49809753-crs-v-final
DESCRIPTION
baruTRANSCRIPT
1
BAB I
LATAR BELAKANG
Oleh: Zoraya Ariefia Feranthy N (1301-1207-3033) Wina Ratna Juwita (1301-1206-0060)
1.1 Pendahuluan
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama yang menjadi ujung
tombak pembangunan kesehatan Indonesia. Puskesmas memiliki visi tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010. Untuk mencapai
visi tersebut, misi yang harus dijalankan Puskesmas adalah menggerakkan
pembangunan berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi
setiap keluarga dan masyarakatnya, memelihara dan meningkatkan mutu
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya,
serta memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, masyarakat beserta
lingkungannya.5
Dalam mencapai visi dan misi tersebut Puskesmas harus meningkatkan
kinerjanya untuk dapat menanggulangi masalah-masalah yang terdapat di wilayah
kerjanya. Untuk itu, langkah awal yang harus diambil adalah melakukan analisis
situasi puskesmas berdasarkan faktor determinan derajat kesehatan penduduk
menurut Henrick L. Blum, yaitu : (1) keturunan, (2) lingkungan kesehatan, (3)
perilaku kesehatan, (4) pelayanan kesehatan.4
Setelah melakukan analisis situasi, maka dilakukanlah identifikasi masalah
2
di lingkungan Puskesmas dan setelah itu ditentukan prioritas masalah. Ditinjau
dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penentuan prioritas masalah kesehatan
dipandang sangat penting, hal ini dikarenakan terbatasnya sumber daya yang
tersedia sehingga tidak mungkin untuk menyelesaikan semua masalah.5
1.2 Gambaran Umum
Batas wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdan antara lain :
Utara : Jl. Inggit Garnasih dan kelurahan Pungkur
Selatan : Kelurahan Wates
Barat : Jl. Moh. Toha
Timur : Kelurahan Ancol dan pasirluyu
Tabel 1.1 Kondisi Geografis Puskesmas Moch. Ramdhan Tahun 2008
No. KelurahanJumlah
RWJumlah
RTLuas
Wilayah (Ha)1 Cigereleng 12 64 562 Ciseureuh 8 49 703 Ciateul 9 50 45
Jumlah 29 163 171Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Moch.Ramdhan Tahun 2008
A. Kondisi daerah
♦ Daerah kerja wilayah
Puskesmas Moch.
Ramdhan merupakan
daerah pemukiman yang
cukup padat yaitu daerah
Kelurahan Ciseureuh
terutama RW 01, 05, 06,
dan 08 sedangkan
Kelurahan Cigereleng dan
3
Kel. Ciateul sudah cukup
teratur dan tertata dengan
baik.
♦ Suhu Udara :
22°C-32°C
Kelembaban : 40-50%
Kebisingan : 40-60 dB
Iklim : Tropis
Ketinggian : ± 700 m
♦ Dataran Wilayah Kerja
Puskesmas Moch.
Ramdhan adalah 126 Ha
diantaranya terdiri dari
Tanah darat 164,5 Ha,
Sawah 4,25 Ha, Kolam
1,25 Ha, dan makam 1
Ha, dimana tidak terdapat
perbukitan dan
pegunungan.
♦ Kualitas Lingkungan
Fisik pada umumnya
kualitas air cukup baik,
perumahan yang cukup
padat dengan kuantitas
yang sudah baik, sebagian
sudah memenuhi syarat
kesehatan, kondisi
saluran limbah belum
baik sebagian, saluran
pembuangan tinja
sebagian sudah tertata
4
baik, pencemaran udara
belum pernah diteliti.
1.3 Analisis Situasi Puskesmas
1.3.1 Analisis Faktor Lingkungan
A. Geografis
Puskesmas Moch. Rasmdhan mempunyai wilayah binaan seluas 171 Ha
yang terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Cigereleng, kelurahan Ciseureuh,
kelurahan Ciateul. Kelurahan Cigereleng terdiri dari 12 RW dan 64 RT, kelurahan
Ciseureuh terdiri dari 8 RW dan 49 RT, kelurahan Ciateul terdiri dari 9 RW dan
50 RT. Posisi Puskesmas Moch. Ramdhan sangat strategis. Puskesmas dapat
diakses oleh penduduk dengan semua cara, baik dengan menggunakan kendaraan
roda dua, kendaraan beroda empat atau dengan berjalan kaki. Jarak terjauh ke
Puskesmas yang harus ditempuh penduduk adalah 1,1 km. Hal ini seharusnya
memberi kemudahan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari
Puskesmas. Di lain pihak, posisi strategis ini yang juga merupakan kawasan niaga
bisa berdampak pada kemacetan lalu lintas dan polusi udara yang tinggi. Selain
itu, wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan merupakan kawasan Pemukiman
yang padat penduduk, terutama kelurahan Ciseureuh RW 01, 05, 06, dan 08
sedangkan Kelurahan Cigereleng dan Kel. Ciateul sudah cukup teratur dan tertata
dengan baik.1
B. Sumber Air Bersih
Jenis SAB di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan antara lain:
• Ledeng : 3974 buah
5
• Sumur Pompa Tangan: 947 buah
• Sumur Gali Langsung : 912 buah
• Lain-lain : 11 buah
Berdasarkan pengolahan data lapangan, persentase keluarga yang
memiliki akses terhadap air bersih di wilayah kerja puskesmas Moch. Ramdhan
tidak terdapat data terbaru mengenai sumber air bersih yang memenuhi syarat,
Laporan Kegiatan Tahunan Puskesmas Moch.Ramdhan pada tahun 2007
menunjukkan sebanyak 74,22% dari penduduk mampu mendapat akses terhadap
sumber air bersih. Angka ini masih belum mencapai target Kota Bandung Sehat
2010 yang sebesar 85%.6
C. Jamban Keluarga
Keadaan Jamban Keluarga di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan
berdasarkan data Mapping Kesehatan Lingkungan Puskesmas Moch.Ramdhan
Tahun 2008, didapatkan jumlah jamban keluarga (Jaga) 5253 buah, jumlah KK
yang ada sebanyak 7889 jiwa, jumlah jamban keluarga yang diperiksa 2500 buah
dan jumlah yang memenuhi syarat 1699 buah. Dari data di atas, maka persentase
jamban keluarga yang memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas
Moch.Ramdhan pada tahun 2007 sebesar 67,9%. hal ini belum memenuhi target
yang telah ditetapkan tahun sebelumnya yaitu 90%.
D. Sarana Pembuangan Air Limbah
Keadaan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) berdasarkan data hasil
6
pemeriksaan Sarana Pembuangan Air Limbah di Wilayah Kerja Puskesmas
Moch.Ramdhan tahun 2007 didapatkan jumlah rumah dengan Sarana
Pembuangan Air Limbah (SPAL) 5253 buah, jumlah SPAL yang diperiksa 2500
buah, jumlah SPAL yang memenuhi syarat 1444 buah.
Dengan melihat data diatas maka persentase SPAL yang memenuhi syarat
adalah 57,7%, target yang harus dicapai belum ada berdasarkan indikator tertentu.
Jadi, belum bisa ditentukan sudah mencapai target atau belum.
E. Rumah Sehat
Berdasarkan data laporan kegiatan Puskesmas Moch,Ramdhan pada tahun
2007, keadaan perumahan di Wilayah Kerja Puskesmas Moch.Ramdhan Tahun
2007 didapatkan, jumlah rumah adalah 6008 buah, jumlah rumah permanen 4657
buah, rumah semi permanen 959 buah dan rumah tidak permanen 392 buah.
Jumlah rumah yang diperiksa 2500 buah, jumlah yang memenuhi syarat 1940
rumah. Dari data tersebut didapatkan persentase rumah sehat di wilayah kerja
Puskesmas Moch.Ramdhan sebesar 77,6%.
Dengan melihat data diatas maka persentase rumah sehat yang memenuhi
syarat adalah 77,6%, dan target yang harus dicapai berdasarkan Indonesia Sehat
2010 adalah 80%,12 Hal ini bisa berdampak tingginya penyebaran penyakit
menular.
F. Tempat-tempat umum dan Tempat Pengolahan Makanan dan
Minuman
Dari Laporan Kegiatan Tahunan Puskesmas Moch. Ramdhan Tahun 2007,
7
persentase tempat-tempat umum (TTU) di wilayah kerja Puskesmas
Moch.Ramdhan tahun 2007 yang memenuhi syarat adalah 100%, yaitu dari 2
hotel yang diperiksa seluruhnya sehat dan dari 1 pasar yang diperiksa juga
tergolong sehat. Dan berdasarkan data juga dapat dilihat persentase tempat
pengolahan makanan dan minuman (TPM) yang memenuhi syarat di wilayah
kerja Puskesmas Moch.Ramdhan tahun 2007 sebesar 56,25%. Target yang harus
dicapai berdasarkan indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 80%. Dengan demikian
TTU di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan sudah memenuhi target,
sedangkan TPM belum memenuhi target, hal ini bisa menjadi faktor resiko
penyakit, seperti keracunan makanan, hepatitis, typoid, ataupun diare.
G. Tempat Perkembangbiakan Vektor
Terdapat beberapa tempat di wilayah Puskesmas Moch. Ramdhan yang
dapat menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit. Terdapat pasar di
Kelurahan Ciseureuh dan TPS di Kelurahan Ciateul yang dapat menjadi tempat
perkembangbiakan lalat yang merupakan vektor penyakit diare. Masih terdapat
sawah di Kelurahan Ciseureuh dan sedikit di Kelurahan Cigereleng, dapat
menjadi habitat nyamuk terutama nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor
penyakit DBD dan Chikungunya. Masih ada beberapa penduduk yang memelihara
unggas seperti ayam, merpati, serta burung berkicau di wilayah Puskesmas Moch.
Ramdhan yang berpotensi menjadi host virus H5N1 yang menyebabkan penyakit
flu burung.
8
1.3.2 Analisis Faktor Sosial Ekonomi
A. Jumlah dan Komposisi Penduduk
Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan pada
September tahun 2008 berjumlah 33367 orang dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 15990 orang dan penduduk perempuan sebanyak 17377 orang. Jumlah
penduduk keseluruhan ini masih mencukupi rasio puskesmas dibandingkan
jumlah penduduk yaitu satu puskesmas melayani 30000 orang penduduk.
Di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan masih ada keluarga miskin
dengan proporsi 17,3%. Jumlah penduduk rentan cukup banyak atau masih
terbilang cukup tinggi yaitu 715 bumil, 230 Buteki, 4387 Usila, 343 bayi dan
1597 balita sehingga masih membutuhkan penanganan yang baik.
B. Pekerjaan Penduduk
Dari data Puskesmas Moch. Ramdhan dapat dilihat bahwa penduduk yang
memiliki mata pencaharian yang jelas tercantum, yaitu pegawai negeri, ABRI,
pegawai swasta, dan pedagang hanya sebesar 25,4%. Hal ini dapat menghambat
program kesehatan lingkungan, karena dengan keadaan penduduk yang sebagian
besar belum berpenghasilan tetap dapat berpengaruh kepada kondisi ekonomi
yang berdampak terhadap penyediaan sarana kesehatan lingkungan yang kurang
memadai dan tidak memenuhi syarat. Rendahnya mata pencaharian
mengakibatkan mereka sulit menerima penyuluhan terutama tentang kesehatan
dan sulit merubah perilaku untuk hidup sehat.
C. Pendidikan
9
Dari data dapat kita lihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Moch.
Ramdhan tingkat pendidikan sangat beragam, meskipun sudah baik tetapi masih
ada penduduk yang belum/tidak sekolah dengan angka yang cukup besar yaitu
5039 orang dan yang tidak/belum tamat SD/MI sebanyak 8316 orang. Hal ini
mungkin dapat menjadi penghambat dalam upaya peningkatan kesehatan
masyarakat sehingga penyuluhan harus benar-benar disesuaikan dengan tingkat
pendidikan yang ada.
1.3.3 Analisis Faktor Perilaku dan Kependudukan
A. Faktor perilaku
1. Kepercayaan/Konsep Kesehatan
Didapatkan, penduduk kelurahan Cigereleng, Ciseureuh dan Ciateul
sebagian besar memeluk agama Islam, yaitu sebanyak 30150 jiwa atau sebesar
95,96 % dari jumlah seluruh penduduk. Berbagai nilai yang terkandung dalam
ajaran agama akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupannya,
termasuk tentang konsep sakit sehat.
2. Perilaku pencarian pengobatan
Kebiasaan masyarakat Moch. Ramdhan untuk mengetahui masalah
kesehatan (sakit) dengan cara bervariasi, sesuai dengan kemampuan dari masing-
masing individu / KK. Pola pencarian pengobatan masyarakat pada wilayah kerja
Puskesmas Moch. Ramdhan tidak dapat dianalisis dengan tepat karena tidak
terdapat data yang lengkap tentang jumlah kunjungan rawat jalan dari praktek
dokter swasta, praktek dokter spesialis dan tempat-tempat pengobatan lainnya.
Hal ini dikarenakan yang bersangkutan tidak pernah melaporkan jumlah kasus
10
rawat jalan kepada Puskesmas.
3. Kelembagaan bersumber daya masyarakat (UKBM)
Peran serta UKBM di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan dapat
dilihat dengan adanya partisipasi masyarakat pada lembaga-lembaga kesehatan
masyarakat. Dari 41 Posyandu yang ada, terdapat 15 Posyandu yang berstatus
Purnama, sedangkan 26 lainnya adalah Posyandu Madya. Hal ini menunjukan
sudah tingginya kesadaran masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Moch.
Ramdhan dalam turut berperan serta meningkatkan derajat kesehatannya.
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Secara keseluruhan dari tiga kelurahan, kelurahan Cigareleng
menunjukkan status derajat kesehatan yang tertinggi dan kelurahan Ciseureuh
menunjukkan status yang terendah. Pemberian ASI masih kurang (49,6%) di
wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan. Daripada penilaian yang dilakukan
juga, masih ramai anggota rumah tangga yang tidak mempunyai Jaminan
Pemeliharan Kesehatan (53,1%). Persentase penghuni rumah yang tidak merokok
rata-rata adalah 57,6%.
B. Analisis Faktor Kependudukan
Analisis kependudukan/demografi yang berkaitan dengan status kesehatan
dan menjadi masalah spesifik daerah, mencakup hal-hal sebagai berikut:
11
1. Pengaruh jumlah penduduk terhadap beban kerja Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan memiliki jumlah penduduk
sebanyak 33367 orang. Dengan jumlah ini, sebenarnya tidak ada masalah bagi
kinerja Puskesmas, karena idealnya 1 Puskesmas membawahi 30.000 penduduk.
Penduduk terbanyak Kelurahan Ciseureuh sebesar 14109. Hal ini bisa
meingkatkan resiko penyakit menular.
2. Pengaruh mata pencaharian penduduk terhadap beban kerja
Puskesmas
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan
sebagian besar adalah lain-lain, yang di dalamnya terdiri dari buruh, supir, dan
pensiunan TNI/ABRI. Sementara angka pengangguran yang ada di wilayah tidak
diketahui karena tidak lengkapnya data.. Hal ini bisa menjadi salah satu beban
kerja Puskesmas, misalnya dapat terjadi kecelakaan di tempat kerja ataupun
kurangnya partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan.Mata
pencaharian yang tidak menentu mengakibatkn mereka sulit menerima
penyuluhan terutama tentang kesehatan.
3. Jumlah penduduk kelompok rentan/khusus (Bumil, bayi, balita, usila)
Berdasarkan data Puskesmas Moch. Ramdhan Bulan Juli, agustus,
September Tahun 2008, jumlah penduduk kelompok rentan mencapai (7272jiwa)
dan jumlah Kelompok Rentan Puskesmas Moch. Ramdhan tahun 2008 terbanyak
adalah Usia Lanjut, diikuti oleh usia balita, Ibu Hamil yang terakhir adalah ibu
12
menyususi. Dari data ini terlihat resiko meningkatnya angka kesakitan cukup
tinggi.
4. Jumlah Penduduk Miskin
Dari data dapat kita lihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Moch.
Ramdhan masih ada keluarga miskin dengan proporsi 17,3%. Jumlah masyarakat
miskin yang telah memiliki kartu Askeskin pada tahun 2007 tidak diketahui.
Masih terdapatnya keluarga miskin akan turut menentukan status gizi dan tingkat
pendidikan di masyarakat yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan Walaupun tidak terlalu mencolok jumlahnya, namun hal
ini mempengaruhi prioritas kebutuhan kesehatan masyarakat, sehingga usaha
peningkatan kesehatan masyarakat harus dilakukan bersamaan dengan usaha
peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat
1.3.4 Analisis Faktor Pelayanan Kesehatan
A. Input
1. Evaluasi Dana Pembiayaan Kesehatan
Dari data dapat diketahui sumber penerimaan dana puskesmas Moch.
Ramdhan berasal dari JPSBK/PKPS-BBM, Askes, APBD pemerintah
kabupaten/kota, APBN, dana maskin serta sumber-sumber lain seperti ASTEK
dan pengembalian retribusi. Dana JPSBK/PKPS-BBM hanya digunakan untuk
membiayai pengobatan pasien-pasien yang tidak mampu sedangkan dana yang
digunakan untuk pembiayaan operasional puskesmas berasal dari Askes dan
pengembalian retribusi. Dana yang berasal dari APBN dan APBD kabupaten/kota
13
digunakan untuk membiayai program khusus atau pengembangan.
Pembiayaan Kesehatan di Puskesmas Moch. Ramdhan tahun 2007
mengalami penurunan anggaran dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Penurunan anggaran ini mengakibatkan timbulnya kesulitan pada operasional
puskesmas sehingga kegiatan dan program puskesmas tidak terlaksana secara
optimal.
2. Sumber Daya Manusia
Dari data didapatkan jumlah sumber daya manusia yang terdapat di
puskesmas Moch. Ramdhan terdapat 17 orang dengan tingkat pendidikan yang
berbeda tetapi puskesmas Moch. Ramdhan masih memiliki kekurangan jenis
tenaga kesehatan yaitu 2 orang bidan, 1 orang petugas laboratorium, 1 asisten
apoteker, dan 1 juru imunisasi.
Kekurangan dalam jenis tenaga kesehatan dapat mempengaruhi kinerja,
dimana pekerjaan yang akan dilaksanakan menjadi kurang optimal dan
pengembangan dari suatu program akan sulit dilakukan.
3. Sarana dan Prasarana
Fasilitas kesehatan swasta yang ada di wilayah Puskesmas Moch.
Ramdhan sudah cukup banyak dan cukup bervariasi. Hal ini dapat membantu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memudahkan dalam mencari
pelayanan kesehatan. Kendala yang dihadapi adalah sistem pelaporan dari sarana
kesehatan swasta yang masih belum optimal dimana belum seluruh sarana
memberikan laporan bulanan ke puskesmas.Selain itu saat ini puskesmas Moch.
Ramdhan masih melakukan renovasi dan sementara menempati gudang farmasi.
14
4. Analisis Obat, Bahan Habis Pakai dan Alat Kesehatan
Pada umumnya ketersediaan obat, bahan habis pakai serta alat kesehatan
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bandung berdasarkan usulan perencanaan
puskesmas setiap tahun. Ketidaksesuaian jumlah obat dan alat habis pakai yang
diterima dan dipakai masih dapat ditutupi oleh sisa stok obat dan alat habis pakai
tahun sebelumnya. Walaupun demikian perlu dilakukan evaluasi permintaan obat
dan alat habis pakai berdasarkan pola penggunaannya di puskesmas Moch.
Ramdhan setiap tahunnya. Pemakaian obat terbanyak selama bulan Juli, Agustus,
dan September 2008 adalah parasetamol yakni sejumlah 27.989 butir. Hal ini
dikarenakan parasetamol sering digunakan pada pengobatan penyakit terbanyak di
puskesmas Moch. Ramdhan yaitu ISPA (infeksi saluran pernapasan akut).
Pemakaian obat kedua terbesar adalah Chlorfenamin dan ketiga terbesar adalah
Vitamin B Complex.
Bahan habis pakai yang banyak digunakan dalam upaya pengobatan yang
dilakukan di puskesmas Moch. Ramdhan adalah masker, diikuti kassa pembalut
4x3cm dan 4x15cm serta sarung tangan.
B. Output
1. Utilisasi Pelayanan Kesehatan
Jumlah kunjungan pasien ke puskesmas Moch. Ramdhan pada bulan
Agustus, September, dan Oktober tahun 2008 adalah 4.906 orang terdiri dari
pasien umum, jamkesmas, dan askes. Jumlah tersebut hanya 14,7% dari total
masyarakat wilayah kerja puskesmas yang berjumlah 33.367 orang. Hal ini
15
menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan peranan
puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan.
Puskesmas Moch. Ramdhan memiliki cakupan jumlah masyarakat yang
melebihi standar ideal yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dimana
jumlah masyarakat di wilayah kerja puskesmas Moch. Ramdhan mencapai 33.367
orang.
2. Cakupan Program Kesehatan
(1) KIA dan KB
Program kegiatan KIA hampir semua dilaksanakan meskipun terdapat
kesenjangan yang cukup jauh antar target dan pencapaian. Beberapa program KIA
yang tidak dilaksanakan diantaranya penanganan neonatus resiko tinggi dan bayi
dengan berat badan lahir rendah tidak dilakukan, sebab bayi yang dilahirkan dan
penanganan neonatus dengan resiko tinggi umumnya dirujuk. Program Keluarga
Berencana belum mampu mencapai target yang telah ditetapkan (-20,8%).
Program ASI ekslusif juga belum mencapai target yang telah ditetapkan (-50,4,)
program ASI ekslusif belum berjalan secara optimal. Hal tersebut menunjukkan
kepedulian masyarakat terhadap KB dan ASI ekslusif belum menyeluruh..
(2) Gizi
Bidang gizi juga belum mencapai target untuk program Balita yang naik
berat badannya, hal ini mungkin disebabkan faktor perilaku yang berhubungan
dengan tingkat sosioekonomi yang mempengaruhi pola pencarian pengobatan
demikian pula dengan pemantauan gizinya.
16
(3) P2M
Pelayanan imunisasi tidak ada yang memenuhi target. Hal ini dikarenakan
kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh puskesmas. Tenaga
puskesmas ada yang menangani lebih dari dua program sehingga program yang
dijalankan menjadi kurang efektif.
(4) Upaya Kesehatan Pengembangan
Dari data, cakupan pelayanan pra-usila dan usila yang diselenggarakan
oleh puskesmas Moch. Ramdhan memiliki kesenjangan sebesar (-14,4). Hal ini
dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan yang dimiliki sehingga upaya kesehatan
pengembangan usila tidak dapat berjalan dengan baik.
1.3.5 Analisis Derajat Kesehatan
Angka kematian, angka kesakitan, status gizi, dan umur harapan hidup
merupakan indikator derajat kesehatan masyarakat. Namun angka kematian,
angka kesakitan, dan umur harapan hidup tidak tersedia. Data kematian yang
dilaporkan Puskemas belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena
kesadaran masyarakat maupun kader masih kurang untuk melaporkan dan
mencatat data kematian.
1) Jumlah Kematian (Mortalitas)
Tabel 1.2 Angka Kematian di Wilayah Kerja Puskesmas Moch. Ramdhan
Angka Kematian Tahun 2005 2006 20071 Jumlah Kematian Kasar 62 63 97
17
2 Jumlah Kematian Bayi 1 0 23 Jumlah Kematian Balita 0 0 04 Jumlah Kematian Ibu 1 1 1
Jumlah 64 64 100Sumber : Data Puskesmas Moch. Ramdhan
Jumlah kematian bayi pada tahun 2007 bertambah dibandingkan dengan
tahun 2005 namun dengan penyebab yang berbeda. Pada tahun 2005 terdapat satu
kasus kematian bayi penyebabnya. infeksi sedangkan tahun 2007 terdapat dua
kematian bayi dengan penyebab penyakit jantung kongenital. Tidak ada kasus
kematian balita dalam tiga tahun terakhir ini (2005-2007).
Tidak terdapat kenaikan jumlah kematian ibu pada tahun 2007
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 dan 2007 terdapat satu
kematian ibu akibat eklamsi. Sedangkan pada tahun 2005 terdapat satu kematian
ibu penyebabnya adalah perdarahan.
Jumlah kematian cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan
penyebab kematian yaitu usia lanjut. Jumlah yang meningkat ini diakibatkan
bertambahnya luas wilayah kerja puskesmas Moch. Ramdhan pada tahun 2007
dari 2 kelurahan menjadi 3 kelurahan. Pola penyebab kematian dari tahun ke
tahun tidak begitu bervariasi. Hal ini mungkin diakibatkan pencatatan dan
pelaporan yang kurang baik. Serta banyak kematian yang tidak disertai surat
keterangan kematian dari rumah sakit atau petugas kesehatan. Penyebab
terbanyak yang terdata adalah diakibatkan lanjut usia.
Angka Kematian yang tercatat di kelurahan Cigereleng selama tiga bulan
terakhir yaitu pada bulan Juli, Agustus, dan September 2008 adalah sebanyak 8
jiwa.
18
2) Jumlah Kesakitan (Morbiditas)
Angka kesakitan (morbiditas) juga menentukan derajat kesehatan di suatu
daerah. Berdasarkan hasil pencatatan pasien rawat jalan puskesmas pasundan
dapat diurut 10 penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Moch. Ramdhan Bulan
Juli-September 2008.
Tabel 1.3 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Moch.Ramdhan bulan Juli, Agustus, September tahun 2008
No Penyakit Jumlah %1 ISPA Akut Tidak Spesifik 2482 31,12 Nasofaringitis Akut (Common Cold) 1167 14,6
3 Gejala dan tanda umum yang lainnya 660 8,34 Myalgia 518 6,55 Hipertensi Primer Esensial 341 4,36 Diare dan Gastroenteritis 326 4,17 Gastroduodenitis tidak spesifik 216 2,78 Asma 214 2,7
9
Gangguan Lain pada kulit yang tidak
terklasifikasikan 146 1,810 Tonsilitis Akut 115 1,411 Lain-lain 1795 22,5
Jumlah 7980 100Sumber : Data Bulanan LB1
Dari data diatas didapatkan penyakit infeksi saluran napas menempati
urutan pertama. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor, antara lain faktor
lingkungan dan faktor perilaku .Dari faktor lingkungan misalnya lingkungan
pemukiman yang padat, lingkungan rumah yang tidak sehat, ventilasi
pencahayaan yang kurang dan kelembaban udara yang sangat rendah. Sedangkan
dari faktor perilaku misalnya kebiasaan bersin dan batuk tidak menutup mulut.
3) Status Gizi
19
Tabel 1.4 Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Moch. Ramdhan bulan Juli – September 2008
No Bulan Jumlah Bayi dan Balita Ditimbang
Jumlah Gizi Baik
Jumlah Gizi Kurang
Jumlah Gizi Buruk
1 Juli 1513 1504 6 32 Agustus 1940 1918 14 83 September 1401 1385 10 6
Jumlah 4854 4807 30 17Sumber : Data Bulanan LB 3
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa masih terdapat
penduduk dengan status gizi kurang dan gizi buruk sehingga dibutuhkan upaya
penanggulangan dan pencegahan sehingga kasus yang ada dapat diatasi dan kasus
baru dapat dicegah.
4) Umur Harapan Hidup
Umur Harapan Hidup adalah jumlah kelahiran sampai pada kelompok
umur tertentu dalam tahun tertentu dibagi jumlah penduduk dari kelompok umur
tersebut pada pertengahan tahun.Di Puskesmas Moch.. Ramdhan tidak didapat
data mengenai Umur Harapan Hidup (UHH), sehingga salah satu indikator
mengenai derajat kesehatan ini tidak dapat diukur.
1.4 Analisis Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
1.4.1 Di Dalam Gedung Puskesmas Moch. Ramdhan
Puskesmas Moch. Ramdhan memiliki Kartu Inventaris Ruangan (KIR) yang
menggambarkan nama barang/jenis barang, merek/model, nomor seri pabrik,
ukuran, bahan, tahun pembelian, nomor kode barang, jumlah barang, keadaan
20
barang (baik, kurang baik, rusak berat) yang digantung pada setiap ruangan. Dari
kartu inventaris ruangan tidak dilakukan pencatatan ke Buku Inventaris (BI)
dikarenakan Puskesmas Moch. Ramdhan masih menggunakan Ruangan
sementara.
Sistem pencatatan juga mencatat semua barang baru yang masuk ke
Puskesmas berdasarkan Surat Bukti Barang Masuk (SBBM). Surat bukti barang
masuk ini merupakan formulir yang digunakan untuk mencatat semua
penerimaaan barang-barang inventaris, baik itu berupa peralatan medis maupun
non medis. Data dari SBBM ini akan dicatat ke dalam Buku Penerimaan Barang,
kemudian direkapitulasi ke dalam Buku Inventaris, Kartu Inventaris Barang dan
Kartu Inventaris Ruangan sesuai dengan penempatan barang tersebut. Namun
pencatatan tersebut juga tidak dilakukan, karena Puskesmas Moch. Ramdhan
Masih menggunakan gudang farmasi, dan keadaan puskesmas masih dalam
konstruksi.
1.4.2 Di Luar Gedung Puskesmas Moch. Ramdhan
Sistem pencatatan dan pelaporan pada upaya Promosi Kesehatan di
Puskesmas Moch. Ramdhan belum dilaksanakan dengan teratur dalam setiap
langkah dan alur pelayanan kesehatan, sehingga penyajian data yang lengkap,
akurat, cepat tidak terjamin.
Penyampaian Informasi pada upaya KIA-KB, belum mencapai target
salah satunya disebabkan oleh kurangnya kerja sama dari sarana kesehatan swasta
untuk melaporkan data ibu hamil, ibu bersalin, maupun anak yang mendapatkan
21
pelayanan kesehatan di sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Moch.
Ramdhan. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) baru mencapai 41,1% dan
kesenjangan sebesar (-53,9%), hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pada
umumnya penduduk wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan adalah penduduk
musiman, pada waktu kehamilan sudah memasuki bulan ke tujuh, mereka pulang
ke kampungnya dan melahirka disana. Kemungkinan yang lain adalah mereka
pindah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan di tempat lain. Khusus untuk
program ASI eksklusif, cakupan yang tidak memenuhi target berkaitan dengan
pengetahuan masyarakat mengenai fakta-fakta tentang menyusui, juga berkaitan
dengan faktor ekonomi dari masyarakat itu sendiri.
Sistem informasi pada Upaya Gizi telah dijalankan dengan Cukup baik..
Upaya Ibu hamil yang tercatat mendapatkan Fe belum mencapai target yang
sudah ditentukan dan balita yang mendapat kap. Vitamin A sudah mencapai target
yang sudah ditentukan. Sementara itu, target kenaikan berat badan balita tidak
tercapai berkaitan dengan masalah gizi, sosial, dan ekonomi, sehingga diperlukan
kerja sama lintas sektor untuk menanggulangi masalah ini.
Pada Upaya Pemberantasan Penyakit Menular sistem pencatatan dan
pelaporan kurang baik. Karena, cakupan pada beberapa program upaya
Pemberantasan Penyakit Menular ini belum mencapai target yang telah ditentukan
karena kurangnya kepatuhan pasien. Jenis pelayanan imunisasi juga tidak ada
satupun yang memenuhi target, disebabkan kurangnya SDM (Sumber Daya
Manusia), karena ada tenaga Puskesmas yang menangani lebih dari dua program.
Imunisasi BCG yang paling tinggi kesenjangan dari target karena penggunaan
22
vaksin harus dua bayi sekalian, jadi menimbulkan kesulitan untuk dikerjakan di
lapangan.
Sistem informasi pada upaya pengobatan sudah sesuai dengan SP2TP (SP3),
tetapi karena tidak adanya target yang ditetapkan sehingga indikator kesenjangan
pun tidak dapat dihitung.
Dari data yang ada, sistem informasi pelayanan untuk usila kurang baik
karena selain pencatatan dan pelaporannya belum cukup baik, cakupan Upaya
Usila belum mencapai target yang ditentukan.
1.5 Identifikasi Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang ditemukan (what is) dengan
apa yang semestinya (what should be) atau hambatan yang timbul di antara
keadaan sekarang dan tujuan yang diinginkan di masa depan. Kesenjangan dapat
diamati antara situasi atau kondisi yang terjadi dengan apa yang diharapkan.
Kesenjangan juga dapat dilihat dengan membandingkan hasil yang mampu
dicapai dengan tujuan atau target yang ingin dicapai.1
Dengan diberlakukannya Undang-undang No.32 Tahun 2004 dan PP.25
Tahun 2000, daerah mempunyai kewenangan yang besar untuk menentukan
masalah kesehatan yang harus diprioritaskan dan intervensi yang perlu dilakukan,
menentukan berapa besar anggaran yang diperlukan serta memiliki kewenangan
untuk melakukan integrasi perencanaan dan anggaran.2
Di Puskesmas Moch. Ramdhan sendiri masalah yang dapat disimpulkan
adalah masalah kesehatan dan masalah pelayanan.
