hubungan jenis sekolah terhadap penggunaan napza...

120
HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA PADA SISWA SEKOLAH LANJUT TINGKAT ATAS (SLTA) DI BANTEN Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Sarah Hanifah Adhiansyah NIM 11161030000008 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2019 M

Upload: others

Post on 16-Jul-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP

PENGGUNAAN NAPZA PADA SISWA SEKOLAH

LANJUT TINGKAT ATAS (SLTA) DI BANTEN

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Sarah Hanifah Adhiansyah

NIM 11161030000008

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2019 M

Page 2: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Desember 2019

Sarah Hanifah Adhiansyah

Page 3: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA PADA

SISWA SEKOLAH LANJUT TINGKAT ATAS ( SLTA) DI BANTEN

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

(S.Ked)

Oleh:

Sarah Hanifah Adhiansyah

NIM: 11161030000008

Pembimbing I Pembimbing II

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2019 M

Page 4: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN JENIS SEKOLAH DENGAN

PENGGUNAAN NAPZA PADA SISWA SEKOLAH LANJUT TINGKAT

ATAS ( SLTA) DI BANTEN yang diajukan oleh Sarah Hanifah Adhiansyah (NIM

11161030000008), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada 12

Desember 2019. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.

Ciputat, 12 Desember 2019

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Pembimbing I Pembimbing II

Penguji I

Penguji II

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FK UIN Kaprodi Kedokteran

Page 5: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan menyebut nama Allah Yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang, puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat

dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta

salam saya curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu membimbing umat

manusia. Selama penelitian ini penulis menyadari bahwa banyak sekali mendapatkan

bimbingan, saran, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Hari Hendarto, Ph.D,.Sp.PD-KEMD, FINASIM selaku Dekan Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi Kedokteran

yang telah membimbing penulis selama menjalanai pendidikan di program

studi kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu, memberikan saran terhadap penulisan yang benar dan yang memberi

motivasi sehingga penelitian ini sehingga dapat terselesaikan.

4. dr. Risahmawati, Dr. Med.Sc, selaku pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing, memberi masukan serta arahan penulisan yang

bagus dan memotivasi penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan

penelitian.

5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph. D selaku Penanggung Jawab Riset

Fakultas Kedokteran angkatan 2016.

6. dr. Marita Fadhilah, Dr.Med.Sc selaku penguji I dan dr. Isa Multazam Noor,

MSc, SpKJ selaku penguji II sidang saya yang telah bersedia menjadi

penguji dalam sidang skripsi penelitian ini.

Page 6: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

v

7. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan banyak ilmu kepada saya

selama pendidikan di Progam Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Ayah dan mamah yang aku sayangi, Monalisa Hutasuhut dan TB.H.Mahdi

Adhiansyah,S.H. Serta adik-adikku M.Al Fikri Adhianyah yang selalu

memberikan doa, motivasi, dan dukungan kepada penulis selama menempuh

pendidikan program studi kedokteran dan menyelesaikan laporan penelitian.

9. Nenek saya Hj. Nurmalina Lubis yang selalu ada setiap saya butuhkan dan

selalu memberikan dukungan dan motivasi selama menempuh pendidikan

kedokteran dan dalam menyelesaikan laporan penelitian.

10. Sahabat-sahabat preklinik saya Arini Hikmah selaku teman yang berjuang dan

membantu saya mengambil data, dan memberikan semangat selama proses

dalam menyelesaikan penelitian ini. Hadfizah Qaulan Tsaqila yang membantu

saya tengah malam di mana saya lagi dalam kebingungan, kepada Rasya

salma Irawan, Rani rahmawati, Putri Nurbaeti, Ariyona Insani yang ada dalam

suka dan duka sehingga saya dapat mencapai sejauh ini di kedokteran

11. Teman-teman dekat saya Jati Pratiwi, Fitri Junairiah, Nina Yunita,Tiara

Syifah, Febriani Ningsih yang memberi dukungan semangat dan doanya.

12. Semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Uin Syarif Hidayatullah angkatan

2016 (Pacemaker) atas semua doa dan dukungannya selama menempuh

pendidikan program studi pendidikan dokter.

13. Seluruh responden yang sudah meluangkan waktunya untuk mengikuti

penelitian ini sampai selesai.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Sehingga, penulis sangat berharap mendapat kritik dan saran yang

membangun dari segala pihak sehingga laporan penelitian ini jauh lebih baik lagi.

Demikian laporan penelitian ini, semoga penelitian ini mendapat serta memberikan

manfaat bagi semua orang.

Page 7: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

vi

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ciputat, 12 Desember 2019

Page 8: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

vii

ABSTRAK

Sarah Hanifah Adhiansyah. Program Studi Kedokteran. Hubungan Jenis

Sekolah dengan Penggunaan NAPZA pada SLTA di Banten. 2019. Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

cukup tinggi di Indonesia. Sebesar 3,2% pelaku penyalahgunaan NAPZA tahun 2018

mereka yang berada pada rentang usia 15-35 tahun. Penelitian ini untuk mengetahui

hubungan jenis sekolah dengan penggunaan NAPZA pada SLTA di Banten. Metode:

Penelitian ini termasuk analitik dengan menggunakan desain potong lintang, (cross

sectional) dan sampel penelitian ini dengan metode multistage random sampling di

Banten, lalu dilakukan pendataan jumlah SLTA (SMA, SMK, dan SMA) sehingga

terpilih SMA Askia, SMA Al-Huda, SMA Darulsallam, SMK PGRI4, dan MAN 2

kueisioner Youth Risk Behavior Survailens Survei. Hasil: Dari jumlah sampel inklusi

sebanyak 720 siswa, ditemukan penggunaan NAPZA pada SLTA yang 1,7% pernah

dan tidak pernah 98,2%. Jumlah pengguna pada responden di dapat pada pelajar

SMA 2,3%, MA 0,7% SMK 1,7%. Terdapat hubungan secara signifikan menghisap

lem (ngelem) dengan jenis sekolah (p = 0,016), hubungan secara signifikan

menggunakan kokain dengan jenis sekolah (p = 0,031), dan hubungan secara

signfikan menawarkan, menjual atau memberikan obat terlarang/narkoba di

lingkungan sekolah selama 12 Bulan terakhir dengan jenis sekolah (P = 0,004).

Kesimpulan: Jenis sekolah dengan penggunaan NAPZA berhubungan secara

signifikan pada SLTA di Banten. Kata kunci: Jenis Sekolah, Penggunaan NAPZA, SLTA, YRBS

Page 9: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

viii

ABSTRACT

Sarah Hanifah Adhiansyah. Medical Faculty. The Relationship between Utilizing

NAPZA with The Grade of School at Senior High School in Banten. 2019

Background: The prevalence of drug abuse on high schools quite high in Indonesia

about 3.2% prevalence in 2018. The age range of 15-35 years old. This study dims

determine the relation between type of school to the use NAPZA on senior high

school in Banten province. Method: The study use cross sectional design with

analytical quantitative study. The sampling was multistage random sampling in

Banten high schools and Askia SMA, Al-Huda SMA, Darulsallam SMA, PGRI 4

SMK, MAN 2 were selected as the sample location. Quationer of Youth Risk

Behavior System was used and analyted by chisquare with SPSS 22. Result: There

were joined the study out of 270 samples that eligible, it was found the usage of

NAPZA in senior high school is 1.7% consists of 2.3% SMA, 0.7% MA, 1.7% SMK.

There is a relationship were significant between gluing with the type of school (p =

0.016% ) the higtest SMA about 15 (62.5%), the relationship were significant

between cocain with the type of schools (p = 0.031) the higtest SMK about 6 (85.7%)

and offering, selling or giving NAPZA in the school during the last 2 months with the

type of schools (p = 0.004) the higtest SMK about 42 (14.3%). Conclusion: The type

of schools were significantly related to the drug user in high school.

Keyword: Type of School, Drug User, Senior High Hchool, YRBS.

Page 10: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRACT ......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

1.3. Hipotesis ........................................................................................................... 3

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3

1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................................ 3

1.4.2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 3

1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3

1.5.1. Bagi Peneliti ........................................................................................... 3

1.5.2. Bagi Institusi Akademis ......................................................................... 4

1.5.3. Bagi Masyarakat .................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori ................................................................................................. 5

2.1.1. NAPZA .................................................................................................. 5

2.1.1.1. Definisi ....................................................................................... 5

2.1.1.2. Epidemiologi .............................................................................. 6

2.1.1.3. Bentuk-bentuk NAPZA .............................................................. 8

2.1.1.4. Dampak NAPZA ...................................................................... 12

2.1.2. Remaja .................................................................................................. 17

2.1.2.1. Definisi ..................................................................................... 17

2.1.2.2. Faktor Resiko Remaja .............................................................. 18

2.1.3. Sekolah ................................................................................................. 20

2.1.4. Kuesioner Penelitian ............................................................................. 23

2.2. Kerangka Teori................................................................................................ 26

Page 11: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

x

2.3. Kerangka Konsep ........................................................................................... 27

2.4. Definisi Operasional ....................................................................................... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ............................................................................................ 30

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 30

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 30

3.3.1. Populasi Target ..................................................................................... 30

3.3.2. Sampel ................................................................................................... 30

3.4. Besar Sampel .................................................................................................. 31

3.5. Pemilihan Sampel ........................................................................................... 32

3.6. Kriteria Sampel ............................................................................................... 32

3.6.1. Kriteria Inklusi ...................................................................................... 32

3.6.2. Kriteria Eksklusi ................................................................................... 33

3.7. Cara Kerja Penelitian ...................................................................................... 33

3.8. Alur Penelitian ................................................................................................ 34

3.9. Manajemen Data ............................................................................................. 35

3.9.1. Pengumpulan Data ................................................................................ 36

3.9.2. Instrumen Penelitian ............................................................................. 36

3.9.3. Uji Validasi dan Reabilitas ................................................................... 36

3.9.4. Pengelolaan dan Analisis Data .............................................................. 37

3.9.4.1. Editing ...................................................................................... 37

3.9.4.2. Coding ...................................................................................... 37

3.9.4.3. Data Entry ................................................................................ 37

3.9.4.4. Analisis Data ............................................................................ 37

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ....................................... 38

4.1.1. Uji Validitas .......................................................................................... 38

4.1.2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 42

4.2. Analisis Univariat ........................................................................................... 43

4.2.1. Karakteristik Sampel ............................................................................. 43

4.2.2. Frekuensi Penggunaan NAPZA ............................................................ 43

4.3. Analisis Bivariat .............................................................................................. 50

4.3.1. Hubungan Penggunaan NAPZA dengan Jenis Sekolah ........................ 50

4.3.1.1. Kategori Mencoba NAPZA ...................................................... 50

4.3.1.2. Kategori Berapa Kali Pernah Menggunakan NAPZA .............. 51

4.3.1.3. Kategori Menggunakan Marijuana dalam 30 Hari Terakhir .... 52

4.3.1.4. Kategori Menggunakan Kokain................................................ 53

4.3.1.5. Kategori Berapa Usia Pertama Kali Menggunakan Marijuana 53

4.3.1.6. Kategori Menghisap Lem (Ngelem) ......................................... 54

4.3.1.7. Kategori Menggunakan Heroin ................................................ 55

Page 12: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

xi

4.3.1.8. Kategori Menggunakan Meth-Amfetamin .............................. 55

4.3.1.9. Kategori Menggunakan Ekstasi ................................................ 56

4.3.1.10. Kategori Menggunakan Marijuana Sintetik ........................... 56

4.3.1.11. Kategori Menggunakan Pil atau Suntik Steroid Tanpa Resep

Dokter .................................................................................................... 57

4.3.1.12. Kategori Menggunakan Obat Penenang atau Penghilang Nyeri58

4.3.1.13. Kategori Menggunakan Jarum Suntik Untuk Menuntik Obat

Terlarang/Narkoba ke Tubuh................................................................. 59

4.3.1.14. Aspek Faktor Resiko di Sekolah ............................................ 60

4.4. Pembahasan ..................................................................................................... 61

4.5. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 65

BAB 5 PENUTUP

5.1. Simpulan ........................................................................................................ 66

5.2. Saran ............................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 71

Page 13: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Mekanisme Utama dan Cara Kerja Zat Psikoaktif di Otak ............................ 12

4.1. Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner ............................................................. 42

4.2. Distribusi Sampel Menurut Usia, Jenis Kelamin, Jenis Sekolah, Suku, Agama,

Sekolah, Jurusan, Kelas, Pendidikan Ibu, Pendidikan Ayah, Tempat Tinggal, Daya

Listrik, dan Tingkat Kelas ...................................................................................... 43

4.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan NAPZA .................................... 47

4.4. Hubungan Mencoba NAPZA dengan Sekolah ............................................... 51

4.5. Hubungan Berapa Kali Pernah Menggunakan Marijuana dengan Sekolah .... 52

4.6. Hubungan Menggunakan Marijuana dalam 30 Hari Terakhir dengan Sekolah53

4.7. Hubungan Menggunakan Kokain dengan Sekolah ......................................... 53

4.8. Hubungan Berapa Usia Pertama Kali Menggunakan Marijuana dengan Jenis

Sekolah ................................................................................................................... 53

4.9. Hubungan Menghisap Lem (Ngelem) dengan Sekolah .................................. 54

4.10. Hubungan Menggunakan Heroin dengan Sekolah ........................................ 55

4.11. Hubungan Menggunakan Meth-Amfetamin dengan Sekolah ....................... 55

4.12. Hubungan Menggunakan Ekstasi dengan Sekolah ....................................... 56

4.13. Hubungan Menggunakan Marijuana Sintetik dengan Jenis Sekolah ............ 56

4.14. Hubungan Menggunakan Pil aau Suntik Steroid Tanpa Resep Dokter dengan

Sekolah ................................................................................................................... 57

4.15. Hubungan Menggunakan Obat Penenang atau Penghilang Nyeri dengan

Sekolah ................................................................................................................... 58

4.16. Hubungan Menggunakan Jarum Suntik Untuk Menyuntik Obat

Terlarang/Narkoba ke Tubuh dengan Sekolah ....................................................... 59

4.17. Aspek Faktor Resiko di Sekolah ................................................................... 60

Page 14: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Youth Risk Behavior (YRBS) ........................................................... 71

2. Parental Informed Consent Passive Form ....................................................... 79

3. Surat Rekomendasi Penelitian .......................................................................... 81

4. Surat Rekomendasi Peneliti ............................................................................... 82

5. Riwayat Penulis ................................................................................................ 84

6. Hasil univariat…………………………………………………………………85

7. Hasil Bivariat………………………………………………………………….95

Page 15: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

xiv

DAFTAR SINGKATAN

NAPZA : Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Zat adiktif lainnya

YRBS : Youth Risk Behavior Survey

SLTA : Sekolah Lanjut Tingkat Atas

Riskesda : Riset Kesehatan Dasar

Permendikbud RI : Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia

Permenkes : Peraturan menteri kesehatan

ICD : Classification of Disease

ASAM : Society of Addiction Medicine

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

MA : Madrasah Aliyah

WHO : World Health Organization

UNODC : United Nation Office On Drugs and Crime

BNN : Badan Narkotika National

Page 16: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Casa Columbia 2001 menyatakan bahwa 9,5 juta (60%) pelajar SMA dan

setiap tahunnya remaja usia 12 hingga 17 setiap tahunnya mencoba ganja, ekstasi,

atau obat terlarang lainnya.1 Kementerian kesehatan tahun 2014, menyatakan

penggunnaan NAPZA pada remaja di Indonesia cukup tinggi didapatkan sekitar

14.000 orang dari 70 juta remaja dan beusia 12-21 tahun dan menurut Badan

Narkotika National tahun 2018 menyatakan bahwa penyalahgunaan NAPZA

tahun 2018 sebesar 3,2%.2

NAPZA adalah kepanjangan dari Narkotika,

Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya atau istilah yang populer dikenal masyarakat

sebagai Narkoba (Narkotika dan Obat Berbahaya).1 Menurut survei Badan

Narkotika National tahun 2011 menyatakan usia pertama kali memakai NAPZA

terbanyak rata-rata berumur 16 tahun yang dimana pada usia tersebut terdapat di

Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) dengan jenis NAPZA terbanyak yang

disalahgunakan adalah ganja, ekstasi, sabu dan lem.2

Rata-rata usia 12-21 tahun, remaja berada pada masa Sekolah Tingkat Atas,

menurut Permendikbud RI Nomer 14 tahun 2018, Sekolah Lanjut Tingkat Atas

(SLTA) dibagi menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Atas

Luar Biasa (SMALB)/Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) yang diselenggarakan oleh pemerintah

pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Perbedaan jenis sekolah tersebut

memiliki perbedaan fokus pembelajaran yaitu:3

a. SMA (Sekolah Menengah Atas) kurikulumnya lebih fokus

pengetahuannya.

b. SMK (Sekolah Menengah Kejurusan) kurikulumnya mengutamakan

pengembangan kemampuan siswa dalam melakukan jenis pekerjaan

tertentu. Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan menyiapkan

Page 17: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

2

siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap

profesional.

c. MA (Madrasah Aliyah) kurikulumnya sekolah ini lebih fokus pada

pengembangan pendidikan agama Islam

Lingkungan sekolah dapat menjadi salah satu tempat yang efektif untuk

perkenalan, pembagian, penggunaan dan perdagangan NAPZA karena siswa

berada di sekolah pada umumnya 5-6 jam perhari. Sekolah dapat mempengaruhi

kehidupan siswa sehari-hari, di mana tempat kumpul teman sebaya, selain itu

menjadi ajang pertukaran pikiran.4

Pengaruh NAPZA akan menyebabkan adiktif, sehingga jika sudah adiktif

akan menimbulkan efek bagi tubuh, setiap zat NAPZA yaitu dapat memberikan

efek yang berbeda terhadap tubuh yang dapat memyerang pada jantung, otak,

tulang, pembuluh darah, paru-paru, sistem saraf, sistem pencernaan, dapat

terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV/AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC

dan bisa menyebabkan kematian bagi manusia.5

Data yang akurat mengenai jumlah penyalahgunaan NAPZA secara umum

memang belum ada, namun beberapa tahun terakhir jumlah kasus penyalahgunaan

NAPZA cenderung semakin meningkat dimana jumlah kasus yang ada

diperkirakan jauh lebih besar dari pada kasus yang dilaporkan atau dikumpulkan.1

Penilaian NAPZA ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

pengambilan keputusan penanggulangaan NAPZA yang sesuai dengan evidence

based, sehingga pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA

menjadi lebih terarah.1 Oleh karena itu saya, tertarik untuk melihat gambaran dan

hubungan jenis sekolah dengan penggunaan NAPZA pada SLTA karena data

yang didapat kurang, sedangkan pada SLTA kurikulumnya berbeda-beda sehingga

pengetahuan juga.1

Page 18: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

3

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan jenis sekolah SMA, SMK, dan MA dengan

penggunaan NAPZA di Banten ?

1.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara jenis sekolah

lanjut tingkat atas (SMA, SMK, dan MA) terhadap penggunaan NAPZA di

Banten.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah:

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan jenis sekolah dengan

pengunaan NAPZA di Banten.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui penggunaan prevalensi NAPZA di SLTA.

2. Mengetahui penggunaan prevalensi NAPZA berbeda sekolah pada SMA,

SMK, MA di Banten.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah:

1. Mendapatkan pengalaman penelitian.

Page 19: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

4

2. Mengetahui gambaran penggunaan NAPZA pada SLTA di Banten.

1.5.2 Manfaat Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi prevalensi paparan

NAPZA dan hubungan antara penggunaan NAPZA dengan jenis sekolah SMA,

SMK dan MA di Banten.

1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru, orang

tua, dan siswa tentang prevalensi paparan NAPZA dan hubungan sikap dengan

perilaku pada siswa sekolah SMA, SMK, MA di Banten.

Page 20: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 NAPZA

2.1.1.1 Definisi

Istilah yang sering dipakai NAPZA adalah ( Narkotika, Alkohol, Psikotropika,

dan Zat adiktif lainnya ).5

Menurut UU nomer 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik

sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan.5

Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang memerlukan proses yang

bersifat sintetis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa

sakit/analgesik. Sebagai contoh adalah amfetamin, metadon, dekstropropakasifen,

deksamfetamin dan sebagainya. Adapun narkotika semi sintetis adalah zat/obat yang

diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi dan lain sebagainya seperti heroin, morfin,

kodein dan lain-lain. Di luar kategori tersebut disebut narkotika alami, yaitu zat dan

obat yang langsung bisa dipakai sebagai narkotika tanpa perlu adanya proses

fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai

dengan sedikit proses sederhana. Contoh narkotika alami adalah ganja dan daun

koka.5

Menurut UUD RI Nomer 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Psikotropika

adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat

Page 21: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

6

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktiftas mental dan perilaku.7

Dalam International Classification of Disease (ICD) yang diterbitkan WHO,

yang berfokus gejala-gejala penyakit, ketergantungan NAPZA diartikan sebagai

hastrat yang kuat atas perasaan akan kebutuhan untuk menggunakan NAPZA

kesulitan mengontrol penggunaan NAPZA, gejala fisiologis terputus, toleransi,

pengabaian terhadap kenikmatan dan /atau keminatan alternative secara progresif,

dan tetap menggunakan NAPZA terlepas dari dampak buruk yang telah terbukti

terjadi.8

2.1.1.2 Epidemiologi

CASA Columbia tahun 2001 menyatakan bahwa 9,5 juta (60%) pelajar SMA

dan setiap tahunnya remaja usia 12 hingga 17 tahun mencoba ganja, ekstasi, atau obat

terlarang lainnya.1

Angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia cenderung

mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2005–2011, yaitu mencapai

0,24% atau sekitar 911,805 penyalahgunaan, sedangkan angka prevalensi tahun

2011–2014 turun sebesar 0,05% atau sekitar 251,555 penyalahgunaan. Meskipun

demikian, sampai tahun 2017 angka prevalensi mengalami penurunan sebesar 0,14%

per tahun. Menurut Puslitkes dan BNN tahun 2017 menyatakan bahwa penurunan

angka prevalensi juga dapat dilihat pada hasil survei tahun 2017, yang menunjukkan

bahwa angka prevalensi di kalangan pekerja mengalami penurunan dari 12,8% pada

tahun 2012, menjadi 9,1% pada tahun 2017.10

Menurut UNODC tahun 2015 menyatakan bahwa secara absolut, diperkirakan

ada sekitar 167-315 juta orang penyalahgunaan dari populasi penduduk dunia yang

berumur 15-64 tahun yang menggunakan NAPZA minimal sekali dalam setahun di

tahun 2013.5

World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office on Drugs

and Crime (UNODC), menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 %

dari penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi NAPZA. Sedangkan

Page 22: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

7

angka penyalahgunaan NAPZA di kalangan pelajar dan mahasiswa di Indonesia

tahun 2018 sebesar 3,2% atau setara dengan 2,29 juta orang dari 15,44 juta orang.

Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba

adalah mereka yang berada pada rentang usia 15-35 tahun.11

Sebagian besar informan mengatakan pernah menggunakan berbagai macam

jenis narkoba, seperti: shabu, ekstasi, putaw, ganja, dan juga berbagai macam pil

seperti: dextro, lexotan, dumolid, sanax dan trihex. Hampir semua informan

mengatakan pada pertama kali menggunakan narkoba ingin coba-coba dan umumnya

karena pengaruh bujukan teman. Banyak juga dari penyalahgunaan mengatakan

mereka pernah mengonsumsi sekaligus beberapa jenis narkoba (multidrugs) disertai

dengan minum-minuman beralkohol.5

Penyebaran dan pola pemakaian NAPZA masih relatif tidak jauh berbeda

dengan survei-survei sebelumnya, paling banyak dikonsumsi adalah ganja, shabu,

ekstasi, serta obat daftar G. Untuk mendapatkan narkoba tersebut, maka pola

transaksi dan peredaran narkoba melalui beberapa cara, yaitu: tatap muka (face to

face) yaitu penyalahguna membeli langsung ke bandar, transaksi melalui kurir,

pembelian langsung ke pusat peredaran narkoba yang ada di kota tersebut,

menggunakan system temple/sistem ranjau yaitu pengguna mentransfer sejumlah

uang lalu pengendar/bandar memberikan petunjuk di mana lokasi NAPZA harus

diambil oleh penggunaan, dan terakhir yang sedang marak adalah menggunakan

sistem online, dalam sistem online juga ada yang membuat kelompok khusus dengan

kode atau kata kunci tertentu untuk bisa mengaksesnya.5

Studi menunjukkan bahwa sementara proporsi peredaran gelap pasar narkoba

melalui internet volumenya tetap kecil namun pertumbuhan pesatnya dapat

merupakan tantangan yang signifikan. Peredaran dan akses obat-obatan untuk

disalahgunakan melalui internet dilaporkan oleh survei obat global yang telah

dilakukan beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun data ini berasal

dari sampel yang tidak representatif, tetapi berhasil mengungkap perilaku sekitar

100.000 pengguna internet pada lebih dari 50 negara memberikan gambaran kasar

tentang kecenderungan pengguna NAPZA untuk mendapatkan obat-obatan terlarang

Page 23: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

8

secara online, dan juga gambaran betapa mudahnya mereka bisa mengaksesnya. Di

antara responden survei yang telah menggunakan narkoba dalam satu tahun terakhir,

proporsi obat yang didapat dari peredaran gelap di internet dalam 12 bulan

sebelumnya meningkat 70% selama periode 2014-2017 (UNODC 2017).5

2.1.1.3 Bentuk-bentuk NAPZA

Jenis narkoba yang paling banyak dikonsumsi oleh penyalahguna narkoba

adalah ganja, shabu, dan ekstasi. Ketiga jenis narkoba tersebut masih menguasi pasar

peredaran narkoba. Hal yang menarik adalah obat-obatan daftar G (misalkan

Tramadol, Trihex, Pil Koplo, xanax, dsb), yaitu obat resep ternyata juga banyak yang

dikomsumsi oleh para penyalah guna narkoba. Selain itu, obat bebas jenis sakit

kepala (analgesik) yang bebas dijual di warung, mini market ataupun toko obat/apotik

yang paling banyak dikonsumsi secara berlebih (over) dari dosis seharusnya oleh para

penyalahguna untuk mendapatkan efek sampingnnya.5

Selain itu, di dalam setiap kelompok survei ada sedikit perbedaan pola pakai,

selain ganja dan shabu. Pada kelompok pelajar/mahasiswa cenderung masih tahap

belajar pakai dan adanya keterbatasan finansial. Oleh sebab itu, jenis pil koplo juga

banyak dikonsumsi setelah shabu. Sementara di kalangan pekerja, karena kebanyakan

dari mereka bertujuan pakai untuk meningkatkan stamina agar tidak cepat lelah, maka

setelah shabu yang banyak dikonsumsi adalah ekstasi. Pada kelompok rumah tangga,

polanya merupakan kombinasi pola pakai narkoba di antara pelajar dan pekerja.5

Menurut Kemenkes tahun 2014, pada umumnya jenis zat yang digunakan oleh

para penyalahgunaan narkoba yaitu:

1) Jenis yang tidak digunakan dalam dunia medis yaitu kannabis, kokain, heroin,

dan designer drug lainnya.

2) Jenis yang digunakan dalam dunia medis berupa golongan sedatif hipnotik

dengan masa kerja pendek.

Page 24: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

9

3) Jenis yang relatif bebas diperjualbelikan yaitu alkohol. Zat yang tidak

digunakan dalam pengobatan/medis, biasanya lebih banyak masuk melalui

jalur tidak resmi (illicit).3

Berdasarkan UU No 35 Tahun 2009 tersebut juga mengatur tentang

penggolangan NAPZA dan zat–zat dengan adanya peningkatan penyalahgunaan

beberapa zat baru yang memiliki potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan

yang belum termasuk dalam golongan NAPZA (UU tentang Narkotika) maka

diterbitkan permenkes Nomor 2 tahun 2017 tentang perubahan penggolongan

NAPZA.

a. Narkotika golongan I adalah NAPZA yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,

serta mampunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: Tanaman Ganja, Heroina, Amfetamina, Metamfetamina, Etkatinona,

tanaman KHAT ( Catha eduils ) dan lain-lain .

b. Narkotika golongan II adalah NAPZA berkhasiat pengobatan digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk

tujuan pengembangan ilmu pengentahuan serta Metadona, Morfin, Petidina,

Dihidroetorfin, Oripavin dan lain-lain

c. Narkotika golongan III adalah NAPZA berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan

Contoh: Kodeina, Narkodeina, Buprenorfina dan lain-lain4

Pembagian golongan NAPZA oleh American Society of addinction medicine (ASAM)

yaitu :7

a. Stimulan: menimbulkan adiksi psikis sedang sampai berat dan gejala putus zat

dapat bersifat psikologs maupun psikosomatis. Contohnya: amfetamin, kokain,

nikotin, dan kafein.

b. Sedatif dan Hipnotik: menimbulkan adiksi psikis ringan sampai berat dan

adiksi fisiologik berat, putus zat mendadak berakibat fatal. Contohnya adalah

alkohol, barbiturate, benzodiazepine, dan metakualon.

Page 25: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

10

c. Opiat dan analgesik opioid: menimbulkan adiksi psikis ringan sampai berat

dan adiksi fisiologik berat, ringan, sedang, berat, penghentian mendadak dapat

fatal. Contohnya: morfin dan kodein opiate semisintesis (diasetilmorfin) dan

opioid sintesis penuh (fentanil, dan metadon).

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh psikotropika ini

antara lain:

1. MDMA (Methylene Dioxy Meth Amphethamine),atau Inex

2. Shabu-shabu atau Ubas

3. Psilobina dan psilosina

4. LSD atau Lisergic Acid Dietilamine yang berasal dari sejenis jamur ergot

yang tumbuh pada gandum putih dan gandum hitam.

5. Meskalina (peyote)

Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Zat yang

termasuk golongan ini adalah: amfetamin, methamfetamine, metakualona,

metilfenidat, dan lain-lain.

Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Jenis

psikotropika golongan ini yaitu: amobarbital, flunitrazepam, katina,dan lain-lain.

Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh dari

Page 26: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

11

golongan ini adalah barbital, bromazepam, diazepam, estazolam, fenobarbital,

klobazam, lorazepam, nitrazepamdan lain-lain.

Jenis narkoba lainnya yang banyak diketahui adalah lem aibon, bensin, spidol,

dan hit elektrik (64,6%). Tingginya pengetahuan responden terhadap zat adiktif ini

kemungkinan disebabkan bahan-bahan ini sangat dekat dengan keseharian

masyarakat dan harganya relatif murah dan mudah didapatkan. Sementara itu, jenis

narkoba sintetis yang paling banyak diketahui responden adalah jenis shabu, yaba,

SS, tastus, dan ubas (methamphetamine) (71,1%).7

Jenis ekstasi (inex, XTC, cece, happyfive) dan jenis tembakau beruang atau

tembakau gorilla diketahui oleh sekitar 48,0% responden. Sedangkan jenis

amphetamine (seed, dex, adderall, dan dexamphetamine) merupakan jenis narkoba

sintetis yang paling sedikit diketahui oleh responden.19

Jenis narkoba semi-sintetis

yang banyak diketahui responden adalah heroin (60,20%) dan kokain (59,4%),

sedang jenis lainnya diketahui sedikit responden adalah putau (28,5%), morphine

(38,3%).7

Menurut UNODC tahun 2015 dalam lima tahun terakhir terindikasi trend

jenis ekstasi menurun sekitar 15% di berbagai negara, sementara itu penggunaan

amfetamin dilaporkan stabil namun, ada yang meningkat drastis (15,8%) dalam lima

tahun terakhir yaitu konsumsi jenis metamfetamin, dan juga beberapa jenis sintesis

hadir dan berkembang dalam berdagangan NAPZA, bahkan semakin negara yang

melaporkan tiap tahun. Pada tahun 2014, jenis narkoba baru dilaporkan lebih 90

negara, jumlah negara yang melaporkan NAPZA jenis baru meningkat 1,5 kali

dibandingkan tahun 2009. NAPZA jenis sintesis ini mejadi komoditas “legal higs”

(pelegalan) dan mengggantikan NAPZA jenis stimulant seperti kokain dan ekstasi.

NAPZA sintesis ini dijual melalui internet dan khusus.7

Page 27: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

12

2.1.1.4 Dampak NAPZA

Dampak NAPZA bagi tiap zat yaitu dapat memberikan efek yang berbeda

terhadap tubuh yang dapat menyerang pada jantung, otak, tulang, pembuluh darah,

paru-paru, sistem saraf, sistem pencernaan, dapat terinfeksi penyakit menular

berbahaya seperti HIV/AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC dan banyak dampak bagi

manusia.7

Kebanyakan zat psikoaktif dikategorikan menjadi depresan, stimulan, dan

halusinogen. Setiap zat yang berbeda memilki aksi yang berbeda pula dalam otak

untuk menghasilkan efek-efeknya. Mekanisme utama dan cara kerja zat psikoaktif di

otak di jelaskan pada tabel 2.1 dibawah ini.7

Tabel 2.1 Mekanisme Utama dan Cara Kerja Zat Psikoaktif di Otak .

No. Jenis zat Mekanisme Kerja di Otak Efek Jangka Panjang

Terhadap Otak

1. Etanol /Alkohol Meningkat efek GABA,

dan menurunkan efek

eksitatori dari Glutamat.

Memperkuat efek-efek

yang mungkin terkait

dengan peningkatan

aktifitas di jalur dopamin

mesolimbic.

Berubahnya fungsi dan

struktur otak, terutama

dibagian korteks pra frontal

(prefrontal-cortex),

gangguan kognitif, volume

otak yang berkurang.

2. Hipnotik dan Sedatif Mendorong kerja dari

neurotransmitter.

Kerusakan memori.

3. Nikotin Mengakibatkan reseptor

tersebut melimpah di area-

Sulit memisahkan efek dari

nikotin dengan komponen

Page 28: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

13

area otak yang terlibat

dalam respon terhadap zat-

zat yang adiktif seperti

pada jalur dopamin

mesolimbik.

lain dari tembakau.

4. Opiodia Mengaktifkan reseptor-

reseptor opioida mu dan

delta. Reseptor-reseptor

tersebut berlimpah di area-

area oatak yang terlibat

dalam respon terhadap zat-

zat yang adiktif seperti

pada jalur dopamin

mesolimbic.

Perubahan panjang

terhadap reseptor opioida

dan peptida, adaptasi dalam

respon ganjaran (reward),

pembelajaran, dan stress.

5. Kanabinoida Mengaktifkan reseptor

kanabinoid juga

meningkatkan aktifitas

dopamine di jalur

mesolimbik

Paparan jangka panjang

dapat menyebabkan

kecacatan kognitif yang

bertahan lama dan

memparah penyakit jiwa

yang sudah ada.

6. Kokain Memblokir ambilan (re-

uptake) dari transmitor

seperti dopamine, sehingga

memperpanjang efek-efek

zat.

Deficit kognitif,

abnormalitas pada daerah-

daerah tertentu pada

korteks, cacat dalam fungsi

motorik, dan waktu reaksi

yang menurun.

7. Amfetamin Meningkatkan penglepasan

dopamin dari terminal

saraf, dan menghalangi

Perubahan dalam reseptor

dopamine otak, perubahan

matabolis regional, cacat

Page 29: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

14

ambilan kembali (re-

uptake) dari dopamin dan

transmitor yang terkait.

motorik dan kognitif.

8. Ekstasi Meningkatkan penglepasan

serotonin dan memblokir

ambilan kembali.

Merusak sitem serotonin

otak, membawa ke perilaku

dan psikologis.

9. Inhalan Kemungkinan besar

mempengaruhi

neurotransmitor inhibisi,

seperti sedatif dan hipnotik

lainnya. Mengaktifkan

dopamin mesolimbic.

Menyebabkan perubahan

dalam pengikatan dan

fungsi reseptor dopamine,

fungsi kognitif yang

menurun, masalah-masalah

psikiatri dan neurologis.

10. Halusinogen Berbagai zat yang berbeda,

bekerja pada reseptor yang

lain seperti, reseptor–

reseptor serotonin,

glutamate, dan asetilkolin.

Episode psikotik akut atau

kronis, mengalami kembali

efek-efek zat yang sudah

digunakan.

a. Pemakaian Amfetamin

Pemakaian amfetamin pada dosis rendah berpengaruh pada susunan saraf

pusat yaitu mengakibatkan peningkatan stimulasi, insomia, dizziness, tremor ringan,

mengalami euphoria/disforia, bicara berlebihan, meningkatkan kepercayaan diri dan

kewaspadaan diri, cemas, panik, menekan napsu makan, dilatasi pupil, sakit kepala,

dan gemerutuk gigi. Sedangkan dosis tinggi berpengaruh pada perilaku kasar, bicara

tak jelas, psikosis, kejang, dan juga bisa koma.7

Pengaruh pada kardiovaskukar yang menyebabkan takikardia, palpitasi, dan

juga aritmia. Pengaruh pada pernapasan yang menyebabkan peningkatan frekuensi

napas dan kedalaman pernapasan. Pengaruh pada gastrointestinal, mual muntah,

Page 30: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

15

konstipasi, diare. Pengaruh terhadap kulit yang menyebabkan kulit berkeringat, dan

pucat.7

b. Pemakaian Opioid

Pemakaian opioid berpengaruh pada sistem saraf yaitu mengalami analgesia,

euphoria, sedasi, mengantuk, depresi pernapasan, dan pupil konstriksi. Pengaruh

gastrointestinal mual dan muntah, konstipasi, dan spasme bilier. Pengaruh pada

endokrin adalah perubahan hormone seks pada wanita (kadar FSH dan LH rendah,

peningkatan kadar prolaktin) berdampak pada gangguan pada siklus menstruasi,

penurunan libido, penurunan kadar testosteron.7

Apabila pemakaian opioid dihentikan dapat terjadi gejala putus obat (sakaw)

dengan ciri-ciri: air mata berlebihan, cairan hidung berlebihan, pupil mata melebar,

keringat berlebihan, mual dan muntah, bulu kuduk berdiri, tekanan darah naik,

jantung berdebar-debar, demam, kejang, nyeri kepala, nyeri/ngilu pada sendi-sendi

dan menjadi mudah marah serta agresif.2

c. Pemakaian Benzodeazepin

Pemakaian benzodeazepin mengalami penurunan fungsi kognisi dan memori,

kebingungan, mengantuk, letargi, kelelahan, kelemahan otot, hipoton, depresi,

nistagmus, vertigo, sakit kepala, bicara cadel atau pelo dan tidak jelas.

d. Pemakaian Kokain

Koka dikenal dengan nama cocaine hydrochloride atau juga dengan nama lain

coke atau charlie. Bentuknya berupa bubuk berwarna putih. Pemakaian dengan cara

dihisap melalui lubang hidung. Bahaya penggunaan kokain adalah dapat

menimbulkan agitas motorik (perilaku gelisah), rasa gembira yang aneh, kepercayaan

diri meningkat, banyak bicara, timbul kecurigaan, jantung berdebar-debar, pupil mata

melebar, tekanan darah naik, berkeringat berlebihan, mual, dan muntah.2

Pemakaian kokain mengalami euphoria, banyak bicara, bertambahnya percaya

diri, merasa sangat bersemangat, berkurangnya keinginan untuk tidur. Efek akut pada

Page 31: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

16

dosis rendah adalah dilatasi pupil, peningkatan tekanan darah, peningkatan suhu

tubuh. Efek pada dosis tinggi (reaksi toksik) yaitu agresif, kedutan otot, gagal napas,

edema paru, gagal ginjal akut, dan penglihatan kabur.

e. Pemakaian Ganja

Dapat menimbulkan dampak munculnya Gangguan Mental Organik (GMO).

Manifestasi GMO pada pengisap ganja yaitu:2

1. Euforia atau munculnya rasa gembira tanpa sebab.

2. Perasaan intensifikasi persepsi subjektif, yaitu mengalami gangguan persepsi

tentang diri dan lingkungannya, halusinasi, dan delusi (waham).

3. Perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya waktu 10 menit dirasakan

sebagai satu jam.

4. Sikap acuh tak acuh terhadap diri dan lingkungan, tidak ada kemauan atau

inisiatif, dan berprilaku masa bodoh.

5. Timbul gejala fisik yaitu, mata merah, nafsu makan bertambah, dan mulut

kering.

6. Efek dalam tingkah laku, misalnya muncul kecurigaan yang berlebihan,

ketakutan berlebihan, aktivitas yang sehari-hari dilakukan menjadi menurun,

malas sekolah/kuliah atau bekerja, kehilangan teman, dan dapat kehilangan

pekerjaan.

f. Pemakainan Heroin

Pemakaian dalam jangka panjang dapat menyebabkan pembuluh darah rusak,

bengkak, tetanus, terinfeksi HIV, hepatitis B dan C, kehilangan nafsu makan, bagi

wanita dapat mengacaukan siklus haid dan kadang menjadi mandul. Pemakaian

heroin melebihi takaran/dosis menyebabkan pengguna sulit bernafas dan aktivitas

saraf pusat dapat terhambat hingga menyebabkan koma dan berakhir dengan

kematian.2

Page 32: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

17

2.1.2 Remaja

2.1.2.1 Definisi

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-18 tahun, dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.13

Adolescent atau remaja merupakan masa kritis pergantian dari anak menjadi

dewasa. Pada remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial

yang berlangsung secara sekuensial.14

Perubahan fisik merupakan perkembangan

tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan

hubungan sosial dengan lingkungannya.14

Perubahan hormon adalah pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi

Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens

perubahan sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik

negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tanda-

tanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. 14

Secara perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu

remaja awal (early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late

adolescent). Masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:14

a. Early Adolescent

Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi

pada usia usia 12-14 tahun. Karakteristik masa remaja awal ditandai oleh

terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti, krisis terhadap identitas,

jiwa yang labil, meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,

pentingnya pertemanan maupun teman dekat/sahabat, berkurangnya rasa

hormat terhadap orang tua, kadang-kadang berprilaku kasar. Pada masa ini

juga menunjukkan kesalahan orang tua, mencari orang lain yang disayangi

Page 33: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

18

selain orangtua seperti yang kita kenal istilah pacaran, kecenderungan untuk

berlaku kekanak-kanakan, dan terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer

group) terhadap hobi dan cara berpakaian, dan juga pada periode remaja awal,

anak juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, maupun

mencobakan penggunaan NAPZA.

b. Middle Adolescent

Merupakan antara usia 15-17 tahun, yang ditandai dengan terjadinya

perubahan-perubahan sebagai berikut: mengeluh orang tua terlalu ikut campur

dalam kehidupannya, sangat memperhatikan penampilan, berusaha untuk

mendapat teman baru, tidak atau kurang menghargai pendapat orang tua,

sering sedih/moody, mulai menulis buku harian, sangat memperhatikan

kelompok main secara selektif dan kompetitif, dan mulai mengalami masa

sedih karena ingin lepas dari orang tua.

c. Late Adolescent

Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh

tercapainya maturitas fisik secara sempurna, pada fase remaja akhir ini lebih

memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkan nanti

kedepannya. Pada masa ini sudah mulai serius dalam berhubungan dengan

lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan.

2.1.2.2 Faktor Resiko Remaja

Kaum remaja menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap

penyalahgunaan narkoba, karena selain mempunyai sifat dinamis, energik, selalu

ingin tahu. Mereka juga mudah putus berakibat jatuh pada masalah penyalahguanaan

NAPZA5. Beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada remaja,

dilihat dari sudut pandang psikososial yaitu perilaku menyimpang yang terjadi akibat

negatif dari interaksi 3 faktor sosial yaitu:10

Page 34: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

19

1. Faktor Keluarga

a) Keluarga bermasalah atau broken home.

b) Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau

penyalahguna atau bahkan pengedar gelap narkoba.

c) Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis.

d) Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi,

keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya.

e) Orang tua yang otoriter.

f) Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang/tanpa

pengawasan.

g) Orangtua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.

2. Faktor Lingkungan

a) Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau

bahkan semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap

narkoba. Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karaoke,

dll).

b) Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.

c) Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi,

tidak ada hubungan primer, ketidakperhatian, hilangnya pengawasan sosial

dari masyarakat, kemacetan lalu lintas, kekumuhan, pelayanan publik yang

buruk, dan tingginya tingkat kriminalitas.

d) Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.

3. Faktor Ketersediaan NAPZA

a) Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.

b) Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat.

c) Narkoba semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan bentuk

kemasan.

Page 35: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

20

Menurut Hawari tahun 2006 menyatakan bahwa bila ketiga faktor tersebut

tidak kondusif maka sebagai hasil interaksi ketiga faktor tersebut menyebabkan

resiko perilaku menyimpang menjadi lebih besar yang berakibat pada

penyalahgunaan NAPZA. Masa remaja merupakan periode terjadi pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas

remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan

tatangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa di

dahului oleh pertimbangan yang matang, sehinga apabila keputusan yang diambil

dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh kedalam perilaku berisiko

dan mungkin harus bertanggung menganggung akibat jangka pendek dan jangka

panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial.5,15

2.1.3 Sekolah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah lembaga untuk

belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran, waktu atau

pertemuan ketika murid-murid di beri pelajaran, usaha menuntut kepandaian, belajar

di sekolah.16

Berdasarkan UU Nomer 2 tahun 1989, sekolah adalah satuan pendidikan

yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar.17

Menurut Permendikbud RI Nomer 14 tahun 2018, sekolah adalah adalah

bentuk kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan, yaitu :3

1. TK : Taman Kanak-kanak (TK),Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB),

dan Raudatul Athfal (RA).

2. SD : Sekolah Dasar (SD)/Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI).

3. SMP : Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Pertama

Luar Biasa (SMPLB), dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).

4. SLTA (Sekolah Lanjut Tingkat Atas) :

Page 36: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

21

a. Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa

(SMALB)

b. Madrasah Aliyah (MA)

c. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan

masyarakat.

a. Sekolah Menengah Atas

Menurut Kemdiknas tahun 2010 sekolah Menengah Atas (SMA) adalah

jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus

Sekolah Menegah Pertama (SMP) atau sederajat, SMA ditempuh dalam waktu tiga

tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12 (Kemdiknas,2010). Peraturan Direktorat

Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah No. 576/Kep/TU/2006, serta

Pedoman penyelengaraan Sistem Kredit Semester (SKS) untuk SMA Kategori

Mandiri dan bertaraf internasional dari Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP)

Departemen Pendidikan Nasional. Menurut Depdiknas tahun 2007 menyatakan

bahwa siswa dapat dijurukan program IPA maupun IPS dengan mempertimbangkan

tes penempatan (palecement test) dengan mengacu pada empat mata pelajaran yaitu:

1. Matematika.

2. Kimia.

3. Geografi.

4. Ekonomi.

Pada program pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan yang setara,

jumlah jam mata pelajaran sekurang-kurangnya 42 jam pelajaran setiap minggu.

Setiap jam pelajaran lamanya 45 menit. Dalam menyesuaikan dengan alokasi waktu

yang tersedia, setiap satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat

jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.18

SMA yang di mana

kurikulumnya lebih memfokuskan pengetahuannya sehingga siswa/siswai yang

memilih SMA lebih banyak bertujuan pendidikan selanjutnya menuju kuliah.18

Page 37: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

22

b. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang

sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain

yang sederajat (Undang-undang Sisdiknas Nomer 20 Tahun 2003).19

Menurut PP No.29 Tahun 1990 menyarakan bahwa pendidikan menengah

kejuruan adalah pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan

kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menegah

kejuruan mengutamakan menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta

mengembangkan sikap professional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah menengah

kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan yang sesuai dengan jenis-

jenis lapangan pekerjaan (PP No.29 Tahun 1990).20

Mata pelajaran di SMK terdiri atas tiga jenis yaitu pelajaran adaptif, normatif,

dan produktif sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).13

Mata

pelajaran wajib mencakup 9 (sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam

per minggu, beban belajar untuk SMK/MAK adalah 48 jam pelajaran per minggu.

Beban belajar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS) yang diatur lebih

lanjut dalam aturan tersendiri.21

c. Madrasah Aliyah

Madrasah secara harfiah berasal dari Bahasa Arab yang artinya sama atau

setara dengan kata Indonesia "sekolah" (school).10

Madrasah memilki kurikulum,

metode dan cara mengajar sendiri yang berbeda dengan sekolah. Madrasah sangat

menonjol nilai religiulitas masyarakatnya. Sementara sekolah merupakan lembaga

pendidikan umum dengan pelajaran universal dan terpengaruh iklim pencerahan

Barat. 22

Page 38: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

23

Dilihat dari segi struktur kurikulum, Madrasah Aliyah yang diterbitkan oleh

Departemen Agama dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum berbeda dengan

sekolah umum lainnya. Perbedaanya nampak pada pengembangan pendidikan agama

Islam yang terkait dengan mata pelajaran: al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih

dan sejarah Islam. Pada setiap program baik program bersama, program studi ilmu

alam, program studi ilmu social, program studi ilmu agama Islam, program studi

bahasa maupun program keahlian kejurun mata pelajaran tersebut diberikan.11

MA

yang dimana kurikulumnya lebih mempunyai 2 fokus pengetahuannya dan

pegembangan pendidikan agama islam sehingga Siswa/i yang memilih MA lebih

banyak bertujuan pendidikan selanjutnya menuju kuliah maupun kerja.22

Dari 3 jenis sekolah tersebut kita bisa tergambarkan dari kebiasaan

kesehariannya yang dimana SMK dan SMA lebih bebas dari sekolah lainnya,

sedangkan MA lebih mendalami keaagaman yang bagus untuk pola pikir dan

kepribadian remaja.

2.1.4 Kuesioner Penelitian

Untuk mengkaji kesehatan remaja ada beberapa kuesioner. CDC

mengeluarkan kuesioner :

1. BRFSS (Behavioral Risk Factor Surveillance System).23

2. NHANES (the national healt and nutrition examination).24

3. YRBS (Youth Risk Behavior Survey).25

2.1.4.1 Kuesioner Youth Risk Behavior Survey (YRBS)

Kuisioner YRBS merupakan alat ukur untuk mengetahui perilaku berisiko

yang bekontribusi pada penyebab utama kematian dan kecacatan di kalangan

remaja dan orang dewasa. Perilaku berisiko tersebut termasuk perilaku yang

berkontribusi pada kekerasan dan cedera yang tidak disengaja, termasuk perilaku

kekerasan fisik dan depresi, perilaku seksual terkait dengan kehamilan yang tidak

Page 39: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

24

diinginkan dan penyakit menular seksual, termasuk HIV, alkohol dan penggunaan

obat-obatan terlarang, penggunaan rokok, perilaku diet yang tidak sehat, serta

aktivitas fisik yang tidak memadai.25

Kuesioner berisi 116 butir pertanyaan

diantaranya terdapat pertanyaan mengenai yang dirincikan sebagai berikut:25

a. Cedera.

b. Kekerasan.

c. Rokok.

d. Elektronik (vape).

e. Kesehatan reproduksi.

f. kebiasaan menggunakan internet.

g. aktivitas fisik.

h. kebiasaan makan.

i. Alkohol dan narkoba.

1) Pertama kali mencoba menggunakan narkoba.

2) Menggunakan marijuana (disebut juga dengan cimeng, daun ganja, mary

jane, rasta, weed, chasra, buddha stick, hawi, hemp, hashish, grass, dagga,

dinsemilla, jayus).

3) Penggunaan beberapa kali anda menggunakan marijuana.

4) Menggunakan kokain (disebut juga dengan snow, coke, girl) dari bentuk

apapun, termasuk bubuk, bentuk rokok (lady, crack atau freebase).

5) Usia saat pertama kali mencoba menggunakan marijuana.

6) Menghisap lem (nge-lem), menghirup isi kaleng semprotan aerosol, atau

menghirup cat atau semprotan untuk ngefly/melayang/merasa enak

7) Menggunakan heroin (disebut juga dengan putaw, PT, junk, bedak etep

putih).

8) Menggunakan meth-amfetamin (disebut juga dengan shabu-shabu, SS,

blue ice, quartz, ice cream, glass).

9) Menggunakan ekstasi (disebut juga dengan amphet, MDMA, black heart,

butterfly, inex, kancing).

Page 40: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

25

10) Menggunakan marijuana sintetik (disebut juga dengan K2, spice, fake

weed, King Kong, Yucatan Fire, Skunk, atau Moon Rocks).

11) Menggunakan pil atau suntik steroid tanpa resep dokter.

12) Menggunakan obat penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP,

Dumolid, Xanax,Valium, Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet,

Vicodin, Adderal, Ritalin) yang dibeli tanpa resep dokter.

13) Menggunakan jarum suntik untuk menyuntik obat terlarang/ narkoba ke

tubuh.

14) Menawarkan, menjual atau memberikan anda obat terlarang/ narkoba di

lingkungan sekolah.

Page 41: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

26

2.2 kerangka Teori

Perkembangan Remaja.14

Psikososial Hormon

Jenis NAPZA:

1. Marijuana

2. Kokain

3. Lem

4. Heroin 5. Meth-

amfetamin

6. Ekstasi 7. Marijuana

sintetik

NAPZA

SMA

SMK

MA

Sekolah lanjut

Tingkat Atas

fisik

late adolescent

Middle adolescent

Early adolescent

Faktor ketersedian

NAPZA .10

Faktor lingkungan.10 Faktor keluarga.

10

Kedua

orang tua

bekerja

Terjadi

adiksi

lingkungan

rumah

Pengguna dan

penjual NAPZA

Pacu

pertumbuhan

Perkemba

ngan

tanda-

tanda

seks

sekunder

Diikuti oleh

sekuens

perubahan

sistem

endokrin

↑sekresi

GnRH

Umpan balik

negatif dan

positif

Terdapat

kesiapan

organ

reproduksi

lingkungan

luar rumah dan luar sekolah

lingkungan

sekolah

Kedua orang

otoriter dan

permasif

Tidak

humoris

Kedua

orang tua

pengguna

NAPZA

Pertumbuhan

yang berlansung

cepat selama

pubertas

Keadaan tubuh

tidak seimbang

Mempengaruhi

psikis remaja

Belajar mencoba-

coba dan meniru

teman sebaya

Page 42: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

27

2.3 Kerangka Konsep

SLTA: SMA SMK MA

Perkembangan

Psikososial

Ketersediaan

NAPZA

keluarga

Variabel yang di teliti

Variabel yang tidak diteliti

Variabel

Dependen

NAPZA

Variabel

Independen

Lingkungan

Page 43: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

28

2.4 Definisi Operasional

No Variable Definisi Alat ukur Hasil pengukran Skala

Variabel Independen

1. Sekolah lembaga untuk belajar dan

mengajar serta tempat menerima

dan memberi pelajaran, waktu

atau pertemuan ketika murid-

murid diberi pelajaran, usaha

menuntut kepandaian, belajar di

sekolah.

1. SMA

2. MA

3. SMK

Nominal

Variabel Dependent

2. Penggunaan

NAPZA

Orang yang pernah mengunakan

obat terlarang dan

ketergantungan.

Kuesioner

YRBS

dalam butir

pertanyaan

no.60

1. Tidak

Pernah

2. pernah

Nominal

3.

Menggunakan

Marijuana

Orang yang menggunakan

narkotika gologan 1 atau yang

disebut tanaman ganja.

No. 61

1. tidak

pernah

2. pernah

Nominal

4.

Menggunakan

Kokain

Orang yang menggunakan bubuk

Kristal putih yang dapat dari

esktrasi daun koka.

No. 62

1. tidak

pernah

2. pernah

Nominal

5. Menghisap lem Orang yang mengirup aroma lem

untuk mendapatkan efek candu.

No. 63 1. Tidak

pernah

2. Pernah

Nominal

6. Menggunakan

Heroin

Orang yang menggunakan

narkotika dari keturunan morfin

atay apioda yang dapat

menimbulkan ketergantungan.

No. 64 1. Tidak

Pernah

2. Pernah

Nominal

7. Menggunakan Orang yang menggunakan No. 65 1. Tidak Nominal

Page 44: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

29

meth-

amfetamin

narkotika turunan amfetamina

yang bersifat halusinogen kuat.

Pernah

2. Pernah

8. Menggunakan

ekstasi

Orang yang menggunakan

narkotika dalam bentuk

pil/tablet/kapsul sehingga

memaksa tubuh melakukan

aktivitas yang berlebihan.

N0. 64 1. tidak

pernah

2. pernah

Nominal

9. Menggunakan

marijuana

sintetik

Orang yang menggunakan

narkotika yang tembakau

disemprotkan dengan sejenis

bahan kimia yang memiliki efek

psikoaktif.

N0. 65 1. tidak

pernah

2. Tidak

pernah

Nominal

10. Menggunakan

pil atau suntik

steroid tanpa

resep dokter

Orang yang menggunakan

narkotika pil atau suntik steroid.

No.66 1. Tidak

pernah

2. Pernah

Nominal

11. Menggunakan

obat penenang

atau penghilang

nyeri (seperti

DMP,

Dumolid,

Xanax, valium,

kodein, esilgan,

oxycontin,

Percocet,

vicodin,

adderal,

Ritalin)

Orang yang menggunakan oabt

penenang atau penghilang rasa

nyeri yang menyebabkan

ketergantungan.

No. 66 1. tidak

pernah

2. pernah

Nominal

12. Menggunakan

jarum suntik

obat

terlarang/narko

ba ketubuh

Orang yang menggunakan

narkotika jarum suntik ketubuh

menyebabkan ketergantungan.

No.67 1. Tidak

pernah

2. Pernah

Nominal

13. Menawarkan,

menjual atau

memberikan

obat terlarang

Orang yang

menawarkan,menjual atau

memberikan narkotika.

No. 68 1. tidak

pernah

2. pernah

Nominal

Page 45: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

30

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain potong

lintang (cross sectional) untuk mengetahui hubungan jenis sekolah dengan

penggunaan NAPZA pada siswa sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) di Banten.

3.2 Tempat dan Waktu pelaksaan

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang

terpilih di Banten. Penelitian ini dilakukan oleh 2 tahap , pertama Penelitian ini oleh

Tim YRBS waktu penelitian dari Bulan Oktober hingga Septetmber 2017 dan kedua

oleh peneliti waktu penelitian Agustus hingga Desember 2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Target

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pelajar SLTA di Banten

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa/i kelas X, XI, dan XII SMA

Azkia, SMA Al-Huda, SMA Darulsallam, SMK PGRI 4, dan MAN 2 Banten.

Page 46: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

31

3.4 Besar Sampel

Pada penelitian ini sampel di ambil di seluruh pelajar di SMA Azkia, SMA

Al-Huda, SMA Darulsallam, dan SMK PGRI 4 yang terpilih sebagai sampel adalah

sebanyak 719 siswa oleh tim YRBS dan 121 diambil dari MAN 2 oleh peneliti di

Banten lalu terdapat sampel yang tidak dipakai 50 maka jumlah total sebanyak 720

siswa. Perhitungan perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah analitik kategorik tidak berpasangan dan deskriptif, maka rumus yang

digunakan:35

( √ √

)

( √ √

)

n= (1 35 0 494

0 2)

2

n= 85 85.

n = Jumlah sampel minimal

Z = Derivat baku alfa (1,96; dengan ditetapkan kesalahan tipe I sebesar 5%)

Z = Derivat baku beta (0,84; dengan ditetapkan kesalahan tipe II sebesar

20%)

P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya (0,56)

Q2 = 1 - P2 = 1 - 0,5 = 0,5

Page 47: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

32

P1 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya dari kepustakaan

= P2 + 0,2 = 0,5 + 0,2 = 0,7

Q1= 1 - P1 = 1 - 0,7 = 0,3

P1-P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,2

P = Proporsi total = (P1 + P2)/2 = (0,7 + 0,5)/2 = 0,6

Q = 1 - P = 1 - 0,6 = 0,4

3.5 Pemilihan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah jenis probability

sampling dengan metode randomisasi sampe bertingkat dari seluruh SLTA di dengan

metode multistage random sampling. Dilakukan randomisasi berdasarkan wilayah di

Jawa sehingga terpilih Banten, lalu dilakukan pendataan jumlah SMA, SMK, dan MA

yang berada di Banten, dan yang terpilih salah satu SMK, SMA, MA di Banten.

Setelah itu, dilakukan randomisasi berdasarkan jenis sekolah, sehingga terpilih

(sesuai pengambilan sampel) yaitu kelas X, XI, XII terpilih selanjutnya dilakukan

randomisasi kembali untuk memilih siswa/i dari tiap kelas yang akan dijadikan

sampel penelitian.

3.6 Kriteria Sampel

3.6.1 Kriteria Inkulasi

1. Pelajar kelas X, XI, dan XII di SMA, SMK, MA.

2. Usia remaja.

Page 48: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

33

3.6.2 Kriteria Eksklusi

1. Pelajar yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

2. Pelajar yang mencantumkan jawaban tidak tersedia dalam pilihan jawaban

kuisioner.

3.7 Cara kerja Penelitian

1. Menentukan tema, judul, dan penelitian.

2. Menentukan kuisioner yang digunakan untuk penelitian yaitu kuesioner

YRBS dari CDC 2017.

3. Membuat permohonan izin kepada pihak yang membuat kuisioner YRBS

2017 untuk diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan menggunakan

kuisioner tersebut dalam penelitian ini.

4. Mendata seluruh SMA/SMK/MA di Banten.

5. Memilih SMA/SMK/MA yang akan sampel penelitian secara random.

6. Mendatangi sekolah yang telah terpilih dan meminta izin kepada kepala

sekolah tersebut untuk meminta data penelitian.

7. Mendata jumlah siswa/i kelas X, XI, dan XII di sekolah terpilih dan

melakukan randomisasi pada seluruh pelajar di SMA Askia, SMA Al-huda,

SMA Darulsallam, SMK PGRI 4, MAN 2 Tangerang.

8. Menyampaikan informed consent kepada sampel penelitian berupa penjelasan

mengenai penelitian yang akan dilakukan.

9. Menyerahan dan melakukan pengisian informed consent . Jika sampel setuju

dan bersedia menjadi sampel penelitian, lembar informed consent tidak perlu

dikembalikan ke peneliti. Tetapi, apabila sampe yang terpilih tidak bersedia

menjadi sampel penelitian, lembar informed consent ditandatangani oleh

orang tua sampel terpilih dan kemudian dikembalikan kepada peneliti.

10. Memberi penjelasan mengenai kuisioner kepada sampel penelitian yang

bersedia.

Page 49: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

34

11. Mengisi Kuisioner YRBS 2017 dalam Bahasa Indonesia dengan lengkap.

12. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi dan melakukan pemilihan data

untuk melihat apakah memenuhi kriteria atau tidak.

13. Menganalisis dan mengolah data penelitian dengan menggunakan SPSS.

14. Menulis laporan penelitian.

Page 50: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

35

3.8 Alur Penelitian

Menentukan tema, judul, dan penelitian

TIM YRBS

dan

PENELITI

Permohonan izin kepada pembuat kuisioner YRBS 2017

Melakukan randomisasi pelajar di sekolah terpilih

Melakukan pendataan seluruh SMA/SMK/MA Banten

Memilih SMA/SMK/MA yang akan dijadikan sampel

penelitian

Datang ke sekolah yang terpilih sebagai sampel

Meminta izin kepada kepala sekolah terkait

Menjelaskan informed consent mengenai penelitian

Menyerahkan dan mengisi passive informed consent

Mendata jumlah siswa/i di sekolah terpilih

Bersedia Tidak bersedia

Menjelaskan dan mengisi kuisioner

Mengambil data dari kuisioner

Analisis dan pengolahan data

dengan SPSS

Tidak memenuhi kriteria

Menuliskan laporan penelitian

Memenuhi kriteria

Pemilihan kuisioner YRBS 2017 sebagai instrumen

PENELITI

TIM YRBS

Page 51: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

36

3.9 Manajemen Data

3.9.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer yang

diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan dan diisi langsung oleh responden

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pribadi responden. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah jenis stratified random sampling.

3.9.2 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah kuesioner Youth Risk Behavior Survey (YRBS) 2017 dari CDC yang telah

divalidasi dan diterjemahkan oleh tim YRBS Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Kuesioner tersebut berupa pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh data atau informasi mengenai identitas dan

perilaku berisiko pada remaja, termasuk penggunaan NAPZA.

Penelitian ini dilakukan bersama dengan tim peneliti Youth Risk Behavior

Surveillance System (YRBS) Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang dipimpin oleh dr.Risahmawati,Dr.Med.Sc.

3.9.3 Uji Validasi dan Reabilitas

Uji validitas dan realibilitas telah dilakukan oleh tim YRBS Fakultas

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 52: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

37

3.9.4 Pengelolaan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS

(Statistik Package for Social Sciences) versi 22.0. Berikut ini beberapa tahap yang

dilakukan dalam pengolahan data, yaitu:

3.9.4.1 Editing

Pemeriksaan kembali kebenaran dan kelengkapan data kuesioner.

3.9.4.2 Coding

Pemberian kode numerik kepada data yang terdiri atas beberapa kategori

menggunakan excel.

3.9.4.3 Data Entry

Memasukkan data yang telah dikumpulkan di excel ke dalam program SPSS.

3.9.4.4 Analisis Data

Melakukan analisis univariat untuk melihat frekuensi atau distribusi data dan

analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square.

Page 53: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

38

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji instrumen dilakukan kepada 50 orang orang responden. Kuesioner yang

digunakan ialah YRBS 2017 yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia

oleh tim YRBS FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Uji instrumen dilakukan pada

seluruh butir petanyaan kuesioner YRBS 2017, yakni sebanyak 116 butir pertanyaan.

4.1.1 Uji Validitas

Instrumen penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pada penelitian ini didapatkan nilai untuk korelasi r product-moment (r tabel) sebesar

0,273. Nilai ini didapatkan berdasarkan jumlah sampel dan tingkat signifikan

yang dipilih yaitu 50 responden dan 0,05. Suatu item dikatakan memiliki

validitas baik apabila memiliki nilai pearson correlation (perhitungan r) lebih dari

tabel r. Tabel 4.1.1 hasil validitas pada item kuesioner (lampiran). Terdapat validitas

baik berjumlah 11 pertanyaan dan kurang baik berjumlah 14 pertanyaan.

Tabel 4.1.1 Hasil Validitas pada Item Kuesioner

No Variabel Nilai r

hitung

Nilai p Nilai r

tabel

Keterangan

validasi

1. Mencoba

narkoba

0,600 0,000 0,273 Baik

2. Jenis kelamin -0,196 0,172 0,273 Kurang baik

3. Suku 0,127 0,379 0,273 Kurang

Page 54: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

39

Baik

3. Agama 0,020 0,891 0,273 Kurang

Baik

4. Sekolah 0,470 0,001 0,273 Baik

5. Jurusan 0,562 0,000 0,273 Baik

6. Kelas 0,562 0,000 0,273 Baik

7. Pendidikan ibu -0,340 0,16 0,273 Kurang

Baik

8. Pendidikan ayah -0,315 0,26 0,273 Kurang

Baik

9. Tempat tinggal -0,169 0,239 0,273 Kurang

Baik

10. Daya listrik -0,26 0,860 0,273 Kurang

Baik

11. Mencoba

narkoba

0,219 0,126 0,273 Kurang

Baik

12. Berapa kali

pernah

Menggunkan

marijuana

0,373 0,008 0,273 Baik

13. Menggunakan

marijuana dalam

30 hari terakhir

0,237 0,098 0,273 Kurang

Baik

14. Menggunakan

kokain

-0,090 0,536 0,273 Baik

15. Usia pertamakali

menggunakan

marijuana

0,488 0,00 0,273 Baik

16. Menghisap lem

(ngelem)

0,129 0,373 0,273 Kurang

Baik

Page 55: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

40

17. Menggunakan

heroin

0,016 0,043 0,273 Kurang baik

18. Menggunakan

meth- amfetamin

-0,090 0,536 0,273 Kurang baik

19. Mengunakan

ekstasi

0,310 0,28 0,273 Baik

20. Menggunakan

marijuana

sintetik

-0,090 0,536 0,273 Kurang baik

21. Menggunakan

pil atau suntik

steroid tanpa

resep dokter

0,465 0,001 0,273 Baik

22. Menggunakan

obat

penenang atau

penghilang

nyeri (seperti

DMP, Dumolid,

Xanax, Valium,

Kodein, Esilgan,

Oxycontin,

Percocet,

Vicodin,

Adderal,

Ritalin)

0,310 0,28 0,273 Baik

Page 56: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

41

23. Anda

menggunakan

jarum suntik

untuk menyuntik

obat terlarang/

NARKOBA ke

tubuh

-0,090 0,536 0,273 Kurang baik

24. Anda

menggunakan

jarum suntik

untuk menyuntik

obat terlarang/

NARKOBA ke

tubuh

-0,015 0,198 0,273 Baik

Berdasarkan tabel 4.1.1 diketahui bahwa hasil validitas untuk pertanyaan

mengenai identitas responden, yakni mengenai usia, sekolah, jurusan, tingkat kelas,

validitas baik, karena nilai r hitung > nilai r tabel. Butir pertanyaan jenis kelamin,

suku, agama, pendidikan ibu, pendidikan ayah, tempat tinggal, dan daya listrik

validitas kurang baik, karena r hitung > nilai r tabel. Pertanyaan yang validitasnya

kurang baik tetap akan digunakan dalam kuesioner. Berdasarkan tabel 4.1 juga

diketahui bahwa hasil validitas untuk pertanyaan mengenai berapa kali pernah

menggunkan marijuana, menggunakan kokain, usia pertama kali menggunakan

marijuana, menggunakan pil atau suntik steroid tanpa resep dokter, menggunakan

obat penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium,

Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, Ritalin), menawarkan,

menjual atau memberikan obat terlarang/ Narkoba di lingkungan sekolah selama 12

bulan terakhir validitasnya baik, karena nilai r hitung > nilai r tabel. Butir

Page 57: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

42

pertanyaan mencoba narkoba, menggunakan marijuana dalam 30 hari terakhir,

menggunakan marijuana sintetik kurang baik karena r hitung > nilai r tabel.

Pertanyaan yang validitasnya kurang baik tetap akan digunakan dalam kuesioner.

4.1.2 Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto, reliabilitas (konsisten) menunjukan pada suatu pengertian

yang merupakan suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai

alat pengumpulan data karena reliabilitas tersebut sudah baik. Alat ukur dikatakan

reliabilitas jika memberikan nilai yang sama atau hampir sama jika dilakukan

berulang-ulang. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan mengetahui nilai

cronbach’s alpha. Berikut merupakan interpretasi nilai cronbach’s alpha:

a. Kurang reliabel : cronbach’s alpha 0,00-0,20

b. Agak reliabel : cronbach’s alpha 0,02-0,40

c. Cukup reliabel : cronbach’s alpha 0,041-0,80

d. Realibel : cronbach’s alpha 0,061-0,80

e. Sangat reliabel : cronbach’s alpha 0,81-1,00

Tabel 4.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner

Cronbach’s alpha

0,763

N of items

116

Tabel 4.1.2 menunjukan bahwa nilai cronbach’s pada seluruh item kuesioner

adalah 0,763. Hal tersebut menunjukan bahwa seluruh item kuesioner YRBS 2017

adalah reliabel, sehingga dapat memberikan nilai yang sama atau hampir sama jika

dilakukan pengambilan data berulang-ulang.

.

Page 58: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

43

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat yang dilakukan pada penelitian ini merupakan distribusi

sampel berdasarkan karakteristik sampel yaitu usia, jenis kelamin, jenis sekolah, kelas,

serta frekuensi pengunaan NAPZA.

Jumlah sampel terpilih yaitu sebesar 840 siswa/siswi dan setelah dilakukan

penilaian ulang pada hasil pengisian kuesioner sampel terpilih didapatkan 50 orang

drop out karena tidak mengisi kuesioner dengan lengkap dan terdapat pula sampel

yang memilih jawaban yang tidak sesuai dengan pilihan jawaban tersedia sehingga

besar sampel akhir penelitian ini yaitu sebesar 790 siswa/siswi.

4.2.1 Karakteristik Sampel

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Menurut Usia, Jenis Kelamin, Jenis Sekolah,

Suku, Agama , Sekolah, Jurusan, Kelas, Pendidikan Ibu, Pendidikan Ayah,

Tempat Tinggal, Daya Listrik dan Tingkat Kelas.

No. Variabel Kategori Jumlah Proporsi

1 Usia

12 tahun atau

kurang

13 tahun

14 tahun

15 tahun

16 tahun

17 tahun

18 tahun

19 tahun atau

lebih

1

3

18

178

290

219

69

12

0,1%

0,4%

2,3%

22,5%

36,7%

27,7%

8,7%

1,5%

2 Jenis kelamin Laki-laki 348 44,1%

Page 59: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

44

Perempuan 442 55,9%

3 Suku Jawa

Sunda

Betawi

Batak

Minang

Tioghoa

Dayak

Melayu

Lain-lain

25

7

83

1

1

3

1

8

4

43,9%

36,5%

14,7%

1,9%

1,0%

0,4 %

0,1 %

1,0%

0,5%

4 Agama Islam

Katolik

Kristen

Budha

777

1

11

1

98,4%

0,1 %

1,4%

0,1%

5 Sekolah SMA

MA

SMK

294

190

306

37,2%

24,1%

38,7%

6 Jurusan IPA

IPS

Bahasa

SMK

237

234

12

307

30,0 %

29,6%

1,5 %

38,9%

7 Kelas 10

11

12

220

353

217

27,8%

44,7%

27,5%

Page 60: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

45

8 Pendidikan ibu Tidak sekolah/

tidak tamat SD

SD

SMP

SMA

S1

S2

S3

98

321

123

205

23

22

1

12,4%

39,5%

16,3%

25,9%

2,9%

2,8%

0,1%

9 Pendidikan ayah Tidak sekolah/

tidak tamat SD

SD

SMP

SMA

S1

S2

S3

84

259

125

270

23

24

5

10,6%

32,8%

15,8%

34,2%

2,9%

3,0%

0,6%

10 Tempat tinggal Serumah dengan

orang tua di

rumah milik

orang tua sendiri.

Rumah

kontrakan (sewa)

bersama orang

tua.

Kos, tidak

serumah bersama

orang tua.

667

39

42

88,2%

4,9%

5,3%

Page 61: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

46

Menumpang di

rumah saudara

yang tidak

serumah dengan

orang tua.

12

1,5%

11 Daya listrik Tidak ada listrik

450 Watt

900 Watt

1300 Watt

2200 Watt

>2200 Watt

13

210

238

224

89

16

1,6%

26,6%

30,1%

28,4%

11,3%

2,0%

Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan bahwa seluruh sampel terpilih merupakan

remaja dengan jumlah responden perempuan (55,9%) lebih banyak daripada

responden laki-laki (44,1%), dan mayoritas beusia 16 tahun (36,7%) yang tergolong

sebagai remaja akhir. Terdapat suku Jawa (20,7%), agama Islam (98,4%) karena di

Indonesia masyarakatnya mayoritas beragama Islam, dan juga pendidikan ibu

terbanyak SD (32,8), pendidikan ayah SMA (34,2%).

Distribusi sampel jenis sekolah paling banyak SMK (38,7%) daripada SMA

(37,2%), dan MA (24,1%), jurusan IPA (30,0%), lebih banyak daripada responden

jurusan IPS (29,6%). Hal ini berhubungan dengan sasaran pemilihan sampel pada

Page 62: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

47

penelitian ini yaitu pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang diambil oleh

randomisasi bertingkat.

4.2.2 Frekuensi Penggunaan NAPZA

Frekuensi penggunaan NAPZA digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi

dua kategori yaitu pernah dan tidak pernah. Pada penelitian ini, dikategorikan bahwa

responden pernah menggunakan NAPZA apabila responden menjawab pertanyaan

yang berupa intensitas yaitu ≥1 kali.

Table 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan NAPZA

Penggunaan

NAPZA

SMA MA SMK Jumlah Proporsi

(%)

Mencoba

narkoba

Tidak pernah

Pernah

287

7

188

2

301

5

776

13

98,2%

1,7 %

Berapa kali

pernah

Menggunkan

marijuana

Tidak pernah

pernah

290

4

188

2

302

4

780

10

98,7%

1,2%

Menggunakan

marijuana

dalam 30 hari

terakhir

Tidak pernah

Pernah

292

2

189

1

303

3

784

6

99,2%

0.9%

Menggunakan

kokain

Tidak pernah

pernah

294

0

189

1

300

6

783

7

99,1%

0,9%

Page 63: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

48

Usia

pertamakali

menggunakan

marijuana

Tidak pernah

Pernah

290

4

188

2

302

4

783

7

98,7%

1,3%

Menghisap lem

(ngelem)

Tidak pernah

Pernah

297

15

185

5

302

4

766

24

97,0%

3.1%

Menggunakan

heroin

Tidak pernah

Pernah

291

3

189

1

302

4

783

99,0%

1,0%

Menggunakan

meth-

amfetamin

Tidak pernah

Pernah

293

1

189

1

301

5

783

7

99,1%

0,9%

Mengunakan

ekstasi

Tidak pernah

Pernah

294

0

189

1

4

303

3

786

4

99,5%

0,5%

Menggunakan

marijuana

sintetik

Tidak pernah

Pernah

293

1

189

1

304

2

786

4

99,5%

0,5%

Menggunakan

pil atau suntik

steroid tanpa

resep dokter

Tidak pernah

Pernah

292

2

189

1

299

7

780

10

98,8%

1,2%

Menggunakan

obat

penenang atau

penghilang

nyeri

Tidak pernah

Pernah

292

2

188

2

300

6

780

10

98,7%

1,2%

Page 64: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

49

Anda

menggunakan

jarum suntik

untuk

menyuntik obat

terlarang/

NARKOBA ke

tubuh

Tidak pernah

Pernah

294

2

189

2

301

2

784

6

99,2%

0,7%

Menawarkan,

menjual atau

memberikan

obat terlarang/

Narkoba

Ya

Tidak

42

252

11

179

25

281

78

721

9,9%

90,1%

Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan bahwa dari 790 responden, 776 (98,2%)

responden tidak penah dan memakai narkoba 14 (0,8%) yang paling terbanyak pada

jenis sekolah SMA. Terdapat 780 (98,7%) responden tidak menggunakan marijuana

dan terdapat pernah memakai marijuana 10 (0,12%) yang paling banyak pada jenis

sekolah SMA dan SMK, tidak menggunakan marijuana dalam 30 hari terakhir

berjumlah 780 (99,2%) dan pernah memakai marijuana dalam 30 hari terakhir 6

(0,12%) yang paling terbanyak pada jenis sekolah SMK, tidak menggunakan kokain

783 (99,1%) dan pernah menggunakan kokain 7 (0,9%) yang jenis sekolah terbanyak

pada SMK, pernah pertama kali menggunakan marijuana pernah 0,5% dan paling

terbanyak pada jenis sekolah SMK dan SMA, tidak menggunakan heroin 97% dan

pernah menggunakan heroin 1,0 % yang paling banyak pada jenis sekolah SMA dan

SMK, tidak menggunakan methamfetamin 99,1% dan yang pernah menggunakan

methamfetamin 0,9% yang paling banyak pada jenis sekolah SMK, tidak

menggunakan ekstasi 99,5% dan pernah menggunakan ekstasi 0,5% yang paling

banyak pada jenis sekolah SMK, tidak menggunakan marijuana sintetik 99,5% dan

pernah menggunakan marijuana sintetik 0,5% dan yang paling banyak pada jenis

Page 65: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

50

sekolah SMK, tidak menggunakan jarum suntik (99,2%) dan pernah menggunakan

jarum suntik 0,5% yang paling banyak pada jenis sekolah SMK.

Selain itu didapatkan 97% tidak pernah mengelem dan pernah mengelem 3%

yang paling banyak pada jenis sekolah SMA 62,5%. Terdapat 98,7% tidak pernah

menggunakan pil atau suntik steroid tanpa resep dokter menggunakan obat penenang

atau penghilang rasa nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein, Esilgan,

Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, Ritalin) sekurang-kurangnya 1 kali dalam 12

bulan terakhir dan 1,2% pernah menggunakan pil atau suntik steroid tanpa resep

dokter menggunakan obat penenang atau penghilang rasa nyeri (seperti DMP,

Dumolid, Xanax,Valium,Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal,

Ritalin) yang paling banyak pada jenis sekolah SMK 70,0%. Terdapat 9,9 % pernah

menawarkan, menjual atau memberikan anda obat terlarang/NARKOBA di

lingkungan sekolah sekurang-kurangnya 1 kali dalam 12 bulan terakhir selama 12

bulan terakhir dan 90,1% tidak pernah menawarkan, menjual atau memberikan

responden obat terlarang/NARKOBA di lingkungan sekolah selama 12 bulan terakhir

yang paling banyak pada jenis sekolah SMA 14,3%.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis uji

Chi-Square untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara variabel dependen dan

independen. Bila uji Chi-Square tidak memenuhi syarat, maka akan digunakan uji

Fisher sebagai alternative. Uji Chi-Square dan uji Fisher dinyatakan bermakna jika p

value <0,05.

Page 66: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

51

4.3.1 Hubungan Penggunaan NAPZA dengan Sekolah

4.3.1.1 Kategori Mencoba NAPZA

Tabel 4.4 Hubungan Mencoba NAPZA dengan Jenis Sekolah

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah sampel yang didapatkan paling banyak

pada kelompok mencoba menggunakan NAPZA dengan jenis sekolah yaitu pada

sekolah SMA sebanyak 7 (50,0%). Berdasarkan tabel di atas variabel mencoba

menggunakan NAPZA dengan jenis sekolah diperolah nilai p = 0,542 atau p>0,05.

Berdasarkan statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara mencoba

menggunakan NAPZA dengan jenis sekolah.

Jenis NAPZA Jenis Sekolah

Nilai p

SMA MA SMK

N % N % N %

Mencoba

Menggunakan

NAPZA

Tidak pernah

Pernah

287

7

37,0%

50,0%

188

2

23,9%

14,3%

301

5

38,8%

14%

0,542

Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,7%

Page 67: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

52

4.3.1.2 Kategori Berapa Kali Pernah Menggunkan Marijuana

Tabel 4.5 Hubungan Berapa Kali Pernah Menggunkan Marijuana dengan

Jenis Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p

SMA MA SMK

N % N % N %

Beberapa Kali

Pernah

Menggunkan

Marijuana

tidak

pernah

Pernah

290

4

98,6%

40,0%

188

2

98,9%

20,0%

302

4

98,7%

40,0%

0,954

Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,7%

Pada tabel 4.5 diketahui bahwa jumlah sampel yang didapatkan paling banyak

pada kelompok beberapa kali pernah menggunakan marijuana dengan jenis sekolah

yaitu pada jenis sekolah SMA 4 (40%) dan SMK (40,0%). Berdasarkan tabel di atas

variabel mencoba beberapa pernah menggunakan marijuana dengan jenis sekolah

diperolah nilai p = 0,542 atau p>0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara beberapa pernah menggunakan marijuana

dengan jenis sekolah.

Page 68: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

53

4.3.1.3 Kategori Menggunakan Marijuana dalam 30 Hari Terakhir

Tabel 4.6 Hubungan Menggunakan Marijuana dalam 30 Hari Terakhir dengan Jenis

Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai

p

SMA MA SMK

N % N % N %

Menggunakan

marijuana

dalam 30 hari

terakhir

tidak

pernah

Pernah

292

2

99,3%

33,3%

189

1

99,5%

16,7%

303

3

99,0%

50,0%

0,835

Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,7%

Pada tabel 4.6 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan marijuana

dalam 30 hari terakhir dengan jenis sekolah dan paling banyak yaitu pada jenis

sekolah SMK yaitu sebanyak 3 (50,0%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel

yang menggunakan marijuana dalam 30 hari terakhir dengan jenis sekolah diperoleh

nilai p 0,835 atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara menggunakan marijuana dalam 30 hari terakhir dengan jenis

sekolah.

4.3.1.4 Kategori Menggunakan Kokain

Tabel 4.7 Hubungan Menggunakan Kokain dengan Jenis Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p

SMA MA SMK

N % N % N %

Menggunakan

Kokain

Tidak pernah

Pernah

294

0

100,0%

0,0%

189

1

99,5%

14,3%

300

6

98,0%

85,7%

0,031

Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,7%

Page 69: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

54

Pada tabel 4.7 diketahui bahwa pada jumlah sampel yang didapatkan paling

terbanyak pada kelompok menggunakan kokain dengan jenis sekolah yaitu pada

sekolah SMK sebanyak 6 (85,7%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel

menggunakan kokain dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,031 atau >0,05.

Berdasarkan statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara menggunakan

kokain dengan jenis sekolah.

4.3.1.5 Kategori Berapa Usia Pertama Kali Menggunakan Marijuana

Tabel 4.8 Hubungan Berapa Usia Pertama Kali Menggunakan Marijuana dengan

Jenis Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p

SMA MA SMK

N % N % N %

Usia pertama kali

menggunakan

marijuana

Tidak pernah

Pernah

290

4

98,6%

40,0%

188

2

98,9%

20,0%

302

4

98,7%

40,0%

0,511

Total 294 100,0 190 100,0% 306 100,%

Pada tabel 4.8 diketahui bahwa jumlah sampel yang didapatkan paling banyak

pada kelompok usia pertama kali menggunakan marijuana dengan jenis sekolah yaitu

pada sekolah SMK dan SMK sebanyak 4 (1,4%). Berdasarkan tabel di atas antara

variabel usia pertama kali menggunakan marijuana dengan jenis sekolah sekolah

diperoleh nilai p = 0,511 atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara usia pertama kali menggunakan marijuana

dengan jenis sekolah.

Page 70: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

55

4.3.1.6 Kategori Menghisap Lem (Ngelem)

Tabel 4.9 Hubungan Menghisap Lem (Ngelem ) dengan Jenis Sekolah

Jenis NAPZA Sekolah Nilai

p

SMA MA SMK

N % N % N %

Menghisap lem

(ngelem)

Ttidak pernah

Pernah

297

15

94,9%

62,5%

185

5

97,4%

20,8%

302

4

98,7%%

16,7%

0,024

Total 295 37,4% 187 24,1% 306 38,7%

Pada tabel 4.9 diketahui bahwa pada kelompok menghisap lem (ngelem)

dengan sekolah sekolah SMA yaitu sebanyak 15 (62,5%). Berdasarkan tabel di atas

antara variabel menggunakan menghisap lem (ngelem) dengan sekolah sekolah

diperoleh nilai p = 0,024 atau <0,05. Berdasarkan statistik terdapat perbedaan yang

bermakna antara menghisap lem (ngelem) dengan sekolah.

4.3.1.7. Kategori Menggunakan Heroin

Tabel 4.10 Hubungan Menggunakan Heroin dengan Jenis Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p

SMA MA SMK

N % N % N %

Menggunakan

heroin

Tidak pernah

Pernah

291

3

99,0%

37,5%

189

1

99,5%

12,5%

302

4

98,7%

50,0%

0,700

Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,7%

Page 71: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

56

Pada tabel 4.10 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan heroin dengan

jenis sekolah sekolah SMK yaitu sebanyak 4 (50,0%). Berdasarkan tabel di atas

antara variabel menggunakan heroin dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,700

atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara

menggunakan heroin dengan jenis sekolah.

4.3.1.8. Kategori Menggunakan Meth-Amfetamin

Tabel 4.11 Hubungan Menggunakan Methamfetamin dengan Jenis Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p

SMA MA SMK

N % N % N %

Menggunakan

methamfetamin

Tidak pernah

Pernah

293

1

99,7%

14,3%

189

1

99,5%

14,3%

301

5

98,4’%

71,4%

0,199

Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38,1%

Pada tabel 4.11 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan meth

amfetamin dengan jenis sekolah dan terbanyak pada jenis sekolah SMK yaitu

sebanyak 5 (71,4%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel methamfetamin dengan

jenis sekolah sekolah diperoleh nilai p = 0,199 atau >0,05. Berdasarkan statistik

terdapat perbedaan yang bermakna antara menggunakan methamfetamin

dengan jenis sekolah.

Page 72: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

57

4.3.1.9. Kategori Mengunakan Ekstasi

Tabel 4.12 Hubungan Mengunakan Ekstasi dengan Jenis Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai

p

SMA MA SMK

N % N % N %

Mengunakan

ekstasi

Tidak pernah

Pernah

294

0

100,0%

0,0%

189

1

95,5%

25,0%

303

3

99,0%

75,0%

0,239

Total 294 37,2% 190 24,1% 306 38%

Pada tabel 4.12 diketahui bahwa pada kelompok mengunakan ekstasi dengan

jenis dan jenis sekolah terbanyak pada sekolah SMK yaitu sebanyak 3 (75,0%).

Berdasarkan tabel di atas antara variabel menggunakan ekstasi dengan sekolah

sekolah diperoleh nilai p = 0,239 atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara mengunakan ekstasi dengan jenis sekolah.

4.3.1.10 Kategori Menggunakan Marijuana Sintetik

Tabel 4.13 Hubungan Menggunakan Marijuana Sintetik dengan Jenis Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai

p

SMA MA SMK

N % N % N %

Menggunakan

marijuana

sintetik

Tidak pernah

Pernah

293

1

99,7%

25,0%

189

1

23,9%

25,0%

304

2

38,4%

50,0%

0,836

Total 294 100,0% 190 100,0% 306 100,0%

Page 73: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

58

Pada tabel 4.13 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan marijuana

sintetik dengan jenis sekolah dan jenis sekolah terbanyak SMK yaitu 2 (50,0%).

Berdasarkan tabel di atas antara variabel menggunakan marijuana sintetik dengan

jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,836 atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak

terdapat perbedaan yang bermakna antara mengunakan marijuana sintetik

dengan jenis sekolah.

4.3.1.11 Kategori Menggunakan Pil atau Suntik Steroid Tanpa Resep Dokter

Tabel 4.14 Hubungan Menggunakan Pil atau Suntik Steroid Tanpa Resep dengan

Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p

SMA MA SMK

N % N % N %

Menggunakan pil

atau suntik steroid

tanpa resep dokter

Tidak pernah

Pernah

292

2

99,3%

20,0%

189

1

99,5%

10,0%

299

7

97,7%

70,0%

0,123

Total 295 37,2% 180 24,1% 306 39,7%

Pada tabel 4.14 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan marijuana pil

atau suntik steroid tanpa resep dokter dengan jenis sekolah dan jenis sekolah

terbanyak yaitu SMK yaitu 7 (70,0%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel

menggunakan kelompok menggunakan marijuana pil atau suntik steroid tanpa resep

dokter dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,123 atau >0,05. Berdasarkan

statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara mengunakan pil atau

suntik steroid tanpa resep dokter dengan jenis sekolah.

Page 74: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

59

4.3.1.12 Kategori Menggunakan Obat Penenang atau Penghilang Nyeri

(seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet,

Vicodin, Adderal, dan Ritalin)

Tabel 4.15 Hubungan Menggunakan Obat Penenang atau Penghilang Nyeri

(seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet,

Vicodin, Adderal, dan Ritalin) dengan jenis Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p

SMA MA SMK

N % N % N %

Menggunakan obat

penenang atau

penghilang nyeri

Tidak pernah

Pernah

292

2

99,3%

20,0%

188

2

98,9%

20,0%

300

6

98,9%

60,0%

0,357

Total 295 37,2% 187 24,1% 306 38,7%

Pada tabel 4.15 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan obat penenang

atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein, Esilgan,

Oxycontin, Percocet,Vicodin, Adderal, dan Ritalin) dengan jenis sekolah terbanyak

yaitu SMK yaitu sebanyak 6 (60,0%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel

menggunakan obat penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid,

Xanax, Valium, Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, dan

Ritalin) dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,357 atau >0,05. Berdasarkan

statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara Menggunakan obat

penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium,

Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, dan Ritalin) dengan

jenis sekolah.

Page 75: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

60

4.3.1.13 Kategori Menggunakan Jarum Suntik Untuk Menyuntik Obat

Terlarang/ Narkoba ke Tubuh

Tabel 4.16 Hubungan Menggunakan Jarum Suntik Untuk Menyuntik Obat Terlarang

atau Narkoba ke Tubuh dengan Jenis Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p

SMA MA SMK

N % N % N %

Menggunakan

jarum suntik

untuk menyuntik

obat terlarang/

NARKOBA ke

tubuh

Tidak pernah

Pernah

294

2

100,0%

20,0%

189

2

99,5%

20,0%

301

6

98,4%

60,0%

0,064

Total 294 37,4% 190 100,0% 306 100,0%

Pada tabel 4.1d diketahui bahwa pada kelompok menggunakan jarum suntik

untuk menyuntik obat terlarang/ narkoba ke tubuh dengan jenis sekolah terbanyak

yaitu SMK 6 (60,0%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel menggunakan jarum

suntik untuk menyuntik obat terlarang/ narkoba ke tubuh diperoleh nilai p = 0,064

atau >0,05. Berdasarkan statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara

jarum suntik untuk menyuntik obat terlarang/ narkoba ke tubuh dengan jenis

sekolah.

Page 76: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

61

4.3.1.14 Aspek Faktor Resiko di Sekolah

Tabel 4.17 Aspek Faktor Resiko di Jenis Sekolah

Jenis NAPZA Jenis Sekolah Nilai p

SMA MA SMK

N % N % N %

Menawarkan atau

menjual atau

memberikan anda

obat terlarang/

Narkoba di

lingkungan

sekolah selama 12

bulan terakhir

Ya

Tidak

42

252

14,3%

85,7%

11

179

5.8%

94,2%

25

281

8,2%

91,8%

0,004

Total 294 100,0% 190 100,0% 306 100,0%

Pada tabel 4.17 diketahui bahwa pada kelompok menggunakan

menawarkanatau menjual atau memberikan anda obat terlarang/Narkoba di

lingkungan sekolah selama 12 bulan terakhir dengan jenis sekolah dengan jenis

sekolah terbanyak yaitu SMK 42 (14,3%). Berdasarkan tabel di atas antara variabel

menggunakan Menawarkan, menjual atau memberikan anda obat terlarang/ Narkoba

di lingkungan sekolah selama 12 bulan terakhir diperoleh nilai p = 0,04 atau <0,05.

Berdasarkan statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara menawarkan

atau menjual atau memberikan anda obat terlarang/Narkoba di lingkungan

sekolah selama 12 bulan terakhir dengan jenis sekolah.

Page 77: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

62

4.4. Pembahasan

Berdasarkan karakteristik 790 responden menunjukan bahwa jumlah yang

penah mengunakan NAPZA 13 responden (1,7%), kemudian pada berdasarkan

penelitian BNN 2017 bahwa penggunaan NAPZA pada remaja terdapat 127

responden (6,40%). Berdasarkan hasil analisis pada data tentang variabel hubungan

mencoba menggunakan NAPZA dengan jenis sekolah diperolah nilai p = 0,542 tidak

terdapat perbedaan yang bermakna antara mencoba menggunakan NAPZA dengan

jenis sekolah dan yang paling banyak pada jenis sekolah SMA terdapat 7 (50,0%).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novita (2012) mengenai hubungan

pengetahuan remaja tentang NAPZA dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan

NAPZA di SMAN 1 Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut ada hubungan

pada pengetahuan remaja tentang NAPZA dengan sikap remaja terhadap

penyalahgunaan NAPZA di SMAN 1 Sleman Yogyakarta terdapat perbedaan pada

penelitian ini, hal ini dapat terjadi karena tempat dan tahun penelitian berbeda

sehingga karakteristik pelajar penyalahguna juga berbeda.26

Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat perbedaan yang bermakna

beberapa kali menggunakan marijuana dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,954

Sesuai dengan penelitian oleh Dania Fatmawati Putri tentang hubungan antara tingkat

penggunaan ganja dan aspek-aspek fungsi psikososial. Hasil penelitiann bahwa

penggunaan marijuana pada remaja tidak signifikan p = 0,735 pada penelitian

tersebut paling banyak yang usia menggunakan marijuana pada umur 15-19 tahun

terdapat (82 orang)8pesersen.41

Pada umur pada umur 15-19 tahun terdapat (82 orang)

remaja dimana ada perkembangan lobus frontalis, yang berperan dalam pengambilan

keputusan.27

Berdasarkan hasil analisis pada data terdapat perbedaan yang bermakna

menggunakan kokain dengan jenis nilai p = 0,031 atau >0,05 dan yang paling banyak

menggunakan kokain yaitu pada jenis sekolah SMK 6 (85,7%). Pada penelitian

sebelumnya oleh BNN 2018 penggunaan kokain pada remaja (4,20%) dan pada

penelitian Raharni, Nuning M.Ke. dan Evie M tentang faktor-faktor yang

Page 78: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

63

berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMUN Kota Bekasi tahun

2002.28

Hasil penelitian pergaulan teman sebaya secara bermakna berhubungan

dengan penyalahgunaan NAPZA artinya siswa yang bergaul dengan teman sebaya

yang menggunakan NAPZA berpeluang 5,55 kali lebih besar untuk

menyalahgunakan NAPZA dibanding siswa yang tidak pemah bergaul dengan teman

sebaya yang menggunakan NAPZA.28

Penelitian oleh Nurul Afni tentang analisis

kestabilan model farmakokinetik kokain pada manusia tahun 2018, bahwa

menjelaskan kokain digunakan untuk mendapat efek stimulan seperti untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan stamina serta mengurangi rasa lelah.29

Kokain

walaupun dianggap “narkobanya orang kaya”, sebenarya narkoba ini dijual dengan

harga yang murah, bahkan terjangkaunya oleh para remaja tetapi hanya awalnya saja

begitu seseorang ketagihan karena kokain mengakibatkan ketergantungan psikologis

terbesar yaitu meransang pusat kesenangan dalam otak dan menghasilkan rasa

gembira yang luar biasa sehingga pengguna yang membutuhkan banyak maka

biayanya mahal seiring dengan meningkatnya jumlah yang dibutuhkan.30

Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat perbedaan yang bermakna

antara tentang variabel usia pertama kali menggunakan marijuana dengan jenis

sekolah sekolah diperoleh nilai p = 0,511 dan paling banyak pada sekolah SMK

(0,7%) dan SMA yaitu sebanyak (0,7%) yaitu usia 15-16 tahun. Pada penelitian

sebelumnya oleh Maydiya Restacendi Nur’artavia mengenai karakter pelajar

penyalahguna NAPZA dan jenis NAPZA yang di gunakan di Kota Surabaya. Hasil

penelitian tersebut disebutkan remaja yang paling banyak yang menggunakan

NAPZA pada usia 13-15 tahun terdapat perbedaan pada penelitian ini, hal ini dapat

terjadi karena tempat dan tahun penelitian berbeda sehingga karakteristik pelajar

penyalahguna juga berbeda. Penelitian terdapat perbedaan pada hasil penelitian

karena hasil penelitian pada SMK dan SMA terdapat jumlah sebanyak yang sama.31

Berdasarkan hasil analisis pada data terdapat hubungan menggunakan

menghisap lem (ngelem) dengan jenis sekolah nilai p = 0,016 dan paling banyak

yang menggunakan menghisam lem (ngelem) yaitu sekolah SMA 15 (62,5%) sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Murni Tamrin, Sudirman Nasir, Shanti

Page 79: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

64

Riskiani mengenai Study Of Behavior “ngelem” In Adolescent. Hasil penelitian

tersebut menyatakan faktor penggunaan lem pada remaja terdiri dari pengetahuan

focus kurikulum yang berbeda.32

Penelitian oleh Muhammad Yunus tentang dampak

patologis menghisap lem pada remaja tahun 2018 menyebutkan faktor yang

mempengaruhi para remaja mengkonsumsi menghisap lem yaitu ada dua yaitu faktor

internal yaitu adanya rasa ingin tau yang kuat, coba-coba karena penasaran, kemudian

faktor eksternal karena ajakan dari teman-teman sebaya dan lingkungan yang buruk.33

*yang berfokus

Penelitian Henie Poerwandar Asmaningrum tentang peran penyuluhan

penyalahgunaan lem aibon menggunakan media audio visual terhadap pengetahuan

remaja SMA tahun 2017, zat yang ada dalam lem aibon adalah zat kimia salah

satunya terdapat LSD (Lysergic Acid Diethyilamide) bersifat halusinogen dan

merusak dan merusak sel-sel dalam otak.14

Berdasarkan tabel hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan

menggunakan heroin dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,700 dan paling

banyak yang dipakai pada jenis sekolah SMK sebanyak 4 (40,0%). Sesuai pernyataan

Stella bahwa menurut pengakuan para pencadu remaja, pengalaman pertama kali

pakai heroin sangat tidak menyenangkan, pecandu mengaku merasa sakit dan tidak

suka saat memakai maka pemakaian heroin pada remaja cukup jarang.31

Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan menggunakan

methamfetamin dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,199 dan paling banyak

yang pernah menggunakan methamfetamin pada jenis sekolah SMK sebanyak 5

(71,4%) di antara SLTA lainnya. Pada penelitian sebelumnya oleh BNN 2017 bahwa

pemakaian methamfetamin (5,60%) pada remaja Indonesia.11

Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan menggunakan

ekstasi dengan jenis sekolah diperoleh nilai p = 0,239 dan paling banyak pakai pada

jenis sekolah SMK 3 (78%) diantara SLTA lainnya. Pada penelitian sebelumnya oleh

BNN 2017 pemakaian ekstasi (4,20%) pada remaja Indonesia.11

Page 80: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

65

Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan menggunakan

marijuana sintetik dengan jenis sekolah sekolah diperoleh nilai p = 0,836 dan paling

banyak pemakaian marijuana sintetik dan terbanyak pada jenis sekolah SMK yaitu

sebanyak 2 (50,0%) di antara SLTA lainnya. Pada penelitian sebelumnya oleh BNN

2017 pemakaian marijuana sintetik (11,30%).11

Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan menggunakan

obat penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax,Valium,

Kodein, Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, Ritalin) dengan jenis

sekolah sekolah diperoleh nilai p = 0,357 dan paling banyak pemakaian obat

penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein,

Esilgan, Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, Ritalin) di jenis sekolah SMK 6

(60,0%) diantara SLTA lainnya. Pada penelitian sebelumnya oleh BNN 2018

pemakaian obat penenang atau penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax,

Valium, Kodein, Esilgan,Oxycontin, Percocet,Vicodin, Adderal, Ritalin) (4,20%).11

Berdasarkan hasil analisis pada data tidak terdapat hubungan yang bermakna

menggunakan jarum suntik untuk menyuntik obat terlarang atau Narkoba ke tubuh

dengan jenis Sekolah p = 0,064 dan paling terbanyak jenis sekolah SMK 6 (60,0%).

Pada penelitian sebelumnya oleh Fauzi Syarif tentang hubungan karakteristik remaja

pengguna narkoba suntik dengan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS tahun 2007.

Hasil penelitian remaja yang pengguna narkoba suntik mempunyai tingkat

pengetahuan kurang mempunyai resiko 5 kali lebih besar.33

Berdasarkan hasil analisis pada data terdapat hubungan yang bermakna

menawarkan, menjual atau memberikan obat terlarang/narkoba di lingkungan sekolah

Selama 12 bulan terakhir dengan jenis Sekolah p = 0,04 dan paling banyak pada

sekolah SMA 42 (14,3%). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Murtiwidayanti Sri Yuni mengenai sikap dan kepedulian remaja dalam

penanggulangan narkoba. Hasil penelitian tersebut sejumlah faktor penyebab

penyalahgunaan narkoba adalah barang yang tersedia dimana-mana (dipemukinan,

sekolah, kampus, dan warung-warung kecil).33

Page 81: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

66

4.5 Keterbatasan Penelitian

1. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner YRBS

dengan pertanyaan dalam 12 bulan terakhir sehingga memungkinkan

terjadinya recall bias dan bersifat subjektif.

2. Penelitian ini hanya menggunakan metode cross sectional, dimana penelitian

ini tidak mengikuti perkembangan psikososial responden.

3. Penelitian ini tidak melakukan pengendalian terhadap faktor perancu.

4. Penelitian ini data yang di gunakan tidak sama rata karena jumlah per jenis

sekolah tidak seimbang.

5. Referensi yang menunjang penelitian ini masih sedikit terutama yang

dilakukan di Indonesia.

Page 82: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

67

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Sebanyak 13 responden (1,7%) pernah penggunaan NAPZA pada SLTA.

2. Jumlah pengguna NAPZA pada siswa/i SMA 4 (2,3%), MA 2 (0,7%), dan

SMK 5 (1,7%).

3. NAPZA yang paling banyak digunakan pada jenis sekolah MA yaitu

menghisap lem (ngelem) (20,8%).

4. Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat hubungan bermakna antara jenis

sekolah dengan penggunaan NAPZA pada SLTA di Banten yaitu :

a. Menggunakan menghisap lem (ngelem) dengan jenis sekolah dan paling

banyak pada jenis sekolah SMA yaitu 15 (62,5%).

b. Menggunakan kokain dengan jenis sekolah dan jenis sekolah paling banyak

pada jenis sekolah SMK 6 (85,7%).

c. Menawarkan, menjual atau memberikan obat terlarang/narkoba di

lingkungan sekolah selama 12 Bulan terakhir dengan jenis sekolah dan

paling banyak pada jenis sekolah SMA yaitu 42 (14,3%).

5.2 Saran

1. Perlu ditingkatkan peran orang tua, sekolah, dan masyarakat untuk mencegah

penggunaan NAPZA pada remaja.

2. Perlu dilakukan upaya preventif pada SLTA agar menurunkan angka

penggunaan NAPZA pada remaja.

Page 83: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

68

DAFTAR PUSTAKA

1. CASA Columbia. Maglinant neglect: Substance Abuse and Aamerica’s

Schools (Online). 2001. www.centeronaddiction.org, diakses 6 Desember

2019.

2. Afiatin, T. Bagaimana Menghingdari diri dari Penyalahgunaan

NAPZA.1998.

3. Permendikbud RI No 14. Sekolah. 2018.

4. CASA Columbia. Maglinant neglect: Substance Abuse and Aamerica’s

Schools (Online). 2001. www.centeronaddiction.org, diakses 6 Desember

2019.

5. Kemendiknas. Kurikulum sekolah. 2006. https://www.kemdikbud.go.id, di

akses pada tanggal 12-11-2019

6. Depag RI, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional. Paradigma Baru

(Jakarta, Dirjen Agama Islam). 2005 hlm. 62.

7. Tasian, Gutry. “Hubungan antara lingkungan sekolah , lingkungan keluarga,

dan teman-teman sebaya dengan perilaku yang menunjukan risiko

penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMK Negeri Madano”, Program

Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2013.

8. World Health Organization. International statistical classification of

diseases and related health problems–10th revision (Online).2007.

http://apps.who.int/classifications/apps/icd/icd10online, diakses 10/10/2019

9. United Nations Office on Drugs and Crime. 2009. Joint UNODC-WHO

programme on drug dependence treatment and care (Vienna: United

Nations Office on Drugs and Crime) (Online).

http://www.unodc.org/docs/treatment/Brochures/10-50007_E_ebook.pdf,

diakses tanggal 10/10/2019

10. Pusladatin BNN. Survei Prevalensi. 2018.

11. BNN.Indonesia Drugs Report .2019.

Page 84: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

69

12. Kementrian Kesehatan RI. Infodatin Situasi Dan Analisis Penyalahguanaan

Narkoba. 2014.

13. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Kesehatan

Reproduksi Remaja. 2015.

14. Henie. peran penyeluhan penyalahgunaan lem aibon menggunakan media

audio visual terhadap pengetahuan remaja SMA .2017. di akses pada

tanggal 20-12-2019

15. Batubara JRL. “Adolescent Development (Perkembangan Remaja)”.

Saripediatri. 2010;12(1):21-9.

16. Kamus Besar Bahasa Indonesia

17. UU No 2. Sistem Pendidikan Nasional.1989.

18. Kemdiknas. Kerangka Acuan Pendidikan Berkarakter. 2010.

19. Undang-Undang Sisdiknas No 20. Kurikulum Sekolah. 2003.

20. Peraturan Pemerintah No 29. Sekolah Menengah Atas.1990.

21. Permendikbud RI. Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. 2013.

22. Karel, A. Pesantren, Madrasah, Sekolah. Jakarta : LP3ES. 1991.

23. CDC. Kuesioner BRFS (Online). 2018.

https://www.cdc.gov/brfss/questionnaires/pdf-

ques/2018_BRFSS_English_Questionnaire.pdf, diakses 2 Desember 2019.

24. CDC. Kuesioner Nhanes (Online). 2018.

https://wwwn.cdc.gov/nchs/data/nhanes/2017-

2018/questionnaires/DUQ_ACASI_J.pdf, diakses 2 Desember 2019.

Page 85: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

70

25. CDC. Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS) (Online). 2018.

https://www.cdc.gov/healthyyouth/data/yrbs/index.htm, diakses 10/10/2019

26. Satella TM. Drugs The Straight Facts: Opium. New York: Infobase

Publishing. 2007.

27. United Nation Childrens Fund. Adolescence: An Age of Opportunity. New

York: UNICEF.2011. diakses pada tanggal 24-12-2019.

28. Rohani, Mke. Nunin, M.evie. faktor-faktor yang berhubungan dengan

penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMAN kota bekasi tahun.2002. di

akses pada tanggal 24-12-2019

29. Afni,nurul. Analisis kestabilan model farmakokinetik kokain pada

manusia.2018. diakses pada tanggal 24-12-2019.

30. Drug free word. Kebeneran tentang kokain.2012. diakses pada

drugfreeworld.org. diakses pada tanggal 24-12-2019

31. Roharni, Mke. Nunin, M.evie. faktor-faktor yang berhubungan dengan

penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMAN kota bekasi tahun.2002. di

akses pada tanggal 24-12-2019

32. Murni, Thamrin S, dkk. Study Of Behavior “NGELEM” In

Adolescent.2016

33. Syarif, fauzi. Hubungan karakteristik remaja penggunaan narkoba suntik

dengan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS (Online). 2007.

http://lib.ui.ac.id, diakses 6 Desember 2019.

34. Murtiwidayani, Sri Yuni. Sikap Dan Perilaku Remaja Dalam

Penanggulangan Narkoba. 2018.

35. Dahlan MS. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam

Penelitian Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika. 2016.

36. United Nations Office on Drugs and Crime. 2009. Joint UNODC-WHO

programme on drug dependence treatment and care (Vienna: United

Nations Office on Drugs and Crime) (Online).

http://www.unodc.org/docs/treatment/Brochures/10-50007_E_ebook.pdf,

diakses tanggal 10/10/2019

37. Permendikbud No.23. Sekolah..2017.

Page 86: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

71

38. Kemendiknas. Kurikulum sekolah. 2006. https://www.kemdikbud.go.id,

diakses

39. Depdiknas. Pedoman Penyelengara Sistem Kredit Semester. 2007.

40. Kemenag. Peraturan Pemerintah Republik Indonsia No.29 Tentang Sekolah

Menengah (Online).1990. simpuh.kemenag.go.id, diakses 12/10/2019

41. Dania F. Hubungan Antara Tingkat Penggunaan Ganja Dan Aspek-Aspek

Fungsi Psikososil (Online). 2012. http://lib.ui.ac.id, diakses 7 Desember

2019.

42. Madiya RN. Karakteristik Pelajar Penyalahguna NAPZA Dan Jenis

NAPZA Yang Di Gunakan Di Kota Surabaya. 2017; (2): 27-38.

43. Aprian ZZ. “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Siswa

Tentang Penyalahgunan Dengan Sikap Siswa Tentang Penyalahgunaan

NAPZA Di SMA 1 Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas psikologi. 2017.

44. Herlina. Perkembangan Masa Remaja. 2013.

45. Depdiknas. Pedoman Penyelengara Sistem Kredit Semester. 2007.

Page 87: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

72

Lampiran 1.

Kuesioner Youth Risk Behavior

SURVEI PERILAKU KESEHATANREMAJA INDONESIA TAHUN 2019

Survei ini tentang perilaku kesehatan remaja. Kuesioner dalam survei ini di

kembangkan sedemikian rupa sehingga Anda bisa memberitahu kami tentang

kebiasaan Anda yang mungkin bisa mempengaruhi kesehatan Anda. Informasi yang

Anda berikan akan digunakan untuk memperbaiki pendidikan kesehatan bagi

pararemaja seusia Anda.

JANGAN menuliskan nama Anda. Informasi yang Anda berikan akan

dirahasiakan. Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang Anda tulis. Tolong jawab

pertanyaan-pertanyaan di bawah ini seusai dengan apa yang Anda benar-benar

kerjakan

Pertanyaan tentang latar belakang Anda hanya digunakan untuk

menggambarkan karakteristik seluruh siswa yang menjadi responden, dan bukan

untuk mencari tahu nama Anda. Tidak ada nama siswa yang dilaporkan.

Pastikan bahwa Anda telah membaca seluruh pertanyaan. Isi lembar jawaban secara

lengkap. Apabila telah selesai mengisinya, ikuti petunjuk petugas survei.

Terima kasih atas kerjasama Anda

1. Berapa usia Anda sekarang?

A. 12 tahun atau kurang

B. 13 tahun

C. 14 tahun

D. 15 tahun

E. 16 tahun

F. 17 tahun

G. 18 tahun

H. 19 tahun atau lebih

Page 88: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

73

2. Apa jenis kelamin Anda?

A. Laki-laki

B. Perempuan

3. Apa suku Anda?

A. Jawa

B. Sunda

C. Betawi

D. Batak

E. Minang

F. Makasar atau Bugis

G. Tionghoa

H. Dayak

I. Melayu

J. Lain-lain

4. Apa agama Anda?

A. Islam

B. Katolik

C. Kristen

D. Hindu

E. Budha

F. Konghucu

G. Tidak beragama

5. Apa sekolah Anda? (pilihlah A, B, atau C untuk SMA dan MA; untuk SMK

pilihlah D)

A. SMA

B. MA

C. SMK

6. Apa jurusan yang Anda pilih di sekolah?

A. IPA

B. IPS

Page 89: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

74

C. Bahasa

7. Anda duduk di kelas berapa saat ini?

A. 10

B. 11

C. 12

8. Pendidikan orang tua (Ibu)?

A. Tidak sekolah/ tidak tamat SD

B. SD

C. SMP

D. SMA

E. S1

F. S2

G. S3

9. Pendidikan orang tua (Ayah)?

A. Tidak sekolah/ tidak tamat SD

B. SD

C. SMP

D. SMA

E. S1

F. S2

G. S3

10. Di mana Anda tinggal?

A. Serumah dengan orang tua di rumah milik orang tua sendiri

B. Rumah kontrakan (sewa) bersama orang tua

C. Kos, tidak serumah bersama orang tua

D. Menumpang di rumah saudara yang tidak serumah dengan orang tua

11. Berapa daya listrik rumah Anda?

A. Tidak ada listrik

B. 450 Watt

C. 900 Watt

D. 1300 Watt

E. 2200 Watt

F. >2200 Watt

Page 90: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

75

ALKOHOL DAN NARKOBA

17. Berapakah usia Anda saat pertama kali mencoba menggunakan NARKOBA?

A. Saya tidak pernah mencoba Narkoba

B. 8 tahun atau lebih muda

C. 9 atau 10 tahun

D. 11 atau 12 tahun

E. 13 atau 14 tahun

F. 15 atau 16 tahun

G. 17 tahun atau lebih tua

18. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda pernah menggunakan marijuana (disebut

juga dengan cimeng, daun ganja, mary jane, rasta, weed, chasra, buddha stick,

hawi, hemp, hashish, grass, dagga, dinsemilla, jayus)?

A. 0 kali (tidak pernah)

B. 1 atau 2 kali

C. 3 sampai 9 kali

D. 10 sampai 19 kali

E. 20 sampai 39 kali

F. 40 sampai 99 kali

G. 100 kali atau lebih

19. Selama 30 hari terakhir, berapa kali anda menggunakan marijuana?

A. 0 kali

B. 1 atau 2 kali

C. 3 sampai 9 kali

D. 10 sampai 19 kali

E. 20 sampai 39 kali

F. 40 kali atau lebih

Page 91: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

76

20. Seumur hidup Anda, berapa kali anda menggunakan kokain (disebut juga

dengan snow, coke, girl) dari bentuk apapun, termasuk bubuk, bentuk rokok

(lady, crack atau freebase)?

A. 0 kali

B. 1 atau 2 kali

C. 3 sampai 9 kali

D. 10 sampai 19 kali

E. 20 sampai 39 kali

F. 40 kali atau lebih

21. Berapakah usia Anda saat pertama kali mencoba menggunakan marijuana?

A. Saya tidak pernah mencoba Narkoba

B. 8 tahun atau lebih muda

C. 9 atau 10 tahun

D. 11 atau 12 tahun

E. 13 atau 14 tahun

F. 15 atau 16 tahun

G. 17 tahun atau lebih tua

22. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menghisap lem (nge-lem), menghirup isi

kaleng semprotan aerosol, atau menghirup cat atau semprotan untuk

ngefly/melayang/merasa enak?

A. 0 kali

B. 1 atau 2 kali

C. 3 sampai 9 kali

D. 10 sampai 19 kali

E. 20 sampai 39 kali

F. 40 kali atau lebih

Page 92: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

77

23. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan heroin (disebut juga dengan

putaw, PT, junk, bedak etep putih)?

A. 0 kali

B. 1 atau 2 kali

C. 3 sampai 9 kali

D. 10 sampai 19 kali

E. 20 sampai 39 kali

F. 40 kali atau lebih

24. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan meth-amfetamin (disebut

juga dengan shabu-shabu, SS, blue ice, quartz, ice cream, glass)?

A. 0 kali

B. 1 atau 2 kali

C. 3 sampai 9 kali

D. 10 sampai 19 kali

E. 20 sampai 39 kali

F. 40 kali atau lebih

25. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan ekstasi (disebut juga dengan

amphet, MDMA, black heart, butterfly, inex, kancing)?

A. 0 kali

B. 1 atau 2 kali

C. 3 sampai 9 kali

D. 10 sampai 19 kali

E. 20 sampai 39 kali

F. 40 kali atau lebih

26. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan marijuana sintetik (disebut

juga dengan K2, spice, fake weed, King Kong, Yucatan Fire, Skunk, atau Moon

Rocks)? (56)

Page 93: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

78

A. 0 kali

B. 1 atau 2 kali

C. 3 sampai 9 kali

D. 10 sampai 19 kali

E. 20 sampai 39 kali

F. 40 kali atau lebih

27. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan pil atau suntik steroid tanpa

resep dokter?

A. 0 kali

B. 1 atau 2 kali

C. 3 sampai 9 kali

D. 10 sampai 19 kali

E. 20 sampai 39 kali

F. 40 kali atau lebih

28. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan obat penenang atau

penghilang nyeri (seperti DMP, Dumolid, Xanax, Valium, Kodein, Esilgan,

Oxycontin, Percocet, Vicodin, Adderal, Ritalin) yang dibeli tanpa resep

dokter?

A. 0 kali

B. 1 atau 2 kali

C. 3 sampai 9 kali

D. 10 sampai 19 kali

E. 20 sampai 39 kali

F. 40 kali atau lebih

29. Seumur hidup Anda, berapa kali Anda menggunakan jarum suntik untuk

menyuntik obat terlarang/ NARKOBA ke tubuh Anda?

A. 0 kali

Page 94: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

79

B. 1 kali

C. 2 atau lebih

30. Selama 12 bulan terakhir, adakah orang yang menawarkan, menjual atau

memberikan Anda obat terlarang/ NARKOBA di lingkungan sekolah?

A. Ya

B. Tidak

Ini adalah akhir dari survei.

Terima kasih banyak atas bantuan Anda.

Page 95: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

80

Lampiranr 2.

Parental Informed Consent-Passive Fom

Page 96: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

81

Page 97: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

82

Page 98: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

83

Lampiran 3.

Surat Rekomendasi Penelitian

Page 99: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

84

Page 100: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

85

Lampiran 4

Surat Rekomendasi Peneliti

Page 101: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

86

Lampiran 5.

Riwayat Penulis

Nama :Sarah Hanifah Adhiansyah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal, lahir : Tangerang, 21 Maret 1998

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Tangerang, Poris Indah Palem 17 Blok E

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2002-2003 : Tk Al-rasyid

2003-2008 : Yayasan Al-Ayaniyah

2008-2013 : SMP N 1 Tangerang

2013- 2016 : MAN 2 Tangerang

2016- sekarang : Fakultas Kedokteran UIN syarif Hidayatullah

Page 102: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

87

Lampiran 6

Hasil univariat

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <=12 tahun 1 ,1 ,1 ,1

13 tahun 3 ,4 ,4 ,5

14 tahun 18 2,3 2,3 2,8

15 tahun 178 22,5 22,5 25,3

16 tahun 290 36,7 36,7 62,0

17 tahun 219 27,7 27,7 89,7

18 tahun 69 8,7 8,7 98,5

>= 19 tahun 12 1,5 1,5 100,0

Total 790 100,0 100,0

Jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 348 44,1 44,1 44,1

perempuan 442 55,9 55,9 100,0

Total 790 100,0 100,0

Page 103: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

88

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Jawa 347 43,9 43,9 43,9

Sunda 288 36,5 36,5 80,4

Betawi 116 14,7 14,7 95,1

Batak 15 1,9 1,9 97,0

Minang 8 1,0 1,0 98,0

Tionghoa 3 ,4 ,4 98,4

Dayak 1 ,1 ,1 98,5

Melayu 8 1,0 1,0 99,5

Lain-lain 4 ,5 ,5 100,0

Total 790 100,0 100,0

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Islam 777 98,4 98,4 98,4

Katolik 1 ,1 ,1 98,5

Kristen 11 1,4 1,4 99,9

Budha 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Sekolah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SMA 294 37,2 37,2 37,2

MA 190 24,1 24,1 61,3

SMK 306 38,7 38,7 100,0

Total 790 100,0 100,0

Page 104: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

89

Jurusan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid IPA 237 30,0 30,0 30,0

IPS 234 29,6 29,6 59,6

Bahasa 12 1,5 1,5 61,1

SMK 307 38,9 38,9 100,0

Total 790 100,0 100,0

Kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 10 220 27,8 27,8 27,8

11 353 44,7 44,7 72,5

12 217 27,5 27,5 100,0

Total 790 100,0 100,0

Pendidikanibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak sekolah/ tidak tamat

SD 98 12,4 12,4 12,4

SD 312 39,5 39,5 51,9

SMP 129 16,3 16,3 68,2

SMA 205 25,9 25,9 94,2

S1 23 2,9 2,9 97,1

S2 22 2,8 2,8 99,9

S3 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Page 105: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

90

Pendidikanayah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak sekolah/ tidak tamat

SD 84 10,6 10,6 10,6

SD 259 32,8 32,8 43,4

SMP 125 15,8 15,8 59,2

SMA 270 34,2 34,2 93,4

S1 23 2,9 2,9 96,3

S2 24 3,0 3,0 99,4

S3 5 ,6 ,6 100,0

Total 790 100,0 100,0

Tempattinggal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Serumah dengan ortu di

rumah milik ortu? sendiri 697 88,2 88,2 88,2

Rumah kontrakan/ sewa

bersama ortu 39 4,9 4,9 93,2

Kos, tidak serumah bersama

ortu 42 5,3 5,3 98,5

Menumpang di rumah

saudara yang tidak serumah

dengan ortu

12 1,5 1,5 100,0

Total 790 100,0 100,0

Page 106: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

91

Dayalistrik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak ada listrik 13 1,6 1,6 1,6

450 Watt 210 26,6 26,6 28,2

900 Watt 238 30,1 30,1 58,4

1300 Watt 224 28,4 28,4 86,7

2200 Watt 89 11,3 11,3 98,0

>2200 Watt 16 2,0 2,0 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Saya tidak pernah mencoba

Narkoba 776 98,2 98,2 98,2

8 tahun atau lebih muda 2 ,3 ,3 98,5

9 atau 10 tahun 1 ,1 ,1 98,6

11 atau 12 tahun 1 ,1 ,1 98,7

13 atau 14 tahun 2 ,3 ,3 99,0

15 atau 16 tahun 7 ,9 ,9 99,9

17 tahun atau lebih tua 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 780 98,7 98,7 98,7

1 atau 2 kali 5 ,6 ,6 99,4

3 sampai 9 kali 4 ,5 ,5 99,9

Page 107: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

92

10 sampai 19 kali 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 784 99,2 99,2 99,2

1 atau 2 kali 2 ,3 ,3 99,5

3 sampai 9 kali 2 ,3 ,3 99,7

10 sampai 19 kali 2 ,3 ,3 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 783 99,1 99,1 99,1

1 atau 2 kali 4 ,5 ,5 99,6

3 sampai 9 kali 2 ,3 ,3 99,9

10 sampai 19 kali 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Saya tidak pernah mencoba

Narkoba 780 98,7 98,7 98,7

Page 108: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

93

9 atau 10 tahun 2 ,3 ,3 99,0

11 atau 12 tahun 1 ,1 ,1 99,1

13 atau 14 tahun 3 ,4 ,4 99,5

15 atau 16 tahun 4 ,5 ,5 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 766 97,0 97,0 97,0

1 atau 2 kali 22 2,8 2,8 99,7

3 sampai 9 kali 1 ,1 ,1 99,9

40 kali atau lebih 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 782 99,0 99,0 99,0

1 atau 2 kali 6 ,8 ,8 99,7

3 sampai 9 kali 2 ,3 ,3 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba8

Page 109: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

94

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 783 99,1 99,1 99,1

1 atau 2 kali 3 ,4 ,4 99,5

3 sampai 9 kali 3 ,4 ,4 99,9

20 sampai 39 kali 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 786 99,5 99,5 99,5

1 atau 2 kali 3 ,4 ,4 99,9

3 sampai 9 kali 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 786 99,5 99,5 99,5

1 atau 2 kali 3 ,4 ,4 99,9

3 sampai 9 kali 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Page 110: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

95

Narkoba11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 780 98,7 98,7 98,7

1 atau 2 kali 8 1,0 1,0 99,7

3 sampai 9 kali 1 ,1 ,1 99,9

10 sampai 19 kali 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 780 98,7 98,7 98,7

1 atau 2 kali 8 1,0 1,0 99,7

3 sampai 9 kali 1 ,1 ,1 99,9

20 sampai 39 kali 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 kali 784 99,2 99,2 99,2

1 kali 5 ,6 ,6 99,9

2 kali atau lebih 1 ,1 ,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Narkoba14

Page 111: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

96

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 78 9,9 9,9 9,9

Tidak 712 90,1 90,1 100,0

Total 790 100,0 100,0

Page 112: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

97

Lampiran 8

Hasil Bivariat

Page 113: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

98

Page 114: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

99

Page 115: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

100

Page 116: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

101

Page 117: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

102

Page 118: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

103

Page 119: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

104

Page 120: HUBUNGAN JENIS SEKOLAH TERHADAP PENGGUNAAN NAPZA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Latar Belakang: Prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA masih

105