acara ii
DESCRIPTION
analisis panganTRANSCRIPT
LAPORAN MINGGUANANALISIS PANGAN
ACARA IIPENENTUAN KADAR AIR
OLEH
NAMA : PENINA NIM : J1A013100 KELOMPOK : XII
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM2015
HALAMAN PENGESAHAN
Mataram, 3 November 2015
Mengetahui,Co. Ass Praktikum Analisis Pangan Praktikan
Haryati PeninaJ1A012045 J1A013100
ACARA IIPENENTUAN KADAR AIR
PENDAHULUAN
Latar BelakangAir merupakan komponen penting dalam bahan pangan, karena air dapat
mempengaruhi “acceptability”, kenampakan, kesegaran, tekstur, serta cita rasa
pangan. Air sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang seperti pertanian,
pengolahan makanan dan sebagai air minum. Keberadaan air pada bahan
pangan sering dihubungkan dengan mutu bahan pangan. Bahan pangan yang
memiliki kadar air yang tinggi dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk seperti khamir, jamur dan bakteri yang dapat merusak bahan pangan
tersebut (Andarwulan, 2011).
Di dalam beberapa bahan pangan, air ada dalam jumlah yang relatif
besar, misalnya di dalam beberapa buah-buahan dan sayuran mencapai sekitar
90%, susu segar sekitar 87%, dan daging sapi sekitar 66%. Produk pangan yang
kering, seperti dendeng, kerupuk, dan susu bubuk, adanya air perlu mendapat
perhatian secara seksama. Kenaikan sedikit kandungan air pada bahan kering
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan, baik akibat reaksi kimiawi maupun
pertumbuhan mikroba pembusuk (Sandjaja, 20012).
Analisis kadar air dalam bahan sangat penting dilakukan, baik pada
bahan pangan kering maupun pada bahan pangan segar. Kadar air pada bahan
pangan kering sering dikaitkan dengan indeks kestabilan khususnya saat
penyimpanan. Bahan pangan kering menjadi awet karena kadar airnya dikurangi
sampai batas tertentu, sedangkan pada kadar air bahan pangan segar erat
hubungannya dengan mutu organoleptiknya (Sandjaja, 20012). Oleh karena itu,
perlu dilakukan praktikum analisis kadar air pada beberapa bahan pangan
dengan menggunakan beberapa metode.
Tujuan PraktikumAdapun tujuan praktikum ini adalah untuk menetukan kadar air beberapa
bahan pangan dan hasil pertanian menggunakan metode pengeringan/oven
(thermogravimetri), metode oven vakum, metode destilasi (thermovolumetri) dan
metode Rapid moisture analyzer.
TINJAUAN PUSTAKA
Air berwujud cair pada suhu 0-100oC dengan tekanan 1 atm. Perubahan
suhu pada air menyebabkan air mengalami perubahan fisik. Apabila air
dipanaskan, jumlah rata-rata air dalam satu kelompok molekul air menurun dan
ikatan hidrogen putus kemudian terbentuk lagi secara cepat. Bila suhu
pemanasan air makin tinggi maka molekul air akan bergerak dengan sangat
cepat dan pada saat tekanan uap air melebihi tekanan atmosfer, beberapa
molekul dapat terlepas dari permukaan dan membentuk gas. Perubahan fisik air
dari cair menjadi gas inilah yang dijadikan prinsip pengeluaran air dari suatu
bahan pangan terutama dalam penentuan kadar air pangan dengan metode
pengeringan. (Andarwulan, 2011).
Menurut Sudarmadji, (2010) air dalam suatu bahan makanan terdapat
dalam berbagai bentuk, yaitu: air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antar sel
dan inter-granular dan pori- pori yang terdapat dalam bahan, air yang terikat
secara lemah karena terserap (teradsorpsi) pada permukaan kolloid
makromolekular seperti protein, pektin pati, selulosa. Selain itu air juga
terdispersi diantara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada
didalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air
bebas dan dapat dikristalkan pada pembekuan dan air yang dalam keadaan
terikat kuat, yaitu membentuk hidrat. Ikatanya bersifat ionik sehingga relatif
sukar dihilangkan atau diuapkan.
