asuhan keperawatan pasien dengan penyalahgunaan napza

29
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Penyalahgunaan NAPZA : Inhalan KONSEP DASAR TEORI GANGGUAN NAPZA : INHALAN A. Pengertian Inhalen merupakan produk yang mudah didapat dipasaran seperti bensin, pernis, aseton untuk pembersih warna kuku, lem, pengencer cat, tip-ex, semprotan, freon dan menghasilkan uap dari pelarut organik yang sangat mudah menguap yang bila disalahgunakan misalnya dengan menghirup uap dan gasnya dapat menyebabkan kerusakan serius dan bahkan kematian. Empat kategori umum inhalansi yaitu : pelarut yang mudah menguap, aerosol, gas, dan nitrit. Berdasarkan bentuknya, banyak ditemukan dalam rumah tangga, industri, dan produk medis. Berikut berbagai jenis inhalan : 1. Pelarut yang mudah menguap adalah cairan yang menguap pada suhu kamar. Pelarut ini banyak ditemukan dan murah, biasanya digunakan untuk rumah tangga dan keperluan industri. Ini termasuk pengencer cat dan removers, binatu cairan, minyak pelumas, bensin, lem, cairan koreksi, dan felt-tip spidol. 2. Aerosol adalah semprotan yang mengandung propelan dan pelarut. Termasuk di dalamnya cat semprot, deodoran dan semprotan rambut, vegetable oil sprays for cooking, dan fabric protector sprays. 3. Gas yang termasuk anestesi medis serta gas yang digunakan dalam rumah tangga atau produk komersial. Anestesi medis

Upload: gaymayuhyah

Post on 21-Jul-2016

38 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Penyalahgunaan NAPZA : Inhalan

KONSEP DASAR TEORI GANGGUAN NAPZA : INHALAN

A.    Pengertian

Inhalen merupakan  produk  yang mudah didapat dipasaran seperti bensin, pernis,

aseton untuk pembersih warna kuku, lem, pengencer cat, tip-ex, semprotan, freon dan

menghasilkan uap dari pelarut organik yang sangat mudah menguap yang bila

disalahgunakan misalnya dengan menghirup uap  dan gasnya dapat menyebabkan kerusakan

serius dan bahkan kematian.

Empat kategori umum inhalansi yaitu : pelarut yang mudah menguap, aerosol,  gas,

dan nitrit. Berdasarkan bentuknya, banyak ditemukan dalam rumah tangga, industri, dan

produk medis. Berikut berbagai jenis inhalan :

1.      Pelarut yang mudah menguap adalah cairan yang menguap pada suhu kamar. Pelarut ini

banyak ditemukan dan murah, biasanya digunakan untuk rumah tangga dan keperluan

industri. Ini termasuk pengencer cat dan removers, binatu cairan, minyak pelumas, bensin,

lem, cairan koreksi, dan felt-tip spidol.

2.      Aerosol adalah semprotan yang mengandung propelan dan pelarut. Termasuk di dalamnya

cat semprot, deodoran dan semprotan rambut, vegetable oil sprays for cooking, dan fabric

protector sprays.

3.      Gas yang termasuk anestesi medis serta gas yang digunakan dalam rumah tangga atau produk

komersial. Anestesi medis termasuk eter, kloroform, halotan, dan dinitrogen oksida

(umumnya disebut "laughing gasses"). Nitrous oxide adalah gas yang paling banyak

disalahgunakan, gas ini dapat ditemukan di dispenser whipped cream dan produk yang

meningkatkan kadar oktan di mobil balap. Pada rumah tangga atau produk komersial  yang

mengandung gas butana termasuk korek api, tangki propana, dan refrigeran.

4.      Nitrit sering dianggap sebagai inhalansia. Tidak seperti kebanyakan inhalansia lainnya, yang

bekerja langsung pada sistem saraf pusat (SSP), nitrit bertindak terutama untuk melebarkan

pembuluh darah dan mengendurkan otot. Sementara inhalansia lain digunakan untuk

mengubah suasana hati, nitrit digunakan terutama sebagai peningkat seksual. Nitrit termasuk

nitrit sikloheksil, isoamyl (amil) nitrit, dan isobutil (butil) nitrit dan biasanya dikenal sebagai

"popper" atau "kakap".  Amil nitrit dulu digunakan dalam prosedur pengobatan pasien

dengan penyakit jantung. Nitrit sekarang dilarang oleh Komisi Keamanan Produk Konsumen

Page 2: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

namun masih dapat ditemukan, dijual dalam botol kecil berlabel sebagai "video head

cleaner", "room odorizer", "leather cleaner" atau  " liquid aroma”.

Efek yang dihasilkan oleh inhalansia bervariasi, dan beberapa pengguna cenderung

memilih sendiri inhalansia favorit mereka. Sebagai contoh, di salah satu nagara bagian,

merek "Texas penyemir sepatu", adalah semprot sepatu terkenal yang berisi toluena kimia,

jenis ini paling banyak disalahgunakan di Texas.

Inhalen mengandung bahan-bahan kimia yang berfungsi sebagai depresan. Depresan

memperlambat sistem syaraf pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan anggota badan dan

konsentrasi pikiran. Inhalen mempengaruhi otak dengan kecepatan dan kekuatan yang jauh

lebih besar dari zat lain, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan mental yang tidak

dapat disembuhkan. Mati lemas dan mati secara tiba-tiba dapat terjadi, walau "ngelem" baru

dilakukan pertama kali.

B.     Prevalensi Penggunaan Inhalasi

Menurut Survei 2008 National Survey on Drug Use and Health (NSDUH), ada

729.000 orang berusia 12 tahun atau lebih yang telah menggunakan inhalansia untuk pertama

kalinya dalam 12 bulan terakhir, 70 persen berusia di bawah 18 tahun. Bahkan, inhalansia

(terutama pelarut yang mudah menguap, gas, dan aerosol) sering menjadi pilihan di kalangan

anak-anak muda yang menggunakan narkoba. Menurut data yang dikumpulkan oleh National

Capital Poison Center, prevalensi kasus inhalansia dilaporkan ke pusat pengendalian racun

AS menurun 33 persen pada tahun 1993-2008. Prevalensi tertinggi pada anak usia 12 sampai

17 dan paling tinggi pada usia 14 tahunan.

Survei MTF menunjukkan bahwa pada tahun 2008, 11 persen perempuan yang duduk

di kelas 8 (SMP), dilaporkan menggunakan inhalansia dalam satu tahun terakhir, sedangkan 7

persen laki-laki. Sedangkan untuk siswa yang duduk di kelas 12 (SMA), 3,2 persen

perempuan dan 4,4 persen laki-laki dilaporkan menggunakan inhalansia dalam satu tahun

terakhir. Dari segi etnis, pemuda keturunan Afrika-Amerika secara konsisten menunjukkan

tingkat yang lebih rendah dibandingkan keturunan kulit putih atau Hispanik dalam

penyalahgunaan inhalan pada survei MTF.

Berdasarkan hasil survei dan pemetaan sosial anak jalanan pada tahun 1999 yang

dilakukan oleh Unika Atmajaya Jakarta dan Departemen Sosial dengan dukungan Asia

Development Bank, jumlah anak jalanan adalah 39.861 orang, yang tersebar di 12 kota besar.

Pada tahun 2004, menurut Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial,

jumlah anak jalanan sebesar 98.113 orang, yang tersebar di 30 provinsi. Khusus di wilayah

Page 3: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

Bandung kurang lebih berjumlah 5.500 anak jalanan (Data Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat,

2006) ; di wilayah Bogor 3.023 orang (Data Dinas Sosial Pemda Bogor, 2006) ; dan di

Daerah Khusus Ibukota Jakarta kurang lebih berjumlah 8.000 orang (Data Dinas Sosial DKI

Jakarta, 2006).

Selanjutnya, ada beberapa faktor yang mendukung kejadian penyalahgunaan inhalan

seperti kondisi sosial ekonomi yang rendah, riwayat penyalahgunaan masa lalu, nilai buruk

yang dianut (budaya), dan putus sekolah.

C.    Gambaran Klinis

            Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan perasaan

euphoria, kegembiraan, dan sensasi mengambang yng menyenangan; obat kemungkinan

digunakan untuk mendpatkan efek tersebut. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat

termasuk rasa ketakutan, ilusi sensorik, hlusinasi auditoris dan visual, dan distorsi ukuran

tubuh.  Gejala neurologis dapat termasuk bicara, dan ataksia. Penggunaan dalam periode

lama dapat disertai dengan iritabilitas, labilitas emosi, dan gangguan ingatan.

            Toleransi terhadap inhalan dapat berkembang; walaupun tidak dikenali oleh DSM-

IV , sindroma putus inhalan dapat menyertai penghentian pemakaian inhalan. Sindroma putus

inhalan tidak sering terjadi; jika terjadi keadaan ini ditandai oleh gangguan tidur, iritabilitas,

kegugupan, berkeringat, mual, muntah, takikardi, dan kadang-kadang waham dan halusnasi.

D.    Cara Penggunaan Inhalan

Inhalan dapat diisap melalui hidung atau mulut dengan berbagai cara :

1.      Dihirup (sniffing) atau snorting dari uap/asap inhalan tersebut

2.      Menyemprotkan langsung kehidung atau mulut, efeknya lebih kuat

3.      Bagging, menghirup atau menghisap uap/asap dari zat yang telah disemprotkan atau

ditampung  kedalam kantung plastik atau kantung kertas

4.      Huffing, menghisap melalui bahan kain yang telah direndam kedalam zat inhalan

5.      Menghisap dari balon yang telah diisi oksida nitrit.

Bahan kimia yang dihirup diserap dengan cepat ke dalam aliran darah melalui paru-

paru dan dengan cepat didistribusikan ke otak dan organ lainnya. Dalam hitungan detik,

pengguna mengalami keracunan bersama dengan efek lain yang serupa dengan yang

dihasilkan oleh alkohol. Seperti efek cadel, ketidakmampuan untuk mengkoordinasikan

gerakan, euforia, dan pusing. Selain itu, pengguna dapat mengalami gejala ringan, halusinasi,

dan delusi.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

Karena keracunan hanya berlangsung beberapa menit, pelaku sering berusaha untuk

menghirup berulang kali selama beberapa jam, yang merupakan praktek yang sangat

berbahaya. Dengan penghirupan berturut-turut, pelaku dapat mengalami kehilangan

kesadaran dan bahkan mungkin kematian. Setelah penggunaan berat inhalansia, pelaku

mungkin merasa mengantuk selama beberapa jam dan mengalami sakit kepala berlama-lama.

E.     Pengaruh Langsung pemakainan inhalen

Identifikasi dini dan intervensi adalah cara terbaik untuk menghentikan

penyalahgunaan inhalan sebelum menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Orang tua,

pendidik, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya harus waspada terhadap tanda-tanda berikut:

1.      Dengan cepat kepala diserang dengan rasa pusing.

2.      Sedikit stimulasi.

3.      Nafas berbau.

4.      Sakit kepala.

5.      Kurangnya koordinasi gerakan anggota badan.

6.      Mati rasa pada tangan dan kaki.

7.      Mual dan muntah-muntah.

Hampir semua inhalansia disalahgunakan (selain nitrit) dan menghasilkan efek yang

menyenangkan dengan cara kerja menekan SSP. Nitrit sebaliknya, melebarkan dan

merelaksasi pembuluh darah.

Berdasarkan penelitian indikasi toluene menunjukkan bahwa jumlah pelarut yang

mudah menguap sering disalahgunakan dan gas anestesi memiliki efek neurobehavioral dan

mekanisme aksi. Hal ini sama dengan cara kerja depresan SSP, termasuk alkohol dan obat-

obatan seperti obat penenang dan obat bius.

F.     Bahaya Penggunaan Jangka Panjang

Pemakaian inhalen jangka lama dapat menyebabkan iritabilitas, labilitas emosi, dan

gangguan ingatan, kejang pada anggota badan, kerusakan sumsum tulang dan kerusakan hati

dan ginjal. Sindroma putus inhalen tidak sering terjadi, kalaupun ada muncul dalam bentuk

susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual, muntah, takikardia, dan kadang kadang

disertai halusinasi.

G.    Toleransi

Page 5: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

Ketika pemakaian inhalen berlanjut selama beberapa waktu, si pemakai akan

mengalami reaksi toleransi terhadap inhalen. Hal ini berarti, si pemakai akan membutuhkan

pemakaian inhalen yang semakin sering dan dengan jumlah yang lebih besar untuk mencapai

efek yang diinginkan, seperti :

1.      Mata merah, berkaca-kaca atau berair.

2.      Pengucapan kata-kata yang lambat, bergumam kental dan tidak jelas.

3.      Terdapat noda cat pada tangan atau sekitar mulut.

4.      Terlihat seperti orang mabuk.

5.      Bau bahan kimia di dalam ruangan.

6.      Bau mulut yang tidak biasa.

H.    Efek Merugikan

            Innhalan dapat disertai dengan banyak kemungkinan efek merugikan yang serius.

Efek merugikan yang paling serius adalah kematian, yang dapat disebabkan oleh depresi

pernafasan, aritmia jantung, asfiksia, aspirasi muntah atau kecelakaan atau cedera (sebagai

contohnya, terintoksikasi inhalan saat mengendarai kendaraan). Peristiwa merugikan serius

lainnya yang berhubungan dengan penggunaan inhalan jangka panjang adalah kerusakan hati

dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot permanen yang disertai dengan rabdomiolisis.

Kombinasi pelarut organic dan konsentrasi tembaga, seng, dan  logam berat yang tinggi telah

disertai perkembangan atrofi otak, epilepsy lobus temporal, penurunan nilai intelegensia

(intelligence quotience : IQ) dan  berbagai perubahan elektroensefalografik (EEG).

            Beberapa penelitian terhadap pengecat rumah dan pekerja pabrik yang telah terpapar

dengan zat pelarut selama periode yang lama telah menemukan bukti-bukti atrofi otak pada

pemeriksaan tomografi computer (CT Scan) dan penurunan darah otak. Efek merugikan

tambahan adalah gejala kardiovaskuler dan pulmonal (sebagai contohnya, nyeri dada dan

bronkospasme), gejala gastrointestinal (nyeri, mual, muntah dan hematemesis), dan tanda

serta gejala neurologis lainnya (neuritiss perifer, nyeri kepala, parastesia, tanda cerebral dan

enselopati limbal). Terdapat laporan atrofi otak, asidosis tubular ginjal, dan gangguan motoric

jangka panjang pada penggunaan toluene. Sejumlah laporan memprihatinkan efek merugikan

yang serius pada perkembangna janin jika seorang ibu yang mengandung menggunakan atau

terpapar dengan zat inhalan.

I.       Pengobatan

Page 6: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

            Biasanya, penggunaan inhalan adalah relative singkat dalam kehidupan seseorang.

Orang tersebut menghentikan aktivitas menggunakan zat atau pindahan ke zat lain.

Identifikasi penggunaan inhalan pada sorang remaja adalah suatu indikasi bahwa remaja

tersebut harus mendapatkan konseling dan pendidikan tentang masalah umum penggunaan

zat. Adanya diagnosis penyerta gangguan konduksi atau gangguan kepribadian antisosial

harus mengalahkan dokter untuk menilai situasi dengan mendalam karena adanya

peningkatan kemungkinan bahwa remaja tersebut akan menjadi semakin terlibat dalam

penggunaan zat. Tetapi, pada sebagian besar orang dengan penyalahgunaan inhalan atau

ketergantungan inhalan adalah orang lanjut usia dan cacat yang memerlukan intervensi social

yang nyata sebagai bagian dari pendekatan pengobatan.

KASUS

An. A seorang pengamen jalanan masuk panti rehabilitasi pada tanggal 19 Juni 2012

pukul 13:00 WIB setelah dirazia oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) di Sekitaran

Stasiun Jati Negara, Bekasi karena kedapatan sedang “ngelem” bersama teman-teman

ngamennya. Kemudian klien dilakukan wawancara dan pemeriksaan lebih lanjut oleh petugas

panti rehabilitasi. Setelah dilakukan wawancara, didapatkan data sebagai berikut :

Klien berusia 12 tahun berasal dari keluarga kurang mampu dan tinggal di lingkungan

kumuh di dekat TPS. Sehari-hari klien bekerja sebagai pengamen jalanan bersama anak-anak

sebayanya yang juga berasal dari keluarga kurang mampu. Klien mengaku dulu pernah

sekolah sampai kelas 2 SD kemudian tidak melanjutkan karena tidak ada biaya. Orang tuanya

kemudian menuntut klien untuk membantu mencari nafkah di jalanan.

An. A dan teman-temannya biasa melakukan kegiatan yang tidak biasa/menyimpang

dari anak normal seusianya, disela-sela waktu istirahat ngamen, klien sering “ngelem” di

pingggir jalan bersama dengan teman-temanya. Awalnya hanya karena ikut-ikutan anak

jalanan lain dan mulai penasaran dengan efek yang ditimbulkan. Kemudian klien mulai

“ngelem” bersama teman-teman pengamennya dan lam-kelamaan kebiasaan tersebut menjadi

rutinitas klien dan teman-temannya setiap hari, bahkan terkadang dengan “ngelem” tersebut

Page 7: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

mereka merasa tidak pernah lelah untuk mencari uang dijalanan. Kebiasaan “ngelem” ini

merupakan kebiasaan yang biasa mereka gunakan untuk mengalihkan segala masalah yang

mereka hadapi, termasuk melupakan rasa lapar karena berhari-hari tidak makan. Mereka juga

mengungkapkan dengan “ngelem” mereka akan menjadi lebih bersemangat, percaya diri,

berenergi. Suatu hari klien tidak ngelem selama sehari karena ia merasa tidak enak badan,

kemudian klien merasa sangat tersiksa dan merasa badan berkeringat dingin, pusing,

gemetaran, dan merasa bahwa hidupnya berat sekali.

Masalah :

Dari hasil wawancara dengan An. A terbukti bahwa klien melakukan penyalahgunaan

zat termasuk inhalasi. Pasien menggunakan lem sebagai zat yang kemudian dihirup dan

kemudian menikmati sensasi yang dihasilkan dari “ngelem” tersebut. Dengan kebiasaan itu,

pasien bisa melupakan sejenak rasa capai dan beban hidupnya.

Berdasarkan data wawancara dengan klien, maka perlu adanya pengkajian lebih lanjut

untuk menegakkan diagnosa dan membuat rencana keperawatan pada pasien dengan

gangguan napza : inhalasi.

A.    Pengkajian

1.      Pola aktivitas atau istirahat

Pasien mengatakan :

        “susah tidur, sering begadang dan kalau tidur suka mimpi buruk”

        “suka tiba-tiba cemas”

        “kalau kerja semangat, malah susah untuk diam”

        “kalau lagi ngelem ya rasanya melayang, kadang-kadang jalan sempoyongan kayak orang

mabok”

2.      Sirkulasi

Berdasarkan pemeriksaan fisik :

        Tekanan Darah : 130/90 mmHg

        Nadi : 97 x/menit, takhikardi

3.      Integritas Ego

Pasien mengatakan :

        “kalau lagi “ngelem” sambil kumpul ma’ anak-anak, rasanya seneng banget, kayak kagak ada

beban pikiran gitu, jadi lupa aja ma’ masalah dan capek. Malah jadi makin PD dan keren”

        “gua gak pernah merasa kalau itu (“ngelem”-red) salah, orang gua juga gak nyuri lem orang

kok! Hahaha........”

Page 8: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

        “dengan ngelem gini, gua ngerasa bisa lepas dari masalah, kalau ngak gini hidup gua bakal

ancur. Gua ‘dah ketergantungan banget”

4.      Makan atau minum

Pasien mengatakan :

        ”gak ada napsu makan, dengan “ngelem” aja udah kenyang rasanya”

        “rasanya gua makin kurus juga, dulu gak sampai kerempeng gini, mungkin gara-gara gak

inget makan juga”

5.      Neurosensorik

Pasien tampak :

        Emosi psikologis : Gembira, banyak bicara, waspada berlebihan.

        Dilatasi pupil

Pasien mengatakan :

        “kalau ngeliat gitu, mata agak kabur”

        “suka gemeteran juga lama-lama apalagi kalau lagi pengen (“ngelem”-red)”

        “cemas juga kadang-kadang, takut kalau ngak “ngelem” jadi uring-uringan”

6.      Nyeri

        (pasien tidak mengeluh nyeri)

7.      Pernapasan

Pasien mengatakan :

        “Sering sesak napas seperti tercekik”

8.      Keamanan

Pasien mengatakan :

        “kalau ngak “ngelem” badan berasa panas dingin gak jelas, kayak mau meriang rasanya”

        “suka mau marah juga sih, apalagi kalau lagi pengen terus gak dapet, tapi belum pernah

sampai mukulin apalagi bunuh orang”

9.      Seksualitas

        (pasien tidak mengeluh ada gangguan di organ genetalia atau masalah kesehatan reproduksi)

10.  Interaksi sosial

        “gua turun ke jalanan gini jadi gepeng juga karena ortu yang ‘gak punya kerjaan, gua mesti

nyari duit buat bertahan hidup”

        “kalau sekolah mungkin gua udah SMP, tapi karena harus kerja begini, gua dah ngelupain

jaman sekolah”

B.     Diagnosa Keperawatan

Page 9: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

DSM-IV menuliskan sejumlah gangguan berhubungan dengan inhalan tetapi

mengandung kriteria diagnostic spesifik hanya untuk intoksikasi inhalan dalam bagian

gangguan berhubungan dengan inhalan. Gangguan berhubungan dengan inhalan lain

mempunyai kriteria diagnostiknya yang dijelaskan dalam bagian DSM-IV yang secara

spesifik membicarakan gejala utama, sebagai contohnya gangguan psikotik akibat inhalan.

Gangguan berhubungan dengan inhalan:

1.      Gangguan penggunaan inhalan

a.       Ketergantungan inhalan

b.      Penyalahgunaan inhalan

2.      Gangguan akibat inhalan

a.       Intoksikasi inhalan

b.      Delirium intoksikasi inhalan

c.       Demensia menetap akibat inhalan

d.      Gangguan psikotik akibat inhalan, dengan waham

Sebutkan jika: dengan onset selama intoksikasi

e.       Gangguan psikotik akibat inhalan, dengan halusinasi

Sebutkan jika: dengan onset selama intoksikasi

f.       Gangguan mood akibat inhalan

Sebutkan jika: dengan onset selama intoksikasi

g.      Gangguan kecemasan akibat inhalan

Sebutkan jika: dengan onset selama intoksikasi

h.      Gangguan berhubungan inhalan yang tidak ditentukan

Kriteria diagnostic untuk Intoksikasi inhalan :

1.      Pemakaian inhalan volatin yang disengaja dan belum lama atau pemaparan dengan inhalan

volatile jangka pendek dan dosis tinggi ( termasuk gas anastetik dan vasodilator kerja

singkat).

2.      Perilaku maladaptive atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis ( misalnya,

kenakalan, penyerangan, apati, gangguan pertimbangan, gangguan fungsi social atau

pekerjaan) yang berkembang selama, atau segera setelah, atau pemakaian atau pemaparan

dengan inhalan volatile.

3.      Dua atau lebih tanda berikut, yang berkembang selama, atau segera setelah, pemakaian atau

pemaparan dengan inhalan.

a.       Pusing

b.      Nistagmus

Page 10: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

c.       Inkoordinasi

d.      Bicara cadel

e.       Gaya berjalan tidak mantap

f.       Letargi

g.      Depresi reflek

h.      Retardasi psikomotor

i.        Tremor

j.        Kelelahan otot umum

k.      Pandangan kabur atau diplopia

l.        Stupor atau koma

m.    Euphoria

4.      Gejala bukan karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan

mental lain.

Beberapa masalah keperawatan yang dapat ditemukan :

1.      Ketergantungan inhalan dan penyalahgunaan inhalan :

Sebagian besar orang kemungkinan menggunakan inhalan untuk waktu yang singkat dan

tidak mengembangkan pola penggunaan jangka panjang yang menyebabkan ketergantungan

dan penyalahgunaan. Namun demikian, ketergantungan dan penyalahgunaan inhalan terjadi

dan didiagnosis menurut standar kriteria DSM-IV untuk sindroma tersebut.

2.      Intoksikasi inhalan :

Kriteria diagnostic DSM-IV untuk intoksikasi inhalan menetukan adanya perubahan

perilaku maladaptive dan sekurangnya dua gejala fisik. Keadaan intoksikasi sering kali

ditandai oleh apati, penurunan fungsi social, dan pekerjaan , gangguan pertimbangan, dan

perilaku impulsive atau agresif. Orang kemungkinan selanjutnya menjadi amnestic tentang

periode intoksikasi. Intoksikasi sering kali disertai dengan mual, anoreksia, nistagmus,

penurunan reflex dan diplopia. Status neurologis pemakai dapat berkembang menjadi stupor

dan tidak sadar pada dosis tinggi dan pemaparan yang lama. Dokter sering kali dapat

mengindentifikasi pemakai inhalan yang baru oleh adanya bercak kemerahan di sekitar dubur

dan mulut pasien, bau nafas yang tidak biasa, residu zat inhalan pada wajah, tangan , atau

pakaian pasien, dan iritasi pada mata, tenggorok, paru-paru dan hidung pasien.

3.      Delirium intoksikasi inhalan :

DSM-IV memberikan suatu kategori diagnostic untuk delirium intoksikasi inhalan.

Delirium dapat disebabkan oleh efek inhalan itu sendiri oleh  interaksi farmakodinamik

dengan zat lain, dan oleh hipoksia yang mungkin menyertai inhalan atau metode inhalasinya.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

Juka delirium menyebabkan gangguan perilaku yang berat, pengobatan jangka pendek

dengan antagonis, reseptor dopain-sebagai contohnya, haloperidol (hadol) mungkin

diperlukan. Benzodiasepin harus dihindari karena kemungkinan menambah depresi

pernafasan pasien.

4.      Demensia menetap akibat inhalan :

Demensia menetap akibat inhalan atau (inhalan-induced persisting dementia) seperti

delirium, mungkin disebabkan oleh efek neurotoksik inhalan sendiri, efek neurotoksik logam

yang sering digunakan dalam inhalan (sebagai contohnya timbal) atau efek periode hipoksia

yang sering dan lama. Demensia yang disebabkan oleh inhalan kemungkinan tidak reversible

sama sekali kecuali pada kasus yang paling ringan.

5.      Gangguan psikotik akibat inhalan :

Gangguan psikotik akibat inhalan (inhalant-induced-psychotic disorder) adalah diagnosis

DSM-IV. Klinisi dapat menntukan apakah halusinasi atau waham merupakan gejala yang

menonjol. Keadaan paranoid  kemungkinan merupakan sindroma psikotik yang paling sering

selama intoksikasi inhalan.

6.      Gangguan mood dan gangguan kecemasan akibat inhalan :

Gangguan mood akibat inhalan (inhalant-induced mood disorder) dan gangguan

kecemasan akibat inhalan ( inhalant-induced anxiety disorder) adalah diagnosis DSM-IV

yang memungkinkan klasifikasi gangguan berhubungan ddengan inhalan yang ditandai

dengan gejala mood dan kecemasan yang menonjol. Depresi merupakan gangguan mood

yang paling sering berhubungan dengan penggunaan inhalan, dan gangguan panic serta

gangguan kecemasan menyeluruh adalah gangguan kecemasan yang paling sering.

Berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan

penyalahgunaan napza : inhalan sesuai dengan kasus yang ada.

Berdasarkan Marilynn E. Doenges tahun 2007 dalam buku Rencana Asuhan Keperawatan

Psikiatri.

Diagnosa Keperawatan 1

DIAGNOSIS KEPERAWATAN Gangguan Sensori/Persepsi

Dapat dihubungkan dengan : Gangguan Kimiawi : eksogen (stimulan atau

depresi SSP, obat-obatan yang dapat

mengganggu pikiran)

Page 12: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

Gangguan penerimaan, transmisi, dan/atau

integrasi sensorik : gangguan status organ

sensorik

Kemungkinan Ditandai oleh : Pikiran aneh, ansietas/panik

Preokupasi yang disertai dengan/terlihat

sebagai respon terhadap stimulus internal

dari halusinasi yang dialami (missal bersikap

“sedang mendengarkan” sesuatu, tertawa dan

bicara pada diri sendiri, berhenti saat sedang

berbicara dan mendengarkan sesuatu,

membuka pakaian, mencoba “mengusir

kutu”)

Perubahan ketajaman sensorik, penurunan

persepsi nyeri

Hasil yang Diinginkan/Kriteria

Evaluasi-Klien akan :

Membedakan realitas dengan gangguan

persepsi

Menyadari bahwa halusinasi dapat

disebabkan oleh penggunaan obat-obatan.

Diagnosa Keperawatan 2

DIAGNOSIS KEPERAWATAN KETAKUTAN/ANSIETAS

Dapat dihubungkan dengan : Delusi paranoid berhubungan dengan

penggunaan stimulant

Kemungkinan Ditandai dengan : Perasaan/keyakinan bahwa orang lain bekerja

sama untuk melawan atau

menyerang/membunuh klien.

Hasil yang diinginkan/kriteria

Evaluasi-Klien akan :

Mengenal rasa takut sebelum bereaksi

terhadap rasa takut

Mendiskusikan realitas berdasarkan rasa takut

yang dialaminya kepada staff

Page 13: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

Melaporkan rasa takut/ansietas yang

berkurang sampai tingkat yang mampu

diatasi.

Menunjukkan tentang perasaan yang tepat

dank lien terlihat rileks.

Diagnosa Keperawatan 3

DIAGNOSIS KEPERAWATAN NUTRISI : perubahan, kurang dari kebutuhan

tubuh

Dapat dihubungkan dengan : Anoreksia (penggunaan stimulant)

Kurangnya/tidak tepatnya penggunaan

sumber dana

Kemungdkinan Ditandai oleh : Adanya laporan/ observasi asupan yang tidak

adekuat

Kurangnya mint pada makanan : penurunan

berat badan

Tonus otot lemah

Adanya tanda/hasil laboratorium yang

menunjukkan defisiensi vitamin

Memperlihatkan peningkatan berat badan

yang sesuai dengan tujuan

Menyatakan pemahaman tentang faktor

penyebab dan kebutuhan nutrisi individu

Mengidentifikasi pilihan makanan yang tepat,

perubahan gaya hidup untuk mencapai

kembali/mempertahankan berat badan yang

Page 14: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

diharapkan.

Diagnosa Keperawatan 4

DIAGNOSIS KEPERAWATAN GANGGUAN POLA TIDUR

Faktor resiko meliputi : Perubahan sensori SSP : faktoe eksternal

(penggunaan stimulant), faktor internal

(stress psikologis)

Kemungkinan Ditandai oleh : Perubahan siklus tidur, awalnya ditandai

dengan insomnia kemudian menjadi

hypersomnia

Kewaspadaan yang konstan, memacu pikiran

yang mencegah klien beristirahat.

Menyangkal kebutuhan tidur atau

melaporkan ketidakmampuan untuk tetap

terjaga.

Hal yang diinginkan/Kriteria

Evaluasi-Klien akan :

Tidur pada malam hari selama 6-8 jam

Dalam sehari beristirahat sebentar dengan

cara yang tepat

Menyatakan dapat beristirahat saat terjaga.

C.    Rencana Tindakan

Rencana tindakan pada Diagnosa Keperawatan 1

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Catat preokupasi, respon, sikap dan

kemampuan sosial klien

Bantu klien memeriksa persepsinya

secara verbal, berikan informasi

yang sedang terjadi.

Membantu perawat mengkaji ada atau tidak

halusinasi tanpa stimulasi yang berlebihan

secara verbal pada klien.

Dapat menenangkan klien dan meyakinkan

keselamatannya dan meyakinkan bahwa

formikasi (ilusi adanya serangga merayap di

Page 15: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

akui status emosi klien, beritahu

klien bahwa keselamatannya akan

dijaga.

Eksplorasi cara-cara menenangkan

klien.

Anjurkan klien untuk menggunakan

teknik relaksasi (misal nafas dalam,

memfokuskan perhatian pada

perawat).

waspadai gangguan sensasi dan

persepsi yang mungkin dapat

menyebabkan trauma ( misal

kewaspadaan terhadap tindakan

klien yang membakar dirinya dengan

rokok, garukan yang berlebihan pada

serangga yang sedang merayap pada

kulitnya [yang mungkin dirasakan

seperti masuk ke kulit], tanpa

disengaja membahayakan diri

dengan penilaian buruk atau

kesalahan persepsi). (Rujuk ke DK :

membahayakan diri sendiri / orang

lain, risiko.)

tubuhnya) atau kesalahan persepsi lain tidak

terjadi.

Respon empati dapat menurunkan intensitas

takut klien.

Relaksasi akan meningkatkan pandangan

yang positif, mengalihkan dari pandangan

yang negatif dan meningkatkan kejelasan

persepsi. Catatan : teknik visualisasi /

imajinasi terbimbing dan sentuhan mungkin

dapat meningkatkan agitasi / halusinasi dan

biasanya tidak dianjurkan.

Penggunaan amfetamin menyebabkan

gangguan kemampuan untuk menilai

sehingga akan meningkatkan risiko

terjadinya trauma atau membahayakan diri.

Overdosis beberapa stimulant menyebabkan

halusinasi yang menakutkan, seringkali

berupa halusinasi.

Dengan mengetahui penyebab, efek, dan sifat

kesalahan persepsi yang temporer mungkin

dapat mengurangi rasa takut, ansietas dan

perasaan negatif. Hal tersebut dapat

menimbulkan harapan dan dikap yang positif.

Page 16: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

Berikan informasi pada klien ( jika

klien sudah cukup tenang) tentang

sifat temporer halusinasi yang terjadi

akibat stimulant yang digunakan.

Rencana Tindakan pada Diagnosa Keperawatan 2

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Susun penugasan staff tetap dan

tekankan pentingnya sikap dapat

diandalkan, jujur, iklas, bertindak

tepat.

Akui perasaan yang dialami klien

( misal rasa takut, terror, merasa

dibebani, panic, ansietas, konfusi)

Lakukan komunikasi yang jelas dan

konkret.

Kaji kesiapan klien untuk bercanda

dan / atau diberi sentuhan.

Anjurkan klien untuk

mengungkapkan rasa takut/ ansietas

yang dialaminya.

Menciptakan rasa percaya dan hubungan

yang diperlukan untuk mengatasi rasa takut.

Empati dapat membantu klien mentoleransi/

mengatasi perasaannya sendiri.

Rasa takut secara negatif dapat memengaruhi

kemampuan seseorang untuk merasakan dan

mengintepretasikan stimulus. Rasa takut

merupakan hal yang serius bagi orang yang

merasakannya dan harus dihargai

keberadaannya. Canda dan sentuhan dapat

diintepretasikan secara keliru/ dapat

meningkatkan ansietas.

Mengungkapkan perasaan pada staff yang

dipercayai dapat menurunkan intensitas rasa

takut. Hal ini member kesempatan untuk

menjelaskan kesalah pahaman klien dan

memberikan rasa nyaman pada klien.

Klien dapat mengurangi rasa takutnya jika

klien memahami perbedaan antara realitas

dan delusi. Harus digunakan dengan hati-hati

Page 17: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

Bantu klien melakukan penilaian

realitas atas rasa takutnya. Gunakan

konfrontasi yang halus.

karean sebagai penilaian realitas delusi

berisiko pada kepercayaan klien.

Rencana Tindakan pada Diagnosa Keperawatan 3

TINDAKAN/ INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Pastikan pola asupan makanan

selama beberapa minggu terakhir.

Diskusikan kebutuhan/ kesukaan/

ketidaksukaan terhadap makanan.

Antisipasi adanya hiperfagia dan

timbang berat badan klien 2hari

sekali.

Berikan makanan dalam lingkungan

yang rileks dan tidak ada stimulus

bagi klien.

Anjurkan klien untuk makan sedikit

dan sering.

Kolaborasi

Dapatka/ periksa kembali hasil

laboratorium rutin ( misal :

pemeriksaan hitung sel darah [SDM]

; protein, albumin serum, kadar

Stimuli dapat menyebabkan penurunan nadsu

makan dan perubahan penilaian klien

terhadapkebutuhan nutrisi.

Akan lebih mempertahankan asupan

makanan yang diharapkan jika makanan

adalah kesukaan individu.

Makan yang berlebihan mungkin terjadi

akibat putus obat-obatan jrnid dtimulan dan

dapat mengakibatkan prningkatan berat

badan yang tiba-tiba/ tidak tepat.

Pengurangan stimulus membantu relaksasi

dan kemampuan klien berfokus saat makan.

Jumlah makanan yang sedikit dan sering

dapat mencegah/ mengurangi distress saluran

pencernaan.

Pengkajian status nutrisi diperlukan untuk

mengatasi sefesiensi yang sudah terjadi

sebelumnya dan mnengatasi anemia,

dehidrasi, atau ketosis.

Berguna untuk menetapkan nutrisi yang

dibutuhkan/ program diet.

Page 18: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

vitamin, analisi urine ).

Konsultasi dengan ahli gizi.

Berikan multivitamin sesuai

indikasi.

Suplemen dapat membantu koreksi terhadap

defisiensi nutrisi.

Rencana Tindakan pada Diagnosa keperawatan 4

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Tentukan siklus tidur yang klien

harus tidur pada malam hari, terjaga

pada siang hari dengan istirahat

singkat sesuai kebutuhannya.

Kurangi stimulus dan tingkatkan

relaksasi terutama pada waktu tidur;

anjurkan klien untuk lakukan

rutinitas sebelum tidur (misal mandi

air hangat, minum susu hangat,

meregangkan otot tubuh).

Beri kesempatan klien menghirup

udara segar, melakukan olah raga

ringan nonkafein dan berikan klien

lingkungan yang tenang sesuai

toleransinya

Istirahat dan tidur yang adekuat dapat

meningkatkan status emosi; pemulihan pola

yang regular merupakan prioritas tindakan

untuk para pemakai stimulant yang

mengalami gangguan tidur

Klien mebutuhkan ketenangan agar dapat

beristirahat

Meningkatkan rasa kantuk atau keinginan

tidur

D.    Evaluasi

Page 19: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Penyalahgunaan NAPZA

1.      Apakah pasien telah mengalami kemajuan yang berarti untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan ?

2.      Dapatkah pasien berkomunikasi seperti biasa tanpa perlu membela diri ?

3.      Apakah pasien mampu bereaksi dengan tepat, mengatasi tuntutan kehidupan sehari-hari

tanpa menggunakan obat ?

4.      Apakah pasien terlibat aktif pada berbagai kegiatan, menggunakan sumber kegiatan sosial

eksternal ?

5.      Apakah pasien menggunakan sumber internal secara konsisten agar dapat produktif di tempat

bekerja dan terlibat dalam hubungan interpersonal yang berarti.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Kaplan, Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri Edisi 7. Penerbit Bina Rupa Aksara : Jakarta.

Stuart, Gail Wiscarz. 1998. Keperawatan Jiwa Edisi III. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

http://www.drugabuse.gov/publications/research-reports/inhalant-abuse/what-are-inhalants (diunduh tanggal 26 Juni 2012)http://www.justice.gov/dea/concern/inhalants.html  (diunduh tanggal 26 Juni 2012)http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/inhalen.pdf  (diunduh tanggal 26 Juni 2012)