pkm p rusliandi
DESCRIPTION
pkm ditujukan untuk umum khusus penelitianTRANSCRIPT
i
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM :
UJI KEMAMPUAN EKSTRAK LUMUT Octoblepharum albidium Hedw
SEBAGAI ANTI FUNGI Pytosporum ovale PENYEBAB KETOMBE
(Dundraff)
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkanoleh:
Rusliandi NIM H 141 12063 TahunAngkatan 2012
Diah Pratiwi NIM H 141 12 003 TahunAngkatan 2012
Muchsin Alatas NIM H 141 12 025 TahunAngkatan 2012
Nadhifah Rizqi Firdaus NIM H 1041141014 TahunAngkatan 2014
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
ii
iii
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ............................................................................... i
Lembar Pengesahan ....................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................ iii
Daftar Gambar ............................................................................... iii
RINGKASAN ............................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................... 4
BAB 3. METODE PENELITIAN................................................. 6
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ............................ 8
4.1 Anggaran Biaya ....................................................................... 8
4.2 Jadwal Kegiatan ...................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................ 11
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1. Ketombe (Dandruff)...................................................... Gambar 2. Metode Kertas Cakram ……………………………… .
4 8
1
RINGKASAN Ketombe (dandruff) merupakan manifestasi dari dermatitis seboroik, yaitu
kondisi pengelupasan kulit kepala yang berlebihan tanpa disertai tanda–tanda inflamasi.Gambaran klinis ketombe berupa sisik halus atau serbuk kering, berwarna putih atau abu–abu yang mengumpul pada beberapa lokasi dipermukaan kulit kepala. Mikroorganisme penyebab utama ketombe adalah jamur Pityrosporumovale.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti fungi ekstrak lumut Octoblepharum albidium terhadap jamur Pityrosporumovale penyebab ketombe. Konsentrasi ekstrak lumut Octoblepharum albidium yang digunakan yaitu 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% dengan control positif 2% ketokonazol. Pengujian ekstrak lumut Octoblepharum albidium dilakukan dengan metode difusi kertas cakram Kirby-Bauer pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Data yang penelitian diperoleh dianalisis dengan Analisis Varians(ANAVA) dan keadaan yang menunjukkan beda nyata dilanjutkan dengan uji Tukeypada taraf kepercayaan 95%.
2
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia yang beriklim tropis memiliki kondisi kelembaban yang tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya penyakit-penyakit kulit oleh berbagai jenis mikroorganisme. Salah satu penyakit kulit yang cukup popular di masyarakat adalah ketombe. Wijaya (2001) menyatakan ketombe (dandruff) merupakan manifestasi dari dermatitis seboroik, yaitu kondisi pengelupasan kulit kepala yang berlebihan tanpa disertai tanda–tanda inflamasi.Gambaran klinis ketombe berupa sisik halus atau serbuk kering, berwarna putih atau abu–abu yang mengumpul pada beberapa lokasi dipermukaan kulit kepala (Prawito, 2001).
Sekitar 25-50% populasi manusia didunia mengalami masalah ketombe dalam berbagai derajat keparahan. Kejadian ketombe meningkat pada usia menjelang 20 tahun dan cenderung menurun diusia 50 tahun serta jarang pada bayi dan anak-anak. Ketombe juga lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita(Bramono, 2002).
Kejadian atau insiden ketombe dari aspek medis masih kurang mendapat perhatian yang serius, tetapi ditinjau dari aspek kosmetik, ketombe merupakan salah satu persoalan yang penting. Insiden ketombe pada ras kaukasia sekitar 20-50%, sedangkan pada ras lain belum pernah dipublikasi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya ketombe di kulit kepala. Adanya mikroflora Pityrosporum ovale dalam jumlah berlebih pada kulit kepala disinyalir menjadi salah satu penyebab utama timbulnya ketombe (Hendra, 2012).
Dewasa ini perkembangan pengobatan telah mengarah kembali ke alam (Back to nature) karena obat herbal telah terbukti lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping seperti halnya obat-obat kimia. Beberapa penelitian terhadap tanaman yang berpotensi sebagai anti ketombe, diantaranya adalah tanaman sirih merah (Piper crocatum), kubis (Brassica oleracea var. Capitata alba) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Hasil dari penelitian membuktikan bahwa senyawa- senyawa metabolit sekunder, seperti alkaloid, flavonoid, kuinon, minyak atsiri, karvakrol dan saponindi dalam tanaman tersebut mampu menghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
Tanaman lain yang diduga berpotensi sebagai penghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale adalah lumut Octoblepharum albidium. Berdasarkan jhasil penelitian Widyana (2014), lumut Octoblepharum albidium mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti alkaloid, flavonoid, kuinon dan saponin yang dapat dijadikan sebagai antitumor, antikanker, antioksidan, antibakteri dan antifungi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan lumut Octoblepharum albidium, karena diduga dapat menghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale penyebab ketombe.
Lumut Octoblepharum albidium hanya dikenal sebagai gulma pada tanaman sawit dan belum ada pemanfaatan khusus untuk lumut ini, khususnya di Kalimantan Barat. Mengingat kurangnya pemanfaatan dari gulma Octoblepharum
3
albidium Hedw dan minimnya literatur ilmiah tentang anti ketombe, maka diperlukan pengujian ekstrak lumut Octoblepharum albidium Hedw sebagai antifungi Pityrosporum ovale penyebab ketombe sebagai solusi dalam mengatasi penyakit kulit yang seringkali terjadi dimasyarakat. 1.2 Perumusan Masalah
Kasus ketombe yang sering muncul di masyarakat dapat menjadi permasalahan yang cukup serius apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Gangguan pada kulit kepala ini meskipun tidak mematikan, akan tetapi dapat sangat mengganggu kenyamanan dan penampilan akibat rasa gatal yang ditimbulkannya. Solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui pemanfaatan bahan-bahan alami yang ada, seperti ekstrak dari lumut Octoblepharum albidium Hedw yang sejauh ini belum pernah diketahui kemampuannya sebagai antifungi Pityrosporum ovale penyebab ketombe.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan pada penelitian ini yaitu : 1) Bagaimanakah pengaruh ekstrak lumut Octoblepharum albidium Hedw
terhadap aktvitas Fungi Pityrosporum ovale penyebab ketombe? 2) Berapa konsentrasiekstrak lumut Octoblepharum albidium Hedw yang efektif
dalam menghambat pertumbuhan jamurPityrosporum ovale penyebab ketombe?
1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui aktivitas antifungi ekstrak lumut Octoblepharum albidium Hedw terhadap Pityrosporum ovale penyebab ketombe.
2. Mengetahui konsentrasi ekstrak lumut Octoblepharum albidium Hedw yang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale penyebab ketombe.
1.4 Luaran yang diharapkan Luaran yang diharapkan dari penelitian ini selain menghasilkan produk
shampo juga memberikan informasi ilmiah tentang bagaimana memanfaatkan lumut Octoblepharum albidium Hedw sebagai bahan kimia alam yang berguna sebagai anti ketombe alternatif berbasis farmakologi. 1.5 Kegunaan
Kegunaan penelitian ini yaitu upaya peningkatan manfaat Octoblepharum albidium Hedw sebagai antifungi Pityrosporum ovale penyebab ketombe. Lumut Octoblepharum albidium Hedw belum secara optimal dan hanya tumbuh menganggu tanaman substratnya untuk tumbuh. Oleh karena itu disamping sebagai solusi dalam mencari obat-obat alami terbarukan, penelitian ini juga memberikan konstribusi positif terhadap dunia perkebunan, pertanian dan kesehatan.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketombe (Dandruff) danFungi Pityrosporum ovale
Indonesia yang beriklim tropis dengan kondisi kelembaban yang tinggi, sangat memungkinkan terjadinya penyakit-penyakit kulit oleh berbagai jenis mikroorganisme. Penyakit yang muncul disamping karena pola hidup yang kurang sehat,juga diakibatkan karena pengaruh bahan-bahan kimia berbahaya sehingga dapat memicu kasus penyakit kulit lain. Salah satu penyakit kulit yang cukup popular dan sering terjadi di masyarakat adalah ketombe (Wasitaatmadja,1997: Hendra, 2012).
Leyden, dkk (1982) menyatakan bahwa penyakit ketombe (dandruff) ditandai dengan adanya skuama yang berlebihan pada kulit kepala yang menunjukkan proses deskuamasi fisiologis yang lebih aktif tanpa disertai tanda-tanda inflamasi. Umumnya ketombe juga dianggap sebagai permulaan atau bentuk paling ringan dari dermanitis seboroik yang mengenai kulit kepala.
Kejadian atau insiden ketombe dari aspek medis masih kurang mendapat perhatian yang serius, tetapi ditinjau dari aspek kosmetik, ketombe merupakan salah satu persoalan yang berarti. Insiden ketombe pada ras kaukasia sekitar 20-50%, sedangkan pada ras lain belum pernah dipublikasi. Faktor yang mempengaruhi timbulnya ketombe di kulit kepala diantaranya adalah mikroflora Pityrosporum ovale dalam jumlah berlebih pada kulit kepala disinyalir menjadi salah satu penyebab utama timbulnya ketombe.
Gambar 1. Ketombe (Dandruff)
Menurut Shuster (1984), jamur Pityrosporumovale tidak diragukan lagi sebagai penyebab primer ketombe karena memenuhi Postulat Koch, yaitu adanya pertumbuhan berlebihan dari Pytosporum ovale pada penderita ketombe. Jumlah Pityrosporum ovale pada kulit kepala normal sekitar 45% dari populasi mikroflora total, sedangkan pada kulit kepala berketombe proporsinya meningkat menjadi 75%.Pityrosporum ovale meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan peningkatan jumlah mikroflora total yang hanya 1 juta per cm2 menjadi 1,2 juta per cm2 pada penderita ketombe. Hal ini didukung Leyden, dkk.(1982) yang berpendapat bahwa jamur ini mempunyai peranan penting dalam patogenesis ketombe.
5
Kondisi stres dan kadar minyak yang berlebih pada kulit kepala juga dapat memicu timbulnya ketombe. Ketika dalam keadaan stress, kerja hormon androgen akan meningkat. Hormon ini menyebabkan minyak berlebih pada kulit kepala sehingga mempermudah terjadinya pengelupasan kulit kepala atau ketombe. Selain itu, banyak memakan gorengan dan makanan berminyak, juga dapat meningkatkan kadar minyak dalam tubuh. Jadi, banyak kondisi yang menyebabkan minyak di kulit kepala itu meningkat, sehingga menyuburkan mikroorganisme dan menyebabkan infeksi (Wijaya, 2001).
Skuama dapat terlepas dari permukaan kulit dan bertebaran di antara batang rambut atau jatuh pada kerah baju ataupun bahu penderita.Penyakit ini seringkali asimtomatik, tetapi tidak jarang disertai rasa gatal yang terkadang sangat mengganggu. Kasus yang kronis dapat pula disertai sedikit kerontokan rambut yang sifatnya reversible.Sisik putih halus kering, kadang berminyak merupakan lapisan keratin epidermal yang terlepas akibat garukan atau sisiran (Prawito, 2001). 2.2 Antifungi
Selama beberapa abad, antijamur atau antifungi dipakai sebagai pelindung terhadap serangan fungi. Negara Yunani dan Romawi kuno mengenalkan sulfur yang sampai sekarang masih digunakan sebagai antifungi Umumnya antifungi dapat dipakai untuk mengadakan proteksi, imunisasi dan terapi. Antifungi dalam arti yang luas didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan, tepatnya mengendalikan fungi. Fungisida yang ideal mempunyai sifat-sifat dapat meracuni patogen, tidak merusak tanaman, tidak meracuni manusia, tidak meracun ternak, murah dan mudah didapat, tidak mudah terbakar, tahan disimpan lama, tidak merusak alat-alat, mudah dibuat dan mudah pemakaiannya, dapat merata dan melekat kuat, dapat aktif dalam waktu yang lama setelah dipakai, dapat membunuh hama, bakteri, serta gangguan lainnya. Fungisida yang baik juga tidak menimbulkan residu yang tinggi dalam hasil pertanian (melebihi batas toleransi tubuh yang memakannya), tidak mencemarkan lingkungan, dan tidak cepat menimbulkan sifat resisten jamur. 2.3 Lumut Octoblepharum Albidium Hedw
Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada substrat berupa pohon, kayu mati, kayu lapuk, daun, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan yang lembap serta penyinaran yang cukup. Krisnayana et al., (2010) menyebutkan lumut mengandung senyawa aktif metabolit sekunder. Senyawa ini diketahui dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri, antifungi, antioksidan, antitumor dan antikanker.Kemampuan antibakteri pada lumut ditentukan oleh keberadaan senyawa bioaktif yang ada di dalamnya seperti alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin dan terpenoid (Fadhilah, 2010).
Widyana (2014) menyatakan bahwa esktrak dari lumut Octoblepharum albidium Hedw sangat efektif dalam mengatasi bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan hasil uji fitokimia
6
Octoblepharum albidium memiliki sejumlah kandungan metabolit sekunder seperti alkaloid, polifenol, flavonoid, terpenoid dan saponin.
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan, yaitu bulan Februari sampai April 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak. 3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu autoklaf, cawan petri, kertas saring Whatman, tabung reaksi,erlenmeyer, gelas beaker, gelas ukur, desikator,hot plate, magnetic stirrer, timbangan digital, spektrofotometer UV, jarum inokulasi lurus, jarum ose, pinset, lampu spiritus, korek api, gunting, cottonbud, kain kasa, mortar, scalpel, inkubator, kertas aluminium foil,clean pack, kertas label, plastik wayang, botol vial, dan kertas sampul cokelat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lumut Octoblepharum Albidium, larutan 0,5 Mc-Farland yang dibuat dengan komposisi H2SO4 1% dalam 995 ml akuades dan BaCl2 dalam 5 ml akuades, larutan 0,9%steril salinedibuat dengan melarutkan 0,9gr NaCl dalam 100 ml akuades steril, akuades steril, DMSO (DimetilSulfoxid), KOH 10%, H2SO4 pekat, HCl pekat,bubuk Mg, alkohol 70%, spritus, ketokonazol, metanol, media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) + olive oil dan biakan murni jamur Pityrosporum ovale.
3.3 Cara Kerja 3.3.1 Sterilisasi Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini seperti tabung reaksi, erlenmeyer, cawan petri, jarum ose, gelas ukur, dan lain-lain, sebelum digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Alat-alat yang berupa tabung reaksi ditutup dengan penutup yang terbuat dari kapas sedangkan cawan petri dibungkus dengan kertas sampul. Alat-alat tersebut kemudian disterilisasi dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C dan tekanan 2 atm. Selain itu, media SDA yang akan digunakan juga disterilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan. 3.3.2 Preparasi Sampel Lumut Octoblepharum albidium Hedw
Sampel lumut yang diperoleh disortir terlebih dahulu dan jika ditemukan koloni yang bukan lumut daun Octoblepharum albidiumHedw maka tidak akan diikutsertakan dalam proses ekstraksi. Lumut Octoblepharum albidium Hedw kemudian dicuci dengan air yang mengalir lalu dikering anginkan dalam ruangan selama 11 hari tanpa terkena sinar matahari secara langsung. Sampel yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan mortar hingga sampel terbentuk menjadi serbuk dan dilanjutkan dengan proses ekstraksi dengan metode maserasi (Veljic et al., 2010).
