agista mahrini lapran

18
PENDAHULUAN Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut kurang serius. berbagai teknik pengolahan limbah baik cair maupun padat untuk menyisihkan bahan polutannya yang telah dicoba dan dikembangkan selama ini belum memberikan hasil yang optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah, dan berkelanjutan (Fadholi, 2010). Dalam kegiatan produksi diperlukan berbagai bahan, air dan energi untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Namun demikian, dalam proses produksi tidak ada efisiensi yang sempurna, sehingga masih dihasilkan limbah baik padat, cair ataupun gas (Anonim 1 , 2010). Berdasarkan definisinya, limbah adalah sisa hasil proses produksi yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan 1

Upload: gita91

Post on 25-Jul-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan

masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari

berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal

ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut kurang serius.

berbagai teknik pengolahan limbah baik cair maupun padat untuk menyisihkan

bahan polutannya yang telah dicoba dan dikembangkan selama ini belum

memberikan hasil yang optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka

diperlukan suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah, dan

berkelanjutan (Fadholi, 2010).

Dalam kegiatan produksi diperlukan berbagai bahan, air dan energi untuk

menghasilkan suatu produk tertentu. Namun demikian, dalam proses produksi

tidak ada efisiensi yang sempurna, sehingga masih dihasilkan limbah baik padat,

cair ataupun gas (Anonim1, 2010).

Berdasarkan definisinya, limbah adalah sisa hasil proses produksi yang

sudah tidak dimanfaatkan lagi dan harus dikelola agar tidak menimbulkan

pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Sedangkan air limbah

didefinisikan sebagai sisa hasil proses produksi yang bebentuk cair yang sudah

tidak dimanfaatkan lagi dan harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran

dan penurunan kualitas lingkungan (Anonim1, 2010).

Dengan demikian, setiap limbah yang dihasilkan perlu dikelola secara baik

berdasarkan karakteristiknya agar dapat menurunkan kualitas bahan pencemar

yang terkandung didalamnya dan aman di buang ke lingkungan (Anonim1, 2010).

1

Kegiatan agroindustri atau pengolahan hasil pertanian juga menghasilkan

limbah padat, cair dan gas dengan karakteristik yang khas. Secara umum

karakteristik limbah cairnya adalah mengandung bahan organik yang tinggi,

bahan tersuspensi, lemak, dan volume limbah yang besar. Dengan karakteristik

seperti itu maka pengelolaan dan pengolahan limbah yang dilakukan juga perlu

dirancang secara khusus meliputi upaya minimasi limbah dan pengolahan air

limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) (Anonim1, 2010).

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan akan karakteristik limbah agroindustri atau industri

pengolahan hasil pertanian sangat penting untuk mengembangkan sistem

pengelolaan limbah yang sesuai. Metode penanganan dan pengolahan limbah

yang telah berhasil dilakukan untuk limbah industri lain belum tentu dapat

diterapkan langsung pada industri pengolahan hasil, namun perlu ada beberapa

penyesuaian yang dilakukan karena setiap industri memiliki karakteristik

limbahnya masing-masing (Anonim1, 2009).

Kacang kedelai merupakan salah satu bahan pangan sumber protein dan

lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino

yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani. Kacang-

kacangan dan umbi-umbian termasuk kedelai cepat sekali terkena jamur

(aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah

ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan

seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai

(Sediadi, 2000).

Industri pengolahan tahu merupakan suatu kegiatan yang termasuk dalam

kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM) di daerah Banjarbaru, Kalimantan

Selatan. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Banjarbaru,

terdapat 19 industri tahu formal dan 12 industri tahu informal. Selama proses

produksi tentunya terdapat waste atau bagian dari hasil produksi yang tidak

dimanfaatkan secara maksimal. Waste yang dihasilkan dari produksi tahu adalah

berupa ampas kedelai, arang/abu hasil pembakaran kayu sebagai bahan bakar, dan

limbah cair (Nurhasan & Pramudianto, 1991).

3

Sejauh ini, dari segi limbah cair yang dihasilkan selama produksi

berlangsung tidak diolah atau dimanfaatkan dan hanya dibuang ke aliran anak

sungai, yang secara tidak langsung dapat mencemari lingkungan dan merusak

ekosistem sungai. Setiap kuintal kedelai akan menghasilkan limbah 1,5 – 2 m3 air

limbah (Nurhasan & Pramudianto, 1991).

4

PEMBAHASAN

Agroindustri atau industri pengolahan hasil pertanian merupakan salah

industri yang menghasilkan air limbah yang dapat mencemari lingkungan. Bagi

industri-industri besar, seperti industri pengolahan kelapa sawit, teknologi

pengolahan limbah cair yang digunakan mungkin sudah memadai, namun tidak

demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat tingginya

potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh air limbah yang tidak dikelola dengan

baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan air limbah

secara benar (Sugiharto, 1987).

Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan

pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling),

pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil

yang optimal, kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu

dilakukan dan bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja

(Sugiharto, 1987).

Bila pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan pengolahan

limbah maka beban kegiatan di Instalasi Pengolahan Air Limbah akan sangat

berat, membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan

biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah (pengurangan,

segregasi dan penanganan limbah) akan sangat membantu mengurangi beban

pengolahan limbah di IPAL.

Saat inipun, tren pengelolaan limbah di industri adalah menjalankan secara

terintergrasi

5

kegiatan pengurangan, segregasi dan handling llimbah sehingga menekan biaya

dan menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat

pencemarnya. Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat

menjadi berbagai konsep seperti: produksi bersih (cleaner production), atau

minimasi limbah (waste minimization).

Industri pengolahan berbahan dasar kedelai dapat menghasilkan produk

tahu, tempe, kecap, tauco, dll. Dari jenis industri tersebut, pengolahan tahu dan

kecap menghasilkan air limbah yang relatif banyak dan memiliki kandungan

pencemar yang tinggi (Sugiharto, 1987).

Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap

hari oleh orang Indonesia. Proses produksi tahu menhasilkan 2 jenis limbah,

limbah padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan

sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan.

Limbah cair pabrik tahu ini memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi.

Tanpa proses penanganan dengan baik, limbah tahu menyebabkan dampak negatif

seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan

nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar (Macklin, 2009).

Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu

adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih.

Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai

(Anonim2,2010).

Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih

dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai. Sumber limbah

cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses, pencucian

6

lantai dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai. Jumlah limbah cair

yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan baku

kedelai, sedangkan bahan pencemarnya kira-kira untuk TSS sebesar 30 kg/kg

bahan baku kedelai, BOD 65 g/kg bahan baku kedelai dan COD 130 g/kg bahan

baku kedelai (EMDI & BAPEDAL, 1994 dalam Macklin, 2009).

Industri tahu merupakan salah satu industri penyumbang emisi yang

signifikan. Banyak pabrik tahu skala rumah tangga di Indonesia tidak memiliki

proses pengolahan limbah cair. Ketidakinginan pemilik pabrik tahu untuk

mengolah limbah cairnya disebabkan karena kompleks dan tidak efisiennya proses

pengolahan limbah, ditambah lagi menghasilkan nilai tambah (Macklin, 2009).

Jumlah industri tahu di Indonesia mencapai 84.000 unit usaha. Dengan

kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton per tahun, industri tahu ini

memproduksi limbah cair sebanyak 20 juta meter kubik per tahun dan

menghasilkan emisi sekitar 1 juta ton CO2 ekivalen (Perdana, 2010).

Padahal, limbah cair pabrik tahu memiliki kandungan senyawa organik

tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas melalui proses an-

aerobik. Pada umumnya, biogas mengandung 50-80% metana, CO2, H2S dan

sedikit air, yang bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah atau LPG. Dengan

mengkonversi limbah cair pabrik tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak

hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan

pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan

tahu (Macklin, 2009).

Unit pengolahan limbah cair tahu yang akan dikembangkan ini

menggunakan model Fixed Bed Reactor dan dibangun dengan sistem anerobik.

7

Pertimbangannya, sistem ini tidak memerlukan lahan yang besar dan tidak

membutuhkan energi untuk aerasi (Perdana, 2010).

Keuntungan lain dari sistem ini adalah dalam prosesnya menghasilkan

energy dalam bentuk biogas dan ampas dan air untuk makanan ikan dan ternak

lain. Selain itu, prosesnya lebih stabil dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit

(Perdana, 2010).

Limbah cair tahu masih mengandung bahan-bahan organik yang

mengandung nutrisi yang cukup baik untuk pertumbuhan bakteri metanogenik.

Adanya bakteri metanogenik di dalam reaktor dapat menyebabkan terjadinya

proses metanogenesis yang dapat menghasilkan gas metana. Gas metana yang

dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif sehingga dapat

mengurangi dampak pemanasan global (Perdana, 2010).

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan

air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air

sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses

pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu

suatu bahan sebelum diproses lanjut (Rahayu, 2009).

Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu merupakan limbah organic

yang degradable atau mudah diuraikan oleh mikroorganisme secara alamiah.

Namun karena sebagian besar pemrakarsa yang bergerak dalam industri tahu

adalah orangorang yang hanya mempunyai modal terbatas, maka perhatian

terhadap pengolahan limbah industri tersebut sangat kecil, dan bahkan ada

beberapa industri tahu yang tidak mengolah limbahnya sama sekali dan langsung

8

dibuang ke lingkungan. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan dan harus

mendapat perhatian yang serius (Darsono, 2007).

Pengolahan limbah cair industri tahu sampai saat sekarang kebanyakan

hanya menampung limbah cair kemudian didiamkan beberapa saat lalu dibuang

ke sungai. Cara ini memerlukan kapasitas penampungan limbah cair yang sangat

besar. Terlebih lagi apabila kapasitas industri tahu cukup besar, maka dihasilkan

limbah cair industry tahu yang sangat banyak (Darsono, 2007).

Penguaraian polutan limbah cair tahu tersebut dilakukan oleh

mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen bebas atau secara anaerob.

Memang hal tersebut dapat berjalan walaupun memerlukan waktu yang cukup

lama. Supaya proses pengolahan dapat berjalan lebih efektif, maka perlu dicari

kondisi yang paling baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme

dapat hidup dengan baik pada kondisi pH limbah cair sekitar 7 atau pada keadaan

normal. Limbah cair industri tahu bersifat asam sehingga sebelum diolah perlu

dinetralkan terlebih dahulu dengan kapur agar kerja mikroorganisme berlangsung

dengan baik (Darsono, 2007).

Mengingat waktu yang cukup panjang dalam proses pengolahan limbah

cair tahu secara anaerob, maka perlu dicari jalan ke luar untuk mendapatkan

proses yang singkat namun biayanya tetap murah (Darsono, 2007).

Usaha pembuatan tahu di Propinsi Kalimantan Selatan cukup berkembang,

tapi pemanfaatan limbah cair pengolahan tahu selama ini belum optimal, pada hal

limbah cair pengolahan tahu dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk

menghasilkan energi terbarukan (renewable) dalam bentuk biogas (Anonim2,

2010).

9

Permasalahan yang terjadi sekarang ini adalah belum mampunya

masyarakat dalam memanfaatkan limbah cair pengolahan tahu sebagai penghasil

energi alternatif pengganti kayu dan BBM, dimana kegiatan sehari-hari mereka

sangat tergantung pada BBM dan kayu baik untuk memasak maupun penerangan.

Hal ini sangat berdampak terhadap pendapatan dari masyarakat (pengolah tahu)

itu sendiri (Anonim2, 2010).

10

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu merupakan limbah organic

yang degradable atau mudah diuraikan oleh mikroorganisme secara

alamiah. Namun karena sebagian besar pemrakarsa yang bergerak dalam

industri tahu adalah orang orang yang hanya mempunyai modal terbatas,

maka perhatian terhadap pengolahan limbah industri tersebut sangat kecil,

dan bahkan ada beberapa industri tahu yang tidak mengolah limbahnya

sama sekali dan langsung dibuang ke lingkungan.

2. Mengingat waktu yang cukup panjang dalam proses pengolahan limbah

cair tahu secara anaerob, maka perlu dicari jalan ke luar untuk

mendapatkan proses yang singkat namun biayanya tetap murah.

3. Permasalahan yang terjadi sekarang ini adalah belum mampunya

masyarakat dalam memanfaatkan limbah cair pengolahan tahu sebagai

penghasil energi alternatif pengganti kayu dan BBM, dimana kegiatan

sehari-hari mereka sangat tergantung pada BBM dan kayu baik untuk

memasak maupun penerangan. Hal ini sangat berdampak terhadap

pendapatan dari masyarakat (pengolah tahu) itu sendiri.

11

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1, 2010. Limbah Cair Organik : http://202.43.189.41 /layanan_informasi/ pengolahan_hasil_pertanian/draft_pedomandesainteknik_ipal_agroindustri.pdf.

Anonim2, 2010. Karakteristik Limbah Cair Tahu, http://ptp2007. wordpress.com /2008/01/08/ karakteristik limbah- cair-tahu / diakses tanggal 1 Februari 2009

Darsono, V. 2007. Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob. Jurnal Teknologi Industri Vol. XI No.1 Januari 2007: 9-20. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota banjarbaru. 2006. Data Industri Kecil dan Menengah Jenis Komoditi Tahu dan Tempe. Banjarbaru.

Macklin, B. 2009. Limbah Tahu Cair Menjadi Biogas.http://onlinebuku.com /2009/01/1 /limbah –tahu -cair- menjadi-biogas/.

Nurhasan dan Bb. Pramudiyanto. 1991. Penanganan Air Limbah Pabrik Tahu Yayasan Bina Karya Lestari (Bintari). http://menlh.go.id/usaha-kecil/indexviev. php?sub=7

Perdana, H. 2010. Biogas dari Limbah Tahu.http://hendrik-perdana. web.id/index.php/artikel/38-umum/242-biogas-darilimbah-tahu.

Rahayu, SS. 2009. Limbah Cair. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia industri/ limbah industri/ limbah-cair/ .

Sediadi A, Esti. 2000. Tentang Tahu. Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.Jakarta .http:/ /www .ristek.go.id.

Sugiharto, 1987, Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, Penerbit Universitas Indonesia (UIPress), Jakarta.

12