bab iii metodologi penelitian -...
TRANSCRIPT
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian
1. Sistematikan Penelitian
a. Pola Pikir
Pola pikir Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang Dalam
Mengurangi Beban Jalan seperti pada Gambar 3.1
Instrumental Input
Input Output
Subyek Obyek Metode
- DITJEN PERKA
- DITJEN PHB
DARAT
- DISHUB
- DAOP JAWA,
DIVRE SUMUT
- BPS
- PENGGUNA KA
BRG.
- JAR PRAS KA BRG
- JAR PELY KA BRG
- JUMLAH DAN JENIS
BRG
- JAR PRAS JALAN
- JAR PELY JALAN
O/D BRG
- PENGUKURAN/
OBSERVASI
- EVALUASI
- PREDIKSI
- ANALISIS
- FORMULASI
Outcome
Environmental input
Gambar 3.1 Pola Pikir Penelitian
1) Input
Kondisi jaringan prasarana dan pelayanan angkutan kereta api barang.
Keberadaan jaringan prasarana angkutan kereta api barang saat ini bervariasi
ukuran dan adanya keterbatasan kemampuan rel, bantalan, pandrol, jembatan,
gorong-gorong, terowongan, perlintasan, stasiun kereta api, emplasmen,
rumah sinyal, gardu listrik, pesinyalan, wesel dan telekomunikasi. Begitu
pula keberadaan pelayanan kereta api barang mencakup gudang barang,
lapangan penumpukan, tempat bongkar muat, langsiran gerbong barang,
parkir kendaraan angkutan barang, crane, timbangan barang, security,
gerbong barang, lokomotif, tempat muat barang curah, showing, conveyor,
forklift, crew kereta api.
UU No.23 Th. 2007 tentang Perkeretaapian
UU No.22 Th 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
UU No.32 Th 2004 tentang Otonomi Daerah
PP 56 Th2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian
PP 72 Th2009 tentang Lalu Lintas Kereta Api
Tersusunnya
konsep rencana
jaringan
prasarana dan
pelayanan
angkutan kereta
api barang
Peluang
meningkatnya
pangsa
angkutan
kereta api
barang
Kondisi
jaringan
prasarana
dan
pelayanan
kereta api
barang saat
ini
Perkembangan teknologi, ekonomi,
otoda, lingkungan strategis
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-2
2) Instrumental input
Legalitas yang menjadi dasar penyelenggaraan angkutan kereta api barang
mencakup antara lain:
a) Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
b) Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian
c) Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Ang-
kutan Kereta Api
d) Peraturan Menteri Perhubungan No.41 Tahun 2010 tentang Standar
Spesifikasi Teknis Kereta Yang Ditarik Kereta Lokomotif
e) Keputusan Menteri Perhubungan No.22 Tahun 2003 tentang Peng-
operasian Kereta Api
f) Peraturan Menteri Perhubungan No.11 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Peralatan Telekomunikasi Perkeretaapian
g) Peraturan Menteri Perhubungan No.43 Tahun 2010 tentang Standar
Spesifikasi Teknis Gerbong
h) Peraturan Menteri Perhubungan No.11 Tahun 2010 tentang Standar
Spesifikasi Teknis Peralatan Khusus
i) Peraturan Menteri Perhubungan No.10 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Peralatan Pesinyalan Perkeretaapian
j) Peraturan Menteri Perhubungan No.10 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Peralatan Pesinyalan Perkeretaapian.
3) Environmental input
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh dalam penyelenggaraan angkutan
kereta api barang mencakup perkembangan teknologi, ekonomi, otonomi
daerah dan lingkungan strategi yang harus dipertimbangkan.
4) Subyek
Institusi, pihak yang terkait dengan penyelenggaraan angkutan kereta api
barang dan merupakan sumber data dan informasi yang diperoleh dalam
pelaksanaan penelitian mencakup antara lain: Ditjen Perkeretaapian, Dinas
Perhubungan, Ditjen Perhubungan Darat, Dinas Kementerian Perhubungan,
PT KAI, Pengguna angkutan barang dan BAPEDA.
5) Obyek
Materi pembuatan pola penelitian angkutan kereta api barang yaitu:
a) Jaringan prasarana dan pelayanan angkutan kereta api barang
b) Barang komoditi mencakup jenis dan jumlah
c) Asal/ tujuan barang
d) Jaringan prasarana dan pelayanan angkutan jalan
6) Metode
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data, pengolahan data,
analisis dan perumusan hasil yaitu:
a) Pengukuran dan observasi
b) Evaluasi
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-3
c) Prediksi
d) Analisis
e) Formulasi
7) Output
Hasil peneltian adalah tersusunnya konsep rencana jaringan prasarana dan
pelayanan angkutan kereta api barang.
8) Outcome
Dengan adanya hasil penelitian diharapkan dalam implementasinya ada
peluang peningkatan pangsa pasar angkutan kereta api barang.
2. Alur Pikir Penelitian
Alur pikir Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang Dalam
Mengurangi Beban Jalan seperti pada gambar berikut.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-4
Gambar 3.2 Alur Pikir Penelitian
Alur Pikir/ Pendekatan
Fokus penelitian adalah angkutan kereta api barang yang ada, legalitas/ hukum,
mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri sebagai
dasar penyelenggaraannya.
Dalam penyelenggaraannya ada kebijakan yang ditentukan pengelola (regulator)
menurut hierarkinya dan kebijakan lain terkait. Angkutan kereta api barang
eksisting terdiri dari jaringan prasarana dan pelayanan.
1. Jaringan prasarana kereta api barang meliputi:
a. Jalan rel kereta api:
1) Rel tipe R.32
2) Rel tipe R.42
3) Rel tipe R.50
4) Rel tipe R.54
5) Rel tipe R.60
Angkutan kereta api barang. Legalitas/ Dasar Hukum
Jaringan Prasarana
Kebijakan
Standar, Kriteria
Pedoman
Kebutuhan Pelayanan
Kinerja Angkutan kereta api
barang.
Angkutan kereta api barang.
Eksisting
Pelayanan
Kebutuhan Jaringan
Prasarana
Evaluasi
Pelayanan
Evaluasi
Jaringan
Prasarana
Permasalahan, Kendala,
Hambatan,Kelemahan, Data Primer
dan Sekunder
Benchmarking Sistem Distribusi, Sistem
Informasi, Teknologi,
Standardisasi
Analisis dan Evaluasi, Prediksi,
Formulasi, Kebijakan
Konsep Kebijakan Jaringan
Prasarana dan Pelayanan Angkutan
KA brg.
Rekomendasi
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-5
b. Bantalan:
1) Bantalan besi
2) Bantalan beton
3) Bantalan kayu
c. Pandrol/ pengikat
d. Sebidang tanah/ untuk tumpuan jalan rel
e. Jembatan:
1) Jembatan terbuat dari besi/ baja
2) Jembatan terbuat dari kayu
3) Jembatan terbuat dari beton
f. Gorong-gorong:
1) Gorong-gorong terbuat dari besi/baja
2) Gorong-gorong terbuat dari kayu
3) Gorong-gorong terbuat dari beton
g. Terowongan
h. Perlintasan/ pintu perlintasan
i. Stasiun kereta api:
1) Stasiun pemberangkatan
2) Stasiun antara
3) Stasiun tujuan
j. Emplasemen/ peron
k. Rumah sinyal
l. Gardu listrik
m. Persinyalan
n. Wesel
o. Telekominikasi
2. Pelayanan Kereta Api barang meliputi :
a. Gudang barang
b. Lapangan penumpukan
c. Tempat bongkar muat barang
d. Langsiran gerbong barang
e. Parkir kendaraan angkutan barang
f. Crane/ alat bongkar muat
g. Timbangan barang
h. Security/ keamanan
i. Gerbong barang meliputi:
1) Gerbong terbuka
2) Gerbong tertutup
3) Gerbong curah
4) Gerbong datar (untuk petikemas)
5) Gerbong ketel (BBM)
j. Lokomotif meliputi:
1) Lokomotif diesel elektrik
2) Lokomotif diesel hidrolik
k. GAPEKA (Grafik Perjalanan Kereta Api)
Semboyan meliputi:
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-6
1) Semboyan di jalan
2) Semboyan di stasiun kereta api
l. Depo pemeliharaan lokomotif
m. Depo pemeliharaan gerbong barang
n. Tempat muat barang curah dan batu bara
o. Scowing (tempat pemeriksaan habis dinas)
p. Conveyor (tempat untuk angkat barang batu bara/ pupuk/ semen)
q. Forklift
r. Crew kereta api (masinis, kondektur, pelayanan rem)
3. Prasarana angkutan barang moda jalan:
a. Jalan meliputi:
1) Jalan kelas I
2) Jalan kelas II
3) Jalan kelas III A
4) Jalan kelas III B
5) Jalan kelas III C
b. Terminal barang
c. Fasilitas parkir
d. Rambu-rambu
e. Jenis angkutan barang meliputi;
1) Angkutan barang umum
2) Angkutan barang berbahaya
3) Angkutan barang khusus
4) Angkutan petikemas
5) Angkutan alat-alat berat
4. Peraturan Pemerintah tentang perkeretaapian antara lain:
a. Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
b. Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian
c. Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Kereta Api
d. Peraturan Menteri Perhubungan No.41 Tahun 2010 tentang Standar
Spesifikasi Teknis Kereta Yang Ditarik Lokomotif
e. Keputusan Menteri Perhubungan No.22 Tahun 2003 tentang Pengoperasian
Kereta Api
f. Peraturan Menteri Perhubungan No.11 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Peralatan Telekomunikasi Perkeretaapian
g. Peraturan Menteri Perhubungan No.43 Tahun 2010 tentang Standar
Spesifikasi Teknis Gerbong
h. Peraturan Menteri Perhubungan No.44 Tahun Tahun 2010 tentang Standar
Spesifikasi Teknis Peralatan Khusus
i. Peraturan Menteri Perhubungan No.40 Tahun 2010 tentang Standar
Spesifikasi Teknis Lokomotif
j. Peraturan Menteri Perhubungan No.10 Tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Peralatan Pesinyalan Perkeretaapian
5. Peraturan Pemerintah tentang moda jalan antara lain:
a. Undang -Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-7
b. Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan
Rekayasa, Analisa Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas
c. Undang–Undang No.38 Tahun 2004 tentang Jalan
d. Undang–Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No.
SK.727/A.J.307/DRJD/2004 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Barang Umum di Jalan
6. Kondisi eksisting kinerja jaringan prasarana dan pelayanan angkutan barang
untuk moda jalan dan kereta api barang meliputi:
a. Kondisi prasarana jaringan kereta api barang
b. Kondisi pelayanan kereta api barang
c. Perkembangan jumlah angkutan barang melalui angkutan kereta api barang
dalam beberapa tahun terakhir
d. Kondisi prasarana moda jalan angkutan barang
e. Kondisi pelayanan moda jalan angkutan barang
f. Perkembangan jumlah barang melalui moda jalan angkutan barang dalam
beberapa tahun terakhir
7. Melakukan pemetaan permasalahan meliputi:
a. Prasarana jaringan kereta api angkutan barang
b. Pelayanan kereta api angkutan barang
c. Prasarana moda jalan angkutan barang
d. Pelayanan moda jalan angkutan barang
8. Melakukan studi literatur/ benchmarking dari negara lain meliputi:
a. Standar prasarana jaringan kereta api angkutan barang
b. Pelayanan kereta api angkutan barang
9. Melakukan kajian:
a. Solusi alternatif mengatasi permasalahan prasarana jaringan kereta api
angkutan barang
b. Solusi alternatif mengatasi permasalahan pelayanan kereta api angkutan
barang
c. Keunggulan menggunakan angkutan kereta api barang
d. Kelemahan menggunakan angkutan kereta api barang
e. Keunggulan menggunakan moda jalan angkutan barang
f. Kelemahan menggunakan moda jalan angkutan barang
g. Kebutuhan jaringan prasarana angkutan kereta api barang
h. Kebutuhan pelayanan angkutan kereta api barang
i. Evaluasi konsep kebijakan pola jaringan dan simpul pelayanan kereta api
barang
j. Upaya pengalihan angkutan barang dari moda jalan ke moda kereta api
pada saat sekarang dan di masa mendatang yaitu dengan tahapan waktu
tahun 2014, 2019, 2025, dan 2030
10. Berdasarkan hasil kajian seperti telah dilakukan pada point sebelumnya,
selanjutnya dirumuskan Konsep Pola Jaringan dan Simpul Pelayanan Angkutan
Kereta Api Barang.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-8
Dengan melakukan evaluasi jaringan prasarana, pelayanan dan membandingkan
terhadap standar, kriteria, pedoman dapat dibedakan kinerja kereta api barang
eksisting, sekaligus dapat diidentifikasi dan dipetakan kendala, hambatan,
kelemahan yang merupakan permasalahan jaringan prasarana dan pelayanan
angkutan kereta api barang yang diperkuat data dan informasi berupa data primer
dan sekunder.
Dalam tahapan analisis dan evaluasi dilakukan:
a. Inventarisasi/ identifikasi penyelenggaraan angkutan kereta api barang
Melakukan inventarisasi atau identifikasi penyelenggaraan angkutan kereta api
barang di lokasi penelitian untuk memaparkan kondisi nyata penyelenggaraan
angkutan kereta api barang.
b. Analisisis potensi prasarana dan pelayanan kereta api barang
Melakukan pemetaan potensi prasarana berdasarkan data lapangan faktual,
akurat dan terbaru. Data dan informasi diperoleh melalui survei lapangan
dengan kuesioner seperti pada lampiran.
c. Analisis pendayagunaan prasarana
Melakukakan analisis pendayagunaan prasarana kereta api dan membandingkan
terhadap pedoman, standar, petunjuk teknis (manual instuction) untuk
mengetahui kondisi nyata operasionalisasi setiap prasarana dan pelayanan
kereta api barang di lokasi penelitian. Dengan analisis ini didapat informasi
tingkat pemanfaatan atau kinerja prasaran yang selanjutnya menjadi masukan
perumusan kebijakan dan peningkatan peran kereta api barang.
d. Perkiraan/ prediksi
Pengalihan angkutan barang dari moda jalan ke moda kereta api pada tahun
2014, 2019, 2025 dan 2030 menggunakan metode pertumbuhan yang berkaitan
dengan data time series, yaitu Nt = 𝑁1 𝑅𝑡−1
dimana: Nt = nilai pada tahun t
N1 = nilai pada tahun awal
R = 1 + r
t = tahun
r = pertumbuhan
Perkiraan ini termasuk long term dalam konteks forecasting horizons yaitu
lebih dari 5 tahun pada masa datang. Tipe forecast adalah kuantitatif
berdasarkan data dan statistik. Metode forecasting ini adalah formal methods
yaitu time series models. Asumsi yang kuat menggunakan time series models
karena ada informasi tentang waktu-waktu lampau dan dapat dikuantifikasikan
dalam bentuk data, dan pola waktu lampau akan berlanjut pada masa datang.
Dalam formal metods ini dapat dilengkapi dengan causal models (eg.
regression).
Long term trend : y = a + bx
y = variabel yang diamati
a = nilai y pada tahun dasar (intersep)
b = perubahan nilai y perperiode (slope)
x = waktu.
Berdasarkan hasil perkiraan ini, lebih lanjut akan dapat diketahui sensitivitas
antar moda angkutan barang.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-9
e. Analisis daya dukung prasarana kereta api barang
Prasarana dan fasilitas fisik kereta api memiliki keterbatasan daya dukung
(carrying capacity), apabila pembebanan prasarana melampaui kapasitas atau
daya dukung maksimum, akan terjadi kemundurun atau bahkan kerusakan total.
Keadaan daya dukung suatu prasarana secara umum digambarkan pada berikut:
Overshoot
Daya Dukung Maximum
Katastrophi
Inflexi
Gambar 3.3 Daya Dukung Prasarana
Prasarana sebaiknya dibebani sampai dengan titik infleksi untuk memberi hasil
optimum. Akan tetapi bila terus dibebani melebihi daya dukung maksimum
atau pada kondisi overshoot, maka prasarana akan mengalami kemunduran
dengan berjalannya waktu, bahkan bisa mengalami kerusakan total
(katastrophi). Prasarana kereta api terdiri dari material yang ada batasnya,
memiliki laju keausan atau rate of obsolete, tingkat kejenuhan (saturation
point), sehingga ada istilah umur teknis (technical life time) suatu material.
Umur teknis sangat terkait dengan kemampuan daya dukung dalam hal
pembebanan atau operasionalisasi.
Prasarana kereta api yang telah melampaui daya dukung tidak dapat dibiarkan
dioperasikan terus karena berakibat menurunnya produktivitas, keselamatan
dan meningkatnya biaya. Bagi prasarana yang sudah dioptimalkan, maka
dengan berjalannya waktu pada suatu saat akan membutuhkan penggantian
baru atau peremajaan.
f. Benchmarking
Melakukan komparasi terhadap pelaksanaan transportasi kereta api barang di
beberapa negara maju terutama negara yang kondisi geografi dan demografi
hampir sama dengan Indonesia untuk mengetahui keberhasilan jaringan
prasarana dan pelayanan kereta api barang. Data dan informasi serta
penyelenggaraan kereta api barang di beberapa negara tersebut menjadi acuan
dalam pengembangan prasarana dan pelayanan kereta api barang di Indonesia.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-10
g. Formulasi
Perumusan hasil penelitian atas dasar berbagai analisis yang dilakukan
sebelumnya mencakup kebijakan pengembangan dan peningkatan jaringan
prasarana dan pelayanan kereta api barang yang akan meningkatkan peran
angkutan kereta api barang di Indonesia. Dalam formulasi ini akan diajukan
inovasi dan terobosan peningkatan peran kereta api barang. Formulasi tersebut
di antaranya adalah:
1) Pengembangan jaringan prasarana angkutan kereta api barang
2) Pengembangan pelayanan kereta api barang
3) Pengalihan angkutan barang dari moda jalan ke angkutan kereta api barang
Perumusan berbagai kebijakan, strategi dan langkah-langkah di antaranya:
1) Mempercepat realisasi double track, bahkan double-double track di ruas
jaringan rel tertentu
2) Membuka jaringan prasaran baru ke berbagai lokasi potensial
3) Peremajaan atau penggantian prasarana yang sudah rusak dan tua
4) Waktu penyerahan barang (delivery) singkat, tidak ada tundaan
pergudangan (zero inventory)
5) Biaya angkutan yang lebih murah dibandingkan angkutan jalan
6) Pemberangkatan barang tidak harus sama dengan kereta penumpang
dengan menetapkan GAPEKA yang lebih cermat.
7) Menjaga kualitas barang tidak rusak (zero defect) hingga di tempat
penerimaan barang
8) Tingkat keamanan barang selama proses pengiriman terjamin
9) Pemasaran secara intensif kepada pemilik barang
10) Menghapus Ppn 10 % seperti pada angkutan jalan
11) Membangun kerja sama dengan berbagai instansi
12) Mengutamakan produk dalam negeri
h. Rekomendasi
Mengajukan usulan strategi, langkah-langkah dan program pengembangan dan
peningkatan jaringan prasarana dan pelayanan kereta api barang untuk
mengurangi beban angkutan jalan.
Secara lebih rinci kegiatan yang dilaksanakan adalah:
1. Melakukan inventarisasi
Prasarana jaringan kereta api barang meliputi:
a. Panjang jalan rel kereta api pada setiap lokasi studi (DAOP):
1) Panjang rel tipe R.32
2) Panjang rel tipe R.42
3) Panjang rel tipe R.50
4) Panjang rel tipe R.54
5) Panjang rel tipe R.60
b. Panjang jalan rel keretaapi barang yang menggunakan bantalan:
1) Panjang jalan rel kereta api barang yang menggunakan bantalan besi
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-11
2) Panjang jalan rel kereta api barang yang menggunakan bantalan beton
3) Panjang jalan rel kereta api barang yang menggunakan bantalan kayu
c. Panjang jalan rel kereta api barang yang menggunakan pandrol/ pengikat/
penambat dengan jenis sebagai berikut:
1) Panjang jalan rel kereta api barang yang menggunakan penambat kaku:
a) Panjang jalan rel kereta api barang yang menggunakan tirpon
b) Panjang jalan rel kereta api barang yang menggunakan mur
c) Panjang jalan rel kereta api barang yang menggunakan baut
2) Panjang jalan rel kereta api barang yang penambat elastik:
a) Panjang jalan rel kereta api barang yang menggunakan penambat
elastik tunggal
b) Panjang jalan rel kereta api barang yang menggunakan penambat
elastik ganda
d. Rata-rata lebar sebidang tanah/ untuk tumpuan jalan rel kereta api barang
e. Jumlah, panjang dan lebar jembatan di sepanjang jalan rel kereta api barang:
1) Jumlah, panjang dan lebar jembatan terbuat dari besi/ baja di sepanjang
jalan rel kereta api barang
2) Jumlah, panjang dan lebar jembatan terbuat dari kayu di sepanjang jalan
rel kereta api barang
3) Jumlah, panjang dan lebar Jembatan terbuat dari beton di sepanjang jalan
rel kereta api barang
4) Jumlah, panjang dan lebar gorong-gorong di sepanjang jalan rel kereta
api barang yang meliputi:
a) Jumlah, panjang dan lebar gorong-gorong terbuat dari besi/ baja di
sepanjang jalan rel kereta api barang
b) Jumlah, panjang dan lebar gorong-gorong terbuat dari kayu di
sepanjang jalan rel kereta api barang
c) Jumlah, panjang dan lebar gorong-gorong terbuat dari beton
disepanjang jalan rel kereta api barang
d) Jumlah, lebar dan panjang terowongan di sepanjang jalan rel kereta
api barang
f. Jumlah perlintasan/ pintu perlintasan yang memiliki alat buka dan tutup pada
waktu kereta api melintasi jalan
g. Jumlah perlintasan/ pintu perlintasan yang tidak memiliki alat buka dan tutup
secara otomatis pada waktu kereta api melintasi jalan
h. Jumlah dan luas stasiun kereta api di sepanjang jalan kereta api yang
meliputi:
a) Jumlah dan luas stasiun pemberangkatan
b) Jumlah dan luas stasiun antara di sepanjang jalan rel kereta api barang
c) Jumlah dan luas stasiun tujuan
i. Luas emplasimen/ peron
j. Jumlah dan luas rumah sinyal
k. Jumlah gardu listrik yang berada disepanjang jalan rel kereta api
l. Jumlah persinyalan di sepanjang jalan rel kereta api barang
m. Jumlah wesel
n. Jumlah telekomunikasi
Pelayanan kereta api barang meliputi:
a. Jumlah dan luas gudang barang
b. Jumlah dan luas lapangan penumpukan
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-12
c. Jumlah dan luas tempat bongkar muat barang
d. Jumlah Langsiran gerbong barang
e. Luas parkir kendaraan angkutan barang
f. Jumlah crane/ alat bongkar muat
g. Jumlah timbangan barang
h. Jumlah security/ keamanan
i. Jumlah gerbong barang meliputi:
1) Jumlah gerbong terbuka
2) Jumlah gerbong tertutup
3) Jumlah gerbong curah
4) Jumlah gerbong datar (untuk petikemas)
5) Jumlah gerbong ketel (BBM)
j. Jumlah lokomotif meliputi:
1) Jumlah lokomotif diesel elektrik
2) Jumlah lokomotif diesel hidrolik
k. Jumlah GAPEKA (Grafik Perjalanan Kereta Api)
l. Jumlah semboyan meliputi:
1) Jumlah semboyan di jalan
2) Jumlah semboyan di stasiun kereta api
m. Jumlah depo pemeliharaan lokomotif
n. Jumlah depo pemeliharaan gerbong barang
o. Luas tempat muat barang curah dan batu bara
p. Jumlah dan luas scowing (tempat pemeriksaan habis dinas)
q. Jumlah conveyor (tempat untuk angkat barang batu bara/ pupuk/ semen)
r. Jumlah forklift
s. Jumlah crew kereta api (masinis, kondektur, pelayanan rem)
Prasarana angkutan barang moda jalan:
a. Panjang jenis jalan meliputi:
1) Panjang jalan kelas I
2) Panjang jalan kelas II
3) Panjang jalan kelas III A
4) Panjang jalan kelas III B
5) Panjang jalan kelas III C
b. Jumlah dan luas terminal barang
c. Jumlah dan jenis fasilitas parkir
d. Jumlah dan jenis rambu-rambu
e. Jumlah angkutan barang meliputi:
1) Jumlah angkutan barang umum
2) Jumlah angkutan barang berbahaya
3) Jumlah angkutan barang khusus
4) Jumlah angkutan petikemas
5) Jumlah angkutan alat-alat berat
2. Melakukan identifikasi
Prasarana jaringan kereta api barang meliputi:
a. Kondisi jalan rel kereta api pada setiap loaksi studi (DAOP):
1) Kondisi rel tipe R.32
2) Kondisi rel tipe R.42
3) Kondisi rel tipe R.50
4) Kondisi rel tipe R.54
5) Kondisi Rel tipe R.60
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-13
b. Kondisi jalan rel kereta api barang yang menggunakan bantalan:
1) Kondisi jalan rel kereta api barang yang menggunakan bantalan besi
2) Kondisi jalan rel kereta api barang yang menggunakan bantalan beton
3) Kondisi jalan rel kereta aping barang yang menggunakan bantalan kayu
c. Kondisi jalan rel kereta api barang yang menggunakan pandrol/ pengikat/
penambat dengan jenis sebagai berikut:
1) Kondisi jalan rel kereta api barang yang menggunakan penambat kaku:
a) Kondisi jalan rel kereta api barang yang menggunakan tirpon
b) Kondisi jalan rel kereta api barang yang menggunakan mur
c) Kondisi jalan rel kereta api barang yang menggunakan baut
2) Kondisi jalan rel kereta api barang yang penambat elastik:
a) Kondisi jalan rel kereta api barang yang menggunakan penambat
elastik tunggal
b) Kondisi jalan rel kereta api barang yang menggunakan penambat
elastik ganda
d. Kondisi sebidang tanah/ untuk tumpuan jalan rel kereta api barang
e. Kondisi jembatan di sepanjang jalan rel kereta api barang:
1) Kondisi jembatan terbuat dari besi/ baja di sepanjang jalan rel kereta api
barang
2) Kondisi jembatan terbuat dari kayu di sepanjang jalan rel kereta api
barang
3) Kondisi jembatan terbuat dari beton di sepanjang jalan rel kereta api
barang
f. Kondisi gorong-gorong di sepanjang jalan rel kereta api barang:
1) Kondisi gorong-gorong terbuat dari besi/ baja di sepanjang jalan rel
kereta api barang
2) Kondisi gorong-gorong terbuat dari kayu di sepanjang jalan rel kereta api
barang
3) Kodisi gorong-gorong terbuat dari beton di sepanjang jalan rel kereta api
barang
g. Kondisi terowongan di sepanjang jalan rel kereta api barang
h. Kondisi perlintasan/ pintu perlintasan yang memiliki alat buka dan tutup
pada waktu kereta api melintasi jalan
i. Kondisi perlintasan/ pintu perlintasan yang tidak memiliki alat buka dan tutup
secara otomatis pada waktu kereta api melintasi jalan
j. Kondisi stasiun kereta api di sepanjang jalan kereta api:
1) Kondisi stasiun pemberangkatan
2) Kondisi stasiun antara di sepanjang jalan rel kereta api barang
3) Kondisi stasiun tujuan
k. Kondisi emplasemen/ peron
l. Kondisi rumah sinyal
m. Kondisi gardu listrik yang berada di sepanjang jalan rel kereta api
n. Kondisi persinyalan di sepanjang jalan rel kereta api barang
o. Kondisi wesel
p. Kondisi telekomunikasi
Pelayanan kereta api barang meliputi:
a. Kondisi gudang barang
b. Kondisi lapangan penumpukan
c. Kondisi tempat bongkar muat barang
d. Kondisi langsiran gerbong barang
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-14
e. Kondisi parkir kendaraan angkutan barang
f. Kondisi crane/ alat bongkar muat
g. Kondisi timbangan barang
h. Kondisi security/ keamanan
i. Kondisi gerbong barang meliputi:
1) Kondisi gerbong terbuka
2) Kondisi gerbong tertutup
3) Kondisi gerbong curah
4) Kondisi gerbong datar (untuk petikemas)
5) Kondisi gerbong ketel (BBM)
j. Kondisi lokomotif:
1) Kondisi lokomotif diesel
2) Kondisi lokomotif hidrolik
k. Kondisi GAPEKA (Grafik Perjalanan Kereta Api)
l. Kondisi semboyan meliputi:
1) Kondisi semboyan di jalan
2) Kondisi semboyan di stasiun kereta api
m. Kondisi depo pemeliharaan lokomotif
n. Kondisi depo pemeliharaan gerbong barang
o. Kondisi tempat muat barang curah dan batu bara
p. Kondisi scowing (tempat pemeriksaan habis dinas)
q. Kondisi conveyor (tempat untuk angkat barang batu bara/ pupuk/ semen)
r. Kondisi forklift
s. Kondisi crew kereta api (masinis, kondektur, pelayanan rem)
Prasarana angkutan barang moda jalan:
a. Kondisi jenis jalan meliputi:
1) Kondisi panjang jalan kelas I
2) Kondisi panjang jalan kelas II
3) Kondisi panjang jalan kelas III A
4) Kondisi panjang jalan kelas III B
5) Kondisi panjang jalan kelas III C
b. Kondisi terminal barang
c. Kondisi jenis fasilitas parkir
d. Kondisi jenis rambu-rambu
e. Kondisi angkutan barang meliputi:
1) Kondisi barang umum
2) Kondisi angkutan barang berbahaya
3) Kondisi angkutan barang khusus
4) Kondisi angkutan petikemas
5) Kondisi angkutan alat-alat berat
3. Melakukan kajian:
a. Kebijakan pusat daerah mengenai jaringan prasarana dan pelayanan angkutan
barang moda jalan dan kereta api barang;
b. Kondisi eksisting kinerja jaringan prasarana dan pelayanan angkutan barang
untuk moda jalan dan kereta api barang;
c. Pemetaan permasalahan jaringan prasarana dan pelayanan angkutan barang
moda jalan dan kereta api barang;
d. Melakukan studi literatur/ benchmarking dari negara lain;
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-15
e. Analisis dan evaluasi upaya pengalihan angkutan barang dengan moda jalan
ke moda kereta api pada saat sekarang dan di masa yang akan datang pada
tahapan waktu tahun 2014, 2019, 2025 dan 2030;
f. Kebutuhan jaringan prasarana dan pelayanan kereta api barang;
g. Evaluasi konsep kebijakan pola jaringan dan simpul pelayanan angkutan
kereta api barang;
d) Perumusan konsep pola jaringan dan simpul pelayanan angkutan kereta api
barang.
B. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Dalam melaksanakan kegiatan “Studi Jaringan Prasaranan dan Pelayanan Kereta Api
Barang Dalam Mengurangi Beban Jalan” dibutuhkan tahapan kegiatan, sehingga prosedur
pelaksanaan kegiatan dapat lebih terarah secara efektif.
Tahapan kegiatan yang perlu dilakukan adalah:
a. Penyusunan riset desain (rancangan penelitian)
b. Penetapan metodologi yang tepat digunakan sebagai perangkat analisis data mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam TOR/ kerangka acuan
c. Penetapan variabel Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang Dalam
Mengurangi Beban Jalan
d. Perumusan kuesioner sebagai perangkat dalam pengumpulan data primer
e. Persiapan untuk pengumpulan data ke lapangan
f. Pengumpulan data primer dan data sekunder ke lokasi studi
g. Melakukan editing, tabulasi, coding data serta klasifikasi permasalahan prasarana
jaringan dan pelayanan kereta api barang dalam mengurangi beban jalan yang
meliputi:
1) Prasarana jaringan kereta api angkutan barang
2) Pelayanan kereta api angkut barang
3) Prasarana moda jalan angkutan barang
4) Pelayanan moda jalan angkutan barang
5) Pemetaan permasalahan jaringan prasarana kereta api angkutan barang
6) Pemetaan permasalahan pelayanan kereta api angkutan barang
7) Pemetaan permasalahan prasarana moda jalan angkutan barang
8) Pemetaan permasalahan pelayanan moda jalan angkutan barang
h. Merumuskan konsep kebutuhan prasarana jaringan kereta api angkutan barang
i. Upaya pengalihan angkutan barang dari moda jalan ke moda kereta api pada saat
sekarang dan masa yang akan datang yaitu dengan tahapan waktu tahun 2014, 2019,
2025 dan 2030.
C. Persiapan
1. Pembahasan TOR
Ketua Tim melakukan koordinasi terhadap para tenaga ahli termasuk para asisten
tenaga ahli untuk pembahasan TOR/Kerangka Acuan sebagai acuan pelaksanaan
kegiatan studi. Dalam hal ini, juga dilakukan pembagian tugas kepada masing–
masing tenaga ahli sesuai dengan kompotensi yang dimiliki.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-16
2. Pengumpulan Peraturan Perundang-Undangan dan Perumusan Lingkup Kegiatan
serta Metodologi
Peraturan perundang-undangan yang dikumpulkan adalah terkait dengan prasarana
jaringan kereta api barang dan moda jalan meliputi:
a. Prasarana jaringan kereta api barang:
1) Pengembangan jaringan kereta api barang sebagai angkutan barang
2) Pengembangan pelayanan kereta api barang
b. Prasarana moda jalan angkutan barang:
1) Pengembangan moda jalan angkutan barang
2) Pengembangan pelayanan moda jalan angkutan barang
c. Pengalihan angkutan barang dari moda jalan ke angkutan kereta api barang
3. Kuesioner
Dalam perumusan kuesioner akan dikelompokkan pada dua bagian yaitu untuk
prasarana jaringan dan pelayanan kereta api barang dan prasarana serta pelayanan
moda jalan angkutan barang. Substansi masing-masing kuesioner secara makro
adalah:
a. Kuesioner prasarana jaringan dan pelayanan kereta api barang
Substansi kuesioner menggambarkan:
1) Kondisi prasarana jaringan kereta api barang
2) Kondisi pelayanan kereta api barang
3) Perkembangan jumlah barang melalui angkutan kereta api barang
4) Permasalahan pasarana jaringan kereta api barang
5) Permasalahan pelayanan kerata api barang
b. Kuesioner untuk moda jalan angkutan barang meliputi:
1) Kondisi moda jalan angkutan barang
2) Kondisi pelayanan moda jalan angkutan barang
3) Perkembangan jumlah barang melalui moda jalan
4) Permasalahan pasarana moda jalan angkutan barang
5) Permasalahan pelayanan moda jalan angkutan barang
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan beberapa tahapan yaitu;
1. Tahap pertama meliputi:
a. Persiapan administrasi dan tenaga untuk pengumpulan data ke lokasi studi
b. Seleksi kuesioner sebagai bahan pengumpulan data ke lapangan
c. Penetapan data sekunder yang diperoleh dari lokasi studi
2. Tahap kedua meliputi:
a. Melakukan wawancara ke beberapa responeden terutama tentang prasarana
jaringan kereta api barang dan pelayanan kereta api barang serta moda jalan
angkutan barang
b. Pengumpulan data sekunder ke beberapa instansi terkait
3. Tahap ketiga:
a. Melakukan editing, coding, klasifikasi data dan permasalahan prasarana jaringan
kereta api barang
b. Melakukan editing, coding, klasifikasi data dan permasalahan pelayanan kereta
api barang
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-17
c. Melakukan editing, coding, klasifikasi data dan permasalahan moda jalan
angkutan barang
d. Melakukan editing, coding, klasifikasi data dan permasalahan pelayanan moda
jalan angkutan barang
e. Pemetaan permasalahan prasarana jaringan kereta api barang
f. Pemetaan permasalahan pelayanan kereta api barang
g. Pemetaan permasalahan moda jalan angkutan barang
h. Pemetaan permasalahan pelayanan moda jalan angkutan barang
i. Melakukan kajian meliputi;
1) Prasarana jaringan dan pelayanan kereta api barang
a) Kondisi prasarana jaringan kereta api barang
b) Kondisi pelayanan kereta api barang
c) Perkembangan jumlah barang melalui angkutan kereta api barang
d) Permasalahan pasarana jaringan kereta api barang
e) Permasalahan pelayanan kereta api barang
f) Keunggulan dan kelemahan penggunaan angkutan kereta api barang
g) Efisiensi dan efektivitas penggunaan angkutan kereta api barang
h) Kebutuhan prasarana jaringan kereta api barang
i) Kebutuhan pelayanan kereta api barang
j) Pengalihan angkutan barang dari moda jalan ke kereta api barang
2) Prasarana moda jalan dan pelayanan angkutan barang meliputi:
a) Kondisi moda jalan angkutan barang
b) Kondisi pelayanan moda jalan angkutan barang
c) Perkembangan jumlah barang melalui moda jalan
d) Permasalahan pasarana moda jalan angkutan barang
e) Permasalahan pelayanan moda jalan angkutan barang
f) Keunggulan dan kelemahan penggunaan moda jalan angkutan barang
g) Efisiensi dan efektivitas penggunaan moda jalan angkutan barang
j. Perumusan konsep kebijakan pola jaringan dan simpul pelayanan angkutan
kereta api barang
E. Lokasi Studi
Lokasi studi difokuskan:
1. Cirebon
2. Semarang
3. Purwokerto
4. Yogyakarta
5. Surabaya
6. Medan
F. Sumber dan Jenis Data yang Dibutuhkan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, data yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan
dan merumuskan maksud dan tujuan adalah data primer dan data sekunder, data primer
diperoleh secara langsung dari beberapa responden di lokasi studi. Rincian kebutuhan
data serta responden yang dijadikan sebagai sumber data primer adalah;
1. Pengusaha yang menggunakan angkutan kereta api barang
Dalam hal ini, data primer yang diperlukan adalah;
a. Kelemahan menggunakan kereta api barang
b. Keunggulan menggunakan kereta api barang
c. Eefektivitas menggunakan kereta api barang
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-18
d. Efisiensi menggunakan kereta api barang
e. Permasalahan menggunakan kereta api barang
2. Pengusaha yang menggunakan moda jalan angkutan barang
Dalam hal ini data primer yang diperlukan adalah:
a. Kelemahan menggunakan moda jalan angkutan barang
b. Keunggulan menggunakan moda jalan angkutan barang
c. Eefektivitas menggunakan moda jalan angkutan barang
d. Efisiensi menggunakan moda jalan angkutan barang
e. Permasalahan menggunakan moda jalan angkutan barang
3. Pejabat dan/ atau staf yang berkompoten di Dinas Perhubungan
Dalam hal ini data primer yang dibutuhkan adalah:
a. Kelemahan menggunakan kereta api barang
b. Keunggulan menggunakan kereta api barang
c. Eefektivitas menggunakan kereta api barang
d. Efisiensi menggunakan kereta api barang
e. Permasalahan menggunakan kereta api barang
f. Kelemahan menggunakan moda jalan angkutan barang
g. Keunggulan menggunakan moda jalan angkutan barang
h. Eefektivitas menggunakan moda jalan angkutan barang
i. Efisiensi menggunakan moda jalan angkutan barang
j. Permasalahan menggunakan moda jalan angkutan barang
4. Pejabat dan/ atau staf stasiun kereta api barang
Data primer yang diperlukan adalah:
a. Kelemahan menggunakan kereta api barang
b. Keunggulan menggunakan kereta api barang
c. Eefektivitas menggunakan kereta api barang
d. Efisiensi menggunakan kereta api barang
e. Permasalahan menggunakan kereta api barang
Data sekunder diperoleh dari:
1. Stasiun kereta api barang
Data yang dibutuhkan meliputi:
a. Perkembangan jumlah barang melalui angkutan kereta api barang dalam beberapa
tahun terakhir
b. Ketersediaan pelayanan angkutan barang
c. Kebijakan pelayanan angkutan
d. Jenis barang melalui kereta api barang
2. Dinas Perhubungan
Data yang dibutuhkan adalah:
a. Kebijakan penggunaan kereta api barang
b. Kebijakan pengembangan prasarana jaringan kereta api barang
c. Kebijakan pengembangan pelayanan kereta api barang
d. Perkembangan jumlah angkutan barang melalui kereta api barang dalam beberapa
tahun terakhir
e. Kebijakan penggunaan moda jalan angkutan barang
f. Perkembangan jumlah angkutan barang melalui moda jalan angkutan barang
3. Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Data yang dibutuhkan adalah;
a. Kebijakan penggunaan kereta api barang
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-19
b. Kebijakan pengembangan prasarana jaringan kereta api barang
c. Kebijakan pengembangan pelayanan kereta api barang
d. Perkembangan jumlah angkutan barang melalui kereta api barang dalam beberapa
tahun terakhir
4. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Data yang dibutuhkan adalah:
a. Kebijakan penggunaan moda jalan angkutan barang
b. Kebijakan pengembangan prasarana moda jalan angkutan barang
c. Kebijakan pengembangan pelayanan moda jalan angkutan barang
d. Perkembangan jumlah angkutan barang melalui moda jalan angkutan barang
dalam beberapa tahun terakhir
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dan informasi berkaitan dengan jaringan prasarana dan
pelayanan kereta api barang dalam mengurangi beban jalan diperlukan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu sebagai berikut;
1. Wawancara
Ada 2 (dua) teknik yang perlu dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur ( Subagiyo, 2011: 138 ). Di dalam
menggunakan wawancara terstruktur, sebelumnya telah dirumuskan kuesioner
sebagai pedoman bagi responden dalam memberikan jawaban. Tentunya bentuk
pertanyaannya ada yang bersifat tertutup dan ada yang terbuka. Dalam bentuk
pertanyaan yang sifatnya tertutup, responden diperkenankan hanya memilih salah
satu bentuk jawaban yang telah tersedia. Sementara dalam wawancara tidak
terstruktur, surveyor bebas mengajukan pertanyaan, namun sebelumnya surveyor
sudah memiliki garis-garis besar menjadi dasar diskusi dan / atau pertanyaan
menyangkut “permasalahan jaringan prasarana dan pelayanan kereta api barang
dalam mengurangi beban jalan”. Dua teknik wawancara ( wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur) akan diterapkan untuk mengetahui kondisi jaringan
prasarana dan pelayanan kereta api barang dan sejauh mana efektivitas dan efisiensi
penggunaan kereta api barang.
2. Kuesioner
Sebelum melakukan pengumpulan data dan informasi ke beberapa respoden, langkah
pertama yang perlu dirumuskan adalah merumuskan kuesioner. Di dalam kuesioner
akan diformulasikan beberapa pertanyaan yang sifatnya tertutup maupun terbuka
yang ada kaitannya untuk mengetahui kondisi jaringan prasarana dan pelayanan
kereta api barang serta efektivitas dan efisiensi penggunaan kereta api barang. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah responden dan surveyor dalam berdiskusi secara
tatap muka (face to face) maupun di dalam membahas suatu permasalahan
pelaksanaan kereta api barang. Tentunya, dalam hal ini sebelumnya surveyor sudah
mengetahui arah penggunaan jaringan prasarana dan pelayanan angkutan kereta api
barang. Dengan pendekatan semacam ini akan lebih mempermudah mengetahui
bagaimana kondisi jaringan prasarana dan pelayanan kereta api barang. Hasil diskusi
dan/ atau wawancara dengan responden akan dijadikan sebagai masukan dalam
perumusan konsep pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan kereta api
barang, sehingga beban jalan akan dapat dikurangi.
Tetapi perlu diperhatikan, sebelum merumuskan kuesioner atau angket maka harus
ditetapkan terlebih dahulu beberapa hal yang meliputi:
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-20
a. Tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner
b. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner
c. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik
d. Berdasarkan sub variabel, selanjutnya dususunlah instrument atau kuesioner
sebagai perangkat pengumpulan data di lapangan
Dengan penetapan 4 (empat) faktor tersebut di atas, maka kuesioner yang telah
disusun akan lebih baik mengakomodir data-data yang diperlukan.
3. Observasi
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu: observasi berperan serta (participant observation) dan observasi
nonpartisipan (non participant observation). Dari segi instrumentasi, observasi yang
digunakan adalah observasi terstruktur dan tidak terstruktur (Subagiyo, 2011:145). Di
antara jenis observasi tersebut, yang akan digunakan adalah observasi nonpartisipan,
dimana dalam hal ini surveyor hanya sebagai pengamat independen. Surveyor
mengamati dan mencatat data fenomena, serta kelengkapan dan permasalahan yang
meliputi:
a. Jaringan prasarana kereta api barang
b. Kondisi jaringan prasarana kereta api barang
c. Kelengkapan pelayanan kereta api barang
d. Kondisi pelayanan kereta api barang
4. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data dan informasi dari
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat agenda, buku laporan dan
sebagainya yang berkaitan dengan SPM bidang perhubungan yang dilaksanakan di
daerah. Data tersebut dapat diperoleh dari beberapa literatur berupa arsip, buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil/ hukum, makalah, laporan dan lain-lain yang
berhubungan dengan topik kegiatan yang menjadi penyelidikan. Dalam konteks
kegiatan ini, tentunya yang menjadi penyelidikan adalah untuk mengetahui kondisi
jaringan prasarana dan pelayanan kereta api barang, sehingga mobilisasi angkutan
barang sebagian dapat dialihkan kepada angkutan kereta api barang, sehingga beban
moda jalan akan dapat dikurangi.
H. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Dari segi wilayah, populasinya relatif banyak meliputi
berbagai Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Karena itu, dengan keterbatasan waktu, maka
yang menjadi fokus kajian sesuai dengan TOR atau Kerangka Acuan, maka telah
ditetapkan beberapa lokasi yaitu;
1. Cirebon
2. Semarang
3. Purwokerto
4. Yogyakarta
5. Surabaya
6. Medan
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-21
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, dinamakan penelitian sampel
apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Suharsimi
Arikunto, 2010: 174). Sementara menurut Sugiyono, 2011: 80, sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Lebih lanjut ditegaskan,
bila populasi besar peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi
karena keterbatasan waktu. Demikian halnya dalam kajian ini, seperti telah dijelaskan
sebelumnya dari segi wilayah atau lokasi studi sudah ditetapkan dalam TOR/ Kerangka
Acuan. Namun pada setiap lokasi yang telah ditetapkan beberapa sebagai responden
terutama:
1. Pengusaha yang menggunakan angkutan kereta api barang
Dalam hal ini, data primer yang diperlukan adalah;
a. Kelemahan menggunakan kereta api barang
b. Keunggulan menggunakan kereta api barang
c. Eefektivitas menggunakan kereta api barang
d. Efisiensi menggunakan kereta api barang
e. Permasalahan menggunakan kereta api barang
2. Pengusaha yang menggunakan moda jalan angkutan barang
Dalam hal ini data primer yang diperlukan adalah:
a. Kelemahan menggunakan moda jalan angkutan barang
b. Keunggulan menggunakan moda jalan angkutan barang
c. Eefektivitas menggunakan moda jalan angkutan barang
d. Efisiensi menggunakan moda jalan angkutan barang
e. Permasalahan menggunakan moda jalan angkutan barang
3. Pejabat dan/ atau staf yang berkompeten Dinas Perhubungan
Dalam hal ini data primer yang dibutuhkan adalah:
a. Kelemahan menggunakan kereta api barang
b. Keunggulan menggunakan kereta api barang
c. Eefektivitas menggunakan kereta api barang
d. Efisiensi menggunakan kereta api barang
e. Permasalahan menggunakan kereta api barang
f. Kelemahan menggunakan moda jalan angkutan barang
g. Keunggulan menggunakan moda jalan angkutan barang
h. Eefektivitas menggunakan moda jalan angkutan barang
i. Efisiensi menggunakan moda jalan angkutan barang
j. Permasalahan menggunakan moda jalan angkutan barang
4. Pejabat dan/ atau staf stasiun kereta api barang
Data primer yang diperlukan adalah:
a. Kelemahan menggunakan kereta api barang
b. Keunggulan menggunakan kereta api barang
c. Eefektivitas menggunakan kereta api barang
d. Efisiensi menggunakan kereta api barang
e. Permasalahan menggunakan kereta api barang
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-22
Tabel 3.1 Data primer Jenis Data Sumber Data Cara Peroleh Data
- Prasarana Jaringan kereta
api barang
- Pelayanan angkutan
kereta api barang
- Perkembangan jumlah
angkutan barang melalui
kereta api
- Prasarana moda jalan
angkutan barang
- Pelayanan moda jalan
angkutan barang
- Perkembangan jumlah
barang melalui moda
jalan
- DAOP I s/d IX
- Ditjen Perkeretaapian
- Ditjen Perkeretaapian
- Ditjen Pehubungan
Darat
- Ditjen Perhubungan
Darat
- Ditjen Perhubungan
- Observasi/ wawancara,
pengukuran
- Observasi/ wawancara
- Wawancara
- Observasi
- Observasi/ wawancara
- Wawancara
Tabel 3.2 Data sekunder
Jenis data Sumber Data Cara Peroleh Data
- Data jaringan prasarana
angkutan kereta api
- Data jaringan prasarana
jalan, angkutan barang
- Standar prasarana jaringan
KA barang
- Pelayanan KA barang
- Jaringan prasarana dan
pelayanan KA barang
beberapa Negara
- Peraturan Perundang-
Undangan kereta api dan
angkutan jalan
- Kebijakan jaringan
prasarana dan pelayanan KA
barang dan angkutan jalan
- Ditjen Perkeretaapian
Kementerian Perhub.
- Kementeria PU
- PT. KA, Ditjen
perkeretaapian
- PT. KA, BPS
- Beberapa Negara
- Pejabat di pusat dan
daerah
- Pejabat di pusat dan
daerah
- Wawancara/ observasi
- Wawancara
- Wawancara
- Wawancara/ observasi
- Internet/ benchmarking
- Wawancara
- Wawancara
I. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel, dan teknik sampling
meliputi 2 (dua) bagian yaitu probability sampling dan non probability sampling
(Sugiyono,2011:81). Dalam hal ini, yang digunakan adalah probability sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampling. Probability sampling yang digunakan
adalah Simple Random Sampling artinya pengambilan anggota sampel dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam pupulasi, dan cara yang demikian ini
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogeny (Sugiyono, 2011;81). Demikian
halnya dilakukan, di dalam penetapan sampling di lokasi studi terutama untuk
mendapatkan data primer dari responden instansi terkait seperti telah dijelaskan
sebelumnya.
Dalam penelitian ini, tidak semua pengusaha, pejabat atau staf dijadikan sebagai
responden, melainkan para pengusaha, pejabat atau staf yang mengetahui seluk beluk
permasalahan jaringan prasarana dan pelayanan kereta api barang. Menurut W. Gulo
(2000:117) sampel adalah sering disebut “contoh”, yaitu himpunan bagian (subset) dari
suatu populasi dan menurut Suharsimi Arikunto (2006; 117) sampel adalah sebagian atau
wakil populasi. Sedangkan teknik sampling (Subagiyo, 2007:62) adalah teknik
pengambilan sampel. Cara pengambilan sampel tanpa melibatkan seluruh objek penelitian
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-23
(populasi). Tujuan sampling adalah untuk menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Namun
sampling harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan populasi yang
sebenarnya. Di lain pihak, data dan informasi terkait dengan jaringan prasarana dan
pelayanan kereta api barang dapat terhimpun.
J. Teknik Penentuan Jumlah Sampel/ Responden
Menjadi alternatif penentuan sampel/ responden adalah sebagai berikut.
1. Menurut pendapat Roscoe (1982; 253) dalam bukunya Sugiyono (2008:129) bahwa
ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500
responden. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan menggunakan sampel 50
responden. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Frankel dan Wallen (Lerbin R.
Aritonang R, 2005:132) yang mengatakan bahwa untuk penelitian deskreptif, sampel
sebanyak 50 subjek tergolong esensial. Sedangkan pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan seperti dijelaskan sebelumnya dengan teknik acak sederhana
atau sampel random sampling. Jumlah sampel yang telah ditetapkan akan digunakan
pada setiap objek penelitian. Misalnya, untuk pengusaha, pejabat dan/ atau staf
stasiun, pejabat dan/ atau staf Dinas Perhubungan akan diambil masing-masing
sebanyak 50 orang pada setiap objek penelitian. Misalnya, untuk pelayanan kereta api
objek penelitian terdiri dari; pergudangan, lapangan penumpukan, parkir kendaraan,
jalan rel dan sebagainya akan diambil masing-masing sebanyak 50 orang responden.
Dengan demikian jumlah responden akan lebih banyak dan tergantung pada objek
penelitian yang akan dilakukan.
2. Metode Penetapan Jumlah Sampel Berdasarkan Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Kep/25/M.Pan/2/2004 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan pengguna jasa prasarana dan
pelayanan kereta api barang
Jumlah responden yang dipilih dilakukan secara acak dan ditentukan sesuai dengan
cakupan wilayah masing-masing unit pelayanan. Teknis penetapan jumlah responden
ditentukan terlebih dahulu berdasarkan jumlah unsur pertanyaan. Misalnya jumlah
unsur pertanyan adalah 10, maka jumlah responden pada pada pelayanan angkutan
AKDP misalnya, adalah jumlah unsur pertanyaan ditambah 1 dikali 10, sehingga
menghasilkan jumlah responden 110 orang. Atau secara singkat adalah sebagai
berikut;
(Jumlah unsur pertanyaan + 1) x 10 =
Jadi jumlah responden = (10 + 1) x 10 = 110 responden. Artinya, semakin banyak
jumlah pertanyaan, maka jumlah responden akan semakin banyak.
K. Metode dan Pendekatan Analisis
Metode yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan jaringan prasarana dan pelayanan
kereta api barang dan beban moda jalan angkutan barang adalah sebagai berikut;
1. Metode kuantitatif dan kualitatif
Metode kualitatif adalah suatu metode kajian kebutuhan jaringan prasarana dan
pelayanan kereta api secara deskrepsi dengan pendekatan demand dan suplai.
Pendekatan demand maksudnya dalam hal ini, adalah dengan melihat trend
perkembangan kuantitas jumlah angkutan barang melalui kereta api barang yang
berdampak pada trend demand prasarana jaringan dan pelayanan kereta api barang.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-24
Sementara pendekatan suplai adalah menyediakan jaringan prasarana dan sarana
pelayanan kereta api barang sesuai dengan tend barang melalui angkutan kereta api
barang. Dalam penggunaan metode kualitatif juga akan dijelaskan faktor-faktor yang
perlu dikembangkan sesuai dengan trend demand angkutan kereta api barang.
Sementara metode kuantitatif adalah memfomulasikan data dalam bentuk tabel dan
grafik sehingga mempermudah melihat kebutuhan jaringan prasarana dan pelayanan
kereta api barang.
2. Metode kecepatan arus bebas dan faktor koreksi kapasitas arus bebas
Dalam banyak kajian transportasi, beberapa pendekatan sederhana digunakan;
hubungan kecepatan dan arus didapat untuk beberapa jenis jalan dan diterapkan untuk
setiap jalan.Menurut IHCM (1997), kecepatan arus bebas dapat dihitung dengan
persamaan berikut ini.
