6 pkm-p lucitania rizky
DESCRIPTION
tesTRANSCRIPT
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PERAN NEED FOR ACHIEVEMENT BAGI PEDAGANG PASAR
GAMPING UNTUK KEBERHASILAN REVITALISASI PASAR
BIDANG KEGIATAN:
PKM-P
DIUSULKAN OLEH:
LUCITANIA RIZKY 20110510236/2011
SANNYA PESTARI DEWI 20110510235/2011
SEPTIAN TRI CAHYO 20110510286/2011
BUNGSU ANUGRAH GUSTI 20120510389 2012
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2012
1
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2000 2001 2002 2003 2004
Pasar Tradisional
Supermarket
Minimarket
A. JUDUL
Peran Need for Achievement bagi Pedagang Pasar Gamping untuk
Keberhasilan Revitalisasi Pasar
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang memiliki banyak
kekayaan alam di dalamnya, dari minyak bumi hingga sayur atau buah buahan.
Indonesia yang berpenduduk lebih dari 237.641.326 jiwa ( Statistik Indonesia,
2011: 455) memiliki latar belakang mata pencaharian yang identik. Tak heran jika
sebagian besar penduduk Indonesia bermata pecaharian sebagai petani dan
pedagang. Maka dari situ lah kami melihat sisi manusia pedagang jarang disentuh
walau usaha tergantung yang menjalankan. Modal manusia merupakan modal
yang paling utama dalam menjalakan usahannya. Mengacu pada persoalan itu,
kita melihat fakta di lapangan bahwa pasar yang digunakan oleh mayoritas
pedagang desa adalah pasar tradisional yang juga sebagai salah satu karakteristik
unik bangsa Indonesia. Menurut data Neilsen 2004 , jumlah pasar tradisional yang
tersebar di seluruh pelosok Indonesia cenderung mengalami penurunan
dibandingkan dengan retail market dan supermarket. Supermarket mengalami
peningkatan setiap tahunnya sebesar 0.66%. Keadaan berbeda dalam peningkatan
prosentase retail market (minimarket) sebesar 1,28% pertahun. Ironisnya, pasar
tradisional tidak mengalami kondisi yang sama dengan ke dua jenis pasar tersebut,
melainkan mengalami penurunan hingga 1,72% .
Grafik 1.
Persentase Minimarket, Supermarket, dan Pasar Tradisional terhadap Total
Keseluruhan Pasar di Indonesia
Sumber/ Source : A.C. Nielsen, 2004
2
Peningkatan jumlah retail market tersebut tidak lepas dari perubahan sosial
yang terjadi di masyarakat sekarang ini dimana mayoritas penduduk Indonesia
memiliki tingkat pendapatan yang tinggi, atau dapat disebut dengan menengah
keatas yang memiliki perubahan hingga 64% (Data Statistik Indonesia, 2011:
455-474). Alasan pemerintah pusat (kementrian perdagangan) membukakan
peluang sebesar-besarnya pada investor asing dalam menanamkan modalnya di
Indonesia adalah menghormati demand dari para konsumen kelas menengah
keatas. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Wakil Menteri Perdaganagan RI :
“Kita juga harus memperhitungkan dan menghormati keinginan bagi para
konsumen berkelas menengah ketas untuk mendapatkan kebutuhannya di tempat
yang lebih baik, dimana pasar tradisional belum dapat memaksimalkan perannya”
(Wawancara, 24 September 2012, Pasar Kranggan Yogyakarta). Kebersihan,
kenyamanan dan keamanan merupakan tiga faktor yang sulit untuk dilepaskan
saat konsumen memilih sebuah tempat pembelanjaan. Ini bukanlah sebuah
masalah yang bisa kita biarkan begitu saja, melainkan masalah serius untuk kita
tangani bersama, pedagang sebagai sumber manusia, masyarakat umum, dan
pemerintah.
Pertumbuhan retail market sudah mulai berkembang di Indonesia sejak
tahun 2000 tersebut telah menimbulkan persaingan yang tidak seimbang.
Datangnya pasar modern di tengah kehidupan masyarakat tanpa adanya
keseimbangan dengan peningkatan pelayanan dalam pasar tradisional atau
pemberian pengetahuan yang cukup untuk membekali para pedagang usaha kecil,
membuat persaingan yang tumbuh terlihat timpang. Ketimpangan tersebut dapat
dilihat dari berbagai aspek, diantaranya pelayanan yang diberikan, kejelasan harga
yang ditawarkan, penataan barang display, kebersihan barang dagang, dan hal
yang paling tidak dapat ditolerir lagi adalah mengenai tidak adanya pembatasan
dalam jam buka. Pasar modern, terutama retail market memiliki jam buka 24 jam
non-stop sedangkan pasar tradisional hanya buka berkisar antara jam 5.00 pagi
hingga 11.00 siang. Ini merupakan persoalan serius yang hingga saat ini tidak
disentuh dalam ranah hukum (peraturan) oleh pemerintah daerah setempat,
maupun pemerintah pusat.
3
Belum lagi, ketika kita berbicara mengenai masalah geografi atau tata
letak zona pasar tradisional dan pasar modern yang belum diatur secara jelas oleh
pemerintah. Mengacu pada Perbup Sleman No.13 Tahun 2010, mengatur pasar
modern untuk mengklasifikasikan toko modern, toko berjaring nasional an
bagaimana jarak yang mengatur toko modern tersebut dengan pasar tradisional
(www.slemankab.go.id-diakses pada tanggal 1 Oktober 2012; pukul 11.45). Akan
tetapi, Perbup Sleman tersebut tidak dapat secara praktis menyelesaikan masalah
yang terjadi dilapangan, karena terlihat pada omset pasar tradisional yang berada
di Kabupaten Sleman mengalami penurunan, dikarenakan faktor jarak pasar
modern yang hanya berjarak 30-40 m dari pasar tradisional. Hal ini belum dapat
diselesaikan hingga sekarang, upaya yang diberikan oleh pemerintah sekitar hanya
pada memberikan pengajuan rancangan peraturan yang mengatur masalah tersebut
di akhir bulan Agustus 2012.
Masyarakat yang berada sudah mulai memandang bahwa Pasar
Tradisional merupakan pasar kuno, yang tidak ada improvement didalam
pengembangannya. Hal tersebut semakin memperkuat bahwa kondisi pasar
tradisional ini tertinggal sekitar 0,143% per bulan dengan pasar modern ( Source :
A.C Nielsen, 2004 ). Melihat geografis atau letak dari Pasar Gamping yang terapit
oleh pasar-pasar modern, seperti Mirota Market, Indomaret, Pusat Import Buah-
Buahan, sehingga mengidentifikasikan bahwa omset di Pasar Gamping sangat
mengalami penurunan drastis dan perkembangan pasar yang tidak sehat karena
tidak adanya keseimbangan.
Ketidakseimbangan itu tidak hanya pada jumlah kuantitas dari
merebaknya pasar modern, akan tetapi dilihat dari omset yang didapat untuk
penigkatan para pedagangnya. Berikut merupakan data untuk membandingkan
omset yang diperoleh pasar tradisional dan pasar modern :
Tabel 1.
Perbandingan Omzet Pedagang Pasar Tradisional dengan Retail Market
Jenis Pasar
Omset Pasar Tradisional Retail market
Per-Bln Rp 764,2 ribu Rp 208,3 miliyar
Per-Tahun Rp 9,1 juta Rp 2,5 triliyun
Total Omset Rp 156,9 triliyun Rp 70,5 triliyun
Jumlah Pasar 17,1 Juta pedagang 280 retail market
Sumber : Lembaga Penelitian Smeru dan LOS DIY
4
Fenomena tersebut direspon secara lamban dan berkesan tidak agresif oleh
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Sehingga, kami akan menyelidiki
mengenai kontribusi “need achievement” para pedagang pasar terhadap
keberhasilan program revitalisasi pasar oleh pemerintah daerah Pasar Gamping,
Sleman.
C. PERUMUSAN MASALAH
Pemda Sleman melalui Dinas Pasar telah mengeluarkan kebijakan dan
program kegiatan untuk meningkatkan daya saing pasar gamping. Namun
demikian program ini belum menunjukkan keberhasilannya. Rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana kontribusi “need
achievement” (keinginan berprestasi) dari para pedagang Pasar Gamping
terhadap keberhasilan pemda dalam meningkatkan daya saing pasar tradisional
Gamping ?
D. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui program Dinas Pasar Sleman mengenai peingkatkan daya saing
pasar tradisional terhadap pasar modern.
2. Mengetahui “need achievement” para pedagang Gamping.
3. Mengetahui kontribusi “need achievement” para pedagang Gamping terhadap
keberhasilan program revitalisasi pasar oleh Pemda Sleman.
E. KEGUNAAN
1. Penelitian ini berguna untuk memberikan masukan kepada pemda Sleman
guna mengoptimalisasikan program revitalisasi pasar dengan memperhatikan
aspek perubahan prilaku para pedagang melalui motivasi berprestasi.
2. Penelitian ini diperlukan dalam rangka untuk membantu agar peran
pemerintah daerah Sleman sebagai mediator resmi bagi para pedagang
tradisional Pasar Gamping dalam mencapai tujuan yang di targetkan dapat
berjalan dengan semestinya tanpa adanya campur tangan dari pihak lain.
5
3. Meningkatkan kualitas pasar Gamping dan juga kuantitas masyarakat untuk
kembali berbelanja di pasar tradisional.
F. TINJAUAN PUSTAKA
„Need for achievement‟ adalah salah satu teori dari teori umum „tiga
kebutuhan‟. Teori tiga kebutuhan ini disampaikan oleh David Mc Clelland
beserta rekan-rekannya. Inti teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan
bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari
bahwa setiap orang mempunyai tiga jenis kebutuhan, yaitu : „Need for
Achievement’, „Need for Power‟, dan „Need for Affiliation’. (Sondang, 1989:
167).
David Mc Clelland sebagai salah satu tokoh penting dalam teori
modernisasi. Teori modernisasi Mc Clelland berangkat dari prespektif psikolog
sosial. Dalam bukunya, The Achievement Motive in Economic Growth, Mc
Clelland (1984) memberikan dasar-dasar tentang psikolog dan sikap manusia,
kaitannya dengan bagaimana perubahan sosial terjadi. Pertumbuhan ekonomi
dijelaskan dari sudut pandang faktor „internal‟ oleh Mc Clelland yakni pada nilai-
nilai dan motivasi yang mendorong untuk mengeksploitasi peluang, untuk meraih
kesempatan, pendeknya dorongan internal untuk membentuk dan mengubah nasib
sendiri. Pandangan lain didasarkan pada studi Mc Clelland, Inkeles, and Smith
(1961) terhadap thesis Weber mengenai etika dari Protestan dan pertumbuhan
kapitalisme. Berdasarkan tafsiran Mc Clelland, alasan mengapa rakyat Dunia
Ketiga terbelakang? Menurut tesis Weber yang ditafsirkan oleh Mc Clelland
dikarenakan rendahnya need for achievement tersebut. Sekali lagi, sikap dan
budaya manusia dianggap sebagai sumber masalah dan prototipe the achieving
society yang pada dasarnya adalah ciri-ciri dari watak dan motivasi masyarakat.
Mc Clelland memberikan sedikit kesimpulan, yaitu khayalan ada kaitannya
dengan dorongan dan perilaku dalam kehidupan mereka, yang dinamakan need
for achievement (N’ach) yakni nafsu untuk bekerja secara baik, bekerja tidak demi
pengakuan sosial atau gengsi, tetapi dorongan kerja demi memuaskan batin dari
dalam. Bagi sebagaian orang yang memiliki dorongan N’ach tinggi, maka mereka
akan cenderung unuk bekerja lebih keras. Mc Clelland selalu berpendapat bahwa
6
N’ach selalu berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan tinggi rendahnya
motive yang lain yakni need for power and need for affiliation.
WW. Rostow seorang ekonom Amerika Serikat menggunakan teorinya
untuk mempengaruhi model pembangunan hampir di seluruh dunia (Fakih,
2002:55) . Teori Rostow mengenai pertumbuhan pada dasarnya merupakan
sebuah versi dari teori modernisasi dan pembangunan, yakni suatu teori yang
meyakini bahwa faktor manusia (bukan struktur dan sistem) menjadi fokus utama
perhatian Rostow. Teori pertumbuhan adalah suatu bentuk teori modernisasi yang
menggunakan metafora pertumbuhan, yakni tumbuh sebagai organisme.
Asumsinya adalah bahwa semua masyarakat termasuk masyarakat Barat pernah
mengalami „tradisional‟ dan akhirnya menjadi „modern‟. Teori perubahan sosial
tersebut diuraikan oleh Rostow dalam bukunya The Stage of Economic Growth.
Dalam buku tersebut Rostow menjelaskan bagaimana perubahan sosial dalam
lima tahapan pembangunan ekonomi terjadi. Tahap pertama adalah masyarakat
tradisional, kemudian berkembang menjadi prakondisi tinggal landas, lantas
diikuti masyarakat tinggal landas, kemudian masyarakat pematangan
pertumbuhan, dan akhirnya mnecapai masyarakat modern yang dicita-citakan.
Dalam hal ini, peneliti juga mengangkat pendekatan dalam hal
pengembangan SDM (Human Resource Development). Irma Adelma berpendapat
bahwa revolusi bukanlah pilihan negara-negara miskin, dan studinya menunjukan
bahwa dalam arti absolut, lapisan bawah 40-60% penduduk di negara ini menjadi
semakin buruk (Fakih, 2002:66). Dia mengajukan jalan human resource
development untuk mencapai pertumbuhan dengan pemerataan.
Suatu pra-kondisi untuk sukses adalah redistribusi aset produktif, seperti
tanah dan modal fisik – seperti yang pernah di jalankan di Jepang, Taiwan, dan
Korea. Persyaratan juga harus dibuat untuk menjamin berlangsungnya akses aset
bagi orang miskin setelah distribusi dilaksanakan. Elemen berikutnya dari strategi
ini adalah program massa untuk pengembangan sumber daya manusia,
sebagaimana pernah terjadi di Korea. Penekanan pada penciptaan sumber daya ini
akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan GNP, melahirkan tekanan sosial,
keributan, dan ketidakstabilan politik. Dengan begitu strategi ini memerlukan
7
pemerintahan yang kuat yang akan mampu menghadapi masalah-masalah tersebut
secara efektif. (Fakih,2002 :55-66)
Dalam penelitian ini peneliti mengguanakan 3 teori dasar dan satu
pendekatan, yaitu teori need for achievement, teori modernisasi, teori
pertumbuhan, dan pendekatan dalam hal pengembangan SDM (Human Resource
Development). Ke empat dasar tersebut menjadi satu dan dipadukan sehingga
mengahasilkan rumusan yang baik dan sesuai dengan tujuan penelitian yang akan
kami jalani. Sehingga teori dan pendektan tersebut menjadi acuan dalam
melakukan penelitian.
G. METODE PELAKSANAAN
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang kontribusi “need achievement” para
pedagang terhadap keberhasilan program revitalisasi pasar oleh pemda Sleman.
2. Teknik pengumpulan data
Data penelitian didapat dari sumber utama yaitu para pedagang pasar
tradisonal gamping yang sehari-hariya berhadapan langsung dengan konsumen
dan juga bersaing langsung dengan pasar modern yang berada di depan Pasar
Gamping melalui deep interview dan metode focus group discussion (FGD) untuk
memperoleh informasi di Pasar Gamping mengenai keberhasilan “need
achievement” para pedagang yang kemudian dikorelasikan dengan keberhasilan
program revitalisasi pasar oleh pemda Sleman. Data sekunder diperoleh dari
kajian dokumentasi, baik dari ekspos media massa yang terkait dengan aksi
mahasiwa serta diskusi secara langsung dengan tokoh-tokoh ekonomi.
Focus Group Discussion (FGD) yang kita ambil sebagai salah satu metode
merupakan proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai
suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok
(Irwanto; 2006: 1-2). Dikarenakan penelitian ini kami menggunakan metode
kualitatif, maka FGD memberikan kemudahan dan peluang bagi peneliti untuk
menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan memahami persepsi, sikap, serta
pengalaman yang dimiliki oleh pedagang pasar Gamping. FGD memungkinkan
8
peneliti dan pedagang pasar gamping berdiskusi intensif dan tidak kaku dalam
membahas permasalahan di dalam pasar yang sangat spesifik. Selain itu, manfaat
lain yang didapat adalah penggunaan focus group discussion memungkinkan
peneliti mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif dari para pedagang
yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Ada tiga kata kunci yang harus
dilakukan dalam FGD, diantaranya : diskusi (bukan wawancara atau obrolan),
kelompok (bukan individu), dan terfokus/terarah (bukan bebas).
3. Teknis analisis data
Dalam penelitian kualitatif, obyektivikasi data akan didapatkan dengan
memberikan kesempatan yang luas kepada obyek untuk bertutur tentang sesuatu.
Artinya peneliti tidak memiliki otoritas untuk melakukan treatment, baik
mengarahkan agar responden memilih jawaban tertentu ataupun
menginterpretasikan makna keluar dari obyek yang diteliti. Pekerjaan analisis
lebih pada upaya mengorganisasikan temuan, dan kemudian mengkonstruksikan
temuan tersebut dalam bingkai obyek yang diteliti. Dari analisis ini kemudian
akan diperoleh kesimpulan makna yang ramah dengan obyek penelitian, dan
bermanfaat bagi pembuatan rekomendasi penelitian yang dapat diterapkan di
lapangan.
4. Populasi dan sampel
Populasi penelitian adalah para pedagang pasar tradisional di Pasar
Gamping. Penentuan sampel dilakukan melalui purposive random sampling, yang
dimaksudkan guna mengetahui keberhasilan “need achievement” para pedagang
yang nantinya akan dikorelasikan dengan keberhasilan program revitalisasi pasar
oleh pemda Sleman.
5. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, terhadap para
pedagang pasar tradisional di Pasar Gamping yang memiliki barang dagang
berbeda-beda, seperti pedagang sayur, pedagang buah, pedagang daging, dan
pedagang di toko kelontong. Pertimbangan mengambil 4 tipe pedagang pasar
tersebut karena merepresentasikan dampak dari kontribusi “need achievement”
8
9
dari setiap tipe/los pedagang terhadap keberhasilan program revitalisasi pasar oleh
pemda Sleman.
H. JADWAL KEGIATAN
I. RANCANGAN BIAYA
1. Anggaran Komponen peralatan
No Nama Bahan/Peralatan Volume Harga Satuan Jumlah Harga
1 Kertas HVS 80 gram 1 rim 30.000 30.000
2 Alat tulis (notes, ballpaint,
pensil, metaplan, kertas
manila)
20 set
30.000 600.000
3 Flash disk recording 4 G 2 buah 400.000 800.000
4 CD Blank 1 pak 100.000 100.000
5 Tinta Printer laser jet
Hitam 1 tube
250.000 250.000
6 Tinta Printer Colour 1 unit 250.000 250.000
8 Spidol white board 1 dos 50.000 50.000
Jumlah 2.080.000
2. Anggaran Komponen Perjalanan
No Tempat Tujuan Volume Harga Satuan Jumlah
Harga
1 Pasar Gamping 5 kali datang X 4
orang
50.000 1.000.000
2 Badan Pusat Statistik
(BPS)
2 kali datang X 4
orang
50.000
400.000
3 Pusat Ekonomi UGM 4 kali datang X 4
orang
60.000
960.000
4 Kantor Pemerintah
Daerah Sleman –
Dinas Pasar
2 kali datang X 4
orang
75.000 600.000
Jumlah 2.960.000
No Nama Kegiatan
Waktu Penanggung
Jawab (PJ) Bln
I
Bln
II
Bln
III
Bln
IV
1 Penyusunan Pedoman wawancara
dan penentuan nara sumber
Septian
2 Wawancara dalam rangka
mendapatkan data
Bungsu
3 Olah data dan Analisa Sannya
4
Pemetaan relasi antara “need for
achievement” dengan program
revitalisasi pasar gamping oleh
pemda Sleman- Dinas Pasar.
Luci
5 Penyusunan Laporan Akhir
Kegiatan
Luci
10
3. Anggaran Komponen Pertemuan/ Wakil Pedagang Pasar
Tradisional Gamping setiap Los
No Uraian Kebutuhan Volume Harga Satuan Jumlah Harga
1 Uang Transport Peserta 20 org 25.000 500.000
2 Konsumsi 20 org 15.000 300.000
Jumlah 800.000
4. Anggaran Komponen Laporan
No Uraian Kegiatan Volume Biaya Satuan Jumlah Harga
1 Penulisan laporan 1 laporan 500.000 700.000
2 Penggandaan laporan 8 exemplar 25.000 200.000
3 Penulisan Modul Sosialisasi 1 kegiatan 250.000 250.000
4 Penggandaan modul 30 exemplar 30.000 900.000
Jumlah 2.050.000
5. Komponen Lain-Lain
No Uraian Kegiatan Volume Biaya Satuan Jumlah Harga
1 Pembelian referensi buku dan
jurnal pendukung penelitian
10
buku/jurnal
100.000 1.000.000
2 Rapat-rapat 10 kali 100.000 1.000.000
3 Komunikasi 5 kali 100.000 500.000
Jumlah 2.500.000
Total anggaran yang diajukan
No Komponen Biaya Anggaran
1 Peralatan 2.080.000
2 Perjalanan 2.960.000
3 Pertemuan/lokakarya 800.000
4 Laporan 2.050.000
5 Lain-lain 2.500.000
Total 10.390.000
J. DAFTAR PUSTAKA
Siagian, Sondang P. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Fakih, Mansour. 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Statistik Indonesia 2011.2011. Jakarta : Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia.
http: //www.slemankab.go.id/ , diakses 1 Oktober 2012.
11
Sekolah Pasar Universitas Gadjah Mada. 2010. Awan Sentosa. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
LOS DIY.2010-2011.Perlindungan dan Pengembangan Pasar
Tradisional.Yogyakarta SOPAS UGM dan LOS.
SMERU Research. 2007. Pasar Tradisional di Era Persaingan Global.
Jakarta:Lembaga Penelitian Smeru.
12
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Kelompok
Ketua Kelompok
Nama Lengkap : Lucitania Rizky
NIM : 20110510236
Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta/ 28 Oktober 1992
Alamat Rumah : Sorowajan, RT 08, No 282, Panggungharjo
Sewon Bantul 55188
No. HP : 089 954 29 330
E-mail : [email protected]
Asal Perguruan Tinggi : Unversitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas/ Jurusan : Isipol/ Ilmu Hubungan Internasional
Program Studi : S1
Pengalaman Organisasi dan Prestasi :
- Tim Divisi Pendidikan Sekolah Pasar UGM periode 2011/2012
- Tim Divisi Social Market Sekolah Pasar UGM periode 2012/2013
- Mewakili UMY dalam International Conference UNESCO „Young
Enterpreneur‟ 2011
Yogyakarta, 23 Oktober 2012
Lucitania Rizky
Anggota Kelompok 1
Nama Lengkap : Sannya Pestari Dewi
NIM : 20110510235
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 1 Januari 1995
Alamat Rumah : Jalan Ring Road Barat, gg. Rukun Taman Tirto
Kasihan, Bantul.
No. HP : 089 769 10 300
E-mail : [email protected]
Asal Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas/ Jurusan : Isipol/ Ilmu Hubungan Internasional
Program Studi : S1
Prestasi : Olimpiade Kimia 2009 Se- Pulau Sumatera
Yogyakarta, 23 Oktober 2012
Sannya Pestari Dewi
13
Anggota Kelompok 2
Nama Lengkap : Septian Tri Cahyo
NIM : 20110510286
Tempat/ Tanggal Lahir : Lampung / 3 September 1993
Alamat Rumah : Mulya Asri RT 03, RW 02 Tulang Bawang
Tengah
No. HP : 085 729 422 006
E-mail : [email protected]
Asal Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas/ Jurusan : Isipol/ Ilmu Hubungan Internasional
Program Studi : S1
Pengalaman Organisasi :
- Koordinator Art and Culture Division Student English Activity UMY 2012/2013
- Panitia English Week UMY 2012
- Panitia Mataf FISIPOL UMY 2012
- Sekertaris Divisi Syiar Badan Eksekutif Mahasiswa FISIPOL UMY 2012/2013
Yogyakarta, 23 Oktober 2012
Septian Tri Cahyo
Anggota Kelompok 3
Nama Lengkap : Bungsu Anugrah Gusti
NIM : 20120510389
Tempat/ Tanggal Lahir : Semarang/ 26 Maret 1994
Alamat Rumah : Jl. Taman Satriomanah 3/17
No. HP : 089 668 613 523
E-mail : [email protected]
Asal Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas/ Jurusan : Isipol/ Ilmu Hubungan Internasional
Program Studi : S1
Yogyakarta, 23 Oktober 2012
Bungsu Anugrah Gusti
14
Lampiran 2. Biodata Dosen Pendamping
Nama : Sugito, S.I.P., M.Si.
NIK : 163074
Instansi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tempat, Tgl. Lahir : Yogyakarta, 24 Agustus 1977
Jenis kelamin : Pria
Pangkat/Golongan : Penata Muda / III a
Jabatan Struktural : Sekretaris Jurusan Hubungan Internasional UMY
Jabatan Akademik : Asisten Ahli
Alamat Kantor : Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisipol UMY.
Kampus Terpadu Jalan Lingkar Barat, Tamantirto,
Kasihan, Bantul, DIY. 55183 Telp. (0274) 387 656,
Psw.122. Faks (0274) 387646
Alamat rumah : Gamping Tengah RT 01/RW 15, Ambarketawang,
Gamping, Sleman 55294
Pendidikan :
Jenjang Universitas (tahun
lulus)
Bidang
Keahlian
Judul Skripsi/Tesis
S2 Magister Perdamaian
dan Resolusi
Konflik, Sekolah
Pasca Sarjana,
Universitas Gadjah
Mada (2007)
Perdamaian
dan Resolusi
Konflik
Evaluasi Terhadap Misi
Peacebuilding United
Nations Transitional
Administration in East
Timor
S1 Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta
(2000)
Ilmu
Hubungan
Internasional
Sumber Legitimasi
Kekuasaan Hafidz Al
Assad di Suriah
Penelitian :
No Judul Tahun Sumber Dana
1
Pengaruh Pergantian Kekuasaan di
Asia Tenggara Terhadap Integrasi
ASEAN
2005 UMY
2 Hubungan Luar Negeri Uni Eropa-
Indonesia
2004 UMY
3 Faksionalisasi Gerakan Aceh Merdeka
Pasca Perjanjian Damai Helsinki 2005
2007 UMY
4
Faktor-Faktor Penyebab dan Pemicu
Konflik di Irak Pasca Berakhirnya
Kekuasaan Saddam Hussein
2006 UMY
Yogyakarta, 23 Oktober 2012
Sugito, SIP, M.Si.