lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

33
PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG BAB I LATAR BELAKANG PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (P3B-S) memiliki visi untuk menjadi pengelola penyaluran dan pengatur beban Sistem Tenaga Listrik dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang mampu memenuhi harapan stakeholders dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ciri-ciri utama perusahaan kelas dunia adalah memiliki cakrawala pemikiran yang mutakhir, dan terdepan dalam pemanfaatan teknologi. Ciri ini diwujudkan dengan melakukan berbagai inovasi yang mendukung kualitas pelayanan penyaluran energi listrik, salah satunya adalah keandalan sistem transmisi. PT. PLN (Persero) P3B Sumatera Unit Pelayanan Transmisi melakukan inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan peralatan khususnya pada jaringan transmisi dan peralatan - peralatan tegangan tinggi yang ada di Gardu Induk secara periodik untuk menjaga keandalan dan memastikan sistem penyaluran energi dalam kondisi yang baik dan menjaga peralatan – peralatan tersebut dari kerusakan supaya alat - alat tersebut dapat bekerja sesuai fungsinya. Salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) P3B Sumatera Unit Pelayanan Transmisi Palembang adalah mengenai pengaman terhadap sistem transmisi dan DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 32 1

Upload: rurry-aulia-zoelfie

Post on 10-Aug-2015

327 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

FINAL PROJECT REPORT

ES AND TSO

PT. PLN (PERSERO)

APP SEMARANG

BAB I

LATAR BELAKANG

PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (P3B-S)

memiliki visi untuk menjadi pengelola penyaluran dan pengatur beban Sistem Tenaga

Listrik dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang mampu memenuhi harapan

stakeholders dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Ciri-ciri utama perusahaan kelas dunia adalah memiliki cakrawala

pemikiran yang mutakhir, dan terdepan dalam pemanfaatan teknologi. Ciri ini

diwujudkan dengan melakukan berbagai inovasi yang mendukung kualitas pelayanan

penyaluran energi listrik, salah satunya adalah keandalan sistem transmisi.

PT. PLN (Persero) P3B Sumatera Unit Pelayanan Transmisi melakukan inspeksi,

pengujian, dan pemeliharaan peralatan khususnya pada jaringan transmisi dan peralatan

- peralatan tegangan tinggi yang ada di Gardu Induk secara periodik untuk menjaga

keandalan dan memastikan sistem penyaluran energi dalam kondisi yang baik dan

menjaga peralatan – peralatan tersebut dari kerusakan supaya alat - alat tersebut dapat

bekerja sesuai fungsinya.

Salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) P3B Sumatera

Unit Pelayanan Transmisi Palembang adalah mengenai pengaman terhadap sistem

transmisi dan transformator. Mengingat banyaknya kejadian gangguan transmisi yang

disebabkan oleh surja petir dan gangguan penyulang 20 kV pada transformator yang

disebabkan oleh unbalance system.

Pada pengamanan sistem transmisi digunakan Direct Grounding dimana alat ini

dapat menyalurkan arus lebih yang disebabkan oleh surja petir langsung ke tanah tanpa

perantara badan tower. Dengan peralatan ini diharapkan dapat menurunkan gangguan

pada sistem transmisi. Untuk memberikan peringatan dini bila terjadi gangguan

unbalance system didalam penyulang 20 kV pada transformator digunakan Early

Warning System (EWS) yang dipasang pada Netral Ground Resistance (NGR) sisi

sekunder transformator. Early Warning System ini sudah tertera dalam Standar

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 32 1

Page 2: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

FINAL PROJECT REPORT

ES AND TSO

PT. PLN (PERSERO)

APP SEMARANG

Operasional Pekerjaan (SOP) bersama akan tetapi alat ini belum diimplementasikan

pada trafo - trafo yang ada.

