a. latar belakang pengembangan pelabuhan oleh...
TRANSCRIPT
1 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
A. Latar Belakang Pengembangan pelabuhan oleh penyelenggara pelabuhan dilakukan setelah diperolehnya izin yang diajukan oleh penyelenggara pelabuhan kepada: Menteri untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul; Gubemur untuk pelabuhan pengumpan regional; dan Bupati/Walikota untuk pelabuhan pengumpan lokal serta pelabuhan sungai dan danau. Berdasarkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden tanggal 20 Mei 2011, bahwa pembangunan ekonomi ke depan dilaksanakan berdasarkan potensi dan komoditas unggulan pada 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia yaitu Koridor Ekonomi Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, serta Papua dan Kepualauan Maluku. Keberadaan prasarana dan sarana transportasi yang handal telah menjadi harapan dan kebutuhan mendesak dalam rangka mendukung pengembangan ke-enam koridor ekonomi. Koridor Kalimantan merupakan pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk mendukung distribusi dan logistik migas diperlukan untuk pengembangan kegiatan ekonomi utama migas di Kalimantan. Pengembangan pelabuhan pada koridor ekonomi Kalimantan tentunya perlu diselaraskan terlebih dahulu dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan, khususnya pada Bab V Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan, bagian ketiga tentang pengembangan pelabuhan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka untuk mempercepat pelaksanaan pengembangan kapasitas dan fasilitas pelabuhan dibutuhkan upaya dan strategi yang sistematis dan komprehensif. Pembangunan koridor ekonomi Kalimantan harus sinkron dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional dan Rencana Induk Pelabuhan yang sudah disusun. Diharapkan dapat diidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kendala dan sekaligus juga peluang sehingga nantinya dapat dirumuskan strategi baik jangka pendek, menengah dan panjang guna mendukung percepatan dan perluasan pembangun koridor ekonomi Kalimantan.
2 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud
Menganalisis kebutuhan pengembangan kapasitas dan fasilitas dalam mendukung Percepatan Pengembangan Ekonomi di koridor Kalimantan.
2. Tujuan Tersusunnya konsep kebijakan dan strategi pengembangan kapasitas dan fasilitas pelabuhan di koridor ekonomi Kalimantan untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
C. Ruang Lingkup dan Pekerjaan
Berdasarkan uraian di atas dalam kegiatan studi ini, maka dapat dirumuskan beberapa langkah untuk mendukung kegiatan studi, meliputi: 1. Inventarisasi peraturan-peraturan yang terkait dengan
pengembangan pelabuhan; 2. Inventarisasi dan identifikasi potensi ekonomi pada koridor
ekonomi Kalimantan; 3. Inventarisasi dan identifikasi potensi hinterland pada koridor
ekonomi Kalimantan; 4. Inventarisasi dan identifikasi rencana induk pelabuhan nasional
(RIPN) pada koridor ekonomi Kalimantan; 5. Inventarisasi dan identifikasi rencana induk pelabuhan (RIP) pada
koridor ekonomi Kalimantan; 6. Analisis pengembangan potensi dan bangkitan transportasi pada
koridor ekonomi Kalimantan; 7. Analisis aksesibilitas transportasi laut pendukung wilayah koridor
ekonomi Kalimantan; 8. Analisis kebutuhan pengembangan kapasitas dan fasilitas
pelabuhan di wilayah koridor ekonomi Kalimantan; 9. Analisis strategi untuk pengembangan kapasitas dan fasilitas
pelabuhan dalam mendukung percepatan dan perluasan pembangunan wilayah koridor ekonomi Kalimantan;
10. Analisis tahapan pengembangan pelabuhan di wilayah koridor ekonomi Kalimantan;
11. Rekomendasi.
3 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
D. Lokasi Pekerjaan Kegiatan penelitian dilakukan di Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Palaihari, Pulang Pisau, Tanah Grogot, Pontianak, Kumai dan Bumiharjo (Kalimantan Tengah). Pengembangan pelabuhan di koridor ekonomi Kalimantan. Berikut ini peta lokasi studi:
Gambar 1 : Peta Lokasi Studi
E. Metodologi Kerangka berfikir studi pengembangan kapasitas dan fasilitas pelabuhan di Kalimantan harus mencakup berbagai aspek yaitu program nasional seperti MP3EI, keputusan menteri perhubungandan lain-lain serta situasi dan kondisi saat ini yang meliputi sosio-ekonomi masyarakat dan operasional pelabuhan di lokasi objek studi, serta jaringan angkutan Nasional saat ini. Berikut ini adalah kerangka berfikir dalam penelitian ini:
4 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Gambar 2 : Kerangka Pikir Studi
Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI)
Rencana-rencana
pembangunan lainnya
Sistem Logistik
Nasional (SISLOGNAS)
Rencana Induk
Pelabuhan Nasional
(RIPN)
Kondisi Eksisting
• Sistem kepelabuhanan, pelabuhan umum dan khusus
• Kapasitas dan kondisi sarana-prasarana
• Demand menurut komoditas dan bongkar/muat/transit
• Jalur pelayaran, jumlah dan jenis kapal yang beroperasi
• Tingkat pelayanan dan tarif-tarif serta biaya-biaya jasa pelayanan maupun pembangunan
• Hinterland dan akses pelabuhan/infrastruktur moda lain
• Kapasitas lingkungan • Kelembagaan dan
sumber daya manusia
Prediksi Demand
• Demand masa yang akan datang berdasarkan trend historis
• Demand masa yang akan datang dengan pengaruh perkembangan hinterland
• Demand masa yang akan datang dengan pengaruh perkembangan sistem transportasi
Prediksi Sistem Arus
Logistik
Prediksi Pertumbuhan
Wilayah
Prediksi Kinerja
Pelabuhan Masa Depan
Kesenjangan Kapasitas
Sarana-Prasarana
Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Sarana-PrasaranaKAPAL
Strategi Pengembangan Sarana-PrasaranaI
Peraturan Perundangan terkait
Pembangunan Pelabuhan
Sistem Pelabuhan,
Jaringan Transportasi Laut
dan Kinerja Pelabuhan
yang diharapkan di masa
depan
5 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
F. Kebutuhan Data Perolehan data sekunder dilakukan untuk mendapatkan data awal yang nantinya akan dipergunakan untuk pekerjaan ini. Kebutuhan data sekunder dan data primer lebih lanjut dijelaskan pada lampiran (perangkat survey). Beberapa data sekunder yang diperlukan dalam studi ini di antaranya adalah: • Data arus keluar - masuk kendaraan • Data arus keluar – masuk kapal • Alur bongkar muat kontainer • Sistem pergerakan dalam lingkungan pelabuhan • Data infrastruktur eksisting pelabuhan • Komoditas hinterland Gambaran jelas mengenai kebutuhan data/informasi dalam studi ini dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Gambar 3 : Informasi yang Diperlukan untuk Pengembangan Pelabuhan
6 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
G. Analisis Demand Pelabuhan Berikut ini akan dijelaskan perencanaan teknis dalam melakukan perencanaan pelabuhan: 1. Penentuan Data Demand Pelabuhan
a. Penentuan data demand muat : • Tentukan daerah hinterland pelabuhan • Tentukan potensi komoditas daerah hinterland • Cari data dari potensi daerah hinterland. • Untuk selanjutnya, komoditas yang berpotensi tersebut akan
menjadi demand pelabuhan. • Cari data jumlah penduduk
b. Penentuan data demand bongkar : • Tentukan daerah pelabuhan eksisting di sekitar wilayah
pelabuhan rencana. • Cari data bongkar di wilayah pelabuhan eksisting tersebut
2. Penentuan Proyeksi Demand Pelabuhan Pada Tahun Rencana a. Penentuan proyeksi demand muat : • Tentukan penggunaan lahan untuk masing-masing demand
dengan sebelumnya melakukan alokasi luas lahan untuk masing-masing demand.
• Tentukan besar lahan yang digunakan untuk masing-masing demand pada tahun rencana yang disesuaikan dengan lahan. Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu angka pertumbuhan lahan masing-masing demand dengan referensi data yang ada.
