164433182-referat-osteomyelitis.doc
TRANSCRIPT
Osteomyelitis
PENYUSUNMentari Dwi Putri – 406127100
PEMBIMBINGDr. Shofiatul M., Sp.Rad
Dr. Syarifah S., Sp.Rad
KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 17 JUNI – 13 JULI 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang
dilimpahkanNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Referat dengan
topik “Osteomyelitis”
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. Shofiatul M, Sp. Rad
2. Dr. Syarifah S, Sp. Rad
yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingannya selama siklus kepaniteraan
Radiologi di RSUD CIawi sejak tanggal 17 juni – 13 juli 2013
Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan wacana-wacana yang
berkaitan dengan Osteomyelitis serta gambar-gambar yang diambil dari situs internet.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Jakarta, 12 Juli 2013
Penulis,
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I : iii
Pendahuluan
Bab II : iv
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Klasifikasi
Patofisiologi
Gejala
Pendekatan Diagnostik
Penatalaksanaan
Bab III : v
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Osteomielitis adalah suatu penyakit kuno yang mempunyai reputasi hebat dalam
menimbulkan penyakit yang terus-menerus dan dapat menimbulkan kekambuhan. Hal
ini telah di-diagnosa pada fosil manusia pada jaman Neolithic dan telah diuraikan oleh
banyak para penulis kuno termasuk Hippocrates. Istilah osteomyelitis menandai infeksi /
peradangan sumsum tulang (pada akhiran 'myelitis'), tetapi yang akan digunakan di sini
adalah untuk menandai adanya infeksi manapun yang mengenai tulang, sekalipun
terbatas pada korteks ( kadang-kadang dinamakan “osteitis”).
Osteomielitis adalah merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan
struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi
muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh
struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang
berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal
dapat berkembang melalui dua cara, baik melalui peredaran darah maupun akibat
kontak dengan lingkungan luar tubuh.
Osteomielitis sangat resisten terhadap pengobatan dengan antibiotika. Menurut
teori, hal ini disebabkan oleh karena sifat korteks tulang yang tidak memiliki pembuluh
darah. Infeksi tulang sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan drainase dan
debridement, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk
menghilangkan penyakit ini. Karena itu, perlu sekali mendiagnosis osteomielitis ini sedini
mungkin, terutama pada anak- anak, sehingga pengobatan dengan antibiotika dapat
dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan dengan pencegahan
penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh
tulang mengalami kerusakan yang dapat menimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang
salah pada anak-anak yang menderita osteomielitis dapat mengakibatkan
keterlambatan dalam memberikan pengobatan yang memadai.
BAB II
Definisi
Osteomielitis (osteo – berasal dari bahasa yunani, yang berarti tulang, mielo-
yang berarti sumsum tulang, dan –itis adalah inflamasi) yang berarti suatu infeksi dari
tulang dan sumsum tulang. Osteomielitis dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar
melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan periosteum.
Osteomielitis dapat diklasifikasikan pada organisme penyebabnya (piogenik atau
mikobakteria), durasi (akut atau kronik), dan anatomi lokasi infeksi. Paling banyak
terjadi pada tulang panjang seperti femur, tibia kemudian diikuti oleh humerus, radius,
ulna dan fibula.
Epidemiologi
Morbiditas
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatus adalah
sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia sel
sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar
16% (30-40% pada pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar
2,4 kasus per 100.000 penduduk.
Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi lokal ke jaringan
lunak yang terkait atau sendi, berevolusi menjadi infeksi kronis dengan rasa nyeri dan
kecacatan, amputasi ekstremitas yang terlibat, infeksi umum atau sepsis. Sebanyak 10-
15% pasien dengan osteomielitis vertebral menunjukkan gangguan neurologis atau
kompresi corda spinalis. Sebanyak 30% dari pasien anak dengan osteomielitis tulang
panjang dapat berkembang menjadi Deep Vein Thrombosis (DVT). Perkembangan DVT
juga dapat menjadi penanda adanya penyebarluasan infeksi. (Randall, 2011).
Komplikasi vaskular tampaknya lebih umum dijumpai dengan Staphylococcus Aureus
yang resisten terhadap methicilin yang didapat dari komunitas (Community-Acquired
Methicillin- Resistant Staphylococcus Aureus / CA-MRSA) dari yang sebelumnya diakui.
Mortalitas
Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang berhubungan dengan sepsis atau keberadaan
kondisi medis berat yang mendasari.
Ras
Tidak ada peningkatan kejadian osteomielitis dicatat berdasarkan ras.
Jenis kelamin
Pria memiliki resiko relatif lebih tinggi, yang meningkat melalui masa kanak-kanak,
memuncak pada masa remaja dan jatuh ke rasio rendah pada orang dewasa.
Usia
Secara umum, osteomielitis memiliki distribusi usia bimodal. Osteomielitis akut
hematogenous merupakan suatu penyakit primer pada anak. Trauma langsung dan
fokus osteomielitis berdekatan lebih sering terjadi pada orang dewasa dan remaja dari
pada anak. Osteomielitis vertebral lebih sering pada orang tua dari 45 tahun.
←
←
←
←
←
←
←Etiologi
Staphylococcus aureus adalah mikroorganisme tersering yang dapat ditemukan
pada osteomielitis.
Osteomielitis hematogenous sering diketemukan pada anak-anak, dan hampir
90% kasus disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Pada infant, yang sering
diisolasi adalah kuman S. aureus, Streptococcus grup-B (paling sering) dan bakteri
Escherichia coli. Pada anak umur 1-16 tahun paling sering ditemukan S. aureus,
Streptococcus pyogenes, and Haemophilus influenza.
Pada beberapa populasi seperti pada pengguna obat-obatan intravena dan
pasien splenektomi, bakteri gram negatif, termasuk Enteric bacilli merupakan
bakteri patogen yang tersering. Pada pasien dengan sickle cell anemia,
Salmonella adalah bakteri patogen yang tersering.
Pada pasien dewasa dengan cedera terbuka yang memungkinkan terjadi infeksi
tulang, Staph. aureus merupakan salah satu penyebab tersering, tapi tidak juga
dapat dikesampingkan kuman anaerob dan kuman gram negatif, termasuk
Pseudomonas aeruginosa, E. coli, dan Serratia mercescens.
Mikosis sistemik merupakan penyebab osteomielitis. Jenis jamur yang tersering
adalah Blastomycess dan Cocciddioides immitis.
Pada osteomielitis yang melibatkan corpus vertebrae, sekitar setengahnya
diakibatkan oleh S. aureus, dan setengah laginya oleh M.tuberculosis (melalui
penyebaran hematogen dari paru/traktus urinarius).
KLASIFIKASI
Ada beberapa sistem dalam mengklasifikasikan osteomielitis. Sistem tradisional
membagi infeksi tulang berdasarkan durasi gejala: akut, subakut, dan kronis.
Osteomielitis akut diidentifikasi dalam onset 7-14 hari. Infeksi akut seringkali
berhubungan dengan penyebaran secara hematogen dari tulang pada anak-anak.
Bagaimanapun, orang dewasa juga dapat menjadi infeksi akut hematogen, terutama
pada sekeliling dari protesis metal implant dan fiksasi keras. Durasi dari osteomielitis
subakut antara beberapa minggu dan beberapa bulan. Osteomielitis kronis adalah
infeksi tulang yang terjadi lebih dari 3 bulan. Ini berhubungan dengan nekrosis tulang
episenter atau yang disebut sequestrum yang secara umum menyebabkan pengaktifan
kembali vaskularisasi yang disebut involucrum.
Sistem lainnya, dikembangkan oleh Waldyogel, mengkategorikan infeksi tulang
berdasarkan etiologi dan kronisitas: hematogen, penyebaran secara kontinyu (dengan
atau tanpa keikutsertaan penyakit vaskular), dan kronis. Infeksi hematogen dan
penyebaran kontinyu dapat tejadi secara akut, walaupun sebelumnya berhubungan
dengan trauma atau infeksi jaringan lunak local seperti ulkus diabetes tungkai.
Ciemy dan Mader mengembangkan system tahapan pada osteomielitis yang
mengklasifikasikan berdasarkan luas anatomis dari infeksi dan status fisiologis host
dibandingkan dengan kronisitas dan etiologi. Empat tahapan memiliki karakteristik
berdasarkan pada keterlibatan tulang yang infeksi dalam meningkatkan kompleksitas:
tahap 1 (hanya sumsum tulang), tahap 2 (hanya korteks superficial), tahap 3 (sumsum
tulang dan korteks lokal), dan tahap 4 (sumsum tulang dan korteks difus).
Patogenesis
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut
yang disebabkan oleh bakteri piogenik dimana mikro-organisme berasal dari focus di
tempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada
anak-anak dan sangat jarang pada orang dewasa.
Beberapa alasan osteomielitis hematogen menyerang anak-anak adalah karena
anak-anak rentan terhadap infeksi bakteri secara umum. Oleh karena itu, pada anak-
anak sering terjadi infeksi fokus primer dan bakteremia yang menyebabkan
osteomielitis. Anatomi yang khas dari lempeng pertumbuhan pada anak-anak juga
berperan dalam perkembangan osteomielitis hematogen. Sebenarnya, osteomielitis
hematogen pada anak berasal dari metafisis tulang, yang berada tepat di bawah
lempeng epifisis. Pada regio ini, percabangan terakhir dari arteri metafisis melingkar,
dan masuk sinusoid vena afferen, yang besar dan irregular. Ukuran dari pembuluh darah
akan meningkat secara nyata dari arteri metafise ke vena sinusoid, dan aliran darah
menjadi turbulensi. Perubahan yang mendadak dalam aliran darah secara dinamik
menyebabkan bakteri mengendap dan ter-akumulasi pada tempat ini. Ini menyebabkan
terbentuknya fokus infeksi. Selain itu, sel-sel dalam sinusoid vena dan daerah sekitarnya
hanya sedikit memfagosit atau tidak terjadi fagositosis sehingga menjadi tempat yang
ideal untuk pertumbuhan bakteri.
Setelah tulang terinfeksi bakteri secara hematogen, bakteri akan berkembang
biak secara cepat, yang akan membentuk abses tepat dibawah lempeng pertumbuhan
tadi. Abses tersebut meluas ke saluran Volkmann sampai regio subperiosteal, yang akan
menyebabkan peninggian dari periosteum yang tebal. Peninggian periosteum
menstimulasi pembentukan tulang yang baru. Perluasan abses yang lebih lanjut
menyebabkan ruptur periosteum dan mengalir keluar melalui cloaca dan dapat meluas
ke jaringan subkutan, dan kemudian ke kulit, membentuk saluran sinus. Infeksi dapat
meluas secara subperiosteal sepanjang batang tulang. Perluasan ini menguliti bagian
dari batang dan supply darahnya, menghasilkan kepadatan, potongan yang avaskular
dari tulang kortikal yang dinamakan sequestrum. Sequestrum, kekurangan supply darah
untuk menghantarkan antibiotik atau sel inflamasi untuk melawan infeksi.
Sebagai usaha untuk membatasi dan mengisolasi infeksi, periosteum yang
meninggi merendahkan tulang yang baru. Tulang baru ini, yang disebut involucrum,
terdiri atas sub-periosteal yang baru, yang seperti ditemukan pada pembentukan callus
pada fraktur. Secara histologis, osteomielitis hematogen akut menipiskan bagian
metafise dari tulang panjang, merusak tulang cancellous (spongy bone) yang normal,
yang berbentuk sequestra, dan membuat involucrum dari tulang baru di sekitar perifer
dari infeksi. Terkecuali pada anak yang sangat muda, infeksi secara jarang meluas
melewati barrier fisik dari lempeng pertumbuhan. Pada anak kurang dari 1 tahun,
beberapa cabang dari arteri metafise berjalan melewati lempeng pertumbuhan untuk
memberi makanan ke epifise. Jalan terusan untuk pembuluh ini diikuti oleh infeksi untuk
selanjutnya disebarkan ke epifise, kemudian ke perbatasan ruang sendi itu sendiri.
Saat itu, respon imunitas tubuh secara efektif membasmi infeksi minor di
metafise. Jika area infeksi telah terbatasi dan bakteri penyebab infeksi telah mati, ruang
abses yang tersisa dapat ada untuk waktu yang tidak dapat ditentukan. Ruang tersebut,
terdiri dari jaringan fibrous, tetapi tidak mengandung sisa-sisa bakteri yang aktif, disebut
juga Brodie abscess, walaupun tidak ada sisa-sisa infeksi yang aktif. Kebalikannya, infeksi
yang lebih agresif dan mematikan melanjutkan aktifitasnya dalam merusak tulang, dan
membuat sinus yang kering. Sinus akan kering sampai jaringan yang nekrotik dan
terinfeksi secara lengkap dipindahkan dan diganti dengan jaringan fiber atau tulang yang
tidak terinfeksi.
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala osteomielitis hematogen adalah demam, menggigil, malaise, dan nyeri
yang terlokalisasi, dengan berbagai derajat rasa sakit pada area yang terinfeksi. Demam
terdapat pada 75% pasien, walaupun tidak sebanyak terjadi saat infeksi sudah kronis.
Pada pasien biasa terjadi malaise, penurunan nafsu makan, dan kelemahan tubuh. Rasa
sakit yang terfokus dapat terlokalisasi di sekitar area infeksi, dan palpasi yang mendalam
juga dapat menyebabkan rasa sakit. Osteomielitis menyebabkan rasa nyeri saat area
yang terlibat digerakkan atau digunakan. Sebagai contoh, anak dengan osteomielitis
hematogen akut pada femur bagian distal terlihat malas untuk berdiri atau berjalan
menggunakan tungkai yang terinfeksi. Pembengkakan jaringan lunak terjadi pada area
infeksi, dan saat palpasi terasa hangat pada area tersebut.
Sympathetic effusion juga sering terjadi pada sendi yang berdekatan.
Pembengkakan pada sendi ini terjadi sebagai respon terhadap infeksi pada tulang
terdekat, tetapi efusi tidak mengandung bakteri patogen. Pergerakan aktif pada sendi
dengan symphatetic effusion dibatasi oleh rasa sakit tulang yang terinfeksi. Pengeringan
abses merupakan manifestasi yang terjadi hanya pada infeksi kronik, dan tidak ditemui
pada osteomielitis hematogen yang akut.
Manifestasi klinik osteomielitis hematogen akut pada tulang punggung lebih sulit
didiagnosa. Pasien dapat mengeluh nyeri punggung yang samar-samar, malaise,
penurunan nafsu makan, dan demam. Nyeri terbatas hanya jika ada gerakan yang
melibatkan punggung belakang, dan perkusi secara halus pada prosesus spinosus sering
menyebabkan rasa tidak nyaman. Kumpulan gejala ini tidak spesifik untuk osteomielitis,
dan diagnosis osteomielitis sering salah digunakan pada banyak pasien yang mengeluh
nyeri punggung belakang. Sering terjadi bahwa osteomielitis pada tulang punggung
terjadi pada orang dengan infeksi traktus urinarius. Juga riwayat infeksi atau
pembedahan pada trakrus urinarius dapat menambah kecurigaan klinis terjadinya
infeksi sekunder pada tulang punggung.
←Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan darah lengkap: Jumlah leukosit mungkin tinggi,tetapi sering normal.
Adanya shift to the left biasanya disertai dengan peningkatan jumlah leukosit
polimorfonuklear. Tingkat C-reactive protein biasanya tinggi dan non spesifik;
penelitian ini mungkin lebih berguna daripada laju endapan darah (LED) karena
menunjukan adanya peningkatan LED pada permulaan. LED biasanya meningkat
(90%), namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik. CRP dan LED memiliki
peran terbatas dalam menentukan osteomielitis kronis seringkali didapatkan
hasil yang normal.
Kultur : Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi
dengan bakteri yang menyebabkan osteomielitis dan memiliki penggunaan yang
terbatas. Darah hasil kultur, positif pada sekitar 50% pasien dengan osteomielitis
hematogen. Bagaimanapun, kultur darah positif mungkin menghalangi
kebutuhan untuk prosedur invasif lebih lanjut untuk mengisolasi organisme.
Kultur tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki hasil diagnostik sekitar 77% pada
semua studi.
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos : Foto polos pada 10 hari pertama, tidak ditemukan kelainan
radiologis yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan
lunak. Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah 10-14 hari berupa
rarefaksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan
tulang baru di bawah periosteum yang terangkat. Akan terlihat gambaran lesi
radiolusen dan perubahan dari periosteum.
Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada radiograf kecuali apabila
terdapat edema. Pengecualian lainnya adalah apabila terdapat infeksi yang
menghasilkan udara yang disebut gas formation. Udara pada jaringan lunak ini dapat
dilihat sebagai area radiolusen, analog dengan udara usus pada foto abdomen.
Pada osteomyelitis vertebra, ditemukan adanya destruksi tulang yang menonjol,
selanjutnya terjadi pembentukan tulang baru yang terlihat sebagai sclerosis. Lesi dapat
bermula di bagian sentral atau tepi korpus vertebra. Pada lesi yang bermula di tepi
korpus vertebra, diskus cepat mengalami destruksi dan sela diskus akan menyempit.
Juga sering ditemukan timbulnya penulangan antara vertebra yang terkena proses
dengan vertebra di dekatnya (bony bridging).
Ultrasound : Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan
untuk mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul.
Radionuklir : Jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan ini
sangat sensitif namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya,
infeksi tidak bisa dibedakan dari neoplasma, infark, trauma, gout, stress fracture,
infeksi jaringan lunak, dan artritis. Namun, radionuklir dapat membantu untuk
mendeteksi adanya proses infeksi sebelum dilakukan prosedur invasif dilakukan.
CT Scan : CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk
mengidentifikasi sequestrum pada osteomielitis kronik. Sequestrum akan
tampak lebih hipodense dibanding involukrum disekelilingnya.
MRI : MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi osteomyelitis.
Penelitian telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan radiografi
polos, CT, dan scanning radionuklir dan dianggap sebagai pencitraan pilihan.
Sensitivitas berkisar antara 90-100%. Tomografi emisi positron (PET) scanning
memiliki akurasi yang mirip dengan MRI
Diagnosis Banding
Gambaran radiologik osteomyelitis dapat menyerupai gambaran penyakit-
penyakit lain pada tulang, di antaranya yang terpenting adalah tumor ganas primer
tulang. Destruksi tulang, reaksi periosteal, pembentukan tulang baru dan
pembengkakan jaringan lunak, dijumpai juga pada osteosarcoma dan Ewing sarcoma.
Osteosarcoma, seperti halnya osteomyelitis, biasanya mengenai metafisis tulang
panjang sehingga pada stadium dini sangat sukar dibedakan dengan osteomyelitis. Pada
stadium yang lebih lanjut, kemungkinan untuk membedakan lebih besar karena pada
osteosarcoma biasanya ditemukan pembentuka tulang yang lebih banyak serta adanya
infiltrasi tumor yang disertai penulangan patologik ke dalam jaringan lunak. Juga pada
osteosarcoma ditemukan adanya segitiga Codman.
Pada tulang panjang, Ewing sarcoma biasanya mengenai diafisis, tampak
destruksi tulang yang bersifat infiltrative, reaksi periosteal yang kadang-kadang
menyerupai kulit bawang yang berlapis-lapis dan massa jaringan lunak yang besar.
Pengobatan
1. Pemberian antibiotic : Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik
semata-mata. Pemberian antibiotik ditujukan untuk :
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya
Mengontrol eksaserbasi akut
2. Tindakan operatif : Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda
setelah pemberian antibiotik yang adekuat. Operasi dilakukan dengan tujuan :
Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan
tulang (sekuestrum) sampai ke jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya dilakukan
drainase dan dilanjutkan irigasi secara kontinyu selama beberapa hari.
Adakalanya diperlukan pemberian antibiotik di dalam bagian tulang yang
terinfeksi.
Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran
dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.
Komplikasi
Kematian tulang (osteonekrosis) : Infeksi pada tulang dapat menghambat
sirkulasi darah dalam tulang, menyebabkan kematian tulang. Jika terjadi nekrosis
pada area yang luas, kemungkinan harus diamputasi untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi.
Arthritis septik : Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tulang bisa menyebar ke
dalam sendi di dekatnya.
Gangguan pertumbuhan : Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi
osteomielitis adalah pada lempeng epifisis, di kedua ujung tulang panjang pada
lengan dan kaki. Pertumbuhan normal dapat terganggu pada tulang yang
terinfeksi.
Abses tulang
BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang dan
struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi dalam
suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua cara, baik melalui
peredaran darah maupun akibat kontak dengan lingkungan luar tubuh.
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade 1-2; tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan
(4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius,
humerus, ulna, dan fibula.Penyebab osteomielitis pada anak-anak adalah kuman
Staphylococcus aureus (89- 90%), Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%),
Salmonella typhii dan Eschericia coli (1-2%).
Penegakan diagnosa bisa dilakukan dengan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah dan radiologik berupa foto polos, CT
scan, MRI maupun PET Scan
Penatalaksanaannya harus secara komprehensif meliputi pemberian antibiotika,
pembedahan, dan konstruksi jaringan lunak, kulit, dan tulang. Juga harus dilakukan
rehabilitasi pada tulang yang terlibat setelah pengobatan.
Prognosis seseorang dengan osteomielitis biasanya baik bila diberikan
pengobatan dini. Walau bagaimanapun, terkadang berkembang menjadi osteomielitis
kronis dan abses tulang dapat sembuh dalam beberapa bulan hingga beberapa tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Rasad, S. Radiologi Diagnostik.(2011).Bab2: 62-67. Jakarta: Badan Penerbit FKUI,
Jakarta
Skinner, Harry. Current Diagnosis & Treatment in Orthopedics Edisi 3. Appleton &
Large ; 2003
Chairuddin, R. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.(2007).Jakarta : Yarsif
Watampone
Sjamsuhidajat, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi
Robin, Cotrans. Pathologic Basis of Disease 7th Edition. 2007
King, RW. Osteomyelitis. December 9, 2009 (cited February 1, 2010). Available at
http://emedicine.medscape.com/article/785020- overview