skripsidigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digitalcollection/... · penelitian ini...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN ETHICAL JUDGEMENT TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN
NUR KHASANAH SAHIDIN
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
SKRIPSI
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN ETHICAL JUDGEMENT TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi
disusun dan diajukan oleh
NUR KHASANAH SAHIDIN
A31112270
kepada
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
iii
SKRIPSI
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN ETHICAL JUDGEMENT TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN
disusun dan diajukan oleh
NUR KHASANAH SAHIDIN A31112270
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Makassar, 8 Februari 2018
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Grace T. Pontoh, S.E., Ak., M.Si., CA NIP 196503201992032002
Drs. Muhammad Ishak Amsari, Ak., M.Si., CA
NIP 195511171987031001
Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA
NIP 196509251990022001
iv
SKRIPSI
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN ETHICAL JUDGEMENT TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN
disusun dan diajukan oleh
NUR KHASANAH SAHIDIN A31112270
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi
pada tanggal 26 April 2018 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan
Menyetujui,
Panitia Penguji
No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan
1. Dr. Grace T. Pontoh, S.E., Ak., M.Si., CA Ketua 1 .......................
2. Drs. Muhammad Ishak Amsari, Ak., M.Si., CA Sekretaris 2 .......................
3. Drs. H. Kastumuni Harto, Ak., M.Si., CPA., CA Anggota 3 .......................
4. Drs. M. Natsir Kadir, Ak., M.Si., CA Anggota 4 .......................
Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA
NIP 196509251990022001
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
nama : Nur Khasanah Sahidin
NIM : A31112270
departemen/program studi : Akuntansi/Strata Satu
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul
Pengaruh Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan
adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makassar, 9 Februari 2018
Yang membuat pernyataan,
Nur Khasanah Sahidin
vi
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak.) pada
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini. Pertama-tama, ucapan terima kasih
peneliti berikan kepada Ibu Dr. Grace Theresia Pontoh, S.E., Ak., M.Si., CA, dan
Bapak Drs. Muhammad Ishak Amsari, Ak., M.Si., CA, sebagai dosen
pembimbing atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing, memberi
motivasi, dan memberi bantuan literatur, serta diskusi-diskusi yang telah
dilakukan dengan peneliti.
Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada Bapak Ikrar Saimun
atas pemberian izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di PT Pelindo IV.
Hal yang sama juga peneliti sampaikan kepada Bapak/Ibu Pegawai Pelindo yang
bersedia meluangkan waktunya dalam mengisi kuesioner penelitian. Semoga
bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Terakhir, ucapan terima kasih kepada ayah, Sahidin Syamsuddin dan ibu,
Nurlaelah Hamzah serta bunda, Fitriah Tri Suciani juga keluarga besar peneliti
atas bantuan, nasihat, dan motivasi yang diberikan selama penelitian skripsi ini.
Tak lupa pula ucapan terimakasih peneliti sampaikan untuk sahabat dan teman
atas dukungan dan motivasi yang diberikan. Semoga semua pihak mendapat
balasan dari-Nya atas bantuan yang diberikan hingga skripsi ini terselesaikan
dengan baik.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan
dari berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan.
Kritik dan saran yang membangun akan lebih menyempurnakan skripsi ini.
Makassar, 9 Februari 2018
Peneliti
vii
ABSTRAK
Pengaruh Pengendalian Internal dan Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan
The Effect of Internal Control and Ethical Judgement to Fraud Prevention
Nur Khasanah Sahidin
Grace T. Pontoh
Muhammad Ishak Amsari
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh pengendalian internal dan ethical judgement terhadap pencegahan kecurangan. Penelitian ini menggunakan teori keagenan dan teori perkembangan moral kognitif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 45 karyawan yang menjabat sebagai manajer, asisten manajer, supervisor dan pelaksana pada beberapa unit biro dan sub direktorat PT Pelindo IV. Data diolah dengan menggunakan Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian, dan ethical judgement memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Penilaian risiko, informasi dan komunikasi, dan pemantauan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pencegahan kecurangan.
Kata kunci: pengendalian internal, ethical judgement, pencegahan
kecurangan
This research aims to prove and analyze the effect of internal control and ethical judgement to fraud prevention. This research uses agency theory and cognitive moral development theory. The data was collected using a questionnaire given to 45 employees who served as manager, assistant manager, supervisor, and implementers in several unit biro and sub directorate in PT Pelindo IV. Data is processed by using Partial Least Square (PLS). The results indicate that control environment, control activity, and ethical judgement have a significant affect on fraud prevention. Risk assessment, information and communication, and monitoring have no significant affect on fraud prevention. Keywords: internal control, ethical judgement, fraud prevention
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... v PRAKATA ..................................................................................................... vi ABSTAK ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah . ........................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 4 1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................... 5 1.5. Sistematika Penulisan ......................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
2.1. Landasan Teori ................................................................... 7 2.1.1. Teori Keagenan .......................................................... 7 2.1.2. Teori Perkembangan Moral Kognitif ........................... 8
2.2. Pengendalian Internal ......................................................... 11 2.2.1. Definisi Pengendalian Internal.................... ................ 11 2.2.2. Tujuan Pengendalian Internal ..................................... 12 2.2.3. Jenis Pengendalian Internal ....................................... 13 2.2.4. Komponen Pengendalian Internal .............................. 14
2.3. Ethical Judgement ............................................................... 15 2.3.1. Ethical Process Througput Model ............................... 15 2.3.2. Definisi Ethical Judgement ......................................... 16
2.4. Kecurangan ......................................................................... 17 2.4.1. Definisi Kecurangan ................................................... 17 2.4.2. Faktor Penyebab Kecurangan .................................... 19 2.4.3. Pencegahan Kecurangan ........................................... 21
2.5. Penelitian Terdahulu ........................................................... 24 2.6. Kerangka Pemikiran ............................................................ 26 2.7. Hipotesis ............................................................................. 28
2.7.1. Pengaruh Lingkungan Pengendalian terhadap Pencegahan Kecurangan ........................................... 28
2.7.2. Pengaruh Penilaian Risiko terhadap Pencegahan Kecurangan ................................................................ 28
2.7.3. Pengaruh Aktivitas Pengendalian terhadap Pencegahan Kecurangan ........................................... 29
2.7.4. Pengaruh Informasi dan Komunikasi terhadap Pencegahan Kecurangan ........................................... 30
2.7.5. Pengaruh Pemantauan terhadap Pencegahan Kecurangan ................................................................ 31
ix
2.7.6. Pengaruh Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan ................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 34 3.1. Rancangan Penelitian ......................................................... 34 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 34 3.3. Populasi dan Sampel .......................................................... 34 3.4. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 36 3.5. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 36 3.6. Variabel dan Definisi Operasional ....................................... 36 3.7. Instrumen Penelitian ............................................................ 40 3.8. Analisis Data ....................................................................... 41
3.8.1. Pengujian Outer Model ............................................... 41 3.8.2. Pengujian Inner Model ............................................... 43 3.8.3. Pengujian Hipotesis ................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 44
4.1. Deskripsi Data ..................................................................... 44 4.2. Teknik Analisis Data ............................................................ 48
4.2.1. Pengujian Outer Model ............................................... 48 4.2.1.1. Uji Validitas ................................................... 49 4.2.1.2. Uji Validitas Diskriminan ................................ 49 4.2.1.3. Uji Reliabilitas ............................................... 50
4.2.2. Pengujian Inner Model ................................................ 51 4.2.3. Pengujian Hipotesis .................................................... 52
4.2.3.1. Pengujian Pengaruh Lingkungan Pengendalian terhadap Pencegahan Kecurangan ............... 52
4.2.3.2. Pengujian Pengaruh Penilaian Risiko terhadap Pencegahan Kecurangan .............................. 53
4.2.3.3. Pengujian Pengaruh Aktivitas Pengendalian terhadap Pencegahan Kecurangan ............... 53
4.2.3.4. Pengujian Pengaruh Informasi dan Komunikasi terhadap Pencegahan Kecurangan ............... 54
4.2.3.5. Pengujian Pengaruh Pemantauan terhadap Pencegahan Kecurangan .............................. 54
4.2.3.6. Pengujian Pengaruh Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan ............... 54
4.3. Pembahasan ....................................................................... 55 4.3.1. Pengaruh Lingkungan Pengendalian terhadap
Pencegahan Kecurangan ........................................... 55 4.3.2. Pengaruh Penilaian Risiko terhadap Pencegahan
Kecurangan ................................................................ 56 4.3.3. Pengaruh Aktivitas Pengendalian terhadap
Pencegahan Kecurangan ........................................... 57 4.3.4. Pengaruh Informasi dan Komunikasi terhadap
Pencegahan Kecurangan ........................................... 57 4.3.5. Pengaruh Pemantauan terhadap Pencegahan
Kecurangan ................................................................ 58 4.3.6. Pengaruh Ethical Judgement terhadap Pencegahan
Kecurangan ................................................................ 59
x
BAB V PENUTUP .................................................................................. 61 5.1. Kesimpulan .......................................................................... 61 5.2. Saran ................................................................................... 64 5.3. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 65 LAMPIRAN ................................................................................................... 68
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahapan Perkembangan Moral Kognitif Kohlberg ....................... 10
4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ............................................... 44
4.2 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 45
4.3 Persentase Responden Berdasarkan Usia ................................. 45
4.4 Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ......... 46
4.5 Persentase Responden Berdasarkan Jabatan ............................ 46
4.6 Persentase Responden Berdasarkan Lama Menjabat di Bagian /Unit ........................................................................................... 47
4.7 Persentase Responden Berdasarkan Lama Bekerja di Perusahaan ................................................................................ 48
4.8 Hasil Uji Keandalan .................................................................... 50
4.9 Path Coefficients ........................................................................ 52
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 EPTM of Individual’s Decision Processes Diagram ..................... 15
2.2 Fraud Triangle ............................................................................ 19
2.3 Kerangka EPTM dalam Fraud Triangle ....................................... 23
2.4 Kerangka Pemikiran ................................................................... 27
2.5 Model Penelitian ......................................................................... 33
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Biodata ....................................................................................... 69
2 Peta Teori ................................................................................... 70
3 Kuesioner ................................................................................... 78
4 Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS 3.2.7 ....................... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap aktivitas organisasi memiliki ketidakpastian yang identik dengan
risiko, diantaranya adalah risiko kecurangan. Kecurangan adalah perbuatan
menyimpang dan melanggar hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam
maupun luar organisasi dengan sengaja untuk tujuan tertentu yang
menguntungkan pelakunya dan merugikan entitas (Karyono, 2013:4). Dalam
melakukan kecurangan, setiap orang selalu dipicu oleh suatu kondisi dan
motivasi yang beraneka ragam. Kecurangan umumnya terjadi akibat adanya
tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan
kesempatan yang ada dan adanya pembenaran atas tindakan yang dilakukan
akibat rendahnya tingkat etika yang dimiliki seseorang (Hall, 2011:114).
Penelitian yang dilakukan di luar negeri mengindikasikan bahwa
kecurangan yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh kecurangan
yang sebenarnya terjadi sehingga hal ini disebut sebagai gejala gunung es.
Gejala gunung es ini terlihat besar pada permukaan namun bagian yang tidak
terlihat di bawah permukaan jauh lebih besar lagi (Tuanakotta, 2014:272).
Dampak dan konsekuensi yang ditimbulkan oleh kecurangan bukan saja
berakibat pada berkurangnya aset dan kerugian yang signifikan tetapi juga dapat
mengurangi reputasi suatu entitas. Tindakan pencegahan sangat diperlukan
keberadaannya dalam suatu entitas untuk mengatasi potensi timbulnya
kecurangan.
2
Peran utama pencegahan kecurangan terletak pada pimpinan organisasi,
baik itu pada pimpinan tertinggi maupun pimpinan pada setiap lini. Pencegahan
kecurangan yang utama adalah dengan menciptakan pengendalian internal yang
baik dalam perancangan struktur maupun pelaksanaannya.
Perkembangan kecurangan di beberapa negara semakin parah baik dari
segi kuantitas maupun kualitas. Praktek dalam dunia bisnis sering dianggap telah
menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia bisnis
merupakan dunia yang tidak lagi mempertimbangkan etika. Padahal
pertimbangan etika penting bagi status profesional dalam menjalankan
kegiatannya karena permasalahan profesi saat ini banyak dipengaruhi masalah
kemerosotan standar etika dan krisis kepercayaan. Kasus kegagalan akuntansi
dan audit yang tengah berkembang saat ini meliputi Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) di Indonesia.
Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Praditya (2016), hasil
pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) menyimpulkan adanya
penyimpangan terhadap peraturan perundangan-undangan yang dilakukan oleh
PT Pelindo II. Pelaksana Harian Kepala Biro Humas Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Yuyuk Andriati menjelaskan RJ Lino diduga melakukan
penyalahgunaan wewenang sebagai Dirut Pelindo II dalam proyek pengadaan
Quay Container Crane untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi.
Dugaan kerugian keuangan negara mencapai USD 3.629.922 atau sekitar Rp 47
miliar sebagaimana hasil penghitungan KPK dan ahli yang dilibatkan.
Segala tindakan yang bersifat kecurangan bisa dikategorikan sebagai
pelanggaran etika (Fahmi, 2015:157). Kasus pelanggaran etika seharusnya tidak
terjadi apabila setiap individu mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan
kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam
3
pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Terjadinya kasus sebagaimana
disebutkan di atas seharusnya memberi kesadaran untuk lebih memerhatikan
etika dalam melaksanakan setiap profesi. Penilaian atas sesuatu yang baik dan
buruk yang harus ditentukan pada situasi tertentu berdasarkan pengalaman dan
pembelajaran masing-masing individu disebut dengan ethical judgement.
Selama ini para pengambil keputusan sering menempatkan pendekatan
normatif dalam setiap pengambilan keputusan mereka, namun pada
kenyataannya pendekatan normatif saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya
tindak kecurangan. Oleh karena itu, untuk membuat suatu keputusan menjadi
jauh lebih aspiratif maka dibuatlah bentuk pendekatan ethical judgement dalam
pengambilan keputusan. Ethical judgement dianggap dapat memengaruhi
perilaku dalam suatu organisasi ketika memecahkan masalah. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rodgers et al. (2014:876) menunjukkan bahwa ethical
judgement dipandang sebagai hal yang paling dominan dan berpengaruh dalam
pengambilan keputusan yang diatur oleh perspektif moral tertentu sehingga
dapat meningkatkan sistem pengendalian internal untuk mengurangi risiko
kecurangan.
PT Pelindo pada dasarnya adalah perusahaan yang bergerak dibidang
jasa kepelabuhan yang beroperasi pada empat kota besar di Indonesia. Salah
satunya adalah PT Pelindo IV yang terletak di Makassar yang akan menjadi
gambaran pada penelitian ini sebagai salah satu BUMN yang menerapkan
sistem pengendalian internal dan ethical judgement dalam mencegah
kecurangan.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah lingkungan pengendalian berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan?
2. Apakah penilaian risiko berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan?
3. Apakah aktivitas pengendalian berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan?
4. Apakah informasi dan komunikasi berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan?
5. Apakah pemantauan berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan?
6. Apakah ethical judgement berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh lingkungan pengendalian
terhadap pencegahan kecurangan.
2. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh penilaian risiko terhadap
pencegahan kecurangan.
3. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh aktivitas pengendalian
terhadap pencegahan kecurangan.
4. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh informasi dan komunikasi
terhadap pencegahan kecurangan.
5. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh pemantauan terhadap
pencegahan kecurangan.
5
6. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh ethical judgement terhadap
pencegahan kecurangan
. 1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kegunaan Teoretis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti empiris untuk meningkatkan pengetahuan tentang sejauh mana
pengaruh pengendalian internal dan ethical judgement terhadap pencegahan
kecurangan.
2. Kegunaan Praktis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan sebagai informasi dan saran perbaikan yang diperlukan PT
Pelindo IV sehubungan dengan pengaruh pengendalian internal dan ethical
judgement terhadap pencegahan kecurangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini mengacu pada Pedoman Penulisan
Skripsi (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, 2012). Bab
pertama berisi pendahuluan berupa latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua berisi tinjauan pustaka yang memuat dua hal pokok, yaitu
deskripsi teoretis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang
kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan
dalam bab pendahuluan. Untuk dapat memberikan deskripsi teoretis terhadap
variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya tinjauan teori yang mendalam.
Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut untuk
6
mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil
kajian mengenai temuan penelitian yang relevan.
Bab ketiga berisi metode penelitian. Metode penelitian mencakup
rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, jenis
dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan
definisi operasional, instrumen penelitian, serta analisis data.
Bab keempat berisi hasil penelitian. Penulisan mengenai hasil yang
diperoleh dalam penelitian yang menguji hipotesis sebaiknya dibagi menjadi dua
bagian besar. Bagian pertama berisi uraian tentang karakteristik masing-masing
variabel. Bagian kedua memuat uraian tentang hasil pengujian hipotesis. Jika
memungkinkan dapat ditambahkan pembahasan atas temuan penelitian. Isi
pembahasan adalah justifikasi mengapa hipotesis diterima atau ditolak.
Bab kelima merupakan bagian penutup. Bab ini merupakan bab terakhir
dari skripsi yang memuat tiga hal pokok, yaitu kesimpulan, saran, dan
keterbatasan penelitian.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari
praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini (Anthony dan Govindarajan,
2011:11). Teori ini dicetuskan oleh Jensen and Meckling (1976) yang berakar
dari sinergi teori ekonomi, teori sosiologi, teori keputusan, dan teori organisasi.
Prinsip utama teori ini menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah suatu
hubungan kerja sama berdasarkan kontrak yang telah disepakati antara
pemegang saham (principal) dengan manajer (agent).
Jensen and Meckling (1976) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
terjadinya konflik kepentingan atara pemegang saham dengan manajer
cenderung membuat manajer untuk mengejar kepentingan pribadi dan tidak
mendasari pengambilan keputusan pendanaannya pada maksimalisasi nilai.
Manajer tidak menanggung risiko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan,
risiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham. Hal ini
menyebabkan manajer cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat
konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadi, seperti peningkatan gaji
dan status.
Watts and Zimmerman (1986) secara empiris membuktikan bahwa
hubungan prinsipal dan agen seringkali ditentukan oleh angka akuntansi. Hal
tersebut dapat digunakan oleh agen sebagai sarana untuk memaksimalkan
kepentingannya. Menurut Ali (2002) dalam Siddiq (2016:21), manajer yang telah
8
diberi wewenang untuk mengelola perusahaan bertanggung jawab untuk
memaksimalkan keuntungan pemegang saham dan melaporkan tanggung
jawabnya melalui media laporan keuangan. Kompensasi akan diberikan sesuai
kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Kompensasi tersebut
diberikan dengan tujuan agar manajer tidak memanipulasi laporan kondisi
perusahaan demi keuntungan pribadinya.
Manipulasi laporan keuangan biasanya dilakukan dengan merubah angka
akuntansi yang sebenarnya atau mengabaikan aturan akuntansi yang berlaku
dalam proses penyusunannya. Kedua hal tersebut merupakan perilaku
menyimpang dan termasuk sebagai tindakan kecurangan. Pengendalian internal
mempunyai tujuan untuk mengantisipasi tindakan menyimpang yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen. Mekanisme pengendalian internal perusahaan
yang baik dianggap mampu mengurangi masalah keagenan termasuk adanya
perilaku menyimpang dalam sistem pelaporan seperti kecurangan akuntansi.
2.1.2 Teori Perkembangan Moral Kognitif
Jean Piaget merupakan seorang psikolog yang pertama kali
mengemukakan pendapat yang relevan mengenai teori kontemporer dari
perkembangan moral. Jiwo (2011:10) menjelaskan bahwa Piaget (1958)
memfokuskan penelitiannya pada perkembangan moral dari anak-anak.
Penelitiannya mengobservasi cara anak-anak bermain untuk mengetahui
bagaimana anak-anak dalam rentang usia yang berbeda mampu memahami
aturan dari permainan. Piaget (1958) kemudian mengembangkan sebuah
kerangka kerja yang menggambarkan tahapan konseptual dari kesadaran akan
peraturan pada anak-anak dan remaja selama perkembangan penilaian moral
mereka.
9
Teori perkembangan moral Piaget (1958) dikembangkan oleh seorang
peneliti bernama Lawrence Kohlberg yang memperluas gagasan Piaget (1958)
sehingga mencakup penalaran remaja dan orang dewasa. Kohlberg (1969)
melakukan penelusuran perkembangan pemikiran anak-anak dan remaja.
Kohlberg (1969) meneliti cara berpikir anak-anak melalui pengalaman mereka
yang meliputi pemahaman konsep moral, misalnya konsep justice, rights,
equality, dan human welfare (Jiwo, 2011:10). Riset awal dilakukan pada anak-
anak usia 10-16 tahun. Berdasarkan riset tersebut Kohlberg (1969)
mengemukakan teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development
theory).
Riset Kohlberg (1969) berfokus pada pengembangan moral kognitif anak
muda yang menguji proses kualitatif pengukuran respon verbal dengan
menggunakan Kohlberg’s Moral Judgement Interview (MJI). Menurut prospektif
pengembangan moral kognitif, kapasitas moral individu menjadi lebih piawai dan
kompleks jika individu tersebut mendapatkan tambahan struktur moral kognitif
pada setiap peningkatan level pertumbuhan perkembangan moral. Pertumbuhan
eksternal berasal dari rewards dan punishment yang diberikan, sedangkan
pertumbuhan internal mengarah pada prinsip dan keadilan universal (Jiwo,
2011:11).
Terdapat enam tingkatan dalam teori perkembangan moral kognitif. Dua
tahap pertama dari perkembangan moral adalah pre-conventional, dimana
orang-orang (biasanya anak-anak) membuat keputusan moral berdasarkan
imbalan atau hukuman. Tahap ketiga dan keempat adalah conventional dimana
seseorang sudah memerhatikan aturan-aturan sosial dan kebutuhan sesama.
Tahap kelima dan keenam adalah post-conventional yang menunjukkan tahapan
perkembangan moral dimana kebaikan bagi masyarakat telah dimasukkan ke
10
dalam pemikiran moral seseorang. Tahapan perkembangan moral seseorang
dapat dilihat secara lebih jelas pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Moral Kognitif Kohlberg
Level Hal yang Benar
Level 1: Pre-Conventional
Tingkat 1:
Orientasi Ketaatan dan Hukuman
(Punishment and
Obedience Orientation)
Tingkat 2:
Pandangan Individualistik
(Instrumental Relativist Orientation)
1. Menghindari pelanggaran aturan untuk menghindari hukuman atau kerugian. Kekuatan otoritas superior menentukan “right”.
2. Mengikuti aturan ketika aturan
tersebut sesuai dengan kepentingan pribadi dan membiarkan pihak lain melakukan hal yang sama. “right” didefinisikan dengan equal exchange yaitu suatu kesepakatan yang adil.
Level 2: Conventional
Tingkat 3:
Mutual Ekspektasi Interpersonal,
Hubungan dan Kesesuaian
(Good Boy or Nice Girl Orientation)
Tingkat 4:
Sistem Sosial dan Hati Nurani
(Law and Order Orientation)
3. Memperlihatkan stereotype perilaku yang baik. Berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan pihak lain.
4. Mengikuti aturan hukum dan masyarakat (sosial, legal, dan sistem keagamaan) dalam usaha untuk memelihara kesejahteraan masyarakat.
Level 3: Post-Conventional
Tingkat 5:
Kontrak Sosial dan Hak Individual
(Social-Contract Legal Orientation)
Tingkat 6:
Prinsip Etika Universal
(Universal Ethical Principle
Orientation)
5. Mempertimbangkan relativisme padangan personal, tetapi masih menekankan aturan dan hukum.
6. Bertindak sesuai dengan pemilihan pribadi prinsip etika keadilan dan hak (perspektif rasionalitas individu yang mengakui sifat moral).
Sumber: Jiwo, 2011
Manajemen merupakan kumpulan individu yang juga memiliki tahapan
moral. Pada tahap pra-konvensional, pertimbangan moral didasarkan atas
pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban. Pada tahap
konvensional, manajemen mulai membentuk moralitas manajemennya dengan
11
menaati peraturan yang dalam penelitian ini adalah pengendalian internal dan
aturan akuntansi sebelum akhirnya terbentuk kematangan moral manajemen
yang tinggi pada tahap pasca-konvensional.
Kematangan moral menjadi dasar dan pertimbangan manajemen dalam
merancang tanggapan dan sikap terhadap isu-isu etis. Perkembangan
pengetahuan moral menjadi indikasi pembuatan keputusan yang secara etis
serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggungjawaban sosial. Karena
adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi
diharapkan mampu mengambil keputusan secara etis sehingga dapat mencegah
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
2.2 Pengendalian Internal
2.2.1 Definisi Pengendalian Internal
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission
(COSO) mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses yang dipengaruhi
oleh dewan komisaris suatu entitas, manajemen dan personel lainnya. Proses ini
dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan
dari efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, serta
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Karyono, 2013:49).
Sementara itu Munawir (2008:233) menyimpulkan pengendalian internal
merupakan alat untuk meletakkan kepercayaan auditor mengenai bebasnya
laporan keuangan dari kemungkinan kesalahan dan kecurangan, sehingga
masalah sejauh mana terdapatnya struktur pengendalian internal serta
pelaksanaannya sangat menjadi perhatian auditor. PP No. 8 Tahun 2006
menjelaskan bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang
dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang
12
memadai dalam pencapaian efektivitas, efesiensi, ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengendalian internal merupakan suatu proses komprehensif yang dijalankan
oleh manajemen untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya
suatu organisasi. Pengendalian internal berperan penting untuk mencegah dan
mendeteksi kecurangan serta melindungi sumber daya organisasi baik yang
berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun yang tidak berwujud (seperti
reputasi dan hak kekayaan intelektual berupa merek dagang).
Sistem akuntansi yang memadai menjadikan akuntan perusahaan dapat
menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para
pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder)
yang menjadi dasar pengambilan keputusan. Lebih rinci lagi, kebijakan dan
prosedur yang digunakan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai
sasaran serta menjamin ditaatinya hukum dan peraturan yang berlaku. Hal
tersebut menjelaskan bahwa pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan
prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan
informasi keuangan yang handal, serta menjamin dipatuhinya peraturan dan
hukum yang berlaku.
2.2.2 Tujuan Pengendalian Internal
Hall (2011:124) menjelaskan bahwa fungsi dari sistem pengendalian
internal terdiri dari empat hal sebagai berikut.
1. To safeguard assets of the firm. 2. To ensure accuracy and reliability of accounting records and Information. 3. To promote efficiency of the firm’s operations. 4. To measure compliance with management’s prescribed policies and procedures.
13
Pendapat lain dikemukakan oleh Tuanakotta (2013:127) yang
menjelaskan bahwa tujuan pengendalian internal secara garis besarnya dapat
dibagi dalam empat kelompok sebagai berikut.
1. Strategis, sasaran-sasaran utama (high-level goals) yang mendukung misi entitas.
2. Pelaporan keuangan (pengendalian internal atas pelaporan keuangan). 3. Operasi (pengendalian operasional). 4. Kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian
internal dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya
perusahaan. Pengendalian internal dapat menyediakan informasi tentang
bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan, serta
menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam
perencanaan.
2.2.3 Jenis Pengendalian Internal
Karyono (2013:50) menyatakan bahwa berdasarkan jenisnya
pengendalian internal dapat dikelompokkan ke dalam lima bagian sebagai
berikut.
1. Pengendalian preventif (preventive controls) ialah pengendalian yang dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penyimpangan serta upaya antisipasi manajemen sebelum terjadinya masalah yang tidak diinginkan.
2. Pengendalian detektif (detective controls) ialah pengendalian yang menekankan upaya penemuan kesalahan yang mungkin terjadi.
3. Pengendalian korektif (corrective controls) ialah upaya mengoreksi penyebab terjadinya masalah yang diidentifikasi melalui pengendalian detektif, sebagai antisipasi agar kesalahan yang sama tidak berulang di masa yang akan datang.
4. Pengendalian langsung (directive controls) ialah pengendalian yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung, dengan tujuan agar kegiatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
5. Pengendalian kompensatif (compensative controls) ialah upaya penguatan pengendalian karena diabaikannya suatu aktivitas pengendalian.
Tuanakotta (2014:278) menambahkan bahwa pengendalian internal
terdiri atas pengendalian internal aktif dan pasif. Pengendalian internal aktif
14
merupakan bentuk pengendalian internal yang banyak diterapkan dan kasat
mata. Kata kunci dari pengendalian aktif adalah mencegah (to prevent).
Sebaliknya pengendalian internal pasif tidak kasat mata dan tidak dapat diduga,
dan kata kunci dari pengendalian internal pasif adalah (to deter) yaitu mencegah
karena frekuensinya yang terlalu besar.
2.2.4 Komponen Pengendalian Internal
Boynton (2002:379) menjelaskan bahwa Laporan COSO dan
Consideration of Internal Control in the Financial Statement Audit (SAS 78)
mengidentifikasi lima komponen pengendalian internal yang saling berhubungan
sebagai berikut.
1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang memengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan fondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur. Sejumlah faktor pembentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas diantaranya adalah integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit, filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, penetapan wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
2. Penilaian Risiko Penilaian risiko adalah proses identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko suatu entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penilaian harus mencakup semua risiko yang dihadapi. Baik risiko individual maupun secara keseluruhan, yang meliputi risiko kredit, risiko hukum, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko reputasi, risiko strategik, dan risiko kepatuhan.
3. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi entitas (dan juga kejadian-kejadian serta kondisi-kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva dan kewajiban yang berhubungan. Komunikasi melibatkan penyediaan sesuatu yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu berkenaan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
4. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan aplikasi pada
15
berbagai tingkatan organisasional dan fungsional. Aktivitas pengendalian meliputi pemisahan tugas, pengendalian pemrosesan informasi, pengendalian fisik, dan review kinerja.
5. Pemantauan Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian internal pada suatu waktu. Pemantauan ini melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
Kelima komponen pengendalian internal ini saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Komponen pengendalian internal dapat memberikan
sistem kinerja terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara
dinamis.
2.3 Ethical Judgement
2.3.1 Ethical Process Throughput Model
Ketika sebuah masalah muncul, para pengambil keputusan menjadi sadar
terhadap beberapa dimensi dari masalah tersebut termasuk dimensi etika.
Setelah menyadari adanya isu terkait etika, para pengambil keputusan akan
membuat suatu pertimbangan atas masalah tersebut dan beberapa solusi yang
mungkin diambil kemudian mengambil tindakan yang sesuai.
Sumber: Rodgers et al., 2014
Gambar 2.1 EPTM of Individual’s Decision Processes Diagram
Gambar 2.1 mengilustrasikan sebuah model pengambilan keputusan
secara etis berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Rodgers et al. (2014:872).
Judgment
Decision
Perception
Information
16
Diagram di atas menyatakan bahwa terdapat empat unsur yang mendasari
individu dalam model pengambilan keputusan secara etis yaitu sebagai berikut.
1. Persepsi (perception) melibatkan proses individu memetakan bagaimana
cara memecahkan masalah yang mereka hadapi.
2. Informasi (information) meliputi segala informasi keuangan maupun non
keuangan yang tersedia bagi pengambil keputusan untuk tujuan pemecahan
masalah.
3. Penilaian (judgment) mengandung proses dimana individu menerapkan
informasi yang masuk baik itu informasi keuangan maupun non keuangan
untuk dianalisis.
4. Pemilihan keputusan (decision choice) merupakan proses penentu apakah
suatu tindakan diputuskan untuk diambil atau tidak berdasarkan sumber-
sumber yang diperoleh dari tahapan sebelumnya seperti menimbang aturan
yang diterapkan, menyortir dan mengklasifikasikan pengetahuan dan
informasi untuk memecahkan masalah untuk tujuan pengambilan keputusan.
2.3.2 Definisi Ethical Judgement
Ethical judgement adalah sebuah keputusan yang baik secara moral
maupun legal dapat diterima oleh masyarakat luas. Jones (1991) dalam Jiwo
(2011:18) menyatakan terdapat tiga unsur utama dalam pembuatan ethical
judgement. Pertama adalah moral issue yang menyatakan seberapa jauh
seseorang melakukan tindakannya. Jika seseorang secara bebas melakukan
sebuah tindakan maka hal tersebut akan mengakibatkan kerugian atau
keuntungan bagi orang lain. Kedua adalah moral agent yaitu seseorang yang
membuat keputusan moral. Ketiga adalah ethical judgement yang merupakan
17
penilaian atas sesuatu yang baik dan buruk, yang harus ditentukan pada situasi
tertentu berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masing-masing individu.
Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Jiwo (2011:20) menyatakan bahwa
sikap seseorang terhadap setiap tindakan, bersama dengan norma subjektifnya
terhadap tindakan tersebut akan memengaruhi pertimbangan individual atas
setiap pilihan tindakan. Pada tindakan-tindakan tertentu, seseorang akan memilih
solusi terbaik atas setiap masalah yang muncul.
Dalam teori ini sikap (attitude) adalah hasil dari keyakinan dan nilai atas
suatu tindakan sedangkan norma subjektif (subjective norms) merupakan
keyakinan seseorang terhadap tindakan-tindakan yang mungkin diambil oleh
orang lain. Terbentuknya tindakan tersebut setidaknya memenuhi dua kriteria
baik sikap maupun norma subjektif. Oleh karena itu, setiap pertimbangan
pengambilan keputusan dipengaruhi oleh sikap individual dan norma subjektif
yang dimilikinya.
2.4 Kecurangan
2.4.1 Definisi Kecurangan
Berbagai ketentuan perundangan merujuk pada beberapa tindak pidana
yang dikenal sebagai fraud. Kecurangan atau perbuatan curang hanyalah salah
satu dari berbagai tindak pidana tersebut. Tuanakotta (2014:212) menyatakan
bahwa terdapat banyak istilah untuk kejahatan dengan penipuan, antara lain
dapat disebut dengan kecurangan, kejahatan kerah putih (white collar crime),
dan penggelapan (embezzlement). Kecurangan adalah sebuah representasi
yang salah atau penyembunyian fakta-fakta yang material untuk memengaruhi
seseorang agar mau ambil bagian dalam suatu hal yang berbeda.
18
Kejahatan kerah putih didefinisikan sebagai serangkaian tindakan
kejahatan yang dilakukan dengan cara-cara nonfisik melalui penyembunyian
ataupun penipuan untuk mendapatkan uang ataupun harta benda, untuk
menghindari pembayaran atau hilangnya uang atau harta benda, atau untuk
mendapatkan keuntungan bisnis atau pribadi. Penggelapan adalah konversi
secara tidak sah untuk kepentingan pribadi harta benda yang secara sah berada
di bawah pengawasan pelaku kejahatan.
SPAP, Seksi 316 (2011:316.2) mendefinisikan kecurangan akuntansi
sebagai: (1) salah saji yang timbul dari kecurangan pelaporan keuangan yaitu
salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) salah saji
yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aset (seringkali disebut
dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aset
entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Gondodiyoto (2007) dalam Meulila (2016:18) menyatakan bahwa
berdasarkan pelakunya, kecurangan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan
besar, yaitu kecurangan karyawan (employee fraud) dan kecurangan manajemen
(management fraud). Kecurangan karyawan biasanya disebut internal fraud dan
occupational crime yang mengacu pada perbuatan mengambil harta dari majikan
(pemberi kerja). Adapun kecurangan manajemen mengacu kepada kejahatan
organisasional, perbuatan para manajer untuk membuat laporan keuangan
secara curang, mamalsukan, membesar-besarkan (atau mengecilkan) aktiva
atau keuntungan dengan tujuan untuk menipu pihak-pihak diluar organisasi.
19
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kecurangan adalah serangkaian tindakan melawan hukum yang dilakukan
dengan sengaja untuk tujuan tertentu, yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok dari dalam ataupun luar entitas, untuk mendapatkan keuntungan baik
secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.
2.4.2 Faktor Penyebab Kecurangan
Pada umumnya diyakini bahwa terdapat tiga kondisi yang menyebabkan
terjadinya kecurangan atau penggelapan (Tuannakotta, 2014:207). Dalam
perkembangannya hal ini lebih dikenal sebagai fraud triangle seperti yang terlihat
pada gambar 2.2.
Sumber: Rodgers et al., 2014
Gambar 2.2 Fraud Triangle
1. Kesempatan (opportunity) adalah situasi yang membuka kesempatan bagi
manajemen atau karyawan yang memungkinkan terjadinya kecurangan.
Para pelaku kecurangan percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan
terdeteksi. Kesempatan dapat terjadi karena pengendalian internal yang
lemah, pengawasan manajemen yang kurang baik, atau melalui penggunaan
posisi.
20
Tuanakotta (2014:211) mengungkapkan hasil penelitian Cressey (1953),
bahwa pelaku kecurangan selalu memiliki pengetahuan dan kesempatan
untuk melakukan tindakan agar tidak terdeteksi. Cressey (1953)
berpendapat bahwa terdapat dua komponen peluang, yaitu sebagai berikut.
a. General information merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung kepercayaan dapat dilanggar tanpa konsekuensi. Pengetahuan ini diperoleh dari pelaku yang ia dengar atau lihat, misalnya dari pengalaman orang lain yang melakukan kecurangan dan tidak ketahuan atau terkena sanksi. Informasi yang dimiliki membentuk keyakinan bahwa karena kedudukan dan kepercayaan institusi yang melekat pada dirinya maka kecurangan yang dilakukannya tidak akan diketahui.
b. Technical skill merupakan keahlian yang dimiliki seseorang dan yang menyebabkan seseorang tersebut mendapat kedudukan. Tanpa kemampuan yang memadai menyembunyikan kecurangan atau korupsi tentu tidak mungkin untuk dilakukan apalagi untuk kasus-kasus korupsi yang bersifat sistemik.
Kesempatan inilah yang memiliki kontrol paling atas diantara ketiga elemen
segi tiga kecurangan. Dalam mendeteksi adanya aktivitas kecurangan maka
perusahaan atau instansi perlu membangun sebuah proses, prosedur, dan
kontrol yang efektif.
2. Tekanan (pressure) adalah dorongan seseorang untuk melakukan
kecurangan. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya
hidup, tuntutan ekonomi, hal finansial dan non finansial, dan lain-lain.
Tuanakotta (2014:208) mengungkapkan dari penelitian Cressey (1953)
bahwa status sosial pun dapat menjadi suatu tekanan bagi seseorang untuk
melakukan kecurangan. Cressey (1953) mengelompokkannya menjadi enam
kelompok sebagai berikut.
a. Violation of ascribed obligation, yaitu suatu keadaan melakukan kecurangan akibat seseorang harus menjaga martabatnya saat memiliki kedudukan atau jabatan.
b. Problems resulting from personal failure, yaitu suatu keadaan melakukan kecurangan karena kegagalan yang terjadi pada diri sendiri akibat perbuatan sendiri.
c. Business reversals, yaitu suatu keadaan melakukan kecurangan yang diakibatkan oleh faktor eksternal. Contohnya tingkat bunga yang tinggi.
d. Physical isolation, yaitu suatu keadaan melakukan kecurangan yang diakibatkan oleh keterpurukan dalam kesendirian.
21
e. Status gaining, yaitu suatu keadaan melakukan kecurangan yang diakibatkan oleh tidak mau kalah dengan orang lain.
f. Employer-employee relations, yaitu suatu keadaan melakukan kecurangan yang diakibatkan oleh kekesalan atau kebencian kepada perusahaannya.
3. Rasionalisasi (rationalization) menjadi elemen penting dalam terjadinya
kecurangan, dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya.
Rasionalisasi menjadi bagian fraud triangle yang paling sulit untuk diukur
karena merupakan sikap karakter atau serangkaian nilai-nilai etis yang
membolehkan manajemen atau karyawan melakukan tindakan tidak jujur,
atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat
mereka merasionalisasikan tindakan yang tidak jujur.
Dalam hal ini integritas manajemen merupakan penentu utama dari kualitas
laporan keuangan. Ketika integritas manajemen dipertanyakan, keandalan
laporan keuangan diragukan, bagi mereka yang umumnya tidak jujur maka
akan lebih mudah merasionalisasikan kecurangan. Bagi mereka dengan
standar moral yang lebih tinggi, mungkin tidak begitu mudah. Pelaku
kecurangan selalu mencari pembenaran rasional untuk membenarkan
perbuatannya.
2.4.3 Pencegahan Kecurangan
Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan bahwa kecurangan terjadi
karena terdapat kondisi dan kesempatan yang mendorong seseorang untuk
melakukan kecurangan. Berbagai kondisi dan cara tersebut harus dicegah agar
tidak terjadi atau kemungkinan terjadinya dapat diminimalisir. Mencegah
kecurangan merupakan segala upaya untuk menangkal pelaku potensial,
mempersempit ruang gerak, dan mengidentifikasi kegiatan yang berisiko tinggi
terjadinya kecurangan. Karyono (2013:47) menjelaskan bahwa pencegahan
kecurangan memiliki tujuan sebagai berikut.
22
1. Prevention (Mencegah terjadinya kecurangan). 2. Deference (Menangkal pelaku potensial). 3. Description (Mempersempit gerak langkah pelaku kecurangan). 4. Resertification (Mengidentifikasi kegiatan berisiko tinggi dan kelemahan
pengendalian internal). 5. Civil action prosecution (Tuntutan kepada pelaku).
Pencegahan kecurangan yang utama ialah dengan menerapkan sistem
pengendalian internal dalam setiap aktivitas organisasi. Pengendalian internal
harus andal dalam rancangan struktur pengendalian dan praktik yang sehat
dalam pelaksanaannya agar dapat berlaku secara efektif dalam mencegah
kecurangan.
Pengendalian internal tidak dapat berlaku secara efektif mencegah
kecurangan apabila terjadi kolusi dan pengabaian oleh manajemen. Pencegahan
kecurangan lain dilakukan dengan mengeliminasi faktor-faktor penyebabnya
seperti mengurangi tekanan, kesempatan, perbaikan moral, serta penerapan
sanksi yang tegas terhadap pelaku.
Gambar 2.3 menunjukkan penelitian Rodgers et al. (2014:875) yang
menghadirkan sebuah kerangka Ethical Process Throughput Model (EPTM).
Kerangka EPTM tertanam dalam fraud triangle yang dicetuskan oleh Cressey
(1953) untuk lebih memahami keterkaitan antara posisi etika dan pengendalian
internal untuk mencegah kecurangan.
23
Sumber: Rodgers et al., 2014
Gambar 2.3 Kerangka EPTM dalam Fraud Triangle
Hasil penelitian Rodgers et al. (2014:875) menunjukkan bahwa tekanan
dapat menciptakan motif atau insentif untuk melakukan kecurangan sehingga
dapat memengaruhi persepsi seseorang. Selain itu, tekanan yang berkaitan
dengan informasi keuangan dapat menciptakan motivasi atau insentif tindakan
kecurangan yang cakupannya lebih luas.
Kesempatan pada fraud triangle menyiratkan adanya hal yang saling
berkaitan antara persepsi dan informasi. Informasi keuangan dan non keuangan
pada kerangka EPTM akan memengaruhi persepsi seseorang dalam
mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal sehingga memiliki
kesempatan untuk melakukan dan menyembunyikan tindakan kecurangan.
Rasionalisasi merupakan upaya untuk mengurangi perasaan mengganjal
pada pelaku saat akan mengambil keputusan untuk melakukan kecurangan.
Cressey (1953) dalam Rodgers et al. (2014:875) menegaskan bahwa seseorang
yang memiliki keinginan untuk melakukan kecurangan mencoba membenarkan
tindakan mereka agar tetap berada dalam zona kenyamanan moral sehingga
tidak melihat diri mereka dengan cara yang negatif.
24
Beberapa profesional telah berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja
dimana sensitivitas etis berusaha ditingkatkan agar pengambil keputusan lantas
berpikir dua kali sebelum melakukan tindakan kecurangan. Ethical judgement
dianggap dapat memengaruhi perilaku dalam suatu organisasi ketika
memecahkan masalah termasuk masalah kecurangan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rodgers et al. (2014) menunjukkan
bahwa ethical judgement dipandang sebagai hal yang paling dominan dan
berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang diatur oleh perspektif moral
tertentu sehingga dapat meningkatkan sistem pengendalian internal untuk
mengurangi risiko kecurangan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Meulila (2016) melakukan penelitian mengenai determinan pengaruh
pengendalian internal dan komitmen organisasi seseorang terhadap pencegahan
kecurangan pengadaan barang. Penelitian ini mengemukakan beberapa faktor
yang berpengaruh dalam mencegah kecurangan pengadaan barang pada PT
Telkomsel Cabang Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komponen
pengendalian internal berupa lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian serta pemantauan berpengaruh
signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang.
Siddiq (2016) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
pengaruh keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan
aturan akuntansi, asimetri informasi, dan moralitas manajemen terhadap adanya
kecenderungan kecurangan akuntansi pada salah satu BUMN. Indikator yang
digunakan dalam mengukur variabel keefektifan pengendalian internal berupa
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan
25
komunikasi, serta pemantauan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan antara keefektifan pengendalian
internal dengan kecenderungan kecurangan akuntansi secara statistik pada PT
Pelindo I Sumatera Utara.
Agustia (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh filosofi moral
etika yang terdiri dari keadilan, deontologi, relativisme, egoisme, utilitarianisme
terhadap ethical judgement akuntan. Hasil penelitian pada uji parsial
menunjukkan hanya ada satu variabel filosofi moral etika yaitu variabel moral
egoisme yang berpengaruh terhadap ethical judgement akuntan pada kasus
pengiriman barang lebih awal. Untuk kasus penyisihan piutang tak tertagih
menunjukkan hanya satu variabel filosofi moral etika yaitu moral utilitarianisme
yang berpengaruh terhadap ethical judgement akuntan.
Rubiyono (2003) melakukan penelitian untuk menganalisis dampak
Multidimensional Ethics Scale (MES) terhadap pertimbangan etika bagi praktisi
pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur MES mendukung
pertimbangan etika dalam konteks praktek pajak bagi praktisi pajak.
Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian di atas dimana penelitian ini
akan mencoba menguji pengaruh beberapa variabel dari penelitian yang
berbeda. Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh
Rodgers et al. (2014) yang menerapkan kerangka Ethical Process Throughput
Model untuk meningkatkan sistem pengendalian internal dan mengurangi
kecurangan. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi, pemantauan, ethical judgement, dan pencegahan kecurangan.
26
2.6 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan bagan komprehensif yang menunjukkan
gambaran mengenai penyusunan skripsi berdasarkan pemaparan studi teoretik
dan studi empirik. Studi teoretik dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori
yang relevan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu
Teori Keagenan oleh Jensen and Meckling (1976), dan Teori Perkembangan
Moral Kognitif oleh Kohlberg (1969). Ketika melakukan studi teoretik, terjadi
proses berpikir deduktif, yaitu proses berpikir dari yang bersifat umum ke bersifat
khusus.
Studi empirik merupakan studi yang dilakukan dengan cara mempelajari
hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini. Berdasarkan studi teoretik dan studi empirik, penelitian ini
menentukan variabel penelitian sehingga menghasilkan hipotesis, yaitu
hubungan antara lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan, ethical judgement dan
pencegahan kecurangan. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari
rumusan masalah yang harus diuji kebenarannya dengan menggunakan alat
bantu uji statistik. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut.
27
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
STUDI TEORETIK
Teori Keagenan
Jensen and Meckling
(1976)
Teori Perkembangan
Moral Kognitif
Kohlberg (1969)
VARIABEL
Lingkungan Pengendalian
Penilaian Risiko
Aktivitas Pengendalian
Informasi dan Komunikasi
Pemantauan
Ethical Judgement
Pencegahan Kecurangan
Lingkungan pengendalian dan Pencegahan Kecurangan Jensen and Meckling (1976); Meulila (2016); Siddiq (2016) Penilaian risiko dan Pencegahan Kecurangan Jensen and Meckling (1976); Lubis (2014); Siddiq (2016) Aktivitas pengendalian dan Pencegahan Kecurangan Jensen and Meckling (1976); Meulila (2016); Siddiq (2016) Informasi dan komunikasi dan Pencegahan Kecurangan Jensen and Meckling (1976); Meulila (2016); Siddiq (2016) Pemantauan dan Pencegahan Kecurangan Jensen and Meckling (1976); Meulila (2016); Siddiq (2016) Ethical Judgement dan Pencegahan Kecurangan Jiwo (2011); Rodgers et al. (2014); Rodgers and Gago (2011)
STUDI EMPIRIK
28
2.7 Hipotesis
2.7.1 Pengaruh Lingkungan Pengendalian terhadap Pencegahan Kecurangan
Teori keagenan yang dicetuskan oleh Jensen and Meckling (1976)
menjelaskan bahwa adanya perilaku dari manajer (agent) yang bertindak hanya
untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak
lain atau pemegang saham (principal). Lingkungan pengendalian mencerminkan
sikap sekaligus tindakan para pemilik dan manajer perusahaan. Mekanisme
pengendalian internal yang baik dianggap mampu mengurangi masalah
keagenan. Efektivitas penerapan pengendalian internal sangat ditentukan oleh
kondisi yang diciptakan lingkungan pengendalian.
Meulila (2016) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa lingkungan
pengendalian berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan
pengadaan barang. Penelitian lain yang juga menunjukkan adanya hubungan
positif antara lingkungan pengendalian dengan pencegahan kecurangan
akuntansi secara statistik dilakukan oleh Siddiq (2016). Hal tersebut
menunjukkan bahwa lingkungan pengendalian sebagai komponen dari
pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan
sebagai berikut.
H 1: Lingkungan pengendalian berpengaruh positif terhadap pencegahan
kecurangan.
2.7.2 Pengaruh Penilaian Risiko terhadap Pencegahan Kecurangan
Penilaian risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, analisis, dan
pengelolaan entitas terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya.
Teori yang dikemukakan oleh Jensen and Meckling (1976) menunjukkan konflik
29
yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal)
cenderung membuat manajer untuk tidak mendasari pengambilan keputusan
pendanaannya pada maksimalisasi nilai. Hal ini memengaruhi ketidaksesuaian
peran manajer dalam menilai risiko suatu entitas.
Lubis (2014) membuktikan bahwa penilaian risiko berpengaruh terhadap
pencegahan kecurangan. Penilaian risiko sebagai praktik manajemen
menghasilkan informasi risiko internal dan eksternal serta informasi potensi
kolusi yang dibutuhkan untuk mencegah kecurangan.
Penelitian lain yang juga menunjukkan adanya hubungan positif antara
penilaian risiko dengan pencegahan kecurangan akuntansi secara statistik
dilakukan oleh Siddiq (2016). Hal tersebut menunjukkan bahwa penilaian risiko
sebagai komponen dari pengendalian internal berpengaruh terhadap
pencegahan kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan
sebagai berikut.
H 2: Penilaian risiko berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.
2.7.3 Pengaruh Aktivitas Pengendalian terhadap Pencegahan Kecurangan
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang
membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Dalam
penelitiannya Jensen and Meckling (1976) menjelaskan bahwa terjadinya konflik
kepentingan atara pemegang saham (principal) dengan manajer (agent)
cenderung membuat manajer untuk mengejar kepentingan pribadi. Aktivitas
pengendalian yang dilaksanakan secara efektif akan memengaruhi proses
antisipasi tindakan menyimpang yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen.
Meulila (2016) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa aktivitas
pengendalian berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan
30
pengadaan barang. Penelitian lain dilakukan oleh Siddiq (2016) menunjukkan
adanya pengaruh aktivitas pengendalian secara simultan terhadap pencegahan
kecurangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas pengendalian sebagai
komponen dari pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan
sebagai berikut.
H 3: Aktivitas pengendalian berpengaruh positif terhadap pencegahan
kecurangan.
2.7.4 Pengaruh Informasi dan Komunikasi terhadap Pencegahan Kecurangan
Terdapat asimetri informasi dalam pola komunikasi antara pemegang
saham (principal) dengan manajer (agent) yang sering ditentukan oleh angka
akuntansi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan bahwa manajer (agent)
dapat termotivasi untuk melaporkan informasi yang tidak sebenarnya kepada
pemegang saham (principal), terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agen.
Meulila (2016) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kualitas
informasi yang dihasilkan oleh sistem akan berdampak pada kemampuan
manajemen dalam mengambil keputusan, untuk keperluan mengolah dan
mengendalikan aktivitas instansi, serta mencegah terjadinya tindak kecurangan.
Pembukaan saluran komunikasi membantu memastikan bahwa penyimpangan
dilaporkan dan ditindaklanjuti.
Penelitian lain yang juga menunjukkan adanya hubungan positif antara
informasi dan komunikasi terhadap pencegahan kecurangan akuntansi secara
statistik dilakukan oleh Siddiq (2016). Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi
31
dan komunikasi sebagai komponen dari pengendalian internal berpengaruh
terhadap pencegahan kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan
sebagai berikut.
H 4: Informasi dan komunikasi berpengaruh positif terhadap pencegahan
kecurangan.
2.7.5 Pengaruh Pemantauan terhadap Pencegahan Kecurangan
Pemantauan merupakan proses penilaian kualitas kinerja pengendalian
internal sepanjang waktu. Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen and
Meckling (1976) menunjukkan adanya pengaruh pemantauan untuk
mengantisipasi adanya perilaku menyimpang dalam sistem pelaporan, termasuk
tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen sebagai agen.
Meulila (2016) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa pemantauan
berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan pengadaan
barang. Penelitian lain yang juga menunjukkan adanya hubungan positif antara
pemantauan dengan pencegahan kecurangan akuntansi secara statistik
dilakukan oleh Siddiq (2016). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemantauan
sebagai komponen dari pengendalian internal berpengaruh terhadap
pencegahan kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan
sebagai berikut.
H 5: Pemantauan berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.
2.7.6 Pengaruh Ethical Judgement terhadap Pencegahan Kecurangan
Teori perkembangan moral kognitif yang dicetuskan oleh Kohlberg (1969)
dalam Jiwo (2011) membagi moral menjadi enam tingkatan yang dikelompokkan
menjadi tiga tahap, yaitu pra-konvensional, konvensional, dan pasca-
32
konvensional. Dalam kaitannya dengan ethical judgement, manajemen dengan
moralitas yang tinggi dianggap dapat memengaruhi pencegahan kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rodgers et al. (2014)
mengemukakan bahwa ethical judgement dapat menghasilkan kebijakan yang
tepat yang sangat diperlukan dalam pencegahan dan deteksi kecurangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rodgers and Gago (2011) menunjukkan apabila
hasil ethical judgement diterapkan dengan sesuai, hal tersebut dapat
memberikan keamanan yang tak tertandingi, meningkatkan kenyamanan,
menghasilkan akuntabilitas yang tinggi serta pendeteksian kecurangan yang
lebih baik dan sangat efektif dalam menekan kecurangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dapat dikemukakan
sebagai berikut.
H 6: Ethical judgement berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya dan rumusan hipotesis di atas, maka
diperoleh hubungan variabel. Hubungan variabel dapat diprediksikan seperti
pada gambar 2.5 berikut.
33
Gambar 2.5 Model Penelitian
Pengendalian Internal
Lingkungan Pengendalian (X1)
Aktivitas
Pengendalian (X3)
Penilaian
Risiko (X2)
Informasi dan
Komunikasi (X4)
Pemantauan (X5)
Ethical
Judgement (X6)
Pencegahan
Kecurangan (Y)
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian terdiri dari tujuan penelitian, jenis investigasi,
intervensi peneliti, setting penelitian, unit analisis, dan horizon waktu (Sekaran
dan Bougie, 2013:102). Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis
(hypothesis testing) dengan melakukan pengujian hubungan antara
pengendalian internal dan ethical judgement terhadap pencegahan kecurangan
pada karyawan yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan di PT
Pelindo IV.
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat korelasional, yaitu untuk
mengetahui hubungan antar variabel. Setting yang digunakan dalam penelitian
ini adalah noncontrived settings, yaitu dilakukan pada kondisi lingkungan dimana
pekerjaan berjalan normal. Objek penelitiannya tidak direkayasa. Penelitian ini
merupakan cross-sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan sekali
dalam satu periode.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT Pelindo IV yang beralamat di Jl.
Soekarno No. 1, Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan selama satu
semester.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok ke seluruhan orang, peristiwa, atau hal-hal
yang ingin diselidiki oleh peneliti (Sekaran dan Bougie, 2013:102). Populasi
35
dalam penelitian ini adalah karyawan yang menjabat sebagai manajer, asisten
manajer, supervisor dan pelaksana pada beberapa unit biro dan sub direktorat di
PT Pelindo IV. Populasi ini dipilih karena memiliki wewenang untuk mengambil
keputusan dalam struktur biro dan sub direktorat di PT Pelindo IV.
Sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi.
Diharapkan dengan mempelajari sampel, kesimpulan yang akan diambil dapat
menggambarkan keseluruhan populasi (Sekaran dan Bougie, 2013:102). Sampel
dalam penelitian ini tersebar dalam beberapa unit biro dan sub direktorat pada
PT Pelindo IV. Unit-unit biro dan sub direktorat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sub Direktorat Fasilitas Pelabuhan, 7 karyawan.
2. Sub Direktorat Peralatan Pelabuhan, 8 karyawan.
3. Sub Direktorat Akuntansi Manajemen, 7 karyawan.
4. Sub Direktorat Akuntansi Keuangan, 9 karyawan.
5. Sub Direktorat Perbendaharaan dan Keuangan Perusahaan, 8 karyawan.
6. Satuan Pengawasan Internal, 2 karyawan.
7. Biro Perencanaan dan Strategi Perusahaan, 4 karyawan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non-probability sampling. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah
sampling jenuh atau sampling sensus dimana semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011:96). Kuesioner yang diperoleh
kembali setelah diisi secara lengkap dan benar oleh responden akan menjadi
sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
36
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subjek. Data
subjek merupakan data penelitian yang dilaporkan sendiri oleh responden secara
individual atau secara kelompok.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data (Sekaran dan Bougie, 2013:113).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian survei, yaitu penelitian lapangan yang dilakukan terhadap anggota
sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner diantar
langsung kepada responden di PT Pelindo IV, kemudian kuesioner yang
diperoleh kembali setelah diisi secara lengkap dan benar oleh responden akan
menjadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
3.6 Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel independen
dan variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel yang
memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (Sekaran dan Bougie, 2013:70). Variabel independen dalam penelitian
adalah pengendalian internal yang memiliki lima variabel dan ethical judgement.
Lima variabel yang merupakan kategori pengendalian internal adalah lingkungan
pengendalian (X1), penilaian risiko (X2), aktivitas pengendalian (X3), informasi
dan komunikasi (X4), dan pemantauan (X5). Variabel ethical judgement kemudian
diberi simbol (X6).
37
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel independen (Sekaran dan Bougie,
2013:69). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencegahan
kecurangan yang diberi simbol (Y).
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel yang telah
dijabarkan di atas sebagai berikut.
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian didefinisikan sebagai hal yang memengaruhi
kesadaran akan pengendalian bagi orang-orang yang terdapat dalam
organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian juga merupakan fondasi bagi
komponen pengendalian internal lainnya.
Variabel ini diukur menggunakan empat indikator yang telah digunakan
dalam penelitian Meulila (2016), yaitu integritas dan nilai etika, komitmen
terhadap kompetensi, filosofi manajemen dan gaya kepemimpinan, serta
kebijakan dan praktik SDM. Indikator-indikator tersebut diukur dengan skala
Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai kategori sangat setuju.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi perusahaan,
analisis, dan pengelolaan terhadap risiko yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Penilaian risiko diukur menggunakan dua indikator yang telah digunakan
dalam penelitian Meulila (2016), yaitu penetapan tujuan perusahaan, dan
identifikasi risiko yang mungkin terjadi. Indikator-indikator tersebut diukur
dengan skala Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai kategori
sangat setuju.
38
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian didefinisikan sebagai kebijakan dan prosedur
yang membantu manajemen mencapai tujuan dan diterapkan pada berbagai
jenjang organisasi dan fungsi, seperti pengambilan langkah menghadapi
risiko untuk mencapai tujuan perusahaan.
Aktivitas pengendalian diukur menggunakan dua indikator yang telah
digunakan dalam penelitian Meulila (2016), yaitu pemisahan tugas, dan
pengendalian pemrosesan informasi. Indikator-indikator tersebut diukur
dengan skala Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai kategori
sangat setuju.
4. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi meliputi sistem akuntansi dan terdiri dari metode-
metode dan catatan-catatan yang ditetapkan untuk mengidentifikasi,
menggabungkan, menganalisis, mengelompokkan, mencatat, dan
melaporkan transaksi–transaksi perusahaan, serta menetapkan
pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban. Komunikasi meliputi
pemberian pengertian yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab
individu sehubungan dengan sistem pengendalian internal atas pelaporan
keuangan.
Informasi dan komunikasi diukur menggunakan empat indikator yang
telah digunakan dalam penelitian Meulila (2016), yaitu terkomputerisasi,
sarana komunikasi, Sistem Informasi Akuntansi dan Sistem Informasi
Manajemen cukup memadai serta informasi dihasilkan secara cepat dan
tepat waktu. Indikator-indikator tersebut diukur dengan skala Likert 5 poin
dari kategori sangat tidak setuju sampai kategori sangat setuju.
39
5. Pemantauan
Pemantauan didefinisikan sebagai proses yang dilakukan personel yang
tepat untuk menilai kualitas kinerja sistem pengendalian internal sepanjang
waktu, termasuk penilaian apakah rancangan telah dioperasikan
sebagaimana dikehendaki, dan apakah modifikasi telah dilakukan untuk
perubahan kondisi yang terjadi.
Pemantauan diukur menggunakan tiga indikator yang telah digunakan
dalam penelitian Meulila (2016), yaitu pemantauan secara berkelanjutan,
evaluasi secara terpisah, serta bentuk tindak lanjut. Indikator-indikator
tersebut diukur dengan skala Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju
sampai kategori sangat setuju.
6. Ethical Judgement
Ethical judgement didefinisikan sebagai sebuah keputusan yang baik
secara moral maupun legal dapat diterima oleh masyarakat luas. Variabel ini
menggunakan contoh kasus yang digunakan dalam penelitian Wicaksono
(2015) dan diukur menggunakan dua indikator yang telah digunakan dalam
penelitian Agustia (2012).
Pertama, anggapan apakah situasi yang dihadapi individu etis atau tidak
etis. Kedua, apakah responden setuju atas tindakan individu atau tidak
setuju atas tindakan individu. Indikator variabel ini diukur dengan skala Likert
5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai kategori sangat setuju.
7. Pencegahan Kecurangan
Pencegahan kecurangan didefinisikan sebagai segala upaya untuk
menangkal pelaku potensial, mempersempit ruang gerak, dan
mengidentifikasi kegiatan yang berisiko tinggi terjadinya kecurangan pada
40
setiap elemen perusahaan yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh
manajemen.
Pencegahan kecurangan diukur menggunakan lima indikator yang telah
digunakan dalam penelitian Meulila (2016), yaitu merahasiakan informasi
mengenai peluang untuk mendapatkan kontrak, mengajukan standar teknis
yang tidak bersifat diskriminasi, data keuangan dilaporkan secara
transparan, mencuri sesuatu yang berharga (aktiva), serta mengonversi
aktiva tersebut ke bentuk yang dapat digunakan (kas). Indikator-indikator
tersebut diukur dengan skala Likert 5 poin dari kategori sangat tidak setuju
sampai kategori sangat setuju.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner
yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan mengenai
identitas responden yang menanyakan nama, jenis kelamin, usia, lama bekerja,
dan pendidikan terakhir. Bagian kedua dari kuesioner berisi pernyataan tentang
pengendalian internal, ethical judgement dan pencegahan kecurangan.
Pengendalian internal dan pencegahan kecurangan diadopsi dari penelitian
Meulila (2016) sedangkan ethical judgement diadopsi dari penelitian Wicaksono
(2015) dan Agustia (2012) dengan beberapa penyesuaian sesuai kebutuhan
penelitian.
Kuesioner tersebut akan mengukur jawaban responden melalui
pemberian skor yang telah ditentukan dalam bentuk skala Likert 5 poin, mulai
dari sangat setuju yang akan diberi poin 5, setuju yang akan diberi poin 4, netral
yang akan diberi poin 3, tidak setuju yang akan diberi poin 2, dan sangat tidak
41
setuju yang akan diberi poin 1, yang akan menghasilkan hasil akhir yang akurat
dan tepat.
3.8 Analisis Data
Data dianalisis menggunakan program Partial Least Square (PLS). PLS
adalah salah satu teknik Structural Equation Modeling (SEM) yang mampu
menganalisis variabel laten, variabel indicator dan kesalahan pengukuran secara
langsung. PLS dikembangkan sebagai alternatif apabila teori yang digunakan
lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran reflektif.
Analisis data pada PLS dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pengujian outer
model, pengujian inner model, dan pengujian hipotesis (Sarwono dan
Narimawati, 2015:18).
3.8.1 Pengujian Outer Model
Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa pengukuran
yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliabel). Analisa
outer model dapat dilihat dari beberapa indikator berikut.
1. Uji Validitas
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2011:30). Terdapat dua cara pengujian validitas, yaitu validitas
konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen merupakan
validitas yang terjadi jika seperangkat indikator mewakili satu variabel laten
dan yang mendasari variabel laten tersebut. Validitas ini berhubungan
dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari suatu konstruk seharusnya
berkorelasi tinggi. Validitas diskriminan merupakan konsep tambahan yang
42
mempunyai makna bahwa dua konsep berbeda secara konseptual harus
menunjukkan keterbedaan yang memadai.
Uji validitas konvergen dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melihat
nilai outer loading masing-masing indikator konstruk dengan syarat nilai
outer loading > 0,7 dan melihat nilai average variance extracted (AVE)
dengan syarat nilai AVE > 0,5 untuk masing-masing konstruk (Latan dan
Ghozali, 2012:30). Uji validitas diskriminan dilakukan dengan dua metode,
yaitu.
a. Cross loadings, yaitu nilai loading masing-masing indikator pada
konstruk yang sama harus lebih besar daripada nilai loading indikator
tersebut dengan konstruk lain (Latan dan Ghozali, 2012:30).
b. Metode Fornell–Larcker, yaitu metode dengan cara melihat nilai akar
AVE suatu konstruk harus lebih besar daripada nilai korelasi konstruk
tersebut dengan konstruk yang lain (Latan dan Ghozali, 2012:30).
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas digunakan untuk menilai konsistensi pada objek
dan data, memastikan bahwa instrumen yang digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2011:47). Untuk menguji reliabilitas dalam dalam PLS dapat menggunakan
dua metode, yaitu cronbach’s alpha dan composite reliability. Cronbach’s
alpha mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk dan dikatakan
reliabel apabila nilainya harus > 0,6. Composite reliability mengukur nilai
sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk dan metode ini diyakini lebih baik
43
dalam melakukan pengestimasian konsistensi internal suatu konstruk dan
dikatakan reliabel apabila nilainya > 0,7.
3.8.2 Pengujian Inner Model
Pengujian inner model dilakukan untuk memastikan bahwa model yang
dibangun robust dan akurat. Evaluasi inner model dapat dilihat dari indikator
Koefisien Determinasi (R2). Hasil dari PLS R2 mempresentasikan jumlah varians
dari konstruk yang dijelaskan oleh model.
Evaluasi model berikutnya dilakukan dengan melihat nilai signifikansi
untuk mengetahui pengaruh antar variabel melalui prosedur bootstrapping.
Pendekatan bootstrap menggunakan seluruh sampel asli untuk melakukan
resampling.
3.8.3 Uji Hipotesis
Ukuran signifikansi keterdukungan hipotesis dapat diukur menggunakan
perbandingan nilai T-table dan T-statistic. Kriteria penerimaan/penolakan
hipotesis adalah jika T-statistic lebih tinggi dibandingkan nilai T-table, berarti
hipotesis terdukung atau diterima. Analisis PLS yang digunakan dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan program SmartPLS versi 3.2.7.
61
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh
pengendalian internal dan ethical judgement terhadap pencegahan kecurangan
dengan sampel manajer, asisten manajer, supervisor dan pelaksana pada
beberapa unit biro dan sub direktorat pada PT Pelindo IV. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pengendalian internal dan ethical judgement. Lima
variabel yang merupakan kategori pengendalian internal adalah lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi,
serta pemantauan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencegahan
kecurangan. Penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS) dalam
menganalisis hubungan antar variabel. Berdasarkan analisis dan pembahasan
pada pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Lingkungan pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pencegahan kecurangan. Hasil ini sesuai dengan teori keagenan, serta
mendukung hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Siddiq (2016) yang
menyatakan adanya hubungan positif antara lingkungan pengendalian dan
pencegahan kecurangan akuntansi secara statistik. Hasil penelitian ini juga
mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Meulila (2016)
yang menyatakan bahwa lingkungan pengendalian berpengaruh signifikan
positif terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang. Hal ini
62
menunjukkan bahwa lingkungan pengendalian memiliki pengaruh yang kuat
dan mampu meningkatkan pencegahan kecurangan.
2. Penilaian risiko berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
pencegahan kecurangan. Hasil ini sesuai dengan teori keagenan, namun
tidak mendukung hasil temuan penelitian yang dilakukan Lubis (2014) yang
menyatakan bahwa penilaian risiko berpengaruh terhadap pencegahan
kecurangan. Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian Siddiq (2016)
yang menunjukkan adanya hubungan positif antara penilaian risiko dengan
pencegahan kecurangan akuntansi secara statistik. Hal ini menunjukkan
bahwa penilaian risiko memiliki pengaruh terhadap pencegahan kecurangan
namun tidak mampu meningkatkan pencegahan kecurangan.
3. Aktivitas pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pencegahan kecurangan. Hasil ini sesuai dengan teori keagenan, serta
mendukung hasil temuan penelitian yang dilakukan Meulila (2016) yang
menyatakan bahwa aktivitas pengendalian berpengaruh signifikan positif
terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang. Hasil penelitian ini
juga mendukung penelitian Siddiq (2016) yang menunjukkan adanya
pengaruh aktivitas pengendalian secara simultan terhadap pencegahan
kecurangan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas pengendalian memiliki
pengaruh yang kuat dan mampu meningkatkan pencegahan kecurangan.
4. Informasi dan komunikasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
pencegahan kecurangan. Hasil ini tidak sesuai dengan teori keagenan, serta
tidak mendukung hasil temuan penelitian yang dilakukan Meulila (2016) yang
membuktikan bahwa kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem akan
berdampak pada kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan,
untuk keperluan mengolah dan mengendalikan aktivitas instansi, serta
63
mencegah terjadinya tindak kecurangan. Hasil penelitian ini juga tidak
mendukung penelitian Siddiq (2016) yang menunjukkan adanya hubungan
positif antara informasi dan komunikasi terhadap pencegahan kecurangan
akuntansi secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa informasi dan
komunikasi memiliki pengaruh yang lemah dan tidak mampu meningkatkan
pencegahan kecurangan.
5. Pemantauan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
pencegahan kecurangan. Hasil ini sesuai dengan teori keagenan, serta
mendukung hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Siddiq (2016) yang
menyatakan adanya hubungan positif antara pemantauan dan pencegahan
kecurangan akuntansi secara statistik. Namun tidak mendukung hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Meulila (2016) yang menyatakan
bahwa pemantauan berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan
kecurangan pengadaan barang. Hal ini menunjukkan bahwa pemantauan
memiliki pengaruh terhadap pencegahan kecurangan namun tidak mampu
meningkatkan pencegahan kecurangan.
6. Ethical judgement berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan
kecurangan. Hasil ini sesuai dengan teori perkembangan moral kognitif,
serta mendukung hasil temuan penelitian yang dilakukan Rodgers et al.
(2014) yang mengemukakan bahwa ethical judgement dapat menghasilkan
kebijakan yang tepat yang sangat diperlukan dalam pencegahan dan deteksi
kecurangan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Rodgers and
Gago (2011) yang menunjukkan apabila hasil dari ethical judgement
diterapkan dengan sesuai, hal tersebut dapat memberikan keamanan yang
tak tertandingi, meningkatkan kenyamanan, menghasilkan akuntabilitas yang
tinggi serta pendeteksian kecurangan yang lebih baik dan sangat efektif
64
dalam menekan kecurangan. Hal ini menunjukkan bahwa ethical judgement
memiliki pengaruh yang kuat dan mampu meningkatkan pencegahan
kecurangan.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang akan datang mengenai topik serupa sebaiknya mereview
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dan melakukan pre-test
terlebih dahulu untuk memperkecil kemungkinan menggunakan indikator-
indikator yang tidak valid sehingga data yang diperoleh memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan yang sesungguhnya.
2. Penelitian yang akan datang mengenai topik serupa sebaiknya melakukan
penelitian pada beberapa perusahaan agar jumlah populasi yang digunakan
jauh lebih besar.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dari penelitian ini yang perlu diperhatikan untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Instrumen penelitian yang digunakan diambil dari penelitian terdahulu yang
belum sepenuhnya sesuai dengan penelitian ini, sehingga beberapa
indikator dari instrumen penelitian yang digunakan memiliki nilai yang
rendah.
2. Penelitian ini dilakukan hanya pada satu perusahaan, sehingga ukuran
populasi yang digunakan terbilang relatif kecil.
65
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Devi. 2012. Pengaruh Filosofi Moral Etika dan Emosi Terhadap Ethical Judgement Akuntan: Studi Empiris dengan Menggunakan Multidimensional Ethics Scale Pada PT Bank BRI dan PT Telkom di Medan. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Anthony, N. Robert., dan Govindarajan, Vijay. 2011. Management Control System. 11th Edition. New York: Mc. Graw-Hill. Terjemahan Tjakrawala, K. 2011. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi 11. Tanggerang: Karisma Publishing Group.
Ardiyanti, Sitti. 2015. Analisis Net Benefit Sistem Informasi Manajemen Daerah dengan Menggunakan Model DeLone dan McLean Pada Pemerntah Kota Baubau. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Arista, Ovi engga. 2015. Pengaruh Persepsi atas Corporate Social Responsibility Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi (Survey Pada Hotel Bintang V di Yogyakarta). Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Yogyakarta.
Boynton, William C., Raymond N. Johnson., and Walter G. Kell. 2001. Modern Auditing. Seventh Edition. Terjemahan oleh Paul A. Rajoe., Gina Gania dan Ichsan Setiyo Budi. Edisi Ketujuh Jilid I. 2002. Jakarta: Erlangga.
Fahmi, Irham. 2015. Etika Bisnis Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 19, Edisi Kelima. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hall, J.A. 2011. Principles of Accounting Information Systems. Asia Edition. Singapore: Cengage Learning.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik 31 Maret 2011. Jakarta: Salemba Empat.
Jensen, and Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior,agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3, hal.305-360.
Jiwo, Pranan. 2011. Analisis Faktor-Faktor Individual dalam Pengambilan Keputusan Etis oleh Konsultan Pajak. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Karyono. 2013. Forensic Fraud. Yogyakarta: Andi Offset.
Latan, H., dan Ghozali, I. 2012. Partial Least Square Konsep, Teknik dan Aplikasi SmartPLS 2.0 M3 untuk Penelitian Empiris. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
66
Lubis. 2014. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Gaya Kepemimpinan, Dan Pengembangan Mutu Karyawan terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi Pada RSU. Dr. Pirngadi Medan. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Meulila, Cut. 2016. Pengaruh Pengendalian Internal dan Komitmen Organisasi Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) Terhadap Pengadaan Barang di PT Telkomsel Cabang Medan. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Munawir, S. H. 2008. Auditing Modern. Buku Satu. Yogyakarta: BPFE.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 2006. Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Praditya, Ilyas Istanur. 2016. BPK Serahkan Hasil Perhitungan Kerugian Kasus PT Pelindo II, (Online), (http://bisnis.liputan6.com/read/2420303/bpk-serahkan-hasil-perhitungan-kerugian-kasus-pt-pelindo-ii, diakses 10 Februari 2017).
Rodgers, Waymond., Soderbom, Arne., and Guiral, Andres. 2014. Corporate Social Responsibility Enchanced Control Systems Reducing the Likehood of Fraud. Journal of Business Ethics. Vol. 131, hal. 871-882.
Rodgers, Waymond., and Gago, Susana. 2011. Cultural and Ethical Effects on Managerial Decisions: Examined in a Throughput Model. Journal of Business Ethics. Vol. 31, hal.355-367.
Rubiyono. 2003. Analisis Multidimensional Terhadap Pertimbangan Etika bagi Praktisi Pajak (Studi Empiris Pada Akuntan yang Bekerja di BPKP Perwakilan DKI Jakarta). Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Program Studi Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.
Sarwono, J., dan Narimawati, U. 2015. Membuat Skripsi, Tesis, dan Disertasi dengan Partial Least Square SEM (PLS SEM). Yogyakarta: Andi.
Sekaran, Uma., and Bougie, Roger. 2013. Research Methods for Business A Skill-Building Approach. Sixth Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons.
Siddiq, Muhammad. 2016. Pengaruh Faktor Internal dan Moralitas Manajemen Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi pada PT Pelindo I Sumatera Utara). Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
67
Tuanakotta, Theodorus M. 2014. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
, 2013. Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta: Salemba Empat.
Watts, R. L., and Zimmerman, W. H. 1986. Positif Accounting Theory. New
Jersey: Prentice-Hall International Inc. Wicaksosno, Ade. 2015. Pengaruh Kepatuhan Pengendalian Intern, Moralitas
Manajemen, dan Sistem Kompensasi terhadap Perilaku Etis Karyawan dalam Sistem Penggajian (Studi Kasus pada PT Bank Syariah Mandiri Kanwil Medan). Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
68
LAMPIRAN
69
Lampiran 1 BIODATA
Identitas Diri
Nama : Nur Khasanah Sahidin
Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 19 September 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Jl. Pampang II No.68 RT.007 RW.001 Makassar
Nomor HP : 089674640555
Alamat E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
- Pendidikan Formal
1. TK Tunas Makarti Kendari – Sulawesi Tenggara : 1999-2000
2. SDN 18 Baruga Kendari – Sulawesi Tenggara : 2000-2006
3. SMP Negeri 2 Lumajang – Jawa Timur : 2006-2009
4. SMA Negeri 2 Lumajang – Jawa Timur : 2009-2012
5. S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin – Makassar : 2012-Sekarang
- Pendidikan Non Formal
1. School of English and Computer ‘Dennys Bunch’ : 2007
Riwayat Prestasi
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Departemen Pengaderan Ikatan Mahasiswa Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Hasanuddin (Periode 2014 – 2015)
2. Wakil Sekretaris Umum Bidang Keperempuanan HmI Komisariat Ekonomi
Unhas (Periode 2014-2015)
3. Sekretaris Umum Ikatan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin (Periode 2015 – 2016)
Demikian biodata ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Makassar, 14 September 2017
Nur Khasanah Sahidin
A31112270
70
Lampiran 2
PETA TEORI
No. Penulis/Topik/
Judul Buku/Artikel
Tujuan Penelitian/ Penulisan Buku/
Artikel Konsep/Teori/Hipotesis
Variabel Penelitian dan Teknik Analisis
Hasil Penelitian/Buku
1. Jensen, and Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure.
Menjelaskan sifat, fungsi, peran dan kritik terhadap teori keagenan.
Konsep/Teori: 1. Teori Ekonomi 2. Teori Sosiologi 3. Teori Keputusan 4. Teori Organisasi
Variabel Penelitian: 1. Sistem
Pengendalian Internal
2. Konflik Kepentingan
3. Biaya Agensi Teknik Analisis: Studi Literatur
Hasil penelitian sebagai berikut: 1. Prinsip utama teori
keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah suatu hubungan kerja sama berdasarkan kontrak yang telah disepakati antara pemegang saham (principal) dengan manajer (agent).
2. Konflik kepentingan atara pemegang saham dengan manajer cenderung membuat manajer untuk mengejar kepentingan pribadi dan tidak mendasari pengambilan keputusan pendanaan pada maksimalisasi nilai.
3. Teori keagenan dilandasi
oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi.
2. Meulila, Cut. 2016. Pengaruh Pengendalian Internal dan Komitmen Organisasi Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) Terhadap Pengadaan Barang di PT Telkomsel Cabang Medan.
Menguji determinan pengendalian internal dan komitmen organisasi seseorang dalam pencegahan kecurangan pengadaan barang di sebuah perusahaan.
Konsep/Teori: 1. Teori Keagenan Hipotesis: 1. Pengendalian internal
berpengaruh secara parsial terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang.
2. Komitmen organisasi berpengaruh secara parsial terhadap pencegahan kecurangan dalam pengadaan barang.
3. Pengendalian internal dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan dalam pengadaan barang.
Variabel Penelitian: 1. Pengendalian
Internal 2. Komitmen
Organisasi 3. Pencegahan
Kecurangan Teknik Analisis: Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil penelitian sebagai berikut: 1. Pengendalian internal
berpengaruh secara signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang.
2. Komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan dalam pengadaan barang.
3. Pengendalian internal dan komitmen organisasi berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan kecurangan dalam pengadaan barang.
71
3. Siddiq, Muhammad. 2016. Pengaruh Faktor Internal dan Moralitas Manajemen Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi pada PT Pelindo I Sumatera Utara).
Menganalisis pengaruh keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan aturan akuntansi, asimetri informasi, dan moralitas manajemen terhadap adanya kecenderungan kecurangan akuntansi.
Konsep/Teori: 1. Teori Keagenan 2. Teori Perkembangan
Moral Hipotesis: 1. Keefektifan
pengendalian internal berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
2. Kesesuaian kompensasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
3. Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
4. Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh positif terhadap
Variabel Penelitian: 1. Keefektifan
Pengendalian Internal
2. Kesesuaian Kompensasi
3. Asimetri Informasi
4. Ketaatan Aturan Akuntansi
5. Moralitas Manajemen
6. Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
Teknik Analisis : Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil penelitian sebagai berikut: 1. Keefektifan pengendalian
internal tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
2. Kesesuaian kompensasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
3. Asimetri informasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
4. Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
5. Moralitas manajemen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
72
kecenderungan kecurangan akuntansi.
5. Moralitas manajemen berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
4. Lubis. 2014. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Gaya Kepemimpinan, Dan Pengembangan Mutu Karyawan terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi Pada RSU. Dr. Pirngadi Medan.
Menguji dan menganalisis pengaruh peran auditor internal, pengendalian internal, dan pencegahan kecurangan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Konsep/Teori: 1. Teori Keagenan Hipotesis: 1. Peran auditor
internal, pengendalian intern dan pencegahan kecurangan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik secara parsial dan simultan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
2. Peran auditor internal berpengaruh
Variabel Penelitian: 1. Peran Auditor
Internal 2. Pengendalian
Intern 3. Pencegahan
Kecurangan 4. Kinerja
Perusahaan Teknik Analisis: 1. Multiple
Regression Analysis
2. Path Analysis
Hasil penelitian sebagai berikut: 1. Secara simultan
pengaruh peran auditor internal, pengendalian intern dan pencegahan kecurangan berpengaruh langsung signifikan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan pembiayaan (leasing), sehingga dapat dikatakan bahwa peran auditor internal, pengendalian intern serta pencegahan kecurangan berkaitan dengan kinerja perusahaan pada perusahaan pembiayaan (leasing).
2. Secara parsial peran
73
terhadap kinerja perusahaan melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
3. Pengendalian intern berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui pencegahan kecurangan pada perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
auditor internal dan pencegahan kecurangan tidak berpengaruh langsung signifikan terhadap kinerja perusahaan perusahaan pembiayaan, sedangkan pengendalian intern berpengaruh langsung signifikan terhadap kinerja perusahaan.
3. Pencegahan kecurangan dalam penelitian sebagai variabel intervening ternyata tidak dapat memediasi peran auditor internal dan pengendalian intern tehadap kinerja perusahaan pada perusahaan pembiayaan.
5. Jiwo, Pranan. 2011. Analisis Faktor-Faktor Individual dalam Pengambilan Keputusan Etis oleh Konsultan Pajak.
Menguji pengaruh tiga faktor individual, yaitu sifat machiavellian, persepsi pentingnya etika dan tanggung
Konsep/Teori: 1. Teori Perkembangan
Moral Kognitif Hipotesis: 1. Sifat machiavellian
berpengaruh negatif
Variabel Penelitian: 1. Sifat
Machiavellian 2. Persepsi
Pentingnya Etika dan Tanggung
Hasil penelitian sebagai berikut: 1. Sifat machiavellian
berpengaruh secara signifikan terhadap pembuatan keputusan etis oleh konsultan
74
jawab sosial, serta pertimbangan etis terhadap pembuatan keputusan etis oleh konsultan pajak.
terhadap pembuatan keputusan etis oleh konsultan pajak.
2. Persepsi pentingnya etika dan tanggung jawab sosial berpengaruh positif terhadap pembuatan keputusan etis oleh konsultan pajak.
3. Pertimbangan etis berpengaruh positif terhadap pembuatan keputusan etis oleh para profesional pajak.
Jawab Sosial 3. Pertimbangan
Etis 4. Pembuatan
Keputusan Etis Teknik Analisis: Analisis Regresi Linear Berganda
pajak. 2. Persepsi pentingnya
etika dan tanggung jawab sosial berpengaruh secara signifikan terhadap pembuatan keputusan etis oleh konsultan pajak.
3. Pertimbangan etis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembuatan keputusan etis oleh para profesional pajak.
6. Rodgers, Waymond., Soderbom, Arne., and Guiral, Andres. 2014. Corporate Social Responsibility Enchanced Control Systems Reducing the Likehood of Fraud.
1. Memahami hubungan antara posisi etis dan sistem pengendalian internal dalam menghadapi situasi fraud.
2. Membuktikan adanya pengaruh dukungan dari posisi etis terhadap peningkatan
Konsep/Teori: 1. Teori Stakeholder 2. Konsep Ethical
Process Throughput Model (EPTM)
Variabel Penelitian: 1. Posisi Etis 2. Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
3. Sistem Pengendalian Internal
4. Fraud Teknik Analisis: Studi Literatur
Hasil penelitian sebagai berikut: 1. Enam jalur etis yang
meliputi egoisme, deontologi, utilitarian, relativis, etika kebajikan, dan etika kepedulian memiliki kekuatan serta kelemahan masing-masing dalam memengaruhi individu dalam mengubah perilaku mereka sehingga dapat memperkuat
75
sistem pengendalian internal, pendeteksian fraud yang lebih baik dan efektif dalam menekan fraud, serta meningkatkan tanggung jawab sosial suatu perusahaan.
pengendalian internal dan mengurangi rasionalisasi dalam kaitannya dengan fraud triangle.
2. Enam jalur etis secara signifikan dapat membatasi perilaku kecurangan.
3. Enam jalur etis dapat membantu manajemen untuk menghindari rusaknya reputasi sebuah perusahaan.
7. Rodgers, Waymond., and Gago, Susana. 2011. Cultural and Ethical Effects on Managerial Decisions: Examined in a Throughput Model.
1. Menganalisis tahap moralitas individu dan proses penalaran etis melalui Konsep Throughput Modeling
2. Memahami proses pengambilan keputusan dengan mengintegrasikan faktor budaya dan etika dalam pengimplementa
Konsep/Teori: 1. Teori Etika 2. Teori Konsekuensialis 3. Konsep Throughput
Modeling
Variabel Penelitian: 1. Budaya 2. Egoisme
Psikologis 3. Deontologi 4. Relativis 5. Utilitarianisme 6. Etika Moralitas 7. Etika
Kepedulian 8. Pengambilan
Keputusan Etis Teknik Analisis: Studi Literatur
Hasil penelitian sebagai berikut: 1. Posisi etika yang besar
dapat membantu membuat panduan atas keputusan tidak hanya di tingkat domestik tetapi juga di tingkat internasional.
2. Konsep Throughput Modeling dapat menyoroti berbagai jalur pertimbangan etis yang dapat membantu memengaruhi pengambilan keputusan untuk masa depan.
76
siannya pada tindakan individu.
3. Komunikasi dan arus informasi dapat ditingkatkan dengan pengembangan model yang menangkap dan mengintegrasikan proses pengambilan keputusan bersama dengan pertimbangan etika.
4. Egoisme psikologis, deontologi, relativis, utilitarianisme, etika moralitas, dan etika kepedulian mewakili enam filsafat terkemuka etika. Memahami enam filsafat etika yang menonjol ini akan membantu dalam proses pengambilan keputusan keuangan dan manajerial lintas budaya.
77
78
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN ETHICAL JUDGEMENT
TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN
Kepada
Ibu/Bapak/Saudara(i) Responden
Di-
Tempat
Dengan hormat,
Sesuai dengan amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi, dalam rangka
menyelesaikan tugas akhir Strata Satu (S1) pada Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar dimana salah
satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah penulisan skripsi, maka saya
bermaksud melakukan penelitian pada instansi tempat Ibu/Bapak/Saudara(i)
bekerja. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner
(terlampir).
Sesuai dengan kode etik penelitian, data dan informasi yang
Ibu/Bapak/Saudara(i) berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya ditujukan
untuk kepentingan ilmiah. Kesediaan Ibu/Bapak/Saudara(i) mengisi kuesioner ini
adalah bantuan yang tak ternilai bagi saya. Semoga penelitian ini ke depan dapat
berkontribusi terhadap perusahaan ini. Akhir kata, atas segala perhatian dan
bantuan Ibu/Bapak/Saudara(i) saya menyampaikan terimakasih.
Makassar, 14 September 2017
Hormat Kami,
Nur Khasanah Sahidin A31112270
79
A. Identitas Responden
1. Nama Responden : …………………………………………………………
2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Usia : ……. Tahun
4. Pendidikan Terakhir : SLTA Diploma
Sarjana Pascasarjana
Lainnya ………….
5. Nama Bagian/Unit : ………………………………………………………….
6. Jabatan : ………………………………………………………….
7. Lama Menjabat : < 1 tahun 6-10 tahun (Bagian/Unit saat ini)
1-5 tahun >10 tahun
8. Lama bekerja : 1-5 tahun 11-15 tahun (di perusahaan ini)
6-10 tahun >15 tahun
B. Daftar Pernyataan Kuesioner
Berilah tanda (√) pada satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan
tanggapan atau penilaian Anda tentang pengaruh pengendalian internal dan
ethical judgement terhadap pencegahan kecurangan. Bentuk
tanggapan/penilaian yang Anda pilih adalah sebagai berikut.
SS : Jika Anda Sangat Setuju terhadap pernyataan tersebut.
S : Jika Anda Setuju terhadap pernyataan tersebut.
N : Jika Anda Netral terhadap pernyataan tersebut.
TS : Jika Anda Tidak Setuju terhadap pernyataan tersebut.
STS : Jika Anda Sangat Tidak Setuju terhadap pernyataan tersebut.
80
No. PERNYATAAN NILAI
SS S N TS STS
1 Perusahaan menerapkan integritas kepada semua
karyawan maupun pimpinan.
2 Perusahaan menerapkan nilai etika kepada semua
karyawan maupun pimpinan.
3
Manajemen perusahaan mengharapkan karyawan
menerapkan komitmen terhadap kompetensi hasil
pekerjaannya.
4 Filosofi manajemen yang ada dalam perusahaan
sudah tepat terhadap kebijakan yang berlaku.
5
Gaya kepemimpinan yang ada dalam perusahaan
sudah tepat terhadap prosedur aturan yang
berlaku.
6 Manajemen perusahaan menghapus kebijakan
yang dapat mendorong perilaku tidak etis.
7 Pimpinan menjelaskan arahan yang spesifik
kepada karyawan mengenai tujuan perusahaan.
8 Perusahaan menjelaskan kemungkinan risiko yang
akan terjadi di dalam bekerja.
9 Pimpinan perusahaan menjamin seluruh aspek
utama transaksi tidak dikendalikan oleh satu orang.
10
Manajemen perusahaan mengelola, memelihara,
dan memutakhirkan dokumentasi secara berkala
yang mencakup seluruh transaksi.
11
Manajemen perusahaan mengelola, memelihara,
dan memutakhirkan dokumentasi secara berkala
yang mencakup seluruh sistem pengendalian
internal.
12 Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan
dikelola dengan komputer.
81
No. PERNYATAAN NILAI
SS S N TS STS
13
Sarana komunikasi yang dilakukan di dalam
perusahaan menggunakan komunikasi lisan
maupun tulisan.
14
Sistem informasi akuntansi sangat memadai untuk
menghasilkan informasi yang lengkap, akurat dan
tepat waktu.
15
Sistem informasi manajemen sangat memadai
untuk menghasilkan informasi yang lengkap, akurat
dan tepat waktu.
16
Sistem pengolahan data dengan teknologi
digunakan untuk memroses dan menyajikan
informasi dengan cepat dan tepat waktu pada
semua transaksi.
17
Pimpinan perusahaan memantau dan
menindaklanjuti hasil pekerjaan karyawannya
secara berkelanjutan.
18
Internal audit secara rutin mengadakan penelaahan
atas sistem informasi akuntansi guna mendukung
terciptanya pengendalian internal.
19
Internal audit secara rutin mengadakan penelaahan
atas sistem informasi manajemen guna
mendukung terciptanya pengendalian internal.
20 Hasil audit dan review lainnya mengenai
perusahaan harus dilakukan tindak lanjut.
82
Untuk jawaban nomor 21 dan 22 Anda diberikan kasus yang tidak terjadi
sebenarnya. Berikan jawaban yang menurut Anda paling sesuai.
Tiga bulan yang lalu Drs. Jamaludin, Ak pindah ke perusahaan PT ABC
lalu diangkat sebagai manajer akuntansi. Selama tiga tahun ini laporan
keuangan PT ABC diaudit oleh KAP XYZ dan Rekan. Hasil audit selalu
memberikan opini wajar tanpa pengecualian.
Setelah tiga bulan bekerja di PT ABC, Drs. Jamaludin, Ak menemukan
bahwa laporan keuangan perusahaan tidak menunjukkan gambaran
kegiatan perusahaan yang sebenarnya. Terdapat berbagai rekayasa
akuntansi, sehingga menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang
selalu menghasilkan laba dan likuid.
Mengetahui hal ini, Drs. Jamaludin, Ak menyampaikan permasalahan
tersebut kepada Direksi PT ABC. Namun direksi meminta kepada Drs.
Jamaludin, Ak untuk tidak mengubah proses penyusunan laporan
keuangan yang telah berjalan. Drs. Jamaludin, Ak diminta untuk
menyusun laporan keuangan tahun ini dengan tetap menunjukkan bahwa
perusahaan dalam kondisi yang baik, dari sisi profitabilitas maupun
likuiditas.
Drs. Jamaludin,Ak menyarankan agar Direksi PT ABC mempertimbangkan
untuk menunjukkan gambaran kegiatan perusahaan yang sebenarnya
demi kepentingan perusahaan itu sendiri agar tidak terkena sanksi
undang-undang, termasuk mempertimbangkan prinsip kesejahteraan bagi
semua pihak yang mempunyai kepentingan atas perusahaan, serta tidak
merugikan profesi akuntan secara keseluruhan.
Nilailah keputusan Drs. Jamaludin, Ak sebagai manajer akuntansi bila
kondisi yang dihadapi beliau terjadi di perusahaan Anda bekerja.
No. PERNYATAAN NILAI
SS S N TS STS
21 Situasi tersebut dapat dianggap sebagai hal yang
etis.
22 Sebagai manajer akuntansi, Drs. Jamaludin, Ak
sudah seharusnya melakukan tindakan tersebut.
83
No. PERNYATAAN NILAI
SS S N TS STS
23
Bagian pengadaan barang selalu merahasiakan
informasi mengenai peluang untuk mendapat
kontrak.
24 Bagian pengadaan barang mengajukan standar
teknis yang tidak bersifat diskriminasi.
25 Karyawan membuat data keuangan yang
dilaporkan secara transparan.
26
Manajemen perusahaan pernah mendapati
karyawan melakukan penggelapan pengadaan
barang.
27
Manajemen perusahaan pernah mendapati
karyawan mengonversi anggaran pengadaan
barang.
Terima kasih atas bantuan Ibu/Bapak/Saudara(i) yang telah mengisi kuesioner
ini. Atas perhatian dan kerja samanya saya ucapkan Terima Kasih.
84
Lampiran 4 Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS 3.2.7
1. Hasil outer loadings sebelum dilakukan eliminasi
85
2. Hasil outer loadings setelah dilakukan eliminasi
86
3. Gambar bagan sebelum dilakukan eliminasi
87
4. Gambar bagan setelah dilakukan eliminasi
88
5. Hasil Uji SmartPLS untuk Uji Validitas
6. Hasil Uji SmartPLS untuk Uji Reliabilitas
89
7. Hasil Uji SmartPLS untuk Uji R-Square
8. Hasil Uji SmartPLS untuk Uji Path Coefficient (setelah dilakukan
boostrapping)