• Tentukan produktivitas demand pada tahun rencana, sehingga akan didapatkan produksi masing-masing demand pada tahun rencana. Penentuan angka pertumbuhan produktivitas dengan menggunakan data produktivitas yang ada. Produksi demand didapatkan dengan mengalikan luas lahan dengan produktivitas masing-masing demand.
• Tentukan jumlah penduduk wilayah di tahun rencana dengan terlebih dahulu mengetahui angka pertumbuhan penduduk pertahun dari data jumlah penduduk yang ada.
• Tentukan tingkat konsumsi lokal penduduk wilayah untuk masing-masing demand.
• Tentukan Surplus demand tersebut dengan mengurangi produksi demand dengan tingkat konsumsi lokal penduduk pada masing-masing periode waktu.
7 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
• Lakukan pembagian porsi distribusi surplus demand tersebut untuk darat, laut domestik, dan laut internasional.
• Demand pelabuhan adalah porsi surplus demand yang didistribusikan ke moda split laut.
b. Penentuan proyeksi demand muat: • Tentukan nilai rate yang didapat dengan membagi jumlah
bongkar pelabuhan eksisting di sekitar pelabuhan rencana dengan jumlah penduduk wilayah pelabuhan eksisting.
• Tentukan bongkar pelabuhan rencana dengan mengalikan rate dengan jumlah penduduk wilayah hinterland pelabuhan rencana.
• Cari pertumbuhan bongkar dengan menggunakan referensi pertumbuhan PDRB daerah hinterland.
• Dengan mendapatkan pertumbuhan bongkar, maka dapat ditentukan jumlah bongkar pelabuhan pada tahun rencana.
H. Proyeksi Perkembangan Komoditas terkait MP3EI di Koridor Ekonomi Kalimantan Komoditas strategis MP3EI di Koridor Ekonomi Kalimantan meliputi migas, bauksit, kelapa sawit, besi baja dan perkayuan. Proyeksi perkembangan komoditas tersebut di masa yang akan datang (2015, 2020, 2025) dilakukan dengan mempertimbangkan tren perkembangan komoditas, potensi komoditas, kuantitas komoditas eksisting, target pencapaian MP3EI dan dengan asumsi skenario optimis investasi-investasi MP3EI berjalan sesuai dengan yang direncanakan tanpa ada gangguan yang mengancam ketidakberhasilan investasi-investasi tersebut baik dari kondisi internal maupun global. 1 Migas
Proyeksi perkembangan komoditas migas di Kalimantan dilakukan menurut skenario bahwa target MP3EI optimis tercapai. Berdasarkan MP3EI, selain metode eksplorasi migas secara konvensional, peluang yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah peningkatan kapasitas gas Metana Batu Bara (MBB) sebagai salah satu pendongkrak tingkat produksi gas nasional yang belum optimal.
8 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Tabel 1 : Proyeksi Produksi Migas di Lokus Balikpapan, Blok Delta Mahakam, Rapak dan Ganal, Kalimantan Timur terkait Visi MP3EI
No. Tahun Produksi dalam barel per hari (bph) 1 2010 330.410 2 2015 343.607 3 2020 356.803 4 2025 370.000
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Gambar 4 : Proyeksi Produksi dan Lokasi Migas dan LNG di Kalimantan terkait Visi MP3EI
2 Batubara
Data eksisting (2010) dan proyeksi produksi batubara di setiap provinsi Kalimantan sesuai dengan target MP3EI yang jika infrastruktur baik maka produksi bisa mencapai 6,7 kali dari produksi eksisting adalah sebagai berikut.
9 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Tabel 2 : Proyeksi Produksi Batubara Berdasarkan Terkait Visi MP3EI
No. Tahun Produksi dalam juta ton
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar 1 2015 108,75 35,67 4,64 1,45 2 2020 180 59.04 7,68 2,40 3 2025 251,25 82,41 10,72 3,35
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Gambar 5 : Proyeksi Produksi dan Lokasi Batubara di Kalimantan terkait Visi MP3EI
Komoditas batubara tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: Batubara mutu tinggi, Liquefaction, Gasification, Kokas dan Karbon Aktif
10 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
3 CPO Berdasarkan data BPS, tahun 2009 Luas perkebunan sawit Ha di Kalimantan Timur sebesar 530.554 Ha, Kalimantan Tengah 909.703 Ha, Kalimantan Selatan 292.800 Ha, dan Kalimantan Barat 601.192 Ha. Berdasarkan kebijakan MP3EI yang menghendaki intensifikasi dan lebih mengendaki peningkatan produktifitas CPO setiap satuan lahan maka luas lahan sampai tahun 2025 diasumsikan tetap. Berdasarkan target MP3EI yang menargetkan produktifitas produksi pengolahan kelapa sawit menjadi CPO untuk setiap satuan lahan adalah sebesar 7 ton/Ha (potensi produktifitas di Indonesia menurut MP3EI).
Tabel 3 : Proyeksi Produktifitas Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO
untuk setiap Satuan Lahan berdasarkan Visi MP3EI
No. Tahun Produktifitas (ton/Ha) 1 2015 4,87 2 2020 5,93 3 2025 7
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4 : Proyeksi Produksi CPO berdasarkan Visi MP3EI
No. Tahun Produksi dalam ton
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar 1 2015 2.582.029 4.427.221 1.424.960 2.925.801 2 2020 3.147.954 5.397.571 1.737.280 3.567.073 3 2025 3.713.878 6.367.921 2.049.600 4.208.344
Sumber: Hasil Analisis, 2012
11 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Gambar 6 : Proyeksi Produksi dan Lokasi CPO di Kalimantan terkait Visi MP3EI
Komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: Minyak goreng dalam kemasan, margarin, sabun, glyserin, bungkil, minyak inti sawit (Palm Kernel Oil), Tepung tempurung, Briket arang, karbon aktif, bahan selulosa, fatty acid dan tentu saja dalam bentuk CPO
4 Bauksit
Berdasarkan MP3EI, Bauksit diarahkan untuk diolah terlebih dahulu sebelum diekspor. Bauksit diolah menjadi alumina. Pengolahan bauksit menjadi alumina yang saat ini sudah dikembangkan dan terus dikembangkan adalah di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
12 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Tabel 5 : Proyeksi Produksi Alumina terkait MP3EI
No. Tahun Produksi dalam juta ton
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar 1 2015 0,6 - 3,68 3,68 2 2020 0,7 - 4,30 4,30 3 2025 0,8 - 4,91 4,91
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Gambar 7 : Proyeksi Produksi dan Lokasi Alumina di Kalimantan terkait Visi MP3EI
Komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti:alumina dan alumunium
5 Perkayuan Analisis proyeksi perkembangan kawasan hutan produksi di Kalimantan terkait MP3EI dilakukan berdasarkan luasan lahan saat ini kemudian dirpoyeksikan sesuai target fast track jangka pendek (lima tahun) MP3EI
13 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Tabel 6 : Proyeksi Kawasan Hutan Produksi di Kalimantan terkait MP3EI
No. Tahun Kawasan Hutan Produksi (Ribu Ha)
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar 1 2015 7971.93 930.5 4860.19 3744,71 2 2020 8388.68 1019.9 5129.64 4749,2 3 2025 8805.43 1109.3 5399.09 5753,69
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Gambar 8 : Proyeksi Perkembangan Kawasan Hutan Produksi di Kalimantan terkait Visi MP3EI
Komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: kayu bulat, kayu gergajian, kayu awetan, rotan awetan, rotan olahan, kayu lapis, kayu lapis laminasi, panel kayu dan veneer.
14 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
6 Besi Baja Kegiatan ekonomi utama besi baja di Kalimantan, terdapat di Kalimantan Tengah (Kotawaringin Barat) dan Kalimantan Selatan (Batulicin, Tanah Bumbu, dan Tanah Laut). Pengembangan proyek di lokasi tersebut antara lain pengolahan dan pemurnian bijih besi serta pengembangan industri benefisiasi yang mengolah bijih besi dari tambang menjadi bahan baku (pellet dan sponge iron) untuk industri baja di Indonesia.
Gambar 9 : Persentase Cadangan Bijih Besi di Kalimantan terhadap Cadangan Bijih Besi di Indonesia
Komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: Sponge Iron, Pig Iron, Fe Aloy, maupun Stainless Stell.
15 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
I. Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan di Kalimantan
1 Provinsi Kalimantan Timur Dalam upaya dalam mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi terkait MP3EI, maka perlu dilakukan kajian ulang terhadap Tatanan Transportasi Wilayah yang ada. Kajian ini berguna untuk menyesuaikan Tatrawil yang telah ada dengan target-target yang hendak dicapai pada MP3EI. Berikut ini adalah beberapa penyesuaian terkait transportasi laut khususnya pelabuhan yang tercantum di dalam dokumen Studi Ulang Tatrawil Provinsi Kalimantan Timur dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi di Koridor III Kalimantan:
Tabel 7 : Rencana Pengembangan Pelabuhan (Studi Ulang Tatrawil Kaltim)
No Rencana Program
Jenis Program/Kegiatan Sarana dan Prasarana Pendukung
1
Pengembangan Kapasitas Pelabuhan Maloy
Pelabuhan Maloy diarahkan untuk melayani kemasan kontainer dan multipurpose, CPO, Batubara dan Pelabuhan ikan. Jenis Pelayanannya adalah Pelabuhan Internasional
Pengembangan Jaringan jalan dan kereta api
2 Pengembangan Terminal Pel. Kariangau
Pelabuhan Kariangau diarahkan untuk melayani angkutan barang dan peti kemas serta berada dalam satu sistem pengembangan dengan Pel. Balikpapan.
Pengembangan Jembatan P. Balang dan Akses dari jalan Tol
3 Pengembangan Pel PPU
Pelabuhan Penajam Paser (PPU) sebagai pelabuhan pengumpul untuk mendukung daerah hinterlandnya yaitu pengembangan migas dan kelapa sawit
pengembangan fasilitas untuk CPO dan Migas
4 Pembangunan Pelabuhan Tanjung Isuy
Pelabuhan Tanjung Isuy sebagai pelabuhan pengumpul dan bagian dari Pelabuhan Samarinda dan Palaran. Bertujuan untuk mendukung potensi industri dan jasa di daerahnya
16 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
No Rencana Program
Jenis Program/Kegiatan Sarana dan Prasarana Pendukung
5 Pembangunan Pelabuhan Tanah Grogot
Pelabuhan Tanah Grogot sebagai pelabuhan Pengumpul untuk mendukung daerah hinterlandnya yaitu pengembangan migas dan kelapa sawit
pengembangan fasilitas untuk CPO dan Migas
6 Pengembangan Pelabuhan Nunukan
Pelabuhan Nunukan akan dikembangkan untuk menunjang pergerakan di daerah perbatasan (kaltim dengan Malaysia)
7 Pengembangan Pelabuhan Palaran
Pelabuhan Palaran sebagai pelabuhan pengumpul dan bagian dari Pelabuhan Samarinda dan Pelabuhan Isuy. Diarahkan untuk melayani angkutan barang dalam bentuk peti kemas dan penumpang.
aksesibilitas ke pelabuhan terkait pergerakan barang dalam bentuk peti kemas
2 Provinsi Kalimantan Selatan Dalam upaya dalam mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi terkait MP3EI, maka perlu dilakukan kajian ulang terhadap Tatanan Transportasi Wilayah yang ada. Kajian ini berguna untuk menyesuaikan Tatrawil yang telah ada dengan target-target yang hendak dicapai pada MP3EI. Berikut ini adalah beberapa penyesuaian terkait transportasi laut khususnya pelabuhan yang tercantum di dalam dokumen Studi Ulang Tatrawil Provinsi Kalimantan Selatan dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi:
Tabel 8: Rencana Pengembangan Pelabuhan (Studi Ulang Tatrawil Kalsel)
Rencana Program
Jenis Program/Kegiatan Tahap
Pengembangan
Pelabuhan Utama
Pelabuhan Trisakti di Kota Banjarmasin 2012-2014
Pelabuhan Mekar Putih di Kabupaten Kotabaru
2015-2019
Pelabuhan Pengumpul
Pelabuhan Simpang Empat Batulicin di Kabupaten di Tanah Bumbu
2015-2020
Pelabuhan Stagen di Kabupaten Kotabaru 2015-2021
Pelabuhan Sebuku di Kabupaten Kotabaru 2015-2022
17 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Rencana Program
Jenis Program/Kegiatan Tahap
Pengembangan
Palabuhan Kintap di Kabupaten Tanah Laut
2015-2023
Pelabuhan Pelaihari di Kabupaten Tanah Laut
2015-2024
Pelabuhan Pengumpan
Pelabuhan Sungai Danau di Kabupaten Tanah Bumbu
Pelabuhan Pagatan di Kabupaten Tanah Bumbu
Pelabuhan Sungai Loban di Kabupaten Tanah Bumbu
Pelabuhan Gunung Batu Besar di Kabupaten Kotabaru
Rencana Pembangunan
Rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Dewa di Kabupaten Tanah Laut sebagai pelabuhan umum alternatif dari pelabuhan utama Banjarmasin
2026-2030
Rencana pengembangan fasilitas pelabuhan di Pelabuhan Utama Banjarmasin, Pelabuhan Pengumpul Batulicin, dan Pelabuhan Stagen Kotabaru
2012-2014
Rencana peningkatan dan pengembangan terminal penumpang Pelabuhan Utama Banjarmasin, Pelabuhan Pengumpul Batulicin, dan Pelabuhan Stagen Kotabaru
2012-2015
Rencana peningkatan dan pengembangan terminal peti kemas Pelabuhan Utama Trisakti Banjarmasin, Pelabuhan Pengumpul Batulicin, dan Pelabuhan Stagen Kotabaru
2012-2016
Pembangunan Pelabuhan Laut di Tanah Laut (Swarangan)
2012-2017
3 Provinsi Kalimantan Barat Dalam upaya dalam mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi terkait MP3EI, maka perlu dilakukan kajian ulang terhadap Tatanan Transportasi Wilayah yang ada. Kajian ini berguna untuk menyesuaikan Tatrawil yang telah ada dengan target-target yang hendak dicapai pada MP3EI. Berikut ini adalah beberapa penyesuaian terkait transportasi laut khususnya pelabuhan yang tercantum di dalam dokumen Studi Ulang Tatrawil Provinsi Kalimantan Barat dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi:
18 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Tabel 9 : Rencana Pengembangan Pelabuhan (Studi Ulang Tatrawil Kalbar)
No. Rencana Program Tahap
Pengembangan 1 Pembangunan Pelabuhan Samudera di pulau
Temajo atau pada lokasi alternatif lain sebagai pelabuhan utama primer (Pelabuhan Hub Internasional)
2015-2030
2 Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan penumpang di Pontianak
2012-2014
3 Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Pontianak sebagai Pelabuhan Utama Sekunder 2012-2014
4 optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Ketapang, Kendawangan, Sintete, Paloh,Sekura, Telok Air dan Sambas sebagai pebuhan utama tersier
2012-2014
5 Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Telok Batang, Singkawang dan Merbau sebagai pelabuhan pengumpan regional
2015-2019
6 Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Kakap, Kuala Menpawah sebagai pelabuhan pengumpan lokal
2012-2014
7 Normalisasi alur pelayaran laut menuju/dari pelabuhan laut
2012-2014
8 Peningkatan kinerja pelabuhan dengan peningkatan kapasitas pelabuhan dan fasilitas pendukung
2015-2019
9 perlu pengadaan dan pengembangan fasilitas angkutan peti kemas di pelabuhan antarnegara yaitu Kuching dan Brunei
2015-2019
10 Pengembangan Pelabuhan laut yang sudah berkembang menjadi pelabuhan Nasional 2020-2030
11 Pengembangan pelabuhan regional/lokal sebagai pelabuhan pendukung
2020-2030
12 Pemberian prioritas-prioritas kapal laut perintis 2015-2019 13 Pengembangan pelabuhan terbuka untuk luar
negeri yaitu Kendawangan, Sintang dan Temajo 2015-2030
4 Provinsi Kalimantan Tengah Pengembangan pelabuhan terkait MP3EI di Provinsi Kalimantan Tengah difokuskan pada Pengembangan Pelabuhan Sampit sebagai pelabuhan utama, Pengembangan Pelabuhan Kumai, Pelabuhan Pulang Pisau, Pelabuhan Kuala Kapuas, Pelabuhan Pangkalan Bun dan Pelabuhan Sukamara sebagai pelabuhan kolektor serta Pelabuhan
19 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Kuala Pembuang, Pegatan Mendawai, Pelabuhan Samuda, Pelabuhan Behaur, Pelabuhan Kereng Bengkirai, Pelabuhan Natal Kuini, Pelabuhan Teluk Sebangau, Pelabuhan Kahayan, Pelabuhan Kelanis dan Pelabuhan Rangga Ilung sebagai pelabuhan pengumpan.
J. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi ini adalah sebagai berikut: 1 MP3EI mendorong adanya upaya Percepatan, Perluasan dan
Pembangunan Ekonomi di Koridor Kalimantan yang merupakan pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional.
2 Komoditas-komoditas utama terkait MP3EI di Kalimantan di antaranya adalah CPO, Batubara, Migas, Besi, Bauksit dan Perkayuan
3 Potensi komoditas batubara terkait visi MP3EI adalah sebagai berikut:
No. Tahun Produksi dalam juta ton
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar 1 2015 108,75 35,67 4,64 1,45 2 2020 180 59.04 7,68 2,40 3 2025 251,25 82,41 10,72 3,35
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Sesuai dengan visi MP3EI bahwa komoditas yang diekspor bukan merupakan bahan mentah, maka komoditas batubara tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: Batubara mutu tinggi, Liquefaction, Gasification, Kokas dan Karbon Aktif
4 Potensi komoditas Kelapa sawit (CPO) terkait visi MP3EI adalah
sebagai berikut:
No. Tahun Produksi dalam ton
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar 1 2015 2.582.029 4.427.221 1.424.960 2.925.801 2 2020 3.147.954 5.397.571 1.737.280 3.567.073 3 2025 3.713.878 6.367.921 2.049.600 4.208.344
Sumber: Hasil Analisis, 2012
20 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Sesuai dengan visi MP3EI bahwa komoditas yang diekspor bukan merupakan bahan mentah, maka komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: Minyak goreng dalam kemasan, margarin, sabun, glyserin, bungkil, minyak inti sawit (Palm Kernel Oil), Tepung tempurung, Briket arang, karbon aktif, bahan selulosa, fatty acid dan tentu saja dalam bentuk CPO
5 Potensi komoditas Bauksit terkait visi MP3EI adalah sebagai
berikut:
No. Tahun Produksi dalam juta ton
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar 1 2015 0,6 - 3,68 3,68 2 2020 0,7 - 4,30 4,30 3 2025 0,8 - 4,91 4,91
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Sesuai dengan visi MP3EI bahwa komoditas yang diekspor bukan merupakan bahan mentah, maka komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: alumina dan alumunium
6 Potensi komoditas Perkayuan terkait visi MP3EI adalah sebagai
berikut:
No. Tahun Kawasan Hutan Produksi (Ribu Ha)
Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar 1 2015 7971.93 930.5 4860.19 3744,71 2 2020 8388.68 1019.9 5129.64 4749,2 3 2025 8805.43 1109.3 5399.09 5753,69
Sumber: Hasil Analisis, 2012 Sesuai dengan visi MP3EI bahwa komoditas yang diekspor bukan merupakan bahan mentah, maka komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: kayu bulat, kayu gergajian, kayu awetan, rotan awetan, rotan olahan, kayu lapis, kayu lapis laminasi, panel kayu dan veneer.
7 Potensi komoditas Biji besi terkait visi MP3EI adalah sebagai
berikut (Provinsi Kalimantan Tengah) :
21 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
No. Komoditas 2015 2020 2025 1 Bijih besi/baja 4,57 5,29 5,80 2 Sponge iron 0,91 1,06 1,16 3 Pig iron 0,05 1,22 1,33 4 Fe Alloy 0,82 0,95 1,04
5 Stainlees steel (rod, sheet, flat bar, tube, round bar, square bar)
0,37 1,59 1,74
Sumber: Hasil Analisis, 2012
8 Pengembangan pelabuhan terkait MP3EI di Provinsi Kalimantan
Timur difokuskan pada Pengembangan Pelabuhan Maloy, Terminal Peti Kemas Kariangau, Pelabuhan Penajam Paser, Pelabuhan Tanjung Isuy, Pelabuhan Tanah Grogot, Pelabuhan Nunukan dan Pelabuhan Palaran.
9 Pengembangan pelabuhan terkait MP3EI di Provinsi Kalimantan Selatan difokuskan pada Pengembangan Trisakti dan Pelabuhan Mekar Putih sebagai Pelabuhan Utama. Pelabuhan Simpang Empat Batulicin, Pelabuhan Stagen, Pelabuhan Sebuku, Pelabuhan Kintap, dan Pelabuhan Pelaihari sebagai Pelabuhan Pengumpul. Sedangkan Pelabuhan Sungai Danau, Pelabuhan Pagatan, Pelabuhan Sungai Loban dan Pelabuhan Gunung Batu Besar sebagai Pelabuhan Pengumpan.
10 Pengembangan pelabuhan terkait MP3EI di Provinsi Kalimantan Barat difokuskan pada Pengembangan Pelabuhan Samudera di Pulau Temajo, Optimalisasi Terminal barang dan Penumpang di Pelabuhan Pontianak, Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Pontianak sebagai Pelabuhan Utama Sekunder, optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Ketapang, Kendawangan, Sintete, Paloh,Sekura, Telok Air dan Sambas sebagai pebuhan utama tersier, Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Telok Batang, Singkawang dan Merbau sebagai pelabuhan pengumpan regional serta Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Kakap, Kuala Menpawah sebagai pelabuhan pengumpan lokal
11 Pengembangan pelabuhan terkait MP3EI di Provinsi Kalimantan Tengah difokuskan pada Pengembangan Pelabuhan Sampit sebagai pelabuhan utama, Pengembangan Pelabuhan Kumai, Pelabuhan
22 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
Pulang Pisau, Pelabuhan Kuala Kapuas, Pelabuhan Pangkalan Bun dan Pelabuhan Sukamara sebagai pelabuhan kolektor serta Pelabuhan Kuala Pembuang, Pegatan Mendawai, Pelabuhan Samuda, Pelabuhan Behaur, Pelabuhan Kereng Bengkirai, Pelabuhan Natal Kuini, Pelabuhan Teluk Sebangau, Pelabuhan Kahayan, Pelabuhan Kelanis dan Pelabuhan Rangga Ilung sebagai pelabuhan pengumpan.
23 Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan
3. Peraturan Pemerintah No 5 tahun 2010 tentang Kenavigasian
4. Peraturan pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim
6. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) tahun
2011-2025
7. Keputusan Menteri Perhubungan No. 22 Tahun 1998 tentang Batas-
Batas daerah Lingkungan kerja dan daerah Kepentingan Pelabuhan
Balikpapan
8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 54 tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan Laut
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 93 tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pelabuhan Sangkulirang/Maloy
10. Keputusan Menteri Perhubungan No 7 tahun 2010 tentang Rencana
Strategis Kemenhub 2010-2014
11. Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor : UM.002/38/18/DJPL-
11Tentang Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan
12. Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) 2011 oleh Kemenhub
13. Rencana Induk Pelabuhan Nasional tahun 2011
14. Rencana Strategis tahun 2010-2014 oleh Dirjen Bina Marga
15. Cetak Biru Sistem Logistik Nasional tahun 2011
16. Kalimantan dalam Angka oleh BPS