6. bab iv. penyajian data

34
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1. Profil Puskesmas A. Data Puskesmas Puskesmas Pahandut sudah berdiri sejak 1957, dengan luas tanah sekitar 8250 m 2 . Untuk luas puskesmasnya sekitar 6500 m 2 dengan luas wilayah kerja sekitar 25 km. Puskesmas Pahandut beralamat di jalan Darmosugondo no. 1, kecamatan Pahandut. Jumlah penduduk di kecamatan Pahandut sekitar 28.457 dengan jumlah kepala keluarga sekitar 6792. Puskesmas Pahandut juga merupakan Puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap di kota Palangka Raya. Puskesmas Pahandut memiliki wilayah kerja di kelurahan Pahandut dengan luas wilayah 9,50 km 2 , kelurahan Pahandut seberang 44,00 km 2 dan kelurahan Tumbang Rungan 23,00 km 2 . Puskesmas ini memiliki 4 pustu yaitu puskesmas pembantu Murjanin, puskesmas pembantu Rindang Binua, puskesmas pembantu Tumbang Rungan, dan puskesmas pembantu Pahandut seberang. 20

Upload: amin

Post on 30-Jan-2016

123 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

penyajian data evapro

TRANSCRIPT

BAB IV

PENYAJIAN DATA

4.1. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1. Profil Puskesmas

A. Data Puskesmas

Puskesmas Pahandut sudah berdiri sejak 1957, dengan luas tanah sekitar 8250 m2. Untuk

luas puskesmasnya sekitar 6500 m2 dengan luas wilayah kerja sekitar 25 km. Puskesmas

Pahandut beralamat di jalan Darmosugondo no. 1, kecamatan Pahandut. Jumlah penduduk di

kecamatan Pahandut sekitar 28.457 dengan jumlah kepala keluarga sekitar 6792. Puskesmas

Pahandut juga merupakan Puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap di kota Palangka Raya.

Puskesmas Pahandut memiliki wilayah kerja di kelurahan Pahandut dengan luas wilayah

9,50 km2, kelurahan Pahandut seberang 44,00 km2 dan kelurahan Tumbang Rungan 23,00 km2.

Puskesmas ini memiliki 4 pustu yaitu puskesmas pembantu Murjanin, puskesmas pembantu

Rindang Binua, puskesmas pembantu Tumbang Rungan, dan puskesmas pembantu Pahandut

seberang.

20

B. Struktur Organisasi Puskesmas Pahandut

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Puskesmas Pahandut per Januari 2012

C. Sarana dan Prasarana Puskesmas Pahandut

Tabel 4.1 Fasilitas gedung kesehatan puskesmas pahandut

No Fasilitas Jumlah Kondisi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Ruang Tunggu

Loket pendaftaran

Ruang rawat inap

Ruang IGD

Ruang poli kesehatan

Ruang apotek

2

1

3

1

4

1

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

21

Tabel 4.2 Fasilitas umum puskesmas pahandut

No Fasilitas Jumlah Kondisi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kursi panjang

Papan informasi

Tempat sampah

Cermin seluruh badan

Toilet

Halaman parkir

8

3

5

1

2

1

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Tabel 4.3 Fasilitas khusus puskesmas pahandut

No Fasilitas Jumlah Kondisi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Komputer

Mesin ketik manual

Pesawat telepon

Printer

AC

Kipas angin

Kursi

Meja

Lemari

6

1

1

2

3

5

40

47

12

Baik/tidak baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik/tidak baik

Baik

Baik

Fasilitas Medis yang tersedia di puskesmas pahandut antara lain sphygmomanometer,

USG, EKG, ambulan. Fasilitas non medis tempat tidur berjumlah 10 buah dan fasilitas

penyuluhan berupa LCD, proyektor, leaflet, brosur, poster.

D. Sumber Daya Puskesmas

Tabel 4.4 Sumber Daya Puskesmas

No Profesi Jumlah

1

2

3

4

Dokter

Perawat

Petugas administrasi

Analis laboratorium

7

25

8

3

22

5

6

7

8

9

Bidan

Kesehatan lingkungan

Nutrisi

Apoteker

Asisten apoteker

13

2

2

1

2

Sumber dana didapat dari dinas kesehatan Kota Palangka Raya. Pada tahun 2012 total

dana yang diberikan oleh Dinas Kesehatan sebesar Rp 292.172.488 dengan pengalokasian

selama 4 triwulan sebagai berikut

Triwulan Jumlah (Rp)

I 70.775.838

II 73.075.550

III 71.575.550

IV 72.425.550

4.1.2. Program Puskesmas

Tabel 4.5 Ketersediaan 18 Program Pokok PuskesmasNo. Program Puskesmas Ada Tidak ada1 Upaya kesehatan ibu dan anak 2 Upaya keluarga berencana 3 Upaya peningkatan gizi 4 Upaya kesehatan lingkungan 5 Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular 6 Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat

karena kecelakaan

7 Upaya penyuluhan kesehatan 8 Upaya kesehatan sekolah 9 Upaya kesehatan olahraga 10 Upaya perawatan kesehatan masyarakat 11 Upaya kesehatan kerja 12 Upaya kesehatan gigi dan mulut 13 Upaya kesehatan jiwa 14 Upaya kesehatan mata 15 Upaya laboratorium sederhana

23

16 Upaya pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan

17 Upaya kesehatan lanjut usia 18 Upaya pembinaan pengobatan tradisional

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAKKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

1. Imunisasi dasar 3 orang Ruangan lebih besar

Daerah strategis

Melayani jampersal kota

Sarana & prasarana dirasa masih kurang, seperti matras untuk senam ibu hamil tidak tersedia

7 kegiatan outdoor yang ada pada puskesmas ini keseluruhnya terealisasi.

2. Pelayanan balita sakit 2 orang3. Ante Natal Care

(ANC)5 orang

4. 7 Kegiatan outdoor : P4K (Program

Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi)

Penyuluhan KB & KIA

Pemantauan ibu hamil resiko tinggi

Motivasi untuk membuat Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin)

Kesehatan ibu nifas

Deteksi dini tumbuh kembang anak

Kelas ibu hamil

5 orang + bidan pustu

UPAYA KELUARGA BERENCANAKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

1. Pelayanan KB 2 orang Ruangan lebih besar

Daerah strategis

Sarana & prasarana dirasa masih kurang

UPAYA PENINGKATAN GIZIKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

24

1. Pemeriksaan antropometri

BB TB Status gizi KMS

3 orang - Alat pengukur TB rusak

Ruangan yang panas

2. Konseling gizi

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGANKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

1. Penyuluhan meliputi 18 posyandu

1 orang kepala

Lebih dekat dengan masyarakat

Alokasi dana yang kurang untuk kegiatan penyuluhan sehingga banyak kader yang enggan untuk ikut serta dalam penyuluhan

Waktu pelaksanaan : senin – jum’at

UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULARKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

1. Poli umum 5 orang - - -2. Program khusus

untuk penanggulangan TB

1 orang Pemeriksaan mikrobiologis BTA dapat dilakukan

Kekurangan dalam hal tenaga pelaksana & dana.

Puskesmas ini merupakan puskesmas rujukan untuk pemeriksaan mikrobiologis BTA untuk daerah dalam kota

AUPAYA PENGOBATAN TERMASUK PELAYANAN DARURAT KARENA

KECELAKAANKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

1. Kegawatdaruratan (UGD)

3 orang Layanan emergency call

UGD 24 jam

Sarana & prasarana yang dirasa masih kurang sehingga ada tindakan-tindakan yang sebenarnya bisa

Puskesmas ini merupakan satu-satunya puskesmas dalam kota yang

2. Rawat jalan

25

dilakukan di puskesmas tetapi terpaksa dirujuk ke RS karena keterbatasan alat-alat.

Obat-obatan

memiliki pelayanan UGD

UPAYA PENYULUHAN KESEHATANKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

1. Penyuluhan diposyandu. Puskesmas merangkul 15 posyandu yang masuk diwilayah kerjanya.

3 orang + kader dari masyarakat sekitar

- Peralatan elektronik yang masih kurang

3x/bulan; jam 8 pagi atau 3 sore

2. Kegiatan penyuluhan di Taman Kanak-kanak (TK)

Bagian gizi dan kebidanan

1x/tahun

UPAYA KESEHATAN SEKOLAHKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

1. UKGS (Upaya kesehatan Gigi Sekolah)

1 dokter gigi didampingi 4 perawat

- Kekurangan alat lengkap, dan banyak peralatan medis yang rusak.

1x/tahun

UPAYA PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKATKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

1. Penyuluhan 1 orang kepala

Lebih dekat dengan masyarakat

Alokasi dana yang kurang

Kurangnya kader

UPAYA KESEHATAN GIGI & MULUTKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

26

1. Pemeriksaan dasar gigi

1 dokter gigi dan 4 perawat pembantu

Mengundang antusias masyarakat

Keterbatasan alat

Perawatan tidak rutin

Banyak alat yang sudah rusak

2. Penambalan 18 SD dan 12 TK

3. Pencabutan sederhana

UPAYA LABORATORIUM SEDERHANAKEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.

1. Pemeriksaan darah sederhana : Hemoglobin LED Leukosit Gol.darah Plasmodium Gula darah Test widall/ tifoid Protein urin Reduksi urin Sedimen Tes kehamilan Pemeriksaan

BTA

2 analis Puskesmas rujukan mikrobiologi (BTA)

Alat dan bahan reagen kurang memadai.

Ruangan yang sudah lama

UPAYA PENCATATAN DAN PELAPORAN DALAM RANGKA SISTEM INFORMASI KESEHATAN

KEGIATAN Pelaksana Kelebihan Kendala Ket.1. Rekapitulasi data

rekam medik & program-program puskesmas lainnya

8 orang - Semua data terarsip dengan baik

-

4.1.3. Studi Kasus Tuberkulosis Puskesmas Pahandut Palangkaraya

Tabel 4.6 Hasil studi Kasus TB di Puskesmas Pahandut

Hal yang diamati Tolok ukur penanggulangan TB (Kepmenkes No. 364/MENKES/SK/V/2009 Puskesmas

27

Bagan Alur

Diagnosis TB Paru

SESUAI

Indikator Program TB 2011 2012

1. Angka

Penjaringan

Suspek

713/ 100.000

Penduduk

696/ 100.000

Penduduk

2. Proporsi

Pasien TB

BTA Positif

Diantara

Suspek

6,8 % 13,6 %

3. Proporsi

Pasien TB

Paru Positif

Diantara

Semua Pasien

TB Paru

Tercatat/Diob

ati

25 % 64 %

4. Proporsi

Pasien TB

Anak Diantara

Seluruh

Pasien TB

14 % 1 %

5. Angka

Penemuan

Kasus (Case

Detection

Rate = CDR)

14 % 20%

6. Angka

Notifikasi

28

Kasus (Case

Notification

Rate = CNR)

48 % 39 %

7. Angka

Konversi

(Conversion

Rate)

81 % 87 %

8. Angka

Kesembuhan (

Cure Rate)

83 % 84 %

9. Angka

Keberhasilan

Pengobatan

88 % 86 %

10. Angka

Kesalahan

Laboratorium

TIDAK TERSEDIA

1. Angka Penjaringan Suspek TB per 100.000 Penduduk

Angka penjaringan suspek TB di wilayah kerja puskesmas Pahandut dari tahun 2011-

2012 menunjukkan adanya penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor karena

rendahnya frekuensi penyuluhan, kunjungan, dan survey kontak serumah pasien TB dan

lingkungan sekitarnya.

Rendahnya frekuensi penyuluhan, kunjungan, dan survey kontak serumah pasien TB dan

lingkungan sekitarnya diakibatkan keterbatasan tenaga dan dana dari puskesmas Pahandut

sendiri.

2. Proporsi Pasien TB BTA Positif Diantara Suspek

Proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek adalah prosentase pasien BTA positif

yang ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini meggambarkan

mutu dan proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek.

Standar angka proporsi ini adalah 5 – 15 %. Dari data yang telah diperoleh, prosentase proporsi

pasien TB BTA positif diantara suspek di puskesmas Pahandut pada tahun 2011 adalah 6,8 %,

sedangkan tahun 2012 13,6 %. Angka ini menandakan bahwa di puskesmas Pahandut

kemungkinan tidak ditemukan adanya permasalahan dalam diagnosis pasien.

29

3. Proporsi Pasien TB Paru Positif Diantara Semua Pasien TB Paru Tercatat/Diobati

Adalah prosentase pasien TB paru BTA positif diantara semua pasien TB paru tercatat.

Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular diantara seluruh

pasien TB paru yang diobati. Dari data yang telah diperoleh di puskesmas Pahandut ditemukan

prosentase pada tahun 2011 adalah 25 % dan tahun 2012 adalah 64 %. Angka proporsi pasien TB

paru positif diantara semua pasien TB paru tercatat/ diobati ini sebaiknya tidak kurang dari 65 %.