Dengan menggunakan peralatan tersebut yakni Direct Grounding untuk sistem

transmisi dan Early Warning System untuk transformator diharapkan alat-alat tersebut

dapat mengurangi gangguan yang menjadi kendala di unit – unit yang ada di Unit

Pelayanan Transmisi (UPT) Palembang.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 2

Page 3: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

FINAL PROJECT REPORT

ES AND TSO

PT. PLN (PERSERO)

APP SEMARANG

BAB II

OFI

(Opportunity for Improvement)

Seiring dengan meningkatnya tuntutan keandalan sistem tenaga listrik serta

kualitas pelayanan pelanggan. PT. PLN (persero) senantiasa berupaya menekan angka

gangguan/pemadaman. Untuk itu keandalan sistem jaringan transmisi yang dapat

bekerja dengan baik dan menjadi kunci utama dalam melokalisasi dan mengurangi

gangguan serta mencegah kerusakan peralatan akibat gangguan. Dengan demikan

diharapkan angka gangguan dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam operasi sistem

tenaga listrik sering terjadi gangguan – gangguan yang dapat mengganggu penyaluran

tenaga listrik ke konsumen. Gangguan adalah penghalang dari suatu sistem yang sedang

beroperasi atau suatu keadaan dari sistem penyaluran tenaga listrik yang menyimpang

dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam peralatan listrik didefinisikan sebagai

terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik yang menyebabkan aliran arus

listrik keluar dari saluran yang seharusnya. Gangguan-gangguan tersebut menyebabkan

terjadinya:

1. Gangguan kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen apabila gangguan

itu sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian atau menyebabkan

keluarnya satu unit pembangkit .

2. Penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya kualitas

tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada peralatan konsumen.

3. Pengurangan stabilitas sistem dan menyebabkan jatuhnya generator.

4. Kerusakan peralatan pada daerah terjadinya gangguan

Dalam beberapa bulan terakhir terjadi gangguan pada transformator dan

transmisi yang melibatkan gangguan listrik di sisi distribusi. Berikut data gangguan

transformator dan penyebab gangguan yang terjadi dari tahun 2009 sampai 2012 di

wilayah kerja UPT Palembang.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 3

Page 4: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

FINAL PROJECT REPORT

ES AND TSO

PT. PLN (PERSERO)

APP SEMARANG

Tabel 2.1 Data trip trafo bersamaan dengan gangguan transmisi dan transformator

tahun 2009 sampai 2012

Data Jumlah Gangguan Trafo 2009 - 2012 UPT Palembang

No Penyebab GangguanTahun

Jumlah2009 2010 2011 2012

1 Alat 11 7 10 9 372 Binatang 1 0 1 0 23 Penyulang 13 22 9 7 514 Petir 0 0 1 0 15 Relay 4 1 0 1 66 Sistem 4 7 0 4 15

Jumlah 33 37 21 21 112

Alat Binatang Penyulang Petir Relay Sistem0

10

20

30

40

50

60

37

2

51

16

15

Data Jumlah Gangguan Trafo 2009 - 2012

Penyebab

Jum

lah

Gambar 2.1 Grafik penyebab gangguan transformator di UPT Palembang

pada tahun 2009 sampai 2012

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 4

Page 5: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

PT. PLN (PERSERO)

APP SEMARANG

FINAL PROJECT REPORT

BIDANG ES DAN TSO

Dari tabel dan grafik penyebab gangguan transformator di UPT Palembang di

atas, terlihat bahwa penyebab paling banyak tripnya transformator adalah akibat

gangguan penyulang disisi incoming. Untuk memperinci masalah yang terjadi di

dalam penyulang menggunakan metode RCPS ( Root Cause Problem Solving ).

Penjabaran dari tiap-tiap gangguan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Diagram Root Cause Problem Solving gangguan transformator

Untuk menghindari gangguan trip transformator akibat penyulang yang

lebih banyak, kami membuat Early Warning System (EWS) yang dipasang pada

Netral Ground Resistance (NGR) sisi sekunder transformator untuk memberikan

peringatan dini bila terjadi gangguan unbalance system didalam penyulang 20 kV.

