthen

9H-Fluoren

1- metil Napthalen Anthrasen

Napthalen

26.678

Pyren

Asenapthen

Fluoranthen

9H-Fluoren1- metil Napthalen Anthrasen

Napthalen

26.696

Page 110: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

35. Stasiun 1 ukuran 4,0-,4,5 cm pengambilan 26 Juni 2007

36. Stasiun 1 ukuran 5,5-6,0 cm pengambilan 26 Juni 2007

Pyren

Asenapthen

Fluoranthen

1- metil Napthalen

Anthrasen

Napthalen

Acenapthen

Fluoranthen

9H-Fluoren

1- metil Napthalen

Anthracen

Napthalen

Page 111: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

37. Stasiun 2 ukuran 1,0-1,5 cm pengambilan 26 Juni 2007

38. Stasiun 2 ukuran 2,5-3,0 cm pengambilan 26 Juni 2007

Asenapthen

Fluoranthen

9H-Fluoren

1- metil Napthalen

Anthrasen

Napthalen

Asenapthen

Fluoranthen

9H-Fluoren

1- metil NapthalenAnthrasen

Napthalen

Page 112: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 10 (lanjutan)

39. Stasiun 2 ukuran 4,0-4,5 cm pengambilan 26 Juni 2007

40. Stasiun 2 ukuran 5,5-6,0 cm pengambilan 26 Juni 2007

Asenapthen

Fluoranthen

1- metil Napthalen

Anthrasen

Napthalen

Pyren

Asenapthen

Fluoranthen

9H-Fluoren

1- metil Napthalen

Anthrasen

Napthalen

Page 113: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 11. Foto Lokasi Penelitian

Stasiun 1

(area budidaya kerang hijau Kamal Muara)

Stasiun 2

(area budidaya kerang hijau Kamal Muara)

Page 114: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

Lampiran 12. Gambar Alat Laboratorium

Conductivity Meter Vacuum pump

Contoh biota kerang hijau

GC-MS HP 6890Alat-alat GelasTabung Soklet

Kertas saringMillepore

Corong PemisahRotavapor

danWaterbath

Neraca Ohauss

Page 115: Akumulasi hidrokarbon aromatik polisiklik dalam kerang hijau.pdf

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 30 Agustus 1985 dari Ayah

M. Togatorop dan Ibu T. Rosmaida Yulise Siregar, A.Md.

Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah

Menengah Atas Negeri (SMAN) 63 Jakarta, DKI Jakarta dan diterima sebagai

mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI).

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di organisasi kampus

yaitu UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) khususnya Komisi Kesenian

(2005-2006) dan himpunan profesi yaitu Himpunan Mahasiswa Ilmu dan

Teknologi Kelautan (HIMITEKA) khususnya departemen Penelitian dan

Kebijakan (2005-2006). Penulis juga aktif di Paduan Suara FPIK Endeavour

(2004-2007) dan klub buletin OCEANIC (2006-2007). Penulis juga pernah

mengikuti seminar di bidang perikanan dan kelautan diantaranya Seminar

Nasional Gebyar Kelautan Nasional tahun 2005 dan 2006. Penulis juga pernah

berperan menjadi salah satu panitia pelaksana dalam beberapa acara seperti

Festival Seni UKM PMK IPB 2005 dan 2006, Temu Warga ITK 2006 dan 2007,

dan juga acara Natal Civa IPB 2005 dan 2006.

Untuk mendapatkan gelar sarjana, penulis melakukan penelitian dengan judul

“Akumulasi Hidrokarbon Aromatik Polisiklik (PAH) dalam kerang hijau (Perna

viridis L.) di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta”