askep pada penyalahgunaan napza

28
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT. Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien Penyalahgunaan NAPZA yang akan sangat berguna terutama untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin. Sukabumi, Januari 2014 Penulis 1

Upload: rus-ikuyz

Post on 29-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZAkunjungi http://warungbidan.blogspot.com/

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang

diridhoi Allah SWT.

Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami

tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien Penyalahgunaan NAPZA yang

akan sangat berguna terutama untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan

maupun dalam isi.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis

yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Sukabumi, Januari 2014

Penulis

1

Page 2: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian......................................................................................................3

B. Faktor Penyebab Penggunaan NAPZA.........................................................4

C. Gejala klinis penggunaan NAPZA................................................................5

D. Dampak penggunaan NAPZA.......................................................................6

BAB III ASKEP PADA PASIEN DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

A. Kasus............................................................................................................9

B. Pengkajian....................................................................................................11

C. Diagnosa Keperawatan................................................................................11

D. Intervensi Keperawatan................................................................................12

E. Evaluasi........................................................................................................14

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................15

B. Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori

NAPZA pada

akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak koran dan

majalah serta media elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya

semakin makin banyak masyarakat yang memakai zat tergolong kelompok

NAPZA tersebut, khususnya anak remaja (15-24 tahun) sepertinya menjadi

suatu model perilaku baru bagi kalangan remaja (DepKes, 2001).

Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena

kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut

serta kemudahan untuk mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan

masyarakat bukan karena pendidikan yang rendah tetapi kadangkala

disebabkan karena faktor individu, faktor keluarga dan faktor lingkungan.

Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut;

faktor keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya

kurang perhatian keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya;

faktor lingkungan lebih pada kurang positif sikap masyarakat terhadap

masalah tersebut misalnya ketidakpedulian masyarakat tentang NAPZA

(Hawari, 2000). Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah

individu mulai melakukan penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal

ini ditunjukkan dengan makin banyaknya individu yang dirawat di rumah

sakit karena penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu mengalami

intoksikasi zat dan withdrawal.

Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi

penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya

terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat

pada penanggulangan NAPZA (DepKes, 2001). Berdasarkan permasalahan

yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga kesehatan khususnya

3

Page 4: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di rumah

sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk

itu dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan

klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat).

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari penggunaan NAPZA

2. Mengetahui factor penyebab penggunaan NAPZA

3. Mengetahui gekal klinis penggunaan NAPZA

4. Mengetahui dampak penggunaan NAPZA

4

Page 5: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus

bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan

kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya

merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan

zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat.

Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang

diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan

fisik (Stuart dan Sundeen, 1995).

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan

terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar

pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai

kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan

pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Sarana

rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan

kebutuhan (DepKes., 2002).

Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAZA menjalani

program terapi (detoksifikasi) dan komplikasi medik selama 1 (satu) minggu

dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pasca detoksifikasi) selama 2

(dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program

berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2000).

Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama

karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas dan

sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari

(2000) bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani

program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu

maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat

rehabilitasi dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit

5

Page 6: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6

bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa sampai 2 tahun (Wiguna, 2003).

Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka perawatan di

ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di ruang

detoksifikasi.

Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani

detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan

NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu

terjadi (DepKes, 2001).

Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat:

1. Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi

2. Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA

3. Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya

4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan baik

5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja

6. Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan

dengan lingkungannya

B. Faktor Penyebab Penggunaan NAPZA

Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan

NAPZA meliputi:

1. Faktor biologic

Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol. Perubahan

metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak

nyaman.

2. Faktor psikologik

· Tipe kepribadian ketergantungan

· Harga diri rendah biasanya sering berhub. dengan penganiayaan

waktu masa kanak kanak

· Perilaku maladaptif yang diperlajari secara berlebihan

· Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit

6

Page 7: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

· keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif,

kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai

individu, dan orang tua yang adiksi

3. Faktor sosiokultural

· Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat

· Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan

berbagai zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana

· Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural

· Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan

kesempatan

C. Gejala klinis penggunaan NAPZA

1. Perubahan Fisik :

- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo

( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.

- Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut

jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.

- Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair,

menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang,

kesadaran menurun.

- Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli

terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada

lengan.

2. Perubahan sikap dan perilaku :

- Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering

membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.

- Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,

mengantuk di kelas atau tempat kerja

- Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa

ijin.

- Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar

bertemu dengan anggota keluarga yang lain.

7

Page 8: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

- Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh

anggota keluarga yang lain.

- Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi

tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga

milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering

berurusan dengan polisi.

- Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar,

bermusuhan pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.

D. Dampak penggunaan NAPZA

NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :

1. Komplikasi Medik, biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan

cukup lama. 

Pengaruhnya pada :

a. Otak dan susunan saraf pusat :

· gangguan daya ingat

· gangguan perhatian / konsentrasi

· gangguan bertindak rasional

· gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi

· gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja

· gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik /

buruk.

b. Pada saluran napas dapat terjadi radang paru (Bronchopnemonia),

pembengkakan paru (Oedema Paru).

c. Pada jantung dapat terjadi peradangan otot jantung serta

penyempitan pembuluh darah jantung.

d. Pada hati dapat terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui

jarum suntik dan hubungan seksual.

e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV/AIDS.

Para pengguna NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi,

mereka mau melakukan hubungan seksual demi mendapatkan uang

8

Page 9: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

untuk membeli zat. Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah :

kencing nanah (GO), raja singa (Siphilis) dll. Dan juga pengguna

NAPZA yang mengunakan jarum suntik secara bersama-sama

membuat angka penularan HIV/AIDS semakin meningkat. Penyakit

HIV/AIDS menular melalui jarum suntik dan hubungan seksual,

selain itu juga dapat melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke

janin.

f. Pada sistem Reproduksi sering mengakibatkan kemandulan.

g. Pada kulit sering terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang

menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan

baju lengan panjang.

h. Komplikasi pada kehamilan :

· Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS.

· Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati

· Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.

2. Dampak Sosial :

a. Di Lingkungan Keluarga :

· Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering

terjadi pertengkaran, mudah tersinggung.

· Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.

· Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak

tertib, hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.

· Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah

atau pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan

keuangan.

· Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang

meningkat untuk biaya pengobatan dan rehabilitasi.

b. Di Lingkungan Sekolah :

· Merusak disiplin dan motivasi belajar.

· Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.

9

Page 10: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

· Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama

teman sebaya.

c. Di Lingkungan Masyarakat :

· Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari

pengguna / mangsanya.

· Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa

yang telah menjadi ketergantungan.

· Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan,

pencurian, pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.

· Meningkatnya kecelakaan.

10

Page 11: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA

A. Kasus

Andra (bukan nama sebenarnya), salah satu remaja penderita HIV. Dia

tertular HIV melalui penggunaan IDU. Andra mengaku mulai memakai jarum

suntik secara bergiliran pada 2002. "Saat itu saya masih kelas 3 SMP. Saya

suka mengonsumsi putauw. Suatu hari, saya lagi nggak punya duit. Sama

teman-teman diajak pakai jarum secara gantian. Lebih murah, kata mereka,"

ujarnya. Pesta narkoba pun dimulai bersama teman-temannya. Aktivitas

menyimpang itu dilakoninya selama setahun. Boleh dibilang Andra termasuk

pecandu berat narkoba, terutama jenis putauw. Padahal, dia mengaku tidak

memiliki uang yang cukup tebal untuk mengonsumsi putauw. "Mau tidak

mau, memakai jarum suntik merupakan alternatif bagi saya," tuturnya.

Bagi dia, ngedrugs merupakan medium untuk melupakan persoalan hidup.

Andra lahir di tengah keluarga yang kurang harmonis. Dia lebih suka

menghabiskan waktu bersama teman-temannya di luar rumah. "Dengan

teman-teman saya merasa bisa melakukan apa saja. Mereka tahu apa yang

saya mau," tukasnya. 

Hidup sarat dengan hedonisme dia lakoni selama bertahun-tahun.

Prestasi sekolah Andra yang terus merosot memacu dirinya terjun bebas ke

narkoba. Apalagi orang tuanya cuek saja dengan segala tindakan yang dia

lakukan. "Aku merasa bebas melakukan apa saja, under controll pokoknya,"

ujarnya. Hidup Andra identik bersenang-senang. Pada 2004, dia diajak

teman-temannya melakukan VCT (visite conselling test). "Saat itu aku tidak

tahu untuk apa diajak VCT. Ternyata untuk memeriksakan diri apakah

terkena HIV/AIDS atau tidak," ujarnya. 

Ternyata teman-teman Andra itu adalah relawan sebuah LSM yang konsen

dengan HIV/AIDS. Mereka prihatin dengan kondisi Andra. Benar saja, dari

11

Page 12: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

lima orang yang memeriksakan diri, tiga orang positif HIV termasuk Andra.

"Rasanya saya ingin mati saja saat itu," ucap Andra yang waktu itu baru kelas

1 SMA. Sejak divonis itu, Andra merasa hidupnya tidak berarti lagi.

Keterputusasaan yang berat meyelimuti dirinya. "Bahkan timbul perasaan

jahat dan dendam terhadap teman-teman yang belum terkena HIV untuk

menularinya," ujarnya. Untungnya, Andra dapat mengendalikan diri. Dia pun

berusaha bangkit untuk bertahan hidup. "Untungnya teman-teman sangat

memotivasi saya untuk berobat," ujar Andra yang kini berusia 19 tahun. Satu

tahun lamanya Andra menyembunyikan kenyataan itu dari orang tuanya bila

dia positif HIV. "Lagipula apa bedanya bila saya ceritakan," ujarnya. 

Lambat-laun rahasia itu terbongkar. Ibu Andra mendapati hasil tes

VCT-nya yang disimpan di laci meja anaknya itu. "Waktu itu, ibu mencari

obat-obat terlarang itu di kamar saya," ujarnya.

"Saya tidak menyangka reaksi ibu saat mengetahui saya positif HIV. Ibu

menangis sesunggukan dan memeluk saya," ungkapnya. Sejak itu, orang tua

Andra mulai berubah. Mereka menerima Andra apa-adanya. Mereka berani

menerima kenyataan bila anaknya terjangkit penyakit yang distigmakan

buruk oleh masyarakat itu. Namun, apa pun perhatian itu, bagi Andra tidak

bisa mengembalikan dirinya seperti dulu lagi. Di dalam tubuhnya telah

berkembang virus mematikan --yang bila dia tidak aware memperhatikan

kesehatannya-- bisa semakin menyerang kekebalan tubuhnya. Kini, Andra

punya semangat hidup lagi. Hidup, katanya, harus terus berjalan, meskipun

dia sempat pesimistis dengan masa depannya. "Siapa sih yang mau menerima

cowok dengan predikat HIV positif?" tanyanya. Beberapa kali Andra

mencoba menjalin hubungan dengan teman perempuannya, namun selalu

gagal. "Begitu tahu saya terinfeksi HIV, ada yang langsung menjauh, ada juga

yang mundur pelan-pelan," ujarnya. 

Menurut Andra, tidak mudah hidup di lingkungan orang yang tidak

terkena penyakit berbahaya itu. Selalu ada benang merah antara ODHA

dengan OHIDA (orang yang hidup dengan HIV/AIDS). Meskipun keluarga

menerima Andra apa-adanya, perasaan "berbeda" tetap melekat dalam

12

Page 13: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

hatinya. Andra pun kemudian mencari komunitas yang bisa menampung

nasibnya. "Akhirnya dengan teman-teman sebaya yang aktif memerangi

HIV/AIDS, saya merasa di situlah tempat saya. Tempat saya berkeluh-kesah,

bersama, dan berbagi hidup," 

dikutip dari www.smu_net.com

B. Pengkajian

Prinsip pengkajian yang dilakukan dapat menggunakan format

pengkajian di ruang psikiatri atau sesuai dengan pedoman yang ada di

masing-masing ruangan tergantung pada kebijaksanaan rumah sakit dan

format pengkajian yang tersedia. Adapun pengkajian yang dilakukan

meliputi:

a. Perilaku

b. Faktor penyebab dan faktor pencetus

c. Mekanisme koping yang digunakan oleh penyalahguna zat meliputi:

· penyangkalan (denial) terhadap masalah

· rasionalisasi

· memproyeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya

· mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakainya

· Sumber-sumber koping (support system) yang digunakan oleh klien

C. Diagnosa Keperawatan

Perlu diingat bahwa diagnosa keperawatan di ruang detoksifikasi bisa

berulang di ruang rehabilitasi karena timbul masalah yang sama saat dirawat

di ruang rehabilitasi. Salah satu penyebab muncul masalah yang sama adalah

kurangnya motivasi klien untuk tidak melakukan penyalahgunaan dan

ketergantungan zat. Hal lain yang juga berperan timbulnya masalah pada

klien adalah kurangnya dukungan keluarga dalam membantu mengurangi

penyalahgunaan dan penggunaan zat.

Masalah keperawatan yang sering terjadi di ruang detoksifikasi adalah

selain masalah keperawatan yang berkaitan dengan fisik juga masalah

13

Page 14: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

keperawatan seperti:

Risiko terjadinya perubahan proses keluarga berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga pengguna

NAPZA

D. Intervensi Keperawatan

Intervensi untuk diagnose 1 :

Risiko terjadinya perubahan proses keluarga berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga terutama anggota

keluarga pengguna NAPZA

Tujuan khusus

Keluarga mampu mengenal dengan baik anggota keluarga pengguna NAPZA.

Intervensi :

1. Bersama keluarga diskusikan tentang criteria remaja pengguna NAPZA.

2. Latih keluarga mengenali remaja pengguna NAPZA.

3. Motivasi keluarga untuk selalu mengenali remaja pengguna NAPZA.

4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti.

5. Evaluasi kembali hal-hal yang sudah didiskusikan.

6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selama interaksi.

Keluarga mampu mengambil keputusan terhadap remaja pengguna NAPZA.

Intervensi :

1. Bersama keluarga diskusikan tentang akibat dari remaja pengguna NAPZA

2. Latih keluarga mengenali akibat dari remaja pengguna NAPZA.

3. Motivasi keluarga untuk selalu mengenali akibat remaja pengguna

NAPZA.

4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti.

5. Evaluasi kembali hal-halyang sudah didiskusikan.

6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selama interaksi.

Keluarga mampu merawat keluarga dengan remaja pengguna NAPZA.

Intervensi :

1. Bersama keluarga diskusikan tentang cara mencegah dan merawat remaja

14

Page 15: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

pengguna NAPZA.

2. Latih keluarga cara mencegah dan merawat remaja pengguna NAPZA.

3. Motivasi keluarga untuk selalu mencegah dan merawat remaja pengguna

NAPZA.

4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti.

5. Evaluasi kembali hal-hal yang sudah didiskusikan.

6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selama interaksi.

Keluarga mampu memodifikasi remaja pengguna NAPZA.

Intervensi :

1. Bersama keluarga diskusikan tentang cara memodifikasi lingkungan

rumah remaja pengguna NAPZA.

2. Latih keluarga cara memodifikasi dari remaja pengguna NAPZA.

3. Motivasi keluarga untuk selalu melakukan modifikasi remaja pengguna

NAPZA

4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti.

5. Evaluasi kembali hal-hal yang sudah didiskusikan.

6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selama interaksi.

Keluarga mampu menggunakan sumber daya untuk penanganan remaja

pengguna NAPZA.

Intervensi :

1. Bersama keluarga diskusikan tentang penggunaan sumber daya masy

untuk remaja Pengguna NAPZA.

2. Latih keluarga menggunakan sumber daya untuk remaja pengguna

NAPZA.

3. Motivasi keluarga untuk selalu menggunakan sumber daya untuk remaja

pengguna NAPZA.

4. Berikan kesempatan bertanya hal yang belum mengerti.

5. Evaluasi kembali hal-hal yang sudah didiskusikan.

6. Berikan pujian atas keberhasilan keluarga selama interaksi.

15

Page 16: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

E. Evaluasi

Evaluasi penyalahgunaan dan ketergantungan zat tergantung pada

penanganan yang dilakukan perawat terhadap klien dengan mengacu kepada

tujuan khusus yang ingin dicapai. Sebaiknya perawat dan klien bersama-sama

melakukan evaluasi terhadap keberhasilan yang telah dicapai dan tindak

lanjut yang diharapkan untuk dilakukan selanjutnya.

Jika penanganan yang dilakukan tidak berhasil maka perlu dilakukan

evaluasi kembali terhadap tujuan yang dicapai dan prioritas penyelesaian

masalah apakah sudah sesuai dengan kebutuhan klien. Klien relaps tidak bisa

disamakan dengan klien yang mengalami kegagalan pada sistem tubuh.

Tujuan penanganan pada klien relaps adalah meningkatkan kemampuan

untuk hidup lebih lama bebas dari penyalahgunaan dan ketergantungan zat.

Perlunya evaluasi yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan yang

diharapkan, akan lebih baik perawat bersama-sama klien dalam menentukan

tujuan ke arah perencanaan pencegahan relaps.

16

Page 17: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus

bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan

kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya

merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan

zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat.

Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang

diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan

fisik (Stuart dan Sundeen, 1995).

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya

agar bermanfaat untulk kita semua terutama bagi kami penulis. Harapannya

tujuan dari makalah ini dapat memasyarakat dan terimplementasi dengan

baik. 

17

Page 18: ASKEP Pada Penyalahgunaan NAPZA

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1995). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

(2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat rehabilitasi pada pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.

(2001). Buku pedoman praktis bagi petugas kesehatan (puskesmas) mengenai penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.

Hawari, D. (2000). Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotik, alkohol dan zat adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

18