3.docx

29
3.1 Metoda pendekatan Dalam metode pendekatan yang akan digunakan untuk penyusunan dokumen survey dan pemetaan kawasan dan lingkungan kumuh perkotaan di Kabupaten Seram Bagian Timur, dibagi menjadi 2 subtansi, antara lain: A. Data dasar Data dasar merupakan data utama untuk menentukan kawasan dan lingkungan kumuh di Kabupaten Seram Bagian Timur. Kegiatan yang akan dilakukan pada subtansi data dasar, berupa: 1. Identifikasi data melalui RTRW dan RP4D; merupakan data dasar berupa kriteria-kriteria permukiman kumuh, dimana data kriteria-kriteria permukiman kumuh menjadi acuan untuk menentukan lokasi kawasan dan lingkungan kumuh di Kabupaten seram Bagian Timur 2. Data primer; merupakan data lapangan hasil cross cek dari data sekunder. Data ini juga akan mengidentifikasi kawasan dan lingkungan yang berpotensi kumuh di Kabupaten Seram Bagian Timur. 3. Data lain sebagai pelengkap adalah data spasial dengan melakukan interpretasikan kepadatan bangunan pada foto satelit (=google earth). B. Analisa Lingkungan Kumuh Kabupaten Seram Bagian Timur 1. Pada subtansi ini merupakan hasil overlay data primer dan sekunder yang kemudian di petakan kedalam peta

Upload: arie-wijaya

Post on 19-Feb-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3.docx

3.1 Metoda pendekatan

Dalam metode pendekatan yang akan digunakan untuk penyusunan dokumen survey dan pemetaan kawasan dan lingkungan kumuh perkotaan di Kabupaten Seram Bagian Timur, dibagi menjadi 2 subtansi, antara lain:

A. Data dasarData dasar merupakan data utama untuk menentukan kawasan dan lingkungan kumuh di Kabupaten Seram Bagian Timur. Kegiatan yang akan dilakukan pada subtansi data dasar, berupa:1. Identifikasi data melalui RTRW dan RP4D; merupakan data dasar

berupa kriteria-kriteria permukiman kumuh, dimana data kriteria-kriteria permukiman kumuh menjadi acuan untuk menentukan lokasi kawasan dan lingkungan kumuh di Kabupaten seram Bagian Timur

2. Data primer; merupakan data lapangan hasil cross cek dari data sekunder. Data ini juga akan mengidentifikasi kawasan dan lingkungan yang berpotensi kumuh di Kabupaten Seram Bagian Timur.

3. Data lain sebagai pelengkap adalah data spasial dengan melakukan interpretasikan kepadatan bangunan pada foto satelit (=google earth).

B. Analisa Lingkungan Kumuh Kabupaten Seram Bagian Timur1. Pada subtansi ini merupakan hasil overlay data primer dan

sekunder yang kemudian di petakan kedalam peta Kabupaten Seram Bagian Timur menjadi deliniasi kawasan dan lingkungan kumuh Kabupaten Seram Bagian Timur.

2. Dari deliniasi kawasan dan lingkungan kumuh Kabupaten Seram Bagian Timur ini di klasifikasikan karakteristik kawasan berdasarkan permasalahan dan kategori kumuh yang

Page 2: 3.docx

didasarkan pada kriteria sosial-ekonomi-fisik kawasan dan lingkungan kumuh Kabupaten Seram Bagian Timur

3.2 Metoda Survei

Metode survei yang dilakukan yaitu :

Gambar 3.1 Proses Kegiatan Survei

Metodologi penyusunan dokumen pemetaan kawasan dan lingkungan kumuh perkotaan di Kabupaten Seram Bagian Timur terdiri dari :

1. Identifikasi Data melalui RTRW, Rp4d dan Kabupaten Dalam Angka Kabupaten Seram Bagian TimurData pada RTRW, dan Rp4d (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman) hampir meliputi kondisi segala sesuatu dalam satu Kabupaten. Kondisi kemiskinan yang meliputi juga kondisi fisik lingkungan kumuh dapat diketahui