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang
sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan
pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut
(Sandjaja, 20012).
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan
dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 3 jam
atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.(Winarno, 2010).
Penentuan kadar air dengan metode oven dilakukan dengan cara
mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas yang disebut dengan
proses pengeringan. Analisis kadar air dengan metode oven didasarkan atas
berat yang hilang, oleh karena itu sampel seharusnya mempunyai kestabilan
panas yang tinggi dan tidak mengandung komponen yang mudah menguap.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi analisis air metode oven diantaranya
adalah yang berhubungan dengan penimbangan sampel, kondisi oven,
pengeringan sampel, dan perlakuan setelah pengeringan. Faktor-faktor yang
berkaitan dengan kondisi oven seperti suhu, gradien suhu, kecepatan aliran dan
kelembaban udara adalah faktor-faktor yang sangat penting diperhatikan dalam
metode pengeringan dengan oven. (Andarwulan, 2011).
Metode oven vakum digunakan untuk produk yang mengandung komponen
yang dapat terdekomposisi pada suhu 1000C atau relatif banyak mengandung
senyawa “volatil”. Prinsip metode oven-vakum adalah mengeringkan produk yang
mudah terdekomposisi pada suhu 1000C di dalam suatu tempat yang dapat
dikurangi tekanan udaranya atau di “vakum” kan. Dengan demikian proses
pengeringan dapat berlangsung pada suhu dan tekanan rendah (Anonim, 2012).
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi, dan
mengandung senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran dan
susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluene dan
heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Cara penentuannya
adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada sampel yang
diberikan mengandung air sebanyak 2-5 ml kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung lebih dalam
tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripada zat kimia
tersebut, maka air akan berada di bagian bawah pada tabung penampung
(Sudarmadji, 2010). Penetapan kadar air di dalam ekstrak, dilakukan secara
destilasi. Tujuan penetapan kadar air adalah mengetahui besarnya kandungan
air, terkait dengan kemurnian dan kontaminasi yang mungkin terjadi (Azizah,
2013).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum ini dilaksankan pada hari Selasa, tanggal 3 November 2015 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Teknologi Pangan dan agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
Alat-alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah spatula, oven,
cawan porselen, desikator, penjepit cawan, timbangan analitik, oven vakum
lengkap dengan pompa vakum, gelas pengaman pompa, botol pengering udara
yang berisi silika gel, pemanas listrik, tabung penerima Bidwell Sterling,
kondensor tipe cold finger, labu didih dan alat moisture analyzer.
Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah bakso sapi dan
bakso ayam.
Prosedur Kerjaa. Metode Oven
1. Ditimbang bahan sebanyak 2 gram dalam botol timbang yang
telah diketahui beratnya.
2. Dimasukkan kedalam oven pengering dan dikeringkan pada suhu
1050C selama 4 jam.
3. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
4. Dikeringkan kembali dalam oven selama 30 menit.
5. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
6. Dilakukan langkah 4 dan 5 sampai diperoleh berat konstan. Berat
konstan (jika tiga kali penimbangan berturut menunjukkan selisih
kurang dari 0,2 mg)
Dihitung kadar air berdasarkan berat basah (b.b) menggunakan :
KA (% )=a−bax100%
Dimana :
a = berat botol timbang + berat bahan sebelum dikeringkan
(gram).
b = berat botol timbang + berat bahan setelah dikeringkan (gram).
b. Metode Oven Vakum
1. Dikeringkan cawan dan tutupnya dalam oven dengan suhu 105°C
selama 30 menit, didinginkan dalam desikator dan ditimbang
2. Ditimbang dengan cepat lebih kurang 5 gram sampel
yang telah dihomogenkan dalam cawan
3. Diletakkan cawan beserta isinya dan tutup cawan dalam oven
vakum. Dipanaskan pada suhu 70°C dengan vakum
dipertahankan sekitar 25 mmHg. Dilakukan pengeringan selama 6
jam. Selama pengeringan berjalan biarkan udara mengalir melalui
botol pengering gas yang berisi H2SO4 dengan kecepatan rendah
(sekitar 2 gelembung per detik).
