6- bab iv analisis hipo

8
BAB IV ANALISIS KASUS Tn. S, laki-laki, 75 tahun, datang ke poliklinik jiwa RS Ernaldi Bahar dengan keluhan utama sakit kepala dan batuk. Pasien ditemani oleh istrinya Ny. M, wanita, 63 tahun yang membawa pasien berobat karena pasien selalu mengeluh sakit kepala walaupun sudah diobati. Wawancara dan observasi dilakukan pada Jumat, 15 Mei 2015 pukul 10.00 WIB di Klinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar, Palembang. Pemeriksaan dan pasien berhadapan dengan posisi pasien duduk di kursi. Pasien memakai baju kaos putih dan celana panjang warna biru. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Palembang. ± 3 tahun yang lalu, os mengeluh sering sakit kepala dan batuk. Os selalu meminta untuk berobat ke dokter. Setelah diperiksa ke dokter, hasil pemeriksaan lab, rontgen, dan rekam jantung menunjukkan tidak ada masalah pada tubuh os. Os selalu berpikir bahwa penyakitnya akan timbul pada waktu-waktu khusus. Os sering lupa bahwa ia telah meminum obat sehingga os sering minum obat berulang kali dan meminta disuntik setiap ada keluhan. Os telah beberapa kali diopname di rumah sakit tetapi dokter selalu menyatakan bahwa os tidak memiliki penyakit setelah diperiksa dan dirawat. 41

Upload: mutiara-khalida-muchtar

Post on 10-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ajhxss

TRANSCRIPT

Page 1: 6- Bab IV Analisis Hipo

BAB IV

ANALISIS KASUS

Tn. S, laki-laki, 75 tahun, datang ke poliklinik jiwa RS Ernaldi Bahar

dengan keluhan utama sakit kepala dan batuk. Pasien ditemani oleh istrinya Ny.

M, wanita, 63 tahun yang membawa pasien berobat karena pasien selalu

mengeluh sakit kepala walaupun sudah diobati. Wawancara dan observasi

dilakukan pada Jumat, 15 Mei 2015 pukul 10.00 WIB di Klinik Jiwa Rumah Sakit

Ernaldi Bahar, Palembang. Pemeriksaan dan pasien berhadapan dengan posisi

pasien duduk di kursi. Pasien memakai baju kaos putih dan celana panjang warna

biru. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa

Palembang.

± 3 tahun yang lalu, os mengeluh sering sakit kepala dan batuk. Os selalu

meminta untuk berobat ke dokter. Setelah diperiksa ke dokter, hasil pemeriksaan

lab, rontgen, dan rekam jantung menunjukkan tidak ada masalah pada tubuh os.

Os selalu berpikir bahwa penyakitnya akan timbul pada waktu-waktu khusus. Os

sering lupa bahwa ia telah meminum obat sehingga os sering minum obat

berulang kali dan meminta disuntik setiap ada keluhan. Os telah beberapa kali

diopname di rumah sakit tetapi dokter selalu menyatakan bahwa os tidak memiliki

penyakit setelah diperiksa dan dirawat. Os makan dan minum seperti biasa. Nafsu

makan os baik. Os mandi, BAB dan BAK seperti biasa. Os sudah lama tidak

bekerja karena faktor usia os yang sudah tua.

Dari riwayat premorbid tidak ditemukan adanya perubahan perilaku, os

masih bersosialisasi. Dari autoanamnesis diperoleh yakni kesadaran os kompos

mentis, perhatian os baik, ekspresi fasial echt, verbalisasi jelas, dan kontak mata

ada, daya ingat baik, orientasi tempat, waktu, dan orang baik, diskriminatif insight

baik, tidak ada rasa dendam, dan perhatian yang adekuat.

Pada status internus dan status neurologikus semua dalam batas normal.

Pada status psikiatrikus pada keadaan umum didapatkan kesadaran

kompos mentis, perhatian adekuat, sikap kooperatif, inisiatif ada, tingkah laku

motorik normoaktif, ekspresi fasial wajar, verbalisasi jelas, cara bicara lancar, ada

41

Page 2: 6- Bab IV Analisis Hipo

42

kontak fisik, mata, dan verbal. Pada keadaan khusus ditemukan afek hipotimik,

hidup emosi labil, pengendalian terkendali, adekuat, echt, skala diferensiasi

normal, einfuhlung bisa dirabarasakan, arus emosi normal. Keadaan dan fungsi

intelek semua dalam batas normal. Tidak ditemukan kelainan sensasi dan

persepsi. Keadaan proses berpikir dalam batas normal. Pada isi pikiran didapatkan

kelainan berupa hipokondria, pada pemilikan pikiran obsesi (+), bentuk pikira

dalam batas normal, keadaan dorongan instinktual dan perbuatan kompulsi (+).

RTA tidak terganggu.

Berdasarkan uraian di atas pasien didiagnosis multiaksial dengan Axis I:

gangguan hipokondrik. Hal ini didasarkan atas keluhan pasien yang selalu

mengeluhkan sakit kepala dan batuk meski telah diobati. Keluhan pasien

mengarah ke dua organ yaitu kepala dan paru-paru. Hal ini tidak sesuai dengan

karakteristik pasien dengan gangguan hipokondrik, yaitu adanya keluhan-keluhan

yang mengarah ke satu organ.

Berdasarkan teori menurut Maslim, tanda yang paling penting pada

gangguan hipokondrik adalah adanya keyakinan yang bersifat menetap kurang

lebih selama 6 bulan terhadap sekurangkurangnya satu penyakit fisik yang serius.

Pada kasus ini, pasien telah mengeluhkan sakitnya sejak 3 tahun yang lalu Pasien

bahkan sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan hasilnya dalam batas normal, tidak

terdapat kelainan namun pasien masih berkeyakinan bahwa penyakitnya masih

akan timbul pada waktu-waktu khusus. Hal ini sesuai dengan teori gangguan

hipokondrik.

Selain itu, pada gangguan hipokondrik pasien biasanya sering mendatangi

beberapa tempat pengobatan untuk mengatasi keluhan-keluhannya. Pasien juga

akan sering melakukan berbagai macam pemeriksaan dan melakukannya

berulang-ulang. Apabila hasil pemeriksaan atau hasil temuan dokter tidak sesuai

dengan harapan pasien, pasien akan melakukan pemeriksaan ulang dari satu

tempat ke tempat lainnya hingga pasien tersebut mendapatkan penjelasan yang

dianggap paling tepat. Pada kasus ini pasien sudah berobat ke dokter, dilakukan

pemeriksaan laboratorium, rontgen, dan rekam jantung dan hasilnya menunjukkan

tidak ada masalah pada tubuh pasien. Pasien juga telah beberapa kali diopname di

Page 3: 6- Bab IV Analisis Hipo

43

rumah sakit tetapi dokter selalu menyatakan bahwa pasien tidak memiliki

penyakit setelah diperiksa dan dirawat. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan

bahwa pasien sering berkunjung ke berbagai pemeriksaan meski hasil

pemeriksaan pasien tersebut normal. Hal tersebut sesuai dengan teori pada

gangguan hipokondrik.

Berdasarkan wawancara dan paparan tersebut, pasien telah memenuhi

kriteria diagnosis hipokondriasis dari PPDGJ-III yaitu:1,3,4

1. Keyakinan yang menetap akan adanya sekurang-kurangnya satu penyakit

fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun

pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang

memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas

atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham).

2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa

dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang

melandasi keluhan-keluhannya.

Keluhan pasien bahwa ia sering lupa bahwa ia telah meminum obat

sehingga pasien sering minum obat berulang kali dan meminta disuntik. Selain

itu, pasien juga cenderung pada satu jenis obat dan mengatakan bahwa jenis obat

lainnya tidak dapat mengobati penyakitnya. Dari wawancara tersebut,

kecenderungan isi pikiran obsesi sudah ada dan diikuti oleh tindakan kompulsi

namun belum terdapat bukti bahwa gangguan ini merupakan sumber penderitaan,

tidak adanya kesenangan/kepuasan setelah meminum obat, dan lain sebagainya.

Keluhan tersebut timbul berdasarkan pikiran yang semata-mata timbul karena

gangguan hipokondrik tersebut. Oleh karena itu, diagnosis gangguan obsesif

kompulsif belum dapat ditegakkan karena tidak terdapatnya keterangan lain yang

mendukung pedoman diagnosis tersebut. Hal tersebut sekaligus dapat

menyingkirkan gangguan obsesif kompulsif sebagai diagnosis banding.

Pada aksis II, didiagnosis sebagai Z.03.2 Tidak Ada Diagnosis Aksis II.

Hal ini berdasarkan tidak adanya gangguan pada riwayat premorbid dan pasien

dapat bersosialisai dengan baik.

Page 4: 6- Bab IV Analisis Hipo

44

Pada aksis III belum ada diagnosis. Berdasarkan Salim, Axis III meliputi

diagnosis-diagnosis klinis pasien yang berkaitan dengan gangguan pada sistem

organ. Pada kasus ini dikatakan belum ada diagnosis karena pasien tidak terbukti

mengalami gangguan sistem organ. Hal ini dilihat dari kebiasaan pasien yang

sering melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang berulang-ulang,

namun secara klinis tidak ditemukan gangguan pada sistem organ. Jadi, dapat

dikatakan bahwa pasien tidak memiliki diagnosis untuk penyakit klinis tertentu.

Aksis IV stresor tidak diketahui. Aksis IV merupakan berbagai keadaan

yang dapat menjadi faktor penyebab seseorang mengalami gangguan kejiwaan.

Keadaan-keadaan tersebut misalnya masalah pada keluarga, lingkungan sosial,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan,

interaksi dengan hukum/kriminal, dan psikososial atau lingkungan lain. Pada

kasus ini, pasien tidak memiliki masalah yang dapat menyebakan pasien

mengalami keadaan tersebut.

Aksis V GAF Scale 70-61. Skala 70-61 menunjukkan keadaan dengan

beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, atau secara

umum masih baik. Pada kasus ini pasien tergolong ke dalam GAF 70-61 karena

berdasarkan teori, gejala pada pasien dapat digolongkan ringan, selain itu gejala

pada pasien sudah berlangsung dan menetap selama 6 bulan. Secara fungsional

pasien digolongkan mengalami disabilitas fungsi dengan derajat ringan karena

secara umum pasien masih mampu melakukan kegiatan seperti makan sendiri,

bekerja, dan berinteraksi sosial setidaknya keluarga. Meski pasien masih sering

merasa cemas akan keluhan penyakitnya, pasien masih mampu menjalankan

aktivitasnya dengan baik.

Terapi yang dilakukan pada pasien ini adalah dengan psikoterapi dan

farmakoterapi Clobazam tab 10 mg : ½ - ½ - 1 tab Pada prinsipnya penanganan

pasien dengan gangguan psikiatri dapat diatasi dengan psikoterapi. Psikoterapi

pada gangguan hipokondrik meliputi pengelolaan rasa cemas dengan dukungan

sosial dan interaksi sosial dari anggota keluarga terdekat yang bertujuan untuk

mengurangi rasa cemas dan dilakukan konseling untuk menjelaskan pada pasien

tentang penyakitnya dan konsul ke Spesialis saraf untuk memastikan penyebab

Page 5: 6- Bab IV Analisis Hipo

45

sakit kepalanya. Farmakoterapi dilakukan bila gejala yang dialami pasien

mengarah ke gangguan cemas atau depresi, sehingga prinsip pengobatannya

menggunakan obat-obatan yang ditujukan untuk mengurangi rasa cemas atau

depresi . Pada pengobatan gangguan hipokondrik dapat diberikan obat anti cemas

seperti Clobazam. Clobazam merupakan obat anticemas golongan Benzodiazepine

yang digunakan untuk mengatasi sindrom cemas yang meliputi (1) adanya

perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistis terhadap dua atau lebih hal yang

dipersepsi sebagai ancaman yang menyebabkan seseorang tidak mampu istirahat

dengan tenang; (2) terdapat paling sedikit 6 dari gejalagejala yang termasuk

ketegangan motorik, hiperaktivitas otonomik, kewaspadaan berlebihan dan

penangkapan berkurang; (3) hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, yang

ditandai dengan penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan

kegiatan rutin. Obat anticemas golongan Benzodiazepine tersebut bekerja dengan

cara bereaksi dengan reseptor Benzodiazepine sehingga dapat meningkatkan

mekanisme penghambatan dari neuron GABA-ergik yang kemudian dapat

mengurangi hiperaktivitas dari sistem limbik sistem saraf pusat. Berdasarkan

pertimbangan tersebut maka obat yang digunakan pada pasien dalam kasus ini

adalah obat anticemas khususnya dari golongan Benzodiazepine. Yang terpenting

adalah dukungan dari keluarga dan orang sekitar yang harus mendapat penjelasan

sehingga mengerti tentang penyakit pasien untuk menciptakan dukungan sosial

dalam lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.