tesisdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digital... · 2021. 1. 13. · mengadakan rapat...
TRANSCRIPT
TESIS
BISNIS PERHOTELAN DAN KRISIS HUNIAN (Strategi Public Relations Para Pengusaha Hotel dalam Menyikapi
Larangan Pegawai Negeri Sipil Rapat di Hotel di Kota Kendari)
Disusun dan Diajukan oleh :
NURDYANSA
P1400213005
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan hidayahnya sehingga tesis ini dapat di selesaikan. Dalam proses
pengerjaan dan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa pasca sarjana, banyak
pengetahuan dan pengalaman baru, yang menambah wawasan peneliti selama
mengejakan tesis ini.
Hal itu tentu datang dari orang-orang yang selama ini memberikan dukungan.
Proses pengerjaan dan penyelesaian yang membutuhkan waktu panjang, tentunya
melibatkan banyak pihak. Bantuan dan dukungan maupu pembelajaran yang diberikan
membuat peneliti tetap bersemangat di tengah-tengah kekurangan yang ada.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
orangtua, Ayahanda Yaman Sanggu dan Ibunda tersayang St Nurlaelah, yang telah
mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang,
memberikan motivasi dan doa dengan keikhlasan dan kesabaran yang tak ternilai oleh
apapun juga di dunia ini, sejak penulis kecil, sekolah, memasuki bangku kuliah hingga
menyelesaikan studi.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa tugas akhir ini dapat dirampungkan berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. H. Hafied Cangara, M.Sc., Ph.D., selaku penasihat sekaligus ketua
penguji yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, bimbingan, sumbang
saran dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu.
v
vii
2. Bapak Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar, dan selaku penguji yang telah
memberikan kritik, koreksi dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
3. Bapak Dr. M. Iqbal Sultan, M.Si., selaku anggota penasihat yang dengan sabar
memberikan bimbingan, koreksi serta sumbang saran untuk kelengkapan
penelitian dan pengerjaan tesis ini.
4. Bapak Dr. M. Najib, M.Ed., M.Lib dan Ibu Dr. Tuti Bahfiarti, M.Si, selaku
anggota penguji yang telah memberikan koreksi serta saran-saran demi
kesempurnaan tesis ini.
5. Bapak Dr. Muhammad Farid, M. Si selaku Ketua Jurusan Magister Ilmu
Komunikasi atas bantuan dan dorongannya.
6. Kedua adik saya, Rahmat Hidayat yang selalu mendukung dan mendoakan
dari jauh serta Nurhijjah yang selalu menemani dan selalu terus memberikan
dorongan.
7. Rekan terbaik saya, Nur Fadhila Amri, yang selalu terus mendorong dan
menasihati dan memberikan dukungan dalam merampungkan tesis ini.
8. Terima kasih sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada para pembaca blog
biografiku.com dan penemu.co serta pihak google adsense yang telah
memberikan sumbangan dan dorongan bagi penulis dalam penyelesaian studi
ini.,
9. Rekan-rekan seperjuangan, Pasca Komunikasi 2013 Universitas Hasanuddin
Andi Zulham Yoga Saputra, Bapak Khaedir Susanto, Irwanto Hamid, Nahrul
Hayat, Khaerunnisa, teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu
vi
vii
persatu. Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas doa, dukungan dan
sumbang sarannya serta terimakasih banyak untuk kenangan selama dua
tahun terakhir yang tidak akan pernah penulis lupakan.
10. Terimakasih juga untuk rekan-rekan Pondok Multazam Skarda atas doa dan
dukungannya selama ini.
11. Terimakasih kepada kawan-kawan saya Ase Dwianto, Waode Emildayanti,
Hendra Saputra, Muh Ichlas Waji, Adil Setiawan yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis meski dari jauh.
12. Terimakasih yang seberasa-besarnya juga penulis ucapkan kepada Bapak
Hendra Sukarno selaku ketua PHRI Sulawesi Tenggara, Ibu Mey Cristine, Ibu
Tenri, serta Kak Sartika dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih banyak atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama
dalam proses pengumpulan data.
Walau tesis ini masih banyak kekurangannya, namun proses pengerjaan dan
penyelesaian tesis ini menjadi pembelajaran dan pengetahuan baru yang sangat
bernilai bagi peneliti. Akhir kata, tesis inilah yang dapat peneliti persembahkan,
untuk kemajuan bidang komuniaksi pada umumnya dan bidang komunikasi antara
budaya khususnya.
Makassar, Mei 2018
Nurdyansa
viii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
nama : NURDYANSA
NIM : P1400213005
jurusan/program studi : ILMU KOMUNIKASI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini, benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan pengambilan tulisan dan
karya orang lain. Apabila dikemudian hari, terbukti atau dapat dibuktikan, bahwa
sebagian atau keseluruhan tesis ini, adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Makassar, 25 Januari 2018
Yang membuat pernyataan,
NURDYANSA
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Public Relations……………...................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Public Relations………............................................... 8
2.1.2 Kegiatan Public Relations ………………………………………….. 8
2.1.3 Peran Public Relations …………………………………………….. 15
2.2 Strategi Komunikasi…………………….................................................... 16
2.2.1 Pengertian Komunikasi …………………………………………….. 17
2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi …………………………………………… 17
2.2.3 Pengertian Strategi Komunikasi …………………………………… 19
2.2.4 Area Perencanaan Komunikasi …………………………………… 21
2.2.5 Model Perencanaan Komunikasi …………………………………. 22
2.3 Hotel ………………………………………………………………………….. 24
2.3.1 Pengertian Hotel ……………………………………………………. 24
2.3.2 Klasifikasi Hotel …………………………………………………….. 25
2.3.3 Pembagian Area Hotel …………………………………………….. 26
ix
x
2.4 Manajemen Krisis …………………………………………………………... 27
2.4.1 Pengertian Manajemen Krisis …………………………………….. 27
2.4.2 Perencanaan Manajemen Krisis ………………………………….. 29
2.4.3 Penanganan Krisis …………………………………………………. 36
2.4.4 Strategi Manajemen Krisis ………………………………………… 38
2.4.5 Public Relations dan Krisis ………………………………………... 41
2.5 Landasan Teori ………………………………………………………….… 43
2.5.1 Teori Informasi Organisasi ………………………………………. 43
2.5.2 Teori Budaya Organisasi ………………………………………… 45
2.5.3 Teori Manajemen Krisis ………………………………………….. 48
2.6 Penelitian Yang Relevan …………………………………………………. 50
2.7 Kerangka Pikir ……………………………………………………………... 51
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 54
3.2 Waktu Penelitian …………...................................................................... 54
3.3 Lokasi penelitian …………………………………………………………….. 55
3.4 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 55
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 55
3.6 Teknik Penentuan Informan …................................................................ 57
3.7 Informan Penelitian ………………………………………………………….. 57
3.8 Teknik Analisa Data …………………………………………………………. 57
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. HASIL PENELITIAN ……………………………………………………... 59
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................... 59
4.1.1 Kondisi Georgrafis …………………………………………………. 59
4.1.2 Keadaan Iklim ………………………………………………………. 62
4.1.3 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ……………………………. 63
x
4.1.4 Kondisi Pemerintahan ……………………………………………... 64
4.1.5 Kebijakan Tentang Larangan PNS Rapat di Hotel ……………... 66
4.1.6 Sektor Jasa Perhotelan di Kota Kendari ………………………… 66
4.1.7 Gambaran Umum Hotel Yang Menjadi Objek Penelitian ……… 67
4.2 Karakteristik Informan.. .......................................................................... 69
4.3 Pelaksanaan Manajemen Public Relations Hotel di Kota Kendari
Dalam Menangani Krisis terkait Larangan PNS Rapat di Hotel …........ 69
4.4 Faktor – Faktor Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen Public
Hotel Di Kota Kendari Dalam Menangani Krisis Terkait Larangan
PNS Rapat Di Hotel ………..................................................................... 116
B. PEMBAHASAN …………………………………………………………………… 128
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 139
5.2 Saran ………………………………………………………………….. 140
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami
perkembangan ke arah yang positif. Peningkatan di bidang ekonomi tersebut
ditunjang dengan pertumbuhan bisnis di segala sektor yang terus berkembang
didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang positif yang dialami oleh semua
provinsi di Indonesia. Salah satu provinsi yang mengalami pertumbuhan ekonomi
yang cukup baik di Indonesia adalah Sulawesi Tenggara, menurut data BPS
pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 sebesar 6,26
persen, perekonomian Sulawesi Tenggara tersebut tumbuh dengan baik seiring
dengan meningkatnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu tolak ukur kondisi
perekonomian suatu wilayah.
Di provinsi Sulawesi Tenggara sendiri kontribusi Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) paling besar disumbangkan oleh Kota Kendari dan juga
Kabupaten Kolaka menyusul kabupaten lainnya yang berada di wilayah Sulawesi
Tenggara. Kontribusi PDRB Provinsi dari Kabupaten Kolaka lebih banyak
disumbangkan dari sektor pertambangan, sedangkan kontribusi PDRB Provinsi
Sulawesi Tenggara dari Kota Kendari lebih banyak disumbangkan oleh sektor jasa
perhotelan dan restoran menurut data BPS Sulawesi Tenggara tahun 2014. (BPS,
2014).
Berbicara mengenai sektor jasa perhotelan, perkembangan industri hotel
di kota Kendari dikatakan masih cukup potensial. Hal ini karena kota Kendari yang
2
memiliki visi untuk menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia terus menerus
berbenah dengan membangun infrastruktur disegala penjuru kota Kendari. Tak
heran banyak Investor baik lokal maupun dari luar tertarik untuk menanamkan
modalnya dalam berbisnis di Kota Kendari, dimana salah satu bisnis yang paling
diminati yaitu bisnis perhotelan yang terus menerus tumbuh dari tahun ke tahun.
Menurut Sihite (2000: 53) Hotel adalah jenis akomodasi yang menyediakan
fasilitas dan pelayanan penginapan, makan dan minuman, serta jasa-jasa lainnya
untuk umum yang tinggal untuk sementara waktu dan dikelola secara komersial,
sedangkan menurut keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi no.
KM.94/HK103/MPPT-87 dinyatakan bahwa Hotel adalah suatu jenis akomodasi
yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola
secara komersial. (Suarthana, 2006 : 11).
Kemudian seiring dengan pergantian kepala pemerintahan di Indonesia
pada tahun 2014 yang lalu, pemerintah kemudian mulai mencoba melakukan
penghematan anggaran negara, selanjutnya pemerintah pusat kemudian
mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang membuat para pengusaha hotel
kebingungan. Kebijakan ini disuarakan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dengan mengeluarkan Surat Edaran SE Nomor
11/2014 tentang Pembatasan Kegiatan Pertemuan / Rapat di Luar Kantor. Dalam
surat edaran tersebut berisi perintah agar menghentikan rencana kegiatan
konsinyering/Focus Group Discussion (FGD), dan rapat-rapat teknis lainnya di luar
kantor, seperti di hotel/villa/cottage/resort, selama tersedia fasilitas ruang
pertemuan di lingkungan instansi pemerintah masing-masing atau instansi
pemerintah di wilayahnya yang memadai (Kemenpan,2014).
3
Para PNS (Pegawai Negeri Sipil) serta pejabat negara diminta untuk
mengadakan rapat di kantor masing-masing. Selain kepala daerah, PNS dan
pejabat pemerintahan juga dilarang untuk mengadakan rapat di hotel-hotel
mewah. Langkah ini untuk menghemat anggaran yang defisit. Apalagi gedung
pemerintahan biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas rapat. (Khairunnisa,
2014). Menurut pemerintah, anggaran untuk biaya pertememuan atau rapat para
pegawai negeri sipil sangat besar sekali untuk itu maka perlu dilakukan efisiensi
oleh pemerintah.
Keluarnya kebijakan dari pemerintah ini kemudian banyak mendapat
penolakan yang cukup keras dari berbagai pihak, penolakan paling keras terutama
keluar dari pihak perhotelan diseluruh Indonesia karena sebab menurut mereka
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini dapat berdampak pada turunnya
pendapatan hotel secara drastis karena selama ini sebagian besar pendapatan
hotel berasal dari penyewaan ruang rapat atau seminar yang dilakukan oleh para
PNS di hotel-hotel. Di Kota Kendari sendiri, Keluarnya kebijakan ini kemudian
ditanggapi secara serius oleh para pengusaha perhotelan. Para pengusaha
perhotelan ini yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia
(PHRI) Sulawesi Tenggara, menolak keras kebijakan pemerintah pusat terkait
pelarangan pegawai negeri sipil atau pemerintah melakukan rapat di hotel dengan
melakukan aksi demo besar – besaran yang melibatkan para pengusaha serta
pegawai perhotelan di seluruh kota Kendari di depan kantor DPRD dan walikota di
Kota Kendari. Hendra Sukarno (selaku ketua PHRI di kota Kendari Sultra),
mengatakan bahwa pihaknya belum bisa menerima kebijakan tersebut dengan
kondisi Sultra saat ini yang sebagian besar pendapatan daerahnya juga berasal
4
dari sektor perhotelan dan restoran. Sebagaimana bentuk demonstrasi yang
dilakukan oleh para karyawan tersebut, yaitu :
“Kami akan melakukan PHK massal karena hotel tidak memiliki lagi sumber pendapatan untuk membiayai karyawan jika kebijakan ini diberlakukan. Langkah ini diambil juga untuk mengurangi beban pembiayaan operasional hotel agar bisa tetap bertahan," singkatnya (Beritasultra, 2014)
Hal Ini merupakan keresahan di bidang industri pariwisata khususnya
industri perhotelan. Selaku pengelola usaha perhotelan yang sangat tidak bisa
terima keadaan pelarangan ini. Menurut Hendra Sukarno, belum ada segmen
pasar hotel yang bisa menjadi alternatif ketika larangan ini diberlakukan, sehingga
akan mematikan usaha atau industri perhotelan yang terdapat di kota Kendari
(Antaranews, 2014).
Ketika kebijakan ini mulai diberlakukan pada awal bulan desember 2014,
Badan Pusat Statistik (BPS) kemudian mencatat pada bulan Desember 2014
tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di 27 provinsi sudah mulai
mengalami penurunan. Terjadi penurunan 5,6 persen dari 55,73 persen
(Desember 2013) menjadi 50,13 persen di Desember 2014. Kepala BPS Suryamin
mengatakan bahwa penurunan Tingkat Hunian Kamar (TPK) Hotel salah satunya
terjadi akibat adanya kebijakan pelarangan rapat PNS atau pejabat negara di hotel
yang dikeluarkan pemerintahan yang baru. (Republika, 2015).
Situasi ini kemudian memunculkan sebuah masalah baru bagi perhotelan
yaitu terjadinya krisis hunian di hotel khususnya hotel berbintang, yang dalam
penelitian ini difokuskan pada hotel-hotel yang ada di kota Kendari membutuhkan
penanganan serius demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya
terutama turunnya pendapatan perhotelan sehingga bisa menyebabkan
kebangkrutan.
5
Diktat Interstudi School of PR menuliskan krisis adalah masa gawat atau
saat genting, dimana situasi tersebut merupakan titik baik atau sebaliknya. Oleh
karena itu masa krisis adalah momen-momen tertentu yang apabila krisis tidak
ditangani, krisis mengarah kepada situasi memburuk. Devlin (2007)
mendefinisikan krisis sebagai “an ustable time for organization with a distinct
possibility and for undesirable outcome” (Kriyantono, 2012:171), yang dapat
diartikan sebagai sebuah situasi yang tidak stabil dengan berbagai kemungkinan
melahirkan hasil yang tidak diinginkan. Setiap krisis yang menimpa suatu
perusahaan pasti menimbulkan dampak buruk. Sama halnya dengan keluarnya
kebijakan pelarangan PNS rapat di Hotel tentu menyebabkan timbulnya dampak
yang kurang baik bagi pertumbuhan bisnis perhotelan khususnya di kota kendari.
Maka dalam hal ini diperlukan sebuah langkah-langkah manajemen serta
analisis yang baik oleh perusahaan untuk menjaga agar sebuah perusahaan dapat
bertahan dari krisis. Oleh sebab itu, Public relations dihadirkan dalam sebuah
perusahaan untuk dapat mengatasi permasalahan yang terjadi. Rex F. Harlow
dalam Cutlip-Center-Broom (2006: 5) menjelaskan bahwa public relations
merupakan sebuah fungsi manajemen tertentu yang membantu membangun dan
menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerja
sama antara organisasi dan publiknya, Public Relations juga melibatkan
manajemen problem atau manajemen isu dan Public relations juga membantu
manajemen tetap mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan secara
efektif serta sebagai sistem peringatan dini untuk mengantisipasi arah perubahan
(trends).
Cutlip-Center-Broom (2006:6) mendefinisikan Public Relations sebagai
fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik
6
dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan
atau kegagalan organisasi tersebut.
Public relations membantu manajemen dalam menetapkan tujuan yang
hendak dicapai serta menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah. Public
relations juga harus secara rutin memberikan saran kepada manajemen, serta
memiliki kegiatan yang terencana dengan baik. Public relations juga harus mampu
mengorganisir dan mengarahkan dirinya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
(Morissan, 2008:8-9)
Langkah langkah manajemen public relations yang yang baik perlu
dilakukan oleh pihak hotel khususnya hotel - hotel di Kota Kendari sehingga bisa
membantu perusahaan menetapkan strategi agar dapat menyelesaikan krisis yang
sedang dialami oleh hotel – hotel khususnya di Kota Kendari yang disebabkan oleh
kebijakan pelarangan PNS rapat di Hotel.
Dari kondisi objektif yang sarat kontradiksi diatas kemudian mendorong
penulis untuk mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Bisnis Perhotelan
dan Krisis Hunian (Strategi Public Relations Para Pengusaha Hotel Dalam
Menyikapi Larangan Pegawai Negeri Sipil Rapat Di Hotel di Kota Kendari).”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, konstruksi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan manajemen public relations Hotel di kota Kendari
dalam menangani krisis hunian terkait larangan PNS rapat di Hotel?
2. Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen
public relations hotel di Kota Kendari dalam menangani krisis hunian terkait
larangan PNS rapat di Hotel?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pelaksanaan manajemen public relations Hotel di kota Kendari
dalam menangani krisis terkait larangan PNS rapat di Hotel
2. Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen
public relations hotel di Kota Kendari dalam menangani krisis terkait
larangan PNS rapat di Hotel?
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih
bagi semua kalangan, antara lain :
1. Bagi Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi
pengembangan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian
ini juga diharapkan dapat memperkaya materi dan perkembangan ilmu
komunikasi.
2. Bagi Praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi motivasi bagi
perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami krisis umumnya, secara
khusus Hotel Hotel di Kota Kendari agar lebih mempersiapkan dan
meningkatkan strategi dalam menangani manajemen krisis.
3. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan memperluas khasanah penelitian di Jurusan Ilmu
Komunikasi dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada Ilmu
Komunikasi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PUBLIC RELATIONS
2.1.1 Pengertian Public Relations
Public relations adalah upaya terencana guna mempengaruhi opini publik
melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, yang didasarkan
pada komunikasi dua arah yang memuaskan kedua belah pihak (Morissan, 2008:
7).
2.1.2 Kegiatan Public Relations
Perkembangan public relations yang dinamis diikuti dengan padatnya
aktivitas yang harus dilakukan para praktisi PRs setiap harinya. Makna dan praktik
PRs kontemporer mencakup semua aktivitas berikut ini:
1. Hubungan Internal
Hubungan internal adalah bagian khusus dari PRs yang
membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling
bermanfaat antara manajer dan karyawan tempat organisasi
menggantungkan kesuksesannya. Ahli hubungan internal bekerja di
bagian “komunikasi karyawan”, “hubungan karyawan”, atau “hubungan
internal”. Mereka merancang dan mengimplementasikan program
komunikasi internal dengan tujuan agar karyawan tetap mendapat
informasi baru dan tetap termotivasi, serta menciptakan kultur organisasi.
Menurut Alvie Smith, mantan direktur komunikasi korporat di General
Motors, ada dua faktor yang menjelaskan mengapa manajemen
menghormati salah satu aspek dari fungsi PRs ini:
9
a. Arti penting pemahaman, teamwork, dan komitmen karyawan dalam
mencapai hasil standar. Aspek positif dari perilaku karyawan ini
sangat dipengaruhi oleh komunikasi dua arah yang interaktif di
seluruh dunia.
b. Kebutuhan untuk membangun jaringan komunikasi – manajer,
jaringan yang membuat setiap supervisor di setiap level bisa
melakukan komunikasi secara efektif dengan karyawannya.
Kebutuhan ini bukan sekadar informasi yang berkaitan dengan tugas dan
harus mencakup isu publik dan isu bisnis penting yang memengaruhi
keseluruhan organisasi. Staf hubungan internal bekerja sama dengan
departemen SDM untuk mengkomunikasikan berbagai berita, pelatihan,
dan topik penting lainnya kepada karyawan. Dan staf hubungan internal
juga bekerja sama dengan staf hubungan eksternal untuk
mengkoordinasikan pesan-pesan sehingga perusahaan bisa
mengemukakan pernyataannya dalam satu “suara” (Cutlip dkk, 2009: 11-
12).
2. Publisitas
Publisitas adalah informasi yang disediakan oleh sumber luar yang
digunakan oleh media karena informasi itu memiliki nilai berita. Metode
penempatan pesan di media ini adalah metode yang tidak bisa dikontrol
(uncontrolled) sebab sumber informasi tidak memberi bayaran kepada
media untuk pemuatan informasi tersebut.
Contoh publisitas antara lain berita di rubrik finansial tentang
peningkatan pendapatan sebuah perusahaan, sebuah foto dan caption
tentang pengumuman bisnis baruatau peluncuran produk baru, tulisan
10
seorang kolumnis tentang kemajuan kampanye pengumpulan dana, berita
feature di majalah yang menjelaskan temuan ilmiah terbaru dari pusat riset
kanker, tabloid hiburan yang memuat daftar konser band favorit dan
sebagainya. Biasanya berita semacam ini berasal dari departemen Publik
Relations sebuah perusahaan, direktur organisasi yang berkaitan dengan
sumbangan dan pembangunan, biro berita universitas, manajer publikasi
band musik atau direktur hubungan media pemerintah.
Model publisitas juga disebut “informasi publik.” Model
“mengisahkan cerita kami” masih merupakan model yang paling banyak
digunakan. Banyak manajer klien jajaran aras menyewa ahli PR untuk
menangani peliputan media agar organisasi mereka dipandang positif.
(Cutlip dkk, 2009: 12-13).
3. Advertising
Advertising adalah informasi yang ditempatkan di media oleh
sponsor tertentu yang identitasnya membayar untuk ruang dan waktu
penempatan informasi tersebut. Ini adalah media terkontrol dalam
menempatkan pesan di media. PRs menggunakan advertising ini untuk
menjangkau audiens yang lebih luas, bukan untuk konsumen yang menjadi
sasaran marketing. Perusahaan-perusahaan menggunakan advertising
untuk tujuan PRs ketika mereka ingin menanggapi kritik di media – yakni
kritik media yang tak bisa mereka kontrol sepenuhnya – saat mereka
menganggap sudut pandang merek tidak dimuat secara adil dan seimbang,
saat mereka merasa bahwa publik mereka tidak memahami isu dengan
benar dan bersifat apatis, atau ketika mereka ingin mengemukakan
pandangan terhadap suatu kasus. Dalam analisis terakhir, dengan
11
anggaran yang cukup, perusahaan bisa menggunakan advertising untuk
mengontrol isu, penempatan, dan timing dalam menempatkan pesan PRs
di media (Cutlip dkk, 2009: 14-16).
4. Press Agentry
Press Agentry adalah penciptaan berita dan peristiwa yang bernilai
berita untuk menarik perhatian media massa dan mendapatkan perhatian
publik. Agen pers berusaha menarik perhatian publik lebih dari sekedar
membangun pemahaman publik. Publisitas adalah strategi utama mereka
yang pendekatannya didasarkan pada teori penentuan agenda, yang
menyatakan bahwa banyaknya liputan media massa akan menentukan
persepsi publik terhadap arti penting relatif dari topik dan orang. Mereka
menarik perhatian melalui praktik press agentry. Sebagian kalangan
beranggapan bahwa liputan pers tidak selalu bernada negatif. Kadangkala
liputan yang mengarah negatif juga berpotensi memberi Gambaran yang
tidak begitu buruk bagi perusahaan bahkan mungkin menguntungkan
perusahaan. (Cutlip dkk, 2009: 16-17).
5. Public Affairs
Public Affairs adalah bagian khusus dari PRs yang membangun
dan mempertahankan hubungan pemerintah dan komunitas lokal dalam
rangka memengaruhi kebijakan publik. Dalam perusahaan, “public affairs”
biasanya mengacu pada usaha PRs yang berkaitan dengan kebijakan
publik dan “corporate citizenship”. Spesialis public affairs di perusahaan
berfungsi sebagai perantara atau penghubung (liaison) dengan unit-unit
pemerintah; mengimplementasikan program bantuan masyarakat;
12
mendorong aktivisme politik, mengampanyekan kontribusi, dan voting; dan
melakukan kegiatan amal dan turut dalam organisasi pembangunan
masyarakat. (Cutlip dkk, 2009: 18-20).
6. Lobbying
Lobbying adalah bagian khusus dari PRs yang berfungsi untuk
menjalin dan memelihara hubungan dengan pemerintah terutama dengan
tujuan memengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi. Para
pelobi (lobbyist) di semua level pemerintah harus memahami proses
legislatif, tahu bagaimana pemerintah berfungsi, dan kenal dengan para
pembuat hukum dan pejabat hukum. Karena itu semua bukan dari
pendidikan praktisi PRs, para pelobi ini biasanya punya latar belakang dan
kenal dengan pengacara, pejabat pemerintah, anggota staf pejabat terpilih,
atau orang-orang dalam pemerintah yang punya hubungan baik dengan
pembuat keputusan.
Dalam praktiknya, lobbying harus bekerja sama dengan kegiatan
PRs lainnya yang ditujukan pada publik nonpemerintah. Pelobi yang
canggih memobilisasi kostituen yang berpandangan sama sehingga suara
mereka dapat didengar oleh pembuat hukum dam pejabat pemerintah.
Menggerakkan masa untuk memengaruhi suatu kasus disebut “lobi akar
rumput” dan merupakan bagian dari upaya PRs yang dikoordinasikan
untuk memengaruhi kebijakan publik. Kegagalan atau kesuksesan
lobbying sebagian dipengaruhi oleh keahlian dasar PRs – menyelidiki
pandangan legislator terhadap suatu isu dan meriset kebutuhan informasi,
mengkomunikasikan informasi yang persuasif kepada pejabat pemerintah,
kepada akar rumput dan kepada klien mereka. Selain kemampuan ini, para
13
pelobi membutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang pemerintahan,
proses legislatif, kebijakan publik, dan opini publik. Citra stereotip pelobi
yang membagi-bagikan uang sambil menghisap rokok kini tidak berlaku
bagi kebanyakan pelobi dalam pekerjaan mereka.
Pelobi menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengumpulkan
informasi dari pemerintah ketimbang melakukan komunikasi dengan
pemerintah, karena strategi, taktik, dan posisi lobbying yang baik sangat
tergantung kepada basis informasi yang kuat (Morissan, 2008: 27-29).
7. Manajemen Isu
Manajemen isu adalah proses proaktif dalam mengantisipasi,
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merespon isu-isu kebijakan publik
yang memengaruhi hubungan perusahaan dan publik mereka. Ada dua
esensi manajemen isu, (1) identifikasi dini atas isu yang berpotensi
memengaruhi perusahaan, dan (2) respon strategis yang didesain untuk
mengurangi atau memperbesar konsekuensi dari isu tersebut.
Secara administratif, atau setidaknya secara konseptual,
manajemen isu adalah bagian dari fungsi PRs. Akan tetapi, jika hanya
dilihat sebagai komunikasi persuasif, ia menjadi taktik untuk memengaruhi
kebijakan publik, bukan sebagai bagian dari perencanaan strategi
perusahaan. Berkenaan dengan penyesuaian perusahaan dan
pembentukan hubungan dengan stakeholder untuk meraih tujuan
bersama, “manajemen isu dan PRs adalah sama dan menghasilkan hasil
yang sama” (Cutlip dkk, 2009: 24-25).
14
8. Hubungan Investor
Hubungan investor adalah bagian dari PRs dalam perusahaan
korporat yang membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan
saling menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam
komunitas keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar. Spesialis
hubungan investor selau memberi informasi kepada pemegang saham dan
loyal kepada perusahaan dalam rangka mempertahankan nilai saham yang
layak.
Perusahaan dan ahli hubungan investor harus menghadapi
ekonomi yang makin mengglobal. Karena tidak banyak orang yang punya
latar belakang keuangan perusahaan dan kompetisi perusahaan, maka
posisi hubungan investor merupakan salah satu dari pekerjaan yang paling
banyak bayarannya (Cutlip dkk, 2009: 25-27).
9. Pengembangan
Pengembangan adalah bagian khusus dari PRs dalam organisasi
nirlaba Yang bertugas membangun dan memelihara hubungan dengan
donor dan anggota dengan tujuan mendapatkan dana dan dukungan
sukarela. Spesialis pengembangan bekerja untuk stasiun penyiaran publik,
yayasan riset penyakit, kelompok komunitas seni, dan organisasi
keagamaan. Aktivitas pengumpulan dana dan pelayanan keanggotaan
merupakan bagian terbesar dari program ini. Hal ini membuat program
pengembangan menjadi bagian siginifikan dari fungsi manajemen yang
lebih luas – yakni PRs – dalam organisasi nirlaba (Cutlip dkk, 2009: 27).
15
2.1.3 Peran Public Relations
Seorang praktisi PRs menyesuaikan pola perilakunya untuk
menangani situasi yang senantiasa terjadi di dalam pekerjaan mereka dan
mengakomodasi ekspektasi orang lain tentang apa yang seharusnya
dilakukan dalam pekerjaaan mereka. Ada empat peran utama PRs yang
mendeskripsikan sebagian besar praktik mereka. Akan tetapi, kadang-
kadang praktisi melakukan semua peran ini dan peran lainnya dalam tingkat
yang berbeda-beda, meskipun ada peran dominan dalam pekerjaan mereka
sehari-hari dan dalam cara mereka berhadapan dengan orang lain.
1. Teknisi Komunikasi
Deskripsi kerja dalam lowongan pekerjaan biasanya menyebutkan keahlian
komunikasi dan jurnalistik sebagai syarat. Teknisi komunikasi disewa untuk
menulis dan mengedit newsletter karyawan, menulis press release dan
feature, mengembangkan isi web, dan menangani kontak media. Praktisi
tidak hanya mengawali kariernya dengan peran ini, tetapi juga banyak
menghabiskan waktu mereka dalam aspek teknis dari komunikasi.
2. Pakar Perumus (Expert Prescriber)
Peran “pakar perumus” atau expert prescriber ini menarik perhatian praktisi
karena menjalani peran ini akan membuat orang dilihat sebagai pihak yang
punya otoritas untuk menentukan bagaimana cara mengerjakan segala
sesuatu.
3. Fasilitator komunikasi
Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi PRs adalah sebagai
pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator
komunikasi bertindak sebagai perantara (liaison), interpreter, dan mediator
16
antara organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan
memfasilitasi percakapam dengan menyingkirkan rintangan dalam
hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya
adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen
maupun publik untuk membuat keputusan demi kepentingan bersama.
4. Fasilitator Pemecah Masalah
Ketika praktisi PRs melakukan peran sebagai fasilitator pemecah masalah,
mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan
memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan
strategis. Kolaborasi dan musyawarah dimulai dengan persoalan pertama
dan kemudian sampai ke evaluasi program final. Praktisi pemecah masalah
membantu manajer lain dan organisasi untuk mengaplikasikan PRs dalam
proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan
masalah organisasional. Fasilitator pemecah masalah dimasukkan ke dalam
tim manajemen karena mereka punya keahlian dan keterampilan dalam
membantu manajer lain untuk menghindari masalah atau memecahkan
masalah. Akibatnya, pandangan PRs akan dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan manajemen (Ruslan, 1999: 21-23).
2.2 STRATEGI KOMUNIKASI
2.2.1 Pengertian Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan salah satu faktor
terpenting. Terminologi komunikasi berasal dari bahasa latin yakni Communico
yang artinya membagi, dan Communis yang berarti membangun kebersamaan
antara dua orang atau lebih. Sebagai ilmu multidisiplin, defenisi komunikasi telah
banyak dibuat oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu. Menurut catatan Dance
17
dan Larson dalam Miller sampai tahun 1976 sudah ada 126 defenisi komunikasi.
Ada defenisi yang dibuat menurut perspektif sosiologi, budaya, enginerring,
ekonomi, dan ada pula dari perspektif ilmu politik. Meskin defenisi yang dibuat para
pakar memiliki perpspektif yang berbeda satu sama lain menurut latar belakang
disiplin ilmu yang membuat defenisi tersebut, pada dasarnya defenisi-defenisi
tersebut tidak terlepas dari substansi komunikasi itu sendiri (Cangara, 2007).
Aristoteles yang hidup empat abad sebelum masehi (385-322 SM) dalam
bukunya Rethoric membuat defenisi komunikasi dengan menekankan “Siapa
mengatakan apa kepada siapa”. Definisi yang dibuat Aristoteles ini sangat
sederhana tetapi ia telah mengilhami seorang ahli ilmu politik yang bernama
Harold D. Lasswell pada tahun 1948, dengan mencoba membuat definisi yang
lebih sempurna dengan menanyakan “SIAPA mengatakan APA, MELALUI apa,
KEPADA siapa dan apa AKIBATNYA.
Berbeda dengan Lasswell, Steven justru mengajukan sebuah definisi yang
lebih luas, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi
terhadap suatu objek atau stimuli. Hovland, Janis dan Kelly juga membuat definisi
bahwa “Communication is the precess by which an individual (the communicator)
transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of the other individuals (the
audience) (Cangara, 2014: 13-14).
2.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi bisa disebut sebagai komunikasi jika memiliki unsur-unsur
pendukung yang membangunnya sebagai Body of Knowledge, yakni: sumber,
pesan, media, penenrima, pengaruh, umpan balik, dan lingkungan. Unsur-unsur
ini sering disebut sebagai komponen atau elemen.
18
Kalau unsur-unsur komunikasi tersebut dilukiskan dalam gambar maka
kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.1. Unsur-unsur yang membentuk Proses Komunikasi (Cangara, 2014:15)
1. Sumber
Semua komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau
dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan Source, sender, atau
encoder
2. Pesan
Yang dimaksud pesan adalah sesuatu hal yang disampaikan pengirim
kepada penerima. Pesan disampaikan dengan cara tatap muka atau
melalui media komunikasi. Dalam bahasa inggris pesan biasa disebut
sebagai message, content, atau information.
3. Media
Yang dimaksud media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber ke penerima. Media banyak digunakan dengan sebutan
berbeda, misalnya saluran, alat, arena, sarana dalam bahasa inggris
dkisebut channel atau medium.
SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK
UMPAN BALIK Lingkungan
19
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti
khalayak, sasaran, komunikan konsumen atau dalam bahasa inggris biasa
disebut audience atau receiver.
5. Pengaruh
Pengaruh, bisa diartikan sebgai perubahan sikap, tindakan seseorang
setelah menerima pesan tersebut. Pengaruh bisa disebut dampak, akibat,
atau effect dalam bahasa inggris
6. Tanggapan balik
Umpan balik/feedback, tangggapan balik merupakan respon dari penerima
pesan, biasanya komunikator atau pengirim pesan mengirim pesan dan
mengharapkan feedback atau umpan balik dari si penerima pesan.
7. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor lain yang mempengaruhi jalannya komunikasi
faktor ini dalap digolongkan dalam empat macam, yaitu lingkungan fisik,
lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologi, dan dimensi waktu.
(Cangara, 2014: 15-17)
2.2.3 Pengertian Strategi Komunikasi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu "stratos" yang artinya
tentara dan kata "agein" yang berarti memimpin. Dengan demikian, strategi
dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata strategos yang artinya
pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa
diartikan sebagai seni perang para jenderal (The Art of General), atau suatu
20
rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Dalarhstrategi ada
prinsip yang harus dicamkan, yakni "Tidak ada sesuatu yang berarti dari segalanya
kecuali mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh musuh, sebelum mereka
mengerjakannya".
Karl von Clausewitz (1780-1831) seorang pensiunan jenderal Prusia dalam
bukunya On War merumuskan strategi ialah "suatu seni menggunakan sarana
pertempuran untuk mencapai tujuan perang". Marthin-Anderson (1968) juga
merumuskan "Strategi adalah seni di mana melibatkan kemampuan
intelegensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam
mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan efisien."
Strategi menghasilkan gagasan dan konsepsi yang dikembangkan oleh
para praktisi. Karena itu para pakar strategi tidak, saja lahir dari kalangan yang
memiliki latar belakang militer, tapi juga dari profesi lain, misalnya pakar strategi
Henry Kissinger berlatar belakang sejarah, Thomas Schelling berlatar belakang
ekonomi, dan Albert Wohlsetter berlatar belakang matematika.
Dalam menangani masalah komunikasi, para perencana dihadapkan pada
sejumlah persoalan, terutama dalam kaitannya dengan strategi penggunaan
sumber daya komunikasi yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Rogers (1982) memberi batasan pengertian strategi komunikasi sebagai suatu
rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang
lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar perencanaan komunikasi
Middleton (1980) membuat definisi dengan menyatakan "Strategi komunikasi
adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari
komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek)
yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal."
21
Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan
penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika
pemilihan strategi salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama
kerugian dari segi waktu, materi, dan tenaga. Oleh karena itu, strategi juga
merupakan rahasia yang harus disembunyikan oleh para perencanaan. (Cangara,
2014: 61-62).
2.2.4 Area Perencanaan Komunikasi
Meskipun perencanaan komunikasi dapat dilihat dalam skala yang lebih
luas, tapi wilayah kerja perencanaan komunikasi dapat dilihat mulai unit terkecil
sampai yang terbesar yang memerlukan dukungan komunikasi. Misalnya dari level
daerah, provinsi, negara, regional sampai internasional. Wilayah kerja
perencanaan komunikasi dapat disebutkan antara lain:
1. Pengembangan industri media elektronik untuk pembangunan stasiun radio
dan televisi, pembangunan televisi kabel, production house, perfilman, industri
rekaman, provider telekomunikasi jaringan global.
2. Pengembangan industri percetakan dan penerbitan surat kabar, majalah, dan
perbukuan.
3. Pencitraan diri, perusahaan, lembaga dan organisasi melalui unit-unit
kehumasan dan public relations marketing
4. Pemasaran komersial, jasa, dan politik melalui program periklanan promosi.
5. Penyebarluasan gagasan pembangunan untuk sektor kesehatan, pendidikan,
pertanian, perindustrian, koperasi dan perbankan, perpajakan,
kependudukan, lingkungan hidup, peningkatan peranan wanita,
pembangunan pedesaan melalui program komunikasi untuk mendukung
pembangunan dan penyadaran masyarakat. (Cangara, 2013: 63-64).
22
2.2.5 Model Perencanaan Komunikasi
Ada banyak model yang digunakan dalam studi perencanaan komunikasi,
mulai dari model yang sederhana sampai kepada model yang rumit. Namun, perlu
diketahui bahwa penggunaan model dan tahapan (langkah-langkah)
pelaksanaannya tergantung pada sifat atau jenis pekerjaan yang akan dilakukan
(Cangara, 2013: 67-68).
1. Model Perencanaan Komunikasi oleh Cutlip dan Center
Jauh sebelum perencanaan komunikasi diajarkan sebagai mata kuliah
perguruan tinggi, Dr. Phil. Astrid S (1974) telah memperkenalkan model
perencanaan komunikasi yang dibuat boleh Cutlip dan Center. Meskipun
model yang dibuat oleh Cutlip dan Center ini adalah model proses public
relations dan belum disebut sebagai model prencanaan komunikasi namun
langkah-langkah yang diambil dalam proses tersebut pada dasarnya
adalah perencanaan komunikasi. Langkah-langkah yang dimaksud dimulai
dengan fakta (fact finding), kemudian perencanaan (planning) selanjutnya
komunikasi (communication) (Cangara, 2013: 68). Berikut Proses
Perencanaan Strategi Public Relations yang dikemukakan oleh Cutlip dan
Center :
Proses Perencanaan Strategi Public Relations
Proses Empat Langkah Langkah perencanaan Startegis dan Outline Program
• Mendefinisikan
Problem
• Perencanaan dan
pemrograman
1. Problem, perhatian atau peluang “apa yang sedang
terjadi saat ini?”
2. Analisis situasi (Internal dan eksternal) “Apa kekuatan
positif dan negatif yang sedang beroperasi”
3. Tujuan Program “apa solusi yang diharapkan?”
4. Publik sasaran “siapa – dalam lingkungan internal dan
eksternal yang harus direspon, dijangkau dan
dipengaruhi oleh program?”
23
• Mengambil tindakan
dan berkomunikasi
• Mengevaluasi program
5. Sasaran “Apa yang harus dicapai pada setiap publik
untuk mencapai tujuan program?”
6. Strategi aksi “Perubahan apa yang harus dilakukan
untuk mendapatkan hasil sebagaimana dinyatakan
dalam sasaran program?”
7. Strategi komunikasi “apa isi pesan yang harus
disampaikan untuk mencapai hasil yang dinyatakan
dalam sasaran program?”
8. Rencana implementasi program “siapa yang akan
bertanggung jawab untuk mengimplementasikan setiap
tindakan dan taktik komunikasi”
9. Rencana evaluasi “bagaimana hasil yang disebutkan
dalam tujuan dan sasaran program akan diukur?”
10. Umpan balik dan penyesuaian program “
Tabel 2.2. Sumber : (Cutlip-Center-Broom, 2009: 365)
2. Model Perencanaan Komunikasi untuk Pemasaran
Perencanaan komunikasi selain bisa diaplikasikan untuk pencitraan pribadi
dan kelembagaan, juga bisa digunakan untuk pencitraan produk. Tidak ada
bedanya antara pencitraan pribadi dan pencitraan produk. Hanya saja jika
pencitraan pribaddi mengarah pada penciptaan idola, maka pencitraan
produk mengarah pada bagaimana khalayak bisa menjadi konsumen tetao
terhadap barang atau produk yang ditawarkan. Karena itu, David J.
Rahman dalam Cangara (2013: 75-76) menyatakan bahwa prinsip
pemasaran komersial, yakni proses perencanaansar dan penetapan
harga, promosi, dan penyebaran ide-ide, barang dan layanan jasa untuk
menciptakan pertukaran guna memenuhi kepuasan individudan tujuan
organisasi.
Atas dasar tersebut maka pemasaran harus digerakkan oleh empat elemen
dasar, yakni :
a. Products (Product)
b. Place (tempat)
24
c. Price (Harga)
d. Promotion (promosi)
Gabungan keempat elemen ini biasa disebut bauran pemasaran
(marketing mix), dengan penyelesaian sebagai berikut :
a. Product ia produk dalam bentuk barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu unit usaha yang ingin dipasarkan guna memenuhi kebutuhan
pembeli.
b. Place ialah tempat yang digunakan untuk mendistribusikan atau
dipajang (display) barang yang diproduksi untuk menarik perhatian
pembeli.
c. Price ialah harga atau nilai terhadap barang dan jasa yang ditawarkan.
Harga menentukan daya saing dalam pasar. Perlu diketahui bahwa
harga memiliki segmen pasar tertentu.
d. Promotion ialah usaha yang dilakukan untuk menarik perhatian para
pembeli melalui teknik-teknik berkomunikasi.
2.3 Hotel
2.3.1 Pengertian Hotel
Kata hotel memiliki pengertian atau definisi yang cukup banyak, masing
– masing orang berbeda dalam menguraikannya. Menurut Webster, hotel
adalah suatu bangunan atau lembaga yang menyediakan kamar untuk
menginap, makanan, dan minuman, serta pelayanan lainnya untuk umum (Tam
C., Fonny, 2008).
Dengan mengacu pada pengertian di atas, dan untuk menertibkan
perhotelan di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan
dalam Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW.340/MPPT-86, tentang
25
peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel. Bab I, pasal 1, Ayat (b) dalam
SK tersebut menyebutkan bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum
yang dikelola secara komersial.
Definisi Hotel Bisnis mengacu pada Marlina Endy dalam bukunya
Panduan Perancangan Bangunan Komersial (2008, p.52), hotel bisnis
merupakan hotel yang dirancang untuk mengakomodasi tamu yang mempunyai
tujuan bisnis. Lokasi hotel bisnis relatif berada di pusat kota, berdekatan
dengan area perkantoran atau area perdagangan. Hotel Bisnis dikenal juga
dengan nama Commercial Hotel ataupun dengan nama City Hotel. Fasilitas yang
disediakan hotel bisnis akan menyediakan fasilitas lengkap yang berkaitan
dan mendukung untuk kegiatan bisnis terutama untuk kegiatan Meeting,
Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE). Fasilitas yang tersedia antara lain
ballroom, banquet room, dan business center dengan fasilitas pendukung lainnya
seperti restoran, bar & café, pusat kebugaran & spa, kolam renang, dan
sebagainya (Kusumo, 2012).
2.3.2 Klasifikasi Hotel
Hotel dapat diklasifikasikan menurut bintang yang ditentukan oleh
Dinas Pariwisata Daerah (Diperda) sesuai persyaratan fasilitas yang terdapat
dalam hotel setiap tiga tahun sekali dalam bentuk sertifikat (Kusumo, 2012).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ni. KM 3/KW 001/
MKP 02, hotel dikelelompokan dalam 5 golongan kelas (bintang) berdasarkan
26
kelengkapan fasilitas dan kondisi bangunan, perlengkapan dan pengelolaan,
serta mutu pelayanan. Kategori hotel tersebut dibagi menjadi:
• Hotel melati 1
• Hotel melati 2
• Hotel bintang 3
• Hotel bintang 4
• Hotel bintang 5
Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi dikeluarkan oleh
peraturan pemerintah dan menurut Dirjen Pariwisata dengan SK: Kep-
22/U/VI/78. Untuk mengklasifikasikan sebuah hotel, dapat ditinjau dari
beberapa faktor yang satu sama lainnya ada kaitannya.
2.3.3 Pembagian Area Hotel
Secara fungsional, hotel dapat dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu area
tamu, area publik, bagian administrasi (front of the house), dan back of the
house dikutip dari The Architects Handbook oleh Quentin Pickard (Quentin P.,
2002). Adapun area Front of The House dan Back of The House meliputi ruang :
1. Front of the house adalah area karyawan yang berhadapan langsung
dengan tamu, yang termasuk area front of the house adalah :
• Front desk & Concierge
• Area reservasi dan kasir
• Room service
• Area lift
• Retail
• Restoran
• Function room
27
2. Back of the house adalah area karyawan yang berada di area servis
dan terpisah dengan area tamu. Yang termasuk dalam area back of the
house adalah:
• Dapur dan gudang
• Area bongkar muat
• Area pegawai
• Laundry dan housekeeping
• Mekanikal dan elektrikal
2.4 Manajemen Krisis
2.4.1 Pengertian Manajemen Krisis
Kata “krisis” dalam kamus bahasa Indonesia mengandung dua arti, yakni;
(1). Kemelut, (2). Keadaan genting. Kata “kemelut” menggambarkan suatu
keadaan atau situasi yang tidak menyenangkan. Dalam konteks komunikasi,
situasi dan kondisi seperti ini dapat dengan mudah ditemukan. Setiap proses
komunikasi yang mengandung kemelut minimal mengindikasikan:
1. Adanya silang pendapat yang tajam dan tidak menunjukkan adanya itikad
atau usaha saling memahami satu sama lain (mutual understanding).
Masing-masing pihak dalam proses komunikasi tersebut justru saling
mencari kesalahan atas pengakuan verbal bicaranya sehingga duplikasi
pertentangan terjadi begitu cepat dan meluas. Setiap pernyataan akan
memancing pernyataan tandingan argumentasi yang berlawanan. Dengan
demikian kemelut dalam komunikasi tersebut sangat potensial diikuti dengan
tindakan fisik yang destruktif.
2. Masing-masing pihak tidak lagi melihat sisi positif atau maksud baik dari
komunikasi, sebab komunikasi hanya dipergunakan sebagai instrument
28
untuk merendahkan posisi lawan. Komunikasi berjalan secara asimetris, sulit
terjadi proses konvergensi. Sebaliknya pesan diterima melalui proses
selektivitas yang diperankan oleh unsur emosional, seperti kecurigaan
(prejudice. Dalam situasi prejudice audiens cenderung tidak konsentrasi,
tidak sepenuh hati mencari isi pesan. Menurut pernyataan Scott. M Cultip,
The audience is hot in a listening mood. Situasi demikian, justru
menghasilkan komunikasi yang cenderung mendistorsikan isi pesan.
3. Oleh sebab itu kedudukan komunikasi dan komunikator tidak dalam satu
posisi yang sama, maka yang muncul adalah kecenderungan penonjolan
“aku” (ego) masing-masing setiap orang merasa dirinya lebih benar, lebih
penting dan lain-lain (Panuju, 2002:1-2).
Banyak definisi tentang krisis diberikan oleh para akademisi dalam
berbagai literature Public Relations maupun komunikasi organisasi. Devlin dalam
bukunya Crisist Management Planning & Execution (Devlin, 2007:5)
mendefinisikan krisis sebagai “an unstable time for an organization, with a distinct
possibility for an undersirable outcome”, yang dapat diartikan sebagai sebuah
situasi yang tidak stabil dengan berbagai kemungkinan menghasilkan hasil yang
tidak di inginkan. Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa jika organisasi
mengalami situasi krisis, maka prosedur-prosedur normal tidak dapat berjalan
baik. Organisasi mengalami keterkejutan (Shock). Jika situasi ini terus berlanjut
dalam waktu lama, akan menghasilkan beberapa hasil negative yang tidak dapat
diharapkan.
Definisi krisis juga di definisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga
dan bisa merugikan reputasi, citra, dan kredibilitas perusahaan, organisasi atau
individu. Krisis bukan hanya terjadi pada perusahaan karena mengalami
29
penurunan pelanggan, melainkan krisis bisa terjadi pada semua bidang usaha,
organisasi sosial politik, dan juga bidang pelayanan publik. Cara penyelesaiannya
hamper sama, yang beda adalah pendekatan karena konteksnya yang berbeda
(Cangara, 2013: 177).
Penjelasan lainnya tentang definisi krisis diberikan oleh Duke & Masland
(2002) dan Kouzmin (2008). Mereka menekankan krisis sebagai situasi yang
menyebabkan kerusakan-kerusakan fisik dan nonfisik, seperti peristiwa yang
membahayakan jiwa manusia (meninggal atau luka-luka) dan merusak system
organisasi dan lingkungan secara keseluruhan, khususnya bagi korban
(Kriyantono, 2012:171-172).
Defenisi krisis tersebut menyatakan bahwa sebuah krisis memberi
pengaruh pada produk yang dihasilkan perusahaan, kinerja perusahaan, dan yang
paling utama adalah reputasi citra atau corporate image secara tidak terduga. Jika
demikian, maka dapat disimpulkan bahwa krisis sangat berbahaya bagi eksistensi
perusahaan. Mengingat dampak krisis tersebut, maka sangat dibutuhkan upaya
penanganan krisis agar tidak memasuki masa akut dan mengganggu kinerja
perusahaan. Bahkan sebelum hal itu terjadi, dibutuhkan sebuah perencanaan
yang baik untuk mencegah munculnya segala kemungkinan krisis bagi
perusahaan.
2.4.2 Perencanaan Manajemen krisis
Otto Lerbinger (1997) mengungkapkan terdapat delapan tipe krisis, baik
yang disebabkan kegagalan manajemen maupun kekuatan lingkungan, yaitu:
krisis alami, krisis teknologi, konfrontasi, krisis kedengkian, nilai manajemen yang
menyimpang, sikap manajemen yang tidak senonoh, penipuan serta krisis bisnis
30
dan ekonomi. Upaya yang cukup serius mengenai tipe-tipe krisis dikemukakan
Claudia Reinhardt (1987) yang membuat kategori krisis berdasarkan waktu yaitu:
1. Krisis bersifat segera (immediate crises). Tipe krisis yang paling ditakuti
karena terjadi begitu tiba-tiba, tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak ada
waktu untuk melakukan riset dan perencanaan. Krisis jenis ini membutuhkan
konsensus terlebih dahulu pada level manajemen puncak untuk
mempersiapkan rencana umum (general plan) mengenai bagaimana
bereaksi jika terjadi krisis yang bersifat segera agar tidak menimbulkan
kebingungan, konflik dan penundaan dalam menangani krisis yang muncul.
2. Krisis yang baru muncul (emerging crises). Tipe krisis ini masih
memungkinkan praktisi humas untuk melakukan penelitian dan perencanaan
terlebih dahulu, namun krisis dapat meledak jika terlalu lama tidak ditangani.
Tantangan bagi praktisi humas jika terjadi krisis jenis ini adala meyakinkan
manajemen puncak untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum krisis
mencapai tahapan krisis.
3. Krisis bertahan (sustained crises) adalah krisis yang tetap muncul selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun walaupun telah dilakukan upaya
terbaik oleh pihak manajemen perusahaan untuk mengatasinya (Morissan,
2008: 172-173).
a. Tahapan Krisis
Krisis tidak bergerak spontan, ia selalu diawali dengan gejala. Yang
kadang tidak terlihat atau terdeteksi oleh perusahaan. Sehingga kurang
tepat jika ada statement dari perusahaan atau organisasi yang mengatakan
bahwa krisis di perusahaan mereka datangnya tiba-tiba. Mengapa ? karena
krisis bergerak dari satu tahap ke tahap lainnya. Ketika tidak diantisipasi
31
pada tahap awal, ia akan makin meluas dan merugikan organisasi dan
publiknya.
Tahapan krisis atau lazimnya disebut sebagai anatomi krisis
memiliki arti yang berbeda-beda oleh sebagian ahli Oleh Fink (1986) dan
Sturges, dkk (1991) menyatakan ada empat fase yang dilewati oleh sebuah
krisis. Sedangkan Feam Banks (1996) menyebutkan lima fase dari sebuah
krisis. Namun secara garis besar kedua pendapat ini tidak menunjukkan
perbedaan yang cukup berarti. Gonzales Herrero dan Pratt (1995)
menganalogikan krisis seperti tahapan Jelas sekali. Gejala- gejala awal
kelihatan jelas sekali. Misalnya kehidupan : kehamilan, kelahiran,
pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan (kematian).
Tahap pertama adalah tahap "Crisis build up (Sturges, dkk 1999)
atau pedromal periods (Fink, 1986). Pada fase ini gejala atau tanda-tanda
krisis mulai muncul. Jika gejala ini cepat dikenali dan diatasi maka terjadi
crisis abortion (Gonzales - Herrero & Pratt, 1995). Pada tahap ini, Public
Relations perlu melakukan strategi berikut ini:
▪ Melakukan pemantauan terhadap lingkungan untuk mengetahui
kecenderungan-kecenderungan yang berkembang yang mungkin
mempengaruhi organisasi
▪ Mengumpulkan data masalah yang potensial menimbulkan kesulitan
bagi organisasi
▪ Mengembangkan strategi komunikasi dan berkonsentrasi untuk
mencegah munculnya krisis. Jika perusahaan dapat cepat bergerak
mengatasi ini, maka besar kemungkinan tidak akan terjadi krisis.
32
Tahap kedua, "Crisis Breakout atau Acute Crisis, yakni telah terjadi
kejadian yang menyebabkan perusahaan mulai mengalami kerugian.
Tahap ini dikatakan Fink sebagai tahap the pint of no retum. Atau tahap
krisis aktual. Dalam tahap ini kerusakan benar-benar telah terjadi. Jika
kemudian perusahaan tidak dapat mengatasinya, maka kerusakan lanjutan
hanyalah masalah waktu. Tahap inilah korban-korban mulai terlihat. Bisa
dalam bentuk kematian, kerusakan property, kerusakan lingkungan dan
sebagainya. Pada tahap inilah manajemen perusahaan menghadapi ujian
yang sangat berat. Penanganan dalam tahap ini lebih sulit dibanding
penanganan pada fase sebelumnya. Pada awalnya, umumnya perusahaan
mungkin mencoba menolak adanya krisis, tetapi pada akhirnya organisasi
harus menyadari dan mengakui bahwa pada tahap ini krisis memang
benar-benar telah terjadi dan tidak bisa mereka hindari.
Tahap ketiga yaitu *abatement" (peredaan) atau 'chronic crisis
stage". Pada tahap ini sering juga disebut sebagai tahap transisi atau
"clean up stage". Organisasi berusaha untuk menangani atau berusaha
kembali dan melakukan perubahan-perubahan penting. Saat ini
perusahaan mungkin harus menyelesaikan masalah tuntutan berbagai
pihak yang antara lain dapat berbentuk pemberian kompensasi, ganti rugi,
cash and carry, dan masalah-masalah hukum lainnya. Tahap ini dapat
berlangsung sangat lama, lebih lama dari tahap krisis sesungguhnya.
Karena untuk menentukan ganti rugi mungkin tidak begitu gampang..
Tahap keempat, 'crisis resolution stage" atau "termination stage",
yaitu ada tanda-tanda penyelesaian akhir yang menandakan bahwa krisis
tidak lagi merupakan ancaman bagi organisasi. Dalam hal ini ibarat orang
33
sakit, perusahaan sudah menunjukkan proses kesembuhan. Jadi, krisis
sudah mulai reda. Namun demikian krisis dapat kembali muncul. Pada
tahap ini perusahaan harus tetap ekstra hati-hati. Pada tahap ini
perusahaan harus menaruh perhatian pada berbagai publiknya.
Melanjutkan pemantauan terhadap masalah sampai intensitas
masalah yang muncul berkurang, melanjutkan perhatian pada media
dengan mensupport informasi yang dibutuhkan oleh media terkait dengan
berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen, mengevaluasi rencana
penanganan krisis, jika memang ada, menjadikan umpan balik yang ada
sebagai masukan untuk perencanaan krisis dimasa mendatang dan
mengembangkan strategi komunikasi jangka panjang untuk mengurangi
kerusakan yang disebabkan oleh krisis yang terjadi (Gonzales-Herrero &
Pratt, 1995)
Krisis Jarang terjadi karena satu faktor, umumnya terjadi karena
akumulasi dari faktor-faktor yang lain juga. Penyebab krisis dapat
dikategorikan menjadi:
• Karena kesalahan manusia (human error)
• Karena kegagalan teknologi
• Karena alasan sosial (kerusuhan, perang, sabotase, teroris, dll)
• Berkaitan dengan bencana alam (natural disaster)
• Karena ketidaktakbecusan manajemen (Shrivastava & Mitroff, 1987;
Sen & Egelhoff, 1991)
34
b. Siklus Krisis
Menurut Steven Fink (1988) pakar dan konsultan krisis dari Amerika
Serikat, krisis yang terjadi dapat dikategorikan ke dalam empat tahap
perkembangan yakni:
1) Masa Prakrisis (Prodomal Crisis Stage)
Tahap prodomal biasanya muncul dalam salah satu dari 3 bentuk ini,
ketika muncul selebaran gelap di masyarakat, ketika kebocoran pipa
gas di pabrik, ketika karyawan datang pada manajemen meminta
kenaikan upah, ketika para manajer berbeda pendapat secara tegas,
dan lain sebagainya.
• Samar-samar. Gejala yang muncul tampak samar- samar karena
sulit menginterpretasikan dan menduga luasnya suatu kejadian.
Misalnya peraturan pemerintah (deregulasi), munculnya pesaing
baru, tindakan (ucapan) pemimpin opini, dan sebagainya.
• Sama sekali tidak kelihatan. Gejala-gejala krisis bisa tak terlihat
sama sekali. Perusahaan tidak dapat membaca gejala ini karena
kelihatannya segalanya baik-baik saja. Misalnya, laba perusahaan
meningkat dengan baik. Perusahaan beranggapan "sulit untuk
memuaskan semua pihak". Maka kalau ada kerugian pada salah
satu produk atau keburukan pada salah satu lini, itu adalah sangat
wajar. Yang perusahaan tidak pikirkan adalah, seberapa jauh
kerugian itu dapat menjadi kanibal.
2) Masa Krisis Akut (Acute Crisis Stage)
Meski bukan dari sini awal mulanya krisis, orang menganggap suatu
krisis dimulai dari sini karena gejala yang samar-samar atau sama
35
sekali tidak jelas itu mulai kelihatan jelas. Salah satu kesulitan besar
dalam menghadapi krisis tahap akut adalah intensitas dan kecepatan
serangan yang datang dari berbagai pihak yang menyertai tahap ini.
Kecepatan ditentukan oleh jenis krisis yang menimpa perusahaan,
sedangkan intensitas ditentukan oleh Kompleksnya permasalahan.
Tahap akut adalah tahap antara, yang paling pendek waktunya bila
dibandingkan dengan tahap-tahap lainnya. Bila ia lewat, maka
umumnya akan segera memasuki tahap kronis.
3) Masa Krisis Kronis (crhonic crisis stage)
Tahap ini sering disebut sebagai tahap recovery, self analysis atau the
clean up phase. Pada tahap ini "badai" sudah mulai reda. Yang tersisa
adalah reruntuhan bangunan dan sejumlah bangkai, korban dari
sebuah krisis. Didalam perusahaan, tahap ini di tandai dengan
perubahan struktural. Mungkin penggantian manajemen, pemilik atau
mungkin mungkin pula bangkrut dan perusahaan dilikuidasi. Tahap
kronis adalah tahap yang terenyuh. Jika di manage dengan baik,
perusahan akan memasuki keadaan yang lebih baik, sehingga pujian-
pujian berdatangan dan penyembuhan (resolution) mulai berlangsung.
4) Masa Resolusi Krisis (Crisis Resolution Stage)
Tahap ini adalah tahap penyembuhan. Meski bencana besar dianggap
sudah berlalu, riset dalam kasus-kasus krisis ini menunjukkan bahwa
krisis tidak akan berhenti begitu saja pada tahap ini. Krisis umumnya
berbentuk siklus yang akan membawa kembali keadaan semula bila
treatmentnya tidak tuntas.
36
5) Dampak Krisis’
Situasi krisis pada suatu perumahan atau organisasi akan
menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
▪ Meningkatkan intensitas masalah.
▪ Menjadi sorotan publik, baik melalui liputan media massa atau,
informasi yang disebarkan melalui mulut ke mulut.
▪ Mengganggu kelancaran kegiatan dan aktivitas bisnis sehari-hari
dan mengganggu nama baik dan citra perusahaan.
▪ Merusak sistem kerja, etos kerja, dan mengacaukan sendi-sendi
perusahaan secara total yang mengakibatkan lumpuhnya
kegiatan.
▪ Membuat masyarakat ikut-ikutan panik
▪ Mengundang campur tangan pemerintah, yang mau tidak mau
harus turut mengatasi masalah yang timbul.
▪ Dampak atau efek dari krisis tersebut, tidak saja merugikan
perusahaan yang bersangkutan, tetapi juga masyarakat tertentu
atau lainnya ikut merasakan akibatnya.
2.4.3 Penanganan Krisis
Mengingat dampak negatif dan kerugian yang sedemikan besar maka
krisis tidak dapat dibiarkan begitu saja tanpa disertai penanganan yang serius.
Kasali (1994:231) menguraikan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
menangani krisis.
37
1. Identifikasi krisis
Identifikasi krisis dilakukan dengan penelitian. Bila krisis terjadi dengan cepat,
maka penelitian harus dilakukan secara informal dan kilat, harus diusahakan
kesimpulan atas identifikasi krisis yang terjadi ditarik pada hari yang sama
saat data dikumpulkan. Oleh sebab itulah dibutuhkan praktisi PRs yang
cakap dan peka dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Kesimpulan
yang dihasilkan pada saat itu dapat digunakan sebagai langkah awal untuk
mendapatkan data dan informasi yang akan digunakan untuk melakukan
tindakan pada tahap berikutnya.
2. Analisis krisis
Dari data yang telah diperoleh, maka tugas praktisi PRs selanjutnya adalah
menganalisis krisis yang dilakukan baik secara parsial maupun integral.
Dalam tahap ini dibutuhkan kemampuan membaca permasalahan yang baik.
3. Isolasi krisis
Krisis bisa identikkan sebagai penyakit, maka agar penyakit itu tidak menular
dan menyebar luas, perlu dilakukan isolasi krisis. Langkah mengkarantina
krisis juga dilakukan sebagai langkah untuk mencegah meluasnya krisis.
4. Pilihan strategi
Sebelum mengambil langkah pengendalian krisis, perusahaan perlu
melakukan penetapan strategi generik yang akan diambil. Ada tiga strategi
generik yang dapat dilakukan untuk menangani krisis, yaitu:
a. Defensive Strategy (Strategi Defensif) dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
▪ Mengulur waktu
38
▪ Tidak melakukan apa-apa
▪ Membentengi diri dengan kuat
b. Adaptive Strategy (Strategi Adaptif) dengan langkah-langkah yang
mencakup hal-hal yang lebih luas sebagai berikut:
▪ Mengubah kebijakan
▪ Modifikasi operasional
▪ Kompromi
▪ Meluruskan citra
c. Dynamic Strategy (Strategi Dinamis), strategi ini sudah bersifat agak
makro dan dapat mengakibatkan berubahnya karakter perusahaan.
Pilihannya adalah:
▪ Merger dan akuisisi
▪ Investasi baru
▪ Menjual saham
▪ Meluncurkan produk baru/menarik peredaran produk lama
▪ Menggandeng kekuasaan
▪ Melempar isu baru untuk mengalihkan perhatian
2.4.4 Strategi Manajemen Krisis
Manajemen krisis merupakan proses perencanan strategis terhadap krisis
atau titik balik negatif, sebuah proses yang mengubah beberapa resiko dan
ketidakpastian dari keadaan negatif dan berusaha agar perusahaan dapat
mengendalikan sendiri aktivitasnya (Fearn – Banks, dalam Prayudi, 1998:2).
Manajemen krisis yang efektif tidak hanya meredakan atau mengakhiri krisis tapi
juga ada kalanya dapat memberikan perusahaan reputasi yang lebih positif dari
39
sebelum terjadi krisis. Krisis dalam kaca mata public relations tidak selalu
diidentikkan dengan ancaman. Krisis yang disebabkan oleh faktor internal
ataupun faktor eksternal seringkali dianggap sebagai sebuah kesempatan untuk
membangun citra secara lebih cepat. Tentu saja, itu sepenuhnya tergantung pada
bagaimana krisis tersebut dikelola. Dan juga bagaimana krisis bisa diprediksi
sejak awal.
Tujuh komponen yang harus diperhatikan dalam perencanaan manajemen
krisis menurut Prayudi antara lain:
1. Adanya mekanisme untuk menentukan krisis potensial yang ada dalam
perusahaan. Peran manajemen adalah dalam meninjau kembali bidang-
bidang kegiatan yang mudah menimbulkan krisis. Dalam hal ini perlu
dirancang suatu sistem bottom up.
2. Pengidentifikasian khalayak yang terpengaruh. Siapa saja yang terkena
dampak langsung maupun tidak langsung oleh krisis.
3. Prosedur yang diikuti selama krisis. Biasanya berisi daftar yang harus
dikerjakan, rangkaian langkah yang harus diikuti pembentukan pusat
pengendalian krisis, tim manajemen krisis, dan prosedur komunikasi.
4. Rencana kontingensi untuk melanjutkan aktivitas selama krisis. Berisi
berbagai kemungkinan tentang fasilitas alternatif, pelayanan kepada pasar
atau konsumen, atau kemungkinan menarik produk.
5. Pengangkatan dan pelatihan tim manajemen krisis. Pembentukan tim
manajemen krisis menggunakan pertimbangan fungsional perusahaan,
seperti public relations, hukum, atau produksi.
6. Rencana komunikasi krisis. Meliputi siapa saja yang akan ditunjuk menjadi
juru bicara dan mengontrol informasi yang harus dikeluarkan agar tidak
40
membingungkan khalayak sasaran, pemilihan media, dan penentuan pesan
yang akan dikomunikasikan.
7. Evaluasi terhadap krisis. Strategi manajemen yang baik setidaknya harus
memperhatikan komponen-komponen di atas.
Krisis merupakan perubahan dalam lingkungan bisnis yang menyebabkan
kelangsungan hidup perusahaan menjadi terganggu. Perusahaan sebaiknya
selalu memiliki rencana dalam menghadapi krisis dan menghindari keputusan
yang justru akan membuat perusahaan terperosok jauh dalam krisis. Manajemen
harus tahu skenario terburuk yang akan terjadi dan mempunyai contingency plan
dalam menghadapinya. Manajemen dapat menanggulangi krisis dengan
melakukan langkah-langkah berikut:
1. Peramalan krisis (forcasting)
Manajemen krisis bertujuan untuk menekan faktor-faktor resiko dan faktor
ketidakpastian seminimal mungkin. Setiap perusahaan menghadapi masa
depan yang selalu berubah dan arah perubahannya tidak bisa diduga
(uncertainly condition). Untuk itu peramalan terhadap krisis (forcasting)
perlu dilakukan pada situasi pra-krisis. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengidentifikasikan dan menganalisa peluang (opportunity) dan ancaman
(threat) yang terjadi di dunia bisnis. Untuk memudahkannya, manajemen
dapat melakukan peramalam (forcasting) dengan memetakan krisis pada
peta barometer krisis.
2. Pencegahan krisis (prevention)
Langkah-langkah pencegahan sebaiknya diterapkan pada situasi pra krisis.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya krisis. Namun, jika krisis tidak
dapat dicegah, manajemen harus mengupayakan agar krisis tidak
41
menimbulkan kerugian yang lebih besar. Untuk itu, begituterlihat tanda-
tanda krisis, segera arahkan ke tahap penyelesaian.
3. Intervensi krisis (intervention)
Langkah intervensi dalam situasi krisis bertujuan untuk mengakhiri krisis.
Pengendalian terhadap kerusakan (damage control) dilakukan pada tahap
akut. Langkah-langkah pengendalian terhadap kerusakan diawali dengan
identifikasi, isolasi (pengucilan), membatasi (limitation), menekan
(reduction), dan diakhiri dengan pemulihan atau recovery (Nova, 2009:
142).
2.4.5 Public Relations dan Krisis
Krisis harus direpon baik oleh perusahaan, biasanya dapat dilakukan
melalui public relations yang menjembatani antara organisasi dengan publiknya.
Disamping itu, public relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasi
sikap publik.
Beranjak dari hakekat public relations inilah maka kita dapat merespon
setiap krisis yang datang. Pertama, melibatkan manajemen secara langsung
dalam krisis. Ini berarti juga menolong memperkecil stress yang dialami oleh senior
management dalam mengambil keputusan tentang penanggulangan krisis. Public
relations dapat membuat laporan secara periodik mengenai progress dari krisis
yang terjadi bahkan sekaligus melibatkan manajemen untuk berpartisipasi. Kedua,
tindakan komunikasi yankni apa yang harus dikatakan oleh perusahaan mengenai
krisis, dalam hal ini informasi harus betul betul dikemas dengan baik. Kebutuhan
informasi menjadi sangat tinggi. Karena itu informasi juga harus cepat dan update.
Ini merupakan prioritas utama.
42
Media harus digandeng untuk memberikan informasi yang tepat dan akurat
pada publik dan masyarakat secara luas. Informasi harus terpusat dan satu pintu,
untuk memudahkan lalu lintas informasi, karena itu perlu dibuat crisis center atau
emergency centre dengan staf yang terlatih.
Public Relations harus berperan dalam memberitahukan publik tentang
apa yang terjadi, apa yang sedang dan akan dilakukan perusahaan. Ini merupakan
pendekatan simbolik yang harus ditempuh organisasi (Gould & Kelly, 1974 dalam
Putra, 1999: 96). Bahkan pada waktu krisis telah selesai ditanggulangi, peran
public relations adalah memperbaiki hubungan dan posisi perusahaan di
masyarakat secara umum dan stakeholders secara khusus. Ini dapat dilakukan
dengan pertemuan-pertemuan penting dengan pemerintah, karyawan dan
keluarganya, media internal perusahaan, media massa dan melanjutkan strategi
komunikasi jujur dan terbuka.
Dalam hal ini kedua tindakan tadi harus mencerminkan 2 (dua) hal.
Pertama, tanggung jawab yang tinggi dari pihak manajemen organisasi terhadap
harkat atau nilai-nilai kemanusiaan. Upaya pencarian kambing hitam atau pihak
ketiga, menghindari media, berdiam diri alias off the record, ketidakjujuran,
manipulasi data, sebaiknya dihindari karena justru berujung pada jatuhnya
reputasi perusahaan.
Kedua, komunikasi yang dibangun atas dasar kejujuran dalam upaya
membangun hubungan yang baik dan kepercayaan publik terhadap niat baik
organisasi. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan harus menjadi
wilayah perhatian dari Public Relations. Seperti dikatakan oleh Sen & Egelhoff
(1991): "lt is always important to show concem for the victim however, this must I
43
done in a credibie way: Statement have to be backed by actions. Good intentions
have to be actually implemented”.
2.5 LANDASAN TEORI
Teori pendukung dalam penelitian ini, secara garis besar terbagi atas tiga,
yakni teori Informasi Organisasi, Teori Budaya Organisasi dan Teori Manajemen
Krisis.
2.5.1 Teori Informasi Organisasi
Pendekatan Weick yang dikembangkan untuk menjelaskan proses
organisasi untuk mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan informasi yang
mereka terima. Daripada memfokuskan perhatian pada struktur organisasi dalam
kaitannya dengan peran dan aturan yang membimbing para anggota, Weick
menekankan proses pengorganisasian itu sendiri. Dalam melakukan hal tersebut,
fokus utamanya terletak pada pertukaran informasi yang terjadi dalam organisasi
itu dan cara anggota mengambil langkah-langkah untuk mengerti bahan tersebut.
Weick (1995) percaya bahwa organisasi berbicara dengan dirinya sendiri. Akhir
ini, anggota organisasi adalah istrumen dalam penciptaan dan pemeliharaan
pesan yang berarti.
Weick melihat organisasi sebagai sistem yang membingungkan atau
bentuk informasi yang ambigu. Oleh karena itu, menurut teori informasi organisasi,
organisasi akan berkembang karena mereka berusaha untuk menelaah diri
mereka sendiri dan lingkungan mereka. Teori ini mengarahkan perhatian kita ke
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengelola dan menggunakan informasi
yang diterima, sebuah organisasi perlu mengumpulkan masukan lain untuk
memahami informasi dan untuk memberikan respon yang tepat untuk orang atau
departemen.
44
Teori informasi organisasi adalah salah satu cara untuk menjelaskan
bagaimana organisasi menelaah informasi yang membingungkan atau ambiguitas.
Teori ini berfokus pada proses pengorganisasian anggota dari sebuah organisasi
untuk mengelola informasi daripada pada struktur organisasi itu sendiri.
1. Anggota organisasi hidup di lingkungan informasional
2. Informasi yang diterima oleh organisasi berbeda tergantung dalam hal
equivokasi
3. Anggota organisasi terlibat dalam pengolahan informasi untuk mengurangi
equivokasi informasi
Asumsi pertama, organisasi yang bergantung pada informasi untuk fungsi
secara efektif dan mencapai tujuan mereka. Weick dalam (Turner-West (2008)
melihat konsep informasi lingkungan sebagai distict dari lingkungan fisi dalam
suatu organisasi.
Asumsi kedua berfokus pada kemenduaan yang ada dalam informasi.
pesan. Suatu organisasi untuk menentukan kebutuhan dari para anggotanya yang
paling luas atau berpengalaman dalam berurusan dengan informasi yang
diperoleh.
Dalam upaya untuk mengurangi ketidakjelasan informasi, mengusulkan
bahwa organisasi terlibat dalam kegiatan bersama untuk membuat informasi yang
menerima lebih dimengerti
Mengurangi Equivokasi (ketidakjelasan): Mencoba untuk Menggunakan Informasi.
Menurut Weick dalam West-Turner (2008), organisasi berkembang melalui
tiga tahapan dalam upaya untuk mengintegrasikan aturan-aturan dan siklus
sehingga informasi dapat dengan mudah dimengerti dan bermakna.
45
1. Pengundangan: Mengundang Lingkungan
Merujuk kepada bagaimana informasi akan diterima dan diinterpretasikan
oleh organisasi. Menganalisis masukan yang diterima untuk menentukan
jumlah equivocality yang hadir dan memberikan informasi yang berarti.
2. Pilihan: Mengolah Masukan
Sekali organisasi yang telah bekerja dan berbagai aturan siklus baru untuk
menginterpretasikan masukan dalam informasi lingkungan, ia harus tahu
apa yang menganalisis dan memilih methode terbaik untuk mendapatkan
informasi tambahan untuk mengurangi tingkat equivockasi.
3. Ingatan: Mengingat hal-hal kecil
Sekali organisasi yang telah dibahas dan kemampuan untuk menangani
kemenduaan, ia menganalisis efektivitas peraturan dan siklus komunikasi
dan melakukan penyimpanan.
2.5.2 Teori Budaya Organisasi
Teori Budaya Organisasi awalnya dikaji oleh duo Michael Pacanowsky dan
Nick O’Donnel Trujillo yang mendasarkan penelitiannya pada ide yang lebih
dahulu dimiliki oleh Clifford Geertz, seorang Antropolog, mengenai kebudayaan.
Hal itulah yang menyebabkan teori ini tak terlepas dari pengaruh etnografi. Michael
Pacanowsky dan Nick O’Donnel Trujillo bertujuan memahami organisasi—
termasuk nilai-nilai, kisah, tujuan, praktik, dan filosofi perusahan—pada periode
waktu 1982 sampai tahun 1990 hingga tercetuslah organizational culture theory.
Seperti yang sudah dijabarkan di atas, duo Pacanowsky-Trujillo
menyatakan bahwa organisasi dapat lebih dipahami dengan menggunakan lensa
budaya sebuah ide yang pada mulanya diinisiatifkan oleh seorang Antropolog
46
ternama asal Amerika Serikat Clifford Geertz (Geertz juga sempat melakukan
penelitian di berbagai daerah di Indonesia).
Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan pada teori budaya organisasi
yaitu:
1. Anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi.
Asumsi pertama berhubungan dengan pentingnya orang di dalam
kehidupan organisasi. Secara khusus, individu saling berbagi dalam
menciptakan dan mempertahankan realitas. Individu-individu ini mencakup
karyawan, supervisor, dan atasan. Pada inti dari asumsi ini adalah yang
dimiliki oleh organisasi. Nilai adalah standar dan prinsip-prinsip dalam
sebuah buadanya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai
menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting.
Orang berbagi dalam proses menemukan nilai-nilai perusahaan.
Menjadi anggota dari sebuah organisasi membutuhkan partisipasi aktif
dalam organisasi tersebut. Makna dari simbol-simbol tertentu misalnya,
mengapa sebuah perusahaan terus melaksanakan wawancara terhadap
calon karyawan ketika terdapat sebuah rencana pemutusan hubungan
kerja besar- besaran dikomunikasikan baik oleh karyawan maupun oleh
pihak manajemen. Makna simbolik dari menerima karyawan baru ketika
yang lainnya dipecat tidak akan dilewatkan oleh pekerja yang cerdik;
mengapa memberikan uang pada karyawan baru ketika yang lama
kehilangan pekerjan mereka? Karyawan memberikan kontribusi dalam
pembentukan budaya organisasi. Perilaku mereka sangatlah penting
47
dalam menciptakan dan pada akhirnya mempertahankan realitas
organisasi.
2. Penggunaan dan intepretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi.
Realitas organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh simbol-
simbol, dan ini merupakan asumsi kedua dari teori ini. Perspektif ini
menggaris bawahi penggunaan simbol di dalam organisasi. Simbol
merupakan representasi untuk makna. Anggota-anggota organisasi
menciptakan, menggunakan, dan mengintrepetasikan simbol setiap hari.
Simbol-simbol ini sangat penting bagi budaya perusahaan. Simbol-simbol
mencakup komunikasi verbal dan nonverbal di dalam organisasi.
Seringkali, simbol-simbol ini mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi.
Simbol dapat berupa slogan yang memiliki makna. Sejauh mana simbol-
simbol ini efektif bergantung tidak hanya pada media tetapi bagaimana
karyawan perusahaan mempraktikannya.
Simbol Budaya Organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Kategori Umum Tipe / Contoh Spesifik
Simbol Fisik Seni, desain, logo, bangunan, dekorasi, pakaian, penampilan, benda material
Simbol Perilaku Upacara, ritual, tradisi, kebiasaan, penghargaan, hukuman
Simbol Verbal Anekdot, lelucon, jargon, nama, nama sebutan, penjelasan, kisah, mitos, sejarah
Tabel 4.5. Penggunaan dan intepretasi simbol dalam budaya organisasi
3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan dalam budaya ini juga beragam. Asumsi yang ketiga mengenai teori budaya organisasi berkaitan dengan
keberagaman budaya organisasi. Sederhana, budaya organisasi sangat
48
bervariasi. Persepsi mengenai tindakan dan aktivitas di dalam budaya-
budaya ini juga seberagam budaya itu sendiri. (West-Turner, 2008)
2.5.3 Teori Manajemen Krisis (Crisis Management Theory)
Keberhasilan manajemen krisis membutuhkan sebuah pemahaman
tentang bagaimana meminimalkan terjadinya krisis. Gonzales-Herrero and Pratt
membuat empat tahap dalam model manajemen krisis yaitu, manajemen isu,
perencanaan dan pencegahan, krisis, dan setelah krisis, Model ini mengidentifikasi
bagaimana krisis, apa penyebabnya dan akibat yang ditimbulkan.
Gonzales-Herrero dan Pratt (dalam Prayudi, 1998: 37) memperkenalkan
konsep strategi manajemen yang cukup lengkap dengan tetap mengacu pada
tahapan krisis yang sudah ada langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Manajemen isu
Pada tahapan ini perusahaan mengambil langkah-langkah agar bisa
mengadakan rencana pencegahan agar isu-isu tidak menjadi krisis yang
real.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Memonitor lingkungan, mencermati tren/isu baru di masyarakat yang
mungkin mempengaruhi perusahaan di masa datang.
b. Mengumpulkan data atas isu-isu yang berpotensi menjadi krisis dan
mengevaluasinya.
c. Mengembangkan strategi komunikasi dan berkonsentrasi pada usaha
mencegah terjadinya krisis.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan belajar dari
krisis yang dihadapi oleh perusahaan lain yang aktivitasnya sama dengan
perusahaan kita.
49
2. Perencanaan pencegahan
Perencanaan merupakan landasan dari manajemen krisis. Ketika isu
dipandang telah melewati batas-batas manjemen isu, ketika krisis
dianggap mengancam atau ketika isu berubah dengan cepat, perusahaan
harus menggunakan kumpulan informasi dan sistem peringatannya untuk
memonitor krisis dengan hati-hati. Ada beberapa langkah yang perlu
dilakukan dalam tahap ini antara lain:
a. Menyusun kebijakan proaktif mengenai isu tersebut
b. Menganalisa hubungan perusahaan dengan stakeholders
c. Mempersiapkan rencana kontingensi
d. Merancang anggota tim manajemen krisis yang potensial
e. Menunjuk dan melatih wakil organisasi (juru bicara)
f. Menentukan pesan, sasaran dan media yang akan digunakan dalam
menerapkan rencana komunikasi krisis.
3. Krisis Terjadi
Bila rencana pencegahan yang disusun tidak berhasil seperti yang
diharapkan, sehingga krisis tidak lagi terhindarkan. Langkah-langkah yang
diambil adalah:
a. Memperbaiki atau mengimplementasikan rencana krisis
b. Mengkomunikasikan tindakan yang diambil untuk mengatasi krisis
pada publik perusahaan
c. Menangani publik yang kena dampak
d. Mencari dukungan pihak ketiga dari para ahli
e. Menerapkan program komunikasi internal dan menjalankan program
f. sehari-hari dengan normal.
50
4. Pasca krisis
Organisasi biasanya mengambil langkah-langkah demi perbaikan dalam
menghadapi krisis di masa datang, seperti:
a. Tetap menjalin hubungan dengan publik perusahaan
b. Memantau isu atau krisis yang mengancam
c. Menginformasikan melalui media atau tindakan yang diambil, jika
dianggap perlu.
d. Evaluasi atau rencana krisis yang ada dan kemudian menyertakan
feedback atas rencana krisis yang ada
e. Mengembangkan strategi komunikasi jangka panjang untuk
mengurangi kerusakan yang diakibatkan krisis.
Berbagai strategi utama yang digunakan untuk mengantisipasi
berbagai krisis yang terjadi pada perusahaan pada hakekatnya sama pada
setiap perusahaan namun dalam penerapannya dapat menjadi berbeda-
beda dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan seperti luas
tidaknya dampak sebuahkrisis, waktu terjadinya krisis dan orientasi serta
karakteristik dari perusahaan dimana strategi tersebut diterapkan.
2.6 Penelitian Yang Relevan
Hanny Anggito Rini (2006) tentang Strategi Public Relations PT Duta Visual
Nusantara Tivi Tujuh Dalam Menghadapi Krisis. Menunjukkan bahwa PR sebagai
fungsi manajemen mengatur dan melaksanakan proses strategi PR dalam
menghadapi krisis kepercayaan pada kecelakaan yang menimpa Tim Ekspedisi
Papua-Jejak Petualang. Peranan PR dalam manajemen krisis dimulai dari
pendefinisian masalah, perencanaan dan program, aksi dan komunikasi, dan
51
evaluasi program. Pada masa krisis, PR harus selalu menjaga kepercayaan publik
dan reputasi perusahaan, serta menjaga situasi yang selalu positif dan tetap
tenang yaitu dengan memantau perkembangan berita-berita yang muncul di media
massa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara keseluruhan PR Department
TV7 sudah dapat melaksanakan fungsi dan peranannya dengan baik. Peneliti
menyarankan agar sebelum melaksanakan suatu program hendaknya
dipertimbangkan dan dipikirkan secara matang, sehingga pada saat hari H tidak
terjadi perubahan rencana secara mendadak.
Novie Amelia (2004) melakukan penelitian tentang Manajemen Krisis
(Studi Kasus Pengelolaan Krisis Oleh Public Relations PT Telkom Divisi Regional
II Jakarta Dalam Kasus Telkom Speedy . Penelitian kualitatif deskriptif ini bertujuan
mengetahui konsep manajemen krisis yang digunakan oleh Telkom Divisi
Regional II dalam kasus Telkom Speedy dan membandingkannya dengan teori
yang digunakan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori public
relations, krisis, dan manajemen krisis. Dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumenter, dapat disimpulkan bahwa krisis yang dapat menyerang siapa pun dan
kapan pun harus dikelola dengan baik menggunakan konsep manajemen krisis
yang tepat sehingga krisis dapat teratasi, dan dalam hal ini PT Telkom Divisi
Regional II merupakan salah satu contoh perusahaan yang mampu mengatasi
krisis dengan menggunakan konsep manajemen krisis yang tepat.
2.7 Kerangka Pikir
Kerangka adalah hasil pemikiran yang rasional berisi uraian yang bersifat
kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat
mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2004: 40). Kerangka
52
teoretik menggambarkan bagaimana permasalahan berikut teori yang sepadan
dalam suatu penelitian.
Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan maka dapat diketahui
bahwa untuk mengerti dan memahami strategi public relations dalam menangai
krisis perusahaan dalam hal ini kebijakan pemerintah tentang larangan rapat
pegawai pemerintah di hotel, maka peneliti menggunakan teori budaya organisasi,
teori informasi organisasi dan manajemen krisis yang didalamnya meliputi langkah
langkah dalam manajemen public relations.
Pada penelitian ini peneliti ingin melihat langkah langkah manajemen
public relations yang dilakukan pihak hotel. Munculnya Kebijakan Larangan PNS
Rapat di Hotel menyebabkan terjadinya krisis hunian sehingga dibuatlah strategi-
strategi yang disusun untuk mengatasi situasi krisis tersebut dengan
menggunakan proses manajemen public relations dan pendekatan pemasaran.
Pada akhirnya yang ingin dilihat adalah apakah proses manajemen yang dilakukan
public relations berhasil atau tidak berhasil mengatasi masalah yang terjadi di
tubuh perusahaan tersebut.
53
Berikut ini adalah gambar kerangka Strategi Public Relations di Hotel Hotel
di Kota Kendari.
BAGAN KERANGKA PIKIR
Krisis Hunian
Larangan PNS Rapat di Hotel
Mengembalikan Dan Menaikkan Tingkat
Hunian
PENANGANAN KRISIS II
Pendekatan Pemasaran
• Place
• Product
• Price
• Promotion
PENANGANAN KRISIS I
Pendekatan PR
• Fact Finding
• Planning
• Action
• Evaluation
Strategi Public Relations
Analisis Swot
54
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
jenis data kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
menggambarkan, memberikan informasi dan penjelasan tentang masalah yang
diteliti berdasarkan wawancara mendalam terhadap informan dengan metode
kasus yang bertujuan memperoleh pemahaman mendalam dan utuh. Metode
kualitatif menurut Bulaeng (2000) sebagai prosedur yang menghasilkan data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Penelitian deskriptif bertujuan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada.
2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi atau praktek-praktek
yang berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang (Jalaludin Rakhmat, 1995:25).
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, dari bulan April
sampai Juni 2015, yang mana pelaksanaannya akan dilakukan setelah
berakhirnya seminar proposal. Alasan waktu 3 bulan dianggap sudah cukup bagi
55
peneliti dalam menyelesaikan seluruh proses penelitian tersebut. Penelitian ini
akan dilaksanakan di Kota Kendari.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kota Kendari dengan pertimbangan
bahwa sektor perhotelan merupakan sebagai salah satu sumber pemasukan bagi
kota Kendari, selain itu pertumbuhan hotel-hotel yang banyak sebagai objek yang
akan diteliti oleh peneliti.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu :
1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan
menggunakan wawancara terhadap informan tentang bagaimana langkah-
langkah manajemen public relations para pengusaha perhotelan dalam
menyikapi larangan rapat Pegawai Negeri Sipil di Hotel di Kota Kendari.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui kajian pustaka,
dokumen dan khsusunya data yang memiliki hubungan dengan penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara mendalam (indepth interview)
Wawancara mendalam adalah temu muka berulang antara peneliti dan
subjek penelitian dalam rangka memahami pandangan subjek penelitian
mengenai hidupnya, pengalamannya ataupun situasi sosial sebagaimana
diungkapkan dalam bahasanya sendiri (Taylor dan Bogan, 1984).
56
Wawancara mendalam merupakan percakapan dua arah dalam suasana
kesetaraan, akrab dan informal. Wawancara mendalam bersifat luwes,
terbuka, tidak terstruktur dan tidak baku. Intinya ialah pertemuan berulang
kali secara langsung antara peneliti dan subjek penelitian. Wawancara
menurut Soetrisno Hadi, (2002: 224), yaitu cara mengumpulan data dengan
cara Tanya jawab dengan informan yang telah ditentukan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
2. Observasi
Yaitu peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek
penelitian atau lokasi penelitian untuk melihat kenyataan yang ada di tempat
penelitian. Mengumpulkan data dilapangan dengan mengadakan
pengamatan secara langsung peran dan juga strategi public relations para
pengusaha hotel dalam menyikapi pelarangan rapat Pegawai Negeri Sipil di
Hotel di Kota kendari..
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mencari dukungan data yang dapat
digunakan untuk melengkapi data penelitian yang terkait dengan konsep dan
objek penelitian yang bersifat kehidupan dan pengalaman budaya. Serta
mengumpulkan dokumentasi kegiatan penelitian untuk menggambarkan
kegiatan yang dilakukan selama penelitian.
57
3.6 Teknik Penentuan Informan
Informan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan tehnik Purposif
Sampling, yaitu memilih secara sengaja maksudnya peneliti menentukan sendiri
sampel yang diambil dengan pertimbangan bahwa yang bersangkutan
mengetahui dan memahami betul inti permasalahan yang sedang di teliti.
3.7 Informan Penelitian
Penelitian ini ingin menguraikan tentang “Strategi Public Relations
Perhotelan dalam Menyikapi Larangan Rapat Pegawai Negeri Sipil di Hotel Di Kota
Kendari. Dengan demikian, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: (1) Pengusaha/Public Relations Perhotelan Di Kota Kendari (2)
Ketua Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) (3). Kepala Dinas
Provinsi/Kota (4) Tamu Hotel.
No Informan Jumlah
1
2
3
4
Public Relations Hotel
Ketua PHRI Sultra
Kadis Provinsi/Kota Kendari
Tamu Hotel
3
1
4
7
JUMLAH 15
Tabel 3.7. Daftar Tabel Informan
3.8 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data dalam penelitian akan menggunakan metode seperti
yang dikemukakan oleh Moleong, Lexy, (2001) dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
1. Reduksi data
2. Penyajian data
3. Menarik kesimpulan
58
Verifikasi Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk proses
pemilihan, pengeditan, pemusatan, pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan dilapangan.
Dengan teknik tersebut, peneliti akan melakukan analisis yang diawali
dengan mengurangi/memisahkan data-data primer dan skunder yang dianggap
tidak perlu atau tidak berhubungan dengan fokus penelitian. Selanjutnya,
menyajikan data yang berhubungan dengan penelitian untuk dianalisis secara
mendalam dan dideskripsikan. Peneliti menggunakan beberapa tinjauan konsep
dan teori baik yang diambil dibuku, jurnal, ataupun tesis yang memudahkan proses
analisis data dan pembahasan temuan penelitian ini. Dari proses analisis, peneliti
kemudian menarik kesimpulan penelitian. Proses terkhir adalah pemusatan,
pengeditan dan penyerdehanaan penyajian data dan kesimpulan.
Selain itu juga menggunakan metode Analisis SWOT. Analisis SWOT
merupakan peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur S = Strengths
(kekuatan-kekuatan yang dimiliki), W = Weakness (Kelemahan-kelemahan yang
ada), O = Opportunities (Peluang-peluang yang mungkin bisa diperoleh), dan T =
Threats (Ancamaan-ancaman yang bisa ditemui). (Cangara, 2013: 103).
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis
Kota Kendari adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Pada
zaman kolonial Belanda Kendari adalah Ibukota Kewedanan dan Ibukota Onder
Afdeling Laiwoi. Kota Kendari pertama kali tumbuh sebagai Ibukota Kecamatan
dan selanjutnya berkembang menjadi Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II
berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959, dengan perkembangannya
sebagai daerah permukiman, pusat perdagangan dan pelabuhan laut antar pulau.
Luas kota pada saat itu ± 31.400 km².
Dengan terbitnya Perpu Nomor 2 Tahun 1964 Jo. Undang-Undang Nomor
13 Tahun 1964, Kota Kendari ditetapkan sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi
Tenggara yang terdiri dari 2 (dua) wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Kendari
dan Kecamatan Mandonga dengan luas Wilayah ± 75,76 Km².
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1978, Kendari
menjadi Kota Administratif yang meliputi tiga wilayah kecamatan yakni Kecamatan
Kendari, Mandonga dan Poasia dengan 26 kelurahan dan luas wilayah ± 18.790
Ha. Mengingat pertumbuhan dan perkembangan Kota Kendari, maka dengan
keluarnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1995 Kota Kendari ditetapkan menjadi
Kota Madya Daerah Tingkat II Kendari, dengan luas wilayah mengalami
perubahan menjadi 296 Km².
Wilayah Kota Kendari terletak di sebelah Tenggara Pulau Sulawesi.
Wilayah daratannya terdapat di daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk
60
Kendari. Terdapat satu pulau pada wilayah kota Kendari yang dikenal sebagai
Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 267,37 Km2 atau 0,7
persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam. Kecamatan Baruga
merupakan wilayah kecamatan yang paling luas (17,95%), selanjutnya
Kecamatan Abeli (16,40%), Kecamatan Puuwatu (14,86%), Kecamatan Poasia
(14,12%), Kecamatan Kambu (9,21%), Kecamatan Mandonga (7,77%),
Kecamatan Kendari Barat (7,15%), Kecamatan Kendari (5,86%), Kecamatan
Wua-Wua (4,17%), dan Kecamatan Kadia (2,51%).
Wilayah Kota Kendari dengan ibu kotanya Kendari dan sekaligus juga
sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara astronomis terletak di
bagian selatan garis khatulistiwa berada di antara 3o 54` 30``- 4o 3` 11``
Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122o 23`-
122o 39` Bujur Timur. Dilihat dari posisi geografisnya, Kota Kendari dibatasi
oleh :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe;
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kendari;
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan;
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan.
Wilayah administrasi Kota Kendari terdiri atas 10 wilayah Kecamatan,
yaitu Kecamatan Mandonga, Kecamatan Baruga, Kecamatan Puuwatu,
Kecamatan Kadia, Kecamatan Wua-Wua, Kecamatan Poasia, Kecamatan
Abeli, Kecamatan Kambu, Kecamatan Kendari dan Kecamatan Kendari Barat
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 5 s/d 14 Tahun 2005
61
yang selanjutnya terbagi menjadi 64 kelurahan. Kota Kendari terdiri dari 10
kecamatan dan 64 kelurahan, yaitu:
1. Kecamatan Abeli, ibukotanya Abeli, terdiri dari 13 kelurahan.
2. Kecamatan Baruga, ibukotanya Baruga, terdiri dari 4 kelurahan.
3. Kecamatan Kendari, ibukotanya Kandai, terdiri dari 9 kelurahan.
4. Kecamatan Kendari Barat, ibukotanya Benu-Benua, terdiri dari 9 kelurahan.
5. Kecamatan Mandonga, ibukotanya Mandonga, terdiri dari 6 kelurahan.
6. Kecamatan Poasia, ibukotanya Andounohu, terdiri dari 4 kelurahan.
7. Kecamatan Kadia, ibukotanya Kadia, terdiri dari 5 kelurahan.
8. Kecamatan Wua-Wua, ibukotanya Wua-Wua, terdiri dari 4 kelurahan.
9. Kecamatan Kambu, ibukotanya Kambu, terdiri dari 4 kelurahan.
10. Kecamatan Puwatu, ibukotanya Puwatu, terdiri dari 6 kelurahan.
Diagram Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan
Sumber : Olahan Data Primer, 2015
62
Menyikapi tuntutan tetap tegaknya semangat reformasi, maka
penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Kota Kendari dilaksanakan dengan
bertumpu pada prinsip demokratis, partisipatif, transparansi dan akuntabel
dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance).
4.1.2 Keadaan Iklim
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota Kendari hanya
dikenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan. Keadaan musim
sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayahnya.
Menurut data yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Kendari tahun 2013 terjadi 166 hari
hujan dengan curah hujan 2.619 mm. Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan
dan daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk
masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota
Kendari merupakan daerah bersuhu tropis.
Menurut data yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, selama tahun 2013 rata-rata
suhu udara maksimum 31,9 oC dan rata-rata suhu udara minimum 23,8 oC.
Tekanan udara rata-rata 1011,4 millibar dengan kelembaban udara rata-rata
83,8 persen. Rata-rata Kecepatan angin selama tahun 2013 pada umumnya
berjalan normal, mencapai 1,70 m/detik.
63
4.1.3 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di Kota Kendari menunjukan jumlah yang terus-menerus
meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah penduduk ini terjadi dengan
tingkat pertumbuhan yang relatif berbeda untuk setiap kecamatan yang terdapat
di kota Kendari. Pertumbuhan jumlah penduduk juga terjaddi dengan laju
pertumbuhan penduduk yang terus-menerus meningkat secara presentasenya.
Penduduk kota Kendari
Berdasarkan Sensus Penduduk 2000 berjumlah 205.240 jiwa. Ketika
dilakukan Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) pada tahun 2005, diketahui
jumlah penduduk kota Kendari meningkat menjadi 226.056 jiwa. Jumlah
penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat sebanyak 289.966
jiwa.
Jumlah Penduduk Tahun 2013 adalah sebesar 314.126 jiwa. Penduduk
tersebut tersebar dengan persebaran yang tidak merata. Pada tahun 2013,
sebanyak 14,80 persen penduduk kota Kendari tinggal di wilayah Kendari
Barat, hanya 6,68 persen tinggal di Kecamatan Baruga, dan selebihnya
tersebar pada 8 kecamatan dengan persebaran yang bervariasi. Di samping
itu, dilakukan penghitungan kepadatan penduduk pada masing-masing wilayah
Kecamatan. Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per km persegi.
Kadia merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu
sebesar 6.336 jiwa per km2 sedangkan Baruga merupakan kecamatan dengan
kepadatan penduduk paling rendah yaitu sebesar 437 jiwa per km2.
Bila dilihat berdasarkan rasio jenis kelamin, di kota Kendari terdapat
lebih banyak penduduk laki-laki dari pada perempuan. Rasio jenis kelamin
adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya
64
penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya
dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 perempuan. Rasio
jenis kelamin penduduk Kota Kendari sebesar 101,98 Atau dengan kata lain,
terdapat 101,98 penduduk laki-laki untuk tiap 100 penduduk perempuan.
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan
tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Secara
umum, laju pertumbuhan penduduk kota Kendari sebesar 3,039 persen per
tahun.
4.1.4 Kondisi Pemerintahan
Kota Kendari dikepalai oleh seorang Walikota, dala melaksanakan
tugasnya, selain didampingi oleh wakilnya, Walikota Kendari dibantu oleh
Sekretaris Wilayah Kota yang membawahi beberapa Asisten, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), dan Inspektorat Wilayah
Daerah serta dibantu oleh berbagai instansi dinas/vertikal yang masing-masing
mempunyai lingkup tugas yang berbeda-beda.
Di setiap kecamatan dan kelurahan, Walikota Kendari mendudukkan
masing-masing seorang Camat dan seorang Lurah dalam upaya untuk
membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan dan kemasyarakatan sampai
ke bawah. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan pendekatan pengelolaan
yang strategis antara permasalahan internal dan tantangan eksternal bagi Kota
Kendari, diperlukan suatu cara pandang bersama para pengelola
kebijaksanaan maupun pelaku pembangunan Kota (Stakeholders) bagi masa
depan Kota Kendari, dalam suatu Visi, Misi, Kebijaksanaan dan Strategi
(Vimistra) Pembangunan Kota Kendari.
65
Visi, misi, kebijakan dan program RPJM Daerah Kota Kendari disusun
sebagai penjabaran dari visi dan misi pasangan Walikota dan Wakil Walikota
terpilih. Visi dan misi tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk dokumen
perencanaan dengan memperhatikan kondisi, gambaran umum daerah maupun
kebijakan pengembangan pembangunan kota serta mengacu pada RPJP Kota
Kendari (Perda Nomor 10 Tahun 2001).
4.1.5 Kebijakan Tentang Larangan PNS Rapat di Hotel
Untuk mencapai misi yang diemban, ditetapkan tujuan dan strategi
kebijakan dengan mempertajam fokus yang ingin dicapai dari masing-masing
misi yang didukung oleh aturan (melalui Perda), studi-studi, perencanaan yang
terpadu, sistim kelembagaan serta berbagai upaya agar misi dapat tercapai
secara maksimal.
Dalam prakteknya pada pelaksanaan pemerintahan daerah pada tahun
2013, di kota Kendari terdapat 7.750 pegawai yang berstatus Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kota Kendari, Jumlah PNS
perempuan lebih banyak dibandingkan PNS laki-laki.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil terbanyak di Kota Kendari berasal dari lingkup
pendidikan yang berjumlah 3955 orang, sementara jumlah PNS dari bidang
pemerintahan berjumlah 2164 orang, kemudian jumlah PNS di bidang kesehatan
berjumlah 833 orang serta Jumlah PNS Kecamatan berjumlah 798 orang.
Sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini.
66
Tabel 4.2 Jumlah PNS Pemerintah Kota Kendari
NO Lingkup Satuan Kerja PNS Jumlah
1 PNS Lingkup Pemerintahan 2164
2 PNS Kecamatan dan Kelurahan 798
3 PNS Kesehatan 833
4 PNS Pendidikan 3955
JUMLAH 7.750
Sumber : Olahan Data Primer, 2015
Seiring dengan pergantian pemerintahan di Indonesia pada tahun 2014,
Presiden Joko Widodo datang dengan sejumlah kebijakan baru salah satunya
yaitu kebijakan penghematan anggaran pemerintah di berbagai sektor. Salah satu
bentuk penghematan yang dilakukan adalah melakukan penghematan dan
pemanfaatan anggaran belanja perjalanan dinas dan meeting/konsinyering
Kementerian/Lembaga (K/L) Tahun Anggaran 2015.
Melaksanakan intruksi dari Presiden terkait penghematan anggaran
tersebut kemudian Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Yuddy Chrisnadi mengeluarkan kebijakan terkait hal tersebut yang
kemudian dituangkan dalam bentuk Surat Edaran Nomor 11 Tahun 2014 disitu
dijelaskan mengenai Pembatasan Kegiatan Pertemuan/Rapat Di Luar Kantor yang
kini sudah diubah menjadi Keputusan Menteri No 14 Tahun 2015. Surat Edaran
tersebut isinya berupa larangan melakukan rapat di luar kantor seperti di
hotel/villa/cottage/resort demi menghemat pengeluaran negara. Yang kemudian
resmi diberlakukan pada tanggal 1 Desember 2014 di semua intansi milik
pemerintah.
4.1.6 Sektor Jasa Perhotelan Di Kota Kendari
Hotel merupakan badan usaha akomodasi atau perusahaan yang
menyediakan pelayanan bagi masyarakat umum dengan fasilitas jasa
penginapan, penyedia makanan dan minuman, jasa layanan kamar, serta jasa
67
pencucian pakaian. Fasilitas ini diperuntukan bagi mereka mereka yang bermalam
di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang
dimiliki hotel itu. Pertumbuhan hotel di kota Kendari dari tahun ke tahun terus-
menerus mengalami peningkatan seiring dengan tingginya tingkat perekonomian
di Kota Kendari sebagai ibukota provinsi Sulawesi Tenggara. Sektor perhotelan
merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan pemasukan terbesar dalam
dari pajak untuk Kota Kendari. Hotel di Kota Kendari sendiri berjumlah sebanyak
140 buah Hotel dengan total jumlah kamar sekitar 2782 kamar.
Tabel 4.3 Jumlah Hotel/Akomodasi Di Kota Kendari Hingga Tahun 2014
No KECAMATAN JUMLAH HOTEL JUMLAH KAMAR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Abeli Baruga Kendari Kendari Barat Mandonga Poasia Kadia Wua-wua Kambu Puwatu
1 8 1 45 32 8 29 9 3 4
7 118 9
927 722 128 627 125 80 39
TOTAL 140 2782
Sumber : BPS Kota Kendari, 2015.
4.1.7 Gambaran Umum Hotel Yang Menjadi Objek Penelitian
Dalam penelitian ini ada tiga hotel yang dipilih oleh peneliti yang
didalamnya terdapat petugas public relations yang dijadikan sebagai objek dalam
penelitian ini. Adapun gambaran umum hotel tersebut sebagai berikut :
1. Hotel Grand Clarion Kendari
Hotel Grand Clarion Kendari yang merupakan hotel rantai yang dimiliki oleh
Grand Clarion Group. Hotel Grand Clarion Kendari resmi beroperasi pada
tanggal 12 Desember 2013. Berdiri dengan konsep hotel bintang empat, Hotel
Clarion berdiri disamping Teluk Kendari di wilayah tenggara Sulawesi tersebut
68
dengan fasilitas lengkap. Seperti Restoran, Kolam Renang, Gym, Spa serta
sarana Entertainment dan memiliki kamar berjumlah 258 kamar. Hotel ini
terletak 3.8 km dari pusat kota dan menyediakan kemudahan akses ke fasilitas-
fasilitas penting kota ini.
2. Swiss-Bell Hotel Kendari
Swiss-Bell Hotel Kendari diresmikan sebagai cabang yang ke- 58 Swiss-
Belhotel International Group yang merupakan pemilik jaringan Hotel Swiss-
Belhotel yang cabangnya berada di seluruh dunia.
Swiss-Belhotel Kendari berada di Jalan Edisabara No 8 bypass Kota
Kendari. Untuk Fasilitasnya sendiri, Hotel ini memiliki 109 kamar yang terdiri
atas Superior, Deluxe, Grand Deluxe, Junior Suite, Executive Suite dan
Presidential Suite. Untuk fasilitas perhelatan atau perjamuan, hotel ini memiliki
3 ballroom dan terdapat fasilitas kolam renang. Setiap kamar dirancang dengan
desain minimalis modern serta fasilitas lengkap dengan pemandangan teluk
Kendari yang indah merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Swiss-
Belhotel Kendari.
3. Hotel Horison Kendari
Hotel Horison Kendari merupakan salah satu hotel yang dimiliki oleh PT
Metropolitan Golden Management (MGM) dengan konsep hotel bintang tiga.
Hotel ini berdiri di jalan Ahmad Yani kota Kendari dan terletak di pusat kota
Kendari.
Hotel Horison memiliki 58 kamar dengan beberapa jenis kelas
dan ballroom yang disediakan untuk perhelatan acara seperti pesta pernikahan,
rapat ataupun acara lain dan juga fasilitas restoran.
69
4.2 Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah mereka yang
bertanggung jawab secara langsung terhadap penerapan Strategi Public Relations
Hotel dan juga beberapa informan pendukung yang dapat memberikan tambahan
informasi untuk mendukung penelitian. Berikut profil informan dalam penelitian ini:
DAFTAR NAMA INFORMAN
No Nama Jabatan Instansi/Organisasi
1 Mey Cristien Public Relations Officer Hotel Clarion Kendari
2 Tenri Mayasari Public Relations Officer Swiss-Belhotel Kendari
3 Sartika Public Relations Officer Hotel Horison Kendari
4 Hendra Sukarno Ketua PHRI Sultra PHRI Sultra
5 Burhanuddin Kepala Dinas Dinas ESDM Sulwesi
Tenggara
6 Asrum Tombili Kepala Dinas Dinas Kesehatan
Sulawesi Tenggara
7 Muhammad Natsir Kepala Dinas Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi
Tenggara
8 Jabaruddin Kabid Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Sulawesi
tenggara
9 Usman Sulaeman Pegawai Negeri Sipil Masyarakat
10 Waode Emildayanti Pegawai Negeri Sipil Masyarakat
11 Muhammad Syahrir Tamu Hotel Masyarakat
12 Miswar Tamu Hotel Masyarakat
13 Nurhijjah Tamu Hotel Masyarakat
14 Adi Nugroho Tamu Hotel Masyarakat
15 Herry Setiawan M Tamu Hotel Masyarakat
Sumber : Olahan Data primer, 2015.
4.3 Pelaksanaan Manajemen Public Relations Hotel di Kota Kendari
Dalam Menangani Krisis terkait Larangan PNS Rapat di Hotel
Public Relations sebagai salah satu fungsi manajemen yang memahami
atau mengetahui keberadaan dan menegaskan hubungan bersama di antara
organisasi dengan berbagai publiknya yang menentukan keberhasilan atau
70
kegagalan organisasi tersebut. Sebuah organisasi atau perusahaan memerlukan
hubungan dengan publiknya (orang ramai) sebab dalam analisis terakhir, publik
yang menentukan keberadaan organisasi tersebut. Apakah organisasi tersebut
sebuah organisasi perniagaan (Perusahaan), organisasi masyarakat (Ormas)
dukungan dari publik menentukan sejauh mana ia dapat bergerak objektif atau
tujuannya. Tanpa dukungan publik, organisasi yang menjual produk tidak akan
mendapat pelanggan atau konsumen, demikian juga organisasi masyarakat tidak
akan mendapat respon positif dari masyarakat atau publik.
Sebagai sebuah organisasi atau perusahaan harus tetap bergantung pada
dukungan publik dan lingkungan, maka organisasi yang berkenaan perlulah
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Menurut Morgan (1986), untuk
sebuah organisasi dapat terus ada atau terwujud, ia mestilah mencapai sebuah
hubungan yang harmonis dengan lingkungannya dan disinilah Public Relations
diperlukan.
Fungsi public relations sebagai fungsi manajemen. Pelaksanaan pekerjaan
public relations akan menggunakan konsep-konsep manajemen untuk
mempermudah pelaksanaan tugas-tugasnya. Public relations merupakan titik
terpenting dalam sebuah perusahaan dalam melakukan serta beperan sebagai
jembatan perusahaan terhadap dunia luar maupun sebaliknya yaitu komunikasi
internal dan eksternal (Cutlip, Center, &. Broom, 2009).
Untuk mengetahui mengenai surat edaran ini dapat dilihat dari hasil
wawancara dengan Burhanudin selaku Kepala Dinas Pertambangan dan Energi
Sulawesi Tenggara sebagai berikut :
“...Surat edaran yang waktu itu berupa himbauan untuk menghentikan kegiatan
rapat di luar kantor seperti pertemuan atau rapat di Hotel yang selama ini biasa
dilakukan, dengan catatan selama di kantor tersedia fasilitas ruang pertemuan
yang memadai, aturan itu mulai berlaku pada akhir tahun lalu tujuannya itu untuk
71
pengematan anggaran sesuai dengan program dari pemerintah pusat, tapi kan
sekarang aturan tersebut sudah diganti menjadi Peraturan Menteri pada april lalu
sudah memperbolehkan kegiatan rapat di luar kantor dengan syarat-syarat
tertentu (Wawancara, 04 Juni 2015) .”
Pernyataan mengenai surat edaran tersebut juga dijelaskan oleh Hendra
Soekarno selaku Ketua PHRI Sulawesi Tenggara sebagai berikut :
“...Waktu larangan itukan surat edaran, surat edaran menteri itukan belum jadi
Kepmen, bahwa surat surat edaran itu mengatakan PNS dilarang atau dihimbau
untuk tidak menggunakan fasilitas hotel dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan. Dan hal ini kan sempat menjadi polemik di Indonesia yang akhirnya
surat edaran itu dicabut, dan diubah menjadi sebuah Kepmen No 6 Tahun 2015
yang memperbolehkan PNS menggunakan sarana hotel ketika mengadakan
kegiatan sosialisasi maupun rapat rapat hanya disitu ada ketentuan-ketentuan
sebagai petunjuk teknis pelaksanaan (Wawancara, 25 Juni 2015).”
Kebijakan pemerintah dalam Surat Edaran Nomor 11 Tahun 2014 yang
berupa larangan rapat PNS di hotel sebagai salah satu bentuk penyampaian
infromasi dalam bentuk perintah yang ditujukan kepada para PNS untuk segera
dilaksanakan. Di satu sisi kebijakan ini memang baik bagi pemerintah dalam hal
ini penghematan anggaran negara namun di sisi lain Surat Edaran ini berdampak
besar bagi pihak lain terutama bagi pengusaha perhotelan yang secara langsung
sebagai penyedia fasilitas bagi instansi seperti yang disebutkan dalam surat
edaran.
Munculnya Surat Edaran ini membuat protes keras dilakukan oleh pihak
perhotelan di seluruh Indonesia tak terkecuali di Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
Penyebabnya adalah kebijakan yang dikeluarkan Menteri Pemberdayaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi ini dapat menurunkan tingkat pendapatan
perhotelan sebab banyak hotel yang pendapatannya bergantung dari adanya
kegiatan Rapat atau pertemuan yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil di Hotel.
Gelombang Protes terus menerus dilakukan oleh pihak Perhotelan terkait
72
kebijakan tersebut, hingga berbagai media massa di Indonesia ramai
memberitakan penerapan kebijakan tersebut.
Gambar 4.3.1 Salah satu bentuk protes dari Manajemen dan Karyawan Hotel Di Kota
Kendari Menentang Surat Edaran Pelarangan Rapat PNS Di Hotel
Imbas penerapan Kebijakan yang berlaku pada akhir desember 2014
tersebut sudah dirasakan oleh para pengusaha perhotelan khususnya di Kota
Kendari, dimana aksi penolakan dilakukan oleh pihak perhotelan dibawah
naungan PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) wilayah Sulawesi
Tenggara dengan menggelar demo besar-besaran di depan Kantor DRPD
Sulawesi Tenggara dan juga didepan Kantor Walikota Kota Kendari sebab
menurut pihak hotel imbas dari kebijakan tersebut berdampak sangat besar bagi
pendapatan Hotel serta menyebabkan terjadinya PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja) Karyawan secara besar-besaran akibat minimnya pendapatan Hotel.
Seperti yang dijelaskan oleh Hendra Sukarno selaku Ketua PHRI Sulawesi
Tenggara sebagai berikut :
“....Kami memang demo lebih tepatnya aksi damai saya katakan sebagai bentuk
protes atas kebijakan menteri itu, saya sendiri yang pimpin ketika itu. Hal yang
kami sampaikan yaitu menolak kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah itu
sebab kebijakan itu sangat tidak memihak kepada rakyat, memang tujuan dari
Surat Edaran itu baik untuk mengemat anggaran pemerintah tapi dengan adanya
73
pelarangan melakukan rapat di hotel itu sama saja membatasi pendapatan kami
sebagai pengusaha hotel, sementara sektor yang kami terima salah satunya dari
pemerintah (Wawancara, 25 Juni 2015).”
Pesan merupakan bentuk komunikasi baik lisan maupun tertulis, yang
dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi inti dari setiap proses
komunikasi yang terjalin. Setiap pesan yang disampaikan biasa menimbulkan
umpan balik (feedback) dari penerima pesan tersebut. Efek dari informasi larangan
rapat PNS di hotel tidak hanya diterima oleh para Aparatur Sipil Negara atau PNS
sebagai pelaksana dari informasi tersebut tetapi efek dari informasi tersebut juga
dirasakan oleh para pengusaha Perhotelan sebab dampak dari Informasi
pelarangan rapat di hotel juga berhubungan dengan hotel dan hal tersebut sangat
mempengaruhi tingkat okupansi Hotel tersebut yang berakibat pada turunnya
pendapatan hotel. Seperti yang dijelaskan oleh Hendra Sukarno selaku Ketua
PHRI Sulawesi Tenggara sebagai berikut :
“....Kalau bicara mengenai dampak yang pernah terjadi akibat surat edaran itu,
hampir seluruh tingkat hunian bisa turun empat puluh persen itu bahkan lebih dan
itu bukan hanya di Kota Kendari saja ya tapi seluruh Sulawesi Tenggara, karena
sebagian besar pendapatan hotel-hotel di Sulawesi Tenggara itu juga kota Kendari
lebih banyak disumbangkan dari kegiatan Pemerintahan kemudian lainnya seperti
swasta (Wawancara, 25 Juni 2015).”
Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari informan lain, M. Natsir selaku
Kadis Pertanian dan Peternakan Provinsi Sultra, sebagai berikut :
“…Mengadakan rapat di hotel memang biasa dilakukan oleh instansi pemerintah
tapi itu jika pesertanya banyak misalnya berjumlah hingga ratusan dan perlu
akomodasi lain misalnya penginapan. Karena disini saya pikir belum ada fasilitas
milik pemprov yang memadai untuk itu jika pesertanya rapatnya itu berjumlah
ratusan orang. Maka perlu dilakukan di hotel yang fasilitasnya mungkin cukup
untuk itu (Wawancara, 02 Juli 2015).”
Menurut Marlina Endy dalam buku Panduan Perancangan Bangunan
Komersial (2008, p.52), hotel bisnis merupakan hotel yang dirancang untuk
mengakomodasi tamu yang mempunyaitujuan bisnis. Lokasi hotel bisnis biasanya
74
berada di pusat kota, posisinya berdekatan wilayah perkantoran atau area
perdagangan. Hotel jenis ini juga dengan nama Commercial Hotel atau City Hotel.
Adapun Fasilitas yang disediakan hotel bisnis berupa fasilitas lengkap yang
berfokus dalam mendukung untuk kegiatan bisnis khususnya untuk kegiatan
Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE). Fasilitas yang tersedia
antara lain ballroom, banquet room, dan business center denganfasilitas
pendukung lainnya seperti restoran, bar & café, pusat kebugaran &spa, kolam
renang, dan sebagainya (Kusumo, 2012)
Hotel itu sendiri terutama hotel bisnis memiliki struktur organisasi yang
kompleks dimana di dalamnya terdapat banyak divisi atau departemen. Setiap
hotel besar memiliki divisi marketing untuk memasarkan produk hotel mereka.
Dan dalam struktur organisasi hotel biasa terdapat posisi public relations
sebagai salah satu pelaksana komunikasi dan biasa juga menjalankan fungsi
marketing dalam manajemen hotel. Dalam manajemen Public Relations, seorang
praktisi public relations dalam melaksanakan program public relations harus
terdiri atas empat langkah kegiatan atau sering juga disebut dengan empat
langkah pemecahan masalah public relations. Keempat langkah kegiatan inilah
yang menjadi fungsi manajemen Public Relations. Keempat langkah itu yaitu,
menentukan masalah (defining the problem), perencanaan dan penyusunan
program (planning and programming), melakukan tindakan dan berkomunikasi
(taking action and communicating) dan evaluasi program (evaluating the
program). Disini peneliti melakukan penelitian dengan mengamati aktivitas
manajemen Public Relations dalam menghadapi krisis hunian terkait larangan
rapat PNS di hotel di tiga hotel di Kota kendari yaitu Hotel Swiss Bell Kendari, Hotel
75
Clarion Kendari dan Hotel Horison Kendari yang memiliki karyawan yang bertugas
sebagai seorang Public Relations Hotel.
a. Analisis SWOT Hotel
Analisis SWOT merupakan salah satu bagian dari penetapan strategi. Analisis
SWOT merupakan peralatan untuk mengukur S = Strengths (Kekuatan-kekuatan
yang dimiliki), W = Weakness (Kelemahan-kelemahan yang ada), O =
Opportunities (Peluang yang ada), T = Threats (ancaman-ancaman yang bisa
ditemui (Cangara, 2013:103).
Adapun manfaat dari analisis SWOT terhadap objek yang diteliti dalam hal ini
Hotel Swiss-Bell Kendari, Hotel Grand Clarion dan Hoitel Horison adalah SWOT
untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan suatu perusahaan (hotel) dilihat
dari kondisinya, kemudian juga melihat peluang yang bisa raih serta ancaman
yang ada terkait keberlangsungan bisnis perhotelan di kota Kendari.
Tabel Perbandingan Analisis SWOT Hotel Swiss-Bell Hotel, Hotel Clarion dan Hotel Horison di Kota Kendari.
Swiss-Bell Hotel Hotel Clarion Hotel Horison
STRENGTHS
(KEKUATAN)
STRENGTHS
(KEKUATAN)
STRENGTHS
(KEKUATAN)
1. Hotel Rantai
2. Memiliki sarana
hiburan lengkap
3. Fasilitas Lengkap
4. Pelayanan
5. Media Promosi yang
cukup banyak
1. Hotel Rantai
2. Memiliki sarana hiburan
lengkap
3. Fasilitas Lengkap
4. Pelayanan
5. Media Promosi yang
cukup banyak
1. Hotel Rantai
2. Letak Posisi strategis di
pusat kota dan
pemerintahan
3. Pelayanan
4. Lokasi yang ramai
76
WEAKNESS
(KELEMAHAN)
WEAKNESS
(KELEMAHAN)
WEAKNESS
(KELEMAHAN)
1. Jauh dari pusat
keramaian
2. Lokasi tidak dilalui
kendaraan umum
3. Keterampilan (Skill)
promosi tiap karyawan
yang berbeda
4. Layanan koneksi
internet (wifi) sering
bermasalah
1. Lokasi tidak dilalui
kendaraan umum
2. Hotel Baru
3. Kurang memaksimalkan
media sosial dan web
4. Lokasi Jauh dari pusat
keramaian
1. Tidak memiliki situs
internet
2. Fasilitas kurang
lengkap
3. Media Promosi kurang
4. Budget Promosi yang
kurang
5. Kurang
memaksimalkan media
sosial dan website
OPPORTUNITY
(KESEMPATAN)
OPPORTUNITY
(KESEMPATAN)
OPPORTUNITY
(KESEMPATAN)
1. Keadaan kota Kendari
yang relatif aman
2. Pertumbuhan ekonomi
Kota Kendari
3. Pembangunan pusat-
pusat perbelanjaan dan
hiburan di kota Kendari
4. Perkembangan
Teknologi
5. Peningkatan
pemakaian ruangan
hotel untuk acara
(event) tertentu
1. Keadaan kota Kendari
yang relatif aman
2. Pertumbuhan ekonomi
Kota Kendari
3. Pembangunan pusat-
pusat perbelanjaan dan
hiburan di kota Kendari
4. Perkembangan
Teknologi
5. Peningkatan pemakaian
ruangan hotel untuk
acara (event) tertentu
1. Keadaan kota Kendari
yang relatif aman
2. Pertumbuhan ekonomi
Kota Kendari
3. Pembangunan pusat-
pusat perbelanjaan dan
hiburan di kota Kendari
4. Perkembangan
Teknologi
5. Peningkatan
pemakaian ruangan
hotel untuk acara
(event) tertentu
THREATS
(ANCAMAN)
THREATS
(ANCAMAN)
THREATS
(ANCAMAN)
1. Persaingan harga
2. Perang Promosi
3. Kebijakan Pemerintah
4. Strategi kompetitor
5. Berdirinya Hotel Baru
di sekitar lokasi hotel
1. Persaingan harga
2. Perang Promosi
3. Kebijakan Pemerintah
4. Strategi kompetitor
5. Berdirinya Hotel Baru di
sekitar lokasi hotel
1. Persaingan harga
2. Perang Promosi
3. Kebijakan Pemerintah
4. Strategi kompetitor
5. Berdirinya Hotel Baru di
sekitar lokasi hotel
77
Matriks SWOT Gabungan Hotel-Hotel di Kota Kendari
KEKUATAN
STRENGHTS (S)
KELEMAHAN
WEAKNESS (W)
1. Hotel Rantai 2. Letak Posisi strategis di
pusat kota dan kawasan hiburan
3. Pelayanan yang bagus 4. Fasilitas yang ditawarkan
cukup Lengkap
1. Media Promosi kurang 2. Kurang memaksimalkan
penggunaan teknologi informasi seperti website dan media sosial sebagai sarana promosi
3. Lokasi yang jauh dari bandara
PELUANG
OPPORTUNIES (O)
1. Keadaan kota Kendari yang relatif aman
2. Pertumbuhan ekonomi Kota Kendari kearah yang lebih baik
3. Pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan di kota Kendari
4. Perkembangan Teknologi
5. Peningkatan pemakaian ruangan hotel untuk acara (event) tertentu
ANCAMAN
THREATS (T)
1. Kebijakan
Pemerintah
2. Tumbuhnya Hotel-
Hotel Yang
menawarkan layanan
sejenis.
78
3. Perang Promosi
dengan hotel-hotel
lain
4. Strategi dari
kompetitor
5. Persaingan
tarif/harga antar hotel
b. Penemuan Fakta (Fact Finding)
Di tahap ini pada dasarnya menimbulkan pertanyaan “apakah yang
terjadi sekarang?” Dalam hal ini public relations perlu melakukan
menganalisis situasi yang ada hubungannya perusahaan. Tahapan Fact
Finding mendefinisikan masalah yang dihadapi oleh sebuah organisasi yang
kemudian dijadikan sebagai dasar acuan untuk penyusunan langkah
selanjutnya bagi Public Relations dan juga sebagai masukan bagi pihak
manajemen sendiri.
Permasalahan yang dialami oleh para pengusaha perhotelan bermula
ketika Kebijakan pelarangan rapat PNS di hotel yang melalui surat Edaran
Nomor 11 tahun 2014 yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya protes yang dilakukan oleh para pengusaha perhotelan
terkait dengan Surat Edaran tersebut yang banyak dimuat di berbagai media-
media nasional. Surat Edaran tersebut sangat memiliki kaitan erat dengan
hotel-hotel yang mengandalkan sektor kegiatan pemerintah sebagai salah
satu pendapatannya. Pada awal bulan Desember, pemerintah
memberlakukan kebijakan mengenai penghentian segala macam aktivitas
kegiatan pemerintah seperti rapat yang biasa dilakukan di hotel yang
dituangkan dalam Surat Edaran Nomor 11 tahun 2014. Kebijakan
pelarangan rapat menurut pemerintah pusat terbukti berhasil melakukan
penghematan anggaran negara, sesuai dengan pernyataan dari Menteri
79
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnadi
yang dikutip dalam sebuah wawancara di sebuah media sebagai berikut :
“...Dalam dua bulan saja sampai awal Februari penghematan karena rapatnya
di internal di kantor pemerintah mencapai Rp 5,12 triliun. Ini masih terus
dihitung, dan akan makin besar penghematannya. Itu data resmi dari BPKP,
ini sesuatu yang baik” (bisnis.liputan6.com, 2015).
Diberlakukannya kebijakan pelarangan Rapat PNS di hotel, membuat
para pengusaha hotel di Sulawesi Tenggara yang juga tergabung dalam
PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Sulawesi Tenggara
sudah mengambil sikap terkait dengan kebijakan tesebut hal ini dijelaskan
oleh Hendra Soekarno (Ketua PHRI Sulawesi Tenggara) sebagai berikut :
“....Jadi Ketika surat edaran itu ada, kita sudah adakan pertemuan yang terdiri
dari owner dan GM Hotel yang ada di Kendari dibawah PHRI Sultra, dalam
hal ini menyikapi keluarnya Surat Edaran tentang pelarangan rapat tersebut
tersebut karena sudah pasti ini berimbas pada bisnis perhotelan, di
pertemuan itu kita mengkaji infromasi atau isi dari surat Edaran itu seperti apa
kemudian dampak serta langkah yang harus diambil bagi hotel (Wawancara,
25 Juni 2015).”
Dari hasil pertemuan antara seluruh General Manager hotel-hotel di
seluruh kota kendari kemudian sebagai bentuk protes, para pengusaha
perhotelan yang terdiri dari ratusan pegawai perhotelan di kota Kendari
turun ke jalan dan melakukan orasi menentang kebijakan tersebut.
Kebijakan pelarangan PNS rapat di Hotel yang dikeluarkan oleh
Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam rangka
penghematan anggaran menurut pihak perhotelan di Kota Kendari sangat
berdampak besar bagi pendapatan hotel-hotel di Kota Kendari sebab
menurut pihak perhotelan sebagian besar pendapatan mereka berasal dari
sektor pemerintahan dalam hal ini penyewaan ruangan rapat di Hotel oleh
pemerintahan.
80
Ketika Kebijakan tersebut berlaku pada awal bulan Desember,
instansi-intansi pemerintah sudah mengikuti instruksi pemerintah dalam
hal ini tidak melakukan kegiatan seperti rapat di hotel-hotel. Seperti yang
dijelaskan oleh Jabarudin selaku Kabid Pendidikan Menengah Diknas
Sulawesi Tenggara, beliau menjelaskan sebagai berikut :
“....Surat edaran tersebut berlaku mulai bulan desember tahun lalu, jadi
semua kegiatan rapat yang akan diadakan di hotel itu ditiadakan mengikuti
surat edaran dari pemerintah pusat, seluruh kegiatan seperti rapat atau
semacamnya kita maksimalkan aula dinas provinsi yang kami punya
(Wawancara, 26 Juni 2015).”
Hal ini juga dijelaskan oleh informan lain, Asrum Tombili selaku Kepala
Dinas Kesehatan Sultra sebagai berikut :
“…Kita tetap ikuti apa yang dikeluarkan oleh Menpan dengan tidak melakukan
kegiatan pertemuan atau rapat di hotel. Kita juga tidak bisa melanggar karena
itu diawasi oleh inspektorat dan juga dari BPKP (Wawancara, 07 Juli 2015).”
Dari wawancara dengan informan diatas, dapat diketahui setelah
kebijakan tersebut berlaku pada bulan desember, Intansi pemerintah
sudah tidak menyewa atau menggunakan fasilitas ruang rapat di Hotel,
Instansi-instansi di Kota Kendari memilih mematuhi peraturan yang
dikeluarkan pemerintah seperti menggunakan aula atau ruangan yang
tersedia dikantor masing-masing sesuai dengan yang dijelaskan dalam
Surat Edaran dimana PNS dapat melakukan pertemuan atau rapat selama
di kantor tersedia fasilitas ruang pertemuan di lingkungan instansi
pemerintah masing-masing atau instansi pemerintah di wilayahnya yang
memadai. Seperti yang dikemukakan oleh Asrum Tombili selaku Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara seperti dijelaskan sebagai
berikut:
“....Semenjak aturan larangan rapat di Hotel itu berlaku, jika ada kegiatan
rapat atau pertemuan itu kita gunakan ruang rapat yang ada dikantor itu kalau
81
peserta rapatnya masih bisa tertampung tetapi kalau misalnya pesertanya
banyak itu yang dipakai gedung Bapelkes meskipun fasilitas yang tersedia
disana mungkin ada yang kurang atau belum memadai dan kita juga harus
ikut terhadap apa yang ada di surat Edaran (Wawancara, 07 Juli 2015).”
Dari penjelasan diatas, dapat digambarkan bahwa ruangan yang
dipakai untuk mengadakan Rapat atau pertemuan yang tersedia di masing-
masih kantor atau instansi masih kurang memadai. Kurang memadai disini
dalam hal seperti sarana dan prasaranan yang tersedia yang menjadi salah
satu kendala yang dihadapi oleh intansi pemerintah dalam melaksanakan
kegiatan rapat mereka. Hal ini dijelaskan oleh Jabaruddin, Kabid
Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra, sebagai
berikut :
“..Sarana dan prasarana dalam hal ini ruangan serta peralatan yang mungkin
kurang menurut saya. Itu dia kendalanya. Apalagi jika pesertanya banyak.
Memang bagus tujuannya kita diarahkan untuk melakukan efisiensi,
memaksimalkan penggunaan fasilitas kantor, efisiensi itu bagus jika tepat
dalam pelaksanaannya artinya tiap-tiap daerah sudah ada penaataan
sebelumnya, seandainya itu diinformasikan untuk ditata dulu semua misalnya
gedung pertemuan miliki pemerintah daerah, gedung-gedung seperti aula kita
tata dulu berikan standarnya, misalnya ruang pertemuan seperti ini ada
petunjuknya seperti ini, lalu baru diberlakukan kemungkinan bisa sama atau
kita sudah lebih siap (Wawancara, 26 Juni 2015).”
Kurang memadainya ruangan rapat yang tersedia di masing-masing
instansi pemerintah disebabkan karena banyak instansi yang belum terlalu
mempersiapkan diri untuk melaksanakan rapat di kantor masing-masing
sehubungan dengan keluarnya surat edaran pelaranga PNS rapat di hotel
sehingga dampaknya rapat yang dlaksanakan kurang maksimal selain itu
kondisi kota Kendari yang berbeda dengan kota-kota lain seperti yang
dijelaskan oleh Jabarudin selaku Kabid Pendidikan Menengah Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tenggara dalam petikan
wawancara sebagai berikut :
82
“...Tiap daerah itu kan berbeda-beda, karena mungkin ada daerah di
Indonesia yang sudah mempersiapkan untuk instruksi yang ada di surat
edaran. Kalo seperti kota-kota besar mungkin dia standarnya bagus untuk
fasilitas ruangannya, kalo kita seperti di Kendari ini belum terlalu
mempersiapkan diri untuk itu jadi kita tidak akan maksimal untuk melakukan
melakukan instruksi sesuai yang ada disurat edaran, karena kondisi ruangan
yang dipakai mungkin tidak memadai lah (Wawancara, 26 Juni 2015).”
Tidak semua instansi-instansi pemerintah memiliki ruangan yang
cukup memadai untuk melaksanakan kegiatan rapat, seperti yang
dijelaskan dalam surat edaran, berbeda dengan fasilitas ruangan meeting
atau rapat yang disediakan di hotel yang sudah lengkap sebab salah satu
pendapatan hotel di kota Kendari berasal dari aktivitas MICE yang biasa
diadakan oleh instansi pemerintah ataupun instansi swasta. Hal ini juga
tergambar jelas dari penjelasan Usman Sulaeman yang juga Pegawai
Negeri Sipil Kementrian Hukum dan HAM Sultra sebagai berikut :
“...Di Kendari ini tidak semua intansi punya ruangan yang cukup memadai
untuk melakukan kegiatan rapat seperti yang diinstruksikan dalam surat
edaran, fasilitasnya ruangan itu juga terkadang ada yang kurang, berbeda
dengan di Hotel, untuk kegiatan rapat fasilitasnya sudah cukup lengkap untuk
melakukan kegiatan rapat, jadi seperti di kantor itu semenjak berlaku itu
aturan jadi kita pakai gedung kampus (Wawancara, 20 Mei 2015).”
Keluarnya surat edaran kebijakan pelarangan PNS rapat di hotel juga
menimbulkan hal baru. Menurut pernyataan dari salah satu informan
penelitian bahwa ketika akan melaksanakan rapat yang pesertanya banyak
dan tidak mampu ditampung di ruangan rapat di kantor, akan lebih mudah
rapat dilakukan di hotel sebab semua yang dilakukan cukup mudah dan
sudah diatur sesuai dengan paket meeting yang diberikan oleh hotel
namun setelah kebijakan larangan rapat pns di hotel keluar, instansi yang
ingin mengadakan rapat dan jika pesertanya tidak mampu ditampung di
ruang rapat yang tersedia di kantor masing-masing maka instansi tersebut
83
akan meminjam ruangan rapat instansi lain yang tersedia dan cukup luas.
Seperti yang dijelaskan oleh Wa Ode Emildayanti selaku Pegawai Negeri
Dinas Koperasi dan UKM Kota Kendari sebagai berikut :
“...Sebelum berlakunya aturan larangan rapat di hotel itu kalau mau
mengadakan rapat tinggal hubungi pihak hotelnya saja dan pilih paket
meeting yang ada dan semua diurus oleh hotel, gampang ji tapi setelah ada
kebijakan larangan rapat di hotel itu jadi agak ribetmi apalagi kalau pesertanya
banyak, harus cari ruangan memadai untuk rapat kalau ruangan di kantor
tidak muat, jadi pinjam gedung instansi lain, kemudian kalo fasilitasnya ada
yang harus dilengkapi lagi (Wawancara, 26 Mei 2015).’
Penggunaan ruangan atau aula untuk pertemuan atau rapat yang
dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah mengikuti surat edaran tentu
membawa dampak yang kurang baik dalam hal pendapatan bagi
perhotelan di Kota Kendari, Ketika kebijakan pelarangan rapat tersebut
diberlakukan, para PNS (Pegawai Negeri Sipil) selaku pihak pemerintahan
sudah tidak melakukan kegiatan pertemuan atau rapat di Hotel yang biasa
diadakan di hotel. Hal ini tergambar dengan apa yang di jelaskan oleh Tenri
Mayasari selaku Public Relations Swiss-Belhotel Kendari menjelaskan
bahwa :
“.....Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang biasanya akhir tahun itu
pemerintah biasa mengadakan pertemuan atau rapat akhir tahun di hotel
seperti membahas perencanaan kegiatan atau anggaran di hotel, akhir
tahun kemarin hingga pencabutan larangan tersebut tidak ada sama sekali
kegiatan rapat atau pertemuan pemerintah di Hotel kami (Wawancara, 05
Juni 2015).”
Surat edaran larangan rapat PNS di hotel membuat banyak instansi
pemerintah yang rencana akan mengadakan rapat di hotel akhirnya
membatalkan kegiatannya tersebut untuk dilakukan di hotel dan memilih
untuk menggunakan fasilitas ruangan rapat yang tersedia di intansi
masing-masing. Hal ini seperti dijelaskan juga oleh Sartika selaku Public
Relations Hotel Horison Kendari Menjelaskan sebagai berikut :
84
“....Ketika aturan itu berlaku pada awal desember itu ada beberapa
instansi yang sebelumnya sudah reservasi untuk rapat di hotel tapi
melakukan pembatalan karena mengikuti kebijakan itu, Jadi akhir tahun
tepatnya desember tahun lalu sampai kebijakan tersebut dicabut itu tidak
ada kegiatan seperti rapat pemerintah di Hotel. Sama sekali tidak ada
karena kebijakan dari Pemerintah mengenai pembatasan rapat itu sudah
diberlakukan (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Dari hal tersebut, tergambar jelas bahwa pemerintah sudah
memberlakukan kebijakan tersebut tepat di penghujung akhir tahun 2014
dan hotel-hotel sudah merasakan sepinya kegiatan rapat yang diadakan
pemerintah di Hotel. Hal ini kemudian dirasakan oleh banyak pengusaha
perhotelan sehingga mengakibatkan turunnya tingkat okupansi secara
signifikan, seperti yang dijelaskan oleh Mey Cristien selaku Public
Relations Hotel Grand Clarion Kendari :
“...Turunnya tingkat okupansi itu pasti, itu dampak yang dirasakan dari
kebijakan hotel tersebut, efeknya itu dirasakan di awal tahun karena
kebijakan itu kan mulai berlakunya awal tahun ya, bisa dibilang sangat
signifikan turunnya sekitar empat puluh persen atau hampir setengahnya
dari pendapatan hotel. Itu angka yang cukup besar karena memang sektor
pemerintah ini sumbangannya cukup besar (Wawancara, 28 Juni 2015).”
Menurunnya tingkat okupansi tidak hanya dirasakan oleh salah satu
hotel saja melainkan juga dirasakan oleh hotel-hotel lain di Kota Kendari.
Hal yang sama juga dijelaskan oleh informan lain yaitu Tenri Mayasari
selaku Public Relations officer di Swiss-Belhotel Kendari dalam petikan
wawancara sebagai berikut :
“....Iya ada penurunan tingkat hunian, kebijakan itukan berlaku bulan awal
bulan desember ya meskipun sebelumnya hanya sebatas wacana saja
dulu, masih sekedar isu atau kabar-kabar burung yang beredar, namun
ketika kebijakan itu benar-benar diberlakukan, itu pemerintahan sudah
mulai tidak rapat di hotel, makanya diakhir-akhir tahun lalu itu kita
mengalami penurunan, dibilang drastis juga tidak, cuman tidak seperti
biasanya (Wawancara, 05 Juni 2015).”
85
Dari petikan wawancara diatas dapat diketahui bahwa imbas dari
kebijakan tersebut mengakibatkan beberapa hotel mengalami penurunan
pendapatan yang cukup signifikan, dan itulah yang dikhawatirkan oleh para
penguasaha perhotelan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan,
diketahui bahwa sebagian besar pendapatan hotel-hotel di kota Kendari
mengandalkan sektor Pemerintah sebagai sumber pendapatan hotel
dalam hal ini seperti kegiatan rapat atau seminar pemerintah yang
diadakan di Hotel, selain mengandalkan sektor dari swasta. Hal ini juga
dijelaskan oleh Hendra Soekarno selaku Ketua PHRI Sultra sebagai berikut
:
“...Hotel-hotel di kota Kendari itu pendapatanya berasal dari aktivitas
pemerintahan selain swasta jadi jangan heran kalau hampir seluruh
tingkat hunian di sulawesi tenggara itu bisa turun hingga empat puluh
persen atau bahkan lebih (Wawancara, 25 Juni 2015)”.
Penurunan yang cukup besar memang dialami banyak hotel-hotel
di kota Kendari sebab market dari hotel lebih banyak disumbangkan dari
kegiatan pemerintah di hotel, dampak dari kebijakan pelarangan PNS rapat
di Hotel sangat berdampak besar bagi pendapatan atau pemasukan
perhotelan di Kota Kendari. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Sartika
(Public Relations Hotel Horison) sebagai berikut :
“..Kalo di Horison itu kan hotel bisnis bukan hotel wisata, jadi yang tadinya
tingkat okupansi hotel itu bisa mendekati seratus persen tiap bulannya
ketika masih ada segmen pemerintahan, tapi semenjak diberlakukannya
aturan itu okupansi turun hingga bersisa tiga puluh persen saja sebab kita
yang biasanya ramai di weekday senin sampai kamis itu yang biasa diisi
sama kegiatan pemerintahan seperti pakai ruangan meeting atau kamar
dan itu tidak ada lagi (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Hotel bisnis merupakan hotel yang dirancang untuk
mengakomodasi tamu yang mempunyai tujuan bisnis. Lokasi hotel bisnis
relatif berada di pusat kota, berdekatan dengan area perkantoran atau area
86
perdagangan. Hotel Bisnis dikenal juga dengan nama Commercial Hotel
ataupun dengan nama City Hotel (Marlina, Endy, 2008:52).
Dilihat dari jenis hotel dan juga lokasinya di pusat perkantoran dan
bisnis, Hotel Horison sudah tentu menargetkan segmen pemerintahan dan
juga korporat sebagai sumber pendapatannya. Hal ini bisa dilihat dari
penjelasan dari salah satu pengunjung hotel Horison, Adi Nugroho Widodo
sebagai berikut :
“…Kalau alasan kenapa saya memilih nginap di hotel ini itu karena
harganya lumayan terjangkau, promonya maksud saya. Dan saya lihat
juga fasilitasnya bagus dan nyaman lah menurut saya disamping itu saya
juga pilih karena letaknya bagus di tengah-tengah kota jadi cocok buat
saya (Wawancara, 30 Juni 2015).”
Pernyataan lainnya datang dari Heri Setiawan Mustaba,
Pengunjung Hotel Horison sebagai berikut :
“…Itu kantor yang pilih buat kegiatan disini mungkin karena fasilitasnya
cukup lengkap untuk adakan kegiatan terus lokasinya tidak terlalu jauh
dari kantor jadi okelah. Biasa juga sih kesini dalam rangka hadiri acara
resepsi teman (Wawancara, 29 Juni 2015).”
Kehilangan salah satu segmen tentu berdampak pada tingkat
okupansi atau tingkat hunian hotel. Tingkat hunian merupakan persentase
dari perbandingan kamar terjual dibandingkan dengan total seluruh kamar
hotel yang tersedia atau total jumlah seluruh kamar yang bisa dijual.
Turunnya tingkat okupansi atau hunian hotel dapat menyebabkan
operasional hotel bisa terganggu. Penurunan ini bisa dilihat dari data
Tingkat Okupansi/Hunian Hotel di Kota Kendari selama berlakunya Surat
Edaran Menpan sebagai berikut :
87
Tabel 4.4 Tingkat Okupansi Hotel Kota Kendari Tahun 2014-2015
No BULAN Tingkat Okupansi Hotel
1 November 2014 35,67
2 Desember 2014 26,43
3 Januari 2015 19,51
4 Februari 2015 18,18
5 Maret 2015 30,64 Sumber Data : BPS Kota Kendari 2014 - 2015
Krisis yang menerpa sebuah perusahaan bukan tidak mungkin
dapat disembuhkan, oleh karenanya untuk mengatasi hal tersebut
dibutuhkan penanganan yang cepat, tepat dan akurat dalam merespon
krisis yang dihadapi oleh perusahaan dalam hal ini perhotelan. Caranya
dengan mencari alternatif yang dapat meminimalisasi kerugian yang
dialami oleh perusahaan.
Hasil petikan wawawancara baik dari pihak perhotelan dan dinas-
dinas pemerintah provinsi yang biasa melakukan rapat di hotel
memberikan gambaran bahwa ketika kebijakan pemerintah mengenai
pelarangan PNS rapat di Hotel diberlakukan, Instansi-instansi pemerintah
yang ada di Kota Kendari mulai mematuhi kebijakan tersebut.
Instansi-instansi pemerintah memanfaatkan ruangan untuk rapat di
kantor masing untuk melakukan kegiatan rapat sesuai petunjuk dari surat
edaran meskipun beberapa fasilitasnya kurang memadai dan instansi
pemerintah tidak lagi menggunakan atau menyewa ruangan di hotel-hotel,
efeknya dari hal tersebut kemudian hotel-hotel yang menawarkan fasilitas
penyewaan ruang meeting di kota Kendari kemudian merasakan
penurunan tingkat okupansi atau hunian hotel sebesar hampir separuhnya
karena kebijakan tersebut, sebab banyak hotel di kota Kendari sebagian
besar diketahui pendapatannya berasal dari sektor pemerintahan selain
88
dari swasta atau pihak lainnya dikarenakan Kota Kendari bukanlah sebagai
kota wisata sebelumnya juga pendapatan hotel sudah turun karena
pemberlakuan UU Minerba berdampak pada turunnya hunian hotel.
Turunnya tingkat okupansi hotel yang cukup besar akan berdampak
pada pendapatan hotel yang menurun, hilangnya salah satu sumber
pendapatan atau salah satu segmen andalan tentu membuat para
pengusaha hotel harus melakukan sejumlah langkah-langkah
penghematan yang cukup besar karena pendapatan hotel berkurang
sementara banyak kewajiban atau pengeluaran rutin yang harus dibayar.
Di Hotel Horison Kendari sendiri, akibat berkurangnya pendapatan
hotel disebabkan berlakunya kebijakan pelarangan aktifitas PNS rapat di
hotel menyebabkan hotel terpaksa mengurangi sebagian karyawan, rata-
rata karyawan yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) adalah
karyawan harian dan kontrak sebagai salah satu jalan menghemat
pengeluaran atau biaya operasional hotel. Seperti yang dijelaskan oleh
Sartika selaku public Relations Hotel Horison Kendari sebagai berikut :
“....Di Horison kan ada tiga macam jenis karyawan, ada yang namanya
DW (Daily worker) yang dibayar harian, ada juga casual yang dapat gaji
bulanan tapi belum kontrak jadi kapan saja bisa dikeluarkan tergantung
kinerjanya dan karyawan kontrak, jadi selama kebijakan itu berlaku, yang
namanya karyawan DW sama karyawan casual itu kita keluarkan
semuanya, yang tadinya karyawan hampir seratus orang sekarang sisa
setengahnya saja, sebab turunnya tingkat okupansi otomatis berdampak
sama pendapatan hotel, kita tidak mampu lagi membayar gaji, karena
jelas pengeluaran hotel tiap bulan juga banyak selain bayar gaji juga bayar
supplier, listrik, pajak dan lainnya (Wawancara, 24 Juni 2015).”
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) karyawan juga dilakukan oleh
Hotel Grand Clarion Kendari, seperti yang dijelaskan oleh Mey Cristien
selaku Pubic Relations Hotel Grand Clarion Kendari sebagai berikut :
89
“....Di Clarion sendiri memang ada pengurangan karyawan sekitar
puluhan orang, tapi itu yang kena karyawan harian karena mereka
dipekerjakan jika ada kegiatan seperti kegiatan pemerintahan di
hari-hari kerja (Wawancara, 28 Mei 2015).”
Meskipun beberapa hotel menempuh cara mengatasi krisis
okupansi dengan melakukan pengurangan karyawan sebagai langkah
penghematan, namun peneliti juga mendapati bahwa ada juga hotel yang
tetap mempertahankan jumlah karyawannya meskipun tingkat okupansi
hotel menurun akibat kebijakan pelarangan rapat PNS di hotel, seperti
yang jelaskan oleh Tenri Mayasari selaku Public Relations Swiss-Belhotel
Kendari sebagai berikut :
“...Dampak aturan itu bagi hotel tentu besar iya pasti, namun tidak ada
pengurangan atau mengistirahatkan karyawan, tidak ada sama sekali
dilakukan oleh Swiss-Belhotel Kendari, kita tetap mempertahankan
karyawan yang ada (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Faktor utama ramainya investasi perhotelan di Kota Kendari adalah
target pasar yang menggiurkan di kota kendari ketika itu yakni dari sektor
pertambangan dan pemerintah sehingga perhotelan ramai di Kota Kendari.
Sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara sebelumnya sangat ramai
namun pada tahun 2013, UU Minerba mulai diberlakukan dengan melarang
pengiriman atau ekspor mineral atau Ore sehingga para pengusaha
pertambangan sudah jarang melakukan aktifitas pertambangan di
Sulawesi Tenggara, dampaknya juga dialami oleh perhotelan sehingga
menurunkan pendapatan Hotel, hal ini dapat dilihat dari penjelasan Hendra
Sukarno selaku Ketua PHRI Sulawesi Tenggara sebagai berikut :
“...Sebelumnya kita kan sudah kena masalah dengan adanya UU Minerba
2013 lalu, saat UU Minerba aja kita sudah kelimpungan, terus dihajar lagi
dengan surat edaran Menpan, penurunan akibat UU Minerba itu sampai
dua puluh sampai tiga puluh persen yaitu penurunan tingkat hunian ya
karena dengan banyaknya hotel yang muncul kemudian dihajar lagi
dengan pelarangan PNS rapat di hotel itu jadi tambah lebih ngeri lagi.
90
Bahkan dampak itu sampai sekarang, meskipun itu sudah dicabut.
Dampak begitu banyaknya hotel, tapi marketnya gak ada, maka muncullah
istilah dalam marketing itu supply and demand, tetapi suplai lebih besar
daripada kebutuhan yang berakibat fatal yaitu penurunan drastis tingkat
hunian dari seluruh hotel di sulawesi tenggara (Wawancara, 25 Juni
2015).”
Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan dari Sartika selaku Public
Relations Hotel Horison sebagai berikut :
“...Dulu UU Minerba sempat mempengaruhi juga tapi turunnya hanya dua
puluh persen saja, Tetapi kebijakan dari pemerintah ini mengenai
pelarangan rapat di hotel itu dampaknya besar sekali (Wawancara, 24 Juni
2015).”
Kemudian pada akhir tahun 2014 Kebijakan pelarangan rapat PNS
diberlakukan sehingga makin memperburuk kondisi pendapatan
perhotelan, penurunan okupansi terjadi sekitar 50 persen bahkan lebih
dialami oleh hotel-hotel di kota Kendari yang mengandalkan sektor
pemerintah sebagai sumber pendapatan perhotelan disamping sektor lain
seperti swastar, partai dan travel. Memburuknya perkembangan industri
perhotelan akibat dari kebijakan UU Minerba dan Kebijakan Pelarangan
rapat PNS di Hotel maka beberapa hotel yang tidak mampu membayar
biaya operasional dan pendapatannya terus menurun maka hotel memilih
menutup hotel karena sebagian besar hotel di kota Kendari banyak yang
pendapatannya mengandalkan sektor pemerintahan.
Adapun sebagian hotel-hotel di kota Kendari yang terpengaruh
dengan akibat kebijakan pelarangan PNS Rapat di Hotel maka beberapa
hotel melakukan kebijakan pengurangan karyawan demi menyeimbangkan
antara biaya operasional hotel dengan pendapatan hotel sendiri.
Kehilangan sebagian besar pendapatan bagi pihak perhotelan tentu
menjadi salah satu masalah besar atau krisis bagi hotel sendiri. Untuk itu
91
diperlukan penanganan serius atau langkah-langkah antisipasi yang
dilakukan oleh pihak hotel agar hotel tetap beroperasi seperti biasa.
Untuk melihat bagaimana posisi dari Public Relations di beberapa
Hotel dapat dilihat dari wawancara oleh Tenri Mayasari (Public Relations
Swiss-Belhotel Kendari) sebagai berikut :
“....Kalo Public Relations itu kan dibawah divisi Sales and Marketing,
mainjob seorang public relations kan sudah tahu ya yakni menjaga image
perusahaan, melakukan pencitraan tempat atau properti kita agar tetap
baik-baik saja dimata client, media, dan semua orang kan seperti itu selain
itu saya juga bertindak untuk membuat segala macam bentuk promosi
untuk meningkatkan pendapatan hotel (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Posisi Public Relations di bawah Departemen Sales and Marketing
bertujuan untuk membantu Sales serta Marketing untuk meningkatkan
penjualan produk hotel melaluo promosi produk atau event yang dilakukan
oleh Hotel. Hal tersebut dijelaskan oleh informan lainnya yaitu Mey Cristien
yang bertugas sebagai Public Relations Hotel Grand Clarion Kendari
sebagai berikut :
“....PR disini ada di bawah Departemen Sales and Marketing, Jadi sebagai
Public Relations saya bertugas untuk menjaga citra perusahaan,
mempromosikan produk-produk hotel atau event-event yang diadakan di
hotel kemudian juga menjalin relasi yang baik dengan client hotel juga
wartawan, sebagai PR saya support promosi untuk Dept. Sales and
Marketing (Wawancara, 28 Mei 2015).”
Hal yang sama juga dikatakan oleh Sartika sebagai Public
Relations Hotel Horison, bahwa posisi Public Relations berada di bawah
divisi Sales and Marketing hotel dan tugasnya untuk memberikan informasi
mengenai fasilitas serta layanan dan promo-promo hotel. Seperti hasil
wawancara dengan Sartika (Public Relations Hotel Horison Kendari)
sebagai berikut :
“...Kalo disini posisi saya disini sebagai PR itu berada dibawah sales and
marketing, peran saya memberikan informasi kepada costumer mengenai
92
fasilitas yang tersedia di hotel, jenis kamar hotel seperti apa dan
pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh Hotel dan promo-promo yang
tersedia (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Dari Hasil penelitian diketahui bahwa posisi public relations di
beberapa hotel di kota Kendari berada dibawah divisi sales and marketing,
seperti di Hotel Grand Clarion Kendari, Hotel Horison Kendari dan Swiss-
Belhotel Kendari, fungsi public relations hotel selain sebagai juru
komunikasi juga berfungsi sebagai marketing produk bagi hotel, yang
mempromosikan fasilitas, program-program perhotelan ataupun juga iklan-
iklan dari hotel kepada publiknya.
Penurunan tingkat okupansi hotel yang berdampak terhadap
penurunan pendapatan hotel berdampak yang sangat serius atau krisis
bagi perhotelan. Untuk mengatasi sebuah krisis yang terjadi dalam sebuah
perusahaan dibutuhkan sebuah penanganan yang cepat, tepat dan akurat.
Hal yang paling sederhana adalah mencari jalan keluar dengan berbagai
alternatif yang dapat meminimalisasi kerugian yang ditimbulkan. Dalam
mengelola sebuah krisis atau permasalahan yang dialami oleh
perusahaan, hal yang pertama yang harus dilakukan adalah melakukan
analisis oleh public relations guna menentukan strategi yang sesuai.
Dibawah ini penjelasan dari Tenri Mayasari (Public Relations Swiss-
Belhotel Kendari) sebagai berikut :
“....Nah analisis itu yang pertama, kan kita seperti dikasih shock therapy
dari pemerintah seperti ini, jadi manajemen hotel itu mengadakan meeting,
mengkaji tentang bagaimana isi-isi kebijakan itu, dampaknya bagi hotel
serta karyawan seperti apa, sehingga dari situ bisa dirumuskan
bagaimana strategi yang tepat bisa dilakukan (Wawancara, 05 Juni
2015).”
Dapat dipahami bahwa pihak manajemen Swiss-Belhotel Kendari
melakukan meeting atau pertemuan mengkaji kebijakan tersebut serta
93
menganalisa dampak dari kebijakan tersebut terhadap kondisi internal
yang ada di dalam hotel untuk kemudian merumuskan strategi yang akan
diambil.
Lebih lanjut hasil wawancara dengan salah satu Informan lain yaitu
Sartika (Public Relations Hotel Horison Kendari) sebagai berikut :
“....Sebelum melakukan perencanaan, kita lihat dampak dari kebijakan itu
seperti apa, bagaimana kondisi SDM kita setelah aturan itu ada,
kemampuan budget hotel sampai dimana jadi nanti penetapan strategi
berdasarkan itu tadi, dari analisis yang sudah dilakukan, apakah dengan
SDM seperti ini, skill seperti ini bisa tidak kita melakukan strategi seperti
ini, jadi kita itu melakukan meeting yang terdiri dari beberapa departemen
seperti F & B itu restoran, terus room service, jadi nanti ada masukan dari
PR bisa ndak lakukan seperti ini untuk menarik tamu misalnya, kalo
misalnya sudah oke ya kita jalankan dan itu semua melalui persetujuan
dari GM (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Beberapa hotel seperti Hotel Horison di Kota Kendari sudah
mendengar informasi mengenai kebijakan larangan rapat PNS di Hotel
tersebut. Seperti dijelaskan oleh Sartika sebagai Public Relations Hotel
Horison Kendari sebagai berikut :
“....Sebelumnya memang kita kan sudah mendengar informasi beberapa
bulan sebelum keluar kebijakan itu, kita juga dari manajemennya Horison
yaitu MGM yaitu PR manajer sama manajer marketingnya, kita
k\omunikasi sama menentukan strategi yang bagus (Wawancara, 24 Juni
2015).”
Dari penjelasan dapat dipahami bahwa analisis dilakukan dengan
melihat dampak kebijakan pelarangan rapat bagi hotel, kemudian pihak
hotel juga melihat bagaimana kemampuan sumber daya manusia yang ada
di hotel untuk kemudian merumuskan sebuah strategi yang akan
dilaksanakan oleh hotel.
94
Selanjutnya hasil wawancara dengan Informan lain yaitu Mey
Cristien selaku Public Relations Hotel Grand Clarion Kendari juga
menjelaskan sebagai berikut :
“....Kalo itu iya, analisis lebih tepatnya seperti bagaimana dampak-dampak
dari kebijakan ini bagaimana kondisi terhadap hotel sendiri dan bagi
karyawan sendiri, kemudian baru merencanakan strategi seperti
mengoptimalkan segmen-segmen yang masih ada karena terus terang
saja kebijakan ini memang memaksa hotel untuk berpikir keras bagaimana
bisa untuk survive dulu (Wawancara, 28 Mei 2015).”
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa sebelum
merumuskan sebuah strategi yang akan diambil, hotel-hotel di kota Kendari
terlebih dahulu melakukan analisis terkait dampak kebijakan tersebut,
bagaimana kondisi internal hotel setelah kebijakan pelarangan PNS rapat
di Hotel muncul kemudian baru melakukan perencanaan strategi untuk
mengatasi masalah menurunnya tingkat okupansi hotel.
Setiap usaha bisnis pasti mempunyai resiko usaha, resiko usaha
hotel dapat diakibatkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor
internal mungkin dapat dikendalikan oleh pihak manajemen hotel atau
perusahaan sedangkan faktor eksternal tidak dapat dikendalikan. Salah
satu faktor resiko eksternal adalah terjadinya perubahan kebijakan
pemerintah yang dapat berpengaruh terhadap bisnis hotel.
Larangan PNS dalam mengadakan kegiatan di hotel merupakan
wujud dari resiko eksternal yang sangat mengganggu para pelaku bisnis
hotel di Indonesia. Hotel-hotel yang selama ini mengandalkan pasar dari
kalangan pemerintahan sudah barang tentu akan sangat merasakan
dampak negatif dari pemberlakuan peraturan pemerintah ini seperti
penurunan tingkat okupansi sehingga berdampak pada minimnya
95
pendapatan yang diterima oleh hotel akibat hilangnya salah satu segmen
utama dalam hotel.
c. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu proses untuk menetapkan kemana
kita harus pergi dengan mengidentifikasi syarat apa yang harus dipenuhi
untuk sampai ketempat tersebut dengan cara yang paling efisien dan
efektif, dengan kata lain perencanaan sebagai penetapan spesifikasi tujuan
yang ingin dicapai termasuk cara-cara yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut. (Keufman, 1972)
Setelah informasi tentang apa yang “sedang terjadi sekarang?”
dikumpulkan, maka public relations akan dapat gambaran jelas apakah
permasalahan yang sedang terjadi. Perencanaan merupakan merupakan
segala informasi yang diperoleh berkaitan dengan hal atau permasalahan
yang dihadapi ke dalam bentuk rencana atau tindakan untuk pemecahan.
Perencanaan Public Relations merupakan suatu proses yang
berkesinambungan serta selalu memerlukan peninjauan agar tindakan
yang diambil sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.
Sebuah langkah perencanaan yang baik perlu dilakukan oleh public
relations hotel dalam rangka untuk mengatasi turunnya tingkat hunian hotel
yang disebabkan oleh keluarnya peraturan pemerintah mengenai
pelarangan rapat PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Hotel. Dalam hal ini public
relations hotel yang terlebih dahulu harus mengetahui dan menetapkan
segmentasi pasar hotel yang masih tersisa setelah segmen utama yaitu
pemerintah sudah tidak ada. Segmentasi pasar dimaksudkan untuk
96
mengkaji serta mencari kesempatan segmen pasar yang dihadapi
perusahaan, menilai segmen pasar, dan memutuskan berapa banyak dari
segmen pasar yang ada tersebut yang akan dilayani oleh perusahaan.
Menurunnya tingkat hunian akibat kebijakan larangan rapat
tersebut, maka banyak hotel tentu mencari alternatif sumber pendapatan
lain selain dari sektor pemerintah yang selama ini menyumbang cukup
terhadap pendapatan hotel itu sendiri. Hotel Horison sebagai salah satu
informan dalam penelitian ini mengalihkan fokusnya ke segmen-segmen
yang masih tersisa yaitu segmen corporate dalam hal ini perusahaan
swasta atau perbankan kemudian segmen partai yang biasa mengadakan
acara di hotel serta juga lebih meningkatkan kerja sama dengan pemilik
travel untuk menggaet tamu ke hotel.
Selain itu Pihak Hotel Horison juga membuka kerja sama dengan
komunitas-komunitas yang ada di Kota Kendari untuk agar tertarik
mengadakan acara di Hotel. Hal ini disebabkan karena segmen dari
pemerintah sudah tidak ada lagi ketika kebijakan mengenai pelarangan
rapat di hotel diberlakukan. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan
strategi yang dilakukan oleh Public Relations dalam menyikapi
menurunnya tingkat okupansi akibat kebijakan pelarangan PNS rapat di
Hotel di Kota Kendari dapat dilihat dari hasil wawancara oleh Sartika
(Public Relations Hotel Horison) Kendari sebagai berikut :
“....Di Kendari sini ada beberapa segmen yang pertama pemerintahan,
yang kedua corporate seperti perbankan, leasing, terus yang ketiga ada
segmen partai dan yang keempat ada segmen travel, karena kita yang
mendominasi itu segmen pemerintahan, karena pemerintahan sudah tidak
ada jadi kita perkuat di tiga segmen ini yaitu korporate, partai sama travel.
Jadi klien seperti yang ada di corporate, partai sama travel kita lebih
banyak maintance relations ke mereka. Selain itu, kita lebih banyak kasih
penawaran, terus kita buat promo, paket ulang tahun, paket wedding,
97
makanan, bazar, kita juga buka jaringan di komunitas-komunitas artinya
kita rangkul mereka untuk membuat acara di hotel (Wawancara, 24 Juni
2015).
Setelah menetapkan segmen pasar, data-data dikumpulkan untuk
kemudian dijadikan sebagai landasan untuk dirumuskan sebuah strategi
dalam mendongkrak tingkat okupansi hotel, seperti yang dijelaskan oleh
Sartika selaku Public Relations Hotel Horison Kendari sebagai berikut :
“....Kita juga biasa mengumpulkan informasi dari sales atau marketing,
karena mereka biasa dilapangan dan PR juga tidak selamanya didalam
hotel terus, saya juga biasa keluar pantau kompetitor, ketemu corporate,
tanya bagaimana tanggapan mereka jadi dari situ kita bisa dapat
masukan-masukan yang selanjutnya bisa untuk dibuatkan strategi
(Wawancara, 24 Juni 2015).”
Pengumpulan data atau informasi pendukung juga dilakukan oleh Public
relations. Alasan Hotel Horison membidik segmen corporate sebagai
segmen utama karena hotel Horison merupakan hotel yang lebih
berorientasi pada hotel bisnis tidak mempunyai fasilitas wisata seperti hotel
lain yang ada di kota Kendari, selain itu letaknya yang strategis di tengah
kota Kendari. Seperti yang dijelaskan oleh Sartika selaku Public Relations
Hotel Horison Kendari sebagai berikut :
“...Horison kan hotel bisnis bukan hotel wisata, kan hotel itu ada dua hotel
bisnis dan hotel pariwisata, kita Horison gak ada fasilitas untuk wisata,
kitanya itu hotel bisnis (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Lebih lanjut Public Relations Hotel Horison Kendari memiliki peran
dalam perencanaan promosi hotel untuk membantu meningkatkan tingkat
okupansi hotel yaitu merancang promo produk hotel yang akan dijalankan
dengan bekerja sama dengan dengan departemen atau divisi lain yang ada
di hotel. Hal tersebut dijelaskan oleh Sartika sebagai berikut :
“...Disini peran PR kalo selain menjaga citra baik hotel, juga biasa
melakukan promosi produk-produk hotel seperti paket kamar, wedding
98
maupun paket promo makanan di hotel baik itu lewat media atau juga
secara langsung ke tamu hotel, membantu sales untuk melakukan
penjualan di hotel, merancang promo atau event yang akan dilangsungkan
bulan-bulan berikutnya atau yang akan datang seperti bentuk promonya
kemudian mau dikomunikasikan lewat mana tapi itu juga kerjasama
dengan departmen lain seperti F & B, accounting atau sama departemen
lagi juga, mereka biasa kasih masukan dan semua nanti jalan kalo sudah
dapat acc dari Sales Manager terus GM (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Sedangkan di hotel lain seperti Swiss-Belhotel Kendari, fokus
konsumen lebih ditekankan pada masyarakat lokal sebagai segmen
prioritas mengingat segmen pemerintah yang juga merupakan sumber
pendapatan bagi hotel melalui kegiatan rapatnya sudah tidak bisa lagi
diandalkan, tetapi Public Relations Swiss-Belhotel Kendari tetap
melakukan maintain relations terhadap sektor pemerintah sebab menurut
informan, tidak semua instansi di Kota Kendari memiliki sarana dan
prasarana yang baik untuk melakukan kegiatan rapat di kantor sendiri
sehingga akan memilih menggunakan fasilitas hotel untuk mengadakan
pertemuan atau rapat.
Pembuatan event serta promo-promo produk hotel seperti promo
makanan, promo pernikahan lebih di tingkatkan lagi oleh pihak Swiss-
Belhotel Kendari sebab event dan promo hotel dapat meningkatkan tingkat
okupansi hotel seperti yang dijelaskan oleh Tenri Mayasari (Public
Relations Swiss-Belhotel Kendari) sebagai berikut :
“....Sekarang kan industri di kendari lagi berkembang, lagi banyak
pembangunan kesana-kemari jadi seperti dikasi satu kue namun banyak
pembagi, orang datang ke kendari bukan untuk leisure atau buat liburan
tetapi buat bekerja atau transit, mau ke wakatobi atau ke bau-bau, jadi
strateginya ya bagaimana kita menggrep masyarakat lokal, adakan event
di hotel, kita juga buat promo makanan minuman, kamar, ada juga paket
wedding terjangkau kemudian juga ke segmen corporate dengan
memberikan penawaran yang bagus untuk bikin kegiatan di sini. Segmen-
segmen yang itu coba kita grep, dan saya sebagai PR lebih di push lagi
oleh perusahaan untuk lebih berkreasi lagi (Wawancara, 05 Juni 2015).”
99
Lebih lanjut Tenri Mayasari menjelaskan :
“....Jadi kalau dulu kami menempatkan segmen goverment di urutan
pertama, sekarang kita menepatkannya di urutan ketiga, sekarang itu
tetap kami prospek, tetap kami melakukan maintain relations dengan
orang-orang di goverment, karena tidak semua juga kegiatan
pemerintahan mereka lakukan ditempat sendiri karena sarana-sarana
untuk menunjang kegiatan pemerintahan disini masih terbatas dan tidak
semua mempunyai tempat yang besar untuk melakukan kegiatan rapat
atau pertemuan (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Pernyataan dari Tenri Mayasari juga diperkuat oleh Burhanuddin,
selaku Kepala Dinas Pertambangan dan Sulawesi Tenggara sebagai
berikut :
“…Kalau pesertanya banyak mau tidak mau kita cari tempat pertemuan
yang lebih luas seperti di hotel, pak gub waktu itu sempat mengadakan
rapat di hotel ketika surat menpan itu berlaku sebab pesertanya berjumlah
ribuan dan itu diperbolehkan sebab pemprov kan tidak memiliki fasilitas
yang cukup untuk menampung ribuan peserta rapat itu (04 Juni 2015).”
Dalam mengatasi penurunan tingkat okupansi dan pendapatan
hotel, salah satu responden yaitu Tenri Mayasari sebagai public relations
Swiss-Belhotel Kendari mengatakan bahwa Public Relations bersama-
sama dengan tim yang ada dalam divisi sales and marketing bertugas
untuk membuat atau merancang bentuk promo yang akan dilaksanakan.
Tujuan dari pembuatan promo adalah untuk membantu meningkatkan
pendapatan hotel ataupun juga tingkat okupansi hotel yang turun akibat
kebijakan pelarangan rapat di hotel. Dan kemudian realisasi dari promo
tersebut dilakukan oleh public relations dengan menentukan seperti apa
pesan dari promosi tersebut kemudian melalui media mana promosi
tersebut akan dipromosikan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penjelasan
oleh Tenri Mayasari (Public Relations Swiss-Belhotel Kendari) Sebagai
berikut :
100
“....Kalo saya sebagai PR yah merancang segala macam bentuk promosi
atau event untuk meningkatkan pendapatan yang ada di properti saya
yang turun akibat aturan larangan rapat itu. Seperti itu, jadi selain menjaga
image hotel, saya juga buat promo atau kami ya, kemudian saya yang
merealisasikannya. Bagaimana bentuk promonya, itu saya dan bagian
marketing yang pikirkan kemudian medianya melalui apa, bahasa
promonya yang tepat bagaimana itu saya yang tentukan dan kita blow up.
Seperti itu (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Sebelum penetapan promo atau event yang dilakukan terlebih
dahulu Public Relations mengumpulkan informasi seperti mengadakan
riset mengenai hal yang sedang populer di masyarakat agar yang akan
dilakukan bisa sesuai dengan target yang diinginkan oleh hotel, hal itu
dijelaskan oleh Tenri Mayasari selaku Public Relation Swiss-Belhotel
Kendari sebagai berikut :
“...Tapi sebelum membuat program promosi atau event, itu biasa kita cari
informasi dulu apa yang lagi ngetrend sekarang di masyarakat, supaya
nanti jelas apa yang mau kita buat, misalnya nih seperti acara stand up
comedy itu kan lagi ngetrend banyak yang suka sekarang, nah jadi kita
ajak kerjasama komunitas itu untuk buat acara disini, kita juga undang
artisnya datang kesini jadi nanti dari situ bisa ada penjualan (Wawancara,
05 Juni 2015).”
Tenri Mayasari juga mengatakan bahwa dalam menyikapi
penurunan okupansi hotel akibat kebijakan tersebut, perencanaan
program-program promosi dan event hotel dilakukan oleh Public Relations
Swiss-Belhotel Kendari bersama dengan Departemen Sales & Marketing
dengan mengadakan pertemuan rutin membahas rencana strategi-strategi
yang akan dibuat yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan hotel.
Hal itu dapat dilihat dari penjelasannya sebagai berikut :
“....Untuk meningkatkan pendapatan hotel itukan memang tugas Dept.
Sales and marketing, termasuk saya sendiri didalamnya sebagai PR, nah
perencanaannya seperti untuk kegiatan promo atau event itu dibahas tiap
bulan monthly meeting istilahnya, disitu sales & marketing itu termasuk
saya merencanakan promo atau event yang akan dibuat nantinya,
101
promosinya melalui apa itu, pesannya seperti apa jadi nanti kalau sudah
ada acc dari atasan atau GM baru eksekusi (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Hal yang sama juga dilakukan oleh hotel lain di Kota Kendari dalam
menyikapi kebijakan pelarangan PNS rapat di Hotel, yaitu Hotel Grand
Clarion kendari sebagai salah satu hotel yang turut terkena imbas dari
berlakunya aturan larangan rapat tersebut. Optimasi segmen yang tersisa
seperti masyarakat, perusahaan serta travel merupakan perencanaan
yang dilakukan. Seperti penjelasan oleh Mey Cristien (Public Relations
Hotel Grand Clarion Kendari) sebagai berikut :
“....Karena segmen dari pemerintah sudah tidak ada tentu targetnya kita
lebih ke segmen yang masih ada seperti masyarakat lokal karena tiap
weekend sabtu minggu full disitu, ada juga dengan travel atau corporate
buat kerjasama dengan mereka karena kita juga banyak dapat dari sana,
kita banyak main di promo atau diskon seperti promo makanan, promo
kamar, atau wedding, selain itu buat event seperti acara musik ya atau
pameran-pameran di hotel (Wawancara, 28 Mei 2015).”
Segmen masyarakat lokal merupakan salah satu segmen penting
yang menyumbang pendapatan bagi hotel itu sendiri. Dimana tersedianya
hiburan dan fasilitas yang lengkap merupakan daya tarik masyarakat lokal
untuk berkunjung ke hotel, seperti yang diungkapkan oleh Miswar, Seorang
tamu hotel sebagai berikut
“…Saya kesini biasa sama keluarga saya istri sama anak. Biasa nginap
kalau waktu hari libur lah, tidak setiap minggu juga. Karena mereka suka
fasilitasnya lengkap, kamar bagus, kolam renangnya juga ada jadi anak
saya suka. Itu yang jadi salah satu faktor saya kesini saya juga dengar
disini banyak hiburanya. Lengkaplah pokoknya seperti itu (13 Juni 2015).”
Setiap orang yang ada dalam departemen atau divisi yang ada di
hotel sudah mempunyai tugas masing-masing terutama dalam divisi sales
dan marketing yang didalamnya terdapat public relations, sebagai Public
relations yang bertindak untuk merancang bentuk promo yang akan
102
diluncurkan meliputi desain promo, bahasa promo dan juga pemilihan
warna untuk promo iklan yang akan diluncurkan. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil wawancara dengan Mey Cristien selaku Public Relation Hotel
Grand Clarion Kendari sebagai berikut :
“....Kalo di dept. sales and marketing, semua sudah punya tugas masing-
masing yah, dan kalo PR itu support untuk menyampaikan program hotel,
fasilitas yang tersedia di hotel, jenis kamar hotel dan pelayanan-pelayanan
yang diberikan kepada tamu hotel selain juga mengkonsepkan promo
yang akan datang, nah kalo untuk promo, sebelum peluncuran promo itu
kita deadline juga, misalnya ada promo kamar untuk untuk Valentine
misalnya, itu deadlinenya satu minggu sebelum waktu promonya tiba, jadi
semua persiapan sudah harus siap, termasuk desain promo bagaimana,
bahasanya seperti apa, kemudian kita pilih tematik warna apa untuk
iklannya, seperti itu (Wawancara, 28 Mei 2015).”
Lebih lanjut, Mey Cristien menjelaskan bahwa adapun
pembahasan mengenai perencanaan atau mengkonsepkan promo atau
event-event yang akan dilakukan oleh Hotel Grand Clarion Kendari, mulai
dari bentuk promo kemudian media promosi dan bentuk pesan promosi
menurut Mey Cristien dilakukan pada hari hari sabtu setiap minggunya.
Adapun promo-promo yang dilakukan oleh hotel sesuai dengan tema bulan
tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Mey Cristien sebagai Public
Relations Hotel Grand Clarion Kendari sebagai berikut :
“....Jadi setiap weekend yah tepatnya hari setiap sabtu kita itu selalu
melakukan meeting namanya sales meeting, disitu kita mengkonsepkan
program dan promo-promo apa saja yang akan dilakukan, seperti untuk
buat promo makanan atau minuman itu kerjasama dengan dept food and
beverage untuk konsepnya karena pasti ada masukan dari mereka,
kemudian media promosinya melalui apa, bagaimana bentuk pesannya itu
saya yang susun sesuai dengan job desk saya sebagai PR, dan itu
program-program disesuaikan dengan tema bulannya, misalnya nih bulan
januari kita kasih tema New Year, kemudian februari kita konsepkan
dengan tema Valentine (Wawancara, 28 Mei 2015).”
Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana,
baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua
103
khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang
berlandaskan pada saling pengertian. (Jefkins dalam Cutlip, et al. (2009:6).
Dari hasil wawancara dengan beberapa petugas public relations
hotel di kota Kendari diketahui bahwa perencanaan dilakukan dengan
terlebih dahulu menetapkan segmentasi atau target pasar yang masih
potensial seperti masyarakat lokal, corporate atau perusahaan swasta,
partai, serta travel sebagai target hotel.
Banyak Hotel-hotel di kota Kendari terpaksa mengubah arah
segmentasi hotel, yang sebelumnya menjadikan sektor pemerintahan
sebagai segmen utama kemudian mengubahnya dengan menjadikan
segmen swasta atau masyarakat lokal sebagai segmen utama. Setelah
menetapkan segmentasi pasar kemudian public relations melakukan
pertemuan atau meeting untuk membahas rencana-rencana promo serta
event yang akan dilakukan oleh hotel. Pembuatan event serta promo
merupakan upaya optimasi dengan segmen-segmen tersebut dengan
tujuan agar tingkat okupansi hotel bisa mengalami peningkatan.
d. Tindakan dan Komunikasi (Action and Communication)
Ada dua kajian utama dari proses ini, yaitu komponen tindakan dan
komunikasi. Komponen tindakan meliputi tindakan responsif dan
bertanggung jawab, mengkordinasikan tindakan dan komunikasi serta
tindakan sebagai respon sistem terbuka. Komponen komunikasi meliputi
pengemasan pesan, semantik, simbol, rintangan dan penyebaran pesan.
Seorang PR harus mampu mengoordinasikan keduanya. Strategi
tindakan atau aksi dikonsentrasikan pada penyesuaian atau adaptasi di
104
dalam organisasi. Public relations haruslah dapat bekerja secara efektif
dan menjadi bagian dari perusahaan sehingga dapat membantu
perusahaan untuk memenangkan kompetisi bisnis. Di sebuah perusahaan
swasta atau perusahaan yang berorientasi pada profit, peran public
relations juga selain membentuk citra perusahaan juga bertindak sebagai
ahli komunikasi pemasaran yang melayani konsumen atau pelanggannya.
Dalam struktur organisasi hotel terdapat bagian penjualan (sales)
atau pemasaran (marketing) yang bertugas untuk mendistribusikan atau
memasarkan produk ke konsumen. Tujuan pemasaran adalah untuk
menarik dan memuaskan klien atau pelanggan dalam jangka panjang
dalam upayanya untuk mencapai tujuan ekonomi perusahaan. Bagian
pemasaran tentu membutuhkan publisitas media massa bagi produknya
dan karenanya pemasaran membutuhkan fungsi dari public relations untuk
melaksanakan hal ini karena biasanya public relations lebih mengetahui
bagaimana menulis untuk media massa.
Berlakunya kebijakan pelarangan rapat di Hotel, tentu membuat
hotel melakukan segala macam upaya untuk menarik tamu agar
berkunjung ke hotel untuk meningkatkan tingkat hunian hotel yang turun
akibat kebijakan larangan rapat tersebut dengan menghadirkan promosi-
promosi produk hotel yang murah serta menarik masyarakat.
Dari data hasil penelitian, Swiss-Belhotel Kendari banyak
mengeluarkan promo-promo untuk menarik tamu, seperti pada tahun baru
dengan membuat acara musik di hotel untuk meningkatkan tingkat hunian
kamar, kemudian mengeluarkan promo menarik seperti menginap tanpa
105
bayar bagi tamu hotel dengan syarat-syarat teretntu guna menarik
perhatian konsumen.
Gambar 4.3.2 Public Relations Hotel Swiss-Bell Kendari, Tenri Mayasari
memberikan ‘promo menginap nol rupiah’ kepada salah satu tamu Swiss-Bell Hotel Kendari.
Lebih lanjut, pihak hotel Swiss-bell Kendari juga menggandeng
komunitas anak muda seperti stand up kendari untuk menggelar
kegiatannya di hotel. Selain itu juga lebih banyak mengeluarkan promo
makanan serta melakukan optimasi pada promo pernikahan, sebab target
dari Swiss-Belhotel Kendari adalah masyarakat lokal sebagai segmen
prioritas. Seperti yang dijelaskan oleh Tenri Mayasari sebagai Public
Relations Swiss-Belhotel Kendari sebagai berikut :
“....Kita tahu okupansi pasti tidak stabil terganggu setelah salah satu
segmen hilang akibat aturan itu, jadinya kita buat promo dan event untuk
mendorong naiknya okupansi, waktu awal tahun saja kita bikin event
seperti music party untuk tamu hotel, kita datangkan DJ dari luar untuk
memanjakan tamu, karena kita tahu di pergantian tahun hunian bisa
meningkat mencapai seratus persen kalo benar-benar dioptimasi karena
pasti banyak yang merayakan pergantian tahunnya di hotel, setelah tahun
baru pun kita masih rajin menggelar event music di hotel untuk menarik
tamu ke hotel, kita juga buat promo untuk kamar seperti menginap nol
106
rupiah artinya tamu bisa nginap gratis tanpa mengeluarkan rupiah
sepeserpun (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Lebih lanjut Tenri Mayasari menjelaskan :
“....Selain itu kita juga kerja sama dengan komunitas anak muda kendari
contohnya komunitas stand up comedy kendari, kita ajak mereka untuk
buat kegiatan menarik di hotel karena acara begitu banyak yang suka
apalagi anak muda, terus bikin promo wedding sebab wedding itu juga
besar pemasukannya bagi hotel dalam sekali penyelenggaraan, jadi kita
kasih promo murah agar orang bisa merayakan pernikahannya di hotel,
kita juga banyak main di promo makanan itu kerja sama dengan Dept. F
and B tentunya harganya terjangkau ((Wawancara, 05 Juni 2015).)”.
Membuat acara hiburan di hotel merupakan salah satu strategi
yang banyak dilakukan oleh Hotel untuk menarik pengunjung ke Hotel. Hal
ini juga diperkuat oleh pernyataan dari Pengunjung Hotel, Nurhijjah
sebagai berikut :
“….Saya kesini sama teman-teman ji biasanya. Karena saya suka sama
acara disini. Yaitu stand up comedy. Karena disini ji yang adakan acara
seperti itu tiap minggunya. Bagus kumpul-kumpul sama teman disini. Ndak
pernah ji menginap cuman saya suka acara hiburannya saja (07 Juni
2015).”
Acara hiburan yang unik di hotel tentu banyak menjadi perhatian
masyarakat. Segmen masyarakat lokal tentu salah satu segmen utama
ketika segmen lainnya seperti pemerintah sedang mengalami kekosongan
akibat kebijakan larangan rapat PNS di hotel.
Dari data hasil penelitian selain mengeluarkan promo, Swiss-
Belhotel Kendari juga melakukan program CSR (Corporate Social
Responsibilty) pada bulan-bulan berlakunya kebijakan larangan rapat PNS
di hotel oleh pemerintah. Program CSR (Corporate Social Responsibilty)
baik untuk meningkatkan citra hotel di mata masyarakat kota Kendari dan
juga sebagai salah satu strategi promosi untuk membuat hotel lebih dikenal
107
masyarakat. Seperti yang jelaskan oleh Tenri Mayasari sebagai Public
Relations Swiss-Belhotel Kendari sebagai berikut :
“....Tapi perlu diketahui, kita juga punya kepedulian terhadap masyarakat
jadi selain ngasih promo, kita juga buat program donor darah di hotel itu
awal tahun, ada juga operasi bibir sumbing gratis itu bulan kemarin kerja
sama dengan rumah sakit itu tiap tahun rutin diprogramkan (Wawancara,
05 Juni 2015).”
Sementara di Hotel lain yang menjadi salah satu lokasi penelitian
yaitu Hotel Grand Clarion Kendari, untuk meningkatkan okupansi hotel
yang turun akibat kebijakan larangan rapat di hotel maka Hotel Grand
Clarion Kendari lebih banyak memberikan promosi-promosi, event serta
pemberian discount, voucher kepada pengunjung hotel. Discount adalah
bentuk potongan harga jual di muka untuk konsumen, biasanya dalam
bentuk persentase. Tujuan pemberian discount dan voucher untuk
mempercepat tingginya angka penjualan.
Kegiatan promosi pemasaran lebih dikonsentrasikan pada
peningkatan penjualan kamar yang dimiliki Hotel Grand Clarion Kendari,
Promo-promo untuk kamar dikemas dalam paket-paket yang dikeluarkan
setiap tiga bulan, pada awal bulan januari Hotel Clarion meluncurkan paket
promo kamar dengan mengusung nama lokal yang diberi nama “Paket
Lulo” yang berakhir pada bulan Maret dan kemudian selanjutnya paket
tersebut diganti lagi dengan nama “Paket Sultraku” yang berlaku hingga
bulan juni 2015, dimana setiap paket promo yang dikeluarkan juga
diberikan hadiah atau doorprize berupa motor sebagai salah satu cara
untuk untuk membuat pengunjung tertarik.
108
Gambar 4.3.2 Undian doorprize yang diadakan oleh Hotel Clarion Kendari untuk menarik minat pengunjung ke hotel pasca pelarangan rapat di hotel
Hal yang sama juga berlaku untuk wedding package di hotel
dengan memberikan hadiah yang menarik, disamping itu juga Grand
Clarion Kendari juga biasa membuat event seperti music party setiap
dalam setiap satu bulan dengan menampilkan artis ibukota untuk menarik
minta masyarakat lokal berkunjung ke hotel. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil wawancara dengan Mey Cristien selaku Public Relation Hotel Grand
Clarion Kendari sebagai berikut :
“...Jadi untuk menggenjot naiknya okupansi ya kita lebih banyak buat
event, promo, diskon atau kasih doorprize. Kalo event kita selalu
mengadakan event musik setiap bulan, pameran tapi itu biasanya kita
kerjasama dengan pihak luar karena kegiatannya kita lakukan di hotel tapi
fokusnya kita sih sebenarnya ke promo room, kalo untuk itu kita buat
perpaket nah untuk lebih menarik lagi disini kita kasih doorprize seperti
hadiah motor bagi pengunjung tiap tiga bulannya, kita juga optimasi di
wedding, wedding package nya kita siapkan doorprize yaitu hadiah mobil
seperti yang anda lihat di samping lobby hotel itu itu hadiahnya untuk tamu
yang merayakan pernikahannya di Clarion Kendari tapi kalo itu undiannya
di akhir tahun ini, selain itu kita juga kasih voucher menginap tujuannya
untuk menjalin kerja sama media atau pihak lain, biasa juga kasih diskon
(Wawancara, 28 Mei 2015).”
109
Sementara untuk Hotel Horison yang berbasis hotel bisnis yang
mengandalkan kegiatan MICE sebagai sumber pendapatannya, Strategi
promosi dilakukan dengan menawarkan paket meeting atau rapat murah
di hotel kepada sektor corporate dan partai.
Selain itu, promosi paket kamar murah serta memberikan paket
menu makanan dan minuman. Mengatasi penurunan okupansi hunian
dengan melakukan promosi dengan produk-produk yang menjadi andalan
hotel juga dilakukan oleh Hotel Horison Kendari. Seperti yang dijelaskan
oleh Sartika selaku Public Relations Hotel Horison Kendari sebagai berikut
“...Jadi seperti yang saya katakan tadi karena segmen pemerintah ini
sudah tidak ada, maka segmennya itu fokusnya ke corporate tadi sama
partai, travel. Jadi ketika mulai berlakunya aturan itu pemerintah jadi di
awal tahun itu kita banyak buat promo untuk menarik tamu ke hotel,
bagaimana agar di weekday itu tetap terisi, jadi kita tawarkan mereka
paket promo spesial untuk meeting buat corporate atau partai itu harganya
sangat terjangkau, kerjasama juga dengan travel, kemudian kita juga buat
promo kamar, promo makanan dan minuman, setiap bulan atau
menyambut hari-hari spesial pasti ada promo yang kita keluarkan,
masyarakat juga kita tawarkan untuk mengadakan acara seperti party atau
wedding murah di hotel pokoknya dengan harga murah (Wawancara, 24
Juni 2015).”
Berlakunya kebijakan larangan rapat PNS di hotel membuat
hotel terpaksa menyesuaikan harga untuk mendapatkan penjualan
produk hotel. Seperti yang dijelaskan oleh Sartika sebagai Public Relation
Hotel Horison Kendari sebagai berikut :
“...Tapi harganya ya kita sesuaikan dengan budget mereka. Kita kasih
diskon makan, diskon nginap, kalo yang kemarin kan ada harga stabil lah
waktu masih ada pemerintahan, tapi setelah mungkin kita optimasi atau
main di segmen corporate, harga kita kurang stabil, kadang turun kadang
juga standar. Yang pastinya kita berprinsip dari pada kosong yang penting
ada (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Efek Munculnya kebijakan larangan PNS (Pegawai Negeri Sipil) di
hotel terutama di Kota Kendari selain tingkat hunian yang turun drastis dan
110
menyebabkan terjadinya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) juga
membuat hotel di Kendari berlomba-lomba menurunkan harga untuk
produk hotelnya, hal ini disebabkan juga karena banyaknya hotel yang
beroperasi di Kota Kendari yang mengandalkan sektor kegiatan
pemerintahan sebagai sumber pendapatan sehingga hilangnya segmen
pemerintah tersebut menjadikan hotel terpaksa menurunkan harga produk
hotel untuk menarik minat konsumen. Seperti yang dijelaskan oleh Hendra
Sukarno selaku Ketua PHRI Sulawesi Tenggara sebagai berikut :
“...Efek dari surat edaran itu juga menjadikan persaingan harga tidak sehat dalam hal ini bisa saya katakan sebagai “pelacuran harga” itu bahasa radikalnya yah, artinya di Kendari sekarang terjadi tren pelacuran harga karena banyaknya menjamur hotel-hotel namun segmen sedikit otomatis hotel saling menurunkan harga untuk mendapatkan pelanggan (Wawancara, 25 Juni 2015).”
Strategi tindakan (action strategy) merupakan penggerak utama
program Public Relations. Adapun kegiatan komunikasi bagi public
relations merupakan komponen yang jelas terlihat oleh siapapun karena
komunikasi memang ditujukan untuk masyarakat. Seperti komunikasi
melalui promosi atau iklan di media massa adalah sesuatu yang terlihat
jelas. Komunikasi disini mempunyai peran utama sebagai katalisator untuk
menginterpretasikan dan mendukung strategi tindakan.
Adapun langkah-langkah komunikasi yang dilakukan oleh public
relations hotel-hotel di kota Kendari lebih banyak dalam bentuk komunikasi
pemasaran sebab tujuan utama dari public relations perhotelan adalah
membantu meningkatkan profit perusahaan melalui marketing komunikasi,
dimana public relations hotel membantu mempromosikan produk-produk
hotel melalui media agar lebih dikenal masyarakat.
111
Berdasarkan data hasil penelitian, Hotel-hotel di kota Kendari
seperti Swiss-belhotel melakukan promosi dengan menggunakan
menggunakan media cetak seperti surat kabar harian lokal, radio, banner
yang dipasang di dalam hotel sehingga dapat dilihat oleh pengunjung serta
penggunaan spanduk sebagai sarana komunikasi, mengenai produk-
produk hotel kepada masyarakat seperti yang dijelaskan oleh Tenri
Mayasari selaku Public Relations Swiss-Belhotel Kendari Hotel Kendari :
“....Sejak berlakunya Kebijakan larangan rapat itu, kita memang aktif
melakukan promosi untuk menggenjot tingkat hunian hotel yang turun,
seperti pasang iklan di surat kabar lokal, press release, kerja sama dengan
radio, banner, pasang spanduk atau baliho di jalan-jalan yang letaknya
strategis atau di hotel, ada juga buat browsur untuk menginformasikan
kepada masyarakat kalo ada promo atau event yang akan dilangsungkan
di hotel (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Selain menggunakan media cetak, promosi produk hotel swiss-
belhotel seperti promo dan event juga biasa dilakukan menggunakan
media online seperti jejaring sosial seperti facebook atau twitter, seperti
yang dijelaskan lanjut oleh Tenri Mayasari selaku Public Relations Swiss-
belhotel Kendari mengatakan :
“....Kita juga aktif publikasi lewat media sosial seperti twitter atau facebook,
update kalo jika ada promo baru seperti promo makanan atau minuman,
room, event, atau kegiatan hotel yang lain karena kita juga punya banyak
followers dari situ jadi kita maksimalkan (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Dari hasil pengamatan peneliti, alat promosi juga dilakukan
menggunakan website serta media elektronik berupa TV yang dipasang di
dekat lobby hotel yang menampilkan produk-produk yang ditawarkan oleh
hotel yang menyediakan informasi mengenai produk, harga serta berita
mengenai swiss-belhotel Kendari.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Hotel Grand Clarion Kendari,
sarana promosi yang dipilih untuk menginformasikan produk dengan
112
menggunakan media cetak seperti surat kabar, baliho, banner, pamflet
website ataupun press release mengenai promosi atau event yang akan
diadakan oleh Hotel Grand Clarion Kendari.
Peneliti juga mendapati bahwa bahwa penggunaan media internet
seperti website sebagai sarana komunikasi tentang produk atau informasi
mengenai hotel juga di maksimalkan oleh pihak Hotel Grand Clarion Kendari
namun penggunaan media sosial seperti facebook dan twitter tidak terlalu
dimanfaatkan oleh public relations hotel Grand Clarion Kendari untuk
melakukan promosi ketika kebijakan larangan larangan rapat PNS di Hotel
berlaku hingga April 2015. Seperti penjelasan Mey Cristien sebagai berikut :
“....Kalo media promosinya kita banyak, kita rutin iklan di surat kabar
seperti di kendari pos itu frekuensinya dua kali seminggu, press release
ke media kalo ada promo, kenapa kami pilih media cetak karena
pembacanya itu banyak sesuai dengan target kami ya jadi informasi bisa
tersalurkan dengan baik, ada juga brosur, baliho, dan banner itu di lobby
bisa dilihat ya, website juga ada kita rutin update informasi disitu, kita juga
ada media sosial tapi tidak terlalu update ketika itu (Wawancara, 28 Mei
2015).”
Dari data hasil penelitian, salah satu strategi komunikasi yang juga
dilakukan oleh Public Relations hotel Grand Clarion Kendari dengan
melakukan kegiatan press conference dalam mengenalkan promo atau
event yang akan digelar oleh Hotel. Konferensi Pers merupakan acara
dimana sumber berita (narasumber) mengundang wartawan dan perwakilan
media massa untuk berdialog dalam menyampaikan suatu informasi atau
pernyataan (statement) karena seringkali dalam konferensi pers
berlangsung tanya jawab. Konferensi press biasanya dilakukan oleh
perusahaan dan institusi produk dan jasa. Hal tersebut seperti yang
dijelaskan oleh Mey Cristien selaku Public Relations Hotel Grand Clarion
kendari sebagai berikut :
113
“....Jadi ketika launching untuk promo atau event selain iklan di koran-
koran, kita juga lakukan konferensi pers. Ketika hari peluncuran promo
atau gelaran event kita undang teman-teman wartawan jadi mereka bisa
memberitakan kepada masyarakat terobosan baru apa lagi yang kami
hadirkan untuk masyarakat (Wawancara, 28 Mei 2015).”
Mengenalkan promo dengan press conference mungkin merupakan
salah satu budaya organisasi yang diterapkan di Hotel Clarion Kendari.
Selain penggunaan media cetak, media elektronik serta media online
merupakan salah satu strategi komunikasi yang baik untuk menyampaikan
produk hotel agar lebih dikenal oleh masyarakat. Selain menggunakan
ketiga media tersebut, promosi juga dilakukan secara langsung (personal
selling) dengan konsumen seperti yang dilakukan oleh Public Relation Hotel
Horison Kendari, hal ini efektif karena calon konsumen lebih akan lebih
mengerti tentang pesan yang disampaikan. Seperti yang dijelaskan oleh
Sartika selaku Public Relations Hotel Horison Kendari sebagai berikut :
“....Jadi kita ada sales bayangan, sales bayangan ini langsung door to door
ke perusahaan, memberikan penawaran. Kita juga main di spanduk, terus
pemasangan baliho di tiap-tiap jalan, kita siasatilah bagaimana bagusnya
(Wawancara, 24 Juni 2015).”
Ketika ditanyakan apakah juga menggunakan media lain seperti surat
kabar atau media elektronik untuk promosi, Sartika menjelaskan bahwa hal
tersebut tidak dilakukan sebab biaya untuk iklan media cetak dan media
elektronik dialokasikan untuk hal lainnya, seperti yang dijelaskan oleh
Sartika selaku Public Relations Hotel Horison sebagai berikut :
“...Justru begini yang tadinya kan kita misalnya bekerja sama dengan media
di Kendari, mulai dari surat kabar, radio, TV lokal semenjak kebijakan itu ada
kita kan kurang pendapatan karena okupansi yang turun, jadi iklan ke media
itu kita hentikan, kita sudah tidak bisa bayar iklannya karena kan kalo beriklan
ke media, karena kalo beriklan di media itu juga harganya tidak main-main,
itu juga besar. Jadi budget yang tadinya untuk membayar iklan itu jadi kita
alokasikan untuk membayar gaji karyawan. Tapi itu di awal tahun kemarin
114
sampai bulan lima kemarin, tapi kan sekarang ini pemerintah sudah melunak
lagi, sudah seperti semula lagi (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Saluran komunikasi seperti media cetak, elektronik dan internet
merupakan senjata utama public relations untuk menyampaikan informasi
yang sudah dikemas sedemikian rupa untuk sampai ke khalayak. Tantangan
terbesar seorang public relations dalam mengembangkan sebuah model
komunikasi yang berkualitas adalah mengemas sebuah sistem pengelolaan
informasi dan pengemasan informasi yang dibutuhkan oleh publik tentunya
secara akurat dan menarik. Meskipun seorang humas sendiri tidak terlalu
diperhatikan oleh public namun pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
public relations sangatlah penting terutama bagi kelangsungan
perusahaannya.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu tahap yang dilakukan oleh public relations
dalam manajemen untuk menentukan nilai suatu program termasuk
pengelolaan maupun hasil atau dampak pelaksanaannya, apakah pesan
komunikasi yang sudah ia susun sudah tersampaikan dengan baik melalui
saluran yang ia pilih, dan apakah targetnya sudah sesuai dengan yang
diharapkan. Dari tahap evaluasi juga seorang Public Relations akan dapat
mengetahui hal-hal yang menjadi keberhasilan atau kegagalan dari
program yang ia rencanakan, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah
selanjutnya yang seharusnya dilakukan. Tujuan Public Relations yang
utama adalah membantu manajemen dalam perusahaannya untuk
mencapai tujuan dari organisasi tersebut.
115
Public Relations di Hotel umumnya melakukan evaluasi untuk
mengukur efektif atau tidaknya program promosi dan sasaran yang dituju.
Public Relations juga membuat evaluasi pada beberapa tahap misalnya
pada tahap perencanaan ataupun tahap aksi dan komunikasi, memperbaiki
strategi yang dianggap tidak tepat ataupun juga meninjau secara
keseluruhan dampak dari strategi yang sudah dilakukan. Seperti yang
dijelaskan oleh Tenri Mayasari selaku Public Relations Swiss-Belhotel
Kendari sebagai berikut :
“...Pasti, setiap akhir bulan itu kita selalu adakan evaluasi untuk promo
atau event yang sudah dilakukan, jadi setiap kita mengeluarkan promo,
pasti kita review kembali dalam meeting, ini berhasil ndak promonya, kena
ndak ke segment yang kita tuju, mungkin promonya bagus cuman
strateginya kurang, maka dari itu kita coba ubah lagi misalnya strateginya
gimana (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Lebih lanjut Tenri Mayasari menjelaskan bahwa :
“...Ketika ada event itu saya juga biasa tanya ke pengunjung mereka tau
acara ini dari mana? Atau medianya apa? Nah jadi disitu saya bisa
mengetahui apakah targetnya sudah sesuai atau media yang digunakan
untuk promosi itu sudah tepat atau tidak (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Sartika sebagai public relations
Hotel Horison yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan tahap penting
untuk mengukur keberhasilan dari perencanaan strategi yang sudah
dilakukan. Seperti pernyataanya berikut ini :
“....Tentu, Evaluasi itu dilakukan untuk mengukur seberapa besar
keberhasilan dari strategi yang sudah diterapkan. Itu selalu dilakukan
ketika promo misalnya sudah selesai. Disitu dilihat apakah promosi yang
saya lakukan itu sesuai atau tidak dengan segmen yang sudah ditargetkan
atau tidak (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Adapun Metode evaluasi terhadap program promosi yang
dilakukan oleh public relations dilaksanakan secara berkala seperti yang
116
dijelaskan oleh Mey Cristien selaku Public Relation Hotel Grand Clarion
Kendari sebagai berikut :
“...Iya itu pasti, setiap tiga bulan kami selalu mereview promo-promo yang ada, baik itu outlet atau kamar. Dan itu selalu ada laporannya ke manajemen hotel seperti ke sales manager atau GM karena saya kan tanggung jawabnya ke mereka (Wawancara, 28 Mei 2015).”
Proses manajemen public relations biasanya diadakan secara
berkesinambungan mengikuti kehidupan sebuah organisasi. Antara satu
sama lain selalu berhubungan dan diakhir dengan langkah evaluasi
sebagai tahap akhir dari proses manajemen public relation. Evaluasi
merupakan tahap penting untuk mengukur berhasil atau tidaknya strategi
public relations yang sudah dilakukan.
4.4 Faktor – faktor mempengaruhi pelaksanaan manajemen public relations
hotel di Kota Kendari dalam menangani krisis terkait larangan PNS rapat
di Hotel.
Surat edaran larangan rapat PNS di Hotel yang dikeluarkan oleh
pemerintah terbukti memiliki dampak hebat terhadap industri perhotelan di
Kota Kendari. Hal ini mengharuskan setiap hotel melakukan sebuah strategi
baru demi keberlagsungan perusahaan. Setiap perusahaan pada umumnya
ingin mencapai sukses dalam setiap usahanya. Keadaan tersebut bisa dapat
dicapai dengan memasarkan produk yang dihasilkannya kepada konsumen
yang tepat. Keberadaan public relations dalam perusahaan sangat penting
sebab selain membangun citra perusahaan juga membantu perusahaan
memasarkan produknya melalui marketing public relations.
Dalam melakukan proses-proses manajemen public relations dalam
perusahaan khususnya di hotel, tentu terdapat faktor-faktor yang
117
mempengaruhi proses pelaksanaannya tersebut. Faktor-faktor tersebut yaitu
faktor pendukung dan juga faktor penghambat yang biasa dialami public
relations. Berikut beberapa aspek yang dinilai cukup memberi pengaruh pada
proses manajemen public relations yang telah dijalankan di hotel.
a. Faktor Pendukung
Menurunnya tingkat hunian atau okupansi yang dialami oleh hotel-hotel
di Kota Kendari akibat kebijakan larangan PNS rapat memaksa hotel untuk
membuat berbagai macam strategi untuk menarik minat pengunjung ke hotel,
hal ini dalam rangka mempertahankan kelangsungan hotel ditengah hilangnya
satu segmen yang menjadi andalan dan juga persaingan dari hotel-hotel lain.
Public Relation perhotelan yang posisinya berada dalam departemen sales
and marketing juga mempunyai peranan penting dalam merancang strategi
promosi tersebut. Keberhasilan strategi sangat ditentukan oleh kerjasama
(teamwork) antar departemen yang ada di dalam struktur organisasi hotel.
Peranan teamwork atau kerjasama antar departemen di Hotel sangat besar
kontribusinya dalam mencapai target yang ditentukan oleh perusahaan.
Seperti yang dijelaskan oleh Tenri Mayasari Selaku Public Relations Swiss-
Belhotel Kendari sebagai berikut :
“...Kalau saya yang pertama itu teamwork dalam manajemen saya,
kerjasama antar semua departemen, saya tidak bisa bekerja sendiri tanpa
ada dukungan dari manajemen, GM atau departemen lain, saya tidak bisa
bergerak sendiri. Makanya GM selalu tekankan, yuk sama-sama promosi,
jadi misalnya kalau ada teman-teman, channel link atau keluarga bisa
promosikan atau perkenalkan ke mereka apa sih yang baru dari Swiss-
Bell (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Kerjasama departemen juga menjadi salah satu faktor pendukung yang
sangat penting bagi Public Relation Hotel Clarion. Mey Cristien selaku Public
Relations Hotel Grand Clarion Kendari menjelaskan sebagai berikut:
118
“...Kerjasama antar departemen itu sangat penting sekali menurut saya,
tanpa kerjasama atau kordinasi dengan departemen lain akan sangat
susah mencapai target yang sudah ditetapkan (Wawancara, 28 Mei
2015).”
Selain kerjasama, faktor lain yang mendukung keberhasilan public
relations dalam melakukan marketing public relations adalah pengetahuan
tentang produk yang akan di promosikan kepada konsumen atau product
knowledge. Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
diperhatikan, dipakai, dimiliki, atau dikonsumsikan sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan, Bentuk produk sendiri berupa barang
ataupun jasa. Seorang konsumen/pelanggan akan melihat suatu produk
berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut produk tersebut yang
dipasarkan tersebut, sehngga pengetahuan produk oleh Public Relations akan
sangat menentukan keberhasilan pemasaran yang dilakukan. Seperti yang
dijelaskan oleh Tenri Mayasari selaku Public Relations Swiss-Belhotel Kendari
sebagai berikut :
“...Kemudian yang kedua bagi saya yaitu product knowledge,
pengetahuan tentang apa sih yang kita mau jual atau apa sih yang mau
kita kasih ke orang, itu yang harus atau perlu sekali untuk diketahui. Akan
sangat sulit kalo seandainya kita tidak terlalu mengerti tentang produk
yang kita promosikan ini, makanya itu penting menurut saya (Wawancara,
05 Juni 2015).”
Faktor lain adalah dukungan dari berbagai pihak yang ada dalam
organisasi hotel itu sendiri terutama dari manajemen puncak yang ada di hotel
sangat membantu PR untuk mengembangkan ide melakukan promosi untuk
meningkatkan jumlah okupansi hotel. Disamping itu juga . Berikut penjelasan
dari Mey Cristien selaku Public Relations hotel Grand Clarion Kendari, berikut
penjelasannya :
“...Dukungan dari manajemen seperti atasan atau GM saya, tanpa
support mereka maupun departemen lain saya sebagai PR tidak
119
bisa melakukan apa-apa, jadi adanya masukan-masukan dari
mereka sehingga bisa memberi ide bagi saya untuk menciptakan
strategi baru baik itu untuk produk atau event (Wawancara, 28 Mei
2015).”
Lebih lanjut Mey Cristine juga menjelaskan bahwa sumber daya yang
tersedia juga merupakan salah satu factor pendukung lancarnya aktifitas
mapun pelaksanaan manajemen public relation di hotel Clarion Kendari.
Seperti yang dijelaskan sebagai berikut :
“…Dan yang terakhir itu sumber daya yang tersedia untuk kelancaran dari
promosi itu (Wawancara, 28 Mei 2015).”
Kekuatan internal hotel seperti sumber daya manusia seperti skill dan juga
fasilitas yang tersedia merupakan faktor penting dalam menunjang kelancaran
manajemen public relations yang dilakukan oleh public relations di hotel,
seperti yang dijelaskan oleh Sartika selaku Public Relations Hotel Horison
Kendari sebagai berikut :
“....Internal yang ada dalam hotel itu sendiri, seperti sumber daya
manusianya, skill, sama fasilitas yang tersedia di hotel, itu faktor
pendukung yang utama menurut saya, SDM ini tentu saling bahu-
membahu kerjasama bagaimana agar bisa membuat produk baru dan
memberikan pelayanan yang baik kepada tamu (Wawancara, 24 Juni
2015).”
Faktor pendukung ini berperan penting membantu kinerja public relations
mencapai tujuan yang sudah diprogramkan sebelumnya melaui proses
manajemen public relations dari tahapan pengumpulan fakta hingga sampai
pada tahap evaluasi.
b. Faktor Penghambat
Pada dasarnya selain faktor-faktor pendukung dalam melakukan
pelaksanaan manajemen public relation, terdapat juga faktor-faktor yang
menjadi penghambat bagi public relations hotel untuk melaksanakan kegiatan
120
manajemennya di hotel. Faktor-faktor ini seringkali membuat public relations
tidak dapat melakukan aktivitasnya secara maksimal atau hasil yang diperoleh
kurang maksimal akibat faktor-faktor penghambat ini. Ketersediaan dana
untuk melakukan kegiatan promosi atau budget merupakan salah salah
kendala yang dihadapi oleh Public relations dalam melaksanakan kegiatan
manajemen public relations akibat kebijakan pelarangan PNS rapat di hotel
dan Tidak semua media promosi bisa di gunakan akibat keterbatasan dana
promosi sehingga ini menjadi salah satu factor penghambat bagi Public
Relations, seperti yang dijelaskan Sartika selaku Public Relations Hotel
Horison Kendari :
“....Salah satu kendala yang ya itu tadi budget sales yang terbatas untuk
promosi sebab dana yang tersedia kebanyakan dialokasikan untuk bayar
bulanan seperti pajak, gaji pegawai sama bayar supplier akibat dari
kebijakan pemerintah itu tadi, jadi bisa saya katakan tidak maksimal hasil
yang didapat karena tidak semua media promosi bisa kita maksimalkan
jadi mungkin kurang (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Lebih lanjut Sartika menjelaskan bahwa munculnya kebijakan
pelarangan PNS rapat di Hotel menyebabkan persaingan semakin sulit
dalam menarik tamu untuk berkunjung ke hotel ditambah lagi jumlah hotel di
Kota Kendari yang terus tumbuh, seperti dijelaskan sebagai berikut :
“…Semenjak segmen pemerintah tidak ada, maka di Kendari itu ibarat ada
satu kue, kuenya itu korporat atau travel nah kue ini diperebutin sama
semua, terus hotel-hotel baru juga tumbuh sehingga persaingan semakin
ketat dan semakin sulit, mau tidak mau kita harus pintar-pintar buat
strategi (Wawancara, 24 Juni 2015).”
Kendala yang sering dihadapi adalah kebijakan perusahaan dalam
hal ini sering terjadi perbedaan antara Public Relation dan marketing dalam
melaksanakan kegiatan manajemen, seperti yang dijelaskan oleh Mey
Cristien selaku Public Relations Hotel Grand Clarion Kendari sebagai berikut
121
“...Terkadang seringkali terjadi perbedaan antara PR dan marketing, kalo
PR itu pakai budget untuk buat promosi, tetapi kalo marketing mereka
bekerja untuk mendapatkan revenue. Sehingga disitu biasa bentroknya,
PR lagi butuh dana untuk mau promosi ini misalnya tapi mungkin dari
marketing mungkin lagi kurang bagus (Wawancara, 28 Mei 2015).”
Munculnya konflik atau kesalahpahaman yang biasa terjadi menjadi
salah satu kendala yang dihadapi dalam melaksanakan langkah-langkah
manajemen public relations. Faktor penghambat lain yang biasa dihadapi
oleh Public Relations adalah kurangnya skill dalam mempromosikan produk
hotel sehingga diperlukan pelatihan yang rutin untuk hal tersebut, seperti
yang dijelaskan oleh Tenri Mayasari selaku Public Relations Hotel Swiss-
Bell Kendari sebagai berikut :
“....Kurangnya skill dalam hal promosi misalnya, jadi kita biasa adakan
pelatihan skill walaupun mungkin mereka sudah tahu tapi tetap diasah dan
diasah terus (Wawancara, 05 Juni 2015).”
Faktor-faktor penghambat seringkali muncul dalam proses pelaksanaan
manajemen public relations. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi
seorang public relations itu sendiri.
122
Tabel Matriks Penelitian
Indikator Hasil Wawancara
Fact Finding 1. Swiss-Bell Hotel Kendari a. Tidak ada kegiatan rapat yang dilakukan oleh instansi
pemerintah di hotel dimulai pada awal desember 2014 . b. Adanya pelarangan rapat menyebabkan terjadinya
penurunan tingkat okupansi yang yang dirasakan oleh Swiss-Bell Hotel Kena
c. Meskipun terjadi penurunan tingkat hunian namun tidak terjadi PHK terhadap karyawan hotel
2. Hotel Horison Kendari a. Tidak ada kegiatan instansi pemerintah di hotel sejak awal
desember, beberapa instansi melakukan pembatalan reservasi kegiatan di hotel horison.
b. Hotel Horison adalah jenis hotel bisnis menyebabkan penurunan tingkat okupansi lebih besar dibandingkan hotel lain.
c. Terjadi PHK terhadap karyawan harian dan kontrak
3. Hotel Clarion Kendari a. Turunnya tingkat okupansi yang cukup besar sejak
berlakunya kegiatan larangan rapat di hotel b. Terjadi pemberhentian terhadap karyawan harian akibat
kebijakan larangan rapat
Sejak diberlakukanya Surat Edaran larangan kegiatan rapat Pegawai
Negeri Sipil di hotel, Para pegawai pemerintah sudah tidak menggunakan fasilitas
hotel untuk rapat dan memilih memaksimalkan penggunaan ruangan rapat di
kantor walaupun fasilitasnya masih kurang memadai. Akibat dari kebijakan ini,
banyak hotel-hotel mulai merasakan penurunan pendapatan. Turunnya
pendapatan yang cukup besar dirasakan oleh hotel-hotel besar yang menyediakan
fasilitas pertemuan atau rapat di hotel khususnya hotel-hotel besar yang memiliki
fasilitas lengkap terutama hotel bisnis seperti hotel Horison sebab hotel-hotel
besar di Kota Kendari sangat mengandalkan segmen pemerintah sebagai sumber
123
pemasukan yang cukup besar bagi hotel dengan adanya kegiatan pemerintah di
hotel.
Berkurangnya pendapatan yang cukup besar dan semakin tingginya biaya
operasional yang dikeluarkan oleh hotel-hotel membuat beberapa hotel
melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) kepada sebagian karyawannya
seperti yang dilakukan oleh Hotel Horison dan Grand Clarion. Hal berbeda terjadi
dengan Swiss-bell Hotel yang tetap mempertahankan karyawannya.
Indikaktor Hasil Wawancara
Perencanaan 1. Swiss-Bell Hotel Kendari a. Menetapkan segmen masyarakat lokal dan korporat
(perusahaan) sebagai sumber utama setelah segmen pemerintah hilang.
b. Public relations melakukan perencanaan promosi seperti model promosi, bahasa dan media promosi setelah melakukan riset terlebih dahulu.
c. Model promosi dibuat sesuai dengan target atau segmen yang dituju seperti promosi kamar, promo paket wedding, pengadaan event di hotel.
2. Hotel Horison Kendari
a. Hotel Horison di Kota Kendari adalah jenis hotel bisnis. Hilangnya segmen pemerintah yang menjadi sumber pemasukan terbesar, membuat hotel membidik segmen alternatif seperti korporat (perusahaan), partai dan travel serta masyarakat lokal.
b. Membuat paket-paket promosi produk hotel sesuai dengan jenis segmentasi yang dibidik memberikan paket meeting muraha, Promosi kamar, makanan, paket wedding, dan acara di hotel.
c. Public Relations melakukan perancangan model promosi dengan bekerja sama dengan departemen lain.
3. Hotel Clarion Kendari a. Menetapkan segmen masyarakat lokal sebagai segmen
utama setelah hilangnya segmen pemerintah, dan juga bekerja sama dengan travel serta korporat untuk mengadakan kegiatan di hotel.
b. Membuat konsep promo sesuai dengan segmen yang dituju. Konsep promo juga dibuat sesuai dengan tema bulanan seperti paket wedding, promosi kamar, promosi makanan, dan event di hotel.
124
c. Public relations merancang konsep promosi meliputi desain, Bahasa, dan tematik iklan promosi.
Setelah Mengetahui kondisi yang terjadi terhadap hotel, para Public
Relation mulai melakukan proses perencanaan dengan dengan menetapkan
segmen alternatif sebagai segmen utama yang menggantikan segmen
pemerintah. Diketahui ada beberapa segmen yang menjadi andalan utama bagi
hotel-hotel di kota Kendari setelah segmen pemerintah tidak ada yakni segmen
perusahaan (korporat), masyarakat lokal, travel serta partai.
Dua hotel besar seperti Swiss-Bell Hotel dan Grand Clarion membidik
segmen masyarakat lokal sebagai segmen utama sesuai dengan fasilitas yang
yang ada di hotel mereka yang bisa dikategorikan sebagai hotel wisata dan juga
bisnis. Berbeda dengan Hotel Horison yang menetapkan segmen korporat atau
perusahaan sebagai segmen utama mereka sebab dari jenisnya, Hotel Horison
kendari berjenis hotel Bisnis.
Setelah menetapkan segmen alternatif, Public Relation kemudian mulai
merancang dan membuat konsep promo sesuai dengan segmentasi pasar yang
sudah di tetapkan. Seperti yang dilakukan oleh Public relation Swiss-bell Hotel dan
Grand Clarion Kendari yang menargetkan segmen masyarakat lokal dengan
mengoptimasi promosi kamar, promosi paket pernikahan di hotel, promosi
makanan dan minuman serta pagelaran event atau acara di hotel. Sementara
Public relation hotel Horison yang menargetkan korporat atau perusahaan
menawarkan promosi paket meeting terjangkau di hotel, promosi kamar serta
promosi makanan dan minuman. Public Relation hotel-hotel tersebut melakukan
perancangan promosi mulai dari desain, bahasa promosi serta media promosi
125
dibantu oleh departemen lain yang memberikan masukan ke Public Relation
mengenai promo yang akan berlangsung.
Indikator Hasil Wawancara
Aksi dan Komunikasi 1. Swiss-Bell Hotel Kendari a. Menggelar event, optimasi produk dengan memberikan
promosi paket wedding, promo makanan, promosi kamar hotel dengan bentuk penawaran yang menarik kepada pengunjung hotel.
b. Melakukan promosi produk melalui media surat kabar, radio, baliho, dan melalui media sosial seperti facebook dan twitter.
2. Hotel Horison Kendari a. Menawarkan paket meeting dengan harga terjangkau
kepada perusahaan, mengeluarkan promosi kamar, paket wedding hotel, serta promo makanan dan minuman menyambut hari-hari spesial.
b. Melakukan penghematan dengan tidak beriklan ke media cetak dan elektronik dikarenakan budget Promosi yang terbatas. Promosi produk hotel dilakukan melalui spanduk, banner serta baliho dan menawarkan langsung ke konsumen (door to door).
3. Hotel Clarion Kendari
a. Membuat event/pagelaran acara di hotel, promosi produk hotel seperti kamar dan makanan, dan memberikan diskon produk serta doorprize yang menarik kepada tamu hotel.
b. Melakukan promosi produk dan event hotel melalui iklan dengan memanfaatkan media surat kabar, press conference, baliho dan banner.
Setelah proses perencanaan selesai, Public Relation kemudian mulai
melaksanakan atau menjalankan rencana yang sudah disusun. Mulai dari promosi
kamar, promosi makanan dan minuman, serta menggelar event atau acara di
hotel. Promo-promo tersebut kemudian diberitakan kepada masyarakat melalui
iklan media cetak seperti surat kabar, spanduk, baliho, kemudian melalui media
elektronik yaitu radio, jejaring sosial dan melakun konferensi pers seperti yang
dilakukan oleh Public relation hotel Grand Clarion Kendari.
126
Berbeda dengan Swiss-bell Hotel dan Grand Clarion Kendari, Public
relation hotel Horison Kendari tidak melakukan periklanan ke surat kabar dan radio
dikarenakan keterbatasan dana untuk periklanan akibat hilangnya segmen
pemerintahan. Public Relation Hotel Horison melakukan promosi secara langsung
kepada konsumen atau door to door dan menggunakan media cetak seperti baliho
dan spanduk yang dipasang di dekat hotel.
Indikator Hasil Wawancara
Evaluasi 1. Swiss-Bell Hotel Kendari a. Melakukan evaluasi/review terhadap promo yang sudah
selesai diakhir bulan dalam meeting.
2. Hotel Horison Kendari a. Evaluasi terhadap promo selalu dilakukan oleh PR untuk
mengukur keberhasilan dari strategi yang sudah ditetapkan.
3. Hotel Clarion Kendari a. Review terhadap promo-promo yang sudah selesai selalu
dilakukan setiap tiga bulan dan melaporkan kepada managemen hotel.
Setelah program promo berakhir, Public relation selalu melakukan evaluasi
atau review dari promosi yang sudah ia lakukan. Evaluasi digunakan untuk melihat
seberapa berhasilnya promosi yang dilakukan dan apakah kegiatan tersebut
sudah mencapai tujuan yang di tentukan. Hasil Review atau evaluasi promo
kemudian dijadikan laporan kepada manajemen dan sebagai masukan untuk
program promo selanjutnya.
Indikator Hasil Wawancara
Faktor Pendukung Public Relations
1. Swiss-Bell Hotel Kendari a. Teamwork atau kerjasama antar departemen di hotel b. Product Knowledge atau pengetahuan akan produk yang
dipasarkan kepade pelanggan.
2. Hotel Horison Kendari a. Sumber daya manusia dalam manajemen hotel
127
b. Skill atau keahlian yang dimiliki oleh setiap karyawan. 3. Hotel Clarion Kendari
a. Kerjasama antar departemen di hotel b. Dukungan dari atasan atau manajemen puncak
Lancarnya proses manajemen yang dilakukan oleh Public relation di hotel
terutama dalam hal mempromosikan produk hotel kepada public tidak terlepas dari
beberapa factor pendukung yaitu kerjasama antar departemen, pengetahuan akan
produk yang dipasarkan kepada pelanggannya, keahlian dalam mengolah dan
mempromosikan promo tersebut, tersedianya sumber daya bagi public relation
serta dukungan dari manajemen terhadap public relation menjadi kunci penting
suksesnya pelaksanaan manajemen yang dilakukan.
Indikator Hasil Wawancara
Faktor Penghambat Public Relations
1. Swiss-Bell Hotel Kendari a. Kurangnya skill.
2. Hotel Horison Kendari
a. Keterbatasan dana dalam promosi. b. Persaingan dengan kompetitor yang semakin ketat
3. Hotel Clarion Kendari
a. Sering terjadi kesalahpahaman.
Terdapat faktor penghambat yang terkadang membuat proses manajemen
yang dilakukan oleh public relation kurang berhasil. Hal tersebut seperti skill atau
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh public relation tersebut.
Berkurangnya pendapatan hotel akibat larangan rapat tersebut membuat biaya
promosi yang digunakan oleh public relation menjadi terbatas sehingga promosi
kurang efektif. Disamping itu semakin banyaknya hotel yang muncul di kota
Kendari namun segmentasi pasar yang kurang membuat persaingan akan segmen
yang tersisa semakin tinggi.
128
B. PEMBAHASAN
Penelitian ini mencoba melihat bagaimana strategi yang diterapkan oleh
seorang Public Relation dalam menghadapi krisis terkait dengan larangan rapat
PNS di Hotel dengan melihat bagaimana tahapan proses pelaksanaan manajemen
public relations hotel di kota kendari dalam menangani krisis terkait larangan pns
rapat di hotel dan faktor pendukung serta faktor penghambat bagi Public relations
dalam melaksanakan proses manajemen dalam menangani krisis yang terjadi di
hotelnya.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan metode pengambilan data secara
observasi, wawancara secara mendalam dan melalui dokumen statistic dekriptif,
maka hasil yang diperoleh dideskripsikan seperti dibawah ini :
1. Pelaksanaan Manajemen Public Relations Hotel di Kota Kendari Dalam Menangani Krisis terkait Larangan PNS Rapat di Hotel
Surat Edaran Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara yang berisi
larangan PNS untuk mengadakan rapat di Hotel merupakan sebuah bentuk proses
penyampaian pesan dari atasan yang memiliki otoritas tinggi dan disampaikan
kepada mereka yang memiliki otoritas lebih rendah. Ini merupakan salah satu jenis
informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan dan informasi mengenai
kebijakan dan praktik-praktik organisasi (Katz & Kahn, 1966).
Surat Edaran Larangan Rapat PNS di Hotel yang dikeluarkan oleh Menpan
di satu sisi berhasil menghemat anggaran pemerintah namun disisi lain
menghilangkan pendapatan hotel-hotel di kota Kendari yang berasal dari sektor
pemerintahan hasilnya membuat mereka banyak yang ‘merumahkan’ sebagian
dari karyawan untuk menghemat biaya operasional hotel. Dan sebagai bentuk
protes terhadap peraturan tersebut, para karyawan dan manajemen yang
129
tergabung dalam organisasi PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia)
Sulawesi Tenggara melakukan demo sebagai bentuk penolakan tersebut.
Hotel merupakan sebuah organisasi bisnis yang didalamnya memiliki
struktur organisasi seperti perusahaan bisnis lainnya. Terdapat banyak divisi
(department) yang memiliki tugas atau fungsi masing-masing. Hotel-hotel besar
memiliki struktur organisasi yang tentunya lebih kompleks dibandingkan dengan
hotel-hotel kecil. Public Relations adalah salah satu posisi yang ada dalam sebuah
organisasi di hotel-hotel besar di Kota Kendari seperti Hotel Clarion, Swiss-Bell
Hotel dan Horison Kendari. Public Relations di hotel-hotel berperan dalam
membantu sales dan marketing untuk mempromosikan produk hotel kepada publik
melalui media cetak dan elektronik.
Dalam melaksanakan fungsi manajemennya, ada beberapa tahapan yang
dilakukan oleh seorang public relations sebagai landasan dari program kerjanya
yaitu :
a. Fact Finding.
Secara umum, Fact Finding merupakan sebuah proses penelitian. Proses
awal bagaimana seorang public relations dalam sebuah organisasi harus mampu
menggali informasi mengenai masalah apa yang sedang dihadapi oleh
perusahaan.
Ada kendala yang dihadapi baik Intansi pemerintah maupun juga pihak
hotel Untuk Intansi pemerintah sendiri, terkait dengan larangan rapat di hotel dilihat
kenyataan bahwa tidak semua instansi pemerintah di Kota Kendari mempunyai
ruangan rapat yang dikantor masing-masing yang memadai sesuai dengan
petunjuk surat edaran untuk melaksakan kegiatan rapat sehingga lebih memilih
menggelar rapat di Hotel. Banyak Instansi-intansi pemerintah di Kota Kendari
130
memaksimalkan balai pelatihan atau meminjam ruangan instansi pemerintah yang
lain yang kapasitasnya lebih besar untuk menampung peserta dan dianggap
memadai untuk melaksanakan kegiatan rapat mengikuti instruksi surat edaran.
Dampak buruk dari Surat Edaran Larangan rapat ini tentu diterima oleh
pihak hotel dengan menurunnya tingkat okupansi (hunian) hotel-hotel di kota
Kendari dan pendapatan yang diterima hotel juga menurun cukup besar akibat
berlakunya kebijakan pelarangan PNS Rapat di Hotel terutama bagi hotel-hotel
yang segmentasi pasarnya mengandalkan aktivitas pemerintah di hotel seperti
pagelaran rapat dan seminar di hotel
Kebijakan pemerintah seperti surat edaran tersebut merupakan informasi
eksternal yang harus dikelola dengan baik oleh Hotel sebuah organisasi bisnis
yang pendapatannya juga berasal dari aktivitas pemerintahan.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam prosesnya, Public Relation
sebagai salah bagian yang ada di Hotel terlebih dahulu melakukan kajian
mengenai informasi atau isi dari surat edaran mengenai Larangan Rapat PNS di
Hotel yang dikeluarkan pemerintah. Selain mengkaji isinya, mereka juga mengkaji
dampak dari berlakunya surat edaran tersebut terhadap hotel. Meliputi sumber
daya manusia dan juga kondisi finansial hotel sehingga dari hal tersebut bisa
dibuatkan perencanaan selanjutnya.
Pemprosesan informasi dalam organisasi adalah suatu hal yang sangat
penting untuk mencapai tujuan dari organisasi. Weick dalam teori informasi
organisasinya menyebutkan bahwa organisasi mempunyai dua tugas utama yang
harus dilaksanakan untuk mengelola dengan sukses berbagai sumber informasi,
yaitu : (1). Mereka harus menginterpretasikan informasi eksternal yang ada dalam
lingkungan informasi mereka. (2). Mereka harus mengkordinasikan informasi
131
untuk membuatnya bermakna bagi anggota-anggota organisasi dan tujuan
organisasi.
Dalam penelitian ini ditemukan juga bahwa di kota Kendari segmen
pemerintah sebagai segmen yang memberikan pemasukan paling besar bagi hotel
sehingga ketika segmen itu hilang maka terjadi juga penurunan okupansi hotel
yang cukup besar dialami oleh hotel-hotel di kota kendari.
b. Perencanaan
Setelah mengetahui apa yang menjadi permasalahan sebelumnya atau
yang disebut dengan tahap Fact Finding, maka Public relations selanjutnya mulai
melakukan perencanaan atau pemrograman berdasarkan atas informasi yang
sudah dikumpulkan sebelumnya.
Ada beberapa segmen yang menjadi tumpuan pendapatan hotel-hotel di
Kota Kendari, terutama bagi hotel-hotel besar yaitu segmen pemerintah,
corporate, travel, partai dan masyarakat lokal. Hilangnya segmen dari pemerintah
akibat laragan rapat PNS di Hotel membuat hotel beralih ke segmen alternatif
seperti corporate, travel, partai dan masyarakat lokal yang akan di optimasi untuk
membantu meningkatkan tingkat hunian yang turun akibat segmen utama hilang.
Public Relations sebagai salah satu bagian dari hotel melakukan kegiatan
perencanaan komunikasi pemasaran dengan merancang promo dan acara (event)
mulai dari penetapan promo atau event yang akan dilakukan, membuat gaya
bahasa dan bentuk iklan sesuai dengan segmen yang dibidik dengan bekerja
sama dengan departemen-departemen lain yang ada di hotel yang dibahas dalam
meeting yang dilakukan secara rutin.
132
Disini peneliti menemukan bahwa Public relations di beberapa hotel di Kota
Kendari melakukan perencanaan komunikasi dengan melalui beberapa tahap.
Tahap pertama terlebih dahulu menentukan segmentasi pasar yang masih
tersedia yang menjadi sasaran pemasaran produk hotel. Perlu diketahui ada
beberapa segmen yang menjadi target pasar oleh Hotel di kota Kendari yaitu
Segmen pemerintah, Corporate (Perusahaan), Masyarakat Lokal, Travel, dan
Partai. Setelah segmen pemerintah hilang akibat penerapan surat edaran larangan
rapat maka hotel-hotel membidik segmen yang tersisa selain pemerintahan.
Penentuan segmen ini agar strategi pemasaran lebih terarah dan juga sebagai
strategi untuk meningkatkan okupansi hotel kembali seperti sedia kala.
Seperti yang dilakukan oleh Hotel Horison Kendari dengan membidik
segmen corporate (perusahaan) sebagai segmen utama kemudian partai dan
travel di segmen ketiga. Alasan dipilihnya segmen corporat sebagai segmen
utama oleh Hotel Horison karena orientasi hotel mengarah ke hotel bisnis bukan
seperti hotel wisata yang memiliki fasilitas lengkap disamping itu juga posisi hotel
yang strategis berada di tengah pusat bisnis dan perkantoran kota Kendari.
Adapun hotel lain yakni Swiss-Bell Hotel membidik segmen perusahaan,
masyarakat lokal dan menempatkan government di posisi terakhir. Untuk Hotel
Clarion yang juga sebagai salah satu lokasi objek penelitian, Segmen yang
menjadi target adalah masyarakat lokal sesuai dengan fungsi hotel Clarion
sebagai Hotel wisata yang memiliki fasilitas dan hiburan yang lengkap. Mereka
juga membidik segmen perusahaan dengan menwarkan fasilitas pertemuan
(meeting) yang lengkap.
Pada tahap kedua, kemudian public relations mengumpulkan informasi dari
pihak internal maupun eksternal sebagai bahan acuan untuk dibuat menjadi
133
sebuah tema dari produk yang akan diluncurkan oleh hotel. Weick (1979)
menyatakan bahwa organisasi berada dalam lingkungan informasi. Organisasi
bergantung pada informasi untuk dapat berfungsi secara efektif untuk mencapai
tujuan mereka. (West &Turner, 2013:339).
Pada tahap ketiga, Public Relation kemudian merancang atau
mengkonsepkan model promo yang akan dilakukan oleh Hotel seperti memilih
desain, bahasa dan warna untuk iklannya sesuai dengan jadwal yang sudah di
tentukan. Desain, bahasa dan warna mewakili simbol dari perusahaan dalam hal
ini hotel. Desain, Bahasa, dan warna untuk promo merupakan simbol budaya
organisasi. Anggota-anggota organisasi menciptakan, menggunakan dan
menginterpretasikan simbol setiap hari. Simbol-simbol ini karenanya sangat
penting bagi budaya perusahaan (West & Turner, 2008:320).
c. Aksi dan Komunikasi
Ini merupakan tahap pelaksanaan dari program yang sudah di susun oleh
Public Relation Hotel sebagai salah satu bagian yang membantu sales dan
marketing di Hotel.
Langkah atau Tindakan yang dilakukan oleh Public relations terutama
khususnya bagi hotel-hotel yang terkena efek kebijakan pelarangan rapat PNS di
hotel adalah mengeluarkan program-program promosi atau event yang dikemas
sebaik mungkin untuk menarik minat tamu hotel untuk berkunjung ke hotel selain
mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak lain diluar perusahaan. Disini produk
yang diberikan hotel untuk menarik tamu serta tehnik promosi merupakan kunci
penting untuk membantu meningkatkan tingkat hunian yang menurun akibat
hilangnya segmen pemerintahan. Ada banyak media yang digunakan oleh public
134
relations dalam mempromosikan produk hotelnya cukup variatif yaitu dengan
menggunakan iklan di media cetak, press release, browsur, baliho, website, iklan
TV lokal, melakukan press conference dan penggunaan media sosial serta
melakukan personal selling secara langsung dengan konsumen. Dampak
kebijakan larangan rapat membuat hotel-hotel banyak menawarkan paket-paket
promosi dan event yang ditawarkan dengan harga terjangkau sehingga terjadi
persaingan harga yang ketat.
Dalam penelitian ini, penulis mendapati bahwa Hotel Swiss-Bell Kendari
sebagai salah satu yang menjadi objek peneliti menawarkan paket promosi yang
dikemas semenarik mungkin sehingga mengundang perhatian seperti menginap
gratis nol rupiah. Mereka juga menawarkan paket wedding murah dan pagelaran
acara/event di hotel sebagai produk. Disamping itu juga Swiss-Bell juga
menyelenggarakan acara donor darah sebagai program CSR Hotel.
Pada pagelaran acara ini mereka bekerja sama dengan komunitas anak
muda di Kendari. Hal ini sesuai dengan target dari Swiss-bell Kendari yang
berfokus pada segment masyarakat lokal sebagai segmen utama. Untuk
promosinya sendiri, Penulis mendapati bahwa Public Relations Hotel Swiss-bell
kendari memanfaatkan semua saluran promosi yang ada seperti media cetak,
media elektronik dan internet untuk memasarkan atau memberitahukan produk
barunya kepada publik.
Untuk Hotel Clarion Kendari ada banyak strategi yang dilakukan untuk
menarik pengunjung seperti menawarkan produk seperti promo kamar dan paket
pernikahan dimana yang menjadi fokus utama bagi Clarion ditengah menurunnya
tingkat hunian. Paket promo produk hotel Clarion ini dibuat semenarik mungkin
dengan menyiapkan doorprize atau hadiah bagi para tamu yang sudah
135
menggunakan produk mereka. Selain itu mereka juga menyelenggarakan
pameran di hotel dan pemberian voucher sebagai salah satu cara untuk menarik
pengunjung ke hotel.
Untuk promosinya sendiri, Public Relation Hotel Clarion juga diketahui rutin
melakukan promosi melalui media cetak seperti surat kabar, baliho, pamflet selain
itu juga melakukan promosi melalui media elektronik seperti radio dan televisi lokal
serta internet.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi merupakan paduan dari
perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu
tujuan (Effendy, 2003: 301). Salah satu strategi komunikasi dari public relations
Hotel Clarion dalam memasarkan produknya adalah dengan melakukan press
conference, mengundang wartawan ke hotel ketika produk baru saja diterbitkan.
Membangun relasi atau hubungan yang baik dengan publik diluar organisasi atau
perusahaan merupakan salah satu tugas dari Public Relations.
Dibandingkan Hotel Clarion dan Hotel Swiss-Bell yang menargetkan
masyarakat lokal sebagai segmen utama mereka, penulis mendapati bahwa di
Hotel Horison lebih banyak memberikan promo paket meeting kepada para
perusahaan-perusahaan. Hal ini sejalan dengan target segmen mereka yaitu
corporate (perusahaan) sebagai target utama. Disamping memberika promosi
kamar serta promosi makanan serta minuman yang ditawarkan melalui restoran
mereka.
Untuk promosinya sendiri, Hotel Horison lebih banyak menggunakan
media cetak seperti baliho, spanduk dan door to door. Penulis mendapati bahwa
Hotel Horison tidak menggunakan iklan melalui surat kabar ataupun melalui radio
136
sebab dana yang tersedia dialokasikan untuk biaya operasional yang lain. Seorang
public relations yang bekerja di Hotel harus bisa memahami bermacam-macam
karakteristik khalayaknya. Setiap organisasi baik di hotel yang lainnya harus bisa
mengetahui dengan alat apa pesan-pesan tersebut bisa tersampaikan kepada
khalayak yang spesifik sesuai dengan tujuan dari organisasi.
d. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari serangkaian proses manajemen
yang dilakukan oleh Public. Tahap ini merupakan tahap akhir dari serangkaian
proses manajemen yang dilakukan oleh Public. Evaluasi merupakan tahap
dimana seorang public relations bisa melihat hasil dari program yang ia sudah
rancang dan di jalankan.
Evaluasi adalah salah satu aspek penting dalam manajemen. Evaluasi
selalu dilakukan oleh public Relations di hotel untuk mengukur efektif atau berhasil
tidaknya program promosi yang sudah dilakukan untuk meningkatkan okupansi
hotel. Kegiatan evaluasi biasa dilakukan ketika atau event selesai dilakukan.
Adanya pelaporan mengenai kegiatan promosi dan event selalu dilakukan public
relations sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada perusahaanya.
Peneliti mendapati bahwa setiap public relations yang bekerja di hotel
selalu melakukan evaluasi terhadap program yang ia sudah buat. Apakah program
tersebut sudah tepat sasaran atau tidak. Hal ini menjadi laporan yang bagi public
relations sendiri dan juga bagi atasan mereka yang kemudian dapat digunakan
sebagai pertimbangan untuk membuat program yang baru.
137
2. Faktor – faktor mempengaruhi pelaksanaan manajemen public relations hotel di Kota Kendari dalam menangani krisis terkait larangan PNS rapat di Hotel.
a. Faktor Pendukung
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan dari pelaksanaan
manajemen yang dilakukan oleh public relations di hotel dalam menangani
krisis terkait dengan larangan rapat PNS di hotel salah satunya seperti yang
dipaparkan oleh salah satu informan adalah faktor kerjasama. Kerjasama
merupakan unsur penting bagaimana sebuah organisasi bisa berjalan dan
bertahan ketika sedang mengalami masalah atau krisis. Dengan kerjasama
juga sebuah tujuan dari organisasi bisa tercapai.
Kemudian faktor lain adalah pengetahuan akan produk yang
dipromosikan. Public relations di Hotel sudah menjadi ujung tombak dalam
mempromosikan produknya kepada publik. Seorang public relations harus
mengetahui seluk beluk produk yang ia akan pasarkan. Jika tidak menguasai
maka membuat konsumen menjadi tidak yakin akan apa yang dipromosikan.
Selain itu faktor yang juga dianggap mendukung dalam pelaksanaan
manajemen adalah sumber daya yang tersedia di hotel yang dapat digunakan
oleh public relations dalam menjalankan aktivitasnya. Dukungan sumber daya
membuat Public Relations bisa secara maksimal dalam melakukan promosi.
b. Faktor Penghambat
Ada beberapa faktor yang menjadi kendala bagi Public relations dalam
melaksanakan aktifitas manajemennya di hotel. Salah satunya adalaha sering
terjadinya kesalahpahaman antara public relations dengan divisi atau
departemen lain yang bekerjasama dengannya. Kesalahpahaman yang
138
terjadi membuat program yang sudah rancang tidak bisa berjalan sempurna.
Faktor lain yang juga menghambat adalah ketidaktersediaan dana untuk
melakukan promosi. Public relations erat kaitannya dalam kegiatan promosi
terutama yang bekerja dalam organisasi bisnis seperti perhotelan. Tidak
tersedianya dana yang cukup tentu membuat jangkauan media promosi
menjadi berkurang. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan oleh public
relations tidak tersampaikan dengan baik.
Faktor lain yang menghambat seperti yang dikatakan oleh informan
dalam penelitian ini adalah skill atau keterampilan. Sukses atau tidaknya suatu
strategi promosi yang dilakukan oleh public relations bergantung pada skill
atau keterampilan selain pengetahuan produk. Keterampilan yang kurang
membuat program yang sudah dibuat tidak bisa berjalan dengan baik sesuai
harapan.
139
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Surat Edaran pelarangan rapat PNS di hotel yang dikeluarkan oleh Menpan
sangat berdampak pada menurunnya tingkat hunian hotel di Kota Kendari.
Hal Dibuktikan munculnya demo penolakan kebijakan tersebut yang
disuarakan oleh para karyawan dan pengusaha hotel yang tergabung dalam
PHRI Sulawesi Tenggara.
2. Ada beberapa segmen yang menjadi sumber pemasukan bagi hotel-hotel di
kota Kendari yaitu segmen pemerintahan, korporat atau perusahaan,
masyarakat lokal, partai, serta travel.
3. Dalam upayanya untuk mengembalikan tingkat hunian di hotel, ada
beberapa tahap proses manajemen yang dilakukan oleh public relations
sebagai strateginya. Tahap pertama adalah fact finding atau penemuan
masalah dengan melakukan analisis mengenai informasi dari Surat Edaran
Larangan Rapat PNS di Hotel kemudian menganalisis dampaknya bagi
hotel. Tahap kedua adalah Perencanaan (planning) dengan menentukan
segmen yang masih tersisa setelah surat edaran berlaku untuk dijadikan
fokus komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh public relations. Dalam
tahap ini juga Public relation merancang model produk yang akan
dipromosikan. Pada Tahap Ketiga adalah aksi dan komunikasi dimana pada
tahap ini Public relations mengeluarkan produk-produk baru yang sudah
direncanakan sebelumnya dan kemudian melakukan kegiatan promosi
140
dengan menggunakan media-media promosi yang tersedia. Tahap keempat
adalah evaluasi, dimana Public relations melakuakn evaluasi kembali
terhadap produk serta media promosinya yang dipakai.
4. Ada beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi dalam proses
manajemen public relations di hotel yaitu Dukungan Dari Manajemen
Puncak, Kerjasama Antar Departemen, Sumber daya yang tersedia,
Pengetahuan Produk, Kerjasama antar departemen (Teamwork), Fasilitas,
Sumber Daya Manusia , Skill
5. Faktor lain yang menjadi penghambat dalam proses manajemen public
relations di hotel yaitu Kesalahpahaman dalam departemen, Skill Dalam
Promosi, Ketersediaan Dana Dalam Promosi, Jangkauan Media Promosi
dan persaingan promosi dengan kompetitor
2. SARAN
Ada beberapa saran yang diajukan oleh peneliti kepada pihak hotel terkait
mengatasi penurunan okupansi akibat kebijakan larangan rapat ataupun hal
lain yang bisa terjadi dikemudian hari. Adapun saran tersebut sebagai berikut
1. Pihak Hotel perlu memaksimalkan segmen lain selain segmen
pemerintahan dengan cara memberikan paket promosi event atau acara
dengan harga terjangkau dan berkualitas tanpa mengorbankan sisi
pelayanan dan fasilitas selain itu juga giat mengadakan event atau acara
lokal di hotel yang ditujukan untuk masyarakat local dan mengadakan
kerjasama dengan biro/jasa perjalanan wisata online untuk menarik
pengunjung hotel.
141
2. Pihak perhotelan juga perlu memanfaatkan dan memaksimalkan
kekuatan dari media social sebagai sarana promosi yang tepat sasaran
selain itu maintance pelanggan lama dengan memberikan tawaran
harga berupa diskon ataupun promo menarik dan juga perlu
memanfaatkan teknologi dalam hal mempermudah pemesanan di hotel
mengingat kompetitor lain seperti aplikasi penyewaan rumah dan
apartemen berkembang dengan pesat dan berpotensi menggerus
segmentasi pasar dari hotel.
3. Perlunya perbaikan serta penambahan fasilitas hotel melalui inovasi-
inovasi produk hotel sehingga membuat pelanggan ataupun pengunjung
menjadi betah tinggal di hotel.
4. Bagi Pemerintah kota Kendari, sebaiknya perlu meningkatkan promosi-
promosi tempat wisata yang menjadi andalan kota Kendari untuk
menarik wisatawan untuk datang di kota Kendari sehingga sektor
perhotelan bisa dapat berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan & Strategi Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Cutlip, M, Scott. 2009. Effective Public Relations, 9th. Jakarta : Prenada Media Group.
Devlin, E.S. 2007. The Crisis Management Planning and Execution. New York. Auerbach. Publication.
Fearn-Banks, K. 1996. Crisis Communication : A Case book Approach. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum
Hadi Sutrisno. (2002). Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi Ofset.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Idris, M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga.
Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM.3/HK.001/MKP.02, 2002. Penggolonngan Kelas Hotel. Jakarta
Kriyantono, R. 2008. PR Writing: Teknik Produksi Media Public Relations dan Publisitas Korporat. Jakarta: Kencana
Kriyantono, R. 2012. Public Relation& Crisis Management: Pendekatan Critical Public Relations, Etnografi Kritis & Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Lattimore, Dan dkk. Public relations Profesi dan Praktik. 2010. Jakarta: Salemba Humanika
Lexy J., Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja. Rosdakarya
M.A, Morissan. 2010. Manajemen Public Relations (Strategi Menjadi Humas Profesional). Jakarta: Kencana.
Marlina, Endy, 2008, Panduan Perancangan Bangunan Komersial, ANDI, Yogyakarta
Moore, H. Frazier. 2004. Humas (Membangun Citra dengan Komunikasi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 1995. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.
Ngurah Putra, I Gusti. 1999. Manajemen Hubungan Masyarakat, Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta.
Nova, Firsan. 2009. Crisis Public Relations. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Oliver, Sandra. 2006. Public Relations Strategy. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Panuju, Redi. 2002. Krisis Public Relation (Wawasan Memahami Macam Kritis Menuju Organisasi yang Sehat). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Pickard, Quentin. 2002. The Architects’ Handbook.USA. Blackwell Science Ltd
Prayudi. 2012. Strategi Komunikasi Organisasi dalam Menghadapi Krisis. Yogyakarta: Komunikasi UPN Press.
Richard West, Lynn H.Turner. 2008 Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (Buku 1) (Edisi 3). Jakarta: Salemba Humanika
Sihite, Richard, 2000, Hotel Management: Pengelolaan Hotel, Surabaya:SIC
Suarthana .2006, Manajemen Perhotelan edisi Kantor Depan, Kuta Utara : Mapindo
Surat Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia PM 10/PW.391/PHB-77
Skripsi, Tesis, Disertasi dan Jurnal
Anggito, Hanny. 2006. Strategi Public Relations PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh dalam menghadapi krisis. Jurnal Universitas Padjajaran. Bandung
Amelia, Novie. 2005. Manajemen krisis (studi kasus pengelolaan krisis oleh public relations PT Telkom divisi regional II Jakarta dalam kasus Telkom speedy tahun 2004). Bachelor thesis, Petra Christian University.
Fonny and Tam, Chintami. 2008. Analisa strategi prospektor dan strategi bertahan yang digunakan oleh Hotel Lombok Raya di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Bachelor thesis, Petra Christian University.
Ristya Vidyatama Kusumo, 2012. Analisis Keputusan Pembelian Meeting Package Di Novotel Bandung. Jurnal. Universitas Pendidikan Indonesia
Internet
Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2014. Semenpan 2014 No. 11. Web. 25 Januari 2015. http://www.menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/se-menpan-rb/file/4461-semenpan-2014-no-11
Badan Pusat Statistik Sultra. 2014. Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2014. Web. 20 Januari 2015. http://sultra.bps.go.id/web/frontend/index.php/publikasi/2
Antara News. 2014. Anggota PHRI Sultra Demo Ancam PHK Massal. Web. 22 januari 2015. http://www.antarasultra.com/print/275561/anggota-phri-sultra-demo-ancam-phk-massal
Khairunnisa, Aisyah. 2014. PNS Juga Dilarang Gelar Rapat di Hotel. 20 januari 2014. http://www.portalkbr.com/berita/nasional/3363781_5486.html
Republika. 2015. BPS: Bisnis Perhotelan Terpuruk Gara-gara Larangan Rapat PNS. Web. 25 januari 2014. http://u.msn.com/id-id/ekonomi/other/bps-bisnis-perhotelan-terpuruk-gara-gara-larangan-rapat-pns/ar-AA8SROs
Konferensi Pers Penolakan PHRI Kendari Terhadap Kebijakan Pelarangan Rapat di Hotel Serta Demo dari PHRI dan Para Karyawan Hotel di Kota Kendari Menentang Kebijakan Larangan Rapat di Hotel di Kota Kendari
Hotel Horison Kendari dan Model Promosi Restoran Hotel Horison Kendari Untuk Menarik
Pengunjung Ketika Larangan PNS Rapat Di Hotel Diberlakukan
Hotel Grand Clarion Kendari dan Doorprize Hadiah Mobil dan Motor Untuk Produk Paket Wedding di
Hotel Ketika Larangan PNS Rapat Di Hotel Diberlakukan
Konferensi Pers oleh Public Relations Bersama Manajemen Hotel dalam peluncuran produk baru Hotel
serta Penyerahan Hadiah Doorprize kepada Tamu Hotel
Swiss-Bell Hotel Kendari dan Public Relations Bersama Tamu Hotel Memberikan Promo Menginap Kepada Tamu Hotel Ketika Larangan PNS Rapat Di Hotel Diberlakukan
Berbagai Strategi Promosi Dilakukan Oleh Hotel di Kota Kendari Dalam Rangka Menaikkan Okupansi
Akibat Kebijakan Larangan Rapat PNS di Kota Kendari