a b s t r a kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/pb_rpjmn__20jan.pdf · pelaksanaan rpjp nasional...

10

Upload: others

Post on 31-May-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: A B S T R A Kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/PB_RPJMN__20Jan.pdf · Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan
Page 2: A B S T R A Kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/PB_RPJMN__20Jan.pdf · Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan

A B S T R A K

Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh segenap komponen bangsa guna

mencapai tujuan bernegara. Dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional tersebut, diperlukan

adanya perencanaan pembangunan nasional yang ditujukan agar kegiatan pembangunan berjalan

efektif, efisien, dan tepat sasaran. Selanjutnya, agar dapat disusun perencanaan pembangunan

nasional yang dapat menjamin tercapainya tujuan Negara maka diperlukan adanya sistem

perencanaan pembangunan nasional, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004. Undang-undang tersebut mendefinisikan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

sebagai satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana

pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan sebagaimana yang

diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tersebut, masing-masing kemudian

dituangkan dalam dokumen RPJPN, RPJMN, dan RKP. Dokumen RPJPN ditetapkan dengan Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2007. Sementara itu, dokumen RPJMN dan RKP masing-masing akan

ditetapkan dengan Peraturan Presiden sesuai dengan periode pemerintahan yang sedang berjalan.

RPJMN Tahap I (2004-2009), Tahap II (2010-2014), dan Tahap III (2015-2019) telah ditetapkan dan

dilaksanakan, selanjutnya RPJMN Tahap IV (2020-2024) akan disusun sesuai dengan visi-misi program

prioritas Presiden terpilih untuk periode pemerintahan 2020-2024.

Mengingat penting dan strategisnya Renstra yang mengacu pada RPJMN, maka telah dilakukan serial

pembahasan untuk menyusun dokumen Renstra. Melibatkan akademisi, peneliti serta unit-unit utama

dalam Kementerian Kesehatan yang selama ini menangani program-program kesehatan. Dalam

pembahasan dicapai beberapa kesepakatan antara lain, analisis situasi kesehatan yang menjadi

pijakan dalam penyusunan strategi pembanguna kesehatan untuk tahuin 2020-2024.

Latar Belakang

RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang

tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu

untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

Kertas Kebijakan

DUKUNGAN PENYUSUNAN

DOKUMEN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN

2020-2024

Page 3: A B S T R A Kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/PB_RPJMN__20Jan.pdf · Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah

Pembangunan Nasional. Dengan demikian, dokumen ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat hal-

hal yang mendasar, sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana jangka

menengah dan tahunannya.

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan

sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun, sangat

penting dan mendesak bagi bangsa Indonesia untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah-

langkah, antara lain di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup

dan kelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai

posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional.

Dengan ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan

rencana pembangunan nasional dan diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka untuk menjaga pembangunan yang berkelanjutan,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional sangat diperlukan. Sejalan dengan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang

memerintahkan penyusunan RPJP Nasional yang menganut paradigma perencanaan yang visioner,

maka RPJP Nasional hanya memuat arahan secara garis besar.

Kurun waktu RPJP Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun. Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025

terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan pembangunan

jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan, yang dituangkan dalam RPJM Nasional I Tahun 2005–

2009, RPJM Nasional II Tahun 2010–2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional IV

Tahun 2020–2024.

RPJP Nasional digunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPJM Nasional. Pentahapan rencana

pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode RPJM Nasional sesuai dengan visi, misi,

dan program Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat. RPJM Nasional memuat strategi

pembangunan nasional, kebijakan umum, program program kementerian/lembaga dan lintas

kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang

mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana

kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Penyusunan RPJM Nasional dilakukan melalui urutan kegiatan penyiapan rancangan awal rencana

pembangunan, penyiapan rancangan rencana kerja, musyawarah perencanaan pembangunan,

penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

RPJPN selanjutnya dituangkan ke dalam 4 (empat) tahapan RPJMN dengan periode perencanaan pada

setiap tahapannya adalah selama 5 (lima) tahun. Dalam pentahapan RPJPN tersebut, RPJMN Tahun

2020-2024 merupakan tahap IV pencapaian Visi dan Misi pembangunan nasional. Tahap IV RPJMN ini

bertujuan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan

pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis pada sumberdaya alam yang

tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 4: A B S T R A Kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/PB_RPJMN__20Jan.pdf · Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan

Selain pada tingkat Nasional, perencanaan jangka menengah juga dilaksanakan pada tingkat

Kementerian/Lembaga, yang dituangkan dalam dokumen RPJM Kementerian/Lembaga atau disebut

juga sebagai Renstra K/L. Renstra K/L memuat Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Kebijakan, serta Program

dan Kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.

