137000976 trauma uretra jadi

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan inidapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karenaitu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknyaseluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwakeadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelummelangkah ke pengobatan yang lebih spesifik Dalam makalah ini kami akan mengangkat masalah tentang trauma uretra. Karena di lapangan trauma uretra lebih sering terjadi dari pada trauma yang lain. Karena apabila terlambat akan menimbulkan komplikasi yang berat. 1.2. Rumusan Masalah 1

Upload: idhar-dewi-pratami-ii

Post on 29-Oct-2015

104 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 137000976 Trauma Uretra Jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya

proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan

oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang

tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air

kemih).

Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena

perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja,

kelambatan inidapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat

dan peritonitis, oleh karenaitu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus

dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.Trauma saluran kemih sering tidak hanya

mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknyaseluruh sistem saluran kemih selalu

ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwakeadaan umum dan tanda-

tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelummelangkah ke pengobatan

yang lebih spesifik

Dalam makalah ini kami akan mengangkat masalah tentang trauma uretra. Karena

di lapangan trauma uretra lebih sering terjadi dari pada trauma yang lain. Karena

apabila terlambat akan menimbulkan komplikasi yang berat.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana asuhan kepererawatan pada trauma uretra?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan sistem

perkemihan pada pasien dengan trauma uretra

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi uretra

2. Mengetahui pengertian trauma uretra

3. Mengetahu klasifikas trauma uretra

4. Mengetahui etiologi trauma uretra

5. Mengetahui patofisologi trau uretra

6. Mengetahui manifestasi klinis trauma uretra

1

Page 2: 137000976 Trauma Uretra Jadi

7. Mengetahui pmeriksaan penunjang trauma uretra

8. Mengetahui komplikasi pada trauma uretra

9. Mengetahui penatalaksanaaan trauma uretra

10. Memahami asuhan keperwatan pada pasien trauma uretra

1.4. Mamfaat

2. Untuk mahasiswa: diharapkan makalah ini bisa bermamfaat sebagai bahan

pembanding dalam pembuatan tugas serupa

3. Untuk tenaga kesehatan: makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan

tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa

4. Untuk instansi: agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

5. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasiuntuk menambah pengetahuan

kesehatan.

2

Page 3: 137000976 Trauma Uretra Jadi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Dalam anatomi, uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung

kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang

baik pada sistem kemih atau ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi

juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani.

a. Uretra pada wanita

Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di

antara klitoris dan pembukaan vagina. Pria memiliki uretra yang

lebih panjang dari wanita. Artinya, wanita lebih berisiko terkena

infeksi kantung kemih atau sistitis dan infeksi saluran kemih.

b. Uretra pada pria

• Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir

penis.

• Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian, dinamakan sesuai dengan

letaknya:

1) Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.

2) Pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil,

dimana terletak muara vasdeferens.

3) Pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar

bulbouretralis.

4) Pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus

spongiosum penis.

•   Histologi

Sel epitel dari uretra dimulai sebagai sel transisional setelah keluar

dari kantung kemih. Sepanjang uretra disusun oleh sel epitel

bertingkat torak, kemudian sel bertingkat kubis di dekat lubang

keluar.

Terdapat pula kelenjar uretra kecil yang menghasilkan lendir untuk

membantu melindungi sel epitel dari urin yang korosif. tampak ada

3

Page 4: 137000976 Trauma Uretra Jadi

ekstravasasi kontras keluar dari lumen uretra. pasien diputuskan

untuk dilakukan cystostomi untuk diversi urin.

2.2. DEFINISI

Truma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga

menyebabkan ruptur pada uretra (Arif Muttaqin:2011)

Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat

trauma dan kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis

(simpiolisis).

Gambar: hematoma akibat trauma uretra

Sumber: google.com

2.3. KLASIFIKASI

Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:

1. Ruptur uretra anterior : 

Paling sering pada bulbosa disebut Straddle Injury, dimana robekan uretra

terjadi antara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya.

Terdapat daerah memar atau hematoma pada penis dan scrotum

(kemungkinan ekstravasasi urine Penyebab tersering : straddle injury

( cedera selangkangan )

Jenis kerusakan :

o    Kontusio dinding uretra.

o    Ruptur parsial.

o    Ruptur total.

2. Ruptur uretra posterior : 

4

Page 5: 137000976 Trauma Uretra Jadi

-  Paling sering pada membranacea.

-  Ruptur utertra pars prostato-membranasea

-  Terdapat tanda patah tulang pelvis.

-  Terbanyak disebabkan oleh fraktur tulang pelvis.

-  Robeknya ligamen pubo-prostatikum.

-  Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas,

hematom dan nyeri tekan.

-  Bila disertai ruptur kandung kemih bisa ditemukan tanda rangsangan

peritoneum.

Klasifikasi rupture uretra menurut Collapinto & Mc Collum :

1. Stretching/teregang. Tidak ada ekstrvasasi.

2. Uretra putus diatas prostato membranasea. Diafragma urogenital

utuh. Ekstravasasi terbatas pada diafragma urogenital.

3. Uretra posterior, diafragma uretra, dan uretra pars bulbosa

proksimal rusak, ekstravasasi sampai perineum.

Ruptur Uretra Total

•    Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi ruda

paksa.

•    Nyeri perut bagian bawah dan daerah supra pubic.

•    Pada perabaan mungkin dijumpai kandung kemih yang penuh

2.4. ETIOLOGI

Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul, genetalia eksterna maupun

perineum.

  Cedera eksternal 

-    Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea.

-    Trauma selangkangan : ruptur uretra pars bulbosa.

-    Iatrogenik : pemasangan kateter folley yang salah.

-    Persalinan lama.

-    Ruptur yang spontan

5

Page 6: 137000976 Trauma Uretra Jadi

2.5. PATOFISIOLOGI

Ruptur uretra sering terjadi bila seorang penderita patah tulang panggul

karena jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi menjadi 2 yaitu ;

rupture uretra posterior dan anterior.

Ruptur uretran posterior hampir selalu disertai fraktur pelvis. Akibat

fraktur tulang pelvis terjadi robekan pars membranaseae karena prostat dan

uretra prostatika tertarik ke cranial bersama fragmen fraktur. Sedangkan uretra

membranaseae terikat di diafragma urogenital. Ruptur uretra posterior dapat

terjadi total atau inkomplit. Pada rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan

ligamentum puboprostatikum robek, sehingga buli-buli dan prostat terlepas ke

cranial. 

Rupture uretra anterior atau cedera uretra bulbosa terjadi akibat jatuh

terduduk atau terkangkang sehingga uretra terjepit antara objek yang keras

seperti batu, kayu atau palang sepeda dengan tulang simpisis. Cedera uretra

anterior selain oleh cedera kangkang juga dapat di sebabkan oleh instrumentasi

urologic seperti pemasangan kateter, businasi dan bedah endoskopi. Akibatnya

dapat terjadi kontusio dan laserasi uretra karena straddle injury yang berat dan

menyebabkan robeknya uretra dan terjadi ekstravasasi urine yang biasa meluas

ke skrotum, sepanjang penis dan ke dinding abdomen yang bila tidak ditangani

dengan baik terjadi infeksi atau sepsis.

2.6. MANIFESTASI KLINIS

1. Perdarahan per-uretra post trauma.

2. Retensi urine.

3. Merupakan kontraindikasi pemasangan kateter.

4. Lebih khusus:   Pada Posterior dan Anterior :

a. Pada Posterior

•  Perdarahan per uretra

•  Retensi urine.

•   Pemeriksaan Rektal Tuse : Floating Prostat.

•   Ureterografi: ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis.

b. Pada Anterior:

•  Perdarahan per-uretra/ hematuri.

6

Page 7: 137000976 Trauma Uretra Jadi

•  Sleeve Hematom/butterfly hematom.

•  Kadang terjadiretensi urine.

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologik:

Tampak adanya defek uretra anterior daerah bulbus dengan ekstravasasi

bahan kontras uretografi retrograd.

Gambar: hasil ronsen pada trauma uretra

Sumber : google.com

2.8. KOMPLIKASI 

1. Komplikasi dini setelah rekonstruksi uretra

•    Infeksi

•    Hematoma

•    Abses periuretral

•    Fistel uretrokutan

•    Epididimitis

2. Komplikasi lanjut

•    Striktura uretra

•    Khusus pada ruptur uretra posterior dapat timbul :

-    Impotensi

-    Inkontinensia

7

Page 8: 137000976 Trauma Uretra Jadi

2.9. PENATALAKSANAAN 

1. Pada ruptur anterior

a)   Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter

dan melakukan drainase bila ada.

b)   ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan

penyambungan dengan membuat end-to-end, anastomosis dan

suprapubic cystostomy.

c)   Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi

ulang.

d)    istosomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura

sache jika timbul stiktura uretra.

e)    Debridement dan insisi hematom untuk mencegah infeksi.

2. Pada ruptur uretra posterior

a)    Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu. 

b)    Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang

douwer kateter.

c)    Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur.

8

Page 9: 137000976 Trauma Uretra Jadi

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA URETRA

3.1. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien:

Meliputi nama, alamat,

jenis kelamin: trauma uretra bisanya terjadi pada pria karena uretra pria

lebih panjang sehingga resiko terjadi trauma lebih besar).

Umur: usia produktif lebih beresiko karnena rentan terjadi kecelakaan

Pekerjaan: pekerja lapangan atau pekerja berat lebih beresiko terjadi

kecelakaan dalam pekerjaan.

2. Keluhan utama

Hal yang paling dirasakan pasien seperti:

Nyeri akut

Perdarahan per-uretra post trauma

Fraktur pelvis

Hematom penis dll.

3. Riwayat penyakit sekarang

Menceritakan tentang perjalanan penyakitdari pasien dirumah sampai

dibawa ke rumahsakit. Biasanya pasien mengeluh Perdarahan per-uretra post

trauma, hematoma dll (kaji riwayat trauma)

4. Riwayat penyakit dahulu

Kaji pasien memiliki riwayat fraktur pelvis

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya tidak ditemukan adanya hubungan riwayat penyakit keluarga

dengan trauma uretra.

6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.

Misalnya kebiasaan mengendarai sepedah beresiko untuk terjadinya

trauma atau cidera uretra

9

Page 10: 137000976 Trauma Uretra Jadi

7. Pengkajian Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual

Pola Kebutuhan Dasar (Virginia Handerson)

a. Oksigenasi

Meliputi fungsi pernafasan (RR, alat bantu pernafasan)

b. Nutrisi

Dikaji riwayat diit makan dan minum sebelum sakit yang meliputi jenis,

frekuensi., dikaji kepatuhan klien terhadap diitnya. Kaji apakah terjadi mual

dan muntah

c. Eliminasi ( BAB & BAK )

Perhatikan apakah terjadi retensio urine, anuria, hematuria dll.

d. Aktivitas / mobilitas fisik

Pola aktifitas terganggu.

e. Istirahat dan Tidur

Adakah gangguan pola tidur

f. Pola Berpakaian

Dilakukan secara mandiri / tidak

g. Kebutuhan bekerja

Dikaji masih dapat bekerja atau tidak setelah sakit

h. Pola Mempertahankan Temperatur Tubuh

Apabila terjdi infeksi maka kaji suhu tubuh (akan meningkat)

i. Personal hygiene

Mandi, Cuci rambut, Gunting kuku, Gosok gigi, Dilakukan secara mandiri /

tidak

j. Rekreasi

Jenis rekreasi yang dilakukan

k. Pola rasa aman dan nyaman

Merasa nyaman bersama keluarga, merasa nyaman dengan perawat,

merasa nyaman jika dirumah, gangguan rasa nyaman dengan nyeri (jika

ada) dan sesak.

l. Pola berkomunikasi

Bahasa, lancar / tidak.

m. Pola sepiritual

10

Page 11: 137000976 Trauma Uretra Jadi

Harapan klien dengan penyakitnya, bagaimana menjalankan ibadahnya.

n. Pola belajar

Kondisi penyakit klien sudah mengerti atau belum tentang penyakit, diit,

terapi yang dijalani, pembatasan cairan, prognosis penyakit.

.

8. Pemeriksan Fisik

Keadaan umum pasien

Kesadaran

TTV

Pemeriksaan Head to Toes

Kepala: normal

Mata:

inspeksi: konjungtiva anemis

Hidung: normal

Dada & axila: normal

Pernafasan: normal

Sirkulasi jantung:

Palpasi : apabila terdapat perdarahan perureta, pasien beresiko syok

hipovolemik. TD

Abdomen:

Inspeksi: abdomen tampak kembung (distensi abdomen)

Palpasi: nyeri tekan pada abdomen

Auskultasi: bising usus

Genitouary:

Inspeksi: terdapat hematum pada perivesika, hematum pada penis &

inguinal. Iritasi kulit penis / inguinal. Terdapat perdarahan per uretra.

Palpasi: terdapat edema pada daerah genetalia (hematum)

Ekstremitas (integumen & muskuluskletal):

Inspeksi: kemerahan/iritasi pada kulit penis, kulit tampak

pucat ,spasmeotot peritonem.

Palpasi: tugor kilit jelek. Kulit tampak pucat.

11

Page 12: 137000976 Trauma Uretra Jadi

Analis data

No Data fokus Etiologi Masalah

1 Ds:

Do: pasien nampak

pucat, konjungtiva

anemis, TD, tugor kulit

jelek, perdarahan per

uretram

Ruptur uretra

posterior

Perdarahan

peruretram

Aktual/resiko tinggi

syok hipovolemik

Aktual/resiko

tinggi syok

hipovolemik

2 Ds: pasiem mengeluh

nyeri

Do: pasien nampak

meringis kesakitan

Ruptur uretra

Spasme otot

perineum

nyeri

Gangguan rasa

nyaman nyeri

3 Ds:

Do: eritema jaringan

kulit, adanya hematom

pada penis

Ruptur uretra

Hematom

perivesika/hematom

penis

Iritasi kulit penis

Resiko infeksi

Resiko infeksi

4 Ds: pasien mengeluh

tidak bisa berkemih

Do: abdomen tampak

kembung(distensi

abdomen), nyeri tekan

pada abdomen(blader)

Ruptur uretra

Efek sekunder

Reterensi urine

Gangguan

pemenuhan

Gangguan

pemenuhan

eleminasi

12

Page 13: 137000976 Trauma Uretra Jadi

eleminasi

3.2. DIAGNOSA

1. Aktual/ resiko tinggi syok hipovolemik b/d perdarahan dalam, sepsis peritoneum

sekunder dari robekan arteri dalam pangguln yang ditandai dengan perdarahan

per uretram. pasien nampak pucat, konjungtiva anemis, TD, tugor kulit jelek.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d spasme otot perivesika, peregangan dari

terminal syaraf sekunder dari adanya kerusakan fragmen tulang pelvis yang

ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, pasien nampak meringis kesakitan.

3. Resiko tinggi infeksi b/d iritasi jaringan kulit, hematom penis, hematom inguinal

sekunder cedera selangkangan yang ditandai dengan eritema jaringan kulit,

adanya hematom pada penis .

4. Gangguan pemenuhan eleminasi urine b/d reterensi urine, efek sekunder dari

ruptur uretra yang ditandai dengan pasien mengeluh tidak bisa berkemih, distensi

abdomen, nyeri tekan pada abdomen(blader) .

3.3. INTERVENSI

No

dx

Tujuan & kriteria

hasil

Intervensi Rasional

1 Tujuan : syok

dapat teratasi

dengan

kriteria hasil:

pasien tidak

pucat,

konjungtiva

normal, TD

normal, tugor

kulit baik

Monitor TTV

Monitor intake dan

output setiap 5-10 menit

Berikan cairan infuse

Nacl melalui iv

Perubahan tanda

vital terjadi bila

perdarahan makin

hebat

Perubahan output

merupakan tanda

adanya gangguan

fungsi ginjal

Dapat meningkatkan

volume cairan

intravaskular

2 Tujuan : nyeri Kaji R

13

Page 14: 137000976 Trauma Uretra Jadi

berkurang

dengan

kriteria hasil:

pasien tampak

rileks

nyeri meliputi lokasi ,

karakteristik , lokasi,

intensitas ( skala 0-10 ) 

Dor

ong dan ajarkan tehnik

relaksasi 

Kol

aborasi medis dalam

pemberian analgesik 

./ membantu evaluasi

derajat ketidak

nyamanan dan deteksi

dini terjadinya

komplikasi

m

engembalikan

perhatian dan

meningkatkan rasa

control

a

nalgesik dapat

menghilangkan nyeri

3 Tujuan :

mengurangi

resiko infeksi

dengan

kriteria hasil:

tidak ada

eritema dan

gejala infeksi

lainnya.

Jela

skan pada klien tentang

tanda-tanda terjadinya

infeksi

Obs

ervasi tanda-tanda

infeksi

Mot

ivasi klien untuk

menjaga kebersihan diri

Kol

aborasi dengan dokter

dalam pemberian

antibiotika

P

engetahuan yang

memadai

memungkinkan klien

kooperatif terhadap

tindakan keperawatan

d

eteksi dini adanya

infeksi dan

menentukan tindakan

selanjutnya

ln

gkungan yang lembab

merupakan media

pertumbuhan kuman

menigkatkan resiko

terjadinya infeksi

m

encegah pertumbuahan

14

Page 15: 137000976 Trauma Uretra Jadi

kuman yang lebih

progesif

4 Tujuan : tidak

ada gangguan

pemenuhan

eleminasi

dengan

kriteria hasil:

pasien bisa

berkemih,

distensi

abdomen tidak

teraba

per

hatikan aliran dan

karakteristik urine 

kate

terisasi untuk residu

urine dan biarkan kateter

tak menetap sesuai

indikasi

siap

kan alat bantu untuk

drainase urin, contoh :

sistomi

p

enurunan aliran

menunjukkan retensi

urine, urine keruh

mungkin normal

( adanya mucus ) atau

mengindikasikan

proses infeksi. 

m

enghilangkan atau

mencegah retensi urin

dan megesampingkan

adanya striktur uretra

di

indikasikan untuk

mengeluarkan

kandung kemih selama

episode akut dengan

azotemia atau bila

bedah dikontra

indikasikan karena

status kesehatan

pasien

3.4. IMPLEMENTASI

Lakukan sesuai dengan intervensi

15

Page 16: 137000976 Trauma Uretra Jadi

3.5. EVALUASI

1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan

2. Menemtukan apakah tujuan keperawatan telah tercai atau belum

3. Mengkaji ulang penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

16

Page 17: 137000976 Trauma Uretra Jadi

BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Truma uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga menyebabkan

ruptur pada uretra (Arif Muttaqin:2011)

Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma dan

kebanyakan disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis).

Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:

1. Ruptur uretra anterior

2. Ruptur uretra posterior

Penatalaksanaan 

1. Pada ruptur anterior

a)   Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter dan

melakukan drainase bila ada.

b)   ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan penyambungan

dengan membuat end-to-end, anastomosis dan suprapubic cystostomy.

c)   Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi ulang.

d)    istosomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura sache jika

timbul stiktura uretra.

e)    Debridement dan insisi hematom untuk mencegah infeksi.

2. Pada ruptur uretra posterior

a)    Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu. