danfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/weekly-news/weekly 19...bank indonesia (bi) memutuskan untuk...

4
Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Penyusun: Syaifullah, Ronald Yusuf, Munafsin Al Arif, Alfan Mansur, Priska Amalia, Nurul Fatimah Didukung oleh Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. DAN http://www.fiskal.kemenkeu.go.id Sumber Data : Bloomberg,Reuters,CNBC,The Street,Investing,WSJ,CNN Money,Channel News Asia,BBC,New York Times,BPS,Kontan, Kompas,Media Indonesia,Tempo,Antara News,Bisnis Indonesia,Vibiz news. Indikator 24 Sept ‘16 Perubahan (%) WoW YoY Ytd T1 ----- Nilai Tukar/USD ----- Euro 1,1226 (0,64) 1,60 (3,41) Yen 100,32 0,56 6,41 16,20 GBP 1,5394 0,73 2,04 (4,11) Real 0,2558 0,51 22,71 30,21 Rubel 0,01586 1,12 20,78 (8,33) Rupiah 13081 0,56 0,40 5,42 Rupee 67,0212 0,49 (0,34) (0,78) Yuan 6,6688 0,08 (3,25) (2,71) KRW 1120,19 1,73 3,85 5,98 SGD 1,3534 0,66 (1,15) 3,76 Ringgit 4,1418 0,41 (5,78) 4,19 Baht 34,683 0,82 1,09 3,88 Peso 46,53 0,41 (3,99) (5,44) T2 ---- Pasar Modal ---- DJIA 18261,45 0,76 4,02 4,80 S&P500 2164,69 1,19 6,01 5,91 Nikkei 16754,02 1,42 6,37 (11,98) KOSPI 2054,07 2,74 4,25 4,73 Brazil IBX 24330,74 2,63 17,74 34,18 MICEX 2011,83 1,51 5,50 14,22 SENSEX 22339,97 2,69 7,45 (14,61) JCI 5388,908 2,30 12,57 17,33 Hangseng 23686,48 1,50 15,88 8,09 Shanghai 3033,896 1,03 0,00 (14,28) STI 2856,95 1,04 1,70 (0,89) FBMKLCI 1670,99 1,09 (2,58) (1,27) SET 1492,88 0,93 8,98 15,91 PCOMP 7723,6 2,25 5,93 11,10 T3 ---- Surat Berharga Negara ---- Yield FR56 6,85 14 bps N/A 187 bps Kep, Asing* 38,67 11 bps 58 bps 46 bps T4 ---- Komoditas ---- Oil 46 0,26 3,59 4,82 CPO 2725,00 6,90 16,35 11,86 Gold 1337,56 2,08 6,33 26,1 Coal 62,6 2,45 25,96 35,35 Nickel 10,660,0 9,61 7,68 25,34 T4 ---- Rilis Data ---- Building Permits AS Agt : USD1,139 juta Jul : USD1,144 juta Suku bunga AS Sep : 0,5 Agt : 0,5 New Zealand Sep : 2,0 Agt : 2,0 Existing Home Sales AS Agt: USD5,33 juta Jul : USD5,38 juta *) Data kepemilikan asing per (22 September 2016) Minggu IV / September / 2016 Perekonomian negara maju Sektor perumahan AS pada bulan Agustus mengalami pelemahan tercermin dari data perizinan bangunan, pembangunan perumahan, dan penjualan rumah bekas (existing home sales) yang terkontraksi. Kontraksi tersebut terutama diakibatkan oleh bencana banjir yang melanda bagian selatan AS pada akhir bulan lalu. Dari sektor industri, aktivitas manufaktur pada bulan September mengalami penurunan seiring dengan rendahnya pertumbuhan pesanan baru. Di tengah upaya pemulihan ekonomi AS dan laju inflasi yang masih jauh dari target, serta mempertimbangkan perkembangan perekonomian terkini, the Fed akhirnya memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan FOMC lalu, namun tetap membuka peluang terhadap kenaikan suku bunga di akhir tahun 2016. Surplus neraca pembayaran kawasan Eropa bulan Juli 2016 menurun meskipun nilai investasi tercatat mengalami kenaikan. Selain itu, aktivitas manufaktur di kawasan juga mengalami pelemahan, tercermin dari penurunan Markit Manufacturing PMI bulan Agustus 2016. Dalam rangka mendorong reformasi ekonomi di kawasan, bank sentral Eropa (ECB) membentuk sebuah tim khusus yang nantinya bertugas untuk melaporkan dampak dari suatu kebijakan kepada Komite Kebijakan Moneter. Survei yang dilakukan Bank of England (BoE) menunjukkan pertumbuhan investasi dan lapangan kerja akan bergerak flat dalam setahun ke depan sebagai dampak dari keputusan Brexit. Di sisi lain, BoE melihat adanya peningkatan pada belanja rumah tangga dan sektor perumahan. Sejauh ini, para analis memperkirakan BoE akan kembali menurunkan suku bunganya di tengah pelemahan ekonomi yang terjadi di negara tersebut. Neraca perdagangan Jepang pada bulan Agustus mencatatkan defisit untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir. Sementara itu, aktivitas manufaktur di bulan September mengalami ekspansi setelah dalam tujuh bulan terakhir mengalami kontraksi. Hal ini “Pasca FOMC meeting yang memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan, pasar keuangan dan nilai tukar global bergerak positiftercermin dari Nikkei Manufacturing PMI bulan September yang berada di atas level 50. Merespon perkembangan ekonomi domestik dan global terkini, Bank of Japan (BoJ) mempertahankan tingkat suku bunga acuannya pada teritori negatif. Namun, bank sentral tersebut menyatakan akan melakukan kontrol terhadap yield obligasi sebagai bentuk kerangka kebijakan barunya melalui pembelian obligasi Pemerintah Jepang dengan tenor 10 tahun sehingga yield akan berada di kisaran nol persen. Perekonomian negara berkembang Harga perumahan di Tiongkok pada bulan Agustus mengalami kenaikan setelah di bulan sebelumnya mengalami tekanan yang disebabkan oleh peringatan dari kantor statistik nasional Tiongkok perihal kemungkinan berakhirnya kenaikan harga di sektor tersebut. Sementara itu, ekonom UBS, Tao Wang, melaporkan bahwa peningkatan harga di sektor perumahan yang akan berlanjut hingga tahun 2017 dapat meningkatkan risiko terjadinya bubble di sektor tersebut.

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Penyusun: Syaifullah, Ronald Yusuf, Munafsin Al Arif, Alfan Mansur, Priska Amalia, Nurul Fatimah Didukung oleh Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

    DAN

    http://www.fiskal.kemenkeu.go.id

    Sum

    ber

    Dat

    a : B

    loo

    mb

    erg,

    Reu

    ters

    ,CN

    BC

    ,Th

    e St

    reet

    ,Inve

    stin

    g,W

    SJ,C

    NN

    Mo

    ney

    ,Ch

    ann

    el N

    ews

    Asi

    a,B

    BC

    ,New

    Yo

    rk T

    imes

    ,BP

    S,K

    on

    tan

    , Ko

    mp

    as,M

    edia

    In

    do

    nes

    ia,T

    emp

    o,A

    nta

    ra N

    ews,

    Bis

    nis

    Ind

    on

    esia

    ,Vib

    iz n

    ews.

    Indikator 24 Sept ‘16

    Perubahan (%)

    WoW YoY Ytd

    T1 ----- Nilai Tukar/USD ----- Euro 1,1226 (0,64) 1,60 (3,41) Yen 100,32 0,56 6,41 16,20

    GBP 1,5394 0,73 2,04 (4,11) Real 0,2558 0,51 22,71 30,21

    Rubel 0,01586 1,12 20,78 (8,33) Rupiah 13081 0,56 0,40 5,42 Rupee 67,0212 0,49 (0,34) (0,78) Yuan 6,6688 0,08 (3,25) (2,71) KRW 1120,19 1,73 3,85 5,98 SGD 1,3534 0,66 (1,15) 3,76

    Ringgit 4,1418 0,41 (5,78) 4,19 Baht 34,683 0,82 1,09 3,88 Peso 46,53 0,41 (3,99) (5,44)

    T2 ---- Pasar Modal ---- DJIA 18261,45 0,76 4,02 4,80

    S&P500 2164,69 1,19 6,01 5,91 Nikkei 16754,02 1,42 6,37 (11,98) KOSPI 2054,07 2,74 4,25 4,73

    Brazil IBX 24330,74 2,63 17,74 34,18 MICEX 2011,83 1,51 5,50 14,22

    SENSEX 22339,97 2,69 7,45 (14,61) JCI 5388,908 2,30 12,57 17,33

    Hangseng 23686,48 1,50 15,88 8,09 Shanghai 3033,896 1,03 0,00 (14,28)

    STI 2856,95 1,04 1,70 (0,89) FBMKLCI 1670,99 1,09 (2,58) (1,27)

    SET 1492,88 0,93 8,98 15,91 PCOMP 7723,6 2,25 5,93 11,10

    T3 ---- Surat Berharga Negara ---- Yield FR56 6,85 14 bps N/A 187 bps

    Kep, Asing* 38,67 11 bps 58 bps 46 bps

    T4 ---- Komoditas ---- Oil 46 0,26 3,59 4,82

    CPO 2725,00 6,90 16,35 11,86 Gold 1337,56 2,08 6,33 26,1 Coal 62,6 2,45 25,96 35,35

    Nickel 10,660,0 9,61 7,68 25,34

    T4 ---- Rilis Data ---- Building Permits

    AS Agt : USD1,139 juta

    Jul : USD1,144 juta

    Suku bunga AS Sep : 0,5 Agt : 0,5 New Zealand Sep : 2,0 Agt : 2,0

    Existing Home Sales

    AS Agt: USD5,33 juta

    Jul : USD5,38 juta

    *) Data kepemilikan asing per (22 September 2016)

    Minggu IV / September / 2016

    Perekonomian negara maju

    Sektor perumahan AS pada bulan Agustus mengalami pelemahan

    tercermin dari data perizinan bangunan, pembangunan perumahan,

    dan penjualan rumah bekas (existing home sales) yang terkontraksi.

    Kontraksi tersebut terutama diakibatkan oleh bencana banjir yang

    melanda bagian selatan AS pada akhir bulan lalu. Dari sektor industri,

    aktivitas manufaktur pada bulan September mengalami penurunan

    seiring dengan rendahnya pertumbuhan pesanan baru. Di tengah

    upaya pemulihan ekonomi AS dan laju inflasi yang masih jauh dari

    target, serta mempertimbangkan perkembangan perekonomian

    terkini, the Fed akhirnya memutuskan untuk mempertahankan suku

    bunga acuannya pada pertemuan FOMC lalu, namun tetap membuka

    peluang terhadap kenaikan suku bunga di akhir tahun 2016.

    Surplus neraca pembayaran kawasan Eropa bulan Juli 2016 menurun

    meskipun nilai investasi tercatat mengalami kenaikan. Selain itu,

    aktivitas manufaktur di kawasan juga mengalami pelemahan,

    tercermin dari penurunan Markit Manufacturing PMI bulan Agustus

    2016. Dalam rangka mendorong reformasi ekonomi di kawasan,

    bank sentral Eropa (ECB) membentuk sebuah tim khusus yang

    nantinya bertugas untuk melaporkan dampak dari suatu kebijakan

    kepada Komite Kebijakan Moneter.

    Survei yang dilakukan Bank of England (BoE) menunjukkan

    pertumbuhan investasi dan lapangan kerja akan bergerak flat dalam

    setahun ke depan sebagai dampak dari keputusan Brexit. Di sisi lain,

    BoE melihat adanya peningkatan pada belanja rumah tangga dan

    sektor perumahan. Sejauh ini, para analis memperkirakan BoE akan

    kembali menurunkan suku bunganya di tengah pelemahan ekonomi

    yang terjadi di negara tersebut.

    Neraca perdagangan Jepang pada bulan Agustus mencatatkan

    defisit untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir. Sementara

    itu, aktivitas manufaktur di bulan September mengalami ekspansi

    setelah dalam tujuh bulan terakhir mengalami kontraksi. Hal ini

    “Pasca FOMC meeting yang memutuskan untuk tidak mengubah suku

    bunga acuan, pasar keuangan dan nilai tukar global bergerak positif”

    tercermin dari Nikkei Manufacturing PMI bulan September yang berada di atas level 50. Merespon perkembangan ekonomi

    domestik dan global terkini, Bank of Japan (BoJ) mempertahankan tingkat suku bunga acuannya pada teritori negatif.

    Namun, bank sentral tersebut menyatakan akan melakukan kontrol terhadap yield obligasi sebagai bentuk kerangka

    kebijakan barunya melalui pembelian obligasi Pemerintah Jepang dengan tenor 10 tahun sehingga yield akan berada di

    kisaran nol persen.

    Perekonomian negara berkembang

    Harga perumahan di Tiongkok pada bulan Agustus mengalami kenaikan setelah di bulan sebelumnya mengalami tekanan

    yang disebabkan oleh peringatan dari kantor statistik nasional Tiongkok perihal kemungkinan berakhirnya kenaikan harga

    di sektor tersebut. Sementara itu, ekonom UBS, Tao Wang, melaporkan bahwa peningkatan harga di sektor perumahan

    yang akan berlanjut hingga tahun 2017 dapat meningkatkan risiko terjadinya bubble di sektor tersebut.

  • Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 2

    Rilis data Reserve Bank of India menunjukkan neraca perdagangan India pada bulan Agustus 2016 masih melanjutkan tren

    defisit walaupun angka defisit tersebut lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya. Defisit tersebut terutama disebabkan oleh

    belum membaiknya aktivitas perdagangan internasional sejalan dengan perlambatan perekonomian global.

    Inflasi Brazil pada pertengahan bulan September tercatat lebih rendah dari perkiraan para ekonom seiring dengan penurunan

    harga bahan pangan. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan bank sentral Brazil untuk memangkas suku bunga acuannya

    untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.

    Perekonomian nasional

    Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada bulan Juli 2016 tercatat sebesar USD324,2 miliar, tumbuh 6,4 persen yoy. Berdasarkan

    jangka waktu pinjaman, ULN jangka pendek turun 3,6 persen yoy sementara ULN jangka panjang tumbuh 8,0 persen yoy.

    Berdasarkan kelompok peminjam, ULN sektor publik meningkat sebesar 18,7 persen yoy sedangkan ULN sektor swasta turun

    3,4 persen yoy.

    Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga BI-7 day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps dari 5,25

    persen menjadi 5 persen. Selain itu, BI juga menurunkan deposit facility rate dan lending facility rate masing-masing sebesar

    25 bps menjadi 4,25 persen dan 5,75 persen. Pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan tingkat suku bunga sejalan

    dengan berlanjutnya stabilitas makroekonomi yang tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang

    terkendali, dan nilai tukar yang relatif stabil.

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan menerbitkan revisi peraturan menteri (Permenko) Nomor 13 Tahun 2015

    mengenai pedoman pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dalam revisi peraturan tersebut dinyatakan bahwa koperasi saat

    ini dapat menjadi penyalur KUR. Selain itu, KUR juga dapat disalurkan dalam skema syariah dengan mengubah subsidi bunga

    menjadi subsidi margin.

    Perkembangan komoditas global

    Harga minyak mentah global pada akhir perdagangan pekan ini mengalami penguatan secara mingguan walaupun investor

    memperkirakan pertemuan International Energy Forum (IEF) tidak akan menghasilkan keputusan yang signifikan mengenai

    pemangkasan produksi. Di sisi lain, harga batubara emas, nikel, dan CPO pada perdagangan akhir juga mengalami penguatan

    mingguan.

    Perkembangan sektor keuangan

    Indeks global pada perdagangan akhir pekan ini mengalami penguatan setelah the Fed mempertahankan suku bunga

    acuannya. Sejalan dengan pergerakan indeks global, nilai tukar mata uang global bergerak menguat terhadap dolar AS.

    Di pasar keuangan domestik, IHSG mengalami penguatan mingguan di mana pada penutupan pekan ini tercatat berada di

    level 5.388,91 atau menguat 2,30 persen secara mingguan. Dari sisi aktivitas perdagangan bursa, transaksi di BEI membukukan

    rata-rata volume transaksi harian yang lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya dengan transaksi investor nonresiden

    yang mencatatkan net buy sebesar Rp34,70 triliun secara ytd, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi pada pekan lalu yang

    mencapai Rp34,68 triliun.

    Nilai tukar rupiah mencatatkan penguatan mingguan, dan ditutup pada level Rp13.081 per USD. penguatan rupiah sejalan

    dengan penguatan mata uang global kecuali Euro. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah berfluktuasi dengan kecenderungan

    meningkat pada akhir pekan sebagaimana tercermin dari spread antara nilai spot dan non deliverable forward 1 bulan.

    Di pasar SUN, pergerakan yield SUN seri benchmark berfluktuasi sepanjang pekan dan pada akhir pekan pergerakan yield

    secara umum menurun. Yield SUN tercatat turun antara 9 s.d. 14 bps dengan penurunan terbesar dialami oleh seri FR00056

    tenor 10 tahun. Berdasarkan data setelmen Bank Indonesia, per tanggal 22 September 2016, kepemilikan nonresiden atas SBN

    tercatat sebesar Rp671,16 T (38,67%), atau secara nominal turun Rp0,13 M dibandingkan pekan sebelumnya (15/9) yang

    mencapai Rp671,29 T (38,78%).

  • Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 3

    ISU UTAMA: Divergensi Kebijakan Moneter Global

    Bank Sentral Jepang mengubah sasaran kebijakan moneternya menjadi yield obligasi jangka panjang (10 tahun) di

    kisaran 0%.

    The Fed kembali menahan suku bunga acuan pada level 0,25–0,5% dengan tetap membuka peluang kenaikan pada

    pertemuan FOMC berikutnya (November atau Desember).

    Perekonomian global baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang masih menunjukkan pelemahan.

    Pelonggaran kebijakan moneter BI diharapkan dapat mendorong akselerasi kredit.

    Kebijakan moneter negara-negara maju

    Perkembangan kebijakan moneter negara-negara maju pada pekan lalu dimulai oleh kebijakan Bank Sentral Jepang (BoJ)

    yang mengubah kerangka acuan kebijakan moneternya dan keputusan the Fed yang tetap menahan suku bunga acuannya

    pada level 0,25–0,5%. BoJ mengubah sasaran kebijakan moneternya menjadi yield obligasi jangka panjang (tenor 10 tahun)

    di kisaran 0%. Dengan demikian besaran nominal quantitative easing-nya akan berfluktuasi berdasarkan yield obligasi

    tersebut. Keputusan BoJ ini dilatarbelakangi oleh belum efektifnya kebijakan suku bunga negatif (tetap -0,1%) dan program

    quantitative easing-nya dalam mendorong permintaan. Sementara itu, keputusan yang diambil the Fed yang kembali

    mempertahankan suku bunga acuannya didorong oleh tingkat inflasi AS yang belum mencapai target dan beberapa

    indikator yang menunjukkan belum membaiknya aktivitas perekonomian AS, seperti indeks manufaktur dan penjualan

    rumah yang justru mengalami penurunan. Membaiknya indikator pasar tenaga kerja seperti turunnya angka klaim

    pengangguran masih dianggap belum cukup untuk the Fed kembali menaikkan suku bunganya. Walaupun demikian, the

    Fed masih membuka peluang untuk menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan FOMC November atau Desember

    mendatang. Sebelumnya, Bank Sentral Eropa (ECB) juga mempertahankan suku bunga 0%. Berbagai kebijakan moneter

    bank sentral tersebut menunjukkan bahwa permintaan agregat di perekonomian negara-negara maju memang masih

    lemah.

    Kebijakan moneter negara-negara berkembang

    Kondisi permintaan agregat yang masih lemah juga dialami oleh negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, Brazil,

    dan Thailand. Inflasi Tiongkok dan India pada bulan Agustus misalnya, secara yoy mengalami penurunan masing-masing

    dari 1,8% menjadi 1,3% dan dari 6,07% menjadi 5,05%. Secara umum bank sentral negara-negara berkembang cenderung

    tetap mempertahankan suku bunga acuan dan bergerak kearah kebijakan moneter yang lebih longgar. Anomali terjadi di

    Filipina, dimana permintaan domestik tumbuh sangat signifikan dengan pertumbuhan PDB mencapai 7% pada kuartal

    sebelumnya atau merupakan yang tertinggi di Asia, setelah India. Proyeksi pertumbuhan PDBnya untuk tahun 2017 juga

    mencapai 7,5%. Oleh karena itu, ke depannya, Bank Sentral Filipina bersiap-siap untuk menaikkan suku bunga acuannya

    guna mencegah terjadinya overheating pada perekonomiannya. Mengingat Filipina merupakan negara peer-to-peer bagi

    Indonesia, hal itu dapat mengancam terjadinya aliran modal ke luar dari Indonesia menuju Filipina.

    Pelonggaran kebijakan moneter Indonesia

    Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada tanggal 21-22 September 2016, BI kembali menurunkan suku bunga acuan BI 7-

    day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar 25 bps dari 5,25% menjadi 5,00%, dengan suku bunga Deposit Facility

    dan Lending Facility turun masing-masing sebesar 25 bps menjadi 4,25% dan 5,75%. BI memandang bahwa pelonggaran

    kebijakan moneter ini sejalan dengan terjaganya stabilitas markoekonomi yang tercermin dari rendahnya inflasi, stabilnya

    nilai tukar rupiah, dan terkendalinya transaksi berjalan.

    Sejak awal tahun, suku bunga acuan telah diturunkan sebanyak 5 kali secara berturut-turut atau sebesar 125 bps, yaitu 75

    bps pada Januari-Maret 2016, 25 bps pada Juni 2016, dan 25 bps pada September ini. Selain itu, BI juga melonggarkan

    kebijakan makroprudensial melalui pelonggaran ketentuan LTV pada bulan Agustus lalu. Stimulus dari sisi moneter ini

    diharapkan mampu mendorong permintaan domestik melalui kredit yang sampai dengan saat ini belum menunjukkan

    pemulihan yang signifikan. Penyaluran kredit baik perbankan maupun nonbank masih tertahan. Berdasarkan data OJK,

    kredit perbankan yang belum tersalurkan atau undisbursed loan per Juli 2016 mengalami kenaikan menjadi Rp1.245T atau

    naik sebesar 4,31% yoy. Hal yang patut menjadi perhatian adalah bank besar kategori bank BUKU III dan BUKU IV

    merupakan bank yang paling banyak memiliki undisbursed loan dengan porsi mencapai 92,45% dari total undisbursed

    loan.

    Walaupun demikian, masih ada harapan bahwa kredit akan berakselerasi pada akhir kuartal tahun ini. Harga komoditas

    yang mulai naik dan akselerasi belanja Pemerintah diperkirakan akan mendorong PDB Indonesia semakin mendekati

    potensinya. Belum lagi program amnesti pajak yang semakin menunjukkan perkembangan positif yang signifikan. Di tengah

    kondisi global yang masih mengalami perlambatan, berbagai sentimen positif tersebut diharapkan akan mendorong

    likuiditas perbankan dan pertumbuhan kredit yang lebih cepat. Pada gilirannya, momentum positif pertumbuhan ekonomi

    diharapkan akan tetap terjaga hingga akhir tahun ini.

  • Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 4

    -14.3%

    -12.0%

    8.1%

    -0.9%

    10.7%

    5.9%

    -1.3%

    4.8%

    4.7%

    17.3%

    15.9%

    Shenzen Comp

    Nikkei

    Hangseng

    STI

    FTSE 100

    S&P 500

    KLCI

    DJIA

    KOSPI

    IHSG

    SET

    Kinerja Indeks Global per 24 September 2016 (ytd)

    -4.0% -2.0% 0.0% 2.0% 4.0%

    Shenzen Comp

    Nikkei

    Hangseng

    STI

    FTSE 100

    S&P 500

    KLCI

    DJIA

    KOSPI

    IHSG

    SET

    Kinerja Indeks Global (wow)

    Pekan Ini

    Pekan Sebelumnya