Terdapat beberapa hal pertimbangan sebelum membuat Early Warning System

dalam bentuk analisa SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat) yaitu:

Strength (kekuatan) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan

dari dibuatnya project ini. Kekuatan yang dimiliki adalah:

1) Penerapan EWS tidak semua di implementasikan pada bay trafo di GI2) Perlunya peringatan dini (EWS) kepada operator GI apabila terjadi

unbalance pada sistem yang telah diatur pada SOP Bersama3) Banyaknya gangguan trafo akibat penyulang yang disebabkan oleh

koordinasi relay dan arus unbalance

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 5

Page 6: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

PT. PLN (PERSERO)

APP SEMARANG

FINAL PROJECT REPORT

BIDANG ES DAN TSO

Weaknesses (Kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan yang tidak berjalan

dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat project ini.

Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah kekuatan,

namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan

solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah

ada. Kelemahan yang dimiliki adalah:

1) Keterbatasan waktu

2) Keterbatasan jumlah SDM

3) Kurangnya pengalaman

Opportunity (kesempatan) adalah faktor positif yang muncul dari

lingkungan dan memberikan kesempatan untuk pembuatan project ini.

Kesempatan yang perlu dimanfaatkan adalah:

1) Membantu mengurangi rusaknya peralatan (NGR)

2) Banyaknya relay bekas masih baik yang dapat digunakan

3) Efisiensi biaya penerapan EWS

Threat (ancaman) adalah faktor negatif yang memberikan hambatan apabila

alat/project ini tidak dibuat. Adapun ancaman yang timbul adalah:

1) Berpotensi terjadi kerusakan pada peralatan (NGR)

2) Padamnya trafo akibat arus unbalance

3) Hilangnya rupiah per kWh akibat padam trafo

4) Citra perusahaan menurun

Dari analisa SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat) diatas project

pembuatan Early Warning System memang sangat dibutuhkan untuk diterapkan di

bay trafo untuk mengantisipasi arus unbalance di sisi netral penyulang sehingga

mengurangi gangguan transformator yang disebabkan oleh penyulang.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 6

Page 7: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

PT. PLN (PERSERO)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

FINAL PROJECT REPORT

BIDANG ES DAN TSO

Selain gangguan pada transformator, UPT Palembang juga mempunyai

banyak gangguan pada transmisi. Berikut data gangguan transmisi dan penyebab

gangguan yang terjadi dari tahun 2009 sampai 2012 di wilayah kerja UPT

Palembang.

Tabel 2.2 Data trip trafo bersamaan dengan gangguan transmisi dan

transformator tahun 2009 sampai 2012

Data Jumlah Gangguan Trafo 2009 - 2012 UPT Palembang

No Penyebab GangguanTahun

Jumlah2009 2010 2011 2012

1 Alat 9 9 8 8 342 Binatang 1 4 0 0 53 Layangan 2 0 4 0 64 Penyulang 1 0 0 0 15 Petir 9 14 3 6 326 PFL 2 1 1 2 67 Pohon 2 1 2 2 78 Sistem 1 5 1 4 119 Har 1 0 0 0 1

10 Manusia 1 1 0 0 2Jumlah 29 35 19 22 105

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 7

Page 8: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

PT. PLN (PERSERO)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

FINAL PROJECT REPORT

BIDANG ES DAN TSO

Alat

Binatang

Layan

gan

Penyu

lang

Petir

PFL

PohonSis

tem Har

Manusia

0

5

10

15

20

25

30

3534

5 6

1

32

6 7

11

1 2

Data Gangguan Transmisi 2009 -2012

Penyebab

Jum

lah

Gambar 2.3 Grafik penyebab gangguan transmisi di UPT Palembang

pada tahun 2009 sampai 2012

Dari tabel dan grafik penyebab gangguan transmisi di UPT Palembang di atas,

terlihat bahwa penyebab paling banyak tripnya transformator adalah akibat

gangguan alat dan petir. Namun dalam program kerja di On the Job Trainning ini,

kami hanya diberikan tugas saja untuk mengatasi permasalahan gangguan

transmisi yang di sebabkan oleh faktor alam. Oleh karena itu hanya gangguan

penyebab petir saja yang akan kami temukanan solusi untuk mengurangi

gangguan transmisi ini karena penyebab peralatan bukan masalah faktor alam.

Untuk memperinci masalah yang terjadi di dalam petir menggunakan metode

RCPS ( Root Cause Problem Solving ). Penjabaran dari tiap-tiap gangguan adalah

sebagai berikut :

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 8

Page 9: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

PT. PLN (PERSERO)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

FINAL PROJECT REPORT

BIDANG ES DAN TSO

Gambar 2.4 Diagram Root Cause Problem Solving gangguan transmisi

Untuk menghindari gangguan trip transformator akibat gangguan transmisi

yang diakibatkan oleh petir, kami membuat Direct Grounding yang dipasang pada

Ground Steel Wire (GSW) langsung ke tanah yang bertujuan untuk menyalurkan

arus gangguan yang diakibatkan oleh surja petir langsung ke tanah tanpa perantara

bodi tower. Terdapat beberapa hal pertimbangan sebelum membuat Direct

Grounding dalam bentuk analisa SWOT ( Strenght Weakness Opportunity Threat)

yaitu:

Strength (kekuatan) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan

dari dibuatnya project ini. Kekuatan yang dimiliki adalah:

1) Banyaknya gangguan transmisi yang diakibatkan oleh surja petir 2) Diperlukannya media pentanahan dari GSW yang langsung menyalurkan

arus gangguan ke tanah

Weaknesses (kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan yang tidak berjalan

dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat project ini.

Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah kekuatan,

namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 9

Page 10: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

PT. PLN (PERSERO)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

FINAL PROJECT REPORT

BIDANG ES DAN TSO

solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah

ada. Kelemahan yang dimiliki adalah:

1) Keterbatasan waktu

2) Keterbatasan jumlah SDM

3) Kurangnya pengalaman

Opportunity (kesempatan) adalah faktor positif yang muncul dari

lingkungan dan memberikan kesempatan untuk pembuatan project ini.

Kesempatan yang perlu dimanfaatkan adalah:

1) Pemanfaatan GSW bekas

2) Mencegah kerusakan peralatan dengan meminimalisas durasi surja petir

3) Karena menggunakan material dari bahan steel maka meminimalisasi

pencurian

Threat (ancaman) adalah faktor negatif yang memberikan hambatan apabila

alat/project ini tidak dibuat. Adapun ancaman yang timbul adalah:

1) Berpotensi terjadi kerusakan pada peralatan

2) Tripnya penghantar/SUTT

3) Hilangnya rupiah per kWh akibat padam

4) Citra perusahaan menurun

Dari analisa SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat) diatas project

pembuatan Direct Grounding memang sangat dibutuhkan untuk diterapkan di

tower – tower penghantar untuk mengantisipasi arus gangguan yang berasal dari

surja petir sehingga mengurangi gangguan transmisi yang disebabkan oleh petir.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 10

Page 11: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

BAB III

AFI

(Action for Improvement)

Berdasarkan data yang kami peroleh selama melaksanakan On The Job

Training (OJT) di UPT Palembang, kami mengamati bahwa gangguan

transformator yang sering terjadi adalah gangguan disisi penyulang 20 kV dan

gangguan transmisi yang sering terjadi adalah gangguan yang diakibatkan oleh

surja petir, hal ini dapat diperoleh dari data UPT Palembang dilihat dari grafik

gangguan penyulang 20 kV dan gangguan petir yang menyebabkan trip trafo pada

kurun waktu tahun 2009 – sampai dengan 2012 sudah terjadi 51 kali gangguan

transformator yang disebabkan oleh penyulang dan 32 kali gangguan transmisi

yang di sebabkan oleh surja petir. Dengan dasar data yang sudah diperoleh diatas

diperlukan solusi untuk mengurangi gangguan yang di sebabkan oleh penyulang

dan surja petir dengan membuat Early Warning System dan Direct Grounding.

3. 1. Early Warning System

Gangguan trafo oleh penyulang dapat disebabkan akibat kesalahan

koordinasi proteksi dan akibat beban yang tidak seimbang. Dalam penanganan

gangguan penyulang akibat beban tidak seimbang sebenarnya sudah terdapat

dalam SOP BERSAMA dengan tindakan pelepasan penyulang oleh operator

ketika ada Early Warning Sistem NGR Alarm, namun di lapangan belum tersedia

Early Warning Sistem NGR Alarm.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 11

Page 12: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

Gambar 3.1. Diagram Alur Instalasi EWS

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 12

Koordinasi dengan Pihak

Distribusi untuk Pelepasan Penyulang

Early Warning Sistem NGR

Alarm

Penyulang Tidak

Seimbang

Operator GI Mencari Ampermeter Penyulang

Tidak Seimbang

Mulai

Pengukuran Titik Netral

Terdapat arus

Relai beroperasi, alarm berbunyi dan announciator menunjukan

Early Warning Sistem NGR

Tidak

Ya

Reset alarm dan relai

Selesai

Page 13: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

Gambar 3.2. Alur Tindakan Menangani Penyulang Tidak Seimbang

Gambar 3.2. Rangkaian EWS

Beradasarkan keperluan akan Early Warning Sistem NGR Alarm yang

seharusnya sudah terdapat di lapangan menurut SOP BERSAMA tersebut kami

membuat Early Warning Sistem NGR Alarm.

Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan di mana,

Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.

Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 13

Page 14: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan

di mana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.

Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu:

Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama

lain.

Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama

lain.

Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu

sama lain.

Gambar 3.3. vektor diagram arus dalam keadaan seimbang

Gambar 3.4. Vektor diagram arus dalam keadaan tidak seimbang

Gambar 1menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan

seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS,

IT) adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN).

Sedangkan pada Gambar 2 menunjukkan vektor diagram arus yang tidak

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 14

Page 15: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS,

IT) tidak sama dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus

netral (IN) yang besarnya bergantung dari seberapa besar faktor

ketidakseimbangannya.

3.1.1 Titik Pengukuran EWS

Ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder trafo

(fasa R, fasa S, fasa T) mengakibatkan arus akan mengalir di netral trafo. Arus

yang mengalir pada penghantar netral trafo. Sehingga untuk titik pengukuran

dilakukan di sisi netral transformator, pada Netral Grounding Resistance.

Gambar 3.5. Titik Pengukuran EWS

3.1.2. Relai

CT menurunkan arus yang mengalir pada netral transformator sesuai

dengan input pengukuran relai. Relai yang digunakan untuk membuat EWS

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 15

Titik Pengukuran EWS

Page 16: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

menggunakan relai yang sudah tidak digunakan namun kondisinya masih baik.

Relai yang digunakan SEG MRI3-E5D

Gambar 3.6 Relai SEG MRI3-E5D

3.1.3 Announciator dan Alarm

Ketika terjadi beban tidak seimbang alarm akan berbunyi dan announciator

menunjukan Early Warning Sistem NGR.

Gambar 3.7 Alarm

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 16

Page 17: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

Gambar 3.8 Announciator

Dengan adanya Early Warning Sistem dapat memberitahukan kondisi

penyulang tidak seimbang sehingga mempercepat operator dalam melakukan

tindakan sesuai SOP.

3. 2. Direct Grounding

Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam suatu instalasi

listrik dimana rangkaiannya (elektroda) ditanahkan dengan cara elektroda tersebut

di tanam di dalam tanah dan disambungkan dengan kawat grounding melalui

badan tower transmisi.

Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap

tegangan lebih pada peralatan listrik yang disebabkan oleh sambaran petir.

