92208936 filariasis

24
FILARIASIS (KAKI GAJAH) Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahan (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki KRITERIA FILARIASIS Filariasis mudah menular, kriteria penularan penyakit ini adalah jika ditemukan mikro filarial rate ≥ 1% pada sample darah penduduk di sekitar kasus elephantiasis, atau adanya 2 atau lebih kasus elephantiasis di suatu wilayah pada jarak terbang nyamuk yang mempunyai riwayat menetap bersama/berdekatan pada suatu wilayah selama lebih dari satu tahun. Berdasarkan ketentuan WHO, jika ditemukan mikro filarial rate ≥ 1% pada satu wilayah maka daerah tersebut dinyatakan endemis dan harus segera diberikan pengeobatan secara masal selama 5 tahun berturut-turut. Di indonesia filarialis telah tersebar luas hampir di semua propinsi, berdasarkan laporan dari daerah dan hasil survey pada tahun 2000 tercatat sebanyak 6500 kasus kronis di 1553 desa pada 231 kabupaten atau 26 propinsi. Pada tahun 2005 kasus kronis dilaporkan

Upload: -

Post on 19-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: 92208936 Filariasis

FILARIASIS (KAKI GAJAH)

Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh

infeksi cacing filaria

yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah

bening, Penyakit ini

bersifat menahan (kronis) dan bila tidak mendapatkan

pengobatan dapat menimbulkan

cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin

baik perempuan maupun

laki-laki

KRITERIA FILARIASIS

Filariasis mudah menular, kriteria penularan penyakit ini adalah

jika ditemukan mikro

filarial rate ≥ 1% pada sample darah penduduk di sekitar kasus

elephantiasis, atau adanya

2 atau lebih kasus elephantiasis di suatu wilayah pada jarak

terbang nyamuk yang

mempunyai riwayat menetap bersama/berdekatan pada suatu

wilayah selama lebih dari

satu tahun. Berdasarkan ketentuan WHO, jika ditemukan mikro

filarial rate ≥ 1% pada

satu wilayah maka daerah tersebut dinyatakan endemis dan

harus segera diberikan

pengeobatan secara masal selama 5 tahun berturut-turut.

Di indonesia filarialis telah tersebar luas hampir di semua

propinsi, berdasarkan laporan

dari daerah dan hasil survey pada tahun 2000 tercatat sebanyak

6500 kasus kronis di 1553

desa pada 231 kabupaten atau 26 propinsi. Pada tahun 2005

kasus kronis dilaporkan

Page 2: 92208936 Filariasis

sebanyak 10.237 orang yang tersebar di 373 kabupaten/kota di

33 propinsi

Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia. Pada tanggal 8 April

2002 Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah

mencanangkan dimulainya eliminasi

penyakit Kaki Gajah di Indonesia dan telah menetapkan

eliminasi Kaki Gajah sebagai

salah satu program prioritas. Sebagai pedoman Pengendalian

Filariasis (Penyakit Kaki

Gajah) tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomer : 1582/

MENKES/SK/XI/2005 Tanggal 18 Nopember 2005.

CARA PENULARAN FILARIASIS

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang

tersebut digigit nyamuk

yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya

mengandung larva (L3).

Nyamuk sendiri mendapat mikro filarial karena menghisap

darah penderita atau dari

hewan yang mengandung mikrofolaria. Nyamuk sebagai vector

menghisap darah

penderita (mikrofilaremia) dan pada saat itu beberapa

microfilaria ikut terhisap bersama

darah dan masuk dalam lambung nyamuk. Dalam tubuh nyamuk

microfilaria tidak

berkembang biak tetapi hanya berubah bentuk dalam beberapa

hari dari larva 1 sampai

menjadi larva 3, karenanya diperlukan gigitan berulang kali

untuk terjadinya infeksi.

Page 3: 92208936 Filariasis

Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe dan

selanjutnya tumbuh menjadi

cacing dewasa jantan atau betina serta bekembang biak

PENYEBAB FILARIASIS

Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial :

Wuchereria Bancrofti, Brugia

Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup

dalam tubuh manusia

terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. Cacing ini

dapat hidup dalam kelenjar

getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh

manusia cacing dewasa betina

menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar

dalam darah terutama

malam hari.

Penyebarannya diseluruh Indoensia baik di pedesaan maupun

diperkotaan..Nyamuk

merupakan vektor filariasis Di Indonesia ada 23 spesies nyamuk

yang diketahui bertindak

sebagai vektor dari genus: mansonia, culex, anopheles, aedes

dan armigeres.

· W. bancrofti perkotaan vektornya culex quinquefasciatus

· W. bancrofti pedesaan: anopheles, aedes dan armigeres

· B. malayi : mansonia spp, an.barbirostris.

· B. timori : an. barbirostris.

Mikrofilaria mempunyai periodisitas tertentu tergantung dari

spesies dan tipenya.Di

Indonesia semuanya nokturna kecuali type non periodic Secara

umum daur hidup ketiga

spesies sama Tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan

keadaan lingkungan

Page 4: 92208936 Filariasis

habitatnya. ( Got, sawah, rawa, hutan )

CACING DEWASA ATAU MAKROFILARIA

Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di

dalam sisitem

limfe.

Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm

Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm

Berkembang secara ovovivipar

MIKROFILARIA

Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya

puluhan ribu.

Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um

Didalam tubuh nyamuk mikrofilaria yang diisap nyamuk akan

berkembang dalam otot

nyamuk.Setelah 3 hari menjadi larva L1, 6 hari menjadi larva

L2, 8-10 hari untuk brugia

atau 10 – 14 hari untuk wuchereria akan menjadi larva L3.

Larva L3 sangat aktif dan

merupakan larva infektif.ditularkan kepada manusia melalui

gigitan nyamuk (tetapi tidak

seperti malaria). Manusia merupakan hospes definitive Hampir

semua dapat tertular

terutama pendatang dari daerah non-endemik Beberapa hewan

dapat bertindak sebagai

hospes reservoir

Faktor yang mempengaruhi :

Lingkungan fisik :Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,

Page 5: 92208936 Filariasis

Lingkungan biologik: lingkungan Hayati yang

mempengaruhi penularan;

hutan, reservoir, vector

lingkungan social – ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap

dan perilaku, adat

Istiadat, Kebiasaan dsb,

Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb

Penularan dapat terjadi apabila ada 5 unsur yaitu sumber penular

(manusia dan hewan),

Parasit , Vektor, Manusia yang rentan, Lingkungan (fisik,

biologik dan sosial-ekonomibudaya)

ELIMINASI FILARIA

bertujuan pemutusan rantai penularan dengan pengobatan

Massal (MDA) pada penduduk

yang beresiko (population at risk) thd Filariasis dan Disability

prevention and Control :

ditingkat masyarakat(CHBC) pada kasus : limfedema, hidrokel

dan Limfedema /

Page 6: 92208936 Filariasis

hidrokel dengan serangan akut serta ditingkat RS pada kasus :

Perbaikan / operasi

Hidrokel , limfedema skrotum

Filaria belum bisa tereliminasi karena :

1. Belum adanya kesamaan persepsi tentang kegiatan Eliminasi

Kaki Gajah

2. Kab/kota Eliminasi Kaki Gajah belum merupakan prioritas

3. Issue Eliminasi Kaki Gajah belum terangkat ke permukaan

sehingga belum

banyak diketahui

GEJALA DAN TANDA FILARIASIS

1. gejala dan tanda klinis akut :

Demam berulang ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang

bila istirahat dan

timbul lagi setelah bekerja berat

Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di

daerah lipatan paha,

ketiak (limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit

Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan

sakit yang menjalar

dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan

Abses filaria terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar

getah bening, dapat

pecah dan dapat mengeluarkan darah serta nanah

Pembesaran tungkai, lengan, buah dada dan alat kelamin

perempuan dan laki-laki

yang tampak kemerahan dan terasa panas.