Identifikasi masalah kesehatan dapat dinilai dari derajat kesehatan, dapat
23
pula mengacu pada jumlah absolut kesakitan (morbiditas), jumlah absolut
kematian (mortalitas) dari masalah kesehatan yang menjadi komitmen global,
komitmen nasional dan masalah kesehatan spesifik daerah serta status gizi
masyarakat. Selain itu masalah kesehatan juga bisa berdasar pada analisis faktor
determinan yaitu lingkungan kesehatan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan,
kependudukan dan KB2.
1.6 Identifikasi Masalah Yang Ada Di Puskesmas Moch. Ramdhan
1.6.1 Masalah Kesehatan
Identifikasi masalah kesehatan dapat mengacu pada jumlah absolut
kesakitan (morbiditas), jumlah absolut kematian (mortalitas) dari masalah
kesehatan yang menjadi komitmen global, komitmen nasional dan masalah
kesehatan spesifik daerah serta status gizi masyarakat. Selain itu masalah
kesehatan juga bisa berdasar pada analisis faktor determinan yaitu lingkungan
kesehatan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan, kependudukan dan KB.2
Identifikasi masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Moch.
Ramdhan dilihat dari penyakit terbanyak selama triwulan I tahun 2008
Berikut ini adalah masalah-masalah yang terdapat di Puskesmas Moch.
Ramdhan tahun 2008:
1.6.1.1 Masalah Kesehatan Global
• TBC
Dalam tiga bulan terakhir, yaitu bulan Juli –September 2008, terdapat
delapan puluh sembilan pasien suspek TB paru. satu dari delapn puluh
24
sembilan pasien tersebut dinyatakan positif setelah dilakukan pemeriksaan
dahak.
1.6.1.2 Masalah Komitmen Nasional
• Diare
Dalam tiga bulan terakhir, yaitu bulan Juli-September 2008, terdapat
dua ratus empat puluh dua kasus diare, paling terbanyak di kelurahan
cigereleng.
• Pneumonia
Dalam tiga Bulan terakhir ini, yaitu Bulan Juli- September, terdapat
enam puluh tiga kasus.
1.6.1.3 Masalah Kesehatan Spesifik Daerah
Penyakit menular yaitu :
1. ISPA. Dalam tiga bulan, Juli-September 2008 terjadi 2482 kasus
dan menjadi peringkat pertama dalam 10 penyakit terbanyak.
2. Common cold. Dalam tiga bulan, Juli- September 2008 terjadi
1167 kasus
3. Diare. Dalam tiga bulan, Juli- September 2008 terjadi 326 kasus.
Penyakit tidak menular, yaitu :
1. Hipertensi. Dalam tiga bulan, Juli- September
2008 terjadi 341 kasus
25
2. Gastritis. Dalam tiga bulan, Juni-Agustus
2008 terjadi 326 kasus
3. Myalgia. Dalam tiga bulan, Juni-Agustus 2008
terjadi 518 kasus
1.6.2 Masalah Pelayanan Kesehatan
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak – Keluarga
Berencana
o Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4)
o Bayi yang mendapat ASI Ekslusif
o Cakupan Kunjungan bayi
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
o Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan tablet Fe
o Balita yang naik berat badannya
.Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
o Cakupan Kesembuhan penderita TB BTA (+)
o Cakupan Balita dengan Pneumonia yang ditangani
o Cakupan Imunisasi
• Promosi Kesehatan
o Penyuluhan Rumah Tangga Berperilaku hidup bersih dan
26
sehat
o Posyandu Purnama dan mandiri
• Upaya Kesehatan Pengembangan
o Penyuluhan Rumah Tangga Berperilaku hidup bersih
dan sehat Cakupan pelayanan kesehatan pra-usia
lanjut (45-59 th) dan usia lanjut (>60th)
1.7 Prioritas Masalah
Penetapan prioritas masalah (problem priority) merupakan salah satu
langkah penting untuk memecahkan masalah. Dasar penentuan prioritas masalah
adalah karena banyaknya masalah yang ada, namun sumber daya, baik sumber
daya manusia, pendanaan, maupun sarana terbatas.
Selain itu adanya keterkaitan antar masalah dapat saling mempengaruhi
masalah-masalah yang lain, maka tidak perlu semua masalah diselesaikan.1 Cara
menetapkan prioritas masalah melalui teknik skoring (Kriteria Matriks), yaitu
dengan memberikan nilai (skor) terhadap masalah tersebut. Parameter yang
digunakan antara lain :
1. Pentingnya masalah
Makin penting (importancy)masalah tersebut,makin diprioritaskan
penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah banyak macamnya.
Beberapa di antaranya yang terpenting adalah:
• Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah
• Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut
27
(severity)
• Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)
• Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
(degree of unmeet need)
• Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi
(social benefit)
• Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
• Suasana politik (political climate)
2. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah
(technical feasibility). Makin layak teknologi yang
tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.
Kelayakan teknologi yang dimaksudkan di sini menunjuk
pada penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai.
3. Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah (resource availability). Makin
tersedia sumber daya yang dipakai untuk mengatasi
masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.
Sumber daya yang dimaksudkan di sini menunjuk pada
tenaga (man), dana (money), dan sarana (material).
Dari hasil identifikasi masalah di Puskesmas Moch. Ramdhan, masalah
dikategorikan menjadi masalah kesehatan dan masalah pelayanan kesehatan.
28
Dari kegiatan identifikasi masalah di Puskesmas Moch. ramdhan, kami
mengambil beberapa masalah yang menjadi fokus utama permasalahan di
Puskesmas Moch. ramdhan. Masalah-masalah tersebut adalah:
1. Masalah pelayanan kesehatan yang telah diidentifikasikan dari data
cakupan program-program yang telah dianalisis didapatkan beberapa program
yang memiliki kesenjangan negatif yang menunjukkan hasil yang dicapai masih
belum cukup untuk mencapai target yang ditentukan.Lima cakupan pelayanan
kesehatan dengan kesenjangan terbesar, yaitu:
• Kesembuhan TB BTA (+) (-73.3%)
• Kunjungan Ibu Hamil (-53.9%)
• Cakupan Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe (-
52.3%)
• Bayi yang mendapat ASI Eksklusif (-50.4%)
• Kunjungan Bayi (-44.5%)
Untuk masalah Pelayanan Kesehatan, metode yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah adalah dengan menggunakan metode matriks. Hasil
matriks masalah kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3 Penentuan Prioritas Masalah Pelayanan Kesehatan Puskesmas Moch. ramdhan dengan MetodeMatriks
No. Daftar Masalah
IP S Ri Du Sb Puc Poc
T R Jumlah
1. KesembuhanTBC (BTA+)
4 4 3 2 3 2 3 2 2 6912
2. Kunjungan Bayi
1 2 2 2 2 2 2 3 3 576
29
3. Kunjungan Ibu Hamil (K4)
4 3 2 3 2 2 1 3 2 1728
4. ASI Eksklusif
4 3 3 3 3 2 2 3 2 7776
5. Ibu hamil yang mendapat tablet Fe
3 3 2 2 2 1 2 3 3 1296
Keterangan:Ip :Importance prevalency Sb: Social Benefi
S : Severity Puc : Public Concern
Ri : Rate of increase Poc Political climate:
Du : degree of unmeet need
Hasil metode Matriks menunjukkan bahwa ASI Ekslusif menjadi prioritas
utama, diikuti dan kesembuhan TBC pada urutan prioritas kedua.
Masalah ASI Ekslusif penting untuk disoroti sebab :
1. Kematian balita di Indonesia tertinggi di ASEAN (BAPPENAS,
2004). Masa balita menjadi lebih penting lagi oleh karena
merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya
manusia yang berkualitas. Gagal tumbuh yang terjadi akibat
kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki.5
2. 6.7 juta balita atau 27.3% dari seluruh balita di Indonesia
menderita kurang gizi akibat pemberian ASI dan makanan
pendamping ASI yang salah. 1.5 juta diantaranya menderita gizi
30
buruk.
3. Anak-anak yang tidak diberi ASI eksklusif lebih cepat terjangkiti
penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes
setelah dewasa. Kemungkinan anak menderita kekurangan gizi dan
obesitas juga lebih besar
4. Kesenjangan negatif cakupan Asi Ekslusif di wilayah kerja
Puskesmas Moch. Ramdhan adalah -53.4%.
5. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition &
Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes
dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya,
Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten,
Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan
ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan
dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di
perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-
13%.
6. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Kepmenkes RI
No.450/SK/MENKES/VIII/2004 tanggal 7 April tahun 2004
tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi
di Indonesia,sebagai salah satu cara menanggulangi gizi buruk
pada bayi.
7. Adanya komitmen global mengenai ASI yakni gerakan “World
Breastfeeding Movement” yang dicanangkan untuk meningkatkan
31
gizi balita.
1.8 Identifikasi Faktor Risiko
Menangani masalah rendahnya cakupan bayi yang mendapat ASI
eksklusif yang telah dipilih, setelah menetapkan prioritas masalah, tahapan
selanjutnya adalah melakukan analisis faktor risiko/determinan dari masalah yang
telah diprioritaskan.
Sistematika identifikasi faktor resiko masalah rendahnya cakupan bayi
yang mendapat ASI eksklusif disusun sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan yang dikemukakan oleh Henrik L. Blum. Hasil
analisis faktor resiko pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Moch.
Ramdhan sebagai berikut :
1.8.1 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi rendahnya cakupan bayi
yang mendapat ASI eksklusif adalah gencarnya promosi susu formula, baik
melalui petugas kesehatan maupun melalui mass media, bahkan dewasa ini secara
langsung kepada ibu-ibu.
1.8.2 Faktor Perilaku dan Kependudukan
Beberapa faktor perilaku khusus yang dapat mempengaruhi rendahnya
cakupan cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah :
1. Masyarakat terutama ibu yang kurang mengetahui
32
pentingnya ASI ekslusif, kolostrum, maupun inisiasi
munyusui dini.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat atau ibu tentang
cara-cara menyusui yang benar.
3. Adanya anggapan atau isu negatif yang berkembang di
masyarakat mengenai pemberian ASI.
4. Kesibukkan ibu sehingga mengabaikan pemberian ASI
dan diganti dengan susu formula.
Faktor kependudukan yang dapat mempengaruhi rendahnya cakupan
program imunisasi adalah tingkat pendidikan ibu yang rendah sehingga
mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai ASI eksklusif.
1.8.3 Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan yang berperan terhadap rendahnya cakupan
bayi yang mendapat ASI eksklusif di Puskesmas Moch. ramdhan:
1. Kurangnya kader yang aktif menyebarkan informasi
tentang ASI eksklusif di Posyandu
2. Kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan di
Puskesmas Moch. Ramdhan
3. Kurangnya partisipasi aktif unit pelayanan swasta untuk
menyebarkan informasi tentang ASI eksklusif
4. Kurangnya sosialisasi tentang ASI eksklusif dari pihak
Puskesmas secara langsung
33
5. Tidak adanya pojok laktasi di puskesmas
1.8.4 Pembahasan hasil home visit
Home visit dilakukan untuk melihat fakta di lapangan dengan mengacu
pada data dari Puskesmas mengenai terbanyak secara berurut, yakni di Kelurahan
Ciseureuh RW 6, .Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner ASI eksklusif ke
RW-RW tersebut, sebanyak 41 orang.
1. Kependudukan
Umur Responden
22%
39%
39% 20-25 tahun
26-30 tahun
>30 tahun
Gambar 1.1 Profil responden menurut umur
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
berumur di atas 25 tahun.
Pendidikan Terakhir Responden
22%
31%33%
11% 3%SD
SMP
SMA
D3
S1
34
Gambar 1.2 Profil responden menurut pendidikan
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa pendidikan terakhir yang
terbanyak adalah SMA, yaitu 33%.
Pekerjaan Responden
69%3%
22%6% Ibu Rumah Tangga
Pegaw ai Negeri Sipil
Pegaw ai Sw asta
Lain-lain
Gambar 1.3 Profil responden menurut pekerjaan
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
adalah ibu rumah tangga, yaitu 69%.
Penghasilan Responen
61%28%
11%< Rp. 750.000,00
Rp. 750.000,00-Rp.1.500.000,00
> Rp. 1.500.000,00
Gambar 1.4 Profil responden menurut penghasilan
Gambar 1.4 menunjukkan bahwa 61% responden memiliki penghasilan
35
kurang dari Rp. 750.000,00.
2. Pengetahuan dan Perilaku
Definisi ASI Eksklusif
25%
75%
Dapat menjawab
Tidak dapatmenjawab
Gambar 1.5 Responden yang mengetahui definisi ASI Eksklusif
Gambar 1.5 menunjukkan, 75% responden tidak mengetahui definisi ASI
Eksklusif.
Pemberian ASI Eksklusif oleh Responden
31%
69%
Ya
Tidak
Gambar 1.6 Pemberian ASI Eksklusif oleh responden
Berdasarkan gambar 1.6 dapat disimpulkan bahwa 69% responden tidak
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
36
Alasan Ibu Tidak Memberikan ASI Eksklusif
40%
24%8%
16%
12% Ibu bekerja
ASI tidak keluar
Ibu sakit
Kelainan anatomis
Lain-lain
Gambar 1.7 Alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif
Dari gambar 1.7 terlihat bahwa 40% ibu tidak memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya karena bekerja.
Cara Menyusui yang Baik dan Benar
8%
92%
Tahu
Tidak tahu
Gambar 1.8 Responden yang mengetahui cara menyusui yang baik dan benar
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa 92% responden tidak
mengetahui cara menyusui yang baik dan benar.
37
Tahap-tahap dalam Menyusui
3%
97%
Tahu
Tidak tahu
Gambar 1.9 Responden yang mengetahui tahap-tahap dalam menyusui
Berdasarkan gambar 1.9 di atas, terlihat bahwa 97% responden tidak
mengetahui tahap-tahap dalam menyusui.
Tempat Pemeriksaan Kehamilan
86%
14% 0%
Bidan
Dokter
Puskesmas
Gambar 1.10 Tempat pemeriksaan kehamilan
Gambar 1.10 menunjukkan bahwa 86% responden memeriksakan
kehamilannya ke bidan.
38
Waktu Pemberian ASI
3%
97%
Terjadwal
Saat bayi menangis
Gambar 1.11 Waktu pemberian ASI
Dari gambar 1.11 dapat diketahui bahwa 97% responden tidak
memberikan ASI dengan jadwal yang tertentu, melainkan saat bayinya mulai
menangis.
3. Lingkungan
Dukungan Suami terhadap Ibu Menyusui
81%
19%
Ya
Tidak
Gambar 1.12 Dukungan suami terhadap ibu menyusui
Gambar 1.12 menunjukkan bahwa 81% responden mendapat dukungan
dari suami.
39
Pengaruh Budaya terhadap Pemberian ASI
17%
83%
Ya
Tidak
Gambar 1.13 Pengaruh budaya terhadap pemberian ASI
Gambar di atas menunjukkan bahwa 83% responden tidak terpengauh oleh
budaya dalam memberikan ASI kepada bayinya.
4. Pelayanan Kesehatan
Akses ke Sarana Pelayanan Kesehatan
94%
6%
Mudah
Sulit
Gambar 1.14 Akses ke sarana pelayanan kesehatan
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa 94% responden
40
mengaku mudah mendapat pelayanan kesehatan.
Responden yang Pernah Mendapat Penyuluhan ASI Eksklusif
6%
94%
Pernah
Tidak pernah
Gambar 1.15 Responden yang pernah mendapat penyuluhan ASI Eksklusif
Gambar 1.15 menunjukkan bahwa 94% responden mengaku belum pernah
mendapat penyuluhan tentang ASI Eksklusif.Hal ini dikarenakan kurangnya
partisipasi aktif unit pelayanan swasta untuk menyebarkan ASI Ekslusif.
Dari hasil analisis diatas, didapatkan penyebab rendahnya cakupan ASI
eksklusif kelurahan Ciseureuh di RW 6 adalah:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat atau ibu tentang
cara-cara menyusui yang benar
2. Pemberian ASI pada saat bayi responden 0-6 bulan
banyak disertai dengan pemberian susu formula.
3. Kurangnya partisipasi aktif unit pelayanan swasta untuk
menyebarkan informasi tentang ASI eksklusif
1.9 Alternatif Penanggulangan Masalah
Berdasarkan analisis penyebab kurangnya cakupan pemberian ASI
41
Eksklusif di atas, disusunlah beberapa alternatif penanggulangan masalah seperti
yang tercantum di bawah ini. Alternatif penanggulangan tersebut disusun
berdasarkan faktor determinan derajat kesehatan menurut teori Blum.
Faktor Lingkungan
Melakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
keluarga, khususnya suami, tentang pentingnya pemberian ASI
Eksklusif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penyuluhan
kepada para suami.
Faktor Perilaku
• Memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada para ibu
menyusui tentang pentingya pemberian ASI Eksklusif dan
cara menyusui yang baik dan benar.
• Memasang poster di tempat-tempat umum yang berisi
informasi tentang pentingya pemberian ASI Eksklusif.
Faktor Kependudukan
• Penanggulangan masalah yang berhubungan dengan faktor
kependudukan memerlukan waktu yang relatif lama. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggalang kerja
sama dengan sektor lain dalam usaha pemberantasan
kemiskinan. Hal ini dilakukan karena kemiskinan
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat.
Faktor Pelayanan Kesehatan
42
• Mengoptimalkan peran Posyandu dalam melakukan fungsi
promosi kesehatan kepada para ibu menyusui dengan
menitikberatkan pada pentingnya pemberian ASI Eksklusif.
Agar dapat berjalan dengan efektif, upaya promosi tersebut
hendaknya melibatkan para kader.
• Meningkatkan kinerja bidang Upaya Kesehatan Ibu dan
Anak Puskesmas Moch. Ramdhan, baik dari segi
pencatatan dan pelaporan, maupun program-program lain
yang mendukung peningkatan cakupan bayi yang mendapat
ASI Eksklusif.
Merujuk pada faktor determinan yang mempengaruhi rendahnya cakupan
bayi yang mendapat ASI eksklusif yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
diambil beberapa alternatif, yaitu :
1. Penyuluhan tentang ASI Eksklusif
2. Peningkatan kerja sama antara Puskesmas dan unit pelayanan
swasta dalam sosialisasi ASI eksklusif
3. Pendirian Pojok laktasi di Puskesmas
Berdasarkan alternatif penanggulangan masalah tersebut, salah satu solusi
yang dapat dilakukan oleh Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran adalah penyuluhan tentang
pentingnya pemberian ASI Eksklusif dan cara menyusui yang baik.
43
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, Prof. DR. Soekidjo, S.K.M.,M.Com.H. Promosi Kesehatan
Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta, 2005.
2. Anonim. Promosi Kesehatn. http://www.promosi kesehatan.com/news-
promo.phpmn.diakses tanggal 1 oktober 2008.
3. Kantor kelurahan. Data Monografi Kelurahan Antapani Tengah Tahun
2008. Bandung:2008
4. Notoatmodjo, Prof. DR. Soekidjo, S.K.M.,M.Com. H. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta, 2007
5. HTTP://LIKALIKULUKE.MULTIPLY.COM/JOURNAL/ITEM/4-TENAGA
KESEHATAN MASYARAKAT DALAM MENGUBAH PERILAKU MASYARAKAT
MENUJU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (3 OKTOBER)
6. http://dinkes.banyuwangikab.go.id/situasi-upaya-kesehatan/perilaku-
hidup-masyarakat.html (4 oktober)
45
BAB II
RENCANA PENANGGULANGAN MASALAH
Oleh: Radha Ramanathan1301-1207-0026
Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-
masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan
sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan
menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1
Setelah proses identifikasi masalah, maka tahap yang penting selanjutnya
adalah merencanakan metode yang paling efektif untuk penanggulangan masalah
tersebut. Untuk itu, dikembangkan suatu program sebagai perwujudan dari
rencana penanggulangan masalah.1
Masalah kesehatan masyarakat sendiri ditentukan oleh dua faktor utama,
yaitu perilaku dan non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, dll). Oleh sebab itu,
penanggulangannya juga ditujukan pada kedua faktor tersebut. Contoh intervensi
terhadap faktor fisik, antara lain pemberantasan penyakit menular, penyediaan
sarana air bersih, penyediaan pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Sedangkan
upaya intervensi terhadap faktor perilaku adalah dengan pendekatan pendidikan
dan paksaan/tekanan. Untuk intervensi terhadap faktor perilaku, penyuluhan
kesehatan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan.1
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu-ibu menyusui tentang ASI eksklusif dan pemberian ASI
selanjutnya masih kurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan dan
46
penanggulangannya, diantaranya dengan melakukan edukasi melalui penyuluhan.
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pemberian ASI ekslusif dan meneruskan pemberian ASI
sampai anak berusia 2 tahun secara baik dan benar.
2.1.2 Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui di RW 06 Kelurahan
Ciseureuh mengenai ASI ekslusif.
2) Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui di RW 06 Kelurahan
Ciseureuh mengenai inisiasi menyusui dini (IMD).
3) Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui di RW 06 Kelurahan
Ciseureuh mengenai teknik menyusui.
2.2 Sasaran Penyuluhan
Sasaran merupakan target, yaitu kepada siapa program kesehatan tersebut
ditujukan. Ada tiga jenis sasaran yaitu1 :
− Sasaran primer, adalah individu atau kelompok yang akan
memperoleh manfaat paling besar dari hasil perubahan
perilaku.
− Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok individu
yang berpengaruh dan disegani oleh sasaran primer.
− Sasaran tersier, mencakup para pengambil keputusan,
47
peyandang dana, dan pihak lainnya yang berpengaruh.1
Sasaran Primer (Sasaran Utama)
Sasaran penyuluhan adalah ibu hamil dan ibu menyusui di RW 06
Kelurahan Cisereuh. Hal ini didasari oleh data yang menunjukkan bahwa, antara
RW-RW di Kelurahan Ciseureuh, RW dengan cakupan bayi yang diberi ASI
eksklusif yang terendah adalah di RW 06. Sasaran ini direncanakan berjumlah 39,
yakni ibu hamil berjumlah 10 orang dan ibu menyusui sebanyak 29 orang.
Sasaran Sekunder (Sasaran Antara)
Sasaran sekunder dalam penyuluhan ini adalah kader RW 06 berjumlah
11 orang. Diharapkan sasaran sekunder ini nantinya mampu mendukung pesan-
pesan yang disampaikan pada sasaran primer.
Sasaran Tersier (Sasaran Penunjang)
Untuk menunjang keberhasilan pencapaian maksud dari kegiatan
penyuluhan ini maka yang menjadi sasaran tersier adalah Ketua RW 06 dan Ibu
Lurah Ciseureuh.
Berdasarkan pegangan yang telah ditentukan, maka kegiatan penyuluhan
kegiatan kelompok kepaniteraan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran UNPAD/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung akan melakukan dua
kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dari kelompok kami akan membahas tentang
ASI eksklusif dengan tema “ASI: Anak Sehat Indonesia”.
2.3. Metode dan Materi
48
2.1 Metode
Penyuluhan ini menggunakan metode pendidikan kesehatan kelompok
besar. Yang dimaksud dengan kelompok besar apabila peserta penyuluhan lebih
dari 15 orang dan metode yang baik untuk digunakan disini adalah ceramah.
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.2
Penyuluhan ini diberikan dalam bentuk materi yang disampaikan langsung oleh
narasumber, yaitu kelompok kepaniteraan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran UNPAD/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Untuk
mempermudah penyampaian informasi, materi disampaikan dengan menggunakan
alat bantu audio visual berupa LCD. Materi ditampilkan dalam bentuk slide
power point, film pendek mengenai inisiasi menyusui dini, boneka sebagai
pengganti bayi dalam memperagakan teknik menyusui yang benar, poster, dan
leaflet berisi rangkuman materi yang dibagikan kepada setiap peserta penyuluhan.
Pada penyuluhan ini diadakan pula diskusi (tanya/jawab) dengan warga
masyarakat peserta penyuluhan.
Evaluasi dilakukan pada awal dan akhir penyuluhan berupa pre-test dan
post-test dan kuis untuk mengetahui daya tangkap peserta terhadap materi
penyuluhan.
2.2 Materi
Materi penyuluhan yang disampaikan pada warga masyarakat peserta
penyuluhan antara lain:
A. Pengertian ASI (Air Susu Ibu)
49
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alamiah adalah makan terbaik yang
dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya.3 ASI adalah
makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi
sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan pengembangan bayi.2
B. Pengertian Kolostrum
Kolostrum adalah susu awal yang muncul pada awal pemberian, berwarna
kuning-kuningan dan kental. Ini adalah karena kolostrum mengandung banyak
vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari
penyakit infeksi. Kolostrum juga mengandung Vitamin A,E dan K serta beberapa
mineral seperti Natrium dan Zinc. Walaupun jumlah kolostum sedikit, , namun
sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, kolostrum jangan dibuang,
tetapi harus diberikan kepada bayi.2
C. Manfaat ASI Dan Kolostrum
Manfaat Air Susu Ibu (ASI) bagi Bayi3 :
ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak.ASI
lebih cepat dan mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin
ingin makan lagi lebih cepat daripada bayi yang diberi makanan
buatan
ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan
persiapan.
50
ASI tidak pemah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau
ibu tidak menyusui bayinya selama beberapa hari.
Menyusui akan membantu menghentikan pendarahan setelah
melahirkan.
Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilan
berikutnya.
Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Hal ini
membantu terjadinya ikatan diantara keduanya.
Dekat secara emosional dengan ibunya pada saat dini mungkin
meningkatkan penampilan pendidikan anak kelak dikemudian hari.
ASI murah, tidak perlu dibeli.
ASI akan melindungi bayi terhadap penyakit dan mempercepatkan
anak sampai ke tahun kedua kehidupan.
Manfaat Kolostrum Bagi Bayi2 :
Sebagai obat yang mengandung zat
kekebalan yang sangat berguna bagi
bayi, karena dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi dan alergi
Kolostrum harus segera diberikan
kepada bayi, karena kolostrum dapat
51
memenuhi kebutuhan gizi bayi pada
hari-hari pertama setelah kelahiran.
Membantu pengeluaran kotoran bayi
yang pertama yang berwarna hitam
kehijauan (mekonium)
D. Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi menyusu dini adalah bayi menyusu sendiri pada jam-jam
pertama kelahiran. Dalam proses inisiasi menyusu dini, diharapkan adanya kontak
langsung antara kulit ibu dan kulit bayi karena kulit ibu akan berfungsi sebagai
thermoregulator bagi bayi. Dan jika ibu terlalu lama menunggu hingga
berkeringat, dan bayi menjilat keringat ibu. biarkan saja, jangan dibersihkan,
karena keringat ibu menjadi sumber bakteri komensal bagi bayi.4
Adapun manfaat inisiasi menyusu dini, diantaranya adalah:4
Meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi
Bayi menjadi lebih senang dengan ASI
Bayi mendapat kolostrum lebih cepat
Memperlancar pengaliran ASI dari payudara ibu
Mempercepat kala uri ibu
Tahap-tahap inisiasi menyusu dini:4
52
Setelah bayi lahir, segera dikeringkan dengan kain kering kecuali
kedua tangan
Bayi diletakkan diantara perut dan dada ibu, dan diusahakan adanya
kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi
Kemudian dalam waktu 20-50 menit bayi akan mencari puting ibu
dengan sendirinya
Biarkan bayi menyusu hingga kenyang.
E. ASI Ekslusif
ASI Ekslusif adalah pemberian hanya ASI tanpa memberikan makanan
dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi beusia 6 bulan, kecuali
obat dan vitamin. Pada usia 0-6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja (pemberian ASI
Eksklusif), karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi
kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain
ASI pada umur 0-6 bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu
memproduksi enzim untuk mencerna makanan bukan ASI.4
Adapun manfaat ASI eksklusif bagi bayi adalah bayi lebih sehat, lincah
dan tidak cengeng, juga tidak mudah sakit. Sedang untuk ibu ASI ekslusif
memberikan keuntungan karena ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
pemberian susu formula dan perlengkapannya, serta ibu tak perlu repot untuk
53
bagun malam, merebus air & mencuci peralatan untuk mempersiapkan susu
formula.4
ASI diberikan mulai dari kelahiran bayi dengan Inisiasi Menyusui Dini,
dilanjutkan dengan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Umur 6-
9 bulan, bayi mulai boleh diberikan makanan pendamping ASI berupa makanan
bergizi yang berbentuk lumat atau setengah cair. Ingat, pemberian ASI harus
didahulukan sebelum MP-ASI.4
Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan kepada bayi,
agar pada saat berumur 12 bulan, bayi sudah dapat makan bersama keluarga.
Pemberian ASI tetap diteruskan sampai bayi berumur 2 tahun. Makanan selingan
yang bergizi (bubur kacang hijau, biskuit, pepaya/jeruk) perlu diberikan. Pada
umur 24 bulan, secara bertahap anak perlu dirapih dengan cara menjarangkan
waktu menyusui.4
Tabel 2.1 Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASIUmur ASI Makanan
LumatMakanan Lembek
Makanan Keluarga
0-6 bulan6-9 bulan9-12 bulan12-24 bulan>24 bulan
( sumber: Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif, 2005)
Banyak ibu yang lebih memilih untuk memberikan susu formula kepada
bayinya tanpa mengetahui kekurangan dan bahaya susu formula dibandingkan
pemberian ASI ekslusif. Beberapa bahaya susu formula diantaranya:3
54
Pencemaran - Makanan buatan sering tercemar bakteria,
terlebih bila ibu menggunakan botol dan tidak
merebusnya setiap selesai memberi makan. Bakteria
tumbuh sangat cepat pada makanan buatan. Bakteria
dapat berbahaya bagi bayi sebelum susu tercium basi.
Infeksi - Susu sapi tidak mengandung sel darah putih
hidup dan antibodi, untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan lebih sering
sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.
Pemborosan - Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin
tidak mempu membeli cukup susu untuk bayinya. Mereka
mungkin memberikan dalam jumlah lebih sedikit dan
rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam
botol. Sebagai akibatnya, bayi yang diberi susu botol
sering kelaparan.
Kekurangan vitamin - Susu sapi tidak mengandung
vitamin yang cukup untuk bayi.
Kekurangan zat besi - Zat besi dari susu sapi tidak diserap
sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi yang diberi
makanan buatan bisa terkena anemia karena kekurangan
zat besi.
Lemak yang tidak cocok- Susu sapi mengandung lebih
banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI. Untuk
55
pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak
tidak jenuh yang lebih banyak. Susu sapi tidak
mengandung asam lenak esensial dan asam linoleat yang
cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol
cukup bagi pertumbuhan otak.
Kekurangan Protein – susu yang diencerkan tidak
mengandung asam amino esensial sistin dan taurin yang
cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
Tidak bisa dicerna - Susu sapi lebih sulit dicerna karena
tidak mengandung enzim lipase untuk mencerna lemak.
Karena susu sapi lambat dicema maka lebih lama untuk
mengisi lambung bayi daripada ASI. Akibatnya, bayi
tidak cepat merasa lapar. Bayi yang tidak diberi ASI bisa
menderita sembelit
Alergi – Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin
menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya asma
dan eksim.
F. Teknik Menyusui5
Cara menyusui yang baik:
1. Ibu duduk atau berbaring dengan santai
2. Pikiran ibu dalam keadaan tenang (tidak tegang)
3. Pegang bayi pada belakang bahu, bukan pada dasar kepala
56
4. Wajah bayi harus bayi mengahadap kepada ibu, dada / perut bayi
merapat dada ibu.
5. Mulut bayi sejajar dengan puting ibu, sehingga telinga bayi berada satu
garis dengan leher dan lengan bayi.
6. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dngan cara mendorong pantat
bayi dengan lengan ibu bagian dalam.
Perlekatan bayi pada payudara:
1. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang
dibawah (bentuk C) atau menjepit payudara dengan jari telunjuk dan
jari tengah di belakang areola.
2. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara menyentuh
pipi atau sisi mulut dengan puting susu.
3. Tunggu sampai bayi membuka mulutnya dan lidahnya ke bawah,
cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dan masukkan puting susu ibu ke
dalam mulut bayi yang terbuka.
4. Usahakan sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, sehingga
puting susu berada antara langit-langit keras dan langit-langit lunak.
Tanda-tanda menyusui yang benar:
1. Tubuh bayi menempel pada tubuh ibu
2. Telinga bayi berada satu garis dengan leher dan lengan bayi.
3. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
4. Mulut bayi terbuka lebar
5. Bibir bagian bawah terbuka keluar
57
6. Areola bagian bawah tampak lebih sedikit dibanding areola bagian
atas
7. Bayi menghisap dalam dan perlahan
8. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9. Terkadang terdenagar suara bayi menelan
10. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
Tanda- tanda Menyusui yang salah:
1. Mulut tidak terbuka lebar, dagu tidak menempel pada payudara.
2. Dada bayi tidak menempel pada dada ibu,sehingga leher bayi masih
bergerak
3. Sebagian besar areola masih terlihat
4. Bayi menghisap sebentar-sebentar
5. Bayi tetap gelisah pedas akhir menyusu
6. Puting ibu lecet dan sakit.
G. Kegagalan Menyusui
Bayi yang mendapat cukup ASI mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :3
Bayi yang cukup ASI akan kencing 6-8 kali dalam sehari
Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram perbulan
Bila menyusui sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari
Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.
Apabila produksi ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, harus dicari
sebab-sebabnya mengapa produksi ASI tersebut menurun, yaitu:3
58
Makanan suplemen
Bayi yang mendapat suplemen makanan lain selain ASI misalnya
susu formula,air buah atau makanan tambahan lainnya, menyebabkan bayi
akan kenyang dan harus menunggu lebih lama untuk menyusu berikutnya.
Sehingga frekuensi menyusu akan menurun dan produksi ASI akan
menurun juga. Pemberian suplemen dengan menggunakan botol dot pada
saat bayi masih sedang belajar menyusu, juga menyebabkan bayi bingung
antara menyusu pada putting ibu dan dot (nipple confuse), karena
mekanisme mengisap yang berbeda.
Untuk menghindari bingung puting tersebut, maka ibu harus
mengusahakan agar bayi hanya menyusu pada ibu,terutama pada saat bayi
masih belajar menyusu yaitu pada bulan pertama setelah lahir, teknik
menyusu hams benar, menyusu lebih sering tanpa di jadwal dan perlu
kesabaran dan ketelatenan dari ibu.
Penggunaan empongan (pacifier)
Beberapa bayi menemukan kesenangan dengan mengisap pada
empongan, sehingga menurunkan kesempatan untuk menyusu pada ibu.
Akibatnya karena lebih jarang disusui, maka produksi ASI akan menurun.
Penggunaan Nipple Shield
Nipple shield sebaiknya tidak digunakan pada waktu menyusui,
karena mempengaruhi rangsangan ke otak ibu yang timbul akibat dari
59
rangsangan isapan bayi langsung pada puting susu ibu, sehingga akan
menurunkan refleks let down.
Jadwal makan yang ketat, akan mempengaruhi prosuksi ASI. Lebih
baik bayi disusui tanpa dijadwal.
Bayi tidur saja
Ada beberapa bayi yang tidur saja hampir sepanjang hari dan
hanya sebentar saja menyusui, maka keadaan ini akan menurunkan
produksi ASI. Pada kasus seperti ini, lebih-lebih bila kenaikan berat badan
tidak seberapa dan bayi jarang kencing, maka, ibu harus membangunkan
anaknya dan menyusui tiap 2 jam sekali, sehingga bayi akan belajar
dengan sendirinya.
Kecemasan dan kelelahan ibu akan mempengaruhi refleks let down
dan
menurunkan produksi ASI
Merokok dan obat-obatan.
Ibu yang sedikit minum, produksi ASI-nya juga akan berkurang.
Dianjurkan pada ibu-ibu yang menyusui untuk minum 6-8 gelas (2
liter) per hari atau minum satu gelas air/air buah setiap kali setelah
menyusui.
Diit ibu yang jelek, akan menurunkan produksi ASI.
Pada ibu-ibu yang menyusui tidak ada pantangan makan, makan
60
buah segar, daging, ikan, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan sangat
dianjurkan. Makanlah satu porsi (500 kalori) lebih banyak dari biasanya.
Bayi yang enggan menyusu harus mendapat perhatian khusus, karena
kadang-kadang itu merupakan gejala dari penyakit-penyakit yang membahayakan
jiwa anak, misal anak yang sakit berat, tetanus neonatorum, meningitis/ensefalitis,
hiperbilirubinemia, maka sebaiknya bayi dirujuk.
Penyebab lain dari bayi enggan menyusu adalah :
Bayi pilek, sehingga pada waktu menyusu sulit bernapas
Bayi sariawan sehingga nyeri pada waktu mengisap
Bayi tidak rawat gabung, yang sudah pernah meminum dengan
menggunakan botol dot
Bayi yang ditinggal lama karena ibunya sakit atau kerja
Bayi yang bingung puting
Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek
Teknik menyusui yang salah.
Ada juga beberapa faktor lain yang menyebabkan kegagalan pemberian
ASI. Antaranya kelainan anatomik pada ibu, misalnya puting susu datar atau
terbenam. Cara menanganinya adalah dengan teknik IMD, massage payudara,
pompa ASI yang efektif, dan juga menyusui bayi sesering mungkin Setelah
beberapa minggu, puting susu yang datar akan menonjol keluar sehingga bayi
dapat menyusui dengan mudah.
Puting susu nyeri juga sering menjadi keluhan. Untuk mengatasinya,
pastikan posisi menyusui sudah benar dan mulailah menyusui pada puting susu
61
yang tidak sakit. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di puting
susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai kering. Juga,
hindari dari membersihkan puting susu dengan sabun dan hindarkan puting susu
menjadi lembab.6
Bagi ibu menyusui dengan keluhan puting susu lecet, cari penyebab puting
lecet (misalnya posisi menyusui salah, kandidiasis, atau dermatitis) dan obatinya.
Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa
ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI. Berikan ASI
perah dengan sendok atau gelas, jangan dengan dot. Setelah terasa membaik,
mulai menyusu kembali dengann waktu yang lebih singkat. Bila lecet tidak
sembuh dalam waktu satu minggu, dirujuk ke puskesmas.6
H. Penyimpanan dan Pemberian ASI untuk Ibu Bekerja
Untuk Ibu Bekerja:
1. Penyimpanan ASI
ASI yang telah dimasukkan ke dalam cangkir/gelas tertutup dapat
disimpan sebagai berikut:
Di simpan pada suhu kamar/ di udara terbuka (260C) akan
tahan selama 6-8 jam.
Di simpan dalam termos berisi es batu (yang dibuat dari air
matang) akan tahan selama 24jam.
ASI yang di simpan dalam lemari es tahan sampai 2-3 hari.
2.Cara pemberian ASI setelah di simpan
62
ASI yang telah disimpan dapat disimpan dapat diberikan oleh
orang lain selain ibu bayi, yaitu : mertua, saudara, pembantu dan
lainnya:
Caranya adalah:
Cuci tangan dengan sabun dan bilas sampai bersih
Apabila ASI disimpan pada suhu kamar, segera berikan
sebelum masa simpan berakhir (8jam).
Apabila ASI di simpan dalam termos atau lemari es, cangkir
yang berisi ASI tersebut terlebih dahulu harus dihangatkan
dengan cara merendamnya dalam mangkok yang berisi air
hangat, di tunggu sampai ASI mencapai suhu kamar. ASI
jangan dipanaskan secara langsung diatas api/kompor.
ASI diberikan dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol
dan dot.
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. PT
Rieneka. Jakarta : 2003.
2. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Ibu Rumah Tangga Selalu
Memberikan ASI . Depkes RI. Jakarta : 2005.
63
3. Siregar, Mhd. Arifin, Dr. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Pada Ibu Melahirkan. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-
arifin.pdf. :2004 ( diakses pada 10 November 2008)
4. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI
Eksklusif. Depkes RI. Jakarta: 2005.
5. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air
Susu Ibu (ASI). Depkes RI. Jakarta : 2005.
6. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Manajemen Laktasi. Depkes RI.
Jakarta : 2005.
BAB III
PERSIAPAN PENYULUHAN
Oleh: Eko Fuji Ariyanto NPM 1301-1208-0241
3.1 Tema Kegiatan
Tema kegiatan penyuluhan adalah “ASI: Anak Sehat Indonesia”
LayarPembimbing & Kepala Puskesmas
Pemateri& MC
LCD
64
3.2 Waktu dan Tempat Penyuluhan
Penyuluhan ini akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 17 November 2008
Waktu : 14.30 – 16.00 WIB
Tempat : SD Inpres RW 6 Kelurahan Ciseureuh.
Pemilihan RW 6 sebagai tempat penyuluhan didasarkan pada data yang
menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil dan ibu menyusui di RW tersebut adalah
yang terbanyak jika dibandingkan dengan RW-RW yang lain. Sedangkan yang
menjadi pertimbangan penggunaan SD Inpres sebagai tempat penyuluhan adalah:
1. Mudah dijangkau oleh para peserta penyuluhan.
2. Ruangan dapat dipakai untuk mengantisipasi berbagai kendala, seperti
cuaca.
3.3 Denah Lokasi Penyuluhan
Pesertapintu
Meja Pen-daftaran
65
Gambar 3.1 Denah Tempat Penyuluhan
3.4 Susunan Kepanitiaan
Susunan panitia pelaksana kegiatan penyuluhan ini adalah sebagai berikut.
Pelindung : S. Edith Yuliet T., dr.
Pembimbing : Dadi S. Argadiredja, dr., MPH.
Ketua Pelaksana : Eko Fuji Ariyanto
Sekretaris : Zoraya Ariefia Feranthy
Bendahara : Radha Ramanathan
PJ. Acara : Wina Ratna Juwita
PJ. Materi : Wina Ratna Juwita
PJ. Dokumentasi : Roy Rajrajan A. Saiman
PJ. Logistik : Yodi Suryo Arnanto
66
PJ Konsumsi : Fatima
3.5 Undangan Penyuluhan
Undangan penyuluhan diberikan kepada:
1. Lurah Ciseureuh
2. Kepala Puskesmas Moch. Ramdhan
3. Pembimbing Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
4. Ketua RW 06 Kelurahan Ciseureuh
5. Ketua RT di RW 06 Kelurahan Ciseureuh
6. Ibu-ibu kader RW 06 Kelurahan Ciseureuh
7. Ibu hamil dan menyusui RW 06 Kelurahan Ciseureuh.
3.6 Persiapan Penyuluhan
Tabel 3.1 Persiapan Penyuluhan “ASI: Anak Sehat Indonesia” di RW 06 Kelurahan Ciseureuh
No. Hari/Tanggal Kegiatan1 Selasa,
11 November 2008
• Kunjungan rumah dan wawancara kepada ibu
menyusui tentang ASI Eksklusif2 Rabu,
12 November 2008
• Analisis hasil wawancara
• Penyusunan Plan of Action
67
• Mengurus perizinan & koordinasi dengan pihak
RW63 Kamis,
13 November 2008
• Presentasi CRS V ”Perencanaan dan Persiapan
Penyuluhan”
• Pembuatan Undangan
• Pembuatan Leaflet4 Jumat,
14 November 2008
• Diskusi dengan Kepala Puskesmas Moch.
Ramdhan5 Sabtu,
15 November 2008
• Penyebaran undangan
6 Minggu,
16 November 2008
• Pengumpulan barang-barang logistik
• Simulasi penyuluhan ASI Ekslusif7 Senin,
17 November 2008
• Pelaksanaan penyuluhan “ASI: Anak Sehat
Indonesia”
68
3.7 Susunan Acara
Tabel 3.2 Susunan Acara Penyuluhan “ASI: Anak Sehat Indonesia”
No Waktu Durasi KegiatanPenanggung Jawab
Acara LogistikPublikasi dan Dokumentasi
Konsumsi Keterangan
1 12.35-13.20 45'Persiapan tempat acara
Ketua pelaksana
PersiapanLCD terpasang, menata tempat
Kamera siap, mengingatkan warga.
Mengambil makanan di rumah Bu Kader
2 13.20-13.40 20' Istirahat
3 13.40-13.55 15'Briefing pelaksanaan acara
Ketua pelaksana
Mengikuti briefing
413.55-14.05 10' Persiapan
pelaksanaan acaraKetua pelaksana
Konfirmasi pengisi acara
Memastikan peralatan (LCD,laptop, sound) berfungsi
Mengingatkan warga
Bersiap-siap
5 14.05-14.30 25' Registrasi FatimaMC bersiap-siap, menyiapkan kertas pre-test
Operator bersiap-siap, siapkan pensil
Mendokumen-tasikan acara
Membagi-kan konsumsi di meja registrasi
Peserta mengisi daftar hadir dan mengambil konsumsi di meja registrasi
6 14.30-14.35 5'Pembukaan dan perkenalan
MC: Yodi Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap
7 14.35-14.50 15'
Sambutan :- Ketua RW- Kepala
Puskesmas - Dosen
MC: Yodi Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap
8 14.50-15.00 10' Pre-test MC: Yodi Membagikan& mengumpulkan kertas pretest &
Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap Kertas soal dan alat tulis disediakan panitia
69
alat tulis
Tabel 3.2 Susunan Acara Penyuluhan “ASI: Anak Sehat Indonesia”
No Waktu Durasi KegiatanPenanggung Jawab
Acara LogistikPublikasi dan Dokumentasi
Konsumsi Keterangan
9 15.00-15.30 30'
Penyampaian materi :- ASI & IMD- ASI
Eksklusif- Teknik
Menyusui- Masalah
yang dihadapi ibu
EkoRadhaWinaZoraya
Mengingatkan waktu
Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap
10 15.30-15.45 15' Sesi tanya-jawab MC : YodiDokumentasi pertanyaan
Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap3 sesi: Setiap sesi ada 2 pertanyaan+jawaban
1115.45-15.50 5' Post-test MC : Yodi
Membagikan & mengumpulkan kertas posttest
Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap
12 15.50-15.55 5’ Penutupan MC : YodiMenyiapkan hadiah
Bersiap-siap Bersiap-siap
13 15.55-16.00 5' Door prize MC : YodiMembantu membagikan hadiah
Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap
14 16.00-16.30 30'Merapikan kembali lokasi penyuluhan
Ketua pelaksana
Mengantar dr. Dadi & dr. Edith
70
3.8 Alat dan Bahan Penyuluhan
3.8.1 Alat Bantu Penyuluhan
Apabila penggunaan objek-objek nyata tidak memungkinkan, dalam
promosi kesehatan biasanya digunakan alat bantu (peraga) sebagai pengganti
objek-objek nyata tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan dapat memberikan
pengalaman yang tidak langsung bagi sasaran. Alat bantu ini disusun berdasarkan
prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau
ditangkap melalui pancaindera. Semakin banyak indera yang digunakan, semakin
banyak dan semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh.
Alat bantu yang digunakan pada kegiatan penyuluhan ini adalah:
1. In Focus : 1 buah
2. Layar : 1 buah
3. Laptop : 1 buah
4. Sound System : 1 buah
5. Mikrofon : 1 buah
6. Kamera digital: 1 buah
7. Speaker : 1 set
8. Boneka : 1 buah
9. Model payudara: 1 buah
Pada penyuluhan ini digunakan audiovisual aids yang diharapkan dapat
merangsang indera penglihatan dan pendengaran selama proses penyuluhan
berlangsung. Selain itu, digunakan juga boneka dan model payudara untuk
71
membantu peserta memahami materi yang disampaikan.
3.8.2 Bahan Penyuluhan
Bahan yang digunakan pada penyuluhan ini adalah:
1. Slide show mengenai ASI
2. Film pendek berdurasi tiga menit mengenai Inisiasi Menyusui Dini
3. Leaflet ”ASI: Anak Sehat Indonesia”
4. Poster tentang ASI Eksklusif.
Penggunaan slide show dimaksudkan untuk memberikan kuliah tentang
ASI Ekslusif dengan menggunakan metode promosi kesehatan kelompok, dalam
hal ini para ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu kader di RW 06 Kelurahan
Ciseureuh. Multimedia audiovisual ini dipilih sebagai media penyuluhan agar
terjadi percepatan transfer pengetahuan kesehatan secara interaktif kepada
segenap lapisan masyarakat. Media ini diharapkan dapat menyampaikan pesan
kesehatan secara lebih nyata dan mudah diingat sehingga memungkinkan
penyampaian materi kesehatan yang lebih beragam.1
Selain pemberian kuliah dengan menggunakan slide, pada penyuluhan ini
juga ditampilkan potongan film pendek berdurasi tiga menit untuk menambah
pengetahuan peserta mengenai Inisiasi Menyusui Dini. Diharapkan dengan film
pendek ini, masyarakat sasaran penyuluhan akan lebih menyadari pentingnya
Inisiasi Menyusui Dini.
Pada penyuluhan ini juga dibagikan leaflet yang berisi informasi dan
gambar-gambar mini tentang ASI Ekslusif. Bahan ini dapat dibawa pulang oleh
72
peserta sehingga diharapkan peserta dapat menjelaskan pentingnya ASI kepada
orang-orang yang berada di lingkungannya. Sedangkan poster digunakan sebagai
media sosialisasi tentang pentingnya ASI Eksklusif.
3.9 Anggaran Biaya
Tabel 3.3 Anggaran Biaya Pengeluaran
No. Bidang Nama barang
Harga per unit (Rp)
Jumlah barang
Jumlah harga (Rp)
1 Kesekretariatan Undangan @ 350 70 24.500
Formulir pre-test
@ 150 70 10.500
Formulir post-test
@ 150 70 10.500
Leaflet@ 200 70 14.000
59.500
2 Acara Pulpen @ 1.500 70 105.000
Doorprize @ 15.000 5 75.000
Kertas coklat @ 1.000 5 5.000
Plakat 15.000
200.000
3 Konsumsi Makanan ringan peserta, dosen, dan panitia
@ 3.000 80 240.000
240.000
4 Logistik Proyektor dan Layar LCD
125.000
Jumlah 624.500
DAFTAR PUSTAKA
1. Hatmoko. Pemanfaatan Multimedia Audiovisual sebagai Media
73
Penyuluhan Kesehatan Interaktif. Samarinda;2005.
BAB IV
EVALUASI KEBERHASILAN
Oleh: Eko Fuji Ariyanto 1301-1208-0241
74
4.1 Pendahuluan
Evaluasi merupakan bagian yang penting dari proses manajemen karena
dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program atau
pelaksanaan kegiatan. Secara umum dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah suatu
proses untuk menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan
tercapai. Evaluasi berarti membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh
suatu program dengan tujuan yang direncanakan.1
Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap empat
hal, yaitu:2
1. Evaluasi terhadap input (masukan) program
Bertujuan untuk mengetahui apakah sumber daya yang dimanfaatkan (sumber
dana, tenaga, dan sarana) sudah sesuai dengan standar dan kebutuhan
2. Evaluasi terhadap proses pelaksanaan program
Bertujuan untuk mengetahui apakah metode yang dipilih sudah efektif, apakah
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak.
3. Evaluasi terhadap output (keluaran) program
Bertujuan untuk mengetahui apakah output atau outcome (hasil) program
sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Evaluasi terhadap dampak program
Bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan
suatu program.
75
Metode yang akan digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan
tanya jawab. Selain itu, akan digunakan juga alat bantu (peraga) sebagai pengganti
objek nyata dalam bentuk slide power point berisi materi yang ditampilkan
dengan LCD/proyektor, film pendek mengenai Inisiasi Menyusui Dini sepanjang
tiga menit, boneka sebagai pengganti bayi dalam memperagakan teknik menyusui
yang benar, dan leaflet berisi rangkuman materi yang dibagikan kepada setiap
peserta penyuluhan.
Pada penyuluhan ini akan diadakan sesi tanya-jawab dengan peserta
penyuluhan. Untuk mengetahui keberhasilan penyampaian materi, setiap peserta
penyuluhan diminta mengerjakan pre-test dan post-test.
4.2 Indikator Keberhasilan
Berdasarkan rencana program yang telah disusun, maka ditetapkan
berbagai indikator yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan program
penyuluhan dengan tema “ASI: Anak Sehat Indonesia“. Evaluasi terhadap
dampak tidak dilakukan karena keterbatasan waktu dan kapasitas dari pelaksana
kegiatan. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut.
4.2.1 Input
1. Tersedianya dana yang cukup untuk pelaksanaan acara.
2. Semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
76
pelaksanaan kegiatan tersedia dan dapat berfungsi
dengan baik.
3. Undangan penyuluhan yang dibagikan berjumlah 70
buah. Sebanyak 10 undangan diberikan kepada ibu
hamil, 49 undangan untuk ibu menyusui, dan 11
undangan untuk ibu kader.
4.2.2 Proses
1. Peserta penyuluhan datang tepat waktu sesuai
dengan jadwal yang tertera pada undangan.
2. Acara terlaksana sesuai dengan jadwal acara yang
telah disusun dengan kesenjangan maksimal 30
menit.
3. Jumlah peserta undangan yang hadir mengikuti
penyuluhan minimal 80% dari jumlah undangan
yang disebar.
4. Respon yang positif dari peserta terhadap
penyuluhan, dilihat dari berjalannya diskusi dengan
lancar saat acara tanya-jawab. Jumlah pertanyaan
minimal 6 buah.
5. Peserta mengikuti jalannya penyuluhan dengan
baik, dilihat dari jumlah peserta penyuluhan yang
pulang pada saat acara penyuluhan maksimal 25%
77
dari jumlah peserta yang hadir.
4.2.3 Output
1. Meningkatnya pengetahuan peserta penyuluhan
mengenai ASI eksklusif diukur melalui pre-test
(sebelum penyuluhan) dan post-test (setelah
penyuluhan). Peningkatan pengetahuan ini dilihat dari
kenaikan nilai rata-rata peserta pada post test.
Berdasarkan sembilan indikator keberhasilan di atas, ditentukan kriteria
unuk menilai keberhasilan kegiatan penyuluhan ini. Kriteria tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Kegiatan dinyatakan berhasil jika memenuhi tujuh sampai
sembilan indikator keberhasilan.
2. Kegiatan dinyatakan tidak berhasil jika tidak sampai memenuhi
tujuh indikator keberhasilan.
78
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta; 2005.
2. Muninjaya, AAG. Manajemen Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC;
2004.
79