7
3.3.3 Ekstraksi Sampel Lumut Octoblepharum albidium Hedw Sampel Octoblepharum albidium Hedw yang telah dihaluskan ditimbang
sebanyak 200 gram kemudian dimaserasi dengan metanol 1,5 L pada suhu ruang. Proses maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam, setiap 1 x 24 jam dilakukan pengadukan menggunakan batang pengaduk dan disaring. Serbuk Octoblepharum albidium Hedw dimaserasi kembali dengan metanol baru sebanyak 500 ml. Ekstrak kemudian dikumpulkan menjadi satu dan diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 400C dengan kecepatan 40 rpm dan tekanan 0,06-0,08 Mpa selama 7 jam. Ekstrak yang diperoleh dimasukkan kedalam wadah yang steril dan ditimbang berat ekstrak kentalnya. Ekstrak disimpan dalam desikator silika gel agar terhindar dari kontaminasi jamur (Veljic et al., 2010). 3.3.4 Pembuatan Larutan Sampel
Pembuatan ekstrak Octoblepharum albidium Hedw yaitu dilakukan dengan cara ekstrak lumut tersebut dilarutkan dalam larutan DMSO 10%. Berat ekstrak sesuai dengan konsentrasi perlakuan sebanyak 20 mg, 40 mg, 60 mg, 80 mg dan 100 mg dilarutkan masing- masing dengan 1ml DMSO 10%. Kontrol positif menggunakan 2 % ketokonazol. 3.3.5 Uji Fitokimia
Uji fitokimia pada Octoblepharum albidium Hedw meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji flavonoid, uji saponin dan uji terpenoid (Marliana et al., 2005). 3.3.6 Uji Daya Hambat
Penentuan aktivitas anti Pityrosporum ovale dilakukan dengan metode apus Kirby-Bauer dengan menggunakan kertas cakram. Metode ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut (Elin, dkk., 2006 ; Wijaya, 2001) : 1. Media agar SDA + olive oil 1% sebanyak 20 mL dituangkan ke dalam 7 buah
cawan petri dan dibiarkan hingga padat, setelah itu ditambahkan 0,1 ml inokulum Pityrosporum ovale. Kemudian permukaan media diapus dengan batang L hingga tersebar merata.
2. Kertas cakram steril dimasukkan pada botol vial yang berisi ekstrak lumut dengan berbagai taraf konsentrasi. Setelah itu, kertas cakram yang telah dicelupkan ke larutan uji diletakkan di atas lempeng agar menggunakan pinset.
3. Masing-masing cawan petri ini diinkubasi dengan cara terbalik selama 2sampai 4 hari pada suhu 37 ºC.
4. Daerah hambatan pertumbuhan di sekeliling kertas cakram akan tampak bening. Daerah atau zona bening di sekitar kertas cakram tersebut menunjukkan uji positif dan diameter zona bening yang terbentuk kemudian diukur menggunakan mistar. Pengukuran daerah bening dapat dilihat pada (Gambar 2).
8
3.3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Varians (ANAVA). Keadaan yang menunjukkan beda nyata dilanjutkan dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Anggaran Biaya No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp) 1 Peralatan penunjang (cawan petri, kertas saring
Whatman, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas beaker, gelas ukur, desikator,hot plate, magnetic stirrer, timbangan digital, jarum inokulasi lurus, jarum ose, pinset, lampu spiritus, korek api, gunting, cottonbud, kain kasa, mortar, scalpel, kertas aluminium foil,clean pack, kertas label, plastik wayang, botol vial, dan kertas sampul cokelat).
7.540.000
2 Bahan habis pakai (Asam Sulfat (H2SO4),
Akuades, BaCl2, Natrium Klorida (NaCl), Dimetil Sulfoxid (DMSO), Kalium Hidroksida (KOH), Asam Klorida (HCl), Bubuk Magnesium (Mg), Alkohol 70 %, Spiritus, Ketokonazol, Metanol dan Olive oil).
840.000
3 Perjalanan PP (pulang dan pergi) Kab. Kubu Raya
954.000
4 Lain-lain (Alat tulis, kamera, fotocopy dan penjilidan, pengiriman laporan, printer, cartridge dan tinta printer)
2.566.000
Jumlah 11.900.000
Daerah zona
bening
Kertas cakram yang berisi larutan
Inkubasi 37 ºC
2-4 hari
Medium agar telah diinokulasi dengan jamur
9
4.2 Jadwal Kegiatan
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama 3 bulan. Adapun jadwal kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Rincian Rencana Penelitian No Jenis Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 1 Persiapan penelitian 2 Pelaksanaan penelitian 3 Pengumpulan data dan pengolahan data 4 Penyusunan laporan 5 Penggandaan dan pengiriman laporan
DAFTAR PUSTAKA
Bramono K. 2002. Pitiriasis Sika (Ketombe Etiopatogenesis) Dalam: Wasitaatmadja SM, Menaldi SLS, Jacoeb TNA, Widaty S, editors. Kesehatan dan Keindahan Rambut, Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia.
Elin E Y, Suwendar dan Ernita Ekawati. 2006. Aktivitas Ekstrak Etanol Herba Seledri (Apiumgraveolens) dan Daun Urang Aring (Ecliptaprostata L.) Terhadap Pityrosporum ovale. Sekolah Farmasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Fadhilla, R., 2010, Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol Lumut Hati (Marchantia paleacea) Terhadap Bakteri Patogen Dan Pembusuk Makanan, Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hendra Hadi. 2012. Efektivitas Antifungi Ekstrak Metanol Kulit Buah Langir (Xanthhophyllum obscurum A.W. Benn.) Terhadap Jamur Pityrosporum ovale Penyebab Ketombe. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pontianak : Universitas Tanjungpura. Krisnayana et al., (2010) : : Krisnayana, MP, Putra, IP, Putra & Rahayu, AT, 2010, Potensi Lumut Sebagai Zat Antimikroba, Institut Pertanian Bogor. Leyden J, McGinley K dan Kligman A. 1982. Dandruff : Pathogenesis and Treatment, dalam : Frost P, Horwitz S. Ed Principles of Cosmetics for The Dermatologist. St. Louis : The C.V. Mosby, 186-72.
10
Marliana, SD, Suryanti, V & Suyono, 2005, Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq Swartz.) dalam Ekstrak Etanol, Jurnal Biofarmasi, vol. 4, hal. 26-31. PrawitoSP. 2001. Cosmeceuticals Antiketombe Dalam: Wasitaatmadja SM, Rata IGAK, editors Cosmeceuticals, Jakarta. p. 41-9. Shuster S. 1984. The Aetiology of Dandruff and The Mode of Action of Therapeutic Agents. Br J Dermatol. Veljic, M, Ćiric, A, Sokovic, M, Janackovic, P &Marini, PD, 2010, Antibacterial and Antifugal Activity of the Liverwort (Ptilidium pulcherrimum) Methanol Extract, Juornal Biology, University of Belgrade, Faculty of Biology, vol. 2, hal 381 - 395 Wasitaatmadja S M. 1997. Ketombe Dalam : Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesisa (UI-Press).. Widyana.2014. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Lumut Octoblepharum albidium Hedw terhadap Pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Pontianak : Universitas Tanjungpura Wijaya L. 2001. Pengaruh Jumlah Pityrosporum ovale dan Kadar Sebum Terhadap Kejadian Ketombe (Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semester VII). Laporan Penelitian.s Tesis Bagian / SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UNDIP RSUP Dr. Kariadi Semarang.
11
LAMPIRAN- LAMPIRAN Lampiran 1.Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing
12
13
14
15
16
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Peralatan Penunjang Material Justifikasi
Pemakaian Kuantita
s Harga
Satuan (Rp) Jumlah
(Rp) Cawan petri Wadah untuk media
dan uji daya hambat 7 buah 30.000 210.000
Kertas saring Whatman
Menyaring ekstrak 1 pack 400.000 400.000
Tabung reaksi Wadah untuk perlakuan reaksi
8 buah 10.000 80.000
Gelas beaker Wadah untuk mengukur dan mencampur larutan
7 buah 50.000 350.000
Gelas ukur Mengukur volume larutan
5 buah 102.000 510.000
Desikator Menghilangkan kadar air bahan
1 unit 1.500.000 1.500.000
Hot plate Meningkatkan suhu larutan
1 buah 1.150.000 1.150.000
Magnetic stirrer menghomogenkan larutan
3 buah 20.000 60.000
Timbangan digital Mengukur berat benda
1 buah 2.250.000 2.250.000
Jarum inokulasi lurus
Untum menamkan biakan di media
5 buah 10.000 50.000
Jarum ose Menggores biakan ke media
5 buah 10.000 50.000
Lampu spiritus/ bunsen
Untuk sterilisasi setiap perlakuan
2 buah 60.000 120.000
Korek api Untuk menyalakan bunsen
1 kotak 20.000 20.000
Gunting Memotong benda 4 buah 10.000 40.000 Cotton bud Untuk mengoles
biakan 1 pack 20.000 20.000
Kain kasa Untuk sterilisasi 2 buah 15.000 30.000 Mortar Wadah masersi 2 buah 50.000 100.000 Scalpel Pemotong 5 buah 30.000 150.000 Aluminium foil Menutup rapat bahan
kimia 3 gulung 50.000 150.000
Clean pack Untuk sterilisasi perlakuan
1 buah 50.000 50.000
17
Kertas label Memberi nama wadah dan k
1 pack 5.000 5.000
Plastik wayang Pembungkus hasil ekstraksi untuk inkubasi dan sterilisasi alat
2 pack 15.000 30.000
Botol vial Wadah hasil ekstrak lumut
10 buah 5.000 50.000
Kertas sampul cokelat
Pembungkus cawan petri untuk inkubasi
3 gulung 5.000 15.000
Pinset Penjepit dan pengatur posisi kertas cakram
6 buah 25.000 150.000
SUBTOTAL 7.540.000
2. Bahan Habis Pakai Material Justifikasi
Pemakaian Kuantitas Harga Satuan
(Rp) Jumlah (Rp)
Asam Sulfat (H2SO4) Uji fitokimia 500 ml 20.000 100.000 Akuades Pelarut murni 2 jerigen 40.000 80.000 BaCl2 Uji fitokimia 3 gram 15.000 45.000 Natrium Klorida (NaCl) Uji fitokimia 500 gram 50.000 50.000 Dimetil Sulfoxid (DMSO)
Pelarut bahan organik
20 ml 5.000 100.000
Kalium Hidroksida (KOH)
Uji fitokimia 2 kg 15.000 30.000
Asam Klorida (HCl) Uji fitokimia 2,5 ml 40.000 100.000 Bubuk Magnesium (Mg)
Uji fitokimia 8 gr 10.000 80.000
Alkohol 70 % Sterilisasi perlakuan
500 ml 10.000 50.000
Spiritus Bahan bakar bunsen
2 botol 12.500 25.000
Ketokonazol Kontrol positif 1 bungkus 25.000 25.000 Metanol Maserasi 4 liter 25.000 100.000 Olive oil Tambahan pada
media SDA pada uji daya hambat
1 botol 55.000 55.000
SUB TOTAL 840.000
18
3. Perjalanan Material Justifikasi
Perjalanan Kuantitas Harga
Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
PP ke Kubu Raya Pengambilan sampel lumut Octoblepharum albidium
4 orang x 3 bulan
238.500 954.000
SUB TOTAL 954.000 4. Lain-Lain Material Justifikasi
Pemakaian kuantitas Harga
Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Alat Tulis Menulis 4 buah 41.500 166.000 Fotocopy dan Penjilidan
Untuk memperbanyak
6 rangkap 25.000 150.000
Pengiriman Laporan
mengirimkan 1 set 100.000 100.000
Printer Mencetak data 1 unit 500.000 500.000 Cartridge Isi printer 1 pasang 600.000 600.000 Tinta Printer Warna printer 4 botol 37.500 150.000
Kamera Digital Mengambil gambar
1 buah 900.000 900.000
SUB TOTAL (Rp) 2.566.000 Total (Keseluruhan) 11.900.000
19
Lampiran 3.Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
No Nama/NIM Program Studi
Bidang Ilmu Alokasi Waktu (jam/minggu)
Uraian Tugas
1 Rusliandi (H14112063)
Biologi Mikrobiologi 4 Ketua dan Penanggung Jawab
2 Diah Pratiwi (H14112003)
Biologi Ekologi 4 Menganalisis dan Mengolah Data
3 Muchsin Alatas (H14112025)
Biologi Botani 4 Koordinator Lapangan dan Laboratorium
4 Nadhifah Rizqi Firdaus (H1041141014)
Biologi Botani 4 Notulen
20
21