4. Ditutup aliran vakum ke pompa (pompa jangan ditutup dulu
sebelum tekanan vakum dalam gelas gelas pengaman
dihilangkan, untuk mencegah agar oli tidak terhisap ke dalam
gelas)
5. Dinaikkan aliran udara kering yang melewati H2SO4 untuk
menghilangkan tekanan vakum dalam oven
6. Ditutup cawan, didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan
ditimbang
7. Dilakukan pemanasan kembali sampai diperoleh berat yang tetap
8. Dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Berat sampel (gram) = W1
Berat sampel setelah dikeringkan (gram) = W2
Kehilangan berat (gram) = W3
Persen kadar air (dry basis) = W3/W2 X 100
Persen kadar air (wet basis) = W3/W1 X 100
Total padatan (%) = W2/W1 X 100
c. Metode Distilasi
1. Dipersiapkan alat distilasi dan pereaksi.
2. Dipersiapkan labu didih atau erlenmeyer yang sudah dikeringkan
lebih dulu dalam oven dengan suhu 105°C
3. Ditimbang sampel secukupnya sedemikian rupa, sehingga air
yang terkandung di dalamnya sekitar 3-4 gram
4. Dimasukkan sampel ke dalam labu didih atau erlenmeyer yang
telah dikeringkan dan ditambahkan 60-100 ml pereaksi (toluena
atau lainnya).
5. Dipanaskan campuran tersebut dengan pemanas listrik (jangan
menggunakan api) dan refluks perlahan-lahan dengan suhu
rendah, selama 45 menit, dan diteruskan dalam keadaan panas
yang tinggi selama 1-1.5 jam
6. Dibaca volume air yang terdistilasi
7. Dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Jumlah sampel (gram) = W
Volume air yang terdistilasi (ml) = V
Persen kadar air = V/W X 100
d. Metode Moisture Analyzer
1. Ditimbang dengan teliti 5 gram bahan yang telah dihaluskan
2. Diset peralatan Moisture Analyzer untuk menghitung kadar air.
3. Diletakkan sampel merata pada piring alumunium dalam Moisture
Analyzer.
4. Ditutup Moisture Analyzer sampai didapatkan hasil kadar air.
5. Dicatat hasil kadar air yang didapatkan.
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Kadar Air Pada Bakso Sapi dan Bakso AyamGelombang
Kelompok NamaSampel
BeratCawan
BeratSampel
SebelumDikeringkan
BeratSampel
SesudahDikeringkan
% Kadar
Air
3
9 Bakso Sapi 27,1343 2,0326
10 Bakso Ayam 24,7490 2,0071
13 Bakso Sapi 27,28159 2,02219
14 Bakso Ayam 26,8040
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, Nuri. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat. Jakarta.
Anonim. 2012. Laporan Analisa Mutu Pangan dan Hasil Pertanian.
Azizah, Barokati & Nina Salamah. 2013. Standarisasi Parameter Non Spesifik
dan Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak
Terpurifikasi Rimpang Kunyit. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 3, No.
1 :21-30.
file:///D:/tipus%20analisis%20pangan/Cindy%20Eva%20Blog
%E2%84%A2%20%20%20laporan%20kadar%20air.htm. (Diakses
pada tanggal 2 November 2015).
Sandjaja dan Atmarita. 2012. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. PT.
Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Sudarmadji,Slamet dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta. Yogyakarta.
Winarno, F.G. 2010. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.