Banyak orang menyebut sistem pentanahan adalah sebagai penangkal petir

dimana suatu sistem yang fungsinya untuk menetralisir jalaran arus lebih akibat

dari sambaran petir yang kemudian ditanahkan.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 17

Page 18: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

Gambar 3.9 Diagram Alur Direct Grounding

3.2.1 Bahaya dari Sambaran Petir

Sambaran petir pada saluran transmisi udara terbuka dapat mengenai

kawat fasa apabila sistem perlindungan kawat tanah gagal dalam mengantisipasi

sambaran tersebut. Jika sistem perlindungan kawat tanah gagal maka akan

berakibat kerusakan pada perlatan. Untuk mengatasinya maka pada tower yang

memiliki kemungkinan besar terkena sambaran petir dapat dipasang pelindung

tambahan berupa pentanahan kaki tower yang ditanam di dalam tanah berupa rod

grounding yang biasa disebut elektroda pentanahan. Elektroda pentanahan kaki

tower ini dihubungkan melalui direct grounding yang ditarik dari GSW ke kaki

tower. Apabila terjadi sambaran petir pada kawat fasa maka keadaan ini disebut

dengan kegagalan perlindungan (shielding failure), dimana kawat tanah gagal

melindungi kawat fasa dari sambaran petir.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 18

Page 19: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

3.2.2 Jenis Sambaran Petir

Petir masih menjadi ancaman terbesar untuk sistem transmisi di PLN yang

bisa merusak peralatan-peralatan. Untuk itu direct grounding diharapkan menjadi

solusi untuk mengamankan peralatan dari ancaman serangan petir dimana jika

sambaran petir mengenai kawat GSW bisa langsung ditanahkan melalui kawat

direct grounding. Jenis sambaran petir yang sering terjadi di jaringan transmisi

ada dua, yaitu :

1. Sambaran langsung

Apabila kilat menyambar langsung pada kawat fasa (untuk saluran tanpa

kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran dengan kawat tanah).

2. Sambaran tidak langsung (sambaran induksi)

Merupakan sambaran titik lain yang letaknya jauh tetapi obyek terkena

pengaruh dari sambaran sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada

obyek tersebut.

3.2.3 Pentingnya Direct Grounding

Direct grounding berfungsi untuk mengalirkan arus gangguan surja petir

yang di tangkap oleh GSW ke elektroda pentanahan di kaki tower. Apabila pada

tower transmisi tidak dipasang direct grounding maka arus gangguan surja petir

yang besar akan dialirkan terus ke LA melalui konduktor, karena kemungkinan

arus surja petir yang besar dapat mengenai konduktor. Oleh karena itu jika tower

tidak memiliki direct grounding maka kerja LA akan semakin berat, sedangkan

LA berfungsi untuk menghilangkan sisa arus dari GSW, sehingga ditanahkan oleh

LA. Jika hal ini terjadi terus menerus akan berakibat kerusakan pada LA dan

peralatan lainnya yang terdapat di GI sehingga bisa mentripkan trafo.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 19

Page 20: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

3.2.4 Pemasangan Direct Grounding

Gambar 3.10 Penarikan Kawat Direct Grounding

Dalam pemasangan Direct Grounding, kawat dari Ground Steel

Wire disambung dengan kawat grounding langsung ditanahkan tanpa

perantara badan tower. Jadi butuh kawat grounding yang panjang untuk

menarik kawat grounding dari GSW sampai ke tanah.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 20

Page 21: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

BAB IV

SAVING, GAIN, AND BENEFIT

Secara garis besar manfaat pembuatan project dalam project OJT kali ini

dapat mengurangi gangguan transformator dan transmisi sehingga dapat

mengurangi energi tak tersalurkan (ENS) akibat gangguan yang terjadi baik

disebabkan oleh penyulang maupun petir pada saat transformator trip. Hal ini

dapat mengakibatkan kerugian bagi PLN dengan dilihat hanya dari sisi beban

yang tidak tersalurkan.

4. 1. Early Warning System

Manfaat dan efisiensi biaya yang didapat didalam pembuatan project EWS

ini adalah :

1. Tidak adanya pemadaman untuk pemasangan EWS dengan memanfaatkan

relay lama sehingga daya tetap dapat tersalurkan.

2. Dengan menggunakan relai lama dapat meminimalkan pengeluaran untuk

pembelian komponen yang cukup besar.

3. Dengan tidak adanya pemadaman maka citra PLN dimasyarakat menjadi

baik.

