58285670 lemak dan olahraga

9
Lemak dan Olahraga Apakah lemak dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam berolahraga? Dua sumber tenaga utama dalam memproduksi ATP ketika berolahraga adalah karbohidrat dalam bentuk muscle glycogen dan lemak dalam bentuk asam lemak, terutama LCFA. Pada pola olahraga yang teratur, kedua bentuk tersebut dapat diubah menjadi acetyl CoA yang kemudian dioksidasi di dalam citric acid cycle. Secara umum, perpaduan kedua sumber tenaga tersebut digunakan ketika berolahraga, dengan jumlah yang berbeda-beda yang disebabkan oleh banyak faktor, termasuk intensitas dan durasi dari jenis olahraga yang bersangkutan, diet, dan latihan setiap individu.kegunaan lemak sebagai sumber tenaga telah digunakan sebagai subjek dalam banyak pembahasan dan penelitian, termasuk didalamnya adalah karya dari Brouns dan van der Vusse, Jacobs dkk, Hawley, Jeukendrup, Spriet, Turcotte, Wolfe, dan masih banyak lagi, seperti oleh Romijn and associates. Semua diskusi tersebut mengacu pada beberapa kunci temuan dari pembahasan-pembahasan dan studi-studi ini. Sumber Energi Lemak Asam lemak digunakan oleh sel otot ketika melakukan kegiatan mungkin didapkan dari pelbagai sumber, termasuk didalamnya plasma triglycerides di dalam chylomicrons dan VLDL. Akan tetapi sumber-sumber ini dapat dikategorikan sebagai minor, karena hanya menyediakan kurang dari 10 persen saja dari energi lemak. Dua sumber energi utama tersebut antara lain adalah plasma Ffa dan asam lemak yang diperoleh dari muscle triglyserides. Persediaan plasma Ffa sangatlah terbatas, oleh karena itu perlu didukung oleh persediaan triglyserides dalam jumlah yang banyak didalam jaringan adipose. Enzim yang terdapat didalam sel-sel adipose, dikenal dengan hormone-sensitive lipase (HSL), mengkatabolisisasi intraselular triglyserides menuju FFA dan glyserol. FFA dilepaskan ke dalam darah, bersatu dengan protein albumin sebagai carrier (pengantar) di dalam sel membran. FFA diaktifkan di dalam sel sitoplasma, dikirim ke dalam mitokondria oleh enzim kompleks yang mengandung amine, carnitine, dimetabolisasikan menuju CoA oleh oksidasi beta, dan menghasilkan energi, melalui citric acid cycle dan sistem hubungan transportasi elektron. Muscle triglycerides juga dapat dimetabolisasi ke asam lemak dan glyserol oleh enzim serupa meuju HSL, dan asam lemak kemudian dikirimkan ke dalam mitokondria. Kegunaan ketika Berolahraga Ketika beristirahat, sebagian besar dari kebutuhan energi lemak yang diperlukan oleh tubuh diperoleh dari persediaan plasma FFA. Asam lemak secara terus menerus dipindahkan dari jaringan adipose guna memperoleh plasma FFA. Sebagian besar FFA dilepaskan ketika beristirahat, sekitar 70 persen, dikembalikan ke triglycerides dna sisanya dikirimkan ke seluruh tubuh. Ketika berolahraga, kira-kira hanya 25 persen dari FFA diperoleh kembali. Maka dari itu, pada waktu itu menyediakan peningkatan yang besar di dalam pengiriman FFA ke sel-sel otot. Sebagai tambahan, hormon-hormon yang mengaktifkan HSL, seperti epinephrine, dikeluarkan ketika berolahraga, menstimulasi kerusakan sel adipose triglycerides dan pelepasan FFA ke dlaam darah untuk mengantarkan dan memasuki sel otot. Baru-baru ini Glatz dkk mencatat bahwa kontraksi otot dapat mengaktifkan pengirim asam lemak di dalam membran sel otot, yang kemudian meningkatkan jumlah FFA secara pesat menuju sel otot. Epinephrine juga menstimulasi intramuscular lipase

Upload: echo-ghulam-rashid

Post on 10-Aug-2015

22 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 58285670 Lemak Dan Olahraga

Lemak dan OlahragaApakah lemak dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam berolahraga?Dua sumber tenaga utama dalam memproduksi ATP ketika berolahraga adalah karbohidrat dalam bentuk muscle glycogen dan lemak dalam bentuk asam lemak, terutama LCFA. Pada pola olahraga yang teratur, kedua bentuk tersebut dapat diubah menjadi acetyl CoA yang kemudian dioksidasi di dalam citric acid cycle. Secara umum, perpaduan kedua sumber tenaga tersebut digunakan ketika berolahraga, dengan jumlah yang berbeda-beda yang disebabkan oleh banyak faktor, termasuk intensitas dan durasi dari jenis olahraga yang bersangkutan, diet, dan latihan setiap individu.kegunaan lemak sebagai sumber tenaga telah digunakan sebagai subjek dalam banyak pembahasan dan penelitian, termasuk didalamnya adalah karya dari Brouns dan van der Vusse, Jacobs dkk, Hawley, Jeukendrup, Spriet, Turcotte, Wolfe, dan masih banyak lagi, seperti oleh Romijn and associates. Semua diskusi tersebut mengacu pada beberapa kunci temuan dari pembahasan-pembahasan dan studi-studi ini.

Sumber Energi Lemak Asam lemak digunakan oleh sel otot ketika melakukan kegiatan mungkin didapkan dari pelbagai sumber, termasuk didalamnya plasma triglycerides di dalam chylomicrons dan VLDL. Akan tetapi sumber-sumber ini dapat dikategorikan sebagai minor, karena hanya menyediakan kurang dari 10 persen saja dari energi lemak.

Dua sumber energi utama tersebut antara lain adalah plasma Ffa dan asam lemak yang diperoleh dari muscle triglyserides. Persediaan plasma Ffa sangatlah terbatas, oleh karena itu perlu didukung oleh persediaan triglyserides dalam jumlah yang banyak didalam jaringan adipose. Enzim yang terdapat didalam sel-sel adipose, dikenal dengan hormone-sensitive lipase (HSL), mengkatabolisisasi intraselular triglyserides menuju FFA dan glyserol. FFA dilepaskan ke dalam darah, bersatu dengan protein albumin sebagai carrier (pengantar) di dalam sel membran. FFA diaktifkan di dalam sel sitoplasma, dikirim ke dalam mitokondria oleh enzim kompleks yang mengandung amine, carnitine, dimetabolisasikan menuju CoA oleh oksidasi beta, dan menghasilkan energi, melalui citric acid cycle dan sistem hubungan transportasi elektron. Muscle triglycerides juga dapat dimetabolisasi ke asam lemak dan glyserol oleh enzim serupa meuju HSL, dan asam lemak kemudian dikirimkan ke dalam mitokondria.

Kegunaan ketika Berolahraga Ketika beristirahat, sebagian besar dari kebutuhan energi lemak yang diperlukan oleh tubuh diperoleh dari persediaan plasma FFA. Asam lemak secara terus menerus dipindahkan dari jaringan adipose guna memperoleh plasma FFA. Sebagian besar FFA dilepaskan ketika beristirahat, sekitar 70 persen, dikembalikan ke triglycerides dna sisanya dikirimkan ke seluruh tubuh.

Ketika berolahraga, kira-kira hanya 25 persen dari FFA diperoleh kembali. Maka dari itu, pada waktu itu menyediakan peningkatan yang besar di dalam pengiriman FFA ke sel-sel otot. Sebagai tambahan, hormon-hormon yang mengaktifkan HSL, seperti epinephrine, dikeluarkan ketika berolahraga, menstimulasi kerusakan sel adipose triglycerides dan pelepasan FFA ke dlaam darah untuk mengantarkan dan memasuki sel otot. Baru-baru ini Glatz dkk mencatat bahwa kontraksi otot dapat mengaktifkan pengirim asam lemak di dalam membran sel otot, yang kemudian meningkatkan jumlah FFA secara pesat menuju sel otot. Epinephrine juga menstimulasi intramuscular lipase

Page 2: 58285670 Lemak Dan Olahraga

untuk mengkatabolisasi muscle triglycerides menuju FFA. Asam lemak kemudian masuk ke dalam mitokondria dan diturunkan ke acetyl CoA.

Selama berolahraga ringan kira-kira 25 persen dari VO2 max, 20 persen atau kurang dari total energi yang dibutuhkan diperoleh dari karbohidrat, sementara 80 persen atu lebih didapat dari lemak. Wolfe menunjukkan bahwa berolahraga, menekan liposis secara normal menyediakan FFA dalam batasan terbesar dari kebutuhan tersebut diperlukan ketika sedang berolahraga. Walau demikian, plasma FFA disediakan oleh jaringan adipose tampaknya menjadi sumber energi lemak utama ketika melalkukan olahraga ringan, akan tetapi persentasenya cenderung menurun dan mucle triglycerides meningkat bersamaan dengan meningkatkan intensitas olahraga yang dilakukan menjadi kira-kira 65 persen dari VO2 max. Pada titik ini, lemak dan karbohidrat tampak menyumbangkan penggunaaan energi secara merata, dan plasma FFA dan muscle triglycerides menyumbangkan energi yang diperoleh dari lemak secara merata. Peningkatan karbohidrat menjadi bahan bakar utama dalam melakukan olahraga dengan tingkat tingkat 65 persen VO2 max. Pada tingkatan-tingkatan olahraga yang sangat intensif, kira-kira 85 persen VO2 max, diperoleh dari lemak (sebagian besar adalah muscle triglycerides) berkurang menjadi 25 persen atau kurang sebagai glikogen otot. Rangkuman dari kegunaan ketika berolahraga dipaparkan di dalam tabel 5.6.

Faktor-faktor pembatas Walaupun para penulis menuliskan bahwa faktor-faktor pembatas utilisasi asam lemak ketika melakukan olahraga berat sebagian besar tidak diketahui, beberapa hal telah disarankan. Pertama, mobilisasi FFA yang tidak mencukupi dari jaringan adipose dapat membatasi pengiriman FFA ke otot. Wolfe menunjukkan bahwa oksidasi lemak ditingkatkan secara signifikan pada kegiatan olahraga dengan tingkat 85 persen VO2 max ketika lipid dimasukkan, akan tetapi karbohidrat tetaplah merupakan sumber energi yang utama. Kedua, tingkat intramuscular yang tidak optimal juga membatasi oksidasi lemak. Sebagai contoh, Wolfe menunjukkan bahwa oksidasi karbohidrat pada tingkat tinggi salama melakukan olahraga berat dapat menghalangi oksidasi lemak dengna membatasi pengiriman ke dalam mitokondria, kemungkinan dihalangi oleh enzim karnitin kompleks.

Dalam karya-karya tulisnya belakangan ini, Spriet mencatat bahwa kedua faktor ini mungkin membatasi kegunaan lemak ketika melakukan olahraga berat, dengan faktor regulasi lainnya juga mungkin berpengaruh, seperti terbatasnya pengiriman asam lemak menuju sel otot dan kegiatan muscle triglycerides lipase. Jeukendrup, dalam penjelasan yang terperinci mengenai metabolisme asam lemak selama berolahraga, menunjukkan bahwa peraturan metabolisme skeletal muscle sangatlah multifaktorial, dan mekanisme yang berbeda dapat menyebabkan kondisi yang berbeda. Sebagaimana dicatat oleh Spriet, penelitian sangatlah diperlukan dalam menentukan peraturan apakah lemak berguna ketika melakukan olahraga pada tingkat intensitas diatas 85 persen VO2 max.

Efek-efek Berdiet Sebagaimana disebutkan pada bab-bab sebelumnya, jumlah energi yang didapat dari otot dan hati glikogen sangatlah terbatas. Mengkonsumsi karbohidrat sebelum dan setelah berolahraga dapat mengakibatkan efek utilisasi lemak. Turcotte menunjukkan bahwa ketersediaan karbohidrat sebelum berolahraga dapat meningkatkan glukosa darah dan insulin plasma, yang mana dapat menurunkan tingkat lipolisasi jaringan adipose dan konsentrasi plasma FFA. Penelitian dari laboratorium Wolfe

Page 3: 58285670 Lemak Dan Olahraga

menyarankan bahwa peningkatan glukosa flux membatasi pengiriman asam lemak menuju mitokondria selama berolahraga. Horowitz dkk melaporkan bahwa walaupun penyerapan karbohidrat ketika berolahraga sedang menekan liposis, peningkatan lipositis tetaplah diperlukan, walaupun tidak membatasi oksidasi lemak hingga di akhir masa berolahraga. Dari sudut pandang psikologi, temuan-temuan ini dapat memperlihatkan bahwa tidak ada dampak buruk dari karbohidrat yang dikonsumsi baik sebelum maupun ketika berolahraga. Meskipun oksidasi lemak memungkinkan untuk dikurangi, ketersediaan karbohidrat dapat menyediakan sumber energi yang lebih efisien.

Karbohidrat yang dikonsumsi sebelum maupun ketika olahraga berlangsung memperpanjang sekitar 90-120 menit atau lebih pada olahraga aerobic dengan intensitas tinggi. Persediaan glikogen mencapai tingkatan sangat rendah dan tubuh memindahkannya untuk menggunakan FFA, berdasarkan penurunan intensitas olahraga uang tengah dilakukan. Apabila daya tahan tersebut diperlakukan sebagaimana pada marathon, maka FFA dapat menyediakan hingga mendekati 90 persen dari energi yang diperlukan.

Kegunaan dari Katone Walaupun katone dapat diutilisasi oleh otot, mereka tidak dapat membagikan produksi energi secara signifikan selama berolahraga.

Apakah Wanita menggunakan lemak lebih efisien dibanding para pria ketika berolahraga?Wanita mempunyai persentase kadar lemak tubuh yang lebih besar dibanding pria, dan banyak penulis majalah olahraga terkemuka mengemukakan bahwa wanita dapat memproses lemak lebih efisien dan lebih efektif dalam acara-acara ultramarathon. Tarnoplosky menandakan bahwa beberapa teori yang masuk akal mendukung pendapat ini sebagaimana daya tampung otot lipid dan aktifitas maksimal dari metabolisme enzim lemak pada wanita lebih tinggi dibanding pria. Dalam beberapa penelitian Tarnopolsky dan para rekannya, dengan menggunakan rasio pertukaran pernafasan dalam mengevaluasi kegunaan substrate energi dengan muatan karbohidrat, dilaporkan bahwa wanita dapat mengoksidasi lebih banyak lemak dan lebih sedikit karbohidrat dibanding pria ketika berolahraga dengan tingkat 65 persen atau 75 persen VO2 max.Tarnopolsky memperkirakan bahwa hormon estrogen berperan dalam penggunaan lemak pada wanita.

Bagaimanapun juga, penelitian lainnya telah memperlihatkan bahwa penggunaan lemak sebagai sumber energi bagi pria dan wanita adalah serupa, terutama ketika dicocokkan dengan kapasitas aerobic mereka. Mengulang penelitian sebelumnya pada pria, Romijn dkk pada penelitiannya, menyebutkan bahwa metabolisme pada wanita yang telah terlatih pada tingkatan 25, 65, dan 85 persen VO2 max. sebagaimana pada pria, oksidasi karbohidrat pada wanita meningkata secara pertahap selama berolahraga dengan intensif, dengan tingkatan tertinggi dari oksidasi lemak selama melakukan olahraga pada 65 persen VO2 max. Mereka menyimpulkan bahwa pola dari kegunaan karbohidrat dan lemat selama melakukan olahraga sedang dan berat serupa pada pria dan wanita yang telah terlatih.

Benar atu tidaknya bahwa oksidasi lemak pada wanita lebih efisien dibanding pria tampaknya menjadi perdebatan,dan apakah semua itu dapat meningkatkan performa, sangatlah dipertanyakan. Sebagai contoh, pada salah satu penelitian diatas, Tarnopolsky dkk menemukan bahwa meskipun para wanita dapat mengoksidasi lebih banyak lemak

Page 4: 58285670 Lemak Dan Olahraga

dan lebih sedikit karbohidrat dibanding pria, para pria meningkatkan performanya dalam berolahraga dengan menggunakan persediaan karbohidrat yang tidak dimiliki oleh para wanita.

Apakah efek yang ditimbulkan pada metabolisme lemak selama berolahraga?Satu jenis gerakan dapat mempengaruhi utilisasi lemak selama berolahraga. Tunstall dkk menemukan bahwa sebuah sesi olahraga yang menggunakan daya tahan dapat menimbulkan peningkatan ekspresi gen di dalam otot skeletal yang dapat meningkatkan kapasitas untuk oksidasi lemak, dan 9 hari pelatihan secara terpusat dapat membuktikan hal ini.

Secara umum, penulis ingin menekankan bahwa seorang atlit yang telah terlatih menggunakan lebih banyak lemak dibanding atlit yang belum terlatih selama menyesuaikan tugas yang diberikan. Sebagai contoh, apabila Anda berlari selama 8 menit berturut-turut sebelum dan setelah 2 bulan melatih daya tahan, Anda dapat jumlah yang kalori sama setiap kalinya. Bagaimanapun, setelah berlatih, lebih banyak energi yang dapat diperoleh dari lemak. Dengan pelatihan, Anda dapat menjadi pembakar lemak yang lebih baik, yang mana dapat membantu menyisihkan sebagian glikogen di dalam otot-ototmu.

Meskipun semua mekanisme eksak belum dapat diidentifikasi, beberapa faktor mungkin berpengaruh. Beberapa penelitian seperti oleh Brouns dan van der Vusse, Horrowitz dan Klein, dan Jeukendrup dan para koleganya, mengindikasi mekanisme multi dapat saja operatif, termasuk didalamnya:

• Meningkatkan aliran darah dan kapilarisasi menuju otot mengantarkan lebih banyak plasma FFA.

• Meningkatkan kandungan otot triglyceride, memungkinkan diasosiasikan dengna peningkatan sensitifitas insulin. Insulin mengatur pergerakan insulin FFA menuju sel otot. Dengan latihan juga dapat meningkatkan aktifitas lipoprotein lipase atau pengangkutan asam lemak ke membran sel otot.

• Meningkatkan sensitifikas baik adipose maupun sel otot ke epinephrine, menghasilkan peningkatan FFA yang dilepaskan menuju plasma dan ke dalam otot dari triglycerides.

• Meningkatkan jumlah angkutan asam lemak di dalam membran sel otot untuk menggerakkan asam lemak dari plasma menuju sel otot.

• Meningkatkan kemampuan dalam menggunakan katone sebagai sumber energi.• Meningkatkan jumlah dan ukuran mitokondria, dan mengasosiasikannya dengan

enzim oksidatif guna memproses aktifasi FFA.• Meningkatkan aktifiktas FFA dan angkutannya melalui membran mitokondria.• Meningkatkan aktifitas enzim oksitatif.

Secara keseluruhan, menurut Martin, peningkatan muatan dan kegunaan otot triglyceride dapat menjadi mekanisme utama yang mendasari bahwa kapasitas otot yang telah terlatih dapat mengoksidasi asam lemak ketika melakukan olahraga. Peningkatan penggunaan lemak selama berolahraga adalah salah satu akibat utama dalam latihan daya tahan seorang atlit olahraga.

Meskipun fungsi karbohidrat sebagai sumber energi utama menjadi lebih penting ketika melakukan olahraga berat, Coggan dkk menemukan daya tahan atlit yang telah

Page 5: 58285670 Lemak Dan Olahraga

terlatih dengan baik dapat menggunakan lemak dengan lebih efisien ketika melakukan olahraga pada tingkatan 75-80 persen VO2 max, dan dalam ulasannya, Pendergast dan para koleganya menambahkan bahwa lemak, terutama lemak intramuscular, memainkan peran dalam metabolisme ketika melakukan olahraga intensif pada tingkat 80 persen VO2

max atau lebih dalam pelatihan daya tahan tubuh dari seorang atlit olahraga. Dalam hal ini, Dr. David Costill telah menuliskan bahwa beberapa pelari yang telah terlatih dapat memperoleh sekitar 75 persen tenaganya dari lemak waupun ketika mereka sedang berlari pada tingkatan 70 persen VO2 max mereka. Kemampuan untuk memperoleh proporsi energi yang besar dalam menyanggupi permintaan dalam olahraga intensif dari asam lemak sangatlah penting bagi para atlit, seperti pada para peserta marathon yang dapat menyimpan sebagian dari muscle glycogen mereka guna penggunaannya selama pertandingan. Percampuran antara asam lemak dan glycogen untuk energi dapat digunakan untuk mempertahankan ritme mereka ketika muscle glycogen dan ketergantungan mereka terhadap asam lemak sebagai sumber persediaan tenaga satu-satunya mulai berkurang dan kian menurun. Maka dari tiu, penting adanya bagi setiap atilit yang mengutamakan daya tahan tubuh dalam waktu yang lama untuk menjadi seorang “fat burner”alias si pembakar lemak, dan lebih jauh lagi jenis-jenis bantuan ergogenic dapat digunakan demi meningkatkan efek ini.

Ikhtisar Konsep Kunci• Salah satu dari fungsi utama lemak adalah untuk menyediakan tenaga. Walaupun

lemak itu penting dalam menyediakan tenaga dalam kegiatan olagraga ringan dan sedang, akan tetapi lemak tidak dapat menjadi sumber energi yang optimal pada olahraga aerobic maupun anaerobic yang berat.

• Pelatihan olahraga yang mengutamakan daya tahan tubuh, dengan menggunakan multi-mekanisme, dapat meningkatkan kegunaan energi ketika melakukan olahraga aerobic.

Lemak : Aspek Ergogenic

Karena kegiatan berolahraga mengarah pada peningkatan kegunaan dari asam lemak sebagai sumber tenaga dan meningkatkan performa dala daya tahan tubuh (secara teoritis bertandam dengan muscle glycogen), sejumlah kegiatan berdiet, supplemen diet, dan pekerja-pekerja farmasi telah dipekerjakan demi memfasilitasi proses metabolis ini ketika berolahraga. Pada penjelasannya mengenai mekanisme ini, Jeukendrup menegaskan bahwa peningkatan ketersediaan dan pengoksidasian asam lemak dapat menghasilkan lebih bayak acetyl-CoA, yang dapat menghalangi aliran kejadian yang dapat secara esensial menghalangi keikutsertaan enzim dalam merusak karbohidrat. Efek ini dapat mengecualikan kegunaan muscle glycogen dan meningkatkan performa daya tahan tubuh. Bagaimanapun, Jeukendrup mengindikasi bahwa meskipun efek ini dapat bekerja pada kegiatan ringan, tetapi mungkin tidak dapat berlaku pada kegiatan yang sedang dan berat.

Strategi diet akut maupun kronis dapat dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi muscle triglucerides atau serum level FFA. Strategi-strategi ini termasuk diet lemak-tinggi, berpuasa, dan bahkan pemasukan lipin ke dalam aliran darah. Suplemen-

Page 6: 58285670 Lemak Dan Olahraga

suplemen diet dan obat-obatan dapat diguanakan untuk meningkatkan persediaan lemak yang dapat dioksidasi ataupun tingkat metabolisme lemak. Yang termasuk dalam suplemen-suplemen diet antara lain adalah medium chain triglycerides, letichin, glycerol, dan carnitine, sementara obat yang dapat diguanakan antara lain adalah caffein.

Apakah yang dimaksud dengan penimbunan lemak?Strategi-strategi berdiet yang dibuat guna meningkatkan persediaan maupun metabolisme lemak sebagai sumber energi selama melakukan aktifitas olahraga dapat disebut sebagai penimbunan lemak. Penimbunan lemak dapat dilakukan pada basis yang akut dan kronis.

Penimbunan lemak akut termasuk didalamnya adalah strategi diet secara langsung sebelum berolahraga. Karena pada tingkatan dimana FFA dioksidasi di dalam otot bergantung pada tingkat konsentrasi di dalam plasma darah, beberapa teknik diet akut yang berbeda-beda dapat dicoba untuk meningkatkan tingkat plasma FFA.

Penimbunan lemak kronis termasuk didalamnya strategi berdiet selama kurang lebih seminggu guna meningkatkan daya tahan tubuh. Dalam studi belakangan ini, Helge dkk menemukan bahwa melakukan diet lemak secara ketat daapt meningkatkan penimbunan lipid intramuscular. Sementara pada penelitian Brown dan Cox disebutkan bahwa penimbunan intramuscular triglyceride dapat menyediakan bhaan bakar penting dalam melakukan kegiatan berolahraga, termasuk didalamnya olahraga berat sekalipun. Meskipun demikian, diet kronis ketat dibuat semata-mata adalah untuk meningkatkan persediaan muscle triglycerides. Beberapa penyelidikan juga telah mengevaluasi efek dari penimbunan lemak kronis 1-2 hari sebelum penimbunan karbohidrat untuk melihat apakah terdapat keuntungan dari asosiasi nya ini dengan protokol berdiet. Protokol berdiet ini serupa dengan protokol penimbunan karbohidrat standar, yang lebih lanjut akan dibahas pada bab 4.

Diet Akut High-Fat Pencernaan dan penyerapan lipid sangatlah lambat, maka strategi yang dapat menjadi solusi untuk memasukkan lipid (seperti pada intralipid) secara langsung ke dalam darah bersama dengan heparin, substansi yang dapat menstimulasi aktifitas lipoprotein lipase dan meningkatkan level FFA. Strategi meningkatkan oksidasi lemak dan pengurangan oksidasi karbohidrat dapat meningkatkan performa daya tahan tubuh. Bagaimanapun, setelah solusi lipid digunakan oleh tim nasional pada Tour de France, seluruh tim menarik diri dari pertandingan dikarenakan oleh semacam reaksi yang bertentangan. Tidak ada penelitian yang telah dilakukan untuk membuka tabir yang mendukung teknik ergogenic ini.

Strategi kedua adalah untuk mencerna makanan berlemak tinggi sebelum berolahraga. Pada sebuah studi yang dibuat dengan sangat baik, Pitsiladis dkk mengevaluasi efek dari makanan dengan muatan 90 persen lemak, melawan makanan dengan muatan 70 persen karbohidrat, pada tingkatan 75 persen VO2 max. Subjek diberikan karbohidrat selama 3.5 hari sebelum melakukan percobaan. Makanan dikonsumsi 4 jam sebelum percobaan dilakukan. Sebelum makanan dengan muatan kaya karbohidrat diberikan, subjek juga menerima masukan heparin. Perfoerma waktu jauh lebih baik setelah memakan makanan berlemak tinggi. Bagaimanapun, subjek mengetahui isi dari makanan, tidak ada masukan lain yang diberikan sebelum makanan kaya karbohidrat disajikan, suatu faktor yang dapat mempengaruhi performa. Terlebih

Page 7: 58285670 Lemak Dan Olahraga

lagi, penulis juga menekankan bahwa studi ini tidaklah dipaksakan untuk medapatkan hasil secara terburu-buru untuk diterapkan pada performa olahraga,karena heparin yang disuntikkan untuk memindahkan plasma FFA tidak dapat menyuguhkan praktek medis.

Tanpa menggunakan heparin, studi lain telah memperlihatkan beberapa keuntungan dari diet high-fat pada performa berolahraga. Sebagai contoh, pada dua studi Oknao dkk melaporkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara diet high-fat (61 persen muatan lemak) dan diet low-fat atau terkendali dalam performa pada siklus percobaan kelelahan pada tingkat 78-80 persen VO2 max selama bersepeda selama 2 jam pada tingkatan 60-67 persen VO2 max. sebagai tambahan, Rowlands dan Hopkins menyelidiki efek dari makanan berlemak tinggi (85 persen energi lemak), dibandingkan dengan makanan berkarbohidrat tinggi (85 persen energi karbohidrat), dan makanan berprotein tinggi (30 persen energi protein) yang dikonsumsi selama 90 menit sebelum dilakukannya percobaan siklus daya tahan, pada tingkat VO2 max 55 persen, lima sampai sepuluh menit penambahan muatan dari 55-82 persen pada puncaknya, dan pada 50 kilometer dengan time trial yang mengikutsertakan beberapa rute 1-km dan sprint 4-km. subjek mengkonsumsi suplemen karbohidta selama bersepeda. Komposisi makanan tersebut tidak berpengaruh pada performa bersepeda dengan jarak 50 kilometer tersebut.

Strategi berdiet akut high-fat tidak terlihat memberi peningkatan performa, dan pada kenyataannya, dapat menghambat performa karena jika kontribusi menuju gastrointesnal dapat menunda pengosongan gestric yang berhubungan dengan lemak penelitian telahmemperlihatkan bahwa mengkonsumsi high-fat elama 1-2 hari, pendekatan akut yang lain, dapat menurunkan performa dalam melakukan kegiatan berolahraga dengan tingkat intensitas yang tinggi.

Diet kronis high-fat beberapa penyelidikan telah menantang dogma bahwa daya tahan tubuh atlit membutuhkan karbohidrat tinggi dan menyarankan bahwa performa daya tahan tubuh dapat menguntungkan dengan melakukan diet lemak dengan kira-kira 50 persen atau lebih. Brown dan Cox menegaskan bahwa para atlit dapat menyesuaikan diri terhadap diet seperti demikian dan mempertahankan kapasitas daya tahan tubuh mereka dan dapat meningkatkan muscles triglycerides mereka, dan dapat meningkatkan manfaat lemak serta menurunkan manfaat karbohidrat selama melakukan pelatihan. Peneliatian telah memperlihatkan bahwa ketika seorang individu ditempatkan pada diet koarbohidrat kronis rendah dan diet lemak tinggi selama seminggu atu lebih, maka tubuh akan menyesuaikan metabolismenya dan menggunakan lemak dengan lebih efisien. Akan tetapi, apakah itu semua akan merubah acuan untuk meningkatkan performa olahraga daya tahan tubuh?

Studi memperlihatkan efek ergogenic Beberapa studi mendukung efek ergogenic penimbunan lemak kronis. Pendergast dan Horvath, bersama dengan para koleganya, melakukan beberapa penyelidikan komtemporer. Meskipun pada dua studi laboratorium mereka memperlihatkan bahwa penyesuaian pada diet high-fat (38-41 persen muatan lemak) selama 1-4 minggu melakukan lari treadmill menimbulkan kelelahan, kedua penyelidikan tersebut mengalami masalah dengan percobaan bentuk, seperti tidak adanya penugasan random dari kondisi diet dan tidak adanya counterbalancing dari order diet. Lebih dari itu, diet tersebut juga tidaklah pengecualian dari muatan berkadar lemak tinggi

Page 8: 58285670 Lemak Dan Olahraga

Muoio dkk menyadari keterbatasan dari percobaan yang meraka lakukan dan penulis lebih tertarik pada studi lain yang dilakukan oleh Venkatraman dan Pendengast.

Terlebih, Horvath dkk telah memberikan program diet kepada pelari-pelari pria dan wanita masing-masing 16 dan 31 persen lemak dalam 4 minggu, dan kemudian setengah dari peserta diberikan peningkatan dietnya menjadi 44 persen. Semua peserta dibentuk menjadi isokaloric, tetapi sebenarnya pelari mengkonsumsi 19 persen calori lebih sedikit pada diet low-fat (16 persen). Disnaa tidak ditemukan perbedaan diantara para peseta dengan VO2 max, anaerobic, body mass, tetapi pada daya tahan tubuh setelah melakukan diet lemak rendah mengalami penurunan dibanding dengan yang melakukan diet medium dan tinggi. Bagaimanapun, sangatlah memungkinkan bahwa penurunan energi yang dihasilkan dapat menurunkan performa semula.

Lambert dan para koleganya juga menemukan beberapa efek ergogenic dalam beberapa studi. Pada salah satu studi, mereka menempatkan atlit-atlit yang melakukan diet high-fat (70 persen calori) atau diet low-fat (12 persen calori) selama 2 minggu, mencoba efek–efeknya dalam tiga performa percobaan yang diselesaikan dalam tiga kali interval dengan masing-masing 30 menit waktu istirahat. Ketiga performa tersebut termasuk tes Wingate high-power, tes intensitas tinggi dengan tingkat 90 persen VO2

max, dan tes intensitas sedang dengan tingkat 60 persen VO2 max. meskipun tidak terdapat efek yang signifikan antara kedua performa diet dalam dua tes pertama, para atlit dapat bersepeda lebih lama pada test intensitas sedang dengan acuan pada diet high-fat. Para peneliti mencatat bahwa penyesuaian terhadap diet high-fat menurunkan ketergantungan karbohidrat sebagai sumber energi selama beraktifitas, dna menyarankan untuk meningkatkan performa muscle glycogennya.

Pada studi lainnya, Lambert dkk mengevaluasi efek dari 10 hari berdiet high-fat, 3 hari sebelum jadwal pemuatan karbohidrat dan bersepeda pada lintasan selama 150 menit dengan tingkat 70 persen VO2 max dengan mengikuti time trial sejauh 20 kilometer. Dibandingkan dengan kebiasaan berdiet mereka dengna pemuatan karbohidrat, diet high-fat memungkinkan para atlit untuk meingkatkan total oksidasi lemaknya dan menurunkan oksidasi karbohidrat, dna secara signifikan meningkatkan performa time trial sebanyak 1.4 menit.

Studi menunjukkan tidak adanya efek ergogenic Kebalikannya, pada penelitian lainnya, dikatakan bahwa berdiet high-fat diet kronis tidaklah meningkatkan daya tahan tubuh dan performa seseorang. Secara kebalikan, di dlaam studinya, Pogliaghi dan Veicsteinas melaporkan tidak adanya efek dari diet high-fat (55 persen lemak) melawan diet normal dan diet low-fat pada para pesepeda yang tidak terlatih pada tingkatan 75 persen VO2 max. Helge dkk memerintahkan para pesepeda pria yang belum terlatih untuk mengikuti program pelatihan dayatahan tubuh selama 4 minggu sambil mengkonsumsi antara high-fat (62 persen) atau karbohidrat tinggi (65 persen), dan mengukur performa mereka pada tingkat kelelahan 80 persen VO2 max. mereka melaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua jenis diet tersebut. Pada penelitian sebelumnya, mereka menemukan bahwa daya tahan tubuh dapat menyesuaikan sampai pada rentang waktu 7 minggu dengna latihan dan diet high-fat. Bagaimanapun, pada studi ini, para individu yang belum terlatih, dan bukannya atlit yang belum terlatih yang dijadikan subjek penelitian.

Page 9: 58285670 Lemak Dan Olahraga

Beberapa penelitian belakangan ini memperlihatkan bahwa tidak terdapatnya efek kronis dari penimbunan lemak selama melakukan pelatihan indivial.