Menurut amanah Undang-Undang No 25 tahun 2004, menteri menyiapkan rancangan awal RPJM

Nasional sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden ke dalam strategi pembangunan

nasional, kebijakan umum, program prioritas Presiden, serta kerangka ekonomi makro yang

mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal. Kemudian

Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal RPJM Nasional sebagaimana dimaksud

sebelumnya. Kemudian menteri menyusun rancangan RPJM Nasional dengan menggunakan

rancangan Renstra-KL sebagaimana dimaksud dan berpedoman pada RPJP Nasional.

Selanjutnya, Peraturan Menteri PPN nomor 5 tahun 2019 menjadi acuan bagi seluruh kelompok

Kementerian/Lembaga di Indonesia antara lain Kelompok Lembaga Tinggi, Kelompok Kementerian,

Kelompok Kementerian Koordinator, dan Kelompok Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan

Lembaga Non Struktural dalam penyusunan dokumen Renstra K/L. Hal ini dimaksudkan agar Renstra

K/L yang disusun oleh setiap pimpinan Kementerian/Lembaga sesuai dengan kedudukan serta tugas

dan kewenangan dari Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.

Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dokumen Renstra K/L memiliki posisi yang sangat

strategis. Renstra K/L berkedudukan sebagai penjabaran dari RPJMN, di mana dalam penyusunan

Renstra K/L harus berpedoman pada RPJMN. Selain itu, Renstra K/L juga digunakan sebagai pedoman

dalam penyusunan rancangan Renja K/L.

Keterkaitan antara Renstra K/L dengan Visi Misi Presiden yaitu bahwa dalam penyusunan Renstra K/L

harus memperhatikan kesesuaian dengan Visi dan Misi (platform) Presiden terpilih. Bagi

Kementerian/Lembaga yang memiliki kontrak kinerja dengan Presiden terkait pencapaian Visi dan

Misi Presiden maka kontrak kinerja tersebut harus pula tercermin dalam dokumen Renstra K/L.

Dalam penyusunan Renstra K/L, pimpinan Kementerian/ Lembaga harus berpedoman pada RPJMN

dan memperhatikan himpunan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan di sektor yang sesuai dengan

tugas dan kewenangan Kementerian/Lembaga yang bersangkutan, serta memperhatikan aspirasi

Masyarakat.

Dalam penyusunan Renstra K/L, mekanisme atau alur kegiatan yang dilalui yaitu meliputi 3 (tiga)

proses sebagai berikut:

1. Proses Teknokratik

Proses Teknokratik dalam penyusunan Renstra K/L merupakan proses perencanaan yang

dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk menganalisis

kondisi obyektif dengan mempertimbangkan beberapa skenario pembangunan selama

periode rencana berikutnya. Proses teknokratik ini menghasilkan Rancangan Teknokratik

Renstra K/L.

Rancangan Teknokratik Renstra K/L dalam penyusunannya mengacu pada Rancangan

Teknokratik RPJMN, oleh karena itu penentuan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Kebijakan,

Page 5: A B S T R A Kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/PB_RPJMN__20Jan.pdf · Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan

Program, dan Kegiatan Kementerian/Lembaga selama 5 (lima) tahun mendatang harus

berfokus pada pencapaian tujuan RPJMN. Selain itu, Rancangan Teknokratik Renstra K/L juga

harus memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan di sektor yang sesuai dengan

tugas dan kewenangannya serta aspirasi Masyarakat.

2. Proses Politik

Proses politik dalam penyusunan Renstra K/L merupakan proses penyusunan Renstra K/L yang

diselaraskan dengan Visi, Misi, dan Program Prioritas (platform) Presiden. Proses politik ini

merupakan lanjutan dari proses teknokratik dan menghasilkan rancangan Renstra K/L.