Tabel 4.1 RAB pemasangan EWS menggunakan relai baru

no Nama Barang Jumlah Harga satuan jumlah Harga

1 Single Phase Current Relai 1 IDR 3,500,000 IDR 3,500,0002 CT Ring 1 IDR 500,000 IDR 500,0003 Auxiliary Relay 2 IDR 150,000 IDR 300,0004 Box Panel 1 IDR 600,000 IDR 600,0005 Buzzer 1 IDR 100,000 IDR 100,0006 Lampu Indikator 1 IDR 10,000 IDR 10,0007 Push Button 1 IDR 30,000 IDR 30,0008 Kabel Kontrol 2 IDR 200,000 IDR 400,000

Total IDR 5,440,000

Tabel 4.2 Pemasangan EWS menggunakan relai lama

no Nama Barang Jumlah Harga satuan jumlah Harga

1 Kabel Kontrol 1 IDR 200,000 IDR 200,000

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 21

Page 22: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

Total IDR 200,000

Dari kedua tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pemasangan EWS

menggunakan relai lama dapat menghemat pengeluaran hingga Rp 5.240.000

dibandingkan menggunakan relai yang baru.

Selain biaya komponen di atas, jika kita menggunakan relai lama tidak

perlu adanya pemadaman sehingga daya tetap dapat disalurkan. Sedangkan

pemasangan menggunakan relai baru perlu adanya pemadaman minimal 1 jam.

Untuk trafo II mensuplai daya sebesar 18.4 MW, dengan asumsi harga per kWh

adalah Rp. 750 maka penghematan pemasangan tanpa padam adalah Rp.

13.800.000. Sehingga total penghematan untuk pemasangan EWS adalah Rp.

19.040.000,00.

4. 2. Direct Grounding

Perhitungan saving diatas sudah menunjukkan angka yang sangat besar

dengan perbandingan waktu yang hanya sebentar dan bisa kita bayangkan berapa

milyar rupiah potensi kerugian dengan kasus serupa jika hal ini kembali berulang

dikarenakan dengan waktu yang lama karena terjadi trip transformator diakibatkan

oleh penyulang dan gangguan transmisi surja petir.

Sehingga dengan Early Warning System dan Direct Grounding, diharapkan

dapat meminimalisasi bahkan menghilangkan gangguan transmisi dan

transformator yang diakibatkan di sebabkan oleh penyulang dan surja petir.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 22

Page 23: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

BAB V

PENUTUP

5.Kesimpulan

1. Early Warning System (EWS) merupakan salah satu cara pencegahan terjadinya trip transformator yang disebabkan oleh arus unbalance pada penyulang 20 kV.

2. Direct Grounding merupakan salah satu cara pencegahan terjadinya trip penghantar/SUTT yang disebabkan oleh petir.

3. Pemasangan Early Warning System (EWS) dapat membantu identifikasi arus unbalance pada penyulang oleh operator Gardu Induk sehingga dapat dilakukan tindakan pelepasan penyulang yang terindikasi unbalance.

4. Pemasangan EWS untuk memenuhi SOP Bersama yang telah ada.5. Direct Grounding dapat mempercepat pentanahan arus gangguan akibat

surja petir.6. Dengan frekuensi gangguan yang semakin turun maka citra PLN akan

semakin baik.

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 23

Page 24: Lapran project gangguan transmisi dan trafo.docx

LAPORAN OJT

BIDANG ES DAN TSO

PT. PLN (PERSERO)

P3BS-UPT Palembang

DAFTAR PUSTAKA

Kosasih. Rajasa Gauthama. Wahyudi. 2010. SOP Bersama Pedoman Operasi penyulang 12/20kV, Palembang

Schaltanlagen Electronic Gerate GmBH & Co. KG. Datasheet Relay SEG MRI 3,Germany

http://www.p3bsumatera.pln.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=46&Itemid=58

http:// www. story-of-rizky.blogspot.com/

http://wwwwles.blogspot.com/2010/01/grounding-system-sistim-pentanahan.html

http:// www. ilmulistrik.heck.in/sistem-pentanahan-2.xhtml

http://www.gloopic.net/article/547-sistem-pentanahan.html

DIKLAT PRAJABATAN ANGKATAN 33 24