2. Gejala dan tanda klinis kronis :

Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan,

skrotum, penis,

Page 7: 92208936 Filariasis

vulva vagina dan payudara, Infeksi Brugia dapat mengenai kaki

dan lengan

dibawah lutut / siku lutut dan siku masih normal

Hidrokel : Pelebaran kantung buah zakar yang berisi cairan

limfe, dapat sebagai

indikator endemisitas filariasis bancrofti

Kiluria : Kencing seperti susu kebocoran sel limfe di

ginjal, jarang

ditemukan

DIAGNOSIS FILARIASIS

1. Klinis - diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan gejala dan

tanda klinis akut ataupun

kronis

2. Laboratorium - Seseorang dinyatakan sebagai penderita

falariasis apabila di dalam

darahnya positif ditemukan mikrofilaria. Untuk uji laboratorium

sebaiknya gunakan

darah jari yang diambil pada malam hari (pukul 20.00 - 02.00)

PENGOBATAN

1. Pengobatan Masal

dilakukan di daerah endemis (mf rate > 1%) dengan

menggunakan obat Diethyl

Carbamazine Citrate (DEC) dikombilansikan dengan

Albendazole sekali setahun selama

5 tahun berturut-turut. Untuk mencegah reaksi pengobatan

seperti demam atau pusing

dapat diberikan Pracetamol.

Pengobatan massal diikuti oleh seluruh penduduk yang berusia 2

tahun ke atas, yang

ditunda selain usia ≤ 2 tahun, wanita hamil, ibu menyusui dan

mereka yang menderita

Page 8: 92208936 Filariasis

penyakit berat.

2. Pengobatan Selektif

Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria serta

anggota keluarga yang tinggal

serumah dan berdekatan dengan penderita di daerah dengan

hasil survey mikrofilaria <

1% (non endemis)

3. Pengobatan Individual (penderita kronis)

Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari

selama 10 hari sebagai

pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap

bagian organ tubuh yang

bengkak

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

1. Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk

2. Memberantas nyamuk serta sumber perindukan

3. Meminum obat anti penyakit gajah secara masal

Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)

Dinamakan penyakit kaki gajah karena memang daerah yang

terkena akan membengkak seperti kaki gajah yang lazim disebut

Page 9: 92208936 Filariasis

Filariasis. Penyakit Kaki Gajah atau Filariasis adalah penyakit

menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan

melalui berbagai jenis nyamuk.

Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak

mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap

berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik

perempuan maupun laki-laki. Penyakit ini cukup banyak

ditemukan di Indonesia.

Cara Penularan

Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah

seseorang yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi

dan mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain pada

saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghipas darah

orang tersebut.

Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat

ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex,

Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat

menular dengan sangat cepat.

Gejala klinis

Gejala Filariais Akut dapat berupa :

Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat

hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat

Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka)

didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak

kemerahan, panas dan sakit

Page 10: 92208936 Filariasis

Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas

dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal

lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)

Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan

kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan

nanah serta darah

Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang

terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early

lymphodema)

Gejala klinis yang kronis berupa pembesaran yang menetap

(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar

(elephantiasis skroti).

Diagnosis

Bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan

gejala klinis, diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah jari

yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat.

Seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis, apabila dalam

darah ditemukan mikrofilaria.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular

Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang

merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun,

mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai

tempat perindukan nyamuk

Membersihkan semak-semak disekitar rumah. Sumber

Page 11: 92208936 Filariasis

Pengertian Filariasis

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular

menahun

yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk

Mansonia,

Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran

dan kelenjar

getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam

berulang,

peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pada

stadium lanjut

dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,

lengan, payudara

dan alat kelamin.1

Filariasis telah dikenal di Indonesia sejak 1889.6 Filariasis

hingga saat

ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia. Walaupun

penyakit ini tidak mematikan namun dapat mengakibatkan

kecacatan sehingga

memberikan dampak yang cukup besar bagi penderita maupun

masyarakat,

antara lain menurunnya produktivitas penderita dan memberikan

beban sosial

bagi penderita, keluarga maupun masyarakat.2

B. Gejala Klinis

Page 12: 92208936 Filariasis

Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis.

Pada

dasarnya gejala klinis filariasis yang disebabkan oleh infeksi

Wucheria

bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori adalah sama, tetapi

gejala klinis

akut tampak lebih jelas dan lebih berat pada infeksi oleh B.

malayi dan B.

timori. infeksi W. bancrofti dapat menyebabkan kelainan pada

saluran kemih

dan alat kelamin, tetapi infeksi oleh B. malayi dan B. timori

tidak

menimbulkan kelainan pada saluran kemih dan alat kelamin. 5

1. Gejala Klinis Akut

Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis,

adenolimfangitis yang

disertai demam, sakit kepala, rasa lemah dan dapat pula terjadi

abses.

Abses dapat pecah yang kemudian mengalami penyembuhan

dengan

menimbulkan parut, terutama di daerah lipat paha dan ketiak.

Parut lebih

sering terjadi pada infeksi B. malayi dan B. timori dibandingkan

dengan

infeksi W. brancofti, demikian juga dengan timbulnya

limfangitis dan

limfadenitis. Sebaliknya, pada infeksi W. brancofti sering terjadi

peradangan buah pelir, peradangan epididimis dan peradangan

funikulus

spermatikus.4

2. Gejala Klinis Kronis

Page 13: 92208936 Filariasis

a. Limfedema

Pada infeksi W. brancofti terjadi pembengkakan seluruh kaki,

seluruh

lengan, skrotum, penis, vulva, vagina, dan payudara, sedangkan

pada

infeksi Brugia, terjadi pembengkakan kaki di bawah lutut,

lengan di

bawah siku dimana siku dan lutut masih normal. 5

b. Lymph Scrotum

Adalah pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit scrotum,

kadangkadang

pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah pecah

dan cairan limfe mengalir keluar dan membasahi pakaian.

Ditemukan

juga lepuh (vesicles) besar dan kecil pada kulit, yang dapat

pecah dan

membasahi pakaian, hal ini mempunyai risiko tinggi terjadinya

infeksi

ulang oleh bakteri dan jamur, serangan akut berulang dan dapat

berkembang menjadi limfedema skrotum. Ukuran skrotum dapat

kadang-kadang normal kadang-kadang membesar. 3

c. Kiluria

Kiluria adalah kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan

pembuluh

darah di ginjal (pelvis renal) oleh cacing filaria dewasa spesies

W.

brancofti, sehingga cairan limfe dan darah masuk ke dalam

saluran

kemih. 4

Gejala yang timbul adalah:

Page 14: 92208936 Filariasis

1) Air kencing seperti susu, karena air kencing banyak

mengandung

lemak dan kadang-kadang disertai darah (haematuria).

2) Sukar kencing

3) Kelelahan tubuh

4) Kehilangan berat badan.

d. Hidrokel

Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena

terkumpulnya cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis.

Hidrokel

dapat terjadi pada satu atau dua kantung buah pelir, dengan

gambaran

klinis dan epidemiologis sebagai berikut: 5

1) Ukuran skrotum kadang-kadang normal tetapi kadang-kadang

sangat besar sekali, sehingga penis tertarik dan tersembunyi .

2) Kulit pada skrotum normal, lunak dan halus.

3) Akumulasi cairan limfe disertai dengan komplikasi, yaitu

Chyle

(Chylocele), darah (haematocele) atau nanah (pyocele). Uji

transiluminasi dapat digunakan untuk membedakan hidrokel

dengan komplikasi dan hidrokel tanpa komplikasi. Uji

transiluminasi ini dapat dikerjakan oleh dokter Puskesmas yang

sudah dilatih.

4) Hidrokel banyak ditemukan di daerah endemis W. bancrofti

dan

dapat digunakan sebagai indikator adanya infeksi W. bancrofti.

C. Penentuan Stadium Limfedema

Limfedema terbagi dalam 7 stadium (tabel 2.1) menggambarkan

akan

tanda hilang tidaknya bengkak, ada tidaknya lipatan kulit, ada

tidaknya nodul

Page 15: 92208936 Filariasis

(benjolan), mossy foot (gambaran seperti lumut) serta adanya

hambatan dalam

melaksanakan aktivitas sehari-hari. Penentuan stadium ini

penting bagi

petugas kesehatan untuk memberikan perawatan dan penyuluhan

yang tepat

kepada penderita. 4

Penentuan stadium limfedema mengikuti kriteria sebagai berikut

: 4

1. Penentuan stadium limfedema terpisah antara anggota tubuh

bagian kiri

dan kanan, lengan dan tungkai.

2. Penentuan stadium limfedema lengan (atas, bawah) atau

tungkai (atas,

bawah) dalam satu sisi, dibuat dalam satu stadium limfedema.

3. Penentuan stadium limfedema berpihak pada tanda stadium

yang terberat.

4. Penentuan stadium limfedema dibuat 30 hari setelah serangan

akut

sembuh.

5. Penentuan stadium limfedema dibuat sebelum dan sesudah

pengobatan

dan penatalaksanaan kasus.

Tabel 2.1 Stadium Limfedema/tanda kejadian bengkak, lipatan

dan

benjolan pada penderita kronis filariasis.

Gejala Stadium

1

Stadium

2

Stadium

Page 16: 92208936 Filariasis

3

Stadium

4

Stadium

5

Stadium

6

Stadium

7

1. Bengkak

di kaki

Menghilang

waktu

bangun

tidur pagi

Menetap Menetap MenetapMenetap,

meluas

Menetap

meluas

Menetap,

meluas

2. Lipatan

di kulit

Tidak

ada

Tidak

ada

Dangkal Dangkal Dalam

kadang

dangkal

Dangkal,

Page 17: 92208936 Filariasis

dalam

Dangkal,

dalam

3. Nodul Tidak

ada

Tidak

ada

Tidak

ada

ada Kadang

kadang

Kadang

kadang

Kadang

kadang

4. Mossy

lesions

Tidak

ada

Tidak

ada

Tidak

ada

Tidak

ada

Tidak

ada

Ada Kadang

kadang

5. Hambat

an berat

Page 18: 92208936 Filariasis

Tidak tidak Tidak tidak Tidak Tidak ya

*) Gambaran seperti lumut

Sumber : Pedoman Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis,

Depkes RI 2006.

C. Diagnosis

Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria

dalam

darah tepi, kiluria, eksudat,varises limpe dan cairan limpe dan

cairan hidrokel,

atau ditemukannya cacing dewasa pada biopsi kelenjar limfe

atau pada

penyinaran didapatkan cacing yang sedang mengadakan

kalsifikasi.

Sebagai diagnosis pembantu, pemeriksaan darah menunjukkan

adanya

eosinofili antara 5-15%. Juga tes intradermal dan tes fiksasi

komplemen dapat

membantu menegakkan diagnosis.5

D. Patogenesis

Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor

kerentanan

individu terhadap parasit, seringnya mendapat tusukan nyamuk,

banyaknya

larva infektif yang masuk ke dalam tubuh dan adanya infeksi

sekunder oleh

bakteri atau jamur. Secara umum perkembangan klinis filariasis

dapat dibagi

menjadi fase dini dan fase lanjut. Pada fase dini timbul gejala

klinis akut

karena infeksi cacing dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh

bakteri dan

Page 19: 92208936 Filariasis

jamur. Pada fase lanjut terjadi kerusakan saluran limfe kecil

yang terdapat di

kulit. Pada dasarnya perkembangan klinis filariasis tersebut

disebabkan karena

cacing filaria dewasa yang tinggal dalam saluran limfe

menimbulkan

pelebaran (dilatasi) saluran limfe dan penyumbatan (obstruksi),

sehingga

terjadi gangguan fungsi sistem limfatik :5

1. Penimbunan cairan limfe menyebabkan aliran limfe menjadi

lambat dan

tekanan hidrostatiknya meningkat, sehingga cairan limfe masuk

ke

jaringan menimbulkan edema jaringan. Adanya edema jaringan

akan

meningkatkan kerentanan kulit terhadap infeksi bakteri dan

jamur yang

masuk melalui luka-luka kecil maupun besar. Keadaan ini dapat

menimbulkan peradangan akut (acute attack).

2. Terganggunya pengangkutan bakteri dari kulit atau jaringan

melalui

saluran limfe ke kelenjar limfe. Akibatnya bakteri tidak dapat

dihancurkan

(fagositosis) oleh sel Reticulo Endothelial System (RES), bahkan

mudah

berkembang biak dapat menimbulkan peradangan akut (acute

attack).

3. Kelenjar limfe tidak dapat menyaring bakteri yang masuk

dalam kulit.

Sehingga bakteri mudah berkembang biak yang dapat

menimbulkan

Page 20: 92208936 Filariasis

peradangan akut (acute attack).

4. Infeksi bakteri berulang menyebabkan serangan akut berulang

(recurrent

acute attack) sehingga menimbulkan berbagai gejala klinis

sebagai berikut:

a. Gejala peradangan lokal, berupa peradangan oleh cacing

dewasa

bersama-sama dengan bakteri, yaitu :

a. Limfangitis, peradangan di saluran limfe.

b. Limfadenitis, peradangan di kelenjar limfe

c. Adeno limfangitis, peradangan saluran dan kelenjar limfe.

d. Abses

e. Peradangan oleh spesies W. bancrofti di daerah genital (alat

kelamin) dapat menimbulkan epididimitis, funikulitis dan

orkitis.

b. Gejala peradangan umum, berupa; demam, sakit kepala, sakit

otot, rasa

lemah dan lain-lainnya.

5. Kerusakan sistem limfatik, termasuk kerusakan saluran limfe

kecil yang

ada di kulit, menyebabkan menurunnya kemampuan untuk

mengalirkan

cairan limfe dari kulit dan jaringan ke kelenjar limfe sehingga

dapat terjadi

limfedema.

6. Pada penderita limfedema, adanya serangan akut berulang

oleh bakteri atau

jamur akan menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit,

hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan peningkatan pembentukan

jaringan

Page 21: 92208936 Filariasis

ikat (fibrouse tissue formation) sehingga terjadi peningkatan

stadium

limfedema, dimana pembengkakan yang semula terjadi hilang

timbul

(pitting) akan menjadi pembengkakan menetap (non pitting).

F. Rantai Penularan Filariasis

Penularan filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, yaitu 4

1. Sumber penularan, yakni manusia atau hospes reservoir yang

mengandung

mikrofilaria dalam darahnya.

2. Vektor, yakni nyamuk yang dapat menularkan filariasis.

3. Manusia yang rentan terhadap filariasis.

Seseorang dapat tertular filariasis, apabila orang tersebut

mendapat

gigitan nyamuk infektif, yaitu nyamuk yang mengandung larva

infektif (larva

stadium 3 = L3). Pada saat nyamuk infektif menggiggit manusia,

maka larva

L3 akan keluar dari probosis dan tinggal di kulit sekitar lubang

tusukan

nyamuk. Pada saat nyamuk menarik probosisnya, larva L3 akan

masuk

melalui luka bekas gigitan nyamuk dan bergerak menuju ke

sistem limfe.

Berbeda dengan penularan pada malaria dan demam berdarah,

seseorang dapat

terinfeksi filariasis, apabila orang tersebut mendapat gigitan

nyamuk infektif

ribuan kali, sedangkan pada penularan malaria dan demam

berdarah seseorang

akan sakit dengan sekali gigitan nyamuk yang infektif . 4

Page 22: 92208936 Filariasis

Di samping sulit terjadinya penularan dari nyamuk ke manusia,

sebenarnya kemampuan nyamuk untuk mendapatkan

mikrofilaria saat

menghisap darah yang mengandung mikrofilaria juga sangat

terbatas, nyamuk

yang menghisap mikrofilaria terlalu banyak dapat mengalami

kematian, tetapi

jika mikrofilaria yang terhisap terlalu sedikit dapat memperkecil

jumlah

mikrofilaria stadium larva L3 yang akan ditularkan.

Kepadatan vektor, suhu dan kelembaban sangat berpengaruh

terhadap

penularan filariasis. Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap

umur

nyamuk, sehingga mikrofilaria yang telah ada dalam tubuh

nyamuk tidak

cukup waktunya untuk tumbuh menjadi larva infektif L3 (masa

inkubasi

ekstrinsik dari parasit). Masa inkubasi ekstrinsik untuk W.

bancrofti antara 10-

14 hari, sedangkan B. malayi dan B. timori antara 8-10 hari.

Periodisitas

mikrofilaria dan perilaku menggigit nyamuk berpengaruh

terhadap risiko

penularan. Mikrofilaria yang bersifat periodik nokturna

(mikrofilaria hanya

terdapat di dalam darah tepi pada waktu malam) memiliki vektor

yang aktif

mencari darah pada waktu malam, sehingga penularan juga

terjadi pada

Page 23: 92208936 Filariasis

malam hari. Di daerah dengan mikrofilaria sub periodik

nokturna dan non

periodik, penularan terjadi siang dan malam hari. Khusus untuk

B. malayi tipe

sub periodik dan non periodik nyamuk Mansonia menggigit

manusia atau

kucing, kera yang mengandung mikrofilaria dalam darah tepi,

maka

mikrofilaria masuk kedalam lambung nyamuk menjadi larva

infektif

Page 24: 92208936 Filariasis