FV = (FV0 + FVW ) x FFVSF x FFVCS (km/jam)
FV : kecepatan arus bebas untuk kendaraan ringan (km/jam)
FV0 : kecepatan arus bebas dasar untuk kendaraan ringan (km/jam)
FVW : faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat lebar jalan
FFVSF : faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat kondisi gangguan samping
FFVCS :faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
Kecepatan arus bebas dasar FV0 ditentukan berdasarkan tipe jalan dan jenis
kendaraan seperti terlihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Kecepatan Arus Bebas Dasar FV0
Secara umum kendaraan ringan memiliki kecepatan arus bebas dasar lebih tinggi
daripada kendaraan berat dan sepeda motor. Jalan berpembatas median memiliki
kecepatan arus bebas dasar lebih tinggi daripada jalan tanpa pembatas median.Untuk
jalan berlajur lebih dari 8, kecepatan arus bebas dasarnya sama dengan jalan berlajur
6. Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat lebar jalan (FVW) ditentukan
berdasarkan tipe jalan dan lebar jalan efektif (We) (lihat Tabel 3.4).
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-25
Tabel 3.4 Faktor Koreksi Kapasitas Arus Bebas akibat Lebar Jalan FVW
Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat hambatan samping ditentukan
berdasarkan tipe jalan, tingkat gangguan samping, lebar bahu jalan efektif (WS) atau
jarak kereb ke penghalang (lihat Tabel 3.5 untuk jalan yang mempunyai bahu jalan
dan Tabel 3.5 untuk jalan yang mempunyai kereb).
Tabel 3.5 Faktor Koreksi Kecepatan Arus Bebas akibat gangguan samping FVSF
Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat gangguan samping (FVSF) untuk ruas
jalan yang mempunyai kereb didasarkan pada jarak antara kereb dengan gangguan
pada sisi jalan (WK) serta tingkat gangguan samping (lihat Tabel 3.6).
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-26
Tabel 3.6 Faktor Koreksi Kecepatan Arus Bebas akibat gangguan samping FVSF
untuk jalan kereb
Faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 6 lajur dapat dihitung dengan
menggunakan faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 4 lajur dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
FFV6,SF : faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 6 lajur
FFV4,SF : faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 4 lajur
Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat ukuran kota (FFVCS) dapat dilihat pada
Tabel 3.7 dimana faktor koreksi tersebut merupakan fungsi dari jumlah penduduk
kota.
Tabel 3.7 Faktor Koreksi Kecepatan Arus Bebas akibat ukuran Kota FFVCS
Kecepatan arus bebas yang didapat dari persamaan hanya berlaku untuk kendaraan
ringan. Untuk jenis kendaraan lain (misalnya kendaraan berat), kecepatan arus bebas
dapat dihitung dengan prosedur berikut:
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-27
1. Hitung total nilai faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk kendaraan ringan
dengan persamaan berikut.
FFV = FV0 − FV (km/jam)
FFV : total nilai faktor koreksi kecepatan arus bebas (km/jam)
FV0 : kecepatan arus bebas dasar untuk kendaraan ringan (km/jam)
FV : kecepatan arus bebas untuk kendaraan ringan (km/jam)
2. Hitung kecepatan arus bebas untuk jenis kendaraan berat dengan persamaan
berikut.
FVHV = FVHV,0 − FFV x FVHV,0 /FV0 (km/jam)
FVHV : kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat (km/jam)
FVHV0 : kecepatan arus bebas dasar untuk kendaraan berat (km/jam)
Untuk sebuah sistem jaringan jalan, kapasitas arus lalu lintas berbeda berkaitan
dengan adanya pembatas tengah/median sehingga dalam perhitungan kapasitas,
keduanya dibedakan. Untuk ruas jalan berpembatas median, kapasitas dihitung
terpisah untuk setiap arah, sedangkan untuk ruas jalan tanpa pembatas median,
kapasitas dihitung untuk kedua arah. Persamaan umum untuk menghitung kapasitas
suatu ruas jalan menurut metode Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM,
1997) untuk daerah perkotaan adalah sebagai berikut.
C = C0xFCWxFCSPxFCSFxFCCS (smp/jam)
Dimana,
C : kapasitas (smp/jam)
C0 : kapasitas dasar (smp/jam)
FCW : faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan
FCSP : faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (tidak berlaku untuk jalan
satu arah)
FCSF : faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping
FCCS : faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
Kapasitas dasar C0
Kapasitas dasar C0 ditentukan berdasarkan tipe jalan sesuai dengan nilai yang tertera
pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Kapasitas Dasar C0
Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (FCSP)
Faktor koreksi FCSP ini dapat dilihat pada Tabel 3.9 Penentuan faktor koreksi untuk
pembagian arah didasarkan pada kondisi arus lalu lintas dari kedua arah atau untuk
jalan tanpa pembatas median.
Untuk jalan satu arah dan/atau jalan dengan pembatas median, faktor koreksi
kapasitas akibat pembagian arah adalah 1,0.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-28
Tabel 3.9 Faktor Koreksi akibat Pembagian Arah
Faktor koreksi kapasitas akibat lebar jalan (FCW)
Faktor koreksi FCSP ditentukan berdasarkan lebar jalan efektif yang dapat dilihat
pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Faktor Koreksi Kapasitas akibat Lebar Jalan
Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping (FCSF)
Faktor koreksi untuk ruas jalan yang mempunyai bahu jalan didasarkan pada lebar
bahu jalan efektif (WS) dan tingkat gangguan samping yang penentuan klasifikasinya
dapat dilihat pada tabel 3.18. Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping
(FCSF) untuk jalan yang mempunyai bahu jalan dapat dilihat pada Tabel 3.11.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-29
Tabel 3.11 Klasifikasi gangguan samping
Tabel 3.12 Faktor Koreksi akibat gangguan samping dengan bahu jalan
Faktor koreksi kapasitas untuk gangguan samping untuk ruas jalan yang mempunyai
kereb dapat dilihat pada Tabel 3.13 yang didasarkan pada jarak antara kereb dan
gangguan pada sisi jalan (WK) dan tingkat gangguan samping.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-30
Tabel 3.13 Faktor Koreksi Kapasitas akibat gangguan samping untuk kereb
Faktor koreksi kapasitas untuk jalan 6 (enam )lajur dapat diperkirakan dengan
menggunakan faktor koreksi kapasitas untuk jalan 4 (empat) lajur dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
FC6,SF : faktor koreksi kapasitas untuk jalan 6 lajur
FC4,SF : faktor koreksi kapasitas untuk jalan 4 lajur
Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (FCCS)
Faktor koreksi FCCS dapat dilihat pada Tabel 3.14 dan faktor koreksi tersebut
merupakan fungsi dari jumlah penduduk kota.
Tabel 3.14 Faktor Koreksi akibat Ukuran Kota
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa gangguan samping akan sangat
mempengaruhi kapasitas ruas jalan. Salah satu bentuk gangguan samping yang paling
banyak dijumpai di daerah perkotaan adalah kegiatan perparkiran yang menggunakan
badan jalan.
“Studi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Kereta Api Barang
Dalam Mengurangi Beban Jalan”
Laporan Akhir III-31
Lebar jalan yang tersita oleh kegiatan perparkiran (termasuk lebar manuver) tentu
mengurangi kemampuan jalan tersebut dalam menampung arus kendaraan yang
lewat, atau dengan perkataan lain, kapasitas jalan tersebut akan berkurang (penurunan
kapasitas jalan bukan saja disebabkan oleh pengurangan lebar jalan tetapi juga oleh
proses kegiatan kendaraan masuk dan keluar petak parkir). Semakin besar sudut
parkir kendaraan, semakin besar pula pengurangan kapasitas jalannya.
Sumber : LP-ITB 1998
Gambar 3.4 Hubungan Kapasitas Jumlah Lajur dengan Sudut parkir Berbeda-beda