Rancangan Renstra K/L dalam penyusunannya berpedoman pada rancangan awal RPJMN

yang telah memuat Visi, Misi, dan Program Prioritas (platform) Presiden terpilih. Selain itu,

rancangan Renstra K/L juga disusun berdasarkan Rancangan Teknokratik Renstra K/L dengan

mempertimbangkan koordinasi bersama Pemerintah Daerah untuk mengidentifikasikan

pembagian tugas dalam pencapaian sasaran nasional.

Rancangan Renstra K/L disesuaikan dengan rancangan awal RPJMN, hasil penelaahan

rancangan Renstra K/L, serta hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional. Berdasarkan

Peraturan Presiden tentang RPJMN yang telah ditetapkan, substansi rancangan Renstra K/L

kembali ditelaah dan disesuaikan dengan Peraturan Presiden dimaksud.

3. Penetapan Renstra K/L

Penetapan Renstra K/L dilakukan setelah rancangan Renstra K/L disesuaikan dengan

Peraturan Presiden tentang RPJMN. Setelah ditetapkan, dokumen Renstra K/L selanjutnya

disampaikan oleh setiap Kementerian/Lembaga yang bersangkutan kepada Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,

Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi.

Setelah RPJMN ditetapkan, dokumen RPJMN digunakan sebagai pedoman penyesuaian

rancangan Renstra K/L untuk kemudian ditetapkan menjadi Renstra K/L. Untuk memastikan

target capaian kinerja dalam RPJMN dijabarkan dalam Renstra K/L maka akan dilakukan forum

penyesuaian antara Kementerian/Lembaga, Kementerian Perencanaan, dan/atau pihak-pihak

terkait lainnya sebelum Renstra K/L ditetapkan. Penetapan Renstra K/L dilakukan melalui

Peraturan Pimpinan Kementerian/Lembaga. Renstra K/L yang sudah ditetapkan selanjutnya

disampaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas,

Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi.

Penyusunan Renstra K/L dilakukan melalui beberapa tahapan, dimulai dengan tahap persiapan sampai

dengan penyusunan Kerangka Kelembagaan yang dibutuhkan. Tahapan penyusunan Renstra K/L

tersebut dirinci menjadi 8 (delapan) langkah,

Langkah I Persiapan Penyusunan Renstra K/L

Langkah II Identifikasi Kondisi Umum dan Melakukan Analisis Potensi dan Permasalahan

Kementerian/Lembaga

Page 6: A B S T R A Kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/PB_RPJMN__20Jan.pdf · Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan

Langkah III Penyusunan Visi dan Misi Kementerian/Lembaga

Langkah IV Penyusunan Tujuan dan Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga

Langkah V Penyusunan Arah Kebijakan, Strategi dan Kerangka Regulasi

Langkah VI Penyusunan Program, Kegiatan, Sasaran dan Indikator

Langkah VII Penyusunan Target dan Pendanaan

Langkah VIII Penyusunan Kerangka Kelembagaan

Analisis

Situasi kesehatan dalam hasil laporan hasil kajian dan analisis Beban Penyakit Nasional dan Sub

Nasional Indonesia Tahun 2017 yang dilakukan Badan Litbangkes menunjukkan analisis beban

penyakit tren umur harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia telah mengalami peningkatan sejak

tahun 1990. Tren UHH menurut jenis kelamin, pada laki-laki di tahun 2017 adalah 69,22 dan

perempuan 73,87. Ini menunjukkan pada wanita ketahanan hidupnya lebih luar biasa karena ada

selisih 5 tahun antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan perbandingan antar propinsi umur

harapan hidup yang paling rendah adalah Provinsi Papua.

Telah terjadi juga pergeseran penyakit atau transisi epidemiologi dari tahun 1990, 2007, dan 2017.

Kenaikannya luar biasa pada penyakit tidak menular (PTM). Pada tahun 1990 mencakup sekitar 40

persen. Pada tahun 2017 naik menjadi sekitar 70 persen. Untuk itu upaya penanggulangan PTM harus

terstruktur, sistematis, dan harus dilakukan pengendalian faktor risiko dengan sangat kuat.

PTM meningkat signifikan dan menjadi faktor penyebab utama kematian di Indonesia. Dengan

struktur penduduk yang akan memasuki awal penuaan penduduk, risiko PTM masih besar. Ini

ditambah dengan pola hidup penduduk yang tidak sehat seperti diet yang tidak seimbang, kurangnya

aktifitas fisik serta merokok. Disisi lain, upaya signifikan masih diperlukan untuk mengatasi penyakit

menular seperti HIV/AIDS, tuberculosis, dan malaria. Dengan meningkatnya PTM dan belum

terselesaikannya penyakit menular menyebabkan Indonesia mengalami beban ganda penyakit.

Indonesia juga mengalami beban ganda gizi yaitu masih tingginya kekurangan gizi dan peningkatan

obesitas.

Analisis Beban Penyakit Tingkat Provinsi dilakukan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan

bekerjasama dengan Bappenas didukung Institute For Health Metrics and Evaluation (IHME). Analisis

beban penyakit tingkat provinsi menyediakan sumber data baru yang mampu merefleksikan kondisi

beban penyakit tingkat provinsi dan mengaitkannya dengan beban (ekonomi dan produktifitas) yang

hilang akibat kematian, premature, dan kecacatan. Analisis ini dapat digunakan sebagai dasar dalam

menentukan prioritas pembangunan kesehatan berbasis kewilayahan.

Sementara Presiden menyampaikan dalam pidato kenegaraannya, pembangunan kesehatan secara

umum, pemerataan akses pelayanan kesehatan, dan perlindungan finansial terus meningkat. Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) telah mencapai target tahun 2019 yang ditetapkan

pada RPJMN 2015-2019 yaitu AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup (2015) dan AKB sebesar 24

per 1.000 kelahiran hidup (2017). Untuk menurunkan AKI dan AKB selama tahun 2018 telah dilakukan

berbagai upaya, antara lain : 1) meningkatkan kualitas pelayanan dan kegawatdaruratan maternal

neonatal serta mendorong persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes); 2) penyediaan

Page 7: A B S T R A Kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/PB_RPJMN__20Jan.pdf · Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan

rumah tunggu kelahiran (mendekatkan ibu hamil ke fasyankes menjelang kelahirannya); 3)

meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui kelas ibu dan pemanfaatan buku kesehatan ibu dan

anak; 4) memberikan tablet tambah darah kepada ibu hamil dan remaja putri; 5) meningkatkan

kualitas pelayanan di fasyankes melalui akreditasi puskesmas dan rumah sakit; 6) perluasan dan

pemerataan cakupan imunisasi dasar lengkap; 7) peningkatan kapasitas petugas kesehatan di

berbagai tingkatan; 8) meningkatkan kerja sama lintas sektor; dan 9) meningkatkan dukungan Pemda

dalam pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang kesehatan.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, perbaikan gizi telah menunjukkan hasil membaik yaitu

terjadi penurunan prevalensi stunting pada anak balita dari 37,21 persen pada 2013 menjadi 30,79

persen tahun 2018, demikian juga apabila dibandingkan dengan data prevalensi stunting pada balita

tahun 2016 (Sirkesnas), yaitu 33,60 persen. Selain itu perbaikan gizi juga tercermin dari penurunan

kekurangan gizi (underweight) pada anak balita dari 19,6 persen pada 2013 menjadi 17,68 persen

pada 2018, penurunan wasting atau anak balita kurus dari 12,12 persen pada 2013 menjadi 10,19

persen tahun 2018. Selain itu, terjadi juga penurunan kegemukan (obesitas) pada anak balita yaitu

menurun dari 11,90 persen pada 2013 menjadi 8,04 persen tahun 2018. Upaya perbaikan gizi

didukung dengan komitmen yang tinggi dari pimpinan di semua tingkatan dan kementerian/lembaga,

serta berbagai pemangku kepentingan non pemerintah seperti dunia usaha, kelompok masyarakat

sipil, perguruan tinggi, mitra pembangunan, organisasi profesi, dan masyarakat secara luas.

Perbaikan gizi yang memerlukan perhatian khusus adalah penurunan stunting pada anak balita,

karena berkaitan dengan kecerdasan dan berbagai penyakit terutama penyakit tidak menular.

Pendekatan penurunan stunting pada tahun 2018 adalah mengkombinasikan intervensi spesifik

(intervensi langsung ke sasaran) yang umumnya dilakukan sektor kesehatan dengan intervensi sensitif

(intervensi tidak langsung) yang umumnya dikerjakan oleh sektor di luar kesehatan. Selain itu, untuk

meningkatkan efektifitas kegiatan, intervensi terintegrasi tersebut difokuskan pada kabupaten/kota

yang memiliki prevalensi stunting tinggi, jumlah anak balita banyak, angka kemiskinan tinggi, dan

mewakili setiap provinsi. Pada tahun 2018 kegiatan fokus penurunan stunting terintegrasi dilakukan

pada 100 kabupaten/kota dan pada tahun 2019 diperluas menjadi 160 kabupaten/kota. Upaya untuk

mencegah dan menurunkan Tuberkulosis (TB) telah dilaksanakan secara terus menerus dengan

strategi berupa (a) peningkatan penjangkauan kasus yang belum terdeteksi melalui pelaksanaan

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), (b) peningkatan kepatuhan

pengobatan TB melalui keterlibatan kader, peran keluarga, dan petugas puskesmas, (c)

penanggulangan TB melalui perluasan pembentukan kelompok peer group bagi pasien dan mantan

pasien, (d) peningkatan kemitraan, (e) peningkatan kemandirian masyarakat, dan (f) penguatan sistem

kesehatan baik SDM, logistik, pembiayaan, regulasi, dan litbang. Dengan upaya ini, prevalensi TB

berdasarkan metode berbasis mikroskopis diproyeksikan akan menurun dari 250 (2018) menjadi 245

per 100.000 penduduk (Juni 2019). Prevalensi HIV diestimasi kurang dari 0,5 persen sesuai target

RPJMN. Hasil tersebut menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan selama ini berhasil

mengendalikan laju epidemi HIV. Pada tahun 2019, prevalensi HIV diperkirakan turun menjadi 0,32

(Tabel 5.4). Upaya pengendalian prevalensi HIV dalam lima tahun terakhir terus dilakukan melalui

berbagai upaya antara lain perluasan layanan deteksi dini HIV dan layanan pengobatan anti-retroviral

(ARV).

Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular makin diperkuat dengan penerapan Inpres

No.1/2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Gerakan ini memberikan kontribusi

Page 8: A B S T R A Kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/PB_RPJMN__20Jan.pdf · Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan

untuk mencegah dan menurunkan darah tinggi dan obesitas. Selain itu, penerapan Germas ditujukan

untuk pengendalian rokok dan tembakau, mempromosikan upaya mengurangi makanan tinggi lemak,

gula dan garam serta meningkatkan aktifitas fisik dan melaksanakan deteksi dini penyakit.

Kegiatan Germas juga didukung oleh Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK).

Akses dan mutu pelayanan kesehatan juga terus meningkat. Pencapaian akses dan mutu pelayanan

kesehatan tercermin dari peningkatan jumlahkecamatan dengan minimal satu puskesmas

tersertifikasi akreditasi yang secara kumulatif jumlahnya meningkat dari 3.447 kecamatan (2017)

menjadi 5.405 kecamatan (Juni 2019). Selain itu, puskesmas dengan minimal memiliki lima jenis

tenaga kesehatan juga meningkat jumlahnya dari 2.641 puskesmas pada 2018 menjadi 4.339

puskesmas (Juni 2019). Sebagai upaya untuk meningkatkan peran pemerintah hadir di masyarakat

Indonesia yang hidup di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), sampai dengan tahun

2018 telah dibangun sebanyak 249 Puskesmas Perbatasan dan Daerah Tertinggal yang berada di 49

Kabupaten, diantaranya 78 puskesmas pada 15 kabupaten di Provinsi Papua. Penguatan pelayanan

kesehatan dalam hal pemenuhan SDM Kesehatan dengan berbagai jenis tenaga kesehatan, telah

dilaksanakan Program Nusantara Sehat sejak tahun 2015 yang secara kumulatif telah menempatkan

sebanyak 7.377 tenaga kesehatan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kefarmasian,

tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi dan tenaga teknis

laboratorium di DTPK. Upaya untuk meningkatkan persentase kabupaten/kota yang mencapai 80

persen imunisasi dasar lengkap terus dilakukan baik melalui penyiapan logistik, tenaga, dan sosialisasi.

Ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas mengalami peningkatan dari 92,47 persen pada 2018

menjadi 93,61 persen pada Juni 2019. Keamanan obat beredar dan memenuhi syarat semakin

membaik yaitu 98,16 pada tahun 2018 lebih tinggi dari target sebesar 93,50. Selain itu, keamanan

makanan juga semakin membaik yang ditandai dengan persentase makanan yang memenuhi syarat

sebesar 86,91 persen. Capaian ini didukung oleh pengembangan sistem pengawasan obat dan

makanan berbasis digital dengan Quick Response (QR) Code, penguatan sarana dan prasarana

laboratorium, dan penguatan penindakan terhadap pelanggaran di bidang obat dan makanan.

Berbagai permasalahan dan kendala, antara lain: (1) sistem rujukan maternal, tata laksana pelayanan

kesehatan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan reproduksi yang belum optimal; (2) prevalensi

stunting masih tinggi yang disebabkan pemahaman pola asuh, kesehatan lingkungan, serta

kemampuan menyediakan makanan bergizi masih rendah; (3) masih tingginya faktor risiko perilaku

dan lingkungan yang menyebabkan tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak

menular; (4) belum optimalnya pemerataan akses dan kualitas pelayanan kesehatan terutama di

daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan pulau terluar; (5) sistem pengawasan obat dan makanan

terutama di tingkat kabupaten/kota yang belum optimal.

Arahan Presiden terpilih dalam pidato kenegaraan tahun 2019 diantaranya yaitu untuk mempercepat

pencapaian target pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat kebijakan pembangunan kesehatan

dan gizi masyarakat diarahkan untuk: (1) peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana (KB)

dan kesehatan reproduksi utamanya melalui peningkatan pelayanan maternal dan neonatal

berkesinambungan, perluasan cakupan imunisasi dasar lengkap, serta perluasan akses dan pelayanan

KB dan kesehatan reproduksi; (2) percepatan perbaikan gizi masyarakat terutama melalui percepatan

penurunan stunting dengan peningkatan intervensi spesifik, penguatan advokasi, komunikasi sosial

dan perilaku hidup sehat yang mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan; (3)

Page 9: A B S T R A Kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/PB_RPJMN__20Jan.pdf · Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan

peningkatan pengendalian penyakit terutama dengan pencegahan dan pengendalian faktor risiko

penyakit; (4) penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) utamanya melalui pengembangan

kawasan sehat, mendorong aktivitas fisik dan lingkungan sehat, penerapan regulasi yang mendorong

pembangunan berwawasan kesehatan, serta penguatan kolaborasi multisektor untuk mendukung

promotif dan preventif; dan (5) penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan

termasuk penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, pemenuhan dan peningkatan

kompetensi tenaga kesehatan, serta peningkatan efektivitas pengawasan obat dan makanan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dokumen Renstra K/L memiliki posisi yang sangat

strategis. Renstra K/L berkedudukan sebagai penjabaran dari RPJMN, di mana dalam penyusunan

Renstra K/L harus berpedoman pada RPJMN. Selain itu, Renstra K/L juga digunakan sebagai pedoman

dalam penyusunan rancangan Renja K/L.

Keterkaitan antara Renstra K/L dengan Visi Misi Presiden yaitu bahwa dalam penyusunan Renstra K/L

harus memperhatikan kesesuaian dengan Visi dan Misi (platform) Presiden terpilih. Arahan Presiden

terpilih 2020-2024 yaitu fokus pada pengelolaan JKN, pengendalian stunting, mengendalikan

mahalnya harga obat, serta kesediaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.

Dalam penyusunan Renstra K/L, pimpinan Kementerian/ Lembaga harus berpedoman pada RPJMN

dan memperhatikan himpunan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan di sektor yang sesuai dengan

tugas dan kewenangan Kementerian/Lembaga yang bersangkutan, serta memperhatikan aspirasi

Masyarakat.

Sementara sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 yaitu mewujudkan masyarakat

Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang

dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan

kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan

berdaya saing.

Referensi

___, 2004, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

___, 2007, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025

___, 2019, Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Penyusunan

Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024

___, 2019, Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Alam Rangka HUT Ke-74

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Di Depan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Daerah

Page 10: A B S T R A Kpadk.kemkes.go.id/uploads/download/PB_RPJMN__20Jan.pdf · Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan

Republik Indonesia Dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Alfian Putra Abdi, 2019, Bappenas Selesaikan Draf Teknokratik RPJMN 2020-2024 Akhir April,

www.tirto.id/bappenas-selesaikan-draf-teknokratik-rpjmn-2020-2024-akhir-april-dk2L

Pungkas Bahjuri Ali, 2019, Paparan Draft Awal Rancangan RPJMN Teknokratik 2020-2024:

Pembangunan Kesehatan, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat