acara i

12

Click here to load reader

Upload: maratus-sholihah

Post on 06-Aug-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ACARA I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan

1. Mengetahui jenis dan fungsi agroekosistem

2. Mengenal komponen ekosistem pertanian

3. Menentukan keputusan pengelolaan agroekosistem

4. Memberi kesempatan praktikan menjadi ahli di lahannya sendiri

B. Landasan Teori

Agroekosistem (ekosistem pertanian) ditandai oleh komunitas yang

monospesifik dengan kumpulan beberapa gulma. Ekosistem pertanian sangat peka

akan kekeringan, frost, hama/penyakit sedangkan pada ekosistem alam dengan ko-

munitas yang kompleks dan banyak spesies mempunyai kemampuan untuk berta-

han terhadap gangguan iklim dan makhluk perusak. Dalam agroekosistem, tana-

man dipanen dan diambil dari lapangan untuk konsumsi manusia/ternak sehingga

tanah pertanian selalu kehilangan garam-garam dan kandungan unsur-unsur antara

lain N, P, K, dan lain-lain. Untuk memelihara agar keadaan produktivitas tetap

tinggi kita menambah pupuk pada tanah pertanian itu. Secara fungsional agroeko-

sistem dicirikan dengan tingginya lapis transfer enersi dan nutrisi terutama di

grazing food chain dengan demikian hemeostasis kecil.

Kesederhanaan dalam struktur dan fungsi agroekosistem dan pemeli-

haraannya untuk mendapatkan hasil yang maksimum, maka menjadikannya mu-

dah goyah dan peka akan tekanan lingkungan seperti kekeringan, frost,

meledaknya hama dan penyakit dan sebagainya.

Manusia telah mengubah ekosistem alam secara luas sejak mulai mengenal

pemukiman. Mereka membersihkan hutan dan lahan rumput untuk mengusahakan

tanaman bahan makanan dan bahan makanan ternak untuk dirinya dan ternaknya

melalui berbagai pengalaman. Mereka mengembangkan pertanian dengan mem-

bersihkan tanah, membajaknya, menanam tanaman musiman dan memberikan un-

sur-unsur yang diperlukan, seperti pupuk dan air. Setelah menghasilkan kemudian

Page 2: ACARA I

dipanen. Sejak menebar benih sampai panen tanaman pertanian sangat tergantung

alam, gangguan iklim, hama dan penyakit.

Peningkatan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan penduduk

yang semakin meningkat akhir-akhir ini dihasilkan satu tekhnologi antara lain :

mekanisasi, varietas baru, cara pengendalian pengganggu, pemupukan, irigasi dan

perluasan tanah dengan membuka hutan dan padang rumput.

C. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan meliputi: pertanaman hortikultura berupa pisang

dan cabai. Sedangkan alat yang digunakan adalah kantong plastik, kertas plano,

alat tulis.

D. Prosedur Kerja

1. Di buat kelompok kecil dengan pembagian dalam setiap rombongan

2. Bahan dan alat dipersiapkan

3. Menuju ke lapangan untuk mengamati komponen agroekosistem yang

meliputi tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura

4. Digambar keadaan umum agroekosistem yang akan diamati

5. Hasil pengamatan ditulis pada kertas plano

6. Dikoleksikan serangga/hewan yang bertindak sebagai hama dan musuh

alami, juga tanaman/bagian tanaman yang bergejala sakit

7. Dipresentasikan hasil pengamatan yang telah diamati

Page 3: ACARA I

BAB II

HASIL PENGAMATAN

A. Tanaman Pisang

B. Tanaman Cabai

Page 4: ACARA I

BAB III

PEMBAHASAN

Suatu hamparan lahan pertanian sebenarnya merupakan suatu ekosistem

binaan yaitu suatu ekosistem yang telah mendapat campur tangan manusia se-

hingga struktur dan dinamikanya berbeda dengan ekosistem alami. Ekosistem

alami mempunyai produktifitas rendah sampai sedang, stabilitas sedang sampai

tinggi, serta kemerataan dan keberlanjutan yang tinggi. Sedangkan ekosistem bi-

naan (agroekosistem) mempunyai produktifitas rendah sampai tinggi, keberta-

hanan rendah sampai sedang, kemerataan rendah sampai sedang, dan keberlanju-

tan rendah sampai sedang. Semua sifat-sifat ekosistem tersebut sebenarnya berkai-

tan dengan PHT karena PHT berkisar pada dua fenomena, yaitu kelestarian eko-

sistem dan efisiensi ekonomi. Secara umum bentuk Permukaan bumi mempunyai

perbedaan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Perbedaan tinggi rendahnya per-

mukaan bumi yang di ukur secara vertikal disebut topografi atau relief makro. Re-

lief makro dapat dibedakan menjadi dataran rendah, pegunungan rendah, pegu-

nungan menengah, dan pegunungan tinggi. Keragaan relief makro secara beruru-

tan dari pantai sampai puncak gunung disebut toposekuen atau katena lahan.

Dalam satu toposekuen terdapat zone agroekosisitem. Menurut (Amien,1997)

agroekosistem merupakan sekelompok wilayah yang keadaan fisik lingkungannya

hampir sama dimana keragaan tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan

berbeda nyata.

Menurut struktur abiotik agroekosistem dari produktivitas primer ditinjau

dengan produktivitas organik dengan masukan enersi, agroekosistem dunia saat

ini menghasilkan ± 10 milyar ton bahan kering/tahun. Cahaya matahari yang

masuk ke kanopi tanaman digunakan dalam proses fotosintesis yang

menghasilkan kekuatan dalam produktivitas organik. Penelitian dari beberapa

disiplin menghasilkan suatu kesimpulan bahwa sekarang ada 3 mekanisme

fotosintesis ialah siklus Kelvin, C4 - asam dekarboksilat dan metabolisme asam

grasulacean. Sejumlah tanaman penting (jagung, gula, shorgum dan sebagainya)

mempunyai jalur C4. Produktivitas bersih tanaman C4 lebih tinggi dari tanaman

Page 5: ACARA I

siklus Kelvin. Tanaman selama puncak musim pertumbuhan mengkonversi 6 - 8%

total enersi sinar matahari ke bahan organik dalam produksi kotor. Produksi bersih

rata-rata ½ produksi kotor itupun hanya 50% yang dapat untuk heterotrop (hewan

dan manusia).

Sedangkan menurut struktur biotik agroekosistem kebanyakan tanaman

merupakan tanaman semusim, baik anual maupun bianual. Tanaman dipelihara

dengan populasi murni, biarpun beberapa gulma tumbuh bersama-sama tanaman.

Benih gulma, selalu ada di lapangan, tumbuh pada kondisi yang biarpun kadang-

kadang kurang menguntungkan. Kebanyakan gulma, disebarkan dalam bentuk biji

pada waktu penebaran dan juga melalui air irigasi dan binatang perantara.

Tanaman dan gulma merupakan produsen dan konsumennya terutama herbivora,

terdiri atas beberapa spesies serangga, burung dan ammalia kecil. Populasi

dekomposer (pembusuk) kebanyakan bangsa fungi, bakteri dan nematoda dan

sebagainya. Pengetahuan mengenai karakteristik fenologi dan fitososiologi

(kepadatan, frekuensi dan pertumbuhan) ekosistem tanaman pada interval 15 hari

akan menggambarkan dinamika hubungan tanaman dengan gulma - serangga -

burung. Studi mengenai LAI, struktur khlorofil (jumlah khlorofil terdistribusi

pada daun, cabang dan batang) yang menyertai profil biomas dan pola

penyimpanan enersi pada produsen primer memberikan informasi mengenai

aktivitasnya.

Dari hasil pengamatan yang kami amati di jl. Moh. Besar, Pabuaran pukul

15.30 WIB pada hari Rabu 21 September 2011 kami menemukan tanaman yang

sesuai dengan pembagian jenis tanaman yaitu tanaman hortikultura diantaranya

tanaman pisang dan tanaman cabai.

Di areal pertanaman tanaman pisang terdapat tempat pemotongan kayu

serta rumah warga dan banyak sekali naungan diantaranya tanaman albasia,

pepaya, singkong sehingga agroekosistemnya terlihat sangat kotor, akibatnya

tidak mendukung pertumbuhan tanaman pisang, seharusnya tanaman pisang

membutuhkan agroekosistem yang lembab dan bersih serta curah hujan dan angin

juga menjadi syarat tumbuh bagi tanaman pisang (stover,1993). Di areal

pertanaman piasng ditemukan hama ulat penggulung daun karena beberapa pohon

Page 6: ACARA I

menampakan lubang-lubang yang tidak beraturan pada muka daun, dan terdapat

banyak daun yang menggulung akibat dari hama ulat penggulung tersebut.

Sedangkan pada areal pertanaman tanaman cabai yang luasnya ± 1050 m2

dan disekitar tanaman cabai juga terdapat tanaman pagar yaitu tanaman singkong

yang menutup kebun cabai. Faktor abiotiknya pada tanahnya subur, cuaca cerah,

kelembabannya rendah atau bisa dikatakan kering karena pengaruh pada musim

kemarau dengan system pertanaman Monokultur dan kondisi lahan cukup bersih

karena dirawat dengan baik oleh sang pemilik. Tanaman cabe cocok ditanam

pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air; pH

tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah

pada akhir musim hujan (Maret - April). Untuk memperoleh harga cabe yang

tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember,

walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang

ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabe

yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup

dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu

hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabe (300-500 gr biji) (Kalshoven,1981).

Cabai dan pisang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang

memiliki nilai yang cukup tinggi apabila dibudidayakan sebagaimana mestinya,

seperti diatur system pengairannya, pemupukannya, perawatannya serta

pengelolaan hasilnya kelak. Pisang juga bermanfaat bagi kesehatan manusia

terutama dalam masalah pencernaan dan juga sebagai pembungkus makanan

tradisional Indonesia, pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan

sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Sedangkani Tanaman cabai banyak

mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin,

yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan (panas).

Page 7: ACARA I

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Agroekosistem merupakan sekelompok wilayah yang keadaan fisik

lingkungannya hampir sama dimana keragaan tanaman dan hewan dapat

diharapkan tidak akan berbeda nyata.

2. Hal-hal yang diamati Faktor biotik dan Faktor Abiotik Pada tanaman Hor-

tikultura diantaranya Tanaman Pisang dan Tanaman Cabai

3. Tanaman pisang dan Cabai memiliki Syarat Tumbuh yag berbeda-beda

B. Saran

Dalam praktikum acara agroekosistem ini seharusnya tim teaching dan

asisten sudah menentukan lokasi yang harus dikunjungi oleh tiap-tiap kelompok

agar praktikan tidak susah mencari lokasi untuk praktikum agroekosistem.

Page 8: ACARA I

DAFTAR PUSTAKA

Amien I. 1997. Karakterisasi dan Analisis Zone Agroekologi. Pusat penelitian tanah dan agroklimat: Bogor

Kurniawan, S. dan Christanti A. 2010. Manajemen Agroekosistem. Universitas Brawijaya: Malang.

Tobing. 2009. Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Serangga Hama dalam Agroekosistem. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Entomologi Pertanian. USU : Medan.