acara i morfologi edt

31
MORFOLOGI, MORFOMETRI, DAN KUNCI DETERMINASI IKAN LELE (Clarias batrachus), IKAN NILA (Oreochromis niloticus), IKAN BELUT (Monopterus albus), IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy), dan IKAN EMAS (Cyprinus carpio) BAB I Pendahuluan a. Latar Belakang Sebagai salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui, potensi ikan di wilayah perairan perlu mendapat perhatian. Ikan termasuk dalam kelompok hewan vertebrata berdarah dingin yang secara khas ditandai dengan adanya tulang belakang, insang, sirip, dan terutama tergantung pada air sebagai media kehidupannya. Di antara anggota vertebrata yang lain ikan memiliki jumlah terbesar, yaitu sekitar 15.000-17.000 spesies dari 40.000 spesies vertebrata yang dikenal (Lagler et al., 1962). Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman jenis ikan yang tinggi. Letak perairan yang berada di daerah khatulistiwa dan beriklim tropis membuat Indonesia memiliki kekayaan jenis biota air yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah dingin maupun subtropis (Subani, 1978). Tidak kurang dari 4000 jenis ikan terdapat di perairan Indonesia dan sekitar 800 jenis 1

Upload: whoisdikko

Post on 02-Jul-2015

1.402 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

MORFOLOGI, MORFOMETRI, DAN KUNCI DETERMINASI IKAN LELE (Clarias batrachus), IKAN NILA (Oreochromis niloticus), IKAN BELUT (Monopterus albus),

IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy), dan IKAN EMAS (Cyprinus carpio)

BAB I

Pendahuluan

a. Latar BelakangSebagai salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui, potensi ikan di

wilayah perairan perlu mendapat perhatian. Ikan termasuk dalam kelompok hewan

vertebrata berdarah dingin yang secara khas ditandai dengan adanya tulang belakang,

insang, sirip, dan terutama tergantung pada air sebagai media kehidupannya. Di

antara anggota vertebrata yang lain ikan memiliki jumlah terbesar, yaitu sekitar

15.000-17.000 spesies dari 40.000 spesies vertebrata yang dikenal (Lagler et al.,

1962).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman jenis ikan

yang tinggi. Letak perairan yang berada di daerah khatulistiwa dan beriklim tropis

membuat Indonesia memiliki kekayaan jenis biota air yang lebih banyak

dibandingkan dengan daerah dingin maupun subtropis (Subani, 1978). Tidak kurang

dari 4000 jenis ikan terdapat di perairan Indonesia dan sekitar 800 jenis diantaranya

berada di perairan tawar dan payau (Djajadiredja dkk., 1977).

Ikan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber protein hewani yang banyak

tersedia di alam, mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, dan memiliki peran

penting bagi lingkungan. Identifikasi jenis-jenis ikan sangat membantu dalam proses

pengembangan perikanan. Untuk dapat mempelajari pengembangan perikanan secara

baik, sebelumnya harus diketahui bagaimana kehidupan ikan-ikan tersebut, karena

setiap jenis ikan memiliki cara dan kehidupan yang berlainan. Ikan mempunyai daya

adaptasi yang baik terhadap lingkungan air. Habitat dimana ikan itu hidup banyak

menentukan bentuk tubuh, alat-alat tubuh, cara hidup, dan cara bergeraknya

(Djuhanda, 1981). Oleh karena itu, pengenalan karakter morfologi (bentuk tubuh,

sirip, gurat sisi, sisik, dan letak mulut), morfometri (perbandingan panjang, lebar, dan

1

tinggi dari bagian-bagian tertentu atau bagian-bagian itu sendiri), dan determinasi

ikan menggunakan kunci determinasi yang ada penting dilakukan dalam proses

identifikasi jenis-jenis ikan yang nantinya dapat digunakan sebagai data dalam

pengembangan perikanan di Indonesia.

b. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi, morfometri, serta membuat kunci determinasi sederhana dari ikan lele (Clarias batrachus), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan belut (Monopterus albus), ikan gurami (Osphronemus gouramy), dan ikan emas (Cyprinus carpio).

2

BAB II

Metode Kerja

A. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini berupa penggaris untuk

mengukur ukuran tubuh ikan, pinset untuk mengambil sisik ikan, wadah plastik untuk

meletakkan ikan, luv untuk mengamati lebih jelas, kamera untuk mengambil gambar,

dan kunci determinasi sederhana untuk membantu identifikasi.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini berupa ikan lele (Clarias batrachus), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan belut (Monopterus albus), ikan gurami (Osphronemus gouramy), dan ikan emas (Cyprinus carpio).

C. Cara Kerja

Perbedaan morfologi bagian luar mulai dari bentuk tubuh, tipe sisik, tipe linea

lateralis, tipe ekor, dan tipe mulut pada setiap ikan dianalisa. Kemudian perbandingan

morfometri berupa panjang baku, panjang total, panjang kepala, tinggi pangkal ekor,

panjang ekor, tinggi kepala, diameter mata, tinggi badan, dan panjang sirip dorsal-

kepala pada setiap ikan diukur. Selanjutnya dibuat kunci determinasi sederhana dari

ikan. Determinasi ikan dilakukan dengan cara mencocokkan karakater yang terlihat

dengan kunci determinasi yang telah ada/ dibuat.

3

BAB III

Hasil dan Pembahasan

1. Ikan lele (Clarias batrachus)

Lele adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena

tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki sungut yang panjang dan

mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Nama-nama daerah ikan lele antara lain ikan

kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet

(Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele

atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia). Sedangkan,di negara lain lele

dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka,

Jepang, dan  Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish,

dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros,

yang berarti lincah dan kuat, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan

bergerak di luar air (Anonim1, 2010).

Pakan alami ikan lele berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil.

Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, dan sawah

yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalnya di

got-got dan selokan pembuangan. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak

mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan

berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim

penghujan. Ada sekitar 55–60 spesies anggota marga Clarias. Dari jumlah tersebut, di

Asia Tenggara kini diketahui sekitar 20 spesies lele, kebanyakan di antaranya baru

dikenali dan dideskripsi dalam 10 tahun terakhir (Anonim1, 2010).

Menurut Nelson (1984) dan Kotellat et al. (1983), klasifikasi ikan lele adalah

sebagai berikut.

4

1 5

2

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Ordo : Cypriniformes

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias batrachus (L.)

Gambar 1. Morfologi ikan lele

Keterangan:

1. Mata 5. Sirip ekor

2. Barbel 6. Sirip anal

3. Sirip dada 7. Sirip perut

4. Sirip punggung

Ikan lele memiliki bentuk tubuh yang unik, yaitu kepala yang berbentuk pipih

dorsoventral dan tubuh yang berbentuk laterolateral. Ikan lele tidak memiliki sisik

pada tubuhnya dan tubuhnya berlendir. Hal ini membuat tubuh lele menjadi licin

sehingga memudahkan pergerakan pada habitat air tawar berlumpur yang

ditempatinya. Ikan ini memiliki tipe linea lateralis continue, tipe ekor homocercal

5

6

3

7

4

forked, dan tipe mulut inferior (mulut terletak di bagian bawah kepala). Umumnya,

ikan dengan tipe ekor membulat tidak dapat berenang cepat dan sering bersembunyi

di balik batu sebagai tempat perlindungan. Bentuk mulut inferior menunjukkan tipe

mulut yang memakan pakan di bagian dasar perairan.

Ikan lele mempunyai empat sungut atau barbel. Sirip ekor, sirip punggung, dan

sirip dubur tidak bersatu. Ukuran kepala relatif besar, berbatasan dengan ubun-ubun

membentuk garis melalui bagian tengah mata atau bagian depan mata. Jarak antara

sirip punggung dan kepala 4,5-5,5 kali lebih pendek dari jarak antara moncong dan

tonjolan keras di kepala. Kulit badan licin berwarna kehitaman dan bagian bawah

perut putih.

Ukuran morfometri ikan lele antara lain memiliki panjang baku 23 cm, panjang

total 27 cm, panjang kepala 6.8 cm, tinggi pangkal ekor 1.8 cm, panjang ekor 3.5 cm,

tinggi kepala 2.6 cm, diameter mata 0,4 cm, tinggi badan 2.2 cm, dan panjang sirip

dorsal-kepala 7.8 cm. Hasil perbandingan antar parameter morfologi tersebut

menunjukkan ciri khas ikan lele yang memiliki panjang kepala 1/3 kali lebih kecil dari

panjang baku tubuhnya dengan diameter mata 17 kali lebih kecil dari panjang

kepalanya. Panjang ekor berukuran 1/6 panjang baku tubuhnya. Panjang sirip dorsal-

kepala menunjukkan ukuran 3 kali lebih pendek dibandingkan dengan panjang baku

tubuhnya. Setelah itu dibuat kunci determinasi sederhana dan untuk ikan lele yang

diperoleh adalah 1b; 3a yang menunjukkan anggota spesies Clarias batrachus.

Kunci determinasi sederhana

1.a. Punya sisik........................................................................................2

b. Tidak punya sisik..............................................................................3

3.a. Bentuk tubuh laterotaleral, tipe ekor homocercal forked..................Clarias batrachus

b. Bentuk tubuh silindris memanjang, tipe ekor meruncing.................Monopterus albus

6

2. Ikan nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah vertikal (compress) dengan

profil empat persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi mulut terletak di ujung

hidung (terminal) dan dapat disembulkan. Ciri khas nila adalah garis-garis vertikal

berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Pada rahang terdapat bercak

kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe ctenoid. Ikan nila (Oreochromis niloticus) juga

ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pula pada bagian analnya. Dengan

posisi sirip anal dibelakang sirip dada (Anonim2, 2010).

Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton,

sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan

sebagai pengendali gulma air. Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas

maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat hidup di sungai yang

tidak terlalu deras alirannya, di waduk, rawa, sawah, tambak air payau, atau di dalam

jaring terapung di laut. Ikan nila mempunyai tingkat kelangsungan hidup lebih baik

pada salinitas 18 ppt dibandingkan dengan salinitas lebih rendah atau yang lebih

tinggi, walaupun dapat dipelihara sampai salinitas 36 ppt. ikan ini hidup di perairan

tropis dengan suhu 23-32 ºC. (Anonim2, 2010).

Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia 

Filum : Chordata 

Kelas : Actinopterygii 

Ordo : Perciformes 

Famili : Cichlidae 

Genus : Oreochromis 

7

2

1

4

5

36

78

Spesies : Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758)

Gambar 2. Morfologi ikan nila

Keterangan:

1. Mata 5. Sirip ekor

2. Mulut 6. Sirip anal

3. Sirip dada 7. Sirip perut

4. Sirip punggung 8. Operculum

Ikan nila memiliki bentuk tubuh seperti ikan pada umumnya, yaitu laterolateral

atau streamline. Sisik ikan ini bertipe ctenoid. Tipe linea lateralis yang dimiliki ikan

nila adalah discontinue atau terputus-putus. Linea lateralis digunakan untuk

mengukur tekanan air lingkungannya. Tipe ekor homocercal forked dan tipe mulut

anterior (mulut terletak di bagian ujung kepala). Bentuk mulut ini menunjukkan tipe

mulut yang memakan pakan yang melayang-layang di perairan. Pada sirip ekor

tampak jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut kelihatan

condong letaknya. Sirip ventral ikan nila terletak thoracal atau jugular. Pada bagian

sirip caudal (ekor) dengan bentuk membulat terdapat warna kemerahan dan bisa

digunakan sebagai indikasi kematangan gonad.

8

Ukuran morfometri ikan nila antara lain panjang baku 18 cm, panjang total 21

cm, panjang kepala 5.7 cm, tinggi pangkal ekor 2.5 cm, panjang ekor 3 cm, tinggi

kepala 5.8 cm, diameter mata 1.3 cm, tinggi badan 6.5 cm, dan panjang sirip dorsal-

kepala 6.1 cm. Hasil perbandingan antar parameter morfologi tersebut menunjukkan

ciri khas ikan nila yang memiliki panjang kepala 1/3 kali panjang baku tubuhnya

dengan diameter mata 4 kali lebih kecil dari panjang kepalanya. Panjang ekor

berukuran 1/6 kali panjang baku tubuhnya. Panjang sirip dorsal-kepala menunjukkan

ukuran 3 kali lebih pendek dibandingkan dengan panjang baku tubuhnya. Kunci

determinasi ikan nila yang diperoleh adalah 1a; 2a; dan 4b yang menunjukkan

anggota spesies Oreochromis niloticus.

Kunci determinasi sederhana

1.a. Punya sisik......................................................................2

b. Tidak punya sisik............................................................3

2.a. Tipe mulut anterior..........................................................4

b. Tipe mulut superior.........................................................Osphronemus gouramy

4.a. Tipe ekor bercagak, sisik cycloid....................................Cyprinus carpio

b. Tipe ekor homocercal forked, tipe sisik ctenoid.............Oreochromis niloticus

3. Ikan belut (Monopterus albus)

Belut (Monopterus albus) termasuk kelas Pisces dengan ciri-ciri tubuh seperti

ular, bagian anterior silindris dan bagian posterior pipih, gigi runcing berbentuk

kerucut dengan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling mulutnya, tanpa

sisik, tanpa sirip dada dan sirip ekor, celah insang bergabung menjadi lipatan tunggal

di bawah kepala berbentuk segitiga, aktif pada malam hari (nokturnal), dan bertahan

hidup selama kulitnya lembab (Kottelat, et al., 1983; Sarwono, 1987). Hewan ini

hidup pada habitat air tawar sampai kedalaman lebih dari 3 meter, dapat mentolerir

9

suhu dingin, dan dapat mentolerir kondisi kekurangan oksigen dengan baik.

Makanannya antara lain ikan kecil, udang, kodok, telur kura-kura, dan invertebrata

air seperti cacing dan serangga (Anonim3, 2010).

Belut memiliki beberapa nama daerah, yaitu belut (Sunda), welut (Jawa), dan

lindung (Malaya dan Bali). Penyebaran belut meliputi seluruh Sumatra, Brunei, Jawa,

Lombok, Sumbawa, Bangka, Pulau Natuna, Papua Nugini, Sulawesi, Burma, Cina

Utara, dan Jepang (Weber and Beauford, 1916). Belut bersifat hermaprodit

protoginous. Pada masa mudanya bersifat betina, setelah meletakkan telurnya bersifat

interseks dan pada saat tua bersifat sebagai jantan (Simanjuntak, 1993).

Menurut Soesono (1986), panjang belut di Indonesia bervariasi sesuai dengan

lingkungannya. Panjang belut di daerah Secang (Magelang, Jawa Tengah), Daerah

Dinoyo (Malang, Jawa Timur), dan di Desa Gading (D.I. Yogyakarta) untuk betina

berkisar antara 20-28 cm dan yang jantan berkisar antara 36-48 cm. Penelitian yang

dilakukan di daerah Chungking dan Hongkong mendapatkan panjang belut betina di

bawah 29,9 cm dan jantan di atas 30 cm (Chan and Philips, 1967).

Klasifikasi ikan belut adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Synbranchiformes

Famili : Synbranchidae

Genus : Monopterus

Spesies : Monopterus albus (Myers et al., 2010).

10

1 3

2

4

Gambar 3. Morfologi ikan belut

Keterangan:

1. Mata 3. Tubuh (silindris)

2. Mulut 4. Ekor

Ikan belut memiliki bentuk tubuh silindris memanjang, tidak memiliki sirip

dada dan perut, serta sirip dorsal dan anal mereduksi. Belut tidak memiliki sisik pada

tubuhnya, sehingga membuat tubuh ikan belut menjadi lebih licin dan dapat mudah

bergerak pada habitat tempat tinggalnya yang berlumpur. Tipe linea lateralis yang

dimiliki ikan ini adalah continue, tipe ekor meruncing, dan tipe mulut inferior (mulut

terletak di bagian bawah kepala). Linea lateralis digunakan untuk mengukur tekanan

air lingkungannya. Bentuk mulut ini menunjukkan tipe mulut yang memakan pakan

di bagian dasar perairan. Makanannya antara lain ikan kecil, cacing, kodok, dan

udang. Warna punggung belut betina coklat kehitaman, perut putih kekuningan

kepala kecil, dan ekor panjang dengan ujung lancip. Belut jantan memiliki warna

punggung coklat kehijauan, perut kuning kecoklatan, kepala besar, ekor agak pendek,

dan bagian ujung tumpul (Handojo, 1986).

Ukuran morfometri ikan belut antara lain panjang total 58 cm, panjang kepala

5.7 cm, tinggi kepala 3.1 cm, diameter mata 2.2 cm, dan tinggi badan 2.9 cm. Hasil

perbandingan antar parameter morfologi tersebut yaitu diameter mata 2 kali lebih

kecil dari panjang kepalanya, sedangkan perbandingan lain yang meliputi panjang

11

ataupun tinggi ekor dan panjang baku tidak dapat dihitung karena tidak dapat dukur.

Kunci determinasi ikan belut yang diperoleh adalah 1b dan 3b yang menunjukkan

anggota spesies Monopterus albus.

Kunci determinasi sederhana

1.a. Punya sisik........................................................................................2

b. Tidak punya sisik..............................................................................3

3.a. Bentuk tubuh laterotaleral, tipe ekor homocercal forked..................Clarias batrachus

b. Bentuk tubuh silindris memanjang, tipe ekor meruncing.................Monopterus albus

4. Ikan gurami (Osphronemus gouramy)

Bentuk tubuh gurami agak panjang, tinggi, dan pipih ke samping. Panjang

maksimumnya mencapai 65 cm. Gurami memiliki garis lateral (garis gurat sisi atau

linea literalis) tunggal, lengkap dan tidak terputus, serta memiliki sisik berbentuk

stenoid (tidak membulat secara penuh) yang berukuran besar. Gurami muda memiliki

dahi berbentuk normal atau rata. Semakin dewasa, ukuran dahinya menjadi semakin

tebal dan tampak menonjol. Selain itu, di tubuh gurami muda terlihat jelas ada 8-10

buah garis, tegak atau vertikal yang akan menghilang setelah ikan menginjak dewasa

(Amri dan Khairuman, 2008).

Selama masa pertumbuhannya, ikan gurami mengalami perubahan tingkah

laku makan (feeding habit) yang sangat signifikan. Larva bersifat karnivora (pemakan

daging) sampai dengan ukuran dan umur tertentu, sedangkan juvenil muda bersifat

omnivora (pemakan segala) dan setelah ukuran induk menjadi herbivora (pemakan

daun). Pola perubahan tersebut terkait dengan pola perubahan enzimatik dalam

saluran pencernaannya. Pakan alami (organik) ikan gurami berupa daun-daunan.

Pakan alami yang digunakan antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza), pepaya

(Carica papaya), keladi (Colocasia esculenta), ketela pohon (Manihot utililissima),

genjer (Limnocharis flava), kimpul (Xanthosoma violaceum), kangkung (Ipomea

12

4

6

7

38

1

2

4

5

reptans), ubi jalar (Ipomea batatas), ketimun (Cucumis sativus), labu (Curcubita

moshata), dan dadap (Erythrina sp.) (Anonim4, 2010).

Menurut Lacepède (1801), klasifikasi ikan gurami adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Osphronemidae

Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus gouramy

Gambar 4. Morfologi Ikan gurami

Keterangan:

1. Mata 5. Sirip ekor

2. Mulut 6. Sirip anal

3. Sirip dada 7. Sirip perut

4. Sirip punggung 8. Operculum

13

Ikan gurami memiliki bentuk tubuh laterolateral. Ukuran mulut kecil, miring,

dan dapat disembulkan Sisik ikan ini bertipe ctenoid (tidak membulat secara penuh)

dan berukuran besar. Tipe linea lateralis yang dimiliki ikan gurami adalah continue

(tidak terputus-putus). Linea lateralis digunakan untuk mengukur tekanan air

lingkungannya. Ikan gurami memiliki tipe ekor homocercal forked dan tipe mulut

superior (mulut terletak di bagian atas kepala). Bentuk mulut ini menunjukkan tipe

mulut yang memakan pakan pada permukaan perairan.

Ikan gurami memiliki gigi di rahang bawah. Di daerah pangkal ekornya

terdapat titik bulat berwarna hitam. Ikan ini juga memiliki sepasang sirip perut yang

telah mengalami modifikasi menjadi sepasang benang panjang yang befungsi sebagai

alat peraba. Secara umum, tubuh gurami berwarna kecokelatan dengan bintik hitam

pada dasar sirip dada.

Ukuran morfometri ikan gurami antara lain panjang baku 29 cm, panjang total

34.5 cm, panjang kepala 5.8 cm, tinggi pangkal ekor 4.6 cm, panjang ekor 5.5 cm,

tinggi kepala 8.6 cm, diameter mata 1.4 cm, tinggi badan 11.5 cm dan panjang sirip

dorsal-kepala 8 cm. Secara keseluruhan ikan gurami adalah ikan yang memiliki

ukuran yang paling besar dibanding ikan lele, ikan nila, ikan belut, maupun ikan

emas. Hasil perbandingan antar parameter morfologi tersebut menunjukkan ciri khas

ikan gurami yang memiliki panjang kepala hampir 1/3 kali panjang baku tubuhnya

dengan diameter mata 4 kali lebih kecil dari panjang kepalanya. Panjang ekor

berukuran sekitar 1/6 kali panjang baku tubuhnya. Panjang sirip dorsal-kepala

menunjukkan ukuran hampir 3 kali lebih pendek dibandingkan dengan panjang baku

tubuhnya. Kunci determinasi ikan gurami yang diperoleh adalah 1a dan 2b yang

menunjukkan spesies Osphronemus gouramy.

Kunci determinasi sederhana

1.a. Punya sisik......................................................................2

b. Tidak punya sisik............................................................3

14

2.a. Tipe mulut anterior..........................................................4

b. Tipe mulut superior.........................................................Osphronemus gouramy

5. Ikan emas (Cyprinus carpio).

Ikan emas mempunyai ciri-ciri badan memanjang, agak pipih, lipatan mulut

dengan bibir yang halus, dan dua pasang kumis (babels) yang kadang-kadang satu

pasang diantaranya rudimenter. Ukuran dan warna badan ikan emas sangat beragam.

Ikan emas hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak deras,

baik di sungai, danau, maupun di genangan air lainnya. Daerah yang sesuai untuk

mengusahakan pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada antara 150 – 600

meter di atas permukaan laut, pH perairan berkisar antara 7-8 dan suhu optimum 20-

25 ºC.

Ikan emas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang termasuk dalam

golongan teleostei. Tubuhnya terbungkus oleh kulit yang bersisik, berenang dengan

menggunakan sirip,dan bernafas dengan menggunakan insang. Ikan mas sudah

dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai

dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan

merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas

Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah

terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik

morfologisnya.

Ikan emas dikenal sebagai ikan pemakan segala (omnivora), yakni ikan yang

dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun

binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang (serangga

kecil, siput, cacing, dan ikan kecil) yang terdapat di dasar dan tepi perairan

(Khairuman dkk., 2008).

15

4

5

63

7

8

1

2

Klasifikasi ikan emas adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio (Myers et al., 2008).

Gambar 5. Morfologi ikan emas

Keterangan:

1. Mata 5. Sirip ekor

2. Mulut 6. Sirip anal

3. Sirip dada 7. Sirip perut

4. Sirip punggung 8. Operculum

16

Ikan emas memiliki bentuk tubuh seperti ikan pada umumnya, yaitu

laterolateral. Sisik ikan ini bertipe cycloid. Tipe linea lateralis yang dimiliki ikan

emas adalah continue. Linea lateralis digunakan untuk mengukur tekanan air

lingkungannya. Tipe ekor homocercal forked (menggarpu dengan bagian ekor atas

dan bawah berukuran sama). Tipe mulut anterior (mulut terletak di bagian ujung

kepala). Bentuk mulut ini menunjukkan tipe mulut yang memakan pakan yang

melayang-layang di perairan.

Mulut ikan emas kecil dan membelah bagian depan kepala. Sepasang mata

yang cukup besar terletak di bagian kiri dan kanan kepala. Sepasang lubang hidung

terletak di bagian depan kepala dan sepasang tutup insang terletak di bagian belakang

kepala. Selain itu, pada bagian bawah kepala memiliki dua pasang kumis sungut yang

pendek. Ikan mas memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip

perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip punggung panjang terletak di bagian

punggung. Sirip dada sepasang terletak di belakang tutup insang, dengan satu jari-jari

keras, dan yang lainnya berjari-jari lemah. Sirip ventral terletak abdominal

(pangkalnya terletak di pertengahan sirip pectoral).

Ukuran morfometri ikan emas antara lain panjang baku 25.5 cm, panjang total

31 cm, panjang kepala 6.6 cm, tinggi pangkal ekor 2.9 cm, panjang ekor 5.5 cm,

tinggi kepala 6.6 cm, diameter mata 1.4 cm, tinggi badan 8.15 cm, dan panjang sirip

dorsal-kepala 11.6 cm. Hasil perbandingan antar parameter morfologi tersebut

menunjukkan ciri khas ikan emas yang memiliki panjang kepala hampir 1/4 kali

panjang baku tubuhnya dengan diameter mata 4 kali lebih kecil dari panjang

kepalanya. Panjang ekor berukuran hampir 1/5 kali panjang baku tubuhnya. Panjang

sirip dorsal-kepala menunjukkan ukuran sekitar 2 kali lebih pendek dibandingkan

dengan panjang baku tubuhnya. Kunci determinasi ikan emas yang diperoleh adalah

1a; 2a; dan 4a yang menunjukkan anggota spesies Cyprinus carpio.

17

Kunci determinasi sederhana

1.a. Punya sisik......................................................................2

b. Tidak punya sisik............................................................3

2.a. Tipe mulut anterior..........................................................4

b. Tipe mulut superior.........................................................Osphronemus gouramy

4.a. Tipe ekor bercagak, sisik cycloid....................................Cyprinus carpio

b. Tipe ekor homocercal forked, tipe sisik ctenoid.............Oreochromis niloticus

18

BAB IV

Kesimpulan

Karakter morfologi (bentuk tubuh, sirip, gurat sisi, sisik, dan letak mulut),

morfometri (perbandingan panjang, lebar, dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau

bagian-bagian itu sendiri), dan determinasi ikan menggunakan kunci determinasi

digunakan dalam proses identifikasi jenis-jenis ikan. Lele termasuk dalam ordo

Cypriniformes dengan ciri morfologi kepala berbentuk dorsiventral, tubuh

laterolateral, tidak ada sisik, linea lateralis continue, tipe ekor rounded, dan tipe mulut

inferior. Nila termasuk dalam ordo Perciformes dengan ciri morfologi bentuk tubuh

laterolateral, linea lateralis discontinue, tipe sisik ctenoid, tipe ekor truncate, dan tipe

mulut terminal. Belut memiliki ciri morfologi bentuk tubuh silindris memanjang,

tidak ada sisik, tidak memiliki sirip dada dan perut, sirip anal dan dorsal mereduksi,

dan tipe mulut inferior. Gurami termasuk dalam ordo Perciformes dengan ciri

morfologi bentuk tubuh laterolateral, linea lateralis continue, tipe sisik ctenoid, tipe

ekor homocercal forked, dan tipe mulut superior. Ikan emas termasuk dalam ordo

Cypriniformes dengan ciri morfologi bentuk tubuh laterolateral, linea lateralis

continue, tipe sisik cycloid, tipe ekor truncate, dan tipe mulut anterior.

19

BAB V

Daftar Pustaka

Amri, K. dan Khairuman. 2008. Ciri-ciri Morfologi Ikan Gurame. AgroMedia Pustaka.

Jakarta.

Anonim1. 2010. Lele. Diakses melalui

http://richocean.wordpress.com/ikan-air-tawar/lele/. (5 April 2011).

Anonim2. 2010. Mengenal Ikan Nila dan Legendanya. Diakses melalui

http://ikannila.com/Mengenal%20Ikan%20Nila%20dan%20Legendanya.htm. (5

April 2011).

Anonim3. 2010. Asian Swamp Eel-Monopterus albus. Diakses melalui

http://el.erdc.usace.army. mil/ansrp/monopterus_albus.pdf (5 April 2011).

Anonim4. 2010. Budidaya Pendederan dan Pembesaran Ikan Gurami. Diakses melalui

http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=40214&idrb=43601. (5 April 2011).

Anonim5. 2010. Great Hammerhead Sharks. Diakses melalui

http://www.flmnh.ufl.edu/fish/

Gallery/Descript/GreatHammerhead/GHammerhead.html. (5 April 2011).

Anonim6. 1988. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna Ikan. P.T. Dai Nippon Printing

Indonesia. Jakarta, hal 31-56.

Chan, S.T.H. and J. Phillips. 1967. The Structure of The Gonad during Natural Sex

Reversal in Monopterus albus, (Pisces, teleostei). J. Zool 151: 129-141

Djajadiredja, R., S. Hatimah, dan Z. Arifin. 1977. Buku Pedoman Sumber Daya

Perikanan Darat Bagian I. Direktorat Jendral Perikanan. Departemen Pertanian.

Jakarta, hal. 74.

Djuhanda. 1981. Dunia Ikan. Departemen Pertanian dan Kelautan. Jakarta.

20

Dwiponggo, A. 1970. Ikan Laut Indonesia: Beberapa Djenis Ikan Komersil. Lembaga

Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Feristiwady, T. 2010. Beberapa Informasi tentang Ikan hiu. Diakses melalui

http://katalog.pdii.lipi.go.id/index.php/searchkatalog/byId/1842. (5 April 2011).

Handojo, D.D. 1986. Usaha Budidaya Belut Sawah. C.V. Simplex. Jakarta, hal. 11-17.

Khairuman, D. Sudenda, dan B. Gunadi. 2008. Budi Daya Ikan Mas Secara Intensif.

AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Kotellat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1983. Freshwater

Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition (HK Ltd). Indonesia-

Singapore.

Lacepède. 1801. Classification of Species: Osphronemus gouramy. Diakses melalui

http://data.gbif.org/species/browse/taxon/12595914. (5 April 2011).

Lagler, K.F., J.E. Bardach, and R.R. Miller. 1962. Ichtyology. John Willey and Sons, Inc.

New York, pp 1,

Linnaeus. 1758. Oreochromis niloticus. Diakses melalui

http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/ SingleRpt?

search_topic=TSN&search_value=553310. (5 April 2011).

Mukhtar. 2010. Mengenal Jenis-Jenis Ikan Pari (Rays). Diakses melalui

http://pdfcontact.com/download/6019437/. (5 April 2011).

Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2008.

The Animal Diversity Web. Diakses melalui http://animaldiversity.org. (5 April

2011).

Nelson, J.S. 1984. Fishes of The World Second Ed. John Willey and Sons. New York.

Sarwono, B. 1987. Budidaya Belut Sawah dan Sidat. PT. Penebar Swadaya. Jakarta, hal.

3-12.

21

Simanjuntak, R.H., 1993 Budidaya Belut. Bhatara. Jakarta, hal. 17-20.

Soesono, S. 1986. Beternak Belut. C.V. Yasaguna. Jakarta.

Subani, W. 1978. Taksonomi, Morfologi, dan Istilah-istilah Teknik Perikanan Laut.

Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Balitbang Pertanian Departemen Pertanian.

Jakarta, hal. 154.

Weber, M. and L.F. De Beaufort. 1916. The Fishes of the Indo-Australian Archipelago

Ed. III. E.J. Brill Ltd. Leiden.

22