acara 1 fix
DESCRIPTION
laporan perlindungan tanaman mikrobiologi pertanian agroklimatologi botaniTRANSCRIPT
1
I. EKSTRAKSI BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Biji merupakan hasil dari pertemuan antara putik dan benang sari
(bunga jantan dan bunga betina). Biji ini merupakan bahan tanam yang
paling umum digunakan untuk membiakkan tanaman. Pembiakkan
tanaman dengan biji ini dilakukan melalui persemaian. Persemaian adalah
tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih menjadi bibit atau
semai yang siap ditanam di lapangan. Teknologi budidaya tanaman
hortikultura dapat dilakukan melalui penanaman benih ke lapangan baik
secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan
terlebih dahulu di tempat persemaian.
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan
benih secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Terdapat dua
macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering dan basah. Ekstraksi benih
kering biasa dilakukan terhadap buah berbentuk polong (seperti Acacia sp,
Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah
yang kering ( seperti Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah
dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah
seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica.
Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air
sampai batas keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk
dilakukan proses selanjutnya. Benih bersifat higroskopis, sehingga jika
benih diletakan di dalam ruangan dengan kelembaban (RH) rendah, maka
benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air. Namun
sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang memiliki RH tinggi,
maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat. Selain bersifat
higroskopis, benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium
(keseimbangan) dengan kondisi disekitarnya. Pengeringan benih
merupakan proses perpindahan air dari dalam benih kepermukaan benih,
1
2
dan kemudian air yang berada dipermukaan benih tersebut akan diuapkan
jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga
keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai.
Pengeringan seringkali merupakan faktor yang sangat kritis pada tahap
pengolahan benih terutama kalau musim penghujan.
Mempelajari ekstraksi benih sangat diperlukan dalam dunia
pertanian. Benih merupakan bahan tanam yang penting dan mempengaruhi
hasil dari tanaman yang dibudayakan. Ekstraksi benih penting dilakukan
untuk meningkatkan daya simpan dan daya kecambah suatu benih.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum hotikultura acara ekstraksi benih adalah sebagai
berikut :
a. Mengurangi campuran padat, membantu mengurangi biaya
penyimpanan dan pengangkutan.
b. Mempermudah penanganan benih.
c. Meningkatkan kemampuan penyimpanan dan meningkatkan daya
kecambah biji.
3
B. Tinjauan Pustaka
Tanaman tomat bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman
ini berasal dari daerah Peru, Ekuador dan sampai ke Indonesia setelah
Belanda datang. Di dalam taksonomi tumbuhan, tomat dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanes
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Lycopersicum esculentum (Solanum lycopersicum)
Tanaman tomat merupakan tanaman semusin (annual) dan termasuk tanaman
herba. Tinggi tanaman ini sekitar 70 cm -200 cm tergantung jenis varietasnya.
Tanaman tomat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis. Tanaman ini
tidak tahan terhadap air sehingga waktu penanaman dilakukan pada musim
kemarau dengan penyiraman seperlunya. Tanaman tomat umumnya
dikembangbiakkan secara generatif atau menggunakan biji. Biji tomat
berukuran kecil, berbentuk seperti ginjal, ringan berbulu, berwarna coklat
muda. Biji tomat kering, daya kecambahnya dapat bertahan selama 3-4 tahun
bila disimpan di tempat kedap udara dan dingin. Biji tomat akan berkecambah
setelah ditanam sekitar 5-10 hari (Pracaya 1998).
Tomat (Solanum lycopersicum) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
karena sebagai tanaman sayuran tomat memegang peranan yang penting
dalam pemenuhan gizi masyarakat. Buah tomat banyak mengandung zat-zat
yang berguna bagi tubuh manusia. Zat-zat yang terkandung di dalamnya
adalah vitamin C, vitamin A, dan mineral. Tomat banyak mengandung
vitamin C yang akan memelihara kesehatan gigi dan gusi, mempercepat
sembuhnya luka-luka, serta melawan kecenderungan pendarahan yang halus.
Vitamin A yang terkandung dalam buah tomat dapat membantu
4
penyembuhan penyakit buta malam selain itu tomat juga dapat membangun
sel darah merah (Tugiyono 2005).
Melon (Cucumis mello) bukan merupakan tanaman musiman sehingga
penanamannya dapat dilakukan kapan saja namun akan lebih baik jika
ditanam pada saat musim penghujan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam budidaya tanaman ini supaya menghasilkan buah berkualitas antara
lain pemilihan lokasi lahan, bibit, kondisi tanah, pengelolaan tanaman erta
iklim. Lahan yang dikehendaki untuk pertumbuhan melon antara 200 – 2000
mdpl dengan suhu antara 12-27 oC (Nuryanto 2007)
Menurut Justice (2002) pengujian benih merupakan salah satu bagian
penting sebelum benih disemaikan. Pengujian benih khususnya dalam
pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah
tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih. Pengujian benih ini
meliputi persentase berat benih murni (pure seed) yang meliputi semua
varietas dari setiap spesies yang diakui bagaimana yang dinyatakan oleh
pengirim atau yang ditemukan dalam pengujian di laboratorium.
Daya kecamabah merupakan mekar dan berkembangnya bagian –
bagian penting dari suatu embrio benih. Daya berkecambah suatu benih dapat
ditunjukkan dengan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada
lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih
ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih
tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah
ditentukan (Danuarti 2005).
Beberapa aspek berpengaruh terhadap keberhasilan perbanyakan benih
melalui persemaian diantaranya adalah keseimbangan faktor internal dan
eksternal serta perlakuan pemberian naungan ataupun tanpa naungan.
Perkecambahan benih melalui persemaian dalam perlakuan pemberian
naungan lebih dapat mengantisipasi intensitas cahaya yang berlebih sehingga
benih dapat berkecambah dengan baik. Persemaian tanpa menggunakan
naungan cahaya yang seharusnya dapat dijadikan energi dalam proses
5
fotosintesis justru mengakibatkan enzim auksin inaktif sehingga benih tidak
mampu berkecambah dan mati (Gunawan 2006).
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih
(atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit atau semai yang siap ditanam di
lapangan. Tanaman cabai dapat tumbuh baik jika mendapat kebutuhan akan
sinar matahari secara cukup bahkan di tempat yang ternaungi dan kurang sinar
matahari, cabai masih bisa tumbuh. Cabai menyukai tanah basah, tapi lahan
tersebut tidak tergenang (Kalshoven 2001).
6
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Hortikultura acara penyambungan ini dilaksanakan pada
hari Jumat, November 2014. Bertempat di Laboratorium Ekologi dan
Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Negeri
Sesbelas Maret Surakarta.
2. Alat
a. Saringan kawat
b. Tissue/kertas koran
c. Petridish
3. Bahan
a. Memotong buah melon yang sehat dan matang dan mengambil bagian
tengah
b. Mengambil biji, memasukkan ke dalam cawan untuk kemudian
rendam/cuci sampai biji bersih, tiriskan kemudian keringkan
c. Biji yang telah kering, kemudian dikecambahkan didalam petridish
d. Hitung daya kecambah dan kecepatan kecambah pada masing-masing
perlakuan. Kemudian bandingkan antara kedua perlakuan tersebut.
e. Hal yang sama juga dilakukan pada biji buah tomat dan pepaya
4. Cara kerja
a. Menyiapkan batang atas dan batang bawah
b. Memotong pucuk batang atas dari pohon induk yang telah terpilih dan
buang daunnya sehingga tersisa sepasang daun.
c. Meruncingkan bagian atas dan bawah batang atas
d. Memotong batang bawah setinggi 25 cm, kemudian dibelah di bagian
atasnya selebar 2-3 cm
e. Masukkan bagian batand atas ke dalam batang bawah kemudian diikat
erat-erat dengan tali plastik arah lilitannya mengarah kebawah
f. Kedua bagian yang telah tersambung kemudian ditutup dengan plastik
pada bagian sambungan atas sampai pada bagian yang diikat
g. Pengamatan dilakukan dengan mengamati munculnya tunas
7
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Table 1.1 Hasil Pengamatan Ekstraksi Benih
No Komoditas Perlakuan DK KK Keterangan
1 MelonTanpa ekstraksi 70% 10% -
Dengan ekstraksi 90% 80% -
2 TomatTanpa ekstraksi 40% 0% -
Dengan ekstraksi 100% 10% -
3 PepayaTanpa ekstraksi 0% 0% -
Dengan ekstraksi 0% 0% -
Sumber: Hasil pengamatan
Analisis data:
a. Perhitungan DK (Daya Kecambah) dan KK (Kecepatan Kecambah)
Biji melon (Cucumis mello)
1) DK (Kecepatan Kecambah)
a) Tanpa ekstraksi
b) Dengan ekstraksi
2) KK (Kecepatan Kecambah)
a) Tanpa ekstraksi
8
b) Dengan ekstrasi
b. Perhitungan DK (Daya Kecambah) dan KK (Kecepatan Kecambah)
Biji tomat(Lycopersicum esculentum)
1) DK (Kecepatan Kecambah)
a) Tanpa ekstraksi
b) Dengan ekstraksi
2) KK (Kecepatan Kecambah)
a) Tanpa ekstraksi
9
b) Dengan ekstrasi
c. Perhitungan DK (Daya Kecambah) dan KK (Kecepatan Kecambah)
Biji pepaya (Carica papaya)
1) DK (Kecepatan Kecambah)
a) Tanpa ekstraksi
b) Dengan ekstraksi
2) KK (Kecepatan Kecambah)
a) Tanpa ekstraksi
b) Dengan ekstrasi
10
2. Pembahasan
Menurut Ekawati (2004) ekstraksi benih merupakan pemisahan
biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol
dan sebagainya. Tujuannya agar benih tersebut dapat digunakan untuk
bahan tanam yang memenuhi persyaratan. Ekstraksi diperlukan karena
biasanya benih tidak dipanen secara langsung, biasanya pengunduhan
dilakukan terhadap buahnya.
Ekstraksi benih ini penting dilakukan karena dengan ekstraksi
benih ini dapat mengurangi campuran padat, membantu penanganan
benih, dan meningkatkan daya simpan benih serta daya kecambah dari
suatu biji. Ekstraksi benih dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi benih
basah dan ekstraksi benih kering. Setiap cara ekstraksi tersebut
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan dari
ekstraksi kering ini karena penggunaan benih kering yang telah
dijemur sehingga mengurangi kadar air pada benih dapat mendukung
viabilitas benih tersebut untuk proses perkecambahan pada penanaman
benih tersebut. Namun kelemahan dari proses ini pada lamanya proses
penjemuran benih hingga benih tersebut memenuhi syarat untuk
ditanam. Kelebihan dari ekstraksi basah ini yaitu penggunaan benih
dapat langsung ditanam tanpa harus menunggu waktu penjemuran
yang lama Kelemahan dari ekstraksi basah karena penggunaan benih
yang masih basah sehingga kadar air yang dikandung benih tersebuh
terlalu tinggi yang justru dapat menghambat proses perkecambahan
pada benih tersebut.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih
yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi basah
(wet ekstraction) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan
mesin. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti
permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum
dikeringkan. dalam bukunya Teknologi Benih menyebutkan bahwa
banyak zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan salah
11
satunya adalah bahan bahan yang terkandung dalam cairan buah yang
melapisi biji tomat dan melon. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam ekstraksi basah, antara lain:
a. Fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya,
dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan
sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari.
Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih
wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari
logam stainless steel, kayu ataupun plastik. Lama fermentasi
tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila
fermentasi dilakukan pada temperature 240 C-270 C maka
diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan
temperatur 150 C-220C, dibutuhkan waktu 3-6 hari, tergantung pada
jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi bubur (pulp)
perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa pulp dan
mencegah timbulnya cendawan setelah fermentasi selesai, bisanya
benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan
pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp
menjadi encer. Benih yang telah difermentasi kemudian dicuci
dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang
ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin.
Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310 C
hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang
aman bagi penyimpanan.
b. Metode Mekanis (Mechanical Method)
Pada usaha skala besar, pemisahan benih dari daging
buahnya akan kurang efisien jika menggunakan tenaga manual.
Proses pembijian dilakukan dengan menggunakan mesin (seed
extraction) yang dirancang untuk memisahkan dan membersihkan
benih dari pulp yang mengandung inhibitor.
12
c. Metode Kimiawi (Chemical Method)
Metode fermentasi memerlukan waktu relative lama
terutama bila dilakukan di Negara yang berklim dingin/sedang,
sehingga akan berdampak pada kualitas benih. Kuswanto (2003)
menyatakan bahwa untuk mempersingkat waktu fermentasi dapat
digunakan zat kimia HCL 35% dengan doasis 5 liter HCL 35 %
dicampur dengan 100 liter air, kemudian larutan tersebut
digunakan untuk merendam pulp selama 30 menit. Kapur tohor
sebagai bahan untuk ekstraksi basah menunjukkan bahwa pada
konsentrasi kapur tohor 20 g/l dengan lama perendaman 30 menit
memberikan potensi tumbuh terbaik (96%) untuk benih manggis.
Manggis dan ketimun termasuk kedalam tipe buah berdaging dan
berair sehingga diharapkan kapur tohor juga dapat dipalikasikan
dalam ekstraksi benih ketimun. Keuntungan dari penggunaan kapur
tohor adalah prosesnya berjalan cepat, harganya murah 2000/kg
dapat mencegah terjadinya pembusukan yang dapat mempengaruhi
kualitas benih terutama viabilitasnya dan tidak menyebabkan
perubahan warna.
Berdasarkan hasil praktikum ekstraksi benih pada tanaman
tomat, melon dan pepaya dengan beberapa perlakuan diperoleh hasil
yang berbeda-beda. Tanaman tomat dengan perlakuan benih tanpa
dicuci, diperoleh nilai KK 0% dan nilai DK sebesar 40%, data ini
diartikan bahwa tidak ada benih yang berkecambah di hari ke empat
(kecepatan kecambah) sedangkan pada hari ke tujuh (daya kecambah)
terdapat 4 biji yang berkecambah dari total 10 biji yang
dikecambahkan. Biji melon dengan perlakuan benih tanpa dicuci
diperoleh nilai KK 10% di mana benih yang berkecambah sebanyak 1
biji dan nilai DK sebesar 70%, yaitu terdapat 7 biji yang telah
berkecambah dari sepuluh biji yang dikecambahkan sedangkan pada
biji pepaya dengan perlakuan sama, tidak ditemukan biji yang
berkecambah di hari ke 4 maupun ke 7 sehingga diperoleh nilai KK
13
dan DK sebesar 0%. Biji tomat dengan perlakuan biji dicuci terlebih
dahulu hingga bersih diperoleh nilai KK sebesar 10%, yaitu terdapat 1
benih yang berkecambah pada hari keempat setelah penanaman dan
nilai DK sebesar 100% dimana semua biji bisa berkecambah. Biji
melon dengan perlakuan benih dicuci terlebih dahulu hingga bersih
diperoleh nilai KK 80% yaitu terdapat 8 biji yang berkecambah dan
nilai DK sebesar 90%, dimana jumlah biji yang berkecambah pada hari
ke 7 sebanyak 9 biji sedangkan pada biji pepaya dengan perlakuan
yang sama diperoleh nilai KK dan DK 0% yang artinya tidak ada
satupun biji yang berkecambah. Berdasarkan hasil ekstraksi benih pada
komoditas tomat, melon dan pepaya dengan perlakuan benih kering
dan benih basah menunjukkan bahwa pertumbuhan benih kedua
komoditas tersebut tinggi pada perlakuan biji dicuci terlebih dahulu
hingga bersih sebelum dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena biji
sudah bersih dan tidak tertutup oleh lendir dari buah sehingga memiliki
kadar air yang lebih sedikit dan ini mempengaruhi produktivitas
tanaman yang ditunjukkan dengan tingkat kecepatan kecambah suatu
jenis benih selain itu mengurangi kadar air benih sampai batas aman
terutama yang berada di daerah bersuhu dan kelembaban tinggi dimana
perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti.
Benih melon lebih tinggi kecepatan kecambahnya di
bandingkan benih tomat dan pepaya. Hal ini di karenakan kandungan
air dalam benih tomat lebih tinggi sehingga ketika di ekstraksi lendir
yang menyelimuti biji tomat lebih tebal dan sulit di pisahkan akibatnya
benih mengalami dormansi yang akhirnya tidak bisa berkecambah.
Berbeda dengan biji melon yang kandungan airnya lebih sedikit dan
lendir yang menyelimuti biji juga tidak terlalu tebal, sehingga biji bisa
dengan mudah berkecambah karena tidak ada yang menghambat hal
ini ditunjukan dengan kecepatan kecambah melon yang dicuci bersih
mencapai 80%. Data ini mendukung dan menunjukan bahwa metode
14
ekstraksi benih lebih baik dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu
sebelum di semaikan, karena bisa mengurangi kadar air yang berada
pada biji tomat atau melon, terbukti pada benih tomat dan melon
perlakuan dicuci dan tidak dicuci.
15
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara Ekstraksi
Benih ini antara lain:
a. Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih
secara fisik dari struktur buah yang menutupinya.
b. Ekstraksi benih dibedakan menjadi ekstraksi benih basah dan ekstraksi
benih kering.
c. Ekstraksi benih dapat mengurangi campuran padat, mempermudah
penyimpanan benih dan meningkatkan daya simpan serta daya
kecambah benih.
d. Ekstraksi benih melon lebih mudah dan daya kecambahnya lebih tinggi
di bandingkan benih tomat.
e. Benih yang di keringkan daya kecambahnya dan kecepatan
kecambahnya lebih tinggi di bandingkan benih yang tidak di keringkan.
f. Nilai KK pada biji melon, tomat dan pepaya yang tidak melalui proses
ekstraksi berturut-turut 10%, 0% dan 0% sedangkan nilai DK sebesar
70%, 40% dan 0%.
g. Nilai KK pada biji melon, tomat dan pepaya yang melalui proses
ekstraksi berturut-turut 80%, 10% dan 0% sedangkan nilai DK sebesar
90%, 100% dan 0%.
2. Saran
Saran yang bisa diberikan untuk kelancaran praktikum selanjutnya,
sebaiknya penyediaan alat dan bahan lebih diperhatikan supaya tidak ada
waktu yang terbuang karena harus menunggu bahan yang akan digunakan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Danuarti 2005. Teknik Budidaya Pertanian. Jurnal Kementrian Negara Kartasapoetra, Ance G. 1986. Teknologi Benih. Radar Jaya Offset. Jakarta.
Gunawan 2006. Pengaruh Konsentrasi Paklobutrazol dan 6-Benzil Amino Purin (BAP) terhadap Pertumbuhan Buah Tomat (Solanum lycopersicum). Jurnal Agrosains 5 (2): 47-53.
Justice 2002. The Life of The Green Plant. The Mc. Millan Inc. New York.
Kalshoven 2001. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve Press.
Kuswanto 2003. Budidaya Hortikultura. Javalitera : Jogjakarta.
Nuryanto Hery 2007. Budidaya Melon. Azka Press. Jakarta.
Pracaya 1998. Bertanam Tomat. Kanisius. Yogyakarta.
Setiadi 2007. Bertanam cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Supena 2006. Evaluation of Crucial Factors for Implementing Shed-Microspore Culture of Indonesia Hot Pepper (Capsicum annum L.) Cultivars. J. Scientia Horticulture 107: 226-232.
Tugiyono Herry 2005. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Widarto 2006. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk pada Persemaian Tanaman Cabai (Capsicum annum) terhadap Penyakit Bercak Daun (Cercospora capsici). Jurnal Agrosains 8 (2): 38-41.