Page 3: 3.docx

secara umum dalam Rp4d (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman) dan RTRW

2. Data Sekunder Kawasan Kumuh Kabupaten Seram Bagian Timur

Data Kabupaten Dalam Angka tentang kemiskinan dan kekumuhan dapat pula dikonfirmasikan dengan data Rp4d (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman). Berdasarkan survey instansional umumnya dapat pula diperoleh / bila tersedia data-data tema khusus tentang kemiskinan dan kekumuhan; misalnya Dinas Sosial umumnya mempunyai data kemiskinan kabupaten walaupun bias pula bersifat awal/tentatif.

3. Identifikasi Lokasi Berpotensi Kumuh di Kabupaten Seram Bagian TimurBerdasarkan karakter perkembangan Kabupaten Seram Bagian Timur dapat diketahui secara awal tempat-tempat atau lokasi-lokasi yang diduga berpotensi kena bencana yang tidak menggunakan kriteria teknis lingkungan perumahan menurut pemerintah atau pula kawasan yang mengalami pemadatan yang tidak terautur karena dinamika ekonomi.

4. Data Primer Lingkungan Kumuh Kabupaten Seram Bagian TimurIdentifikasi awal tentang tempat dan lokasi yang cenderung atau diduga berpotensi kumuh umumnya dapat mengarahkan lokasi adan kawasan di lapangan secara langsung berdasarkan pengembangan wawancara atau pengamatan langsung.

5. Lokasi Lingkungan Kumuh KabupatenDiharapkan data primer dan sekunder yang diperoleh akan memperjelas lokasi dan kawasan lingkungan kumuh di Kabupaten Seram Bagian Timur dengan segala bentuk dan sifatnya yang masih

Page 4: 3.docx

perlu dianalisa lebih lanjut untuk dapat dikelompokkan supaya penanganannya tepat.

6. Kriteria Sosia-ekonomi-fisik Kumuh KotaKondisi kumuh pada dasarnya harus mengacu pada ketentuan yang telah dirumuskan pemerintah. BPS atau Kementerian PU mempunyai kriteria kemiskinan dan kekumuhan yang dapat digunakan untuk kasus di Kabupaten Seram Bagian Timur.

7. Karakter, Permasalahan dan Kategori Lingkungan Kumuh KabupatenKondisi kumuh tentunya merupakan representasi kondisi kehidupan yang kompleks. Aspek sosial-ekonomi-budaya umumnya sangat berkaitan dengan kondisi fisik yang kumuh. Dalam konteks Kabupaten Seram Bagian Timur yang mempunyai sejarah perkembangan yang khas akan mempengaruhi bentuk dan sifat kumuh wilayah yang ada. Kondisi kekumuhan yang khas tersebut perlu dikategorisasikan untuk dapat dikenali permasalahannya masing-masing.

8. Peta Lingkungan Kumuh KotaBerdasarkan temuan kekumuhan di lapangan dan bentuk-bentuk serta sifat kekumuhan yang khas dapat dibuat peta lingkungan kumuh Kabupaten Seram Bagian Timur.

3.2.1 Metode Pengambilan Informasi Atau Data1. Pengambilan Data PrimerAdapun secara substansi, pengambilan data primer survey dan pemetaan kawasan permukiman kumuh terdiri dari 2 proses, yaitu :Tahap identifikasi lokasi, yang meliputi:

Identifikasi Satuan Permukiman Identifikasi Permasalahan Kekumuhan (Fisik)

Tahap penetapan lokasi, yang meliputi:

Page 5: 3.docx

Penilaian Daftar Lokasi Penentuan Klasifikasi

dimana metode yang digunakan dalam pengambilan data primer yaitu :

A. Metode WawancaraMetode ini dilakukan untuk melengkapi metode kuesioner dimana pertanyaan yang sifatnya terbuka akan digunakan metode wawancara. Tim akan menyiapkan list pertanyaan kunci sebagai acuan wawancara.Responden untuk di wawancarai merupakan masyarakat yang tinggal di kawasan lingkungan permukiman kumuh di Kabupaten Seram Bagian Timur, usia dewasa, dapat berkomunikasi. Menentuan responden dilakukan secara acak. Disamping itu juga metode ini digunakan untuk institusi terkait seperti kelurahan, ketua RW atau RT sebagai perbandingan data.

B. Metode ObservasiObservasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut, maka hendaknya observasi terhadap masing-masing orang dilakukan dalam situasi yang relatif sama.Metode ini digunakan untuk melihat kondisi di tiap kawasan lingkungan permukiman kumuh di Kabupaten Seram Bagian Timur dengan objek pengamatan:

Vitalitas Non Ekonomi Vitalitas Ekonomi Kawasan

Page 6: 3.docx

Status Kepemilikan Tanah Keadaan Prasarana dan Sarana

2. Pengambilan Data SekunderA. Studi Kepustakaan Untuk mempelajari parameter-parameter dari suatu lingkungan permukiman sebagai faktor-faktor penentu dalam upaya penangaan lingkungan permukiman kumuh yang menjadi tujuan studi serta melakukan tinjauan terhadap kebijaksanaan kebijaksanaan yang berkaitan dengan materi pekerjaan.

B. Survei InstansiSurvey ini dilakukan untuk mendapatkan data yang sifatnya kuantitatif (statistic), seperti:

Jumlah penduduk Jumlah KK Jumlah rumah Data kesehatan masyarakat Tingkat pendidikan Mata pencaharian Catatan bencana, baik alam maupun buatan Jumlah sarana dan Prasarana

Data ini berasal dari instansi di tingkat kabupaten, Di samping itu juga perlu didapat data yang sifatnya nasional untuk sebagai acuan, seperti Rp4d (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman) dan Kabupaten Dalam Angka.

3.3 Metoda Analisis3.3.1 Metoda Analisis Pemetaan1. Sistem pemetaan (GIS)

Page 7: 3.docx

Databases

jaringan utilitas :Air BersihDrainaseAir LimbahPersampahan

jaringan jalan

data persil tanah

fasos & fasum

Dalam pemetaan kawasan kumuh Kabupaten Seram Bagian Timur metoda yang digunakan yaitu menggunakan GIS, system GIS ini merupakan sistem komputer yang mampu memproses dan menggunakan data yang menjelaskan tentang tempat pada perumukaan bumi. Lebih lanjut GIS didefinisikan sebagai sekumpulan alat yang terorganisir yang meliputi hardware, software, data geografis dan manusia yang semuanya dirancang secara efisien untuk dapat melihat, menyimpan, memperbaharui, mengolah dan menyajikan semua bentuk informasi bereferensi geografis (ESRI, 1994). Selanjutnya GIS pada dasarnya dibuat untuk mengumpulkan ,menyimpan, dan menganalisis obyek serta fenomena yang posisi geografisnya merupakan karakteristik yang penting untuk di analisis (Stan Aronoff, 1989). Secara garis besar data dalam SIG dibagi menjadi dua bagian, yaitu data spasial yang bereferensikan data geografis (koordinat) dan data atribut yang menjelaskan atau sebagai identitas dari data spasial. Keunikan GIS jika dibanding dengan sistem pengelola basis data yang lain adalah kemampuan untuk menyajikan informasi spasial maupun non-spasial secara bersama. Sebagai contoh data GIS penggunaan lahan dapat disajikan dalam bentuk luasan yang masing-masing mempunyai atribut penjelasan baik itu tabuler, text, angka, maupun image file. Informasi yang berlainan tema disajikan dalam lapisan (layer) informasi yang berlainan.

Gambar 3.2 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis

GIS

+Database

SoftwareTools

The Real Word

Abstractionor

Simplification

User

Results GIS Databases

Attribute Attribute DataData

Spatial Spatial DataData

GIS

+Database

SoftwareTools

The Real Word

Abstractionor

Simplification

User

Results GIS Databases

Attribute Attribute DataData

Spatial Spatial DataData

Attribute Attribute DataData

Spatial Spatial DataData

Page 8: 3.docx

Data input yang dapat dimasukkan dalam SIG adalah peta analog yang didigitasi, image/citra (citra satelit, poto udara) yang merupakan data spasial. Sedangkan data atribut dapat berupa data laporan statistik yang berkaitan dengan data spasial yang dapat berupa data tabular dan tekstual, dan juga dapat mengakses/lingking dengan database management sistem yang sudah ada dengan syarat ada item relasinya.Sedangkan data output yang dapat dikeluarkan oleh SIG dapat berupa hasil analisis spasial berupa peta, laporan statistik, analisis statistik yang secara otomatis dapat dipetakan dalam data spasialnya, dan dapat dijadikan sebagai data input bagi database management sistem.Dari definisi tersebut diatas, GIS jelas mempunyai karakteristik sebagai perangkat pengelola basis data (Database Management Sistem (DBMS), sebagai perangkat analisa keruangan (spasial analysis) dan juga sekaligus proses komunikasi untuk pengambilan keputusan. Lebih sederhana lagi GIS mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai database sistem dan sebagai alat analisis dan modeling yang berkaitan dengan informasi geografis.

Gambar 3.3 Input/Output Data Dalam SIG

Page 9: 3.docx

Ada tiga tugas utama yang diharapkan dari sistem informasi geografis adalah :1. Penyimpanan, menajement, dan integrasi data spasial dalam jumlah

besar.2. Kemampuan dalam analisis yang berhubungan secara spesifik dengan

komponen data geografis.3. Mengorganisasikan dan mengatur data dalam jumlah besar, sehingga

informasi tersebut dapat digunakan semua pemakainya.

2. Model analisis GISAda beberapa model analisis yang dapat digunakan dalam SIG, yaitu:

A. Superimpose/Pertampalan PetaModel analisis ini dilakukan dengan menampalkan dua atau lebih peta

yang ada dalam sistem database spasial. Ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik suatu obyek dengan banyak variabel. Sebagai contoh kita ingin membangun peta kesesuaian

Page 10: 3.docx

lahan berdasarkan kondisi fisik dasarnya (kemiringan, ketinggian, kondisi geologi, dan lain-lain) serta tingkat aksesibilitasnya, maka kita dapat melakukan proses pertampalan dari peta-peta tematik tersebut.

B. Buffering/DistanceProses buffering/distance digunakan untuk membangunan jarak radius dari suatu obyek. Proses ini berguna untuk menentukan besar wilayah pengaruh dari suatu kegiatan. Misalnya kita dapat menentukan lokasi titik kawasan prioritas penanganan kawasan kumuh yang dikaitkan dengan keberadaan kawasan kumuh yang sudah ada, kita dapat melakukan proses

buffering ini. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu: Pertama, tentukan variabel/data yang akan dilibatkan dalam proses

analisis (misal landuse, ketinggian, lokasi kawasan kumuh yang sudah ada).

Kedua, melakukan pembangunan peta baru dengan menurunkannya dari peta yang sudah ada. Dalam hal ini adalah dengan melakukan perhitungan kemiringan dan melakukan proses buffering/distance pada peta lokasi kawasan kumuh.

Ketiga, lakukan reklasifikasi kemiringan dan jarak sesuai dengan kriteria kesesuaian lokasi untuk kawasan kumuh.

Keempat, lakukan pembobotan untuk masing-masing variabel yang dilibatkan lalu kombinasikan seluruh variabel tersebut, sehingga didapat skore/nilai kesesuian lokasi prioritas untuk penanganan kawasan kumuh.

Page 11: 3.docx

3.3.2 Metoda Penetapan Klasifikasi Kawasan Kumuh

Untuk melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria. Penentuan kriteria kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, status (kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal. Selain itu digunakan kriteria sebagai kawasan penyangga kota metropolitan seperti kawasan permukiman kumuh teridentifikasi yang berdekatan atau berbatasan langsung dengan kawasan yang menjadi bagian dari kota metropolitan.

Berdasarkan uraian diatas maka untuk menetapkan lokasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria-kriteria yang dikelompok kedalam kriteria:

• Vitalitas Non Ekonomi

• Vitalitas Ekonomi Kawasan

• Status Kepemilikan Tanah

• Keadaan Prasarana dan Sarana

Kegiatan penilaian kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan sistem pembobotan pada masing-masing kriteria diatas. Umumnya dimaksudkan bahwa setiap kriteria memiliki bobot pengaruh yang berbeda-beda. Selanjutnya dalam penentuan bobot kriteria bersifat relatif dan bergantung pada preferensi individu atau kelompok masyarakat dalam melihat pengaruh masing-masing kriteria.

1. Kriteria Vitalitas Non Ekonomi

Page 12: 3.docx

Kriteria Vitalitas Non Ekonomi dipertimbangkan sebagai penentuan penilaian kawasan kumuh dengan indikasi terhadap penanganan peremajaan kawasan kumuh yang dapat memberikan tingkat kelayakan kawasan permukiman tersebut apakah masih layak sebagai kawasan permukiman atau sudah tidak sesuai lagi.

Kriteria ini terdiri atas variabel sebagai berikut:

Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

a. Pembobotan Kriteria Vitalitas Non Ekonomi Pembobotan Tingkat Kesesuaian dengan Rencana Tata

Ruang

Bobot penilaian penggunaan ruang kawasan perumahan permukiman tersebut berdasarkan Rencana Tata Ruang yang berlaku sebagai berikut:

1. Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang sebagian besar penggunaannya sudah tidak sesuai atau kurang dari 25% yang masih sesuai.

2. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang penggunaannya masih sesuai antara lebih besar dari 25% dan lebih kebil dari 50%.

Page 13: 3.docx

3. Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang sebagian besar atau lebih dari 50% masih sesuai untuk permukiman.

Pembobotan Tingkat Kondisi Bangunan

Bobot penilaian kondisi bangunan pada kawasan permukiman dinilai dengan sub peubah penilai terdiri atas:

1. Tingkat Pertambahan Bangunan Liar Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang pertambahan

bangunan liarnya tinggi untuk setiap tahunnya. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang pertambahan

bangunan liarnya seddanguntuk setiap tahunnya. Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang pertambahan

bangunan liarnya rendah untuk setiap tahunnya.

2. Kepadatan Bangunan Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang Kepadatan bangunan

lebih dari 100 rumah per hektar. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang kepadatan

bangunannya mencapai antara 60 sampai 100 rumah per hektar.

Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan kepadatan bangunannya kurang dari 60 rumah per hektar.

3. c. Kondisi Bangunan Temporer Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang bangunan

temporernya tinggi yaitu lebih 50%. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang bangunan

temporernya sedang atau antara 25% sampai 50%. Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang bangunan

temporernya rendah yaitu kurang dari 25%. 4. d. Tapak Bangunan (Building Coverage)

Page 14: 3.docx

Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang tapak (koefisien dasar) bangunan mencapai lebih dari 70%.

Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang tapak bangunannya antara 50% sampai 70%.

Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang tapak bangunannya rendah yaitu kurang dari 50%.

5. Jarak Antar Bangunan Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan jarak antar

bangunan kurang dari 1,5 meter. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan jarak antar

bangunan antara 1,5 sampai 3 meter. Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan jarak antar

bangunan lebih dari 3 meter.

Pembobotan Kondisi Kependudukan 1. Tingkat Kepadatan Penduduk

Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi yaitu lebih dari 500 jiwa per hektar.

Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk antara 400 sampai 500 jiwa per hektar.

Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk rendah yaitu kurang dari 400 jiwa per hektar.

2. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat

pertumbuhan penduduk sangat tinggi yaitu lebih dari 2,1% per tahun.

Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pertumbuhan penduduk antara 1,7 sampai 2,1% per tahun.

Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pertumbuhan penduduk rendah yaitu kurang dari 1,7% per tahun.

Page 15: 3.docx

Gambar 3.5 Pembobotan Kriteria Vitalitas Non Ekonomi

C. Kriteria Vitalitas Ekonomi

Kriteria Vitalitas Ekonomi dinilai mempunyai kepentingan atas dasar sasaran program penanganan kawasan permukiman kumuh terutama pada kawasan kumuh sesuai gerakan city without slum sebagaimana menjadi komitmen dalam Hari Habitat Internasional. Oleh karenanya kriteria ini akan mempunyai tingkat kepentingan penanganan kawasan permukiman kumuh dalam kaitannya dengan indikasi pengelolaan kawasan sehingga peubah penilai untuk kriteria ini meliputi:

Page 16: 3.docx

A. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

B. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat- pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

C. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

Pembobotan Kriteria Vitalitas Ekonomi 1. Tingkat Kepentingan Kawasan Terhadap Wilayah Sekitarnya

Penilaian konstelasi terhadap kawasan sumber ekonomi produktif dengan bobot nilai sebagai berikut: Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang

tingkat kepentingannya terhadap wilayah kota sangat strategis. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang

tingkat kepentingannya terhadap wilayah kota cukup strategis. Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang

tingkat tingkat kepentingannya terhadap kawasan kota kurang strategis.

2. Jarak Jangkau Ke Tempat Bekerja Penilaian jarak jangkau perumahan terhadap sumber mata pencaharian dengan bobot sebagai berikut: Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang mempunyai jarak

terhadap mata pencaharian penduduknya kurang dari 1 km. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang mempunyai jarak

terhadap mata pencaharian penduduknya antara 1 sampai dengan 10 km.

Page 17: 3.docx

Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang mempunyai jarak terhadap mata pencaharian penduduknya lebih dari 10 km.

3. Fungsi Sekitar Kawasan Penilaian fungsi sekitar kawasan dengan bobot sebagai berikut : Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang berada dalam

kawasan pusat kegiatan bisnis kota. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan berada pada sekitar pusat

pemerintahan dan perkantoran. Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan sebagai kawasan

permukiman atau kegiatan lainnya selain pusat kegiatan bisnis dan pemerintahan/perkantoran.

Gambar 3.6 Pembobotan Kriteria Vitalitas Ekonomi

D. Kriteria Status Tanah

Page 18: 3.docx

Kriteria status tanah sebagai mana tertuang dalam Inpres No. 5 tahun 1990 tentang Peremajan Permukiman Kumuh adalah merupakan hal penting untuk kelancaran dan kemudahan pengelolaanya. Kemudahan pengurusan masalah status tanah dapat menjadikan jaminan terhadap ketertarikan investasi dalam suatu kawasan perkotaan. Perubah penilai dari kriteria ini meliputi:

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

b. Status sertifikat tanah yang ada.

Pembobotan Kriteria Status Tanah 1. Dominasi Status Sertifikat Lahan

Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan jumlah status tidak memiliki sertifikat lebih dari 50%.

Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan jumlah status sertifikat HGB lebih dari 50%.

Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan jumlah status sertifikat Hak Milik lebih dari 50%.

2. Dominasi Status Kepemilikan Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan jumlah dominasi

kepemilikan tanah negara lebih dari 50%. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan jumlah dominasi

kepemilikan tanah masyarakat adat lebih dari 50%. Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan jumlah dominasi

kepemilikan tanah milik masyarakat lebih dari 50%.

Gambar 3.7 Pembobotan Kriteria Status Tanah

Page 19: 3.docx

E. Kriteria Kondisi Prasarana dan Sarana

Kriteria Kondisi Prasarana dan sarana yang mempengaruhi suatu kawasan permukiman menjadi kumuh, paling tidak terdiri atas:

a. Kondisi Jalan

b. Drainase

c. Air bersih

d. Air limbah

Pembobotan Kriteria Kondisi Prasarana Sarana 1. Kondisi Jalan

Sasaran pembobotan kondisi jalan adalah kondisi jalan lingkungan permukiman.

Nilai 50 (lima puluh) untuk kondisi jalan buruk lebih 70%. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kondisi jalan sedang antara 50%

sampai 70%. Nilai 20 (dua puluh) untuk kondisi jalan baik kurang 50%.

Page 20: 3.docx

2. Kondisi Drainase

Sasaran pembobotan kondisi drainase adalah drainase di kawasan permukiman.

Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat volume genangan air sangat buruk yaitu lebih dari 50%.

Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat volume genangan air sedang yaitu antara 25% sampai 50%.

Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat volume genangan air normal yaitu kurang dari 25%.

3. Kondisi Air Bersih

Pembobotan kondisi air bersih dilakukan berdasarkan kondisi jumlah rumah penduduk di kawasan permukiman yang sudah memperoleh aliran air dari sistem penyediaan air bersih.

Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan sistem perpipaan air bersih kurang dari 30%.

Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan sistem perpipaan air bersih antara 30% sampai 60%.

Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan sistem perpipaan air bersih lebih besar dari 60%.

4. Kondisi Air Limbah Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan

air limbah berat kurang dari 30%. Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan

air limbah antara 30% sampai 60%. Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan

air limbah lebih dari 60%. 5. Kondisi Persampahan

Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air limbah berat kurang dari 50%.

Page 21: 3.docx

Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air limbah antara 50% sampai 70%.

Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air limbah lebih dari 70%.

Gambar 3.8 Pembobotan Kriteria Prasarana dan Sarana

Dasar Penilaian

Beberapa metoda yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian kriteria antara lain Analytical Hierarchical Process (AHP) dan Social Process Spread Sheet (SPSS) yang berbasis komputer menggunakan

Page 22: 3.docx

program spread sheet excell atau dengan metoda pembobotan dan penilaian secara manual.

Dalam pedoman ini digunakan modifikasi antara program spread sheet excell dengan sistem pembobotan yang dapat memberikan kemudahan dalam melaksanakan penilaian terhadap kriteria-kriteria penentuan kawasan permukiman kumuh.

Kegiatan penilaian dengan sistem pembobotan pada masing-masing kriteria pada umumnya dimaksudkan bahwa setiap kriteria memiliki bobot pengaruh yang berbeda-beda. Selanjutnya dalam penentuan bobot kriteria bersifat relatif dan bergantung pada preferensi individu atau kelompok masyarakat dalam melihat pengaruh masing-masing kriteria.

Penilaian akhir identifikasi kawasan permukiman kumuh dilakukan sebagai akumulasi dari hasil perhitungan terhadap kriteria sebagaimana dikemukakan diatas. Dari penjumlahan berbagai peubah akan diperoleh diperoleh total nilai maksimum dan minimum setiap variabel kriteria.

Proses penilaian menggunakan batas ambang yang dikategorikan kedalam:

• Penilaian dinilai Kategori Tinggi.

• Penilaian dinilai Kategori Sedang.

• Penilaian dinilai Kategori Rendah.

Untuk mengklasifikasikan hasil kegiatan penilaian berdasarkan kategori tersebut diatas maka dilakukan penghitungan terhadap akumulasi bobot yang telah dilakukan dengan formula sederhana sturgess yaitu:

Dihitung koefisien ambang interval (rentang) dengan cara mengurangka Nilai Tertinggi (hasil penilaian tertinggi) dari hasil pembobotan dengan Nilai Terrendah (hasil penilaian terendah) dari jumlah penilaian dibagi 3 (tiga).

Page 23: 3.docx

Koefisien ambang rentang sebagai pengurang dari Nilai Tertinggi akan menghasilkan batas nilai paling bawah dari tertinggi.

Untuk kategori selanjutnya dilakukan pengurangan 1 angka terhadap batas terendah dari akan menghasilkan batas tertinggi untuk Kategori Sedang, dan seterusnya.

Berikut ini diperlihatkan contoh penggunaan formula pada penentuan kategori sebagai tersebut diatas, sebagai berikut:

Dari contoh penilaian diatas, diperoleh hasil:

Kategori Tinggi berada pada nilai = 250 - 200 Kategori Sedang berada pada nilai = 199 - 149 Kategori Rendah berada pada nilai = 148 – 100