6. bab iii teori khusus plat datar.docx
DESCRIPTION
tentang energi surya (teori plat datar)TRANSCRIPT
BAB III
TEORI KHUSUS PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA PELAT DATAR
3.1 Sekilas tentang Kolektor Surya Plat Datar
Kolektor plat datar adalah kolektor surya yang paling umum untuk sistem
pemanas air di rumah dan pemanas ruangan. Ciri khas kolektor plat datar adalah
kotak logam berinsulasi dengan gelas atau plastik penutup (disebut kaca) dan plat
penyerap berwarna gelap. cairan atau udara panas kolektor ini tidak kurang dari
temperatur 80°C. Keuntungan dari kolektor surya plat datar yaitu memanfaatkan
kedua komponen radiasi matahari yaitu melalui sorotan langsung dan sebaran,
perawatan dan biaya pembuatan murah, serta desain yang sederhana.
Kolektor surya plat datar memiliki beberapa komponen utama seperti cover
(Glazing), insulation, absorber, flow tube, dan header. Cover berfungsi mengurangi
rugi panas secara konveksi menuju lingkungan. Insulation berfungsi sebagai saluran
transmisi fluida kerja. Absorber berfungsi sebagai penyerap panas dari radiasi cahaya
matahari. Komponen dari kolektor surya plat datar dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 3.1. Komponen kolektor surya plat datar
3.2 Pengujian Performansi Kolektor
3.2.1 Radiasi Surya yang diterima kolektor
Radiasi surya merupakan pancaran energi yang berasal dari proses
thermonuklir yang terjadi di matahari. Energi radiasi surya berbentuk sinar dan
gelombang elektromagnetik. Pada pengujian performansi kolektor surya plat datar,
radiasi surya akan datang pada kolektor dan terjadi aliran panas. Skema aliran panas
dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 3.2. Skema aliran panas melalui kolektor
Sebagian dari radiasi surya ini dipantulkan kembali ke langit, sebagian lain
diserap oleh kaca dan sisanya ditularkan melalui kaca dan mencapai pelat absorber
sebagai radiasi gelombang pendek. Oleh karena itu, faktor konversi menunjukkan
persentase sinar matahari menembus penutup transparan kolektor (transmisi) dan
persentase yang diserap. Sehingga panas radiasi suryanya adalah
Dimana: Qi = Panas radiasi surya (J)
I = Intensitas radiasi surya (W/m2)
A = Luas permukaan kolektor (m2)
τα = Produk dari laju transmisi penutup dan tingkat penyerapan absorber
13
Ketika kolektor menyerap panas, temperaturnya akan semakin tinggi
dibandingkan dengan sekitarnya dan panas akan hilang ke atmosfir oleh konveksi dan
radiasi. Sehingga nilai panas yang hilang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana: Qo = Panas yang hilang (J)
UL = Koefisien perpindahan panas (W/m2 C)
A = Luas permukaan kolektor (m2)
Tc = Temperatur kolektor (oC)
Ta = Temperatur udara (oC)
Dengan demikian, tingkat energi guna diekstraksi oleh kolektor (Qu),
dinyatakan sebagai tingkat ekstraksi dalam kondisi steady state, sebanding dengan
tingkat energi yang berguna diserap oleh kolektor, kurang jumlah hilang oleh
kolektor dengan lingkungannya. Skema sistem pengumpulan energi surya dapat
dilihat pada gambar 3.
Gambar 3.3 Skema sistem pengumpulan energi surya
Tingkat energi guna yang diekstraksi oleh kolektor dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dimana: Qu = Panas yang diekstraksi (J)
14
Qi = Panas yang diserap kolektor (J)
Qo = Panas yang hilang (J)
Hal ini juga diketahui bahwa laju ekstraksi panas dari kolektor dapat diukur melalui
jumlah panas terbawa dalam cairan melewatinya, yaitu:
Dimana: Qu = Laju ekstraksi panas dari kolektor (J)
m = Nilai aliran massa yang melalui kolektor (kg/m2s)
Cp = Kalor spesifik (J/kg C)
To = Temperatur bagian luar kolektor (oC)
Ti = Temperatur bagian dalam kolektor (oC)
Persamaan di atas sedikit merepotkan karena sulit dalam mendefinisikan
temperatur kolektor rata-rata. Sekarang mudah untuk menentukan kuantitas yang
menghubungkan manfaat yang sebenarnya mendapatkan energi dari kolektor untuk
keuntungan guna jika seluruh permukaan kolektor berada pada temperatur inlet
fluida. Kuantitas ini dikenal sebagai "The collector heat removal factor (FR)"
dan dinyatakan sebagai:
Dimana: FR = Collector heat removal factor
m = Nilai aliran massa melalui kolektor (kg/m2s)
Cp = Kalor spesifik (J/kg C)
A = Luas permukaan kolektor (m2)
τα = Produk dari laju transmisi penutup dan tingkat
penyerapan absorber
I = Intensitas radiasi surya (W/m2)
To = Temperatur outlet (oC)
15
Ti = Temperatur inner (oC)
Ta = Temperatur udara (oC)
Setelah didapatkan nilai the collector heat removal factor, maka dapat
diketahuilah besar energi guna actual (Qu) yang dirumuskan sebagai berikut:
Dimana: Qu = Panas yang diekstraksi dari kolektor (J)
FR = Collector heat removal factor
A = Luas permukaan kolektor (m2)
UL = Koefisien perpindahan panas (W/m2 C)
Hubungan yang digunakan untuk mengukur besar energi yang diperoleh dari kolektor
dan dikenal sebagai "persamaan Whillier-Bliss hottel“.
3.2.2 Efisiensi kolektor (η)
Ukuran dari performa kolektor plat datar adalah efisiensi kolektor (η) yang
didefinisikan sebagai rasio energi guna yang diperoleh (Qu) dengan energi surya
selama periode waktu tertentu. Efisiensi kolektor (η) dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Efisiensi termal sesaat pada kolektor yang menjadi metode pengujian standar:
Dimana: η = Efisiensi kolektor
FR = Collector heat removal factor
16
A = Luas permukaan kolektor (m2)
UL = Koefisien perpindahan panas (W/m2 C)
τα = Produk dari laju transmisi penutup dan tingkat
penyerapan absorber
I = Intensitas radiasi surya (W/m2)
To = Temperatur outlet (oC)
Ti = Temperatur inner (oC)
Ta = Temperatur udara (oC)
Contoh skema pengujian dari kolektor surya pelat datar dapat dilihat pada
gambar 3.5. jenis dari pengujiannya yaitu pengujian closed-loop pada kolektor surya
pelat datar. Fluida mengalir menuju filter dan di dalam filter fluida disaring,
kemudian dialirkan menuju pompa. Fluida dari pompa dialirkan ke electric heater
dan masuk ke sight glass, kemudian menuju flow meter untuk diukur kecepatan
alirannya. Setelah itu fluida masuk ke mixing device dan aliran fluida diikur
temperaturnya pada sensor temperatur. Sebelum fluida masuk ke kolektor surya,
tekanan fluida diukur terlebih dahulu kemudian baru masuk ke kolektor surya.
Gambar 3.4 Pengujian Closed-loop pada Kolektor Pelat Datar Pemanas Air
17
Dari pengujian kolektor surya pelat datar pemanas air dapat diperoleh
efisiensi kolektor seperti yang terlihat pada gambar 3.6.
Gambar 3.5 Data perhitungan pengujian efisiensi kolektor untuk kolektor plat datar pemanas
air dengan satu cover dan selective absorber
Dari gambar 3.6 terdapat beberapa parameter yaitu efisiensi kolektor (Ƞi), temperatur
inlet (Ti), temperatur outlet (To) dan intensitas radiasi (GT). Gambar di atas
menunjukkan perbandingan antara Ƞi dengan Ti−¿¿ , yang mana semakin besar nilai
Ti−¿¿
maka semakin rendah nilai efisiensi kolektornya (Ƞi), dan begitu sebaliknya.
Contoh pada nilai Ti−¿¿ = 0.04 m2C/W maka diperoleh efisiensi kolektor Ƞi = 40%.
18
Gambar 3.6 Karakteristik dari lima jenis kolektor surya pelat datar pemanas air: (a) satu
cover, absorber dengan krom hitam selektif, (b) dua cover, absorber dengan
krom hitam selektif, (c) satu cover, absorber hitam datar, (d) dua cover
polycarbonate, absorber pelat hitam polymetric dengan ruang tabung
tertutup, dan (e) absorber pelat hitam unglazed. Data dari solar products
specification guide (1983).
Pada gambar 3.7 dapat dilihat perbandingan antara Ƞi dengan Ti−¿¿ pada
lima jenis kolektor surya pelat datar pemanas air. Dapat dianalisa kolektor surya jenis
a (satu cover, absorber dengan krom hitam selektif) memiliki perbandingan efisiensi
paling bagus dibandingkan keempat jenis lainnya.
Dan pada gambar 3.8 dapat dilihat perbandingan antara Ƞi dengan Ti−¿¿
pada tiga kolektor dengan tiga jenis pengoperasian. Sehingga dapat dianalisa bahwa
jenis penyusun kolektor dan jenis pengoperasiannya akan mempengaruhi besar nilai
efisiensi kolektor (Ƞi). Semakin besar nilai operasi kolektor maka semakin bagus
nilai efisiensi yang diperoleh dari kolektor.
19
Gambar 3.7 Karakteristik kurva untuk dua pemanas udara: (a) satu cover, selective absorber,
beroperasi pada 25 1/m2s; (b) kolektor yang sama, beroperasi 10 1/m2s; (c) satu
cover, absorber krom hitam selektif, beroperasi pada 20 1/m2s. Data berasal
dari Solar Products Specification Guide (1983)
3.2.3 Peubah Sudut Insidensi
Peubah sudut insidensi merupakan perubahan sudut sinar datang pada
kolektor yang mana fokus kepada besar produk transmisi dan absorbs (τα). Peubah
sudut sinar datang akan mempengaruhi nilai panas yang diekstaksi (Qu). Souka dan
Safwat (1966) menyarankan peubah sudut insidensi dituliskan sebagai berikut
Kτα = (τα )(τα ) n
Kemudian
Qu = Ac FR [GT Kτα (τα)n – UL (Ti – Ta)]
Persamaan umum nilai peubah sudut insidensi (Kτα);
Kτα = (τα )(τα ) n = 1 + bo( 1
cosϴ - 1)Dimana:
Kτα = Perubahan sudut insidensi
20
τα = nilai produk transmisi dan absorpsi
bo = koefisien peubah sudut insidensi
ϴ = sudut insidensi
Qu = panas yang diekstraksi (J)
Ac = Luas permukaan kolektor (m2)
FR= the Collector heat removal factor
GT= Intensitas radiasi (W/m2)
UL = Koefisien perpindahan panas (W/m2 C)
Ti = Temperatur inner (oC)
Ta = Temperatur udara (oC)
Gambar 3.8 Data peubah sudut insidensi untuk sebuah double-glazed kolektor pemanas air.
Kondisi pengoperasian: kolektor memliki kemiringan 25o ke selatan;
temperatur udara lingkungan 34oC; kecepatan angin 4,5 m/s dan insolation
230-830W/m2 yang diperkirakan 20% berdifusi. Dikutip dari Hill et al (1979).
21
3.2.4 Kontanta Waktu Kolektor
Konstanta waktu dari kolektor tergantung pada waktu fluida meninggalkan
kolektor hingga mencapai perubahan melalui 0,632 total perubahan dari initial hingga
ultimate steady value setelah tahap perubahan pada incident radiation atau temperatur
fluida inlet.
Gambar 3.9 Konstanta Waktu Kolektor
Dari gambar 3.4 dapat dianalisa kontanta waktu penurunan temperatur hingga
fluida keluar dari kolektor sebesar 12,7 menit. Dapat dilihat juga pada gambar
rentang naiknnya temperatur saat fluida masuk diberi kode A dengan rentang 28-
62oC. kemudian terjadi penurunan temperatur hingga fluida keluar dari kolektor
diberi kode B dengan rentang 62-40oC. Dan rentang temperatur saat fluida keluar dan
masuk kembali ke kolektor diberi kode C dengan rentang 40-28oC.
Plot waktu-temperatur untuk pemanas udara pelat datar menunjukkan
penurunan temperatur pada gangguan dadakan dari radiasi matahari pada kolektor.
konstanta waktu adalah waktu lamanya temperatur untuk turun ke 1/e dari total
potensial penurunan, yaitu, untuk B/A mencapai 0,368.
22
Dari data pengujian beberapa kolektor diperoleh karakteristik dan konstanta
waktu dari kolektor. Karakteristik dan konstanta waktu dari kolektor dapat dilihat
pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Karakteristik dan konstanta waktu dari kolektor
No.
Kolektor
(Type)
Areas, m2
Plate GlazingBack
Insulation
Time
Constant,
min
Apertur
eGross
1 (Liquid) 1.61 1.68Alumunium roll-
bond, black paintDouble-glass
7.6-cm
glass
fiber
1.7
2 (Liquid) 1.40 1.66
Steel plate with
copper tubbing, black
chrome selective
surface
Double glass,
antireflective
coating on three
glass surface
8.5-cm
semirigid
fiber
board
1.6
3 (Liquid) 1.79 1.96 Steel, black-chrome Single glass
7.0-cm
glass
fiber
1.8
4 (Air) 7.25 6.25
Steel, black paint, air
flow is in 1.6-cm-deep
channel behind plate
Double-glass
9-cm
glass
fiber
12.7
3.2.5 Performansi Kolektor In Situ
Beberapa pertimbangan praktis yang dapat mempengaruhi performa yang
diukur. Perbedaan antara performa yang diprediksi dan yang diukur disebabkan dari
beberapa sumber, yaitu:
1. Aliran fluida melalui kolektor yang tidak seragam melalui semua bagian dari
susunan kolektor
2. Laju aliran tidak sesuai dengan kolektor yang diuji
3. Kebocoran pada kolektor udara dapat menyebabkan perbedaan antara
performa yang diprediksi dan yang diukur
4. Kerugian tepi dan belakang yang berbeda pada pengujian dan aplikasi
23
3.2.6 Distribusi Aliran pada Kolektor
Perhitungan performansi dari kolektor didasarkan pada asumsi implisit dari
distribusi aliran yang seragam pada kolektor tunggal atau ganda. Jika alirannya tidak
seragam, komponen dari kolektor dengan aliran rendah melalui riser akan memiliki
nilai FR lebih rendah dari komponen dengan tingkat aliran yang tinggi. Jadi, desain
dari headers dan manifolds sangat penting sifatnya dalam menentukan performansi
kolektor yang bagus. Masalah ini telah dipelajari secara analitikal dan eksperimental
oleh Dunkle dan Davey (1970).
Gambar 3.10 Distribusi tekanan pada headers dari sebuah isothermal absorber bank.
Dikutip dari Dunkle dan Davey (1970).
Berdasarkan analisis bahwa aliran turbulen pada headers dan laminar pada risers,
analisis oleh Dunkle dan Davey menunjukka adanya tekanan di sepanjang headers untuk
situasi air memasuki bagian bawah headers pada satu sisi dari kolektor dan meningggalkan
bagian atas headers pada sisi lainnya. Pada keadaan ini, perhitungan distribusi tekanan pada
bagian atas dan bawah headers ditunjukkan pada gambar 3.11.
Temperatur dari pelat absorber dihitung dari bagaimana energi dengan efektif
dikeluarkan, dan demikian perbedaan selama temperatur dihitung pada kondisi relatif yang
sama pada kolektor individu di banks dihitung dari kekurangan ketidakseragaman dari aliran
pada risers. Gambar 3.12 dari dunkle dan Davey, menunjukkan perhitungan temperatur untuk
banks dua belas kolektor dihubungkan secara paralel. Data tersebut menunjukkan perubahan
temperatur 22oC dari pusat menuju ujung yang mana perbedaannya berarti. Penghubungan
24
unit pada sebuah perencanaan paralel seri atau paralel ganda seperti ditunjukkan pada gambar
3.13 hasilnya distribusi aliran dan temperatur yang lebih seragam.
Gambar 3.11 Perhitungan temperatur eksperimental pada pelat di sebuah banks kolektor
dihubungkan secara paralel. Dikutip dari Dunkle dan Davey (1970).
Gambar 3.12 Contoh metode alternatif dari susunan kolektor penghubung pada
(a) seri-paralel (b) perencanaan paralel-seri, sesuai dengan yang
disarankan oleh Dunkle dan Davey (1970).
25