152930096-137000976-trauma-uretra-jadi

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan inidapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karenaitu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknyaseluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwakeadaan umum dan tanda- tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelummelangkah ke pengobatan yang lebih spesifik Dalam makalah ini kami akan mengangkat masalah tentang trauma uretra. Karena di lapangan trauma uretra lebih sering terjadi dari pada trauma yang lain. Karena apabila terlambat akan menimbulkan komplikasi yang berat. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana asuhan kepererawatan pada trauma uretra? 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan umum Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan sistem perkemihan pada pasien dengan trauma uretra 1.3.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui anatomi dan fisiologi uretra 2. Mengetahui pengertian trauma uretra 3. Mengetahu klasifikas trauma uretra 4. Mengetahui etiologi trauma uretra 5. Mengetahui patofisologi trau uretra 6. Mengetahui manifestasi klinis trauma uretra 7. Mengetahui pmeriksaan penunjang trauma uretra 1

Upload: tunik-sugianto

Post on 04-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

nama..........................................

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya

    proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan

    oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang

    tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air

    kemih).

    Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena

    perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja,

    kelambatan inidapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat

    dan peritonitis, oleh karenaitu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus

    dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.Trauma saluran kemih sering tidak hanya

    mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknyaseluruh sistem saluran kemih selalu

    ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwakeadaan umum dan tanda-

    tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelummelangkah ke pengobatan

    yang lebih spesifik

    Dalam makalah ini kami akan mengangkat masalah tentang trauma uretra. Karena

    di lapangan trauma uretra lebih sering terjadi dari pada trauma yang lain. Karena

    apabila terlambat akan menimbulkan komplikasi yang berat.

    1.2. Rumusan Masalah

    1.2.1. Bagaimana asuhan kepererawatan pada trauma uretra?

    1.3. Tujuan

    1.3.1. Tujuan umum

    Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan sistem

    perkemihan pada pasien dengan trauma uretra

    1.3.2. Tujuan khusus

    1. Mengetahui anatomi dan fisiologi uretra

    2. Mengetahui pengertian trauma uretra

    3. Mengetahu klasifikas trauma uretra

    4. Mengetahui etiologi trauma uretra

    5. Mengetahui patofisologi trau uretra

    6. Mengetahui manifestasi klinis trauma uretra

    7. Mengetahui pmeriksaan penunjang trauma uretra 1

  • 8. Mengetahui komplikasi pada trauma uretra

    9. Mengetahui penatalaksanaaan trauma uretra

    10. Memahami asuhan keperwatan pada pasien trauma uretra

    1.4. Mamfaat

    2. Untuk mahasiswa: diharapkan makalah ini bisa bermamfaat sebagai bahan

    pembanding dalam pembuatan tugas serupa

    3. Untuk tenaga kesehatan: makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan

    tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa

    4. Untuk instansi: agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

    5. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasiuntuk menambah pengetahuan

    kesehatan.

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA2

  • 2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

    Dalam anatomi, uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung

    kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang

    baik pada sistem kemih atau ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi

    juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani.

    a. Uretra pada wanita

    Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di

    antara klitoris dan pembukaan vagina. Pria memiliki uretra yang

    lebih panjang dari wanita. Artinya, wanita lebih berisiko terkena

    infeksi kantung kemih atau sistitis dan infeksi saluran kemih.

    b. Uretra pada pria

    Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir

    penis.

    Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian, dinamakan sesuai dengan

    letaknya:

    1) Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.

    2) Pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil,

    dimana terletak muara vasdeferens.

    3) Pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar

    bulbouretralis.

    4) Pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus

    spongiosum penis.

    Histologi

    Sel epitel dari uretra dimulai sebagai sel transisional setelah keluar

    dari kantung kemih. Sepanjang uretra disusun oleh sel epitel

    bertingkat torak, kemudian sel bertingkat kubis di dekat lubang

    keluar.

    Terdapat pula kelenjar uretra kecil yang menghasilkan lendir untuk

    membantu melindungi sel epitel dari urin yang korosif. tampak ada

    ekstravasasi kontras keluar dari lumen uretra. pasien diputuskan

    untuk dilakukan cystostomi untuk diversi urin.

    2.2. DEFINISI3

  • Truma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga

    menyebabkan ruptur pada uretra (Arif Muttaqin:2011)

    Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat

    trauma dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis

    (simpiolisis).

    Gambar: hematoma akibat trauma uretra

    Sumber: google.com

    2.3. KLASIFIKASI

    Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:

    1. Ruptur uretra anterior :

    Paling sering pada bulbosa disebut Straddle Injury, dimana robekan uretra

    terjadi antara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya.

    Terdapat daerah memar atau hematoma pada penis dan scrotum

    (kemungkinan ekstravasasi urine Penyebab tersering : straddle injury

    ( cedera selangkangan )

    Jenis kerusakan :

    o Kontusio dinding uretra.

    o Ruptur parsial.

    o Ruptur total.

    2. Ruptur uretra posterior :

    - Paling sering pada membranacea.

    - Ruptur utertra pars prostato-membranasea

    - Terdapat tanda patah tulang pelvis.

    - Terbanyak disebabkan oleh fraktur tulang pelvis.

    4

  • - Robeknya ligamen pubo-prostatikum.

    - Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas,

    hematom dan nyeri tekan.

    - Bila disertai ruptur kandung kemih bisa ditemukan tanda rangsangan

    peritoneum.

    Klasifikasi rupture uretra menurut Collapinto & Mc Collum :

    1. Stretching/teregang. Tidak ada ekstrvasasi.

    2. Uretra putus diatas prostato membranasea. Diafragma urogenital

    utuh. Ekstravasasi terbatas pada diafragma urogenital.

    3. Uretra posterior, diafragma uretra, dan uretra pars bulbosa

    proksimal rusak, ekstravasasi sampai perineum.

    Ruptur Uretra Total

    Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi ruda

    paksa.

    Nyeri perut bagian bawah dan daerah supra pubic.

    Pada perabaan mungkin dijumpai kandung kemih yang penuh

    2.4. ETIOLOGI

    Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul, genetalia eksterna maupun

    perineum.

    Cedera eksternal

    - Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea.

    - Trauma selangkangan : ruptur uretra pars bulbosa.

    - Iatrogenik : pemasangan kateter folley yang salah.

    - Persalinan lama.

    - Ruptur yang spontan

    2.5. PATOFISIOLOGI

    Ruptur uretra sering terjadi bila seorang penderita patah tulang panggul

    karena jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi menjadi 2 yaitu ;

    rupture uretra posterior dan anterior.

    5

  • Ruptur uretran posterior hampir selalu disertai fraktur pelvis. Akibat

    fraktur tulang pelvis terjadi robekan pars membranaseae karena prostat dan

    uretra prostatika tertarik ke cranial bersama fragmen fraktur. Sedangkan uretra

    membranaseae terikat di diafragma urogenital. Ruptur uretra posterior dapat

    terjadi total atau inkomplit. Pada rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan

    ligamentum puboprostatikum robek, sehingga buli-buli dan prostat terlepas ke

    cranial.

    Rupture uretra anterior atau cedera uretra bulbosa terjadi akibat jatuh

    terduduk atau terkangkang sehingga uretra terjepit antara objek yang keras

    seperti batu, kayu atau palang sepeda dengan tulang simpisis. Cedera uretra

    anterior selain oleh cedera kangkang juga dapat di sebabkan oleh instrumentasi

    urologic seperti pemasangan kateter, businasi dan bedah endoskopi. Akibatnya

    dapat terjadi kontusio dan laserasi uretra karena straddle injury yang berat dan

    menyebabkan robeknya uretra dan terjadi ekstravasasi urine yang biasa meluas

    ke skrotum, sepanjang penis dan ke dinding abdomen yang bila tidak ditangani

    dengan baik terjadi infeksi atau sepsis.

    2.6. MANIFESTASI KLINIS

    1. Perdarahan per-uretra post trauma.

    2. Retensi urine.

    3. Merupakan kontraindikasi pemasangan kateter.

    4. Lebih khusus: Pada Posterior dan Anterior :

    a. Pada Posterior

    Perdarahan per uretra

    Retensi urine.

    Pemeriksaan Rektal Tuse : Floating Prostat.

    Ureterografi: ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis.

    b. Pada Anterior:

    Perdarahan per-uretra/ hematuri.

    Sleeve Hematom/butterfly hematom.

    Kadang terjadiretensi urine.

    2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan radiologik:6

  • Tampak adanya defek uretra anterior daerah bulbus dengan ekstravasasi

    bahan kontras uretografi retrograd.

    Gambar: hasil ronsen pada trauma uretra

    Sumber : google.com

    2.8. KOMPLIKASI

    1. Komplikasi dini setelah rekonstruksi uretra

    Infeksi

    Hematoma

    Abses periuretral

    Fistel uretrokutan

    Epididimitis

    2. Komplikasi lanjut

    Striktura uretra

    Khusus pada ruptur uretra posterior dapat timbul :

    - Impotensi

    - Inkontinensia

    2.9. PENATALAKSANAAN

    1. Pada ruptur anterior

    a) Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter

    dan melakukan drainase bila ada.

    7

  • b) ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan

    penyambungan dengan membuat end-to-end, anastomosis dan

    suprapubic cystostomy.

    c) Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi

    ulang.

    d) istosomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura

    sache jika timbul stiktura uretra.

    e) Debridement dan insisi hematom untuk mencegah infeksi.

    2. Pada ruptur uretra posterior

    a) Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu.

    b) Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang

    douwer kateter.

    c) Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur.

    BAB 3

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA URETRA

    3.1. PENGKAJIAN

    1. Identitas pasien:

    8

  • Meliputi nama, alamat,

    jenis kelamin: trauma uretra bisanya terjadi pada pria karena uretra pria

    lebih panjang sehingga resiko terjadi trauma lebih besar).

    Umur: usia produktif lebih beresiko karnena rentan terjadi kecelakaan

    Pekerjaan: pekerja lapangan atau pekerja berat lebih beresiko terjadi

    kecelakaan dalam pekerjaan.

    2. Keluhan utama

    Hal yang paling dirasakan pasien seperti:

    Nyeri akut

    Perdarahan per-uretra post trauma

    Fraktur pelvis

    Hematom penis dll.

    3. Riwayat penyakit sekarang

    Menceritakan tentang perjalanan penyakitdari pasien dirumah sampai

    dibawa ke rumahsakit. Biasanya pasien mengeluh Perdarahan per-uretra post

    trauma, hematoma dll (kaji riwayat trauma)

    4. Riwayat penyakit dahulu

    Kaji pasien memiliki riwayat fraktur pelvis

    5. Riwayat penyakit keluarga

    Biasanya tidak ditemukan adanya hubungan riwayat penyakit keluarga

    dengan trauma uretra.

    6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.

    Misalnya kebiasaan mengendarai sepedah beresiko untuk terjadinya

    trauma atau cidera uretra

    7. Pengkajian Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual

    Pola Kebutuhan Dasar (Virginia Handerson)

    a. Oksigenasi

    9

  • Meliputi fungsi pernafasan (RR, alat bantu pernafasan)

    b. Nutrisi

    Dikaji riwayat diit makan dan minum sebelum sakit yang meliputi jenis,

    frekuensi., dikaji kepatuhan klien terhadap diitnya. Kaji apakah terjadi mual

    dan muntah

    c. Eliminasi ( BAB & BAK )

    Perhatikan apakah terjadi retensio urine, anuria, hematuria dll.

    d. Aktivitas / mobilitas fisik

    Pola aktifitas terganggu.

    e. Istirahat dan Tidur

    Adakah gangguan pola tidur

    f. Pola Berpakaian

    Dilakukan secara mandiri / tidak

    g. Kebutuhan bekerja

    Dikaji masih dapat bekerja atau tidak setelah sakit

    h. Pola Mempertahankan Temperatur Tubuh

    Apabila terjdi infeksi maka kaji suhu tubuh (akan meningkat)

    i. Personal hygiene

    Mandi, Cuci rambut, Gunting kuku, Gosok gigi, Dilakukan secara mandiri /

    tidak

    j. Rekreasi

    Jenis rekreasi yang dilakukan

    k. Pola rasa aman dan nyaman

    10

  • Merasa nyaman bersama keluarga, merasa nyaman dengan perawat,

    merasa nyaman jika dirumah, gangguan rasa nyaman dengan nyeri (jika

    ada) dan sesak.

    l. Pola berkomunikasi

    Bahasa, lancar / tidak.

    m. Pola sepiritual

    Harapan klien dengan penyakitnya, bagaimana menjalankan ibadahnya.

    n. Pola belajar

    Kondisi penyakit klien sudah mengerti atau belum tentang penyakit, diit,

    terapi yang dijalani, pembatasan cairan, prognosis penyakit.

    .

    8. Pemeriksan Fisik

    Keadaan umum pasien

    Kesadaran

    TTV

    Pemeriksaan Head to Toes

    Kepala: normal

    Mata:

    inspeksi: konjungtiva anemis

    Hidung: normal

    Dada & axila: normal

    Pernafasan: normal

    Sirkulasi jantung:

    Palpasi : apabila terdapat perdarahan perureta, pasien beresiko syok

    hipovolemik. TD Abdomen:

    Inspeksi: abdomen tampak kembung (distensi abdomen)

    Palpasi: nyeri tekan pada abdomen

    Auskultasi: bising usus11

  • Genitouary:

    Inspeksi: terdapat hematum pada perivesika, hematum pada penis &

    inguinal. Iritasi kulit penis / inguinal. Terdapat perdarahan per uretra.

    Palpasi: terdapat edema pada daerah genetalia (hematum)

    Ekstremitas (integumen & muskuluskletal):

    Inspeksi: kemerahan/iritasi pada kulit penis, kulit tampak pucat

    ,spasmeotot peritonem.

    Palpasi: tugor kilit jelek. Kulit tampak pucat.

    Analis data

    No Data fokus Etiologi Masalah1 Ds:

    Do: pasien nampak

    pucat, konjungtiva

    anemis, TD, tugor kulit jelek, perdarahan per

    uretram

    Ruptur uretra

    posterior

    Perdarahan

    peruretram

    Aktual/resiko tinggi

    syok hipovolemik

    Aktual/resiko

    tinggi syok

    hipovolemik

    2 Ds: pasiem mengeluh

    nyeri

    Do: pasien nampak

    meringis kesakitan

    Ruptur uretra

    Spasme otot

    perineum

    nyeri

    Gangguan rasa

    nyaman nyeri

    3 Ds:

    Do: eritema jaringan

    kulit, adanya hematom

    pada penis

    Ruptur uretra

    Hematom

    perivesika/hematom

    penis

    Resiko infeksi

    12

  • Iritasi kulit penis

    Resiko infeksi

    4 Ds: pasien mengeluh

    tidak bisa berkemih

    Do: abdomen tampak

    kembung(distensi

    abdomen), nyeri tekan

    pada abdomen(blader)

    Ruptur uretra

    Efek sekunder

    Reterensi urine

    Gangguan

    pemenuhan

    eleminasi

    Gangguan

    pemenuhan

    eleminasi

    3.2. DIAGNOSA

    1. Aktual/ resiko tinggi syok hipovolemik b/d perdarahan dalam, sepsis peritoneum sekunder dari robekan arteri dalam pangguln yang ditandai dengan perdarahan

    per uretram. pasien nampak pucat, konjungtiva anemis, TD, tugor kulit jelek.2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d spasme otot perivesika, peregangan dari

    terminal syaraf sekunder dari adanya kerusakan fragmen tulang pelvis yang

    ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, pasien nampak meringis kesakitan.

    3. Resiko tinggi infeksi b/d iritasi jaringan kulit, hematom penis, hematom inguinal

    sekunder cedera selangkangan yang ditandai dengan eritema jaringan kulit,

    adanya hematom pada penis .

    4. Gangguan pemenuhan eleminasi urine b/d reterensi urine, efek sekunder dari

    ruptur uretra yang ditandai dengan pasien mengeluh tidak bisa berkemih, distensi

    abdomen, nyeri tekan pada abdomen(blader) .

    3.3. INTERVENSI

    No

    dx

    Tujuan & kriteria

    hasil

    Intervensi Rasional

    1 Tujuan : syok

    dapat teratasi

    dengan

    Monitor TTV

    Monitor intake dan

    Perubahan tanda

    vital terjadi bila

    perdarahan makin

    13

  • kriteria hasil:

    pasien tidak

    pucat,

    konjungtiva

    normal, TD

    normal, tugor

    kulit baik

    output setiap 5-10 menit

    Berikan cairan infuse

    Nacl melalui iv

    hebat

    Perubahan output

    merupakan tanda

    adanya gangguan

    fungsi ginjal

    Dapat meningkatkan

    volume cairan

    intravaskular

    2 Tujuan : nyeri

    berkurang

    dengan

    kriteria hasil:

    pasien tampak

    rileks

    Kaji

    nyeri meliputi lokasi ,

    karakteristik , lokasi,

    intensitas ( skala 0-10 )

    Dor

    ong dan ajarkan tehnik

    relaksasi

    Kol

    aborasi medis dalam

    pemberian analgesik

    R

    ./ membantu evaluasi

    derajat ketidak

    nyamanan dan deteksi

    dini terjadinya

    komplikasi

    m

    engembalikan

    perhatian dan

    meningkatkan rasa

    control

    a

    nalgesik dapat

    menghilangkan nyeri

    3 Tujuan :

    mengurangi

    resiko infeksi

    dengan

    kriteria hasil:

    tidak ada

    eritema dan

    gejala infeksi

    lainnya.

    Jela

    skan pada klien tentang

    tanda-tanda terjadinya

    infeksi

    Obs

    ervasi tanda-tanda

    infeksi

    Mot

    ivasi klien untuk

    P

    engetahuan yang

    memadai

    memungkinkan klien

    kooperatif terhadap

    tindakan keperawatan

    d

    eteksi dini adanya

    infeksi dan

    menentukan tindakan 14

  • menjaga kebersihan diri

    Kol

    aborasi dengan dokter

    dalam pemberian

    antibiotika

    selanjutnya

    ln

    gkungan yang lembab

    merupakan media

    pertumbuhan kuman

    menigkatkan resiko

    terjadinya infeksi

    m

    encegah pertumbuahan

    kuman yang lebih

    progesif

    4 Tujuan : tidak

    ada gangguan

    pemenuhan

    eleminasi

    dengan

    kriteria hasil:

    pasien bisa

    berkemih,

    distensi

    abdomen tidak

    teraba

    per

    hatikan aliran dan

    karakteristik urine

    kate

    terisasi untuk residu

    urine dan biarkan kateter

    tak menetap sesuai

    indikasi

    siap

    kan alat bantu untuk

    drainase urin, contoh :

    sistomi

    p

    enurunan aliran

    menunjukkan retensi

    urine, urine keruh

    mungkin normal

    ( adanya mucus ) atau

    mengindikasikan

    proses infeksi.

    m

    enghilangkan atau

    mencegah retensi urin

    dan megesampingkan

    adanya striktur uretra

    di

    indikasikan untuk

    mengeluarkan

    kandung kemih selama

    episode akut dengan

    azotemia atau bila

    15

  • bedah dikontra

    indikasikan karena

    status kesehatan pasien

    3.4. IMPLEMENTASI

    Lakukan sesuai dengan intervensi

    3.5. EVALUASI

    1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan

    2. Menemtukan apakah tujuan keperawatan telah tercai atau belum

    3. Mengkaji ulang penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

    16

  • BAB 4

    PENUTUP

    4.1. Kesimpulan

    Truma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga menyebabkan

    ruptur pada uretra (Arif Muttaqin:2011)

    Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma dan

    kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis).

    Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:

    1. Ruptur uretra anterior

    2. Ruptur uretra posterior

    Penatalaksanaan

    1. Pada ruptur anterior

    a) Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter dan

    melakukan drainase bila ada.

    b) ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan penyambungan

    dengan membuat end-to-end, anastomosis dan suprapubic cystostomy.

    c) Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi ulang.

    d) istosomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura sache jika

    timbul stiktura uretra.

    e) Debridement dan insisi hematom untuk mencegah infeksi.

    2. Pada ruptur uretra posterior

    a) Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu.

    b) Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang douwer

    kateter.

    c) Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur

    4.2. Saran:17

  • Setelah membaca makalah ini diharapkan:

    1. Untuk mahasiswa: diharapkan makalah ini bisa bermamfaat sebagai bahan

    pembanding dalam pembuatan tugas serupa

    2. Untuk tenaga kesehatan: makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan

    tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa

    3. Untuk instansi: agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

    4. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasiuntuk menambah pengetahuan

    kesehatan.

    18

  • DAFTAR PUSTAKA

    Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo

    Agung., Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

    Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim

    PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

    Depkes RI, ASKEP Pasien dengan Gg Penyakit Sistem Urologi , 1996 , Jakarta

    Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk

    perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa;

    Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

    Mutaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta Selemba

    Medika.

    Hidayat Samsul , Ilmu Bedah , Edisi revisi, EGC , 1998 , Jakarta

    Tucker Susan Martin, Et all , Standar Perawatan Pasien , volume 3 , EGC, PeterMowschenson , Ilmu Bedah Untuk Pemula , Edisi 2 , Bina Rupa aksara , 1983 Jakarta

    19