3. perancangan bangunan · • pasien penyalahgunaan napza pasien penyalahgunaan napza mendapatkan...

25
21 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3. 1. Konsep Dasar Perancangan Sesuai dengan judul proyek ini, konsep dasar perancangan yang dipakai adalah Lingkungan Terapeutik. Lingkungan Teraputik yang dimaksud adalah lingkungan yang dapat mempercepat proses kesembuhan penyakit kejiwaan pasien dan tidak memperparah kondisi kejiwaannya. Hal ini dapat di capai dengan: Hubungan dengan alam Lingkungan yang terapeutik dapat dicapai dengan mendekatkan pasien dengan alam. Maka dari itu, ruang - ruang dalam yang ada dalam rumah sakit ini sebisa mungkin bersentuhan dengan ruang luar, mulai dari view, akses,pencahayaan alami, serta jalur - jalur sirkulasinya juga memiliki hubungan yang erat dengan alam. Ruang Sosial Pasien dengan tingkat penyakit kejiwaan yang berbeda membutuhkan ruang interaksi yang bermacam - macam, dan sebagai lingkungan terapeutik, maka ruang - ruang yang diciptakan harus dapat menggiring mereka untuk dapat kembali pada kehidupan normal, maka dari itu terdapat ruang tempat di mana pasien belajar untuk berinteraksi dengan sesama pasien dan orang asing. Keluarga Hubungan dengan keluarga dapat memulihkan kondisi kejiwaan pasien, maka dari itu diciptakan ruang - ruang yang nyaman bagi keluarga untuk dapat berinteraksi dengan pasien, baik di ruang luar dan ruang dalam. Konsep ini yang digunakan sebagai konsep utama untuk memecahkan masalah desain. Melalui desain lingkungan terapeutik ini diharapkan pasien dapat segera pulih dari penyakit kejiwaannya dan dapat segera kembali ke masyarakat.

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

21 Universitas Kristen Petra

3. PERANCANGAN BANGUNAN

3. 1. Konsep Dasar Perancangan

Sesuai dengan judul proyek ini, konsep dasar perancangan yang dipakai

adalah Lingkungan Terapeutik. Lingkungan Teraputik yang dimaksud adalah

lingkungan yang dapat mempercepat proses kesembuhan penyakit kejiwaan

pasien dan tidak memperparah kondisi kejiwaannya. Hal ini dapat di capai

dengan:

• Hubungan dengan alam

Lingkungan yang terapeutik dapat dicapai dengan mendekatkan pasien

dengan alam. Maka dari itu, ruang - ruang dalam yang ada dalam rumah sakit ini

sebisa mungkin bersentuhan dengan ruang luar, mulai dari view,

akses,pencahayaan alami, serta jalur - jalur sirkulasinya juga memiliki hubungan

yang erat dengan alam.

• Ruang Sosial

Pasien dengan tingkat penyakit kejiwaan yang berbeda membutuhkan

ruang interaksi yang bermacam - macam, dan sebagai lingkungan terapeutik,

maka ruang - ruang yang diciptakan harus dapat menggiring mereka untuk dapat

kembali pada kehidupan normal, maka dari itu terdapat ruang tempat di mana

pasien belajar untuk berinteraksi dengan sesama pasien dan orang asing.

• Keluarga

Hubungan dengan keluarga dapat memulihkan kondisi kejiwaan pasien,

maka dari itu diciptakan ruang - ruang yang nyaman bagi keluarga untuk dapat

berinteraksi dengan pasien, baik di ruang luar dan ruang dalam.

Konsep ini yang digunakan sebagai konsep utama untuk memecahkan

masalah desain. Melalui desain lingkungan terapeutik ini diharapkan pasien dapat

segera pulih dari penyakit kejiwaannya dan dapat segera kembali ke masyarakat.

Page 2: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

22 Universitas Kristen Petra

3. 2. Program Ruang

3.2.1. Aktivitas

Penguraian aktivitas yang terjadi dalam Rumah Sakit ini, dibagi menurut

jenis pelakunya, yaitu:

• Pasien

Pasien sendiri terbagi ke dalam 3 jenis pasien, yaitu:

o Pasien Psikotik

Pasien Psikotik merupakan pasien yang menderita skizofrenia, dan

mendapat pelayanan kesehatan berupa rawat inap. Sehari – hari aktivitas yang

dilakukan oleh pasien psikotik tidak jauh berbeda dengan aktivitas orang sehat,

seperti makan bersama, istirahat siang, mandi, dan istirahat malam, hanya di

waktu – waktu tertentu mereka mendapat terapi berupa:

- Terapi okupansi

Merupakan terapi saraf motorik, dimana para pasien psikotik

dilatih untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan sederhana seperti melukis,

berkebun, menyulam, dan sejenisnya.

- Terapi Musik

Merupakan terapi dengan mendengarkan musik – musik tertentu

untuk menenangkan kondisi psikologis mereka, dilakukan dalam kegiatan

berkelompok.

- Terapi Olah raga

Merupakan terapi untuk melatih fisik mereka, terapi ini dilakukan

dalam bentuk permainan – permainan olah raga ringan.

- Terapi Rekreasi

Merupakan terapi dalam bentuk rekreasi, aktivitas yang dilakukan

dalam terapi seperti menonton televisi bersama, dan sejenisnya.

• Pasien Non Psikotik

Page 3: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

23 Universitas Kristen Petra

Pasien Non Psikotik merupakan pasien dengan tingkat sakit jiwa ringan,

dalam rumah sakit ini mereka merupakan pasien yang mendapat pelayanan

kesehatan berupa rawat jalan, sehingga aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

pasien non psikotik adalah konsultasi dan rehabilitasi pribadi dengan dokter

spesialis kejiwaan. Selain itu aktivitas yang mereka lakukan adalah pembelian

obat di Apotik Rumah Sakit.

• Pasien Penyalahgunaan NAPZA

Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan

berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien – pasien ini sehari – hari

tidak berbeda dengan aktivitas orang sehat, mereka juga melakukan aktivitas

sehari – hari seperti makan, tidur, rekreasi, olah raga, dan juga menerima terapi.

Terapi yang diterima oleh pasien penyalahgunaan NAPZA ini berupa :

o Terapi Detoksifikasi

Terapi detoksifikasi merupakan terapi pembersihan tubuh pasien

dari racun – racun NAPZA, proses terapi ini dilayani oleh tenaga medis di suatu

ruangan khusus.

o Terapi Rehabilitasi

Proses rehabilitasi atau pemulihan kembali pasien penyalahgunaan

NAPZA berupa kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam kelompok – kelompok

kecil.

• Pasien Umum

Rumah Sakit ini juga melayani pasien umum.Pelayanan kesehatan

umum diberikan melalui poliklinik umum, aktivitas yang dilakukan adalah

menunggu antrian, konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter, kemudian pembelian

obat di apotik Rumah Sakit.

Page 4: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

24 Universitas Kristen Petra

• Tenaga Medis

Tenaga medis meliputi dokter, perawat dan penjaga pasien. Aktivitas

yang mereka lakukan berhubungan erat dengan pasien. Tenaga medis yang

melayani pasien rawat inap dan instalasi gawat darurat bertugas selama 24 jam di

rumah sakit dengan pergantian shift. Aktivitas yang tenaga medis ini lakukan

antara lain:

- Pemberian terapi kepada pasien

- Pemantauan terhadap pasien

- Penanganan kondisi – kondisi darurat yang berkemungkinan di alami pasien

• Pengunjung

- Menjenguk pasien

- Mengikuti penyuluhan

- Mengantar pasien

• Petugas Administratif

- Melakukan pekerjaan meja

- Melakukan kegiatan administratif Rumah Sakit

3.2.2. Fasilitas

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/Menkes/Per/Iii/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit, fasilitas yang wajib

disediakan dalam Rumah Sakit Jiwa Kelas C adalah :

• Bangunan Utama:

o Ruang Administrasi:

- Ruang Direktur

- Ruang Wakil Direktur

- Ruang Sekretaris

- Ruang Bagian Sekretariat:

Page 5: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

25 Universitas Kristen Petra

♦ Ruang Kepala Sekretariat

♦ Ruang Sub. Bag. PPL

♦ Ruang Staff PPL

♦ Ruang Sub. Bag. TU

♦ Ruang Sub. Bag. RT dan KP dan staff

♦ Ruang Sub. Bag. Keuangan dan staff

♦ Ruang Sub. Bag. CM dan staff

♦ Ruang Operator

♦ Ruang Tamu

♦ Perpustakaan

♦ Gudang

♦ Lavatory

- Ruang Bidang Penunjang Medis

- Ruang Bidang Pelayanan Medis

- Ruang Bidang Perawatan

o Ruang Rawat Jalan:

- Klinik tumbuh kembang anak dan remaja

- Klinik Jiwa Dewasa

- Klinik ketergantungan obat/NAPZA

- Klinik konseling

o Ruang Rekam Medik

o Instalasi Gawat Darurat

o Ruang Rawat Inap:

- Ruang Tidur

- Ruang Makan

- Kamar Mandi/W. C.

- Ruang Tengah

o Ruang Tindakan

o Ruang Rawat Jiwa Intensif (ICU)

o Ruang Kesehatan Jiwa Masyarakat

o Ruang Farmasi

o Ruang Laboratorium

Page 6: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

26 Universitas Kristen Petra

o Ruang komite medik dan SPI

o Ruang Penyuluhan PKMRS

o Ruang Pemulasaraan Jenazah

o Ruang Dapur/Gizi

• Bangunan Penunjang

o Ruang Generator Set

o IPAL

o Tempat Pembuangan Sampah Sementara

o Gudang Farmasi

o Gudang Barang

o Laundry

o Bengkel

o Ruang Perpustakaan

o Ruang Pertemuan

o Tempat Ibadah

• Ruang Penunjang Lain (tidak diwajibkan):

o Lobby

o Cafetaria untuk pengunjung

o Ruang Pertemuan

o Ruang Rekreasi untuk Pasien:

- Ruang Rekreasi Indoor

- Ruang Rekreasi Outdoor

o Ruang Terapi Kerja untuk Pasien:

- Ruang Melukis dan menyulam

- Ruang Musik

o Ruang Servis:

- Ruang Trafo

- Ruang PBAX

- Ruang Panel Utama

- Ruang Tandon

- Ruang Pompa

- Ruang STP

Page 7: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

27 Universitas Kristen Petra

- Pos Satpam

- Kantin Karyawan

• Fasilitas Sirkulasi (kendaraan roda 4 dan roda 2):

o Tamu

o Karyawan

o Servis

o Medis

3.2.3. Konsep Program Ruang berdasarkan pendekatan

• Zoning

Gambar 3.1 Skema Zoning

Konsep yang diterapkan dalam zoning rumah sakit ini adalah seriap

kelompok kegiatan terselesaikan di satu zona. Dengan konsep ini diharapkan jarak

yang ditempuh menjadi efektif, serta orang dengan kepentingan tertentu tidak

perlu berputar - putar untuk melakukan satu jenis kegiatan. Zona – zona tersebut

antara lain:

Page 8: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

28 Universitas Kristen Petra

- Zona Pasien Umum

Zona Pasien umum diletakkan paling dekat dengan main entrance,

dengan harapan orang dengan keperluan umum tidak perlu masuk hingga ke

bagian dalam rumah sakit ini. Pada zona ini terdapat klinik - klinik umum, ruang

tunggu, dan toilet. Pasien umum akan mengambil tiket pada resepsionis,

kemudian menunggu di ruang tunggu yang ditempatkan berdekatan dengan klinik.

Fasilitas seperti farmasi juga diletakkan dekat dengan zona ini.

- Zona Petugas Administrasi

Segala keperluan administrasi rumah sakit diletakkan di area ini,

kegiatan perkantoran akan terselesaikan di area ini, mulai dari ruang kerja,

cafetaria, perpustakaan, dan ruang rapat. Area kantor ini dapat diakses melalui 2

jalur, yaitu melalui main entrance dan side entrance, sehingga orang yang hanya

berkepentingan ke kantor tidak perlu memutar melalui main entrance.

- Zona Pasien Rawat Jalan

Zona ini memiliki sifat yang lebih khusus dibandingkan zona

pasien umum, maka dari itu zona ini diletakkan pada posisi yang lebih dalam.

Klinik tumbuh kembang anak diletakkan di lantai 1 agar mudah dicapai, dan jarak

yang ditempuh oleh pasien anak tidak terlalu jauh. Sedangkan klinik jiwa dewasa,

geriatri(lansia), dan NAPZA diletakkan dilantai 2. Keperluan - keperluan pasien

rawat jalan diselesaikan di zona ini.

- Zona Pasien Rawat Inap

Zona ini merupakan zona paling khusus, maka diletakkan pada

area yang paling dalam dan paling tenang. Ruang - ruang yang dibutuhkan oleh

pasien rawat inap ada pada zona ini, sehingga pasien rawat inap tidak berkeliaran

di zona - zona yang tidak seharusnya.

- Zona Emergency dan Ruang Jenazah

Memiliki akses tersendiri yang dibedakan dengan main entrance.

Ruang - ruang yang melayani kegiatan darurat diletakkan dibagian ini. Ruang

jenazah memiliki kaitan yang erat dengan ruang emergency, maka dari itu

letaknya diatur berdekatan. Ruang Jenazah ini juga memiliki akses tersendiri

sehingga kegiatan seperti upacara, dan penjemputan jenazah tidak mengganggu

kegiatan rumah sakit yang lain.

Page 9: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

29 Universitas Kristen Petra

- Zona Utilitas dan Servis

Diletakkan dekat dengan area yang terakses oleh loading dock.

Ruang - ruangnya meliputi dapur, linen, bengkel, IPAL, genset, dan tempat

pembuangan sampah sementara. Letak zona ini berdekatan dengan ruang jenazah

karena ke duanya memiliki sifat yang tidak saling mengganggu.

• Sirkulasi dalam Bangunan

Jenis sistem sirkulasi yang digunakan adalah sistem sirkulasi linier.

Sistem sirkulasi jenis ini memudahkan pengontrolan dan pembatasan orang –

orang yang bersirkulasi di dalam bangunan. Berikut akan dijelaskan dengan

skema.

Gambar 3.2. Skema Sirkulasi dan Kontrol Lantai 1

Page 10: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

30 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.3. Skema Sirkulasi dan Kontrol Lantai 2

Gambar 3.4. Keterangan skema

Page 11: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

31 Universitas Kristen Petra

Sirkulasi utama yang mengitari center courtyard, kemudian bercabang

ke area yang berbeda - beda. Jenis sirkulasi ini dipilih karena memudahkan

pengontrolan dengan pemberian pintu. Dengan sirkulasi linier dan bantuan pintu -

pintu maka pergerakan berbagai jenis pasien dapat dikontrol dan diatur sesuai

kebutuhan.

Sesuai dengan konsep Lingkungan Terapeutik, maka selama orang -

orang didalam rumah sakit ini bersirkulasi, sebisa mungkin mereka dapat

bersentuhan dengan alam, maka dari itu di sepanjang jalur sirkulasi orang - orang

yang bersikulasi dapat melihat view alam, dan mengakses ruang terbuka hijau

tersebut.

Gambar 3.5. Sirkulasi Utama yang Mengitari Courtyard

Page 12: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

32 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.6. Skema Sirkulasi Linier Lantai 2

3. 3. Bentuk dan Tata Letak Massa

Bentukan dasar massa merupakan bentukan linier , hal ini di tujukan

untuk memaksimalkan penghawaan dan pencahayaan pasif. Dengan bentukan

memanjang seperti ini, tiap – tiap ruang akan mendapat aliran udara dan cahaya

yang merata. Bentukan massa yang memanjang dan linier ini kemudian

dibelokkan hingga membentuk courtyard di bagian tengahnya.

Gambar 3.7. Potongan

Page 13: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

33 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.8. Konfigurasi Massa dan Ruang Luar yang tercipta

Gambar 3.9. Tampak Atas - Mata Burung

Page 14: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

34 Universitas Kristen Petra

3. 4. Tampilan Massa

Sesuai dengan konsep terapeutik, maka tampilan Rumah Sakit Jiwa ini

dibuat menyerupai rumah, dengan tujuan menghilangkan kesan menakutkan yang

selama ini ada dalam benak masyarakat. Penggunaan batu – batu hias juga

ditujukan untuk membuat tampilan bangunan ini semakin alami, selain itu

penggunaan tone – tone warna coklat kekuningan, abu – abu, dan putih juga

ditujukan untuk memberikan kesan hangat.

Bagian depan bangunan memiliki kesan yang lebih terbuka dengan

tujuan untuk mengundang orang yang akan berkunjung dan memperjelas

entrance. Sedangkan dibagian belakang dibuat lebih tertutup untuk menaungi

kegiatan pasien rawat inap. Di bagian belakang bangunan dibuat lebih rimbun

dengan banyak pohon dan permainan kontur untuk menutupi bagian rawat inap,

selain itu keberadaan kontur dan tanaman ini menjadi view tersendiri bagi hunian

di bagian selatan site.

Gambar 3.10. Tampak Depan (Utara)

Gambar 3.11. Tampak Belakang (selatan)

Gambar 3.12. Tampak Timur

Gambar 3.13. Tampak Barat

Page 15: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

35 Universitas Kristen Petra

3. 5. Sistem Struktur Bangunan

Gambar 3.14. Sistem Struktur

Menggunakan sistem struktur rangka beton dengan modul 6.00 x 6.00 m.

Modul ini bertujuan untung mendapatkan ruang – ruang yang cukup luas untuk

melakukan kegiatan bersama. Struktur atap yang digunakan adalah struktur atap

rangka baja IWF 250 dengan gording CNP 100, penggunaan atap ini membuat

ruang dibawahnya menjadi bebas kolom, dan membuat penggunaan ruang lebih

fleksibel. Jika diuraikan, maka bangunan ini merupakan massa yang cukup

panjang, maka dari itu diberikan dilatasi di beberapa titik, seperti yang

ditunjukkan dalam gambar.

3. 6. Pendalaman

Sesuai dengan konsep yaitu lingkungan terapeutik, maka pendalaman

yang dipilih adalah karakter ruang. Karakter ruang yang didalami meliputi ruang

dalam dan ruang luar, dengan titik berat pada ruang luarnya karena, di ruang luar

inilah para pasien dapat berinteraksi secara langsung dengan alam. Di ruang luar

ini jugalah pasien akan belajar untuk berinteraksi dengan sesama pasien, petugas

medis, keluarga, dan orang asing.

Page 16: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

36 Universitas Kristen Petra

3.6.1. Ruang Luar Pasien Gaduh Gelisah

Ruang Luar ini didesain dengan ukuran yang cukup luas, dengan

kapasitas 3 – 6 orang. Pasien gaduh gelisah memiliki kecenderungan sulit bergaul

dengan orang lain, merasa tidak aman, tidak nyaman dengan keberadaan orang

asing. Oleh karena itu di ruang luar ini disediakan tempat yang bersifat privat bagi

mereka, tempat ini berupa cerukan – cerukan di dalam kontur dengan kapasitas

masing – masing untuk satu orang. Walau bersifat privat, cerukan – cerukan ini

didesain terbuka, sehingga memudahkan petugas medis untuk memantau keadaan

dan aktivitas mereka. Di bagian pusat ruang luar ini terdapat gazebo sebagai

tempat bagi mereka untuk melakukan kegiatan bersama. Setiap cerukan

terorientasi ke gazebo ini, dengan tujuan mengundang mereka untuk berinteraksi

dengan sesama pasien. Jadi di ruang luar ini, para pasien gaduh gelisah disediakan

tempat untuk memiliki dunianya sendiri, sembari diajak untuk mulai berinteraksi

dan sadar akan keberadaan orang lain.

Gambar 3.15. Skema Ruang Luar Gaduh Gelisah

: kontur dan vegetasi 

: Ruang privat pasien 

: Gazebo  : tempat duduk penjaga 

Page 17: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

37 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.16. Perspektif mata burung Ruang Luar Pasien Gaduh Gelisah

Gambar 3.17. Potongan Ruang Luar Gaduh Gelisah

Gambar 3.18. Perspektif Ruang Privat Pasien

Gambar 3.19. Potongan Ruang Privat Pasien

Page 18: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

38 Universitas Kristen Petra

Vegetasi yang digunakan untuk ruang luar ini difungsikan sebagai

peneduh, yaitu pohon salam. Sedangkan pohon glodokan tiang digunakan untuk

menetralisir polusi udara dan suara dari bangunan servis. Vegetasi berupa semak –

semak digunakan sebagai penguat enclosure ruang privat. Selain itu, semak –

semak ini juga dapat berfungsi sebagai pemberi aroma harum pada ruang luar

3.6.2. Ruang Luar Pasien Tenang

Berbeda dengan ruang luar pasien psikotik gaduh gelisah, ruang luar

untuk pasien tenang didesain dengan tujuan memperbanyak interaksi sosial.

Perbedaan paling signifikan adalah jumlah orang yang menggunakan

ruang ini. Jika ruang luar pasien gaduh gelisah digunakan oleh 3 - 6 orang, ruang

untuk pasien tenang bisa digunakan hingga 18 orang.

Sekalipun ditujukan untuk memperbanyak interaksi sosial, namun tetap

disediakan bagi mereka yang belum nyaman untuk berbaur. Maka dari itu di ruang

luar ini tetap ditemukan ruang - ruang personal.

Gambar 3.20. Skema Ruang Luar Pasien Tenang

: lapangan dan gardening area 

: kontur dan vegetasi 

: tempat pengawas 

: gazebo: Ruang privat pasien 

Page 19: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

39 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.21. Perspektif Mata Burung

Gambar 3.22. Skema Potongan

Gambar 3.23. Perspektif Suasana Malam Hari

Page 20: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

40 Universitas Kristen Petra

3.6.3. Ruang Luar Courtyard

Gambar 3.24. Skema Potongan Ruang Luar Courtyard

Gambar 3.25. Skema Denah Ruang Luar Courtyard

Courtyard memegang peranan penting dalam desain ruang luar rumah

sakit ini. Karena di sinilah terjadi banyak interaksi. Secara prinsip, ruang luar di

tengah bangunan ini terbagi menjadi 2 bagian besar. Dalam skema, area yang

berwarna orange merupakan area yang dapat digunakan oleh pengunjung umum.

Sedangkan area berwarna pink, merupakan area yang dikhususkan untuk pasien

rawat inap beserta keluarga.

Page 21: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

41 Universitas Kristen Petra

Ruang luar berwarna merah muda ini berfungsi sebagai ruang keluarga

yang besar. Dapat juga digunakan sebagai ruang untuk melakukan kegiatan

bersama ketika ada event - event tertentu. Dengan demikian penjagaan dan

pengontrolan pasien lebih mudah karena ruang ini sendiri terjaga.

Ruang keluarga dibentuk dengan memberi cerukan - cerukan. Cerukan

inilah yang menjadi ruang personal keluarga dan pasien. Dari ruang ini pasien

rawat inap dapat melihat kegiatan umum rumah sakit. Diharapkan dengan

demikian, pasien akan terbiasa dengan kehidupan normal dan keberadaan orang

asing.

Bagian hijau merupakan perpaduan hardscape dan softscape yang

digunakan sebagai barrier pemisah antara ruang luar umum dan ruang luar bagi

pasien rawat inap. Terdapat penanda di bagian tengah ruang luar ini, penanda ini

dapat membuat ruang terkesan menyatu walau sebenarnya terpisah oleh bagian

hijau. Keberadaan penanda dibagian tengah ini juga semakin memberikan

orientasi kepada orang yang bersikulasi dijalur biru, sehingga tidak kehilangan

arah.

Vegetasi yang digunakan di courtyard B bertujuan sebagai peneduh,

seperti pohon salam dengan tajuk yang besar dan padat, tidak banyak digunakan

semak atau tanaman hias pada courtyard ini karena memang ditujukan untuk

dapat digunakan pada event - event rumah sakit.

Gambar 3.26. Courtyard bagi pengunjung umum

Page 22: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

42 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.27. Courtyard bagi Pengunjung Umum

Gambar 3.28. Courtyard bagi pasien rawat inap dan keluarga

Gambar 3.29. Perspektif Mata Burung

Page 23: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

43 Universitas Kristen Petra

3.6.4. Ruang Dalam – Rawat Inap

Karakter ruang yang ingin dibentuk dalam tiap unit rawat inap adalah

ruang yang terkesan hommy, karena ruang yang terlalu asing dapat menyebabkan

tekanan psikis tersendiri bagi pasien.

Penggunaan satu ruang besar untuk beberapa tempat tidur memberikan

kemudahan bagi paramedis untuk memantau keadaan pasien. Tetapi sebagai

konsekuensinya, ruang personal dan privasi pasien menjadi berkurang. Oleh

karena itu, pola lantai dan plafon didesain untuk membentuk teritori tiap - tiap

pasien di dalam ruang rawat inap ini. Penataan perabot juga memiliki peranan

dalam pembentukan ruang personal ini.

Untuk membentuk suasana yang hangat digunakan warna - warna dari

kuning hingga coklat, penggunaan material kayu dipilih juga untuk membangun

kesan hangat. Penggunaan soft dan indirect lighting dipilih karena mampu

memberi kesan relaks bag pasien. Daylight juga dimanfaatkan untuk penerangan

pada siang hari.

Gambar 3.30. Suasana Ruang Rawat Inap

Gambar 3.31. Indirect Lighting

Page 24: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

44 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.32. Suasana Ruang Rawat Inap

3. 7. Sistem Utilitas

Gambar 3.33. Skema Utilitas Air kotor, kotoran dan air hujan

Page 25: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · • Pasien Penyalahgunaan NAPZA Pasien penyalahgunaan NAPZA mendapatkan pelayanan kesehatan berupa rawat inap, aktivitas yang dilakukan oleh pasien –

45 Universitas Kristen Petra

• Air kotor dan kotoran ditampung dengan saptic tank yang diletakkan

menyebar di seluruh area site. Pelatakan saptic tank ini dekat dengan

jalan dengan tujuan memudahkan pemeliharaan.

Limbah – limbah medis yang berasal dari Ruang Gawat Darurat, Ruang

Jenazah dan CSSD harus diolah terlebih dahulu di Insatalasi Pengolahan

Air dan Limbah sebelum dibuang ke saluran kota.

• Zonasi suplai air bersih ditentukan dengan banyaknya penggunaan air

bersih di rumah sakit ini. Area Rawat inap merupakan pengguna air

bersih terbanyak sehingga, di area ini diberikan tandon pusat, diletakkan

di lantai atap yang merupakan titik paling tinggi, karena sistem yang

digunakan adalah sistem down feet, yaitu memanfaatkan daya tekan air

tanpa menggunakan pompa.

Sebelum naik ke tandon, air dari PDAM ditampung terlebih dahulu di

tendon bawah. Tandon bawah ini juga disebar sesuai dengan kebutuhan.

Penyebaran tandon bawah ini dimungkinkan karena karakter site yang

terbuka empat sisi, sehingga bisa mendapat suplai air bersih dari ke

empat sisi tersebut.

• Untuk kebutuhan listrik darurat disediakan genset. Genset ini berfungsi

menyuplai energi listrik ketika listrik padam, terutama di area emergency

dan rawat inap.