49809753-crs-v-final

79
1 BAB I LATAR BELAKANG Oleh: Zoraya Ariefia Feranthy N (1301-1207-3033) Wina Ratna Juwita (1301-1206-0060) 1.1 Pendahuluan Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama yang menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan Indonesia. Puskesmas memiliki visi tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010. Untuk mencapai visi tersebut, misi yang harus dijalankan Puskesmas adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi setiap keluarga dan masyarakatnya, memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, masyarakat beserta lingkungannya. 5 Dalam mencapai visi dan misi tersebut Puskesmas harus meningkatkan kinerjanya untuk dapat menanggulangi masalah-masalah yang terdapat di wilayah kerjanya. Untuk itu, langkah awal yang harus diambil adalah melakukan analisis situasi puskesmas berdasarkan faktor determinan derajat kesehatan penduduk menurut Henrick L. Blum, yaitu : (1) keturunan, (2) lingkungan kesehatan, (3) perilaku kesehatan, (4) pelayanan kesehatan. 4 Setelah melakukan analisis situasi, maka dilakukanlah identifikasi masalah

Upload: aura9julii

Post on 13-Aug-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

baru

TRANSCRIPT

Page 1: 49809753-CRS-V-Final

1

BAB I

LATAR BELAKANG

Oleh: Zoraya Ariefia Feranthy N (1301-1207-3033) Wina Ratna Juwita (1301-1206-0060)

1.1 Pendahuluan

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama yang menjadi ujung

tombak pembangunan kesehatan Indonesia. Puskesmas memiliki visi tercapainya

Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010. Untuk mencapai

visi tersebut, misi yang harus dijalankan Puskesmas adalah menggerakkan

pembangunan berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi

setiap keluarga dan masyarakatnya, memelihara dan meningkatkan mutu

pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya,

serta memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, masyarakat beserta

lingkungannya.5

Dalam mencapai visi dan misi tersebut Puskesmas harus meningkatkan

kinerjanya untuk dapat menanggulangi masalah-masalah yang terdapat di wilayah

kerjanya. Untuk itu, langkah awal yang harus diambil adalah melakukan analisis

situasi puskesmas berdasarkan faktor determinan derajat kesehatan penduduk

menurut Henrick L. Blum, yaitu : (1) keturunan, (2) lingkungan kesehatan, (3)

perilaku kesehatan, (4) pelayanan kesehatan.4

Setelah melakukan analisis situasi, maka dilakukanlah identifikasi masalah

Page 2: 49809753-CRS-V-Final

2

di lingkungan Puskesmas dan setelah itu ditentukan prioritas masalah. Ditinjau

dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penentuan prioritas masalah kesehatan

dipandang sangat penting, hal ini dikarenakan terbatasnya sumber daya yang

tersedia sehingga tidak mungkin untuk menyelesaikan semua masalah.5

1.2 Gambaran Umum

Batas wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdan antara lain :

Utara : Jl. Inggit Garnasih dan kelurahan Pungkur

Selatan : Kelurahan Wates

Barat : Jl. Moh. Toha

Timur : Kelurahan Ancol dan pasirluyu

Tabel 1.1 Kondisi Geografis Puskesmas Moch. Ramdhan Tahun 2008

No. KelurahanJumlah

RWJumlah

RTLuas

Wilayah (Ha)1 Cigereleng 12 64 562 Ciseureuh 8 49 703 Ciateul 9 50 45

Jumlah 29 163 171Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Moch.Ramdhan Tahun 2008

A. Kondisi daerah

♦ Daerah kerja wilayah

Puskesmas Moch.

Ramdhan merupakan

daerah pemukiman yang

cukup padat yaitu daerah

Kelurahan Ciseureuh

terutama RW 01, 05, 06,

dan 08 sedangkan

Kelurahan Cigereleng dan

Page 3: 49809753-CRS-V-Final

3

Kel. Ciateul sudah cukup

teratur dan tertata dengan

baik.

♦ Suhu Udara :

22°C-32°C

Kelembaban : 40-50%

Kebisingan : 40-60 dB

Iklim : Tropis

Ketinggian : ± 700 m

♦ Dataran Wilayah Kerja

Puskesmas Moch.

Ramdhan adalah 126 Ha

diantaranya terdiri dari

Tanah darat 164,5 Ha,

Sawah 4,25 Ha, Kolam

1,25 Ha, dan makam 1

Ha, dimana tidak terdapat

perbukitan dan

pegunungan.

♦ Kualitas Lingkungan

Fisik pada umumnya

kualitas air cukup baik,

perumahan yang cukup

padat dengan kuantitas

yang sudah baik, sebagian

sudah memenuhi syarat

kesehatan, kondisi

saluran limbah belum

baik sebagian, saluran

pembuangan tinja

sebagian sudah tertata

Page 4: 49809753-CRS-V-Final

4

baik, pencemaran udara

belum pernah diteliti.

1.3 Analisis Situasi Puskesmas

1.3.1 Analisis Faktor Lingkungan

A. Geografis

Puskesmas Moch. Rasmdhan mempunyai wilayah binaan seluas 171 Ha

yang terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Cigereleng, kelurahan Ciseureuh,

kelurahan Ciateul. Kelurahan Cigereleng terdiri dari 12 RW dan 64 RT, kelurahan

Ciseureuh terdiri dari 8 RW dan 49 RT, kelurahan Ciateul terdiri dari 9 RW dan

50 RT. Posisi Puskesmas Moch. Ramdhan sangat strategis. Puskesmas dapat

diakses oleh penduduk dengan semua cara, baik dengan menggunakan kendaraan

roda dua, kendaraan beroda empat atau dengan berjalan kaki. Jarak terjauh ke

Puskesmas yang harus ditempuh penduduk adalah 1,1 km. Hal ini seharusnya

memberi kemudahan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari

Puskesmas. Di lain pihak, posisi strategis ini yang juga merupakan kawasan niaga

bisa berdampak pada kemacetan lalu lintas dan polusi udara yang tinggi. Selain

itu, wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan merupakan kawasan Pemukiman

yang padat penduduk, terutama kelurahan Ciseureuh RW 01, 05, 06, dan 08

sedangkan Kelurahan Cigereleng dan Kel. Ciateul sudah cukup teratur dan tertata

dengan baik.1

B. Sumber Air Bersih

Jenis SAB di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan antara lain:

• Ledeng : 3974 buah

Page 5: 49809753-CRS-V-Final

5

• Sumur Pompa Tangan: 947 buah

• Sumur Gali Langsung : 912 buah

• Lain-lain : 11 buah

Berdasarkan pengolahan data lapangan, persentase keluarga yang

memiliki akses terhadap air bersih di wilayah kerja puskesmas Moch. Ramdhan

tidak terdapat data terbaru mengenai sumber air bersih yang memenuhi syarat,

Laporan Kegiatan Tahunan Puskesmas Moch.Ramdhan pada tahun 2007

menunjukkan sebanyak 74,22% dari penduduk mampu mendapat akses terhadap

sumber air bersih. Angka ini masih belum mencapai target Kota Bandung Sehat

2010 yang sebesar 85%.6

C. Jamban Keluarga

Keadaan Jamban Keluarga di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan

berdasarkan data Mapping Kesehatan Lingkungan Puskesmas Moch.Ramdhan

Tahun 2008, didapatkan jumlah jamban keluarga (Jaga) 5253 buah, jumlah KK

yang ada sebanyak 7889 jiwa, jumlah jamban keluarga yang diperiksa 2500 buah

dan jumlah yang memenuhi syarat 1699 buah. Dari data di atas, maka persentase

jamban keluarga yang memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas

Moch.Ramdhan pada tahun 2007 sebesar 67,9%. hal ini belum memenuhi target

yang telah ditetapkan tahun sebelumnya yaitu 90%.

D. Sarana Pembuangan Air Limbah

Keadaan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) berdasarkan data hasil

Page 6: 49809753-CRS-V-Final

6

pemeriksaan Sarana Pembuangan Air Limbah di Wilayah Kerja Puskesmas

Moch.Ramdhan tahun 2007 didapatkan jumlah rumah dengan Sarana

Pembuangan Air Limbah (SPAL) 5253 buah, jumlah SPAL yang diperiksa 2500

buah, jumlah SPAL yang memenuhi syarat 1444 buah.

Dengan melihat data diatas maka persentase SPAL yang memenuhi syarat

adalah 57,7%, target yang harus dicapai belum ada berdasarkan indikator tertentu.

Jadi, belum bisa ditentukan sudah mencapai target atau belum.

E. Rumah Sehat

Berdasarkan data laporan kegiatan Puskesmas Moch,Ramdhan pada tahun

2007, keadaan perumahan di Wilayah Kerja Puskesmas Moch.Ramdhan Tahun

2007 didapatkan, jumlah rumah adalah 6008 buah, jumlah rumah permanen 4657

buah, rumah semi permanen 959 buah dan rumah tidak permanen 392 buah.

Jumlah rumah yang diperiksa 2500 buah, jumlah yang memenuhi syarat 1940

rumah. Dari data tersebut didapatkan persentase rumah sehat di wilayah kerja

Puskesmas Moch.Ramdhan sebesar 77,6%.

Dengan melihat data diatas maka persentase rumah sehat yang memenuhi

syarat adalah 77,6%, dan target yang harus dicapai berdasarkan Indonesia Sehat

2010 adalah 80%,12 Hal ini bisa berdampak tingginya penyebaran penyakit

menular.

F. Tempat-tempat umum dan Tempat Pengolahan Makanan dan

Minuman

Dari Laporan Kegiatan Tahunan Puskesmas Moch. Ramdhan Tahun 2007,

Page 7: 49809753-CRS-V-Final

7

persentase tempat-tempat umum (TTU) di wilayah kerja Puskesmas

Moch.Ramdhan tahun 2007 yang memenuhi syarat adalah 100%, yaitu dari 2

hotel yang diperiksa seluruhnya sehat dan dari 1 pasar yang diperiksa juga

tergolong sehat. Dan berdasarkan data juga dapat dilihat persentase tempat

pengolahan makanan dan minuman (TPM) yang memenuhi syarat di wilayah

kerja Puskesmas Moch.Ramdhan tahun 2007 sebesar 56,25%. Target yang harus

dicapai berdasarkan indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 80%. Dengan demikian

TTU di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan sudah memenuhi target,

sedangkan TPM belum memenuhi target, hal ini bisa menjadi faktor resiko

penyakit, seperti keracunan makanan, hepatitis, typoid, ataupun diare.

G. Tempat Perkembangbiakan Vektor

Terdapat beberapa tempat di wilayah Puskesmas Moch. Ramdhan yang

dapat menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit. Terdapat pasar di

Kelurahan Ciseureuh dan TPS di Kelurahan Ciateul yang dapat menjadi tempat

perkembangbiakan lalat yang merupakan vektor penyakit diare. Masih terdapat

sawah di Kelurahan Ciseureuh dan sedikit di Kelurahan Cigereleng, dapat

menjadi habitat nyamuk terutama nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor

penyakit DBD dan Chikungunya. Masih ada beberapa penduduk yang memelihara

unggas seperti ayam, merpati, serta burung berkicau di wilayah Puskesmas Moch.

Ramdhan yang berpotensi menjadi host virus H5N1 yang menyebabkan penyakit

flu burung.

Page 8: 49809753-CRS-V-Final

8

1.3.2 Analisis Faktor Sosial Ekonomi

A. Jumlah dan Komposisi Penduduk

Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan pada

September tahun 2008 berjumlah 33367 orang dengan jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 15990 orang dan penduduk perempuan sebanyak 17377 orang. Jumlah

penduduk keseluruhan ini masih mencukupi rasio puskesmas dibandingkan

jumlah penduduk yaitu satu puskesmas melayani 30000 orang penduduk.

Di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan masih ada keluarga miskin

dengan proporsi 17,3%. Jumlah penduduk rentan cukup banyak atau masih

terbilang cukup tinggi yaitu 715 bumil, 230 Buteki, 4387 Usila, 343 bayi dan

1597 balita sehingga masih membutuhkan penanganan yang baik.

B. Pekerjaan Penduduk

Dari data Puskesmas Moch. Ramdhan dapat dilihat bahwa penduduk yang

memiliki mata pencaharian yang jelas tercantum, yaitu pegawai negeri, ABRI,

pegawai swasta, dan pedagang hanya sebesar 25,4%. Hal ini dapat menghambat

program kesehatan lingkungan, karena dengan keadaan penduduk yang sebagian

besar belum berpenghasilan tetap dapat berpengaruh kepada kondisi ekonomi

yang berdampak terhadap penyediaan sarana kesehatan lingkungan yang kurang

memadai dan tidak memenuhi syarat. Rendahnya mata pencaharian

mengakibatkan mereka sulit menerima penyuluhan terutama tentang kesehatan

dan sulit merubah perilaku untuk hidup sehat.

C. Pendidikan

Page 9: 49809753-CRS-V-Final

9

Dari data dapat kita lihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Moch.

Ramdhan tingkat pendidikan sangat beragam, meskipun sudah baik tetapi masih

ada penduduk yang belum/tidak sekolah dengan angka yang cukup besar yaitu

5039 orang dan yang tidak/belum tamat SD/MI sebanyak 8316 orang. Hal ini

mungkin dapat menjadi penghambat dalam upaya peningkatan kesehatan

masyarakat sehingga penyuluhan harus benar-benar disesuaikan dengan tingkat

pendidikan yang ada.

1.3.3 Analisis Faktor Perilaku dan Kependudukan

A. Faktor perilaku

1. Kepercayaan/Konsep Kesehatan

Didapatkan, penduduk kelurahan Cigereleng, Ciseureuh dan Ciateul

sebagian besar memeluk agama Islam, yaitu sebanyak 30150 jiwa atau sebesar

95,96 % dari jumlah seluruh penduduk. Berbagai nilai yang terkandung dalam

ajaran agama akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupannya,

termasuk tentang konsep sakit sehat.

2. Perilaku pencarian pengobatan

Kebiasaan masyarakat Moch. Ramdhan untuk mengetahui masalah

kesehatan (sakit) dengan cara bervariasi, sesuai dengan kemampuan dari masing-

masing individu / KK. Pola pencarian pengobatan masyarakat pada wilayah kerja

Puskesmas Moch. Ramdhan tidak dapat dianalisis dengan tepat karena tidak

terdapat data yang lengkap tentang jumlah kunjungan rawat jalan dari praktek

dokter swasta, praktek dokter spesialis dan tempat-tempat pengobatan lainnya.

Hal ini dikarenakan yang bersangkutan tidak pernah melaporkan jumlah kasus

Page 10: 49809753-CRS-V-Final

10

rawat jalan kepada Puskesmas.

3. Kelembagaan bersumber daya masyarakat (UKBM)

Peran serta UKBM di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan dapat

dilihat dengan adanya partisipasi masyarakat pada lembaga-lembaga kesehatan

masyarakat. Dari 41 Posyandu yang ada, terdapat 15 Posyandu yang berstatus

Purnama, sedangkan 26 lainnya adalah Posyandu Madya. Hal ini menunjukan

sudah tingginya kesadaran masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Moch.

Ramdhan dalam turut berperan serta meningkatkan derajat kesehatannya.

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Secara keseluruhan dari tiga kelurahan, kelurahan Cigareleng

menunjukkan status derajat kesehatan yang tertinggi dan kelurahan Ciseureuh

menunjukkan status yang terendah. Pemberian ASI masih kurang (49,6%) di

wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan. Daripada penilaian yang dilakukan

juga, masih ramai anggota rumah tangga yang tidak mempunyai Jaminan

Pemeliharan Kesehatan (53,1%). Persentase penghuni rumah yang tidak merokok

rata-rata adalah 57,6%.

B. Analisis Faktor Kependudukan

Analisis kependudukan/demografi yang berkaitan dengan status kesehatan

dan menjadi masalah spesifik daerah, mencakup hal-hal sebagai berikut:

Page 11: 49809753-CRS-V-Final

11

1. Pengaruh jumlah penduduk terhadap beban kerja Puskesmas

Wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan memiliki jumlah penduduk

sebanyak 33367 orang. Dengan jumlah ini, sebenarnya tidak ada masalah bagi

kinerja Puskesmas, karena idealnya 1 Puskesmas membawahi 30.000 penduduk.

Penduduk terbanyak Kelurahan Ciseureuh sebesar 14109. Hal ini bisa

meingkatkan resiko penyakit menular.

2. Pengaruh mata pencaharian penduduk terhadap beban kerja

Puskesmas

Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan

sebagian besar adalah lain-lain, yang di dalamnya terdiri dari buruh, supir, dan

pensiunan TNI/ABRI. Sementara angka pengangguran yang ada di wilayah tidak

diketahui karena tidak lengkapnya data.. Hal ini bisa menjadi salah satu beban

kerja Puskesmas, misalnya dapat terjadi kecelakaan di tempat kerja ataupun

kurangnya partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan.Mata

pencaharian yang tidak menentu mengakibatkn mereka sulit menerima

penyuluhan terutama tentang kesehatan.

3. Jumlah penduduk kelompok rentan/khusus (Bumil, bayi, balita, usila)

Berdasarkan data Puskesmas Moch. Ramdhan Bulan Juli, agustus,

September Tahun 2008, jumlah penduduk kelompok rentan mencapai (7272jiwa)

dan jumlah Kelompok Rentan Puskesmas Moch. Ramdhan tahun 2008 terbanyak

adalah Usia Lanjut, diikuti oleh usia balita, Ibu Hamil yang terakhir adalah ibu

Page 12: 49809753-CRS-V-Final

12

menyususi. Dari data ini terlihat resiko meningkatnya angka kesakitan cukup

tinggi.

4. Jumlah Penduduk Miskin

Dari data dapat kita lihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Moch.

Ramdhan masih ada keluarga miskin dengan proporsi 17,3%. Jumlah masyarakat

miskin yang telah memiliki kartu Askeskin pada tahun 2007 tidak diketahui.

Masih terdapatnya keluarga miskin akan turut menentukan status gizi dan tingkat

pendidikan di masyarakat yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan

pembangunan kesehatan Walaupun tidak terlalu mencolok jumlahnya, namun hal

ini mempengaruhi prioritas kebutuhan kesehatan masyarakat, sehingga usaha

peningkatan kesehatan masyarakat harus dilakukan bersamaan dengan usaha

peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat

1.3.4 Analisis Faktor Pelayanan Kesehatan

A. Input

1. Evaluasi Dana Pembiayaan Kesehatan

Dari data dapat diketahui sumber penerimaan dana puskesmas Moch.

Ramdhan berasal dari JPSBK/PKPS-BBM, Askes, APBD pemerintah

kabupaten/kota, APBN, dana maskin serta sumber-sumber lain seperti ASTEK

dan pengembalian retribusi. Dana JPSBK/PKPS-BBM hanya digunakan untuk

membiayai pengobatan pasien-pasien yang tidak mampu sedangkan dana yang

digunakan untuk pembiayaan operasional puskesmas berasal dari Askes dan

pengembalian retribusi. Dana yang berasal dari APBN dan APBD kabupaten/kota

Page 13: 49809753-CRS-V-Final

13

digunakan untuk membiayai program khusus atau pengembangan.

Pembiayaan Kesehatan di Puskesmas Moch. Ramdhan tahun 2007

mengalami penurunan anggaran dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Penurunan anggaran ini mengakibatkan timbulnya kesulitan pada operasional

puskesmas sehingga kegiatan dan program puskesmas tidak terlaksana secara

optimal.

2. Sumber Daya Manusia

Dari data didapatkan jumlah sumber daya manusia yang terdapat di

puskesmas Moch. Ramdhan terdapat 17 orang dengan tingkat pendidikan yang

berbeda tetapi puskesmas Moch. Ramdhan masih memiliki kekurangan jenis

tenaga kesehatan yaitu 2 orang bidan, 1 orang petugas laboratorium, 1 asisten

apoteker, dan 1 juru imunisasi.

Kekurangan dalam jenis tenaga kesehatan dapat mempengaruhi kinerja,

dimana pekerjaan yang akan dilaksanakan menjadi kurang optimal dan

pengembangan dari suatu program akan sulit dilakukan.

3. Sarana dan Prasarana

Fasilitas kesehatan swasta yang ada di wilayah Puskesmas Moch.

Ramdhan sudah cukup banyak dan cukup bervariasi. Hal ini dapat membantu

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memudahkan dalam mencari

pelayanan kesehatan. Kendala yang dihadapi adalah sistem pelaporan dari sarana

kesehatan swasta yang masih belum optimal dimana belum seluruh sarana

memberikan laporan bulanan ke puskesmas.Selain itu saat ini puskesmas Moch.

Ramdhan masih melakukan renovasi dan sementara menempati gudang farmasi.

Page 14: 49809753-CRS-V-Final

14

4. Analisis Obat, Bahan Habis Pakai dan Alat Kesehatan

Pada umumnya ketersediaan obat, bahan habis pakai serta alat kesehatan

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bandung berdasarkan usulan perencanaan

puskesmas setiap tahun. Ketidaksesuaian jumlah obat dan alat habis pakai yang

diterima dan dipakai masih dapat ditutupi oleh sisa stok obat dan alat habis pakai

tahun sebelumnya. Walaupun demikian perlu dilakukan evaluasi permintaan obat

dan alat habis pakai berdasarkan pola penggunaannya di puskesmas Moch.

Ramdhan setiap tahunnya. Pemakaian obat terbanyak selama bulan Juli, Agustus,

dan September 2008 adalah parasetamol yakni sejumlah 27.989 butir. Hal ini

dikarenakan parasetamol sering digunakan pada pengobatan penyakit terbanyak di

puskesmas Moch. Ramdhan yaitu ISPA (infeksi saluran pernapasan akut).

Pemakaian obat kedua terbesar adalah Chlorfenamin dan ketiga terbesar adalah

Vitamin B Complex.

Bahan habis pakai yang banyak digunakan dalam upaya pengobatan yang

dilakukan di puskesmas Moch. Ramdhan adalah masker, diikuti kassa pembalut

4x3cm dan 4x15cm serta sarung tangan.

B. Output

1. Utilisasi Pelayanan Kesehatan

Jumlah kunjungan pasien ke puskesmas Moch. Ramdhan pada bulan

Agustus, September, dan Oktober tahun 2008 adalah 4.906 orang terdiri dari

pasien umum, jamkesmas, dan askes. Jumlah tersebut hanya 14,7% dari total

masyarakat wilayah kerja puskesmas yang berjumlah 33.367 orang. Hal ini

Page 15: 49809753-CRS-V-Final

15

menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan peranan

puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan.

Puskesmas Moch. Ramdhan memiliki cakupan jumlah masyarakat yang

melebihi standar ideal yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dimana

jumlah masyarakat di wilayah kerja puskesmas Moch. Ramdhan mencapai 33.367

orang.

2. Cakupan Program Kesehatan

(1) KIA dan KB

Program kegiatan KIA hampir semua dilaksanakan meskipun terdapat

kesenjangan yang cukup jauh antar target dan pencapaian. Beberapa program KIA

yang tidak dilaksanakan diantaranya penanganan neonatus resiko tinggi dan bayi

dengan berat badan lahir rendah tidak dilakukan, sebab bayi yang dilahirkan dan

penanganan neonatus dengan resiko tinggi umumnya dirujuk. Program Keluarga

Berencana belum mampu mencapai target yang telah ditetapkan (-20,8%).

Program ASI ekslusif juga belum mencapai target yang telah ditetapkan (-50,4,)

program ASI ekslusif belum berjalan secara optimal. Hal tersebut menunjukkan

kepedulian masyarakat terhadap KB dan ASI ekslusif belum menyeluruh..

(2) Gizi

Bidang gizi juga belum mencapai target untuk program Balita yang naik

berat badannya, hal ini mungkin disebabkan faktor perilaku yang berhubungan

dengan tingkat sosioekonomi yang mempengaruhi pola pencarian pengobatan

demikian pula dengan pemantauan gizinya.

Page 16: 49809753-CRS-V-Final

16

(3) P2M

Pelayanan imunisasi tidak ada yang memenuhi target. Hal ini dikarenakan

kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh puskesmas. Tenaga

puskesmas ada yang menangani lebih dari dua program sehingga program yang

dijalankan menjadi kurang efektif.

(4) Upaya Kesehatan Pengembangan

Dari data, cakupan pelayanan pra-usila dan usila yang diselenggarakan

oleh puskesmas Moch. Ramdhan memiliki kesenjangan sebesar (-14,4). Hal ini

dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan yang dimiliki sehingga upaya kesehatan

pengembangan usila tidak dapat berjalan dengan baik.

1.3.5 Analisis Derajat Kesehatan

Angka kematian, angka kesakitan, status gizi, dan umur harapan hidup

merupakan indikator derajat kesehatan masyarakat. Namun angka kematian,

angka kesakitan, dan umur harapan hidup tidak tersedia. Data kematian yang

dilaporkan Puskemas belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena

kesadaran masyarakat maupun kader masih kurang untuk melaporkan dan

mencatat data kematian.

1) Jumlah Kematian (Mortalitas)

Tabel 1.2 Angka Kematian di Wilayah Kerja Puskesmas Moch. Ramdhan

Angka Kematian Tahun 2005 2006 20071 Jumlah Kematian Kasar 62 63 97

Page 17: 49809753-CRS-V-Final

17

2 Jumlah Kematian Bayi 1 0 23 Jumlah Kematian Balita 0 0 04 Jumlah Kematian Ibu 1 1 1

Jumlah 64 64 100Sumber : Data Puskesmas Moch. Ramdhan

Jumlah kematian bayi pada tahun 2007 bertambah dibandingkan dengan

tahun 2005 namun dengan penyebab yang berbeda. Pada tahun 2005 terdapat satu

kasus kematian bayi penyebabnya. infeksi sedangkan tahun 2007 terdapat dua

kematian bayi dengan penyebab penyakit jantung kongenital. Tidak ada kasus

kematian balita dalam tiga tahun terakhir ini (2005-2007).

Tidak terdapat kenaikan jumlah kematian ibu pada tahun 2007

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 dan 2007 terdapat satu

kematian ibu akibat eklamsi. Sedangkan pada tahun 2005 terdapat satu kematian

ibu penyebabnya adalah perdarahan.

Jumlah kematian cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan

penyebab kematian yaitu usia lanjut. Jumlah yang meningkat ini diakibatkan

bertambahnya luas wilayah kerja puskesmas Moch. Ramdhan pada tahun 2007

dari 2 kelurahan menjadi 3 kelurahan. Pola penyebab kematian dari tahun ke

tahun tidak begitu bervariasi. Hal ini mungkin diakibatkan pencatatan dan

pelaporan yang kurang baik. Serta banyak kematian yang tidak disertai surat

keterangan kematian dari rumah sakit atau petugas kesehatan. Penyebab

terbanyak yang terdata adalah diakibatkan lanjut usia.

Angka Kematian yang tercatat di kelurahan Cigereleng selama tiga bulan

terakhir yaitu pada bulan Juli, Agustus, dan September 2008 adalah sebanyak 8

jiwa.

Page 18: 49809753-CRS-V-Final

18

2) Jumlah Kesakitan (Morbiditas)

Angka kesakitan (morbiditas) juga menentukan derajat kesehatan di suatu

daerah. Berdasarkan hasil pencatatan pasien rawat jalan puskesmas pasundan

dapat diurut 10 penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Moch. Ramdhan Bulan

Juli-September 2008.

Tabel 1.3 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Moch.Ramdhan bulan Juli, Agustus, September tahun 2008

No Penyakit Jumlah %1 ISPA Akut Tidak Spesifik 2482 31,12 Nasofaringitis Akut (Common Cold) 1167 14,6

3 Gejala dan tanda umum yang lainnya 660 8,34 Myalgia 518 6,55 Hipertensi Primer Esensial 341 4,36 Diare dan Gastroenteritis 326 4,17 Gastroduodenitis tidak spesifik 216 2,78 Asma 214 2,7

9

Gangguan Lain pada kulit yang tidak

terklasifikasikan 146 1,810 Tonsilitis Akut 115 1,411 Lain-lain 1795 22,5

Jumlah 7980 100Sumber : Data Bulanan LB1

Dari data diatas didapatkan penyakit infeksi saluran napas menempati

urutan pertama. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor, antara lain faktor

lingkungan dan faktor perilaku .Dari faktor lingkungan misalnya lingkungan

pemukiman yang padat, lingkungan rumah yang tidak sehat, ventilasi

pencahayaan yang kurang dan kelembaban udara yang sangat rendah. Sedangkan

dari faktor perilaku misalnya kebiasaan bersin dan batuk tidak menutup mulut.

3) Status Gizi

Page 19: 49809753-CRS-V-Final

19

Tabel 1.4 Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Moch. Ramdhan bulan Juli – September 2008

No Bulan Jumlah Bayi dan Balita Ditimbang

Jumlah Gizi Baik

Jumlah Gizi Kurang

Jumlah Gizi Buruk

1 Juli 1513 1504 6 32 Agustus 1940 1918 14 83 September 1401 1385 10 6

Jumlah 4854 4807 30 17Sumber : Data Bulanan LB 3

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa masih terdapat

penduduk dengan status gizi kurang dan gizi buruk sehingga dibutuhkan upaya

penanggulangan dan pencegahan sehingga kasus yang ada dapat diatasi dan kasus

baru dapat dicegah.

4) Umur Harapan Hidup

Umur Harapan Hidup adalah jumlah kelahiran sampai pada kelompok

umur tertentu dalam tahun tertentu dibagi jumlah penduduk dari kelompok umur

tersebut pada pertengahan tahun.Di Puskesmas Moch.. Ramdhan tidak didapat

data mengenai Umur Harapan Hidup (UHH), sehingga salah satu indikator

mengenai derajat kesehatan ini tidak dapat diukur.

1.4 Analisis Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

1.4.1 Di Dalam Gedung Puskesmas Moch. Ramdhan

Puskesmas Moch. Ramdhan memiliki Kartu Inventaris Ruangan (KIR) yang

menggambarkan nama barang/jenis barang, merek/model, nomor seri pabrik,

ukuran, bahan, tahun pembelian, nomor kode barang, jumlah barang, keadaan

Page 20: 49809753-CRS-V-Final

20

barang (baik, kurang baik, rusak berat) yang digantung pada setiap ruangan. Dari

kartu inventaris ruangan tidak dilakukan pencatatan ke Buku Inventaris (BI)

dikarenakan Puskesmas Moch. Ramdhan masih menggunakan Ruangan

sementara.

Sistem pencatatan juga mencatat semua barang baru yang masuk ke

Puskesmas berdasarkan Surat Bukti Barang Masuk (SBBM). Surat bukti barang

masuk ini merupakan formulir yang digunakan untuk mencatat semua

penerimaaan barang-barang inventaris, baik itu berupa peralatan medis maupun

non medis. Data dari SBBM ini akan dicatat ke dalam Buku Penerimaan Barang,

kemudian direkapitulasi ke dalam Buku Inventaris, Kartu Inventaris Barang dan

Kartu Inventaris Ruangan sesuai dengan penempatan barang tersebut. Namun

pencatatan tersebut juga tidak dilakukan, karena Puskesmas Moch. Ramdhan

Masih menggunakan gudang farmasi, dan keadaan puskesmas masih dalam

konstruksi.

1.4.2 Di Luar Gedung Puskesmas Moch. Ramdhan

Sistem pencatatan dan pelaporan pada upaya Promosi Kesehatan di

Puskesmas Moch. Ramdhan belum dilaksanakan dengan teratur dalam setiap

langkah dan alur pelayanan kesehatan, sehingga penyajian data yang lengkap,

akurat, cepat tidak terjamin.

Penyampaian Informasi pada upaya KIA-KB, belum mencapai target

salah satunya disebabkan oleh kurangnya kerja sama dari sarana kesehatan swasta

untuk melaporkan data ibu hamil, ibu bersalin, maupun anak yang mendapatkan

Page 21: 49809753-CRS-V-Final

21

pelayanan kesehatan di sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Moch.

Ramdhan. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) baru mencapai 41,1% dan

kesenjangan sebesar (-53,9%), hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pada

umumnya penduduk wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan adalah penduduk

musiman, pada waktu kehamilan sudah memasuki bulan ke tujuh, mereka pulang

ke kampungnya dan melahirka disana. Kemungkinan yang lain adalah mereka

pindah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan di tempat lain. Khusus untuk

program ASI eksklusif, cakupan yang tidak memenuhi target berkaitan dengan

pengetahuan masyarakat mengenai fakta-fakta tentang menyusui, juga berkaitan

dengan faktor ekonomi dari masyarakat itu sendiri.

Sistem informasi pada Upaya Gizi telah dijalankan dengan Cukup baik..

Upaya Ibu hamil yang tercatat mendapatkan Fe belum mencapai target yang

sudah ditentukan dan balita yang mendapat kap. Vitamin A sudah mencapai target

yang sudah ditentukan. Sementara itu, target kenaikan berat badan balita tidak

tercapai berkaitan dengan masalah gizi, sosial, dan ekonomi, sehingga diperlukan

kerja sama lintas sektor untuk menanggulangi masalah ini.

Pada Upaya Pemberantasan Penyakit Menular sistem pencatatan dan

pelaporan kurang baik. Karena, cakupan pada beberapa program upaya

Pemberantasan Penyakit Menular ini belum mencapai target yang telah ditentukan

karena kurangnya kepatuhan pasien. Jenis pelayanan imunisasi juga tidak ada

satupun yang memenuhi target, disebabkan kurangnya SDM (Sumber Daya

Manusia), karena ada tenaga Puskesmas yang menangani lebih dari dua program.

Imunisasi BCG yang paling tinggi kesenjangan dari target karena penggunaan

Page 22: 49809753-CRS-V-Final

22

vaksin harus dua bayi sekalian, jadi menimbulkan kesulitan untuk dikerjakan di

lapangan.

Sistem informasi pada upaya pengobatan sudah sesuai dengan SP2TP (SP3),

tetapi karena tidak adanya target yang ditetapkan sehingga indikator kesenjangan

pun tidak dapat dihitung.

Dari data yang ada, sistem informasi pelayanan untuk usila kurang baik

karena selain pencatatan dan pelaporannya belum cukup baik, cakupan Upaya

Usila belum mencapai target yang ditentukan.

1.5 Identifikasi Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang ditemukan (what is) dengan

apa yang semestinya (what should be) atau hambatan yang timbul di antara

keadaan sekarang dan tujuan yang diinginkan di masa depan. Kesenjangan dapat

diamati antara situasi atau kondisi yang terjadi dengan apa yang diharapkan.

Kesenjangan juga dapat dilihat dengan membandingkan hasil yang mampu

dicapai dengan tujuan atau target yang ingin dicapai.1

Dengan diberlakukannya Undang-undang No.32 Tahun 2004 dan PP.25

Tahun 2000, daerah mempunyai kewenangan yang besar untuk menentukan

masalah kesehatan yang harus diprioritaskan dan intervensi yang perlu dilakukan,

menentukan berapa besar anggaran yang diperlukan serta memiliki kewenangan

untuk melakukan integrasi perencanaan dan anggaran.2

Di Puskesmas Moch. Ramdhan sendiri masalah yang dapat disimpulkan

adalah masalah kesehatan dan masalah pelayanan.

Identifikasi masalah kesehatan dapat dinilai dari derajat kesehatan, dapat

Page 23: 49809753-CRS-V-Final

23

pula mengacu pada jumlah absolut kesakitan (morbiditas), jumlah absolut

kematian (mortalitas) dari masalah kesehatan yang menjadi komitmen global,

komitmen nasional dan masalah kesehatan spesifik daerah serta status gizi

masyarakat. Selain itu masalah kesehatan juga bisa berdasar pada analisis faktor

determinan yaitu lingkungan kesehatan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan,

kependudukan dan KB2.

1.6 Identifikasi Masalah Yang Ada Di Puskesmas Moch. Ramdhan

1.6.1 Masalah Kesehatan

Identifikasi masalah kesehatan dapat mengacu pada jumlah absolut

kesakitan (morbiditas), jumlah absolut kematian (mortalitas) dari masalah

kesehatan yang menjadi komitmen global, komitmen nasional dan masalah

kesehatan spesifik daerah serta status gizi masyarakat. Selain itu masalah

kesehatan juga bisa berdasar pada analisis faktor determinan yaitu lingkungan

kesehatan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan, kependudukan dan KB.2

Identifikasi masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Moch.

Ramdhan dilihat dari penyakit terbanyak selama triwulan I tahun 2008

Berikut ini adalah masalah-masalah yang terdapat di Puskesmas Moch.

Ramdhan tahun 2008:

1.6.1.1 Masalah Kesehatan Global

• TBC

Dalam tiga bulan terakhir, yaitu bulan Juli –September 2008, terdapat

delapan puluh sembilan pasien suspek TB paru. satu dari delapn puluh

Page 24: 49809753-CRS-V-Final

24

sembilan pasien tersebut dinyatakan positif setelah dilakukan pemeriksaan

dahak.

1.6.1.2 Masalah Komitmen Nasional

• Diare

Dalam tiga bulan terakhir, yaitu bulan Juli-September 2008, terdapat

dua ratus empat puluh dua kasus diare, paling terbanyak di kelurahan

cigereleng.

• Pneumonia

Dalam tiga Bulan terakhir ini, yaitu Bulan Juli- September, terdapat

enam puluh tiga kasus.

1.6.1.3 Masalah Kesehatan Spesifik Daerah

Penyakit menular yaitu :

1. ISPA. Dalam tiga bulan, Juli-September 2008 terjadi 2482 kasus

dan menjadi peringkat pertama dalam 10 penyakit terbanyak.

2. Common cold. Dalam tiga bulan, Juli- September 2008 terjadi

1167 kasus

3. Diare. Dalam tiga bulan, Juli- September 2008 terjadi 326 kasus.

Penyakit tidak menular, yaitu :

1. Hipertensi. Dalam tiga bulan, Juli- September

2008 terjadi 341 kasus

Page 25: 49809753-CRS-V-Final

25

2. Gastritis. Dalam tiga bulan, Juni-Agustus

2008 terjadi 326 kasus

3. Myalgia. Dalam tiga bulan, Juni-Agustus 2008

terjadi 518 kasus

1.6.2 Masalah Pelayanan Kesehatan

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak – Keluarga

Berencana

o Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4)

o Bayi yang mendapat ASI Ekslusif

o Cakupan Kunjungan bayi

Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

o Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan tablet Fe

o Balita yang naik berat badannya

.Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular

o Cakupan Kesembuhan penderita TB BTA (+)

o Cakupan Balita dengan Pneumonia yang ditangani

o Cakupan Imunisasi

• Promosi Kesehatan

o Penyuluhan Rumah Tangga Berperilaku hidup bersih dan

Page 26: 49809753-CRS-V-Final

26

sehat

o Posyandu Purnama dan mandiri

• Upaya Kesehatan Pengembangan

o Penyuluhan Rumah Tangga Berperilaku hidup bersih

dan sehat Cakupan pelayanan kesehatan pra-usia

lanjut (45-59 th) dan usia lanjut (>60th)

1.7 Prioritas Masalah

Penetapan prioritas masalah (problem priority) merupakan salah satu

langkah penting untuk memecahkan masalah. Dasar penentuan prioritas masalah

adalah karena banyaknya masalah yang ada, namun sumber daya, baik sumber

daya manusia, pendanaan, maupun sarana terbatas.

Selain itu adanya keterkaitan antar masalah dapat saling mempengaruhi

masalah-masalah yang lain, maka tidak perlu semua masalah diselesaikan.1 Cara

menetapkan prioritas masalah melalui teknik skoring (Kriteria Matriks), yaitu

dengan memberikan nilai (skor) terhadap masalah tersebut. Parameter yang

digunakan antara lain :

1. Pentingnya masalah

Makin penting (importancy)masalah tersebut,makin diprioritaskan

penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah banyak macamnya.

Beberapa di antaranya yang terpenting adalah:

• Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah

• Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut

Page 27: 49809753-CRS-V-Final

27

(severity)

• Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)

• Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut

(degree of unmeet need)

• Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi

(social benefit)

• Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)

• Suasana politik (political climate)

2. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah

(technical feasibility). Makin layak teknologi yang

tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi

masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.

Kelayakan teknologi yang dimaksudkan di sini menunjuk

pada penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai.

3. Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk

mengatasi masalah (resource availability). Makin

tersedia sumber daya yang dipakai untuk mengatasi

masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.

Sumber daya yang dimaksudkan di sini menunjuk pada

tenaga (man), dana (money), dan sarana (material).

Dari hasil identifikasi masalah di Puskesmas Moch. Ramdhan, masalah

dikategorikan menjadi masalah kesehatan dan masalah pelayanan kesehatan.

Page 28: 49809753-CRS-V-Final

28

Dari kegiatan identifikasi masalah di Puskesmas Moch. ramdhan, kami

mengambil beberapa masalah yang menjadi fokus utama permasalahan di

Puskesmas Moch. ramdhan. Masalah-masalah tersebut adalah:

1. Masalah pelayanan kesehatan yang telah diidentifikasikan dari data

cakupan program-program yang telah dianalisis didapatkan beberapa program

yang memiliki kesenjangan negatif yang menunjukkan hasil yang dicapai masih

belum cukup untuk mencapai target yang ditentukan.Lima cakupan pelayanan

kesehatan dengan kesenjangan terbesar, yaitu:

• Kesembuhan TB BTA (+) (-73.3%)

• Kunjungan Ibu Hamil (-53.9%)

• Cakupan Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe (-

52.3%)

• Bayi yang mendapat ASI Eksklusif (-50.4%)

• Kunjungan Bayi (-44.5%)

Untuk masalah Pelayanan Kesehatan, metode yang digunakan untuk

menentukan prioritas masalah adalah dengan menggunakan metode matriks. Hasil

matriks masalah kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.3 Penentuan Prioritas Masalah Pelayanan Kesehatan Puskesmas Moch. ramdhan dengan MetodeMatriks

No. Daftar Masalah

IP S Ri Du Sb Puc Poc

T R Jumlah

1. KesembuhanTBC (BTA+)

4 4 3 2 3 2 3 2 2 6912

2. Kunjungan Bayi

1 2 2 2 2 2 2 3 3 576

Page 29: 49809753-CRS-V-Final

29

3. Kunjungan Ibu Hamil (K4)

4 3 2 3 2 2 1 3 2 1728

4. ASI Eksklusif

4 3 3 3 3 2 2 3 2 7776

5. Ibu hamil yang mendapat tablet Fe

3 3 2 2 2 1 2 3 3 1296

Keterangan:Ip :Importance prevalency Sb: Social Benefi

S : Severity Puc : Public Concern

Ri : Rate of increase Poc Political climate:

Du : degree of unmeet need

Hasil metode Matriks menunjukkan bahwa ASI Ekslusif menjadi prioritas

utama, diikuti dan kesembuhan TBC pada urutan prioritas kedua.

Masalah ASI Ekslusif penting untuk disoroti sebab :

1. Kematian balita di Indonesia tertinggi di ASEAN (BAPPENAS,

2004). Masa balita menjadi lebih penting lagi oleh karena

merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya

manusia yang berkualitas. Gagal tumbuh yang terjadi akibat

kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada

kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki.5

2. 6.7 juta balita atau 27.3% dari seluruh balita di Indonesia

menderita kurang gizi akibat pemberian ASI dan makanan

pendamping ASI yang salah. 1.5 juta diantaranya menderita gizi

Page 30: 49809753-CRS-V-Final

30

buruk.

3. Anak-anak yang tidak diberi ASI eksklusif lebih cepat terjangkiti

penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes

setelah dewasa. Kemungkinan anak menderita kekurangan gizi dan

obesitas juga lebih besar

4. Kesenjangan negatif cakupan Asi Ekslusif di wilayah kerja

Puskesmas Moch. Ramdhan adalah -53.4%.

5. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition &

Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes

dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya,

Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten,

Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan

ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan

dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di

perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-

13%.

6. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Kepmenkes RI

No.450/SK/MENKES/VIII/2004 tanggal 7 April tahun 2004

tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi

di Indonesia,sebagai salah satu cara menanggulangi gizi buruk

pada bayi.

7. Adanya komitmen global mengenai ASI yakni gerakan “World

Breastfeeding Movement” yang dicanangkan untuk meningkatkan

Page 31: 49809753-CRS-V-Final

31

gizi balita.

1.8 Identifikasi Faktor Risiko

Menangani masalah rendahnya cakupan bayi yang mendapat ASI

eksklusif yang telah dipilih, setelah menetapkan prioritas masalah, tahapan

selanjutnya adalah melakukan analisis faktor risiko/determinan dari masalah yang

telah diprioritaskan.

Sistematika identifikasi faktor resiko masalah rendahnya cakupan bayi

yang mendapat ASI eksklusif disusun sesuai dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan yang dikemukakan oleh Henrik L. Blum. Hasil

analisis faktor resiko pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Moch.

Ramdhan sebagai berikut :

1.8.1 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi rendahnya cakupan bayi

yang mendapat ASI eksklusif adalah gencarnya promosi susu formula, baik

melalui petugas kesehatan maupun melalui mass media, bahkan dewasa ini secara

langsung kepada ibu-ibu.

1.8.2 Faktor Perilaku dan Kependudukan

Beberapa faktor perilaku khusus yang dapat mempengaruhi rendahnya

cakupan cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah :

1. Masyarakat terutama ibu yang kurang mengetahui

Page 32: 49809753-CRS-V-Final

32

pentingnya ASI ekslusif, kolostrum, maupun inisiasi

munyusui dini.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat atau ibu tentang

cara-cara menyusui yang benar.

3. Adanya anggapan atau isu negatif yang berkembang di

masyarakat mengenai pemberian ASI.

4. Kesibukkan ibu sehingga mengabaikan pemberian ASI

dan diganti dengan susu formula.

Faktor kependudukan yang dapat mempengaruhi rendahnya cakupan

program imunisasi adalah tingkat pendidikan ibu yang rendah sehingga

mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai ASI eksklusif.

1.8.3 Faktor Pelayanan Kesehatan

Faktor pelayanan kesehatan yang berperan terhadap rendahnya cakupan

bayi yang mendapat ASI eksklusif di Puskesmas Moch. ramdhan:

1. Kurangnya kader yang aktif menyebarkan informasi

tentang ASI eksklusif di Posyandu

2. Kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan di

Puskesmas Moch. Ramdhan

3. Kurangnya partisipasi aktif unit pelayanan swasta untuk

menyebarkan informasi tentang ASI eksklusif

4. Kurangnya sosialisasi tentang ASI eksklusif dari pihak

Puskesmas secara langsung

Page 33: 49809753-CRS-V-Final

33

5. Tidak adanya pojok laktasi di puskesmas

1.8.4 Pembahasan hasil home visit

Home visit dilakukan untuk melihat fakta di lapangan dengan mengacu

pada data dari Puskesmas mengenai terbanyak secara berurut, yakni di Kelurahan

Ciseureuh RW 6, .Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner ASI eksklusif ke

RW-RW tersebut, sebanyak 41 orang.

1. Kependudukan

Umur Responden

22%

39%

39% 20-25 tahun

26-30 tahun

>30 tahun

Gambar 1.1 Profil responden menurut umur

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

berumur di atas 25 tahun.

Pendidikan Terakhir Responden

22%

31%33%

11% 3%SD

SMP

SMA

D3

S1

Page 34: 49809753-CRS-V-Final

34

Gambar 1.2 Profil responden menurut pendidikan

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa pendidikan terakhir yang

terbanyak adalah SMA, yaitu 33%.

Pekerjaan Responden

69%3%

22%6% Ibu Rumah Tangga

Pegaw ai Negeri Sipil

Pegaw ai Sw asta

Lain-lain

Gambar 1.3 Profil responden menurut pekerjaan

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

adalah ibu rumah tangga, yaitu 69%.

Penghasilan Responen

61%28%

11%< Rp. 750.000,00

Rp. 750.000,00-Rp.1.500.000,00

> Rp. 1.500.000,00

Gambar 1.4 Profil responden menurut penghasilan

Gambar 1.4 menunjukkan bahwa 61% responden memiliki penghasilan

Page 35: 49809753-CRS-V-Final

35

kurang dari Rp. 750.000,00.

2. Pengetahuan dan Perilaku

Definisi ASI Eksklusif

25%

75%

Dapat menjawab

Tidak dapatmenjawab

Gambar 1.5 Responden yang mengetahui definisi ASI Eksklusif

Gambar 1.5 menunjukkan, 75% responden tidak mengetahui definisi ASI

Eksklusif.

Pemberian ASI Eksklusif oleh Responden

31%

69%

Ya

Tidak

Gambar 1.6 Pemberian ASI Eksklusif oleh responden

Berdasarkan gambar 1.6 dapat disimpulkan bahwa 69% responden tidak

memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

Page 36: 49809753-CRS-V-Final

36

Alasan Ibu Tidak Memberikan ASI Eksklusif

40%

24%8%

16%

12% Ibu bekerja

ASI tidak keluar

Ibu sakit

Kelainan anatomis

Lain-lain

Gambar 1.7 Alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif

Dari gambar 1.7 terlihat bahwa 40% ibu tidak memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya karena bekerja.

Cara Menyusui yang Baik dan Benar

8%

92%

Tahu

Tidak tahu

Gambar 1.8 Responden yang mengetahui cara menyusui yang baik dan benar

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa 92% responden tidak

mengetahui cara menyusui yang baik dan benar.

Page 37: 49809753-CRS-V-Final

37

Tahap-tahap dalam Menyusui

3%

97%

Tahu

Tidak tahu

Gambar 1.9 Responden yang mengetahui tahap-tahap dalam menyusui

Berdasarkan gambar 1.9 di atas, terlihat bahwa 97% responden tidak

mengetahui tahap-tahap dalam menyusui.

Tempat Pemeriksaan Kehamilan

86%

14% 0%

Bidan

Dokter

Puskesmas

Gambar 1.10 Tempat pemeriksaan kehamilan

Gambar 1.10 menunjukkan bahwa 86% responden memeriksakan

kehamilannya ke bidan.

Page 38: 49809753-CRS-V-Final

38

Waktu Pemberian ASI

3%

97%

Terjadwal

Saat bayi menangis

Gambar 1.11 Waktu pemberian ASI

Dari gambar 1.11 dapat diketahui bahwa 97% responden tidak

memberikan ASI dengan jadwal yang tertentu, melainkan saat bayinya mulai

menangis.

3. Lingkungan

Dukungan Suami terhadap Ibu Menyusui

81%

19%

Ya

Tidak

Gambar 1.12 Dukungan suami terhadap ibu menyusui

Gambar 1.12 menunjukkan bahwa 81% responden mendapat dukungan

dari suami.

Page 39: 49809753-CRS-V-Final

39

Pengaruh Budaya terhadap Pemberian ASI

17%

83%

Ya

Tidak

Gambar 1.13 Pengaruh budaya terhadap pemberian ASI

Gambar di atas menunjukkan bahwa 83% responden tidak terpengauh oleh

budaya dalam memberikan ASI kepada bayinya.

4. Pelayanan Kesehatan

Akses ke Sarana Pelayanan Kesehatan

94%

6%

Mudah

Sulit

Gambar 1.14 Akses ke sarana pelayanan kesehatan

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa 94% responden

Page 40: 49809753-CRS-V-Final

40

mengaku mudah mendapat pelayanan kesehatan.

Responden yang Pernah Mendapat Penyuluhan ASI Eksklusif

6%

94%

Pernah

Tidak pernah

Gambar 1.15 Responden yang pernah mendapat penyuluhan ASI Eksklusif

Gambar 1.15 menunjukkan bahwa 94% responden mengaku belum pernah

mendapat penyuluhan tentang ASI Eksklusif.Hal ini dikarenakan kurangnya

partisipasi aktif unit pelayanan swasta untuk menyebarkan ASI Ekslusif.

Dari hasil analisis diatas, didapatkan penyebab rendahnya cakupan ASI

eksklusif kelurahan Ciseureuh di RW 6 adalah:

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat atau ibu tentang

cara-cara menyusui yang benar

2. Pemberian ASI pada saat bayi responden 0-6 bulan

banyak disertai dengan pemberian susu formula.

3. Kurangnya partisipasi aktif unit pelayanan swasta untuk

menyebarkan informasi tentang ASI eksklusif

1.9 Alternatif Penanggulangan Masalah

Berdasarkan analisis penyebab kurangnya cakupan pemberian ASI

Page 41: 49809753-CRS-V-Final

41

Eksklusif di atas, disusunlah beberapa alternatif penanggulangan masalah seperti

yang tercantum di bawah ini. Alternatif penanggulangan tersebut disusun

berdasarkan faktor determinan derajat kesehatan menurut teori Blum.

Faktor Lingkungan

Melakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran

keluarga, khususnya suami, tentang pentingnya pemberian ASI

Eksklusif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penyuluhan

kepada para suami.

Faktor Perilaku

• Memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada para ibu

menyusui tentang pentingya pemberian ASI Eksklusif dan

cara menyusui yang baik dan benar.

• Memasang poster di tempat-tempat umum yang berisi

informasi tentang pentingya pemberian ASI Eksklusif.

Faktor Kependudukan

• Penanggulangan masalah yang berhubungan dengan faktor

kependudukan memerlukan waktu yang relatif lama. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggalang kerja

sama dengan sektor lain dalam usaha pemberantasan

kemiskinan. Hal ini dilakukan karena kemiskinan

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya

tingkat pendidikan masyarakat.

Faktor Pelayanan Kesehatan

Page 42: 49809753-CRS-V-Final

42

• Mengoptimalkan peran Posyandu dalam melakukan fungsi

promosi kesehatan kepada para ibu menyusui dengan

menitikberatkan pada pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

Agar dapat berjalan dengan efektif, upaya promosi tersebut

hendaknya melibatkan para kader.

• Meningkatkan kinerja bidang Upaya Kesehatan Ibu dan

Anak Puskesmas Moch. Ramdhan, baik dari segi

pencatatan dan pelaporan, maupun program-program lain

yang mendukung peningkatan cakupan bayi yang mendapat

ASI Eksklusif.

Merujuk pada faktor determinan yang mempengaruhi rendahnya cakupan

bayi yang mendapat ASI eksklusif yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat

diambil beberapa alternatif, yaitu :

1. Penyuluhan tentang ASI Eksklusif

2. Peningkatan kerja sama antara Puskesmas dan unit pelayanan

swasta dalam sosialisasi ASI eksklusif

3. Pendirian Pojok laktasi di Puskesmas

Berdasarkan alternatif penanggulangan masalah tersebut, salah satu solusi

yang dapat dilakukan oleh Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran adalah penyuluhan tentang

pentingnya pemberian ASI Eksklusif dan cara menyusui yang baik.

Page 43: 49809753-CRS-V-Final

43

Page 44: 49809753-CRS-V-Final

44

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, Prof. DR. Soekidjo, S.K.M.,M.Com.H. Promosi Kesehatan

Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta, 2005.

2. Anonim. Promosi Kesehatn. http://www.promosi kesehatan.com/news-

promo.phpmn.diakses tanggal 1 oktober 2008.

3. Kantor kelurahan. Data Monografi Kelurahan Antapani Tengah Tahun

2008. Bandung:2008

4. Notoatmodjo, Prof. DR. Soekidjo, S.K.M.,M.Com. H. Promosi Kesehatan

dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta, 2007

5. HTTP://LIKALIKULUKE.MULTIPLY.COM/JOURNAL/ITEM/4-TENAGA

KESEHATAN MASYARAKAT DALAM MENGUBAH PERILAKU MASYARAKAT

MENUJU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (3 OKTOBER)

6. http://dinkes.banyuwangikab.go.id/situasi-upaya-kesehatan/perilaku-

hidup-masyarakat.html (4 oktober)

Page 45: 49809753-CRS-V-Final

45

BAB II

RENCANA PENANGGULANGAN MASALAH

Oleh: Radha Ramanathan1301-1207-0026

Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-

masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan

sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan

menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1

Setelah proses identifikasi masalah, maka tahap yang penting selanjutnya

adalah merencanakan metode yang paling efektif untuk penanggulangan masalah

tersebut. Untuk itu, dikembangkan suatu program sebagai perwujudan dari

rencana penanggulangan masalah.1

Masalah kesehatan masyarakat sendiri ditentukan oleh dua faktor utama,

yaitu perilaku dan non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, dll). Oleh sebab itu,

penanggulangannya juga ditujukan pada kedua faktor tersebut. Contoh intervensi

terhadap faktor fisik, antara lain pemberantasan penyakit menular, penyediaan

sarana air bersih, penyediaan pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Sedangkan

upaya intervensi terhadap faktor perilaku adalah dengan pendekatan pendidikan

dan paksaan/tekanan. Untuk intervensi terhadap faktor perilaku, penyuluhan

kesehatan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan.1

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan ibu-ibu menyusui tentang ASI eksklusif dan pemberian ASI

selanjutnya masih kurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan dan

Page 46: 49809753-CRS-V-Final

46

penanggulangannya, diantaranya dengan melakukan edukasi melalui penyuluhan.

2.1 Tujuan

2.1.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pemberian ASI ekslusif dan meneruskan pemberian ASI

sampai anak berusia 2 tahun secara baik dan benar.

2.1.2 Tujuan Khusus

1) Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui di RW 06 Kelurahan

Ciseureuh mengenai ASI ekslusif.

2) Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui di RW 06 Kelurahan

Ciseureuh mengenai inisiasi menyusui dini (IMD).

3) Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui di RW 06 Kelurahan

Ciseureuh mengenai teknik menyusui.

2.2 Sasaran Penyuluhan

Sasaran merupakan target, yaitu kepada siapa program kesehatan tersebut

ditujukan. Ada tiga jenis sasaran yaitu1 :

− Sasaran primer, adalah individu atau kelompok yang akan

memperoleh manfaat paling besar dari hasil perubahan

perilaku.

− Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok individu

yang berpengaruh dan disegani oleh sasaran primer.

− Sasaran tersier, mencakup para pengambil keputusan,

Page 47: 49809753-CRS-V-Final

47

peyandang dana, dan pihak lainnya yang berpengaruh.1

Sasaran Primer (Sasaran Utama)

Sasaran penyuluhan adalah ibu hamil dan ibu menyusui di RW 06

Kelurahan Cisereuh. Hal ini didasari oleh data yang menunjukkan bahwa, antara

RW-RW di Kelurahan Ciseureuh, RW dengan cakupan bayi yang diberi ASI

eksklusif yang terendah adalah di RW 06. Sasaran ini direncanakan berjumlah 39,

yakni ibu hamil berjumlah 10 orang dan ibu menyusui sebanyak 29 orang.

Sasaran Sekunder (Sasaran Antara)

Sasaran sekunder dalam penyuluhan ini adalah kader RW 06 berjumlah

11 orang. Diharapkan sasaran sekunder ini nantinya mampu mendukung pesan-

pesan yang disampaikan pada sasaran primer.

Sasaran Tersier (Sasaran Penunjang)

Untuk menunjang keberhasilan pencapaian maksud dari kegiatan

penyuluhan ini maka yang menjadi sasaran tersier adalah Ketua RW 06 dan Ibu

Lurah Ciseureuh.

Berdasarkan pegangan yang telah ditentukan, maka kegiatan penyuluhan

kegiatan kelompok kepaniteraan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran UNPAD/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung akan melakukan dua

kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dari kelompok kami akan membahas tentang

ASI eksklusif dengan tema “ASI: Anak Sehat Indonesia”.

2.3. Metode dan Materi

Page 48: 49809753-CRS-V-Final

48

2.1 Metode

Penyuluhan ini menggunakan metode pendidikan kesehatan kelompok

besar. Yang dimaksud dengan kelompok besar apabila peserta penyuluhan lebih

dari 15 orang dan metode yang baik untuk digunakan disini adalah ceramah.

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.2

Penyuluhan ini diberikan dalam bentuk materi yang disampaikan langsung oleh

narasumber, yaitu kelompok kepaniteraan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran UNPAD/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Untuk

mempermudah penyampaian informasi, materi disampaikan dengan menggunakan

alat bantu audio visual berupa LCD. Materi ditampilkan dalam bentuk slide

power point, film pendek mengenai inisiasi menyusui dini, boneka sebagai

pengganti bayi dalam memperagakan teknik menyusui yang benar, poster, dan

leaflet berisi rangkuman materi yang dibagikan kepada setiap peserta penyuluhan.

Pada penyuluhan ini diadakan pula diskusi (tanya/jawab) dengan warga

masyarakat peserta penyuluhan.

Evaluasi dilakukan pada awal dan akhir penyuluhan berupa pre-test dan

post-test dan kuis untuk mengetahui daya tangkap peserta terhadap materi

penyuluhan.

2.2 Materi

Materi penyuluhan yang disampaikan pada warga masyarakat peserta

penyuluhan antara lain:

A. Pengertian ASI (Air Susu Ibu)

Page 49: 49809753-CRS-V-Final

49

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alamiah adalah makan terbaik yang

dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya.3 ASI adalah

makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi

sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan pengembangan bayi.2

B. Pengertian Kolostrum

Kolostrum adalah susu awal yang muncul pada awal pemberian, berwarna

kuning-kuningan dan kental. Ini adalah karena kolostrum mengandung banyak

vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari

penyakit infeksi. Kolostrum juga mengandung Vitamin A,E dan K serta beberapa

mineral seperti Natrium dan Zinc. Walaupun jumlah kolostum sedikit, , namun

sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, kolostrum jangan dibuang,

tetapi harus diberikan kepada bayi.2

C. Manfaat ASI Dan Kolostrum

Manfaat Air Susu Ibu (ASI) bagi Bayi3 :

ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak.ASI

lebih cepat dan mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin

ingin makan lagi lebih cepat daripada bayi yang diberi makanan

buatan

ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan

persiapan.

Page 50: 49809753-CRS-V-Final

50

ASI tidak pemah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau

ibu tidak menyusui bayinya selama beberapa hari.

Menyusui akan membantu menghentikan pendarahan setelah

melahirkan.

Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilan

berikutnya.

Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Hal ini

membantu terjadinya ikatan diantara keduanya.

Dekat secara emosional dengan ibunya pada saat dini mungkin

meningkatkan penampilan pendidikan anak kelak dikemudian hari.

ASI murah, tidak perlu dibeli.

ASI akan melindungi bayi terhadap penyakit dan mempercepatkan

anak sampai ke tahun kedua kehidupan.

Manfaat Kolostrum Bagi Bayi2 :

Sebagai obat yang mengandung zat

kekebalan yang sangat berguna bagi

bayi, karena dapat melindungi bayi dari

berbagai penyakit infeksi dan alergi

Kolostrum harus segera diberikan

kepada bayi, karena kolostrum dapat

Page 51: 49809753-CRS-V-Final

51

memenuhi kebutuhan gizi bayi pada

hari-hari pertama setelah kelahiran.

Membantu pengeluaran kotoran bayi

yang pertama yang berwarna hitam

kehijauan (mekonium)

D. Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusu dini adalah bayi menyusu sendiri pada jam-jam

pertama kelahiran. Dalam proses inisiasi menyusu dini, diharapkan adanya kontak

langsung antara kulit ibu dan kulit bayi karena kulit ibu akan berfungsi sebagai

thermoregulator bagi bayi. Dan jika ibu terlalu lama menunggu hingga

berkeringat, dan bayi menjilat keringat ibu. biarkan saja, jangan dibersihkan,

karena keringat ibu menjadi sumber bakteri komensal bagi bayi.4

Adapun manfaat inisiasi menyusu dini, diantaranya adalah:4

Meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi

Bayi menjadi lebih senang dengan ASI

Bayi mendapat kolostrum lebih cepat

Memperlancar pengaliran ASI dari payudara ibu

Mempercepat kala uri ibu

Tahap-tahap inisiasi menyusu dini:4

Page 52: 49809753-CRS-V-Final

52

Setelah bayi lahir, segera dikeringkan dengan kain kering kecuali

kedua tangan

Bayi diletakkan diantara perut dan dada ibu, dan diusahakan adanya

kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi

Kemudian dalam waktu 20-50 menit bayi akan mencari puting ibu

dengan sendirinya

Biarkan bayi menyusu hingga kenyang.

E. ASI Ekslusif

ASI Ekslusif adalah pemberian hanya ASI tanpa memberikan makanan

dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi beusia 6 bulan, kecuali

obat dan vitamin. Pada usia 0-6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja (pemberian ASI

Eksklusif), karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi

kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain

ASI pada umur 0-6 bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu

memproduksi enzim untuk mencerna makanan bukan ASI.4

Adapun manfaat ASI eksklusif bagi bayi adalah bayi lebih sehat, lincah

dan tidak cengeng, juga tidak mudah sakit. Sedang untuk ibu ASI ekslusif

memberikan keuntungan karena ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk

pemberian susu formula dan perlengkapannya, serta ibu tak perlu repot untuk

Page 53: 49809753-CRS-V-Final

53

bagun malam, merebus air & mencuci peralatan untuk mempersiapkan susu

formula.4

ASI diberikan mulai dari kelahiran bayi dengan Inisiasi Menyusui Dini,

dilanjutkan dengan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Umur 6-

9 bulan, bayi mulai boleh diberikan makanan pendamping ASI berupa makanan

bergizi yang berbentuk lumat atau setengah cair. Ingat, pemberian ASI harus

didahulukan sebelum MP-ASI.4

Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan kepada bayi,

agar pada saat berumur 12 bulan, bayi sudah dapat makan bersama keluarga.

Pemberian ASI tetap diteruskan sampai bayi berumur 2 tahun. Makanan selingan

yang bergizi (bubur kacang hijau, biskuit, pepaya/jeruk) perlu diberikan. Pada

umur 24 bulan, secara bertahap anak perlu dirapih dengan cara menjarangkan

waktu menyusui.4

Tabel 2.1 Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASIUmur ASI Makanan

LumatMakanan Lembek

Makanan Keluarga

0-6 bulan6-9 bulan9-12 bulan12-24 bulan>24 bulan

( sumber: Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif, 2005)

Banyak ibu yang lebih memilih untuk memberikan susu formula kepada

bayinya tanpa mengetahui kekurangan dan bahaya susu formula dibandingkan

pemberian ASI ekslusif. Beberapa bahaya susu formula diantaranya:3

Page 54: 49809753-CRS-V-Final

54

Pencemaran - Makanan buatan sering tercemar bakteria,

terlebih bila ibu menggunakan botol dan tidak

merebusnya setiap selesai memberi makan. Bakteria

tumbuh sangat cepat pada makanan buatan. Bakteria

dapat berbahaya bagi bayi sebelum susu tercium basi.

Infeksi - Susu sapi tidak mengandung sel darah putih

hidup dan antibodi, untuk melindungi tubuh terhadap

infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan lebih sering

sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.

Pemborosan - Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin

tidak mempu membeli cukup susu untuk bayinya. Mereka

mungkin memberikan dalam jumlah lebih sedikit dan

rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam

botol. Sebagai akibatnya, bayi yang diberi susu botol

sering kelaparan.

Kekurangan vitamin - Susu sapi tidak mengandung

vitamin yang cukup untuk bayi.

Kekurangan zat besi - Zat besi dari susu sapi tidak diserap

sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi yang diberi

makanan buatan bisa terkena anemia karena kekurangan

zat besi.

Lemak yang tidak cocok- Susu sapi mengandung lebih

banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI. Untuk

Page 55: 49809753-CRS-V-Final

55

pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak

tidak jenuh yang lebih banyak. Susu sapi tidak

mengandung asam lenak esensial dan asam linoleat yang

cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol

cukup bagi pertumbuhan otak.

Kekurangan Protein – susu yang diencerkan tidak

mengandung asam amino esensial sistin dan taurin yang

cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.

Tidak bisa dicerna - Susu sapi lebih sulit dicerna karena

tidak mengandung enzim lipase untuk mencerna lemak.

Karena susu sapi lambat dicema maka lebih lama untuk

mengisi lambung bayi daripada ASI. Akibatnya, bayi

tidak cepat merasa lapar. Bayi yang tidak diberi ASI bisa

menderita sembelit

Alergi – Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin

menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya asma

dan eksim.

F. Teknik Menyusui5

Cara menyusui yang baik:

1. Ibu duduk atau berbaring dengan santai

2. Pikiran ibu dalam keadaan tenang (tidak tegang)

3. Pegang bayi pada belakang bahu, bukan pada dasar kepala

Page 56: 49809753-CRS-V-Final

56

4. Wajah bayi harus bayi mengahadap kepada ibu, dada / perut bayi

merapat dada ibu.

5. Mulut bayi sejajar dengan puting ibu, sehingga telinga bayi berada satu

garis dengan leher dan lengan bayi.

6. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dngan cara mendorong pantat

bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

Perlekatan bayi pada payudara:

1. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang

dibawah (bentuk C) atau menjepit payudara dengan jari telunjuk dan

jari tengah di belakang areola.

2. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara menyentuh

pipi atau sisi mulut dengan puting susu.

3. Tunggu sampai bayi membuka mulutnya dan lidahnya ke bawah,

cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dan masukkan puting susu ibu ke

dalam mulut bayi yang terbuka.

4. Usahakan sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, sehingga

puting susu berada antara langit-langit keras dan langit-langit lunak.

Tanda-tanda menyusui yang benar:

1. Tubuh bayi menempel pada tubuh ibu

2. Telinga bayi berada satu garis dengan leher dan lengan bayi.

3. Dagu bayi menempel pada payudara ibu

4. Mulut bayi terbuka lebar

5. Bibir bagian bawah terbuka keluar

Page 57: 49809753-CRS-V-Final

57

6. Areola bagian bawah tampak lebih sedikit dibanding areola bagian

atas

7. Bayi menghisap dalam dan perlahan

8. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu

9. Terkadang terdenagar suara bayi menelan

10. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet

Tanda- tanda Menyusui yang salah:

1. Mulut tidak terbuka lebar, dagu tidak menempel pada payudara.

2. Dada bayi tidak menempel pada dada ibu,sehingga leher bayi masih

bergerak

3. Sebagian besar areola masih terlihat

4. Bayi menghisap sebentar-sebentar

5. Bayi tetap gelisah pedas akhir menyusu

6. Puting ibu lecet dan sakit.

G. Kegagalan Menyusui

Bayi yang mendapat cukup ASI mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :3

Bayi yang cukup ASI akan kencing 6-8 kali dalam sehari

Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram perbulan

Bila menyusui sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari

Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.

Apabila produksi ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, harus dicari

sebab-sebabnya mengapa produksi ASI tersebut menurun, yaitu:3

Page 58: 49809753-CRS-V-Final

58

Makanan suplemen

Bayi yang mendapat suplemen makanan lain selain ASI misalnya

susu formula,air buah atau makanan tambahan lainnya, menyebabkan bayi

akan kenyang dan harus menunggu lebih lama untuk menyusu berikutnya.

Sehingga frekuensi menyusu akan menurun dan produksi ASI akan

menurun juga. Pemberian suplemen dengan menggunakan botol dot pada

saat bayi masih sedang belajar menyusu, juga menyebabkan bayi bingung

antara menyusu pada putting ibu dan dot (nipple confuse), karena

mekanisme mengisap yang berbeda.

Untuk menghindari bingung puting tersebut, maka ibu harus

mengusahakan agar bayi hanya menyusu pada ibu,terutama pada saat bayi

masih belajar menyusu yaitu pada bulan pertama setelah lahir, teknik

menyusu hams benar, menyusu lebih sering tanpa di jadwal dan perlu

kesabaran dan ketelatenan dari ibu.

Penggunaan empongan (pacifier)

Beberapa bayi menemukan kesenangan dengan mengisap pada

empongan, sehingga menurunkan kesempatan untuk menyusu pada ibu.

Akibatnya karena lebih jarang disusui, maka produksi ASI akan menurun.

Penggunaan Nipple Shield

Nipple shield sebaiknya tidak digunakan pada waktu menyusui,

karena mempengaruhi rangsangan ke otak ibu yang timbul akibat dari

Page 59: 49809753-CRS-V-Final

59

rangsangan isapan bayi langsung pada puting susu ibu, sehingga akan

menurunkan refleks let down.

Jadwal makan yang ketat, akan mempengaruhi prosuksi ASI. Lebih

baik bayi disusui tanpa dijadwal.

Bayi tidur saja

Ada beberapa bayi yang tidur saja hampir sepanjang hari dan

hanya sebentar saja menyusui, maka keadaan ini akan menurunkan

produksi ASI. Pada kasus seperti ini, lebih-lebih bila kenaikan berat badan

tidak seberapa dan bayi jarang kencing, maka, ibu harus membangunkan

anaknya dan menyusui tiap 2 jam sekali, sehingga bayi akan belajar

dengan sendirinya.

Kecemasan dan kelelahan ibu akan mempengaruhi refleks let down

dan

menurunkan produksi ASI

Merokok dan obat-obatan.

Ibu yang sedikit minum, produksi ASI-nya juga akan berkurang.

Dianjurkan pada ibu-ibu yang menyusui untuk minum 6-8 gelas (2

liter) per hari atau minum satu gelas air/air buah setiap kali setelah

menyusui.

Diit ibu yang jelek, akan menurunkan produksi ASI.

Pada ibu-ibu yang menyusui tidak ada pantangan makan, makan

Page 60: 49809753-CRS-V-Final

60

buah segar, daging, ikan, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan sangat

dianjurkan. Makanlah satu porsi (500 kalori) lebih banyak dari biasanya.

Bayi yang enggan menyusu harus mendapat perhatian khusus, karena

kadang-kadang itu merupakan gejala dari penyakit-penyakit yang membahayakan

jiwa anak, misal anak yang sakit berat, tetanus neonatorum, meningitis/ensefalitis,

hiperbilirubinemia, maka sebaiknya bayi dirujuk.

Penyebab lain dari bayi enggan menyusu adalah :

Bayi pilek, sehingga pada waktu menyusu sulit bernapas

Bayi sariawan sehingga nyeri pada waktu mengisap

Bayi tidak rawat gabung, yang sudah pernah meminum dengan

menggunakan botol dot

Bayi yang ditinggal lama karena ibunya sakit atau kerja

Bayi yang bingung puting

Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek

Teknik menyusui yang salah.

Ada juga beberapa faktor lain yang menyebabkan kegagalan pemberian

ASI. Antaranya kelainan anatomik pada ibu, misalnya puting susu datar atau

terbenam. Cara menanganinya adalah dengan teknik IMD, massage payudara,

pompa ASI yang efektif, dan juga menyusui bayi sesering mungkin Setelah

beberapa minggu, puting susu yang datar akan menonjol keluar sehingga bayi

dapat menyusui dengan mudah.

Puting susu nyeri juga sering menjadi keluhan. Untuk mengatasinya,

pastikan posisi menyusui sudah benar dan mulailah menyusui pada puting susu

Page 61: 49809753-CRS-V-Final

61

yang tidak sakit. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di puting

susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai kering. Juga,

hindari dari membersihkan puting susu dengan sabun dan hindarkan puting susu

menjadi lembab.6

Bagi ibu menyusui dengan keluhan puting susu lecet, cari penyebab puting

lecet (misalnya posisi menyusui salah, kandidiasis, atau dermatitis) dan obatinya.

Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa

ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI. Berikan ASI

perah dengan sendok atau gelas, jangan dengan dot. Setelah terasa membaik,

mulai menyusu kembali dengann waktu yang lebih singkat. Bila lecet tidak

sembuh dalam waktu satu minggu, dirujuk ke puskesmas.6

H. Penyimpanan dan Pemberian ASI untuk Ibu Bekerja

Untuk Ibu Bekerja:

1. Penyimpanan ASI

ASI yang telah dimasukkan ke dalam cangkir/gelas tertutup dapat

disimpan sebagai berikut:

Di simpan pada suhu kamar/ di udara terbuka (260C) akan

tahan selama 6-8 jam.

Di simpan dalam termos berisi es batu (yang dibuat dari air

matang) akan tahan selama 24jam.

ASI yang di simpan dalam lemari es tahan sampai 2-3 hari.

2.Cara pemberian ASI setelah di simpan

Page 62: 49809753-CRS-V-Final

62

ASI yang telah disimpan dapat disimpan dapat diberikan oleh

orang lain selain ibu bayi, yaitu : mertua, saudara, pembantu dan

lainnya:

Caranya adalah:

Cuci tangan dengan sabun dan bilas sampai bersih

Apabila ASI disimpan pada suhu kamar, segera berikan

sebelum masa simpan berakhir (8jam).

Apabila ASI di simpan dalam termos atau lemari es, cangkir

yang berisi ASI tersebut terlebih dahulu harus dihangatkan

dengan cara merendamnya dalam mangkok yang berisi air

hangat, di tunggu sampai ASI mencapai suhu kamar. ASI

jangan dipanaskan secara langsung diatas api/kompor.

ASI diberikan dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol

dan dot.

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. PT

Rieneka. Jakarta : 2003.

2. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Ibu Rumah Tangga Selalu

Memberikan ASI . Depkes RI. Jakarta : 2005.

Page 63: 49809753-CRS-V-Final

63

3. Siregar, Mhd. Arifin, Dr. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian

ASI Pada Ibu Melahirkan. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-

arifin.pdf. :2004 ( diakses pada 10 November 2008)

4. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI

Eksklusif. Depkes RI. Jakarta: 2005.

5. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air

Susu Ibu (ASI). Depkes RI. Jakarta : 2005.

6. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Manajemen Laktasi. Depkes RI.

Jakarta : 2005.

BAB III

PERSIAPAN PENYULUHAN

Oleh: Eko Fuji Ariyanto NPM 1301-1208-0241

3.1 Tema Kegiatan

Tema kegiatan penyuluhan adalah “ASI: Anak Sehat Indonesia”

Page 64: 49809753-CRS-V-Final

LayarPembimbing & Kepala Puskesmas

Pemateri& MC

LCD

64

3.2 Waktu dan Tempat Penyuluhan

Penyuluhan ini akan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Senin, 17 November 2008

Waktu : 14.30 – 16.00 WIB

Tempat : SD Inpres RW 6 Kelurahan Ciseureuh.

Pemilihan RW 6 sebagai tempat penyuluhan didasarkan pada data yang

menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil dan ibu menyusui di RW tersebut adalah

yang terbanyak jika dibandingkan dengan RW-RW yang lain. Sedangkan yang

menjadi pertimbangan penggunaan SD Inpres sebagai tempat penyuluhan adalah:

1. Mudah dijangkau oleh para peserta penyuluhan.

2. Ruangan dapat dipakai untuk mengantisipasi berbagai kendala, seperti

cuaca.

3.3 Denah Lokasi Penyuluhan

Page 65: 49809753-CRS-V-Final

Pesertapintu

Meja Pen-daftaran

65

Gambar 3.1 Denah Tempat Penyuluhan

3.4 Susunan Kepanitiaan

Susunan panitia pelaksana kegiatan penyuluhan ini adalah sebagai berikut.

Pelindung : S. Edith Yuliet T., dr.

Pembimbing : Dadi S. Argadiredja, dr., MPH.

Ketua Pelaksana : Eko Fuji Ariyanto

Sekretaris : Zoraya Ariefia Feranthy

Bendahara : Radha Ramanathan

PJ. Acara : Wina Ratna Juwita

PJ. Materi : Wina Ratna Juwita

PJ. Dokumentasi : Roy Rajrajan A. Saiman

PJ. Logistik : Yodi Suryo Arnanto

Page 66: 49809753-CRS-V-Final

66

PJ Konsumsi : Fatima

3.5 Undangan Penyuluhan

Undangan penyuluhan diberikan kepada:

1. Lurah Ciseureuh

2. Kepala Puskesmas Moch. Ramdhan

3. Pembimbing Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran

4. Ketua RW 06 Kelurahan Ciseureuh

5. Ketua RT di RW 06 Kelurahan Ciseureuh

6. Ibu-ibu kader RW 06 Kelurahan Ciseureuh

7. Ibu hamil dan menyusui RW 06 Kelurahan Ciseureuh.

3.6 Persiapan Penyuluhan

Tabel 3.1 Persiapan Penyuluhan “ASI: Anak Sehat Indonesia” di RW 06 Kelurahan Ciseureuh

No. Hari/Tanggal Kegiatan1 Selasa,

11 November 2008

• Kunjungan rumah dan wawancara kepada ibu

menyusui tentang ASI Eksklusif2 Rabu,

12 November 2008

• Analisis hasil wawancara

• Penyusunan Plan of Action

Page 67: 49809753-CRS-V-Final

67

• Mengurus perizinan & koordinasi dengan pihak

RW63 Kamis,

13 November 2008

• Presentasi CRS V ”Perencanaan dan Persiapan

Penyuluhan”

• Pembuatan Undangan

• Pembuatan Leaflet4 Jumat,

14 November 2008

• Diskusi dengan Kepala Puskesmas Moch.

Ramdhan5 Sabtu,

15 November 2008

• Penyebaran undangan

6 Minggu,

16 November 2008

• Pengumpulan barang-barang logistik

• Simulasi penyuluhan ASI Ekslusif7 Senin,

17 November 2008

• Pelaksanaan penyuluhan “ASI: Anak Sehat

Indonesia”

Page 68: 49809753-CRS-V-Final

68

3.7 Susunan Acara

Tabel 3.2 Susunan Acara Penyuluhan “ASI: Anak Sehat Indonesia”

No Waktu Durasi KegiatanPenanggung Jawab

Acara LogistikPublikasi dan Dokumentasi

Konsumsi Keterangan

1 12.35-13.20 45'Persiapan tempat acara

Ketua pelaksana

PersiapanLCD terpasang, menata tempat

Kamera siap, mengingatkan warga.

Mengambil makanan di rumah Bu Kader

2 13.20-13.40 20' Istirahat

3 13.40-13.55 15'Briefing pelaksanaan acara

Ketua pelaksana

Mengikuti briefing

413.55-14.05 10' Persiapan

pelaksanaan acaraKetua pelaksana

Konfirmasi pengisi acara

Memastikan peralatan (LCD,laptop, sound) berfungsi

Mengingatkan warga

Bersiap-siap

5 14.05-14.30 25' Registrasi FatimaMC bersiap-siap, menyiapkan kertas pre-test

Operator bersiap-siap, siapkan pensil

Mendokumen-tasikan acara

Membagi-kan konsumsi di meja registrasi

Peserta mengisi daftar hadir dan mengambil konsumsi di meja registrasi

6 14.30-14.35 5'Pembukaan dan perkenalan

MC: Yodi Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap

7 14.35-14.50 15'

Sambutan :- Ketua RW- Kepala

Puskesmas - Dosen

MC: Yodi Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap

8 14.50-15.00 10' Pre-test MC: Yodi Membagikan& mengumpulkan kertas pretest &

Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap Kertas soal dan alat tulis disediakan panitia

Page 69: 49809753-CRS-V-Final

69

alat tulis

Tabel 3.2 Susunan Acara Penyuluhan “ASI: Anak Sehat Indonesia”

No Waktu Durasi KegiatanPenanggung Jawab

Acara LogistikPublikasi dan Dokumentasi

Konsumsi Keterangan

9 15.00-15.30 30'

Penyampaian materi :- ASI & IMD- ASI

Eksklusif- Teknik

Menyusui- Masalah

yang dihadapi ibu

EkoRadhaWinaZoraya

Mengingatkan waktu

Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap

10 15.30-15.45 15' Sesi tanya-jawab MC : YodiDokumentasi pertanyaan

Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap3 sesi: Setiap sesi ada 2 pertanyaan+jawaban

1115.45-15.50 5' Post-test MC : Yodi

Membagikan & mengumpulkan kertas posttest

Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap

12 15.50-15.55 5’ Penutupan MC : YodiMenyiapkan hadiah

Bersiap-siap Bersiap-siap

13 15.55-16.00 5' Door prize MC : YodiMembantu membagikan hadiah

Bersiap-siap Bersiap-siap Bersiap-siap

14 16.00-16.30 30'Merapikan kembali lokasi penyuluhan

Ketua pelaksana

Mengantar dr. Dadi & dr. Edith

Page 70: 49809753-CRS-V-Final

70

3.8 Alat dan Bahan Penyuluhan

3.8.1 Alat Bantu Penyuluhan

Apabila penggunaan objek-objek nyata tidak memungkinkan, dalam

promosi kesehatan biasanya digunakan alat bantu (peraga) sebagai pengganti

objek-objek nyata tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan dapat memberikan

pengalaman yang tidak langsung bagi sasaran. Alat bantu ini disusun berdasarkan

prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau

ditangkap melalui pancaindera. Semakin banyak indera yang digunakan, semakin

banyak dan semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh.

Alat bantu yang digunakan pada kegiatan penyuluhan ini adalah:

1. In Focus : 1 buah

2. Layar : 1 buah

3. Laptop : 1 buah

4. Sound System : 1 buah

5. Mikrofon : 1 buah

6. Kamera digital: 1 buah

7. Speaker : 1 set

8. Boneka : 1 buah

9. Model payudara: 1 buah

Pada penyuluhan ini digunakan audiovisual aids yang diharapkan dapat

merangsang indera penglihatan dan pendengaran selama proses penyuluhan

berlangsung. Selain itu, digunakan juga boneka dan model payudara untuk

Page 71: 49809753-CRS-V-Final

71

membantu peserta memahami materi yang disampaikan.

3.8.2 Bahan Penyuluhan

Bahan yang digunakan pada penyuluhan ini adalah:

1. Slide show mengenai ASI

2. Film pendek berdurasi tiga menit mengenai Inisiasi Menyusui Dini

3. Leaflet ”ASI: Anak Sehat Indonesia”

4. Poster tentang ASI Eksklusif.

Penggunaan slide show dimaksudkan untuk memberikan kuliah tentang

ASI Ekslusif dengan menggunakan metode promosi kesehatan kelompok, dalam

hal ini para ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu kader di RW 06 Kelurahan

Ciseureuh. Multimedia audiovisual ini dipilih sebagai media penyuluhan agar

terjadi percepatan transfer pengetahuan kesehatan secara interaktif kepada

segenap lapisan masyarakat. Media ini diharapkan dapat menyampaikan pesan

kesehatan secara lebih nyata dan mudah diingat sehingga memungkinkan

penyampaian materi kesehatan yang lebih beragam.1

Selain pemberian kuliah dengan menggunakan slide, pada penyuluhan ini

juga ditampilkan potongan film pendek berdurasi tiga menit untuk menambah

pengetahuan peserta mengenai Inisiasi Menyusui Dini. Diharapkan dengan film

pendek ini, masyarakat sasaran penyuluhan akan lebih menyadari pentingnya

Inisiasi Menyusui Dini.

Pada penyuluhan ini juga dibagikan leaflet yang berisi informasi dan

gambar-gambar mini tentang ASI Ekslusif. Bahan ini dapat dibawa pulang oleh

Page 72: 49809753-CRS-V-Final

72

peserta sehingga diharapkan peserta dapat menjelaskan pentingnya ASI kepada

orang-orang yang berada di lingkungannya. Sedangkan poster digunakan sebagai

media sosialisasi tentang pentingnya ASI Eksklusif.

3.9 Anggaran Biaya

Tabel 3.3 Anggaran Biaya Pengeluaran

No. Bidang Nama barang

Harga per unit (Rp)

Jumlah barang

Jumlah harga (Rp)

1 Kesekretariatan Undangan @ 350 70 24.500

Formulir pre-test

@ 150 70 10.500

Formulir post-test

@ 150 70 10.500

Leaflet@ 200 70 14.000

59.500

2 Acara Pulpen @ 1.500 70 105.000

Doorprize @ 15.000 5 75.000

Kertas coklat @ 1.000 5 5.000

Plakat 15.000

200.000

3 Konsumsi Makanan ringan peserta, dosen, dan panitia

@ 3.000 80 240.000

240.000

4 Logistik Proyektor dan Layar LCD

125.000

Jumlah 624.500

DAFTAR PUSTAKA

1. Hatmoko. Pemanfaatan Multimedia Audiovisual sebagai Media

Page 73: 49809753-CRS-V-Final

73

Penyuluhan Kesehatan Interaktif. Samarinda;2005.

BAB IV

EVALUASI KEBERHASILAN

Oleh: Eko Fuji Ariyanto 1301-1208-0241

Page 74: 49809753-CRS-V-Final

74

4.1 Pendahuluan

Evaluasi merupakan bagian yang penting dari proses manajemen karena

dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program atau

pelaksanaan kegiatan. Secara umum dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah suatu

proses untuk menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan

tercapai. Evaluasi berarti membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh

suatu program dengan tujuan yang direncanakan.1

Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap empat

hal, yaitu:2

1. Evaluasi terhadap input (masukan) program

Bertujuan untuk mengetahui apakah sumber daya yang dimanfaatkan (sumber

dana, tenaga, dan sarana) sudah sesuai dengan standar dan kebutuhan

2. Evaluasi terhadap proses pelaksanaan program

Bertujuan untuk mengetahui apakah metode yang dipilih sudah efektif, apakah

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak.

3. Evaluasi terhadap output (keluaran) program

Bertujuan untuk mengetahui apakah output atau outcome (hasil) program

sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Evaluasi terhadap dampak program

Bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan

suatu program.

Page 75: 49809753-CRS-V-Final

75

Metode yang akan digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan

tanya jawab. Selain itu, akan digunakan juga alat bantu (peraga) sebagai pengganti

objek nyata dalam bentuk slide power point berisi materi yang ditampilkan

dengan LCD/proyektor, film pendek mengenai Inisiasi Menyusui Dini sepanjang

tiga menit, boneka sebagai pengganti bayi dalam memperagakan teknik menyusui

yang benar, dan leaflet berisi rangkuman materi yang dibagikan kepada setiap

peserta penyuluhan.

Pada penyuluhan ini akan diadakan sesi tanya-jawab dengan peserta

penyuluhan. Untuk mengetahui keberhasilan penyampaian materi, setiap peserta

penyuluhan diminta mengerjakan pre-test dan post-test.

4.2 Indikator Keberhasilan

Berdasarkan rencana program yang telah disusun, maka ditetapkan

berbagai indikator yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan program

penyuluhan dengan tema “ASI: Anak Sehat Indonesia“. Evaluasi terhadap

dampak tidak dilakukan karena keterbatasan waktu dan kapasitas dari pelaksana

kegiatan. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut.

4.2.1 Input

1. Tersedianya dana yang cukup untuk pelaksanaan acara.

2. Semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

Page 76: 49809753-CRS-V-Final

76

pelaksanaan kegiatan tersedia dan dapat berfungsi

dengan baik.

3. Undangan penyuluhan yang dibagikan berjumlah 70

buah. Sebanyak 10 undangan diberikan kepada ibu

hamil, 49 undangan untuk ibu menyusui, dan 11

undangan untuk ibu kader.

4.2.2 Proses

1. Peserta penyuluhan datang tepat waktu sesuai

dengan jadwal yang tertera pada undangan.

2. Acara terlaksana sesuai dengan jadwal acara yang

telah disusun dengan kesenjangan maksimal 30

menit.

3. Jumlah peserta undangan yang hadir mengikuti

penyuluhan minimal 80% dari jumlah undangan

yang disebar.

4. Respon yang positif dari peserta terhadap

penyuluhan, dilihat dari berjalannya diskusi dengan

lancar saat acara tanya-jawab. Jumlah pertanyaan

minimal 6 buah.

5. Peserta mengikuti jalannya penyuluhan dengan

baik, dilihat dari jumlah peserta penyuluhan yang

pulang pada saat acara penyuluhan maksimal 25%

Page 77: 49809753-CRS-V-Final

77

dari jumlah peserta yang hadir.

4.2.3 Output

1. Meningkatnya pengetahuan peserta penyuluhan

mengenai ASI eksklusif diukur melalui pre-test

(sebelum penyuluhan) dan post-test (setelah

penyuluhan). Peningkatan pengetahuan ini dilihat dari

kenaikan nilai rata-rata peserta pada post test.

Berdasarkan sembilan indikator keberhasilan di atas, ditentukan kriteria

unuk menilai keberhasilan kegiatan penyuluhan ini. Kriteria tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Kegiatan dinyatakan berhasil jika memenuhi tujuh sampai

sembilan indikator keberhasilan.

2. Kegiatan dinyatakan tidak berhasil jika tidak sampai memenuhi

tujuh indikator keberhasilan.

Page 78: 49809753-CRS-V-Final

78

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta; 2005.

2. Muninjaya, AAG. Manajemen Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC;

2004.

Page 79: 49809753-CRS-V-Final

79