Pada tahun 2011 ditemukan prosentase yang jauh lebih rendah, hal ini menandakan bahwa mutu

diagnosis rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular

(pasien BTA positif). Namun, pada tahun 2012 ditemukan prosentase yang meningkat secara

signifikan yaitu 64%, hal ini menandakan bahwa mutu diagnosis sudah cukup baik walaupun

masih kurang dari 65%.

4. Proporsi Pasien TB Anak Diantara Seluruh Pasien TB

Adalah prosentase pasien TB anak (< 15 tahun) diantara seluruh pasien TB tercatat.

Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam mendiagnosis TB

pada anak. Dari data yang telah diperoleh, didapatkan perbedaan prosentase yang cukup

signifikan pada tahun 2011-2012, dimana pada tahun 2011 ditemukan 14 % pasien TB pada anak

diantara seluruh pasien TB, sedangkan pada tahun 2012 hanya ditemukan 1 % pasien TB anak.

Standar angka proporsi ini bekisar pada 15 %. Dari data yang di peroleh di puskesmas Pahandut

ditemukan penurunan prosentase yang cukup signifikan. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai

hal, salah satunya adalah keberhasilan pihak puskesmas dalam melakukan penyuluhan mengenai

pencegahan penularan TB atau pun melakukan survey kontak serumah pasien TB. Namun,

keberhasilan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kerja sama dari pasien maupun

keluarga pasien, yang membutuhkan kedisplinan dalam mencapai kesembuhan.

5. Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR)

Adalah prosentase jumlah pasien baru BTA yang ditemukan dan diobati dibanding

jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. CDR ini

menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut. Target

Nasional CDR pada program TB minimal 70 %. Namun target ini mungkin akan sulit dicapai,

30

hal ini dikarenakan strategi penemuan kasus untuk menanggulangi kasus TB dilakukan secara

pasif, hal ini pula lah yang mungkin menjadi penyebab dari rendahnya angka penemuan kasus di

puskesmas Pahandut. Selain itu, keterbatasan tenaga yang mengakibatkan terbatasnya frekuensi

untuk melakukan promosi aktif juga berpengaruh sehingga hanya sedikit angka penemuan kasus

yang terjaring.

6. Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR)

Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat

diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulan serial, akan

menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah puskesmas

Pahandut. CNR ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau

menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Pada kasus ini, di wilayah puskesmas

Pahandut menunjukkan kecenderungan menurunnya penemuan pasien.

7. Angka Konversi (Conversion Rate)

Adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami perubahan menjadi

BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Angka minimal konversi adalah 80%.

Dari data yang telah diperoleh di puskesmas Pahandut, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

prosentase dari tahun 2011-2012. Hal ini menandakan bahwa pengawasan langsung menelan

obat dilakukan dengan benar.

8. Angka Kesembuhan ( Cure Rate)

Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang

sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif yang

tercatat. Angka kesembuhan minimal yang harus dicapai adalah 85 %. Dari data yang telah

diperoleh dari puskesmas Pahandut, didapatkan prosentase meningkat dari tahun 2011-2012,

namun belum mencapai standar yang telah ditetapkan. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai

kemungkinan, misalnya ketidak disiplinan pasien dalam meminum obat. Namun, dalam hal ini

sebenarnya angka kesembuhan ini sudah cukup baik.

9. Angka Keberhasilan Pengobatan

31

Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang

menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien

baru TB paru BTA positif yang tercatat. Dari data di puskesmas Pahandut didapatkan angka

kebrhasilan pengobatan yang juga meningkat selama 2 tahun terakhir. Hal ini menandakan

bahwa penanggulangan pada kasus TB sudah cukup baik, yang dapat disebabkan oleh berbagai

kemungkinan, salah satunya adalah keberhasilan tenaga kesehatan dalam melakukan penyuluhan

atau promosi aktif dalam menanggulangi kasus TB.

10. Angka Kesalahan Laboratorium

Dari evaluasi yang telah dilakukan di puskesmas Pahandut, program untuk mengetahui

angka kesalahan laboratorium belum dilaksanakan/ tersedia. Pada saat ini penanggulangan TB

sedang dalam uji coba untuk penerapan uji silang pemeriksaan dahak (cross check) dengan

metode Lot Quality Sampling Assessment (LQSA) di beberapa provinsi. Untuk masa yang akan

datang akan diterapkan metode LQSA diseluruh sarana pelayanan kesehatan.

4.1.4. Identifikasi Masalah

4.1.4.1. Kerangka Konsep

32

Gambar 4.1 Bagan sirip ikan

4.1.5. Penetapan Prioritas Masalah

33

Ditemukannya lebih dari satu masalah maka harus ditentukan prioritas masalah karena

adanya keterbatasan dana dan sumber daya. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan

menggunakan kriteria matriks seperti pada tabel dibawah.

Prioritas masalah ditetapkan dengan sistem skoring dan akan dinilai beberapa kriteria:

a) Pentingnya masalah (importancy) yang terdiri dari:

Besarnya masalah (Prevalence = P)

Akibat yang ditimbulkan masalah (severity) = S

Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) = RI

Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) = SB

Derajat keinginan masyarakat tidak terpenuhi (degree of unmeet needs) = DU

Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) = PB

Suasana politik (political climate) = PC

c) Kelayakan teknologi (technilcal feasibility) = T

d) Sumber daya yang tersedia (Resources availability) = R

Untuk setiap kriteria diberikan nilai dalam rentang 1 (tidak penting) hingga 5 (sangat

penting). Masalah yang menjadi prioritas utama ialah masalah dengan nilai tertinggi.

Tabel 4.7 Prioritas MasalahNo Daftar Masalah Importance T R Jumlah

P=I x T x RP S RI DU SB PB PC

1. Rendahnya angka penjaringan

suspek

4 3 3 5 5 2 3 3 3 225

2. Proporsi pasien TB paru positif

diantara semua pasien TB paru

tercatat / diobati

3 2 2 4 5 2 3 3 3 189

3. Rendahnya angka penemuan

kasus (Case Detection Rate =

CDR)

5 4 5 5 5 2 3 3 3 261

Dari penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria matriks diatas maka prioritas masalah

yang dipilih adalah Rendahnya angka penemuan kasus. Adapun urutan prioritas masalah yang

berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya angka penemuan kasus

2. Rendahnya angka penjaringan suspek

34

3. Proporsi pasien TB paru positif diantara semua pasien TB paru tercatat / diobati

Rendahnya angka penemuan kasus merupakan masalah yang menjadi prioritas. Angka

penemuan kasus menggambarkan jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati

dalam wilayah puskesmas. Rendahnya angka penemuan kasus berarti banyaknya kasus suspek

TB yang tidak diperiksa lebih lanjut ataupun karena jumlah suspek/penderitanya yang sedikit,

ataupun dikarenakan kesalahan pemeriksaan laboratorium. terjaring dan kurangnya keaktifan

puskesmas dalam upaya penjaringan suspek TB. Berdasarkan alasan-alasan diatas, akibat yang

ditimbulkan (severity) oleh rendahnya angka penemuan kasus diberikan nilai paling besar.

Angka penjaringan suspek TB berarti angka penemuan suspek TB yang dahaknya

diperiksa pada wilayah puskesmas dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke

waktu. Rendahnya angka penjaringan suspek TB ini bisa dikarenakan banyak hal seperti kurang

upaya puskesmas dalam menjaring suspek TB, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB,

kurangnya sumber daya untuk melakukan penyuluhan dan penjaringan kepada masyarakat.

Puskesmas sebagai sentra layanan kesehatan primer seharusnya menjadi lini pertama penjaringan

kasus suspek TB. Diharapkan kasus-kasus suspek yang ada dapat dijaring oleh puskesmas

sehingga dapat di periksa dengan pemeriksaan BTA sehingga dapat diobati. Selain memberikan

pelayanan TB berupa pemeriksaan dan pengobatan, puskesmas juga diharapkan mampu

melakukan pencegahan TB, salah satunya dengan mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. kurangnya angka kunjungan penderita TB ke

puskesmas, dapat diartikan masih banyak yang kasus diare yang tidak teridentifikasi sehingga

tindak lanjut berupa penyuluhan pencegahan TB tidak sampai pada penderita dan keluarga.

Kurangnya pengetahuan penderita dan keluarga mengenai pencegahan TB dapat meningkatkan

risiko penularan ke keluarga dan bahkan ke masyarakat sekitar, terlebih lagi jika kegiatan

penyuluhan ke masyarakat tidak berjalan. Atas alasan-alasan diatas, karena itulah masalah

tersebut diberikan nilai severity menengah.

Proporsi pasien TB BTA positif diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau

diobati menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan

menetapkan kriteria suspek. Angka dari proporsi pasien TB BTA positif masih sedikt dibawah

standar yang ditetapkan jadi oleh karena itu severitynya dimasukan kedalam derajat rendah.

Kenaikan besar masalah (Rate of Increase) untuk angka penemuan kasus pada tahun

2012 adalah 20% dari nilai idealnya sebesar 70%, berarti ada kesenjangan sebesar 50%. Akan

35

tetapi dari evaluasi pada tahun 2011, angka pencapaian hanya mencapai 14% dengan tolak ukur

yang sama sebesar 70%. Jika dikaitkan dengan evaluasi pada tahun 2011, menunjukan adanya

perbaikan dalam program penemuan kasus baru dan meningkat sebesar 6% sehingga Rate of

Increase cakupan pelayanan diberikan nilai yang lebih rendah dari masalah yang lain. Masalah

rendahnya penjaringan suspek TB memiliki nilai pada tahun 2011 sebesar 713/100000 penduduk

menurun menjadi 696/100000 penduduk, ini dipikirkan akibat kecenderungan tidak ada

perbaikan masalah dari tahun ke tahun. Sedangkan untuk Proporsi pasien TB BTA positif

diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau diobati terjadi peningkatan yang signifikan

dari tahun 2011 dan 2012 yaitu sebesar 25% menjadi 64%.

Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (Degree of unmeet need) untuk

masalah rendahnya angka penemuan kasus baru, penjaringan suspek TB, dan proporsi pasien TB

BTA positif diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau diobati. Kesembuhan

merupakan harapan utama dari seorang penderita, oleh karena itu dibutuhkan tidakan yang tepat

untuk kasus TB yang sesuai dengan standar, termasuk penjaringan suspek TB. Masyarakat juga

menginginkan penularan TB dapat diminimalisasi. Untuk mewujudkannya, tidak cukup dengan

pelayanan TB dalam puskesmas saja, tetapi juga dibutuhkan peran serta masyarakat baik dalam

berbagai aspek (pelayanan, penyuluhan, dan pencegahan), dengan salah satu bentuk nyata seperti

pelayanan oleh kader.

Keuntungan sosial (social benefit) yang diperoleh jika masalah rendahnya angka

penemuan kasus baru dan penjaringan suspek TB dapat diselesaikan sampai mendapat nilai

terbesar. Adanya penyelesaian terhadap kedua masalah tersebut diharapkan dapat memutus

rantai penularan TB karena kasus-kasus TB yang ada dapat teridentifikasi dan mendapat

penanganan yang tepat dan tindak lanjut berupa penyuluhan tentang pencegahan penularan TB.

Perhatian masyarakat (public concern) terhadap permasalahan TB secara umum masih

kurang. Pasien masih banyak yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita TB dan berobat ke

puskesmas. Cakupan penjaringan dan penemuan kasus TB hal ini adalah keadaan yang

mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk mencegah penularan dan berobat ke puskesmas.

Pemerintah telah membentuk program pengobatan gratis untuk semua penderita TB, oleh

karena itu ketiga masalah mendapat nilai PC (political climate) yang sama, sebagai bagian dari

program pengobatan gratis untuk semua penderita TB.

36

Dari penilaian teknis (technical feasibility), tidak data mengenai angka kesalahan

laboratorium, karena hal ini memang tidak dilakukan pencatatan oleh puskesmas. Untuk

pencatatan dan pelaporan yang lain dicatat dan dilaporkan dengan baik.

Untuk ketersediaan sumber daya (resources availability), kurangnya penjaringan dan

penemuan kasus suspek TB, karena puskesmas sebenarnya memiliki kader, namun karena tugas

promosi kesehatan lainnya juga banyak, sementara untuk penambahan kader khusus untuk TB

masih tidak ada.

4.1.6. Alternatif Penyelesaian Masalah

Tabel 4.8 Alternatif Prioritas Masalah

No. Penyebab Masalah Alternatif Penyelesaian Masalah Prioritas

1. Masukan

Menambah tenaga

pelaksana program

Tenaga :

- Jumlah

pelaksana program yang

tidak memadai

- Menambah tenaga pelaksana

program

- Mengadakan pelatihan bagi kader

- Pembagian tugas yang jelas

Metode:

- Frekuensi

penyuluhan yang kurang

Dana :

Alokasi dana yang

kurang untuk program

pencegahan dan

penanggulangan TB

- Pelatihan kader untuk melakukan

penyuluhan rutin

Penambahan alokasi dana untuk

program pencegahan dan

penanggulangan TB

Pelatihan para

kader untuk

melakukan

penyuluhan

kelompok pada

masyarakat

Penambahan

alokasi dana untuk

program

pencegahan dan

penanggulangan

TB

2. Proses

37

Monitoring

Pencatatan dan

manajemen data yang

kurang lengkap

Melakukan pencatatan dan

pelaporan yang lengkap

Melakukan

pencatatan dan

pelaporan yang

lengkap

3. Lingkungan

- Tingkat pendidikan dan

pengetahuan masyarakat

yang masih rendah

- Tingkat

sosio-ekonomi

masyarakat yang rendah

Penyuluhan kelompok oleh kader

Memperbanyak kader kesehatan

sebagai perpanjangan tangan

Puskesmas

4. Umpan Balik

Pencatatan dan

pelaporan data yang

kurang lengkap

Indikator angka

kesalahan laboratorium

yang belum tersedia

- Melakukan pencatatan dan

pelaporan yang lengkap

- Penambahan indikator angka

kesalahan laboratorium untuk

menggambarkan kualitas

pembacaan slide secara

mikroskopis langsung

Melakukan

evaluasi program

pencegahan dan

penanggulangan

TB secara berkala

Tabel 4.9 Prioritas Penyelesaian Masalah

Alternatif Jalan Keluar M I V C Prioritas Jalan Keluar:

P=(MxIxV)/C

Menambah tenaga pelaksana program 5 5 4 3 33,6

Pelatihan para kader untuk melakukan

penyuluhan kelompok pada masyarakat

4 3 3 3 12

Penambahan alokasi dana untuk program

pencegahan dan penanggulangan TB

4 4 3 3 16

Melakukan pencatatan dan pelaporan yang

lengkap

4 3 3 3 12

Melakukan evaluasi program pencegahan dan

penanggulangan TB secara berkala

4 3 2 2 12

38

Berdasarkan uraian diatas, terdapat 5 masalah utama yang menyebabkan masih

rendahnya angka penemuan kasus (Case Detection Rate = CDR) di Puskesmas Pahandut.

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan urutan prioritas jalan keluar sebagai berikut.

1. Menambah tenaga pelaksana program

2. Penambahan alokasi dana untuk program pencegahan dan penanggulangan TB

3. Pelatihan para kader untuk melakukan penyuluhan kelompok pada masyarakat

4. Melakukan pencatatan dan pelaporan yang lengkap

5. Melakukan evaluasi program pencegahan dan penanggulangan TB secara berkala

Dari kriteria diatas telah ditetapkan prioritas penyelesaian masalah adalah menambah

tenaga pelaksana program pencegahan dan penanggulangan TB di Puskesmas Pahandut. Hal

tersebut harus segera diintervensi lebih lanjut agar program ini dapat dilaksanakan sebagaimana

mestinya. Setelah menambah jumlah tenaga kerja untuk bertanggung jawab terhadap program

puskesmas, prioritas kedua adalah dengan penambahan alokasi dana. Dengan terpenuhinya dana

yang dibutuhkan, maka diharapkan berbagai program pencegahan dan penanggulangan TB

berjalan dengan baik. Prioritas yang selanjutnya adalah dengan dilakukannya pelatihan para

kader untuk melakukan penyuluhan kelompok pada masyarakat, diharapkan program

pencegahan dan penanggulangan dapat terlaksana sebagai tindakan preventif. Tindakan preventif

tersebut antara lain dapat dilakukannya penyuluhan berkala, kemudian dilakukannya pencatatan

dan pelaporan yang lengkap. Lalu langkah terakhir dalam pelaksanaan suatu program adalah

melakukan evaluasi program pencegahan dan penanggulangan TB. Dengan evaluasi, semua

kendala-kendala yang ada dapat diperbaiki sehingga pelaksanaan program ini pada periode

selanjutnya akan lebih baik.

4.1.7. Diagnosis Komunitas

1) Analisa Situasi

Kondisi Sosiodemografis

39

Tn. X merupakan pasien yang tinggal di daerah Rindang Binua RT 6 RW 26,

daerah ini merupakan daerah yang dibangun diatas perairan yang mengakibatkan daerah

ini merupakan daerah yang lembab, jadi jalan-jalan berada diatas perairan, sehingga

ketika melakukan aktivitas rumah tangga, limbah rumah tangga tergenang pada daerah

perairan tersebut, kondisi rumah pada daerah ini kebanyakan adalah Barak, meskipun

terdapat rumah pribadi, namun jarak antara rumah satu dan yang lain sangat dekat, untuk

rumah yang terdiri dari barak, vetilasi sangatlah minim, hal ini dapat menyebabkan

tingginya resiko penularan TB.

Masyarakat disekitar tempat tersebut rata-rata memiliki kebiasaan memancing

ikan pada air genangan yang terdapat disekitar daerah tersebut untuk dikonsumsi sehari-

hari. Pada umumnya masyarakat disekitar tempat Tn. X memiliki pengetahuan yang

rendah mengenai kesehatan.

2) Permasalahan –permasalahan yang ditemukan

Jarak rumah yang berdekatan

Pengetahuan yang rendah

Pembuangan limbah yang tidak terkontrol dan teratur

Kebiasaan yang buruk

Kelembaban yang tinggi

Ventilasi yang kurang

Pelayanan kesehatan

Kebersihan yang rendah

Sosioekonomi rendah

3) Landasan Teori

Teori Blum

40

Kejadian TBC Tn. X

GenetikSistem imun yang

rendah

Lingkungan 1. Jarak rumah yang terlalu berdekatan2. Rumah yang berventilasi kurang

dlam kasus ini pasien tinggal di dalam barak

3. Kelembaban yang tinggi 4. Kebersihan yang kurang5. Kualitas udara jelek

Perilaku1. Batuk sembarangan2. Pengetahuan tentang

membuang dahak yang baik masih kuang begitu diterapkan

3. Kerja sama yang rendah mengenai sakit yang diterima pasienkepada pelayan kesehatan

Pelayanan KesehatanPada kasus ini pelayanan kesehatan oleh Puskesmas Pahandut sudah tergolong baik secara kualitatif

Gambar 4.2 Teori Blum

Tabel 4.10 Penetapan prioritas penyebab permasalah

No Masalah Risiko

penularan

Menghambat

kesembuhan

Jumlah

1 Jarak rumah yang berdekatan 5 3 8

2 Pengetahuan yang rendah 2 2 4

3 Pembuangan limbah yang tidak

terkontrol dan teratur

2 2 4

4 Kebiasaan yang buruk 3 3 6

5 Kelembaban yang tinggi 4 5 9

6 Ventilasi yang kurang 5 5 10

7 Pelayanan kesehatan 3 5 8

8 Kebersihan 4 4 8

9 Sosioekonomi rendah 1 1 2

41

Pada tabel diatas ditemukan bahwa masalah yang menjadi prioritas utama yang

memperburuk kondisi TB pada Tn.X dan masyarakat disekitarnya berdasarkan scoring yang

dibuat sendiri oleh pengamat adalah Ventilasi yang kurang, kelembaban yang tinggi, jarak rumah

yang berdekatan, pelayanan kesehatan dan kebersihan.

Tabel 4.11 Penetapan prioritas cara penyelesaian masalah

Alternatif Jalan Keluar M I V C Prioritas Jalan Keluar:

P=(MxIxV)/C

Ventilasi rumah dimodifikasi dengan

menggunakan atap kaca

4 4 4 4 16

Peningkatan kesadaran PHBS masyarakat

melalui penyuluhan.

5 5 4 4 25

Sabtu beriman 4 3 2 2 12

Berdasarkan uraian di atas, terdapat 3 masalah utama yang menyebabkan semakin

memburuknya kondisi TB pada penderita dan masyarakat sekitar. Berdasarkan tabel diatas,

didapatkan urutan prioritas jalan keluar yang mampu dilakukan, sebagai berikut :

1. Peningkatan kesadaran PHBS masyarakat melalui penyuluhan.

2. Ventilasi rumah dimodifikasi dengan menggunakan atap kaca

3. Sabtu beriman

Dari kriteria diatas telah ditetapkan prioritas penyelesaian masalah adalah meningkatkan

kesadaran PHBS masyarakat melalui penyuluhan. Peningkatan PHBS ini diharapkan dapat

memberikan pengaruh secara langsung untuk masing-masing individu dan lingkungan. Prioritas

yang kedua adalah dengan memodifikasi ventilasi rumah, hal ini diharapkan dapat mengurangi/

menghambat risiko penularan. Sedangkan prioritas yang terakhir adalah mengadakan kegiatan

Sabtu beriman, untuk menciptakan lingkungan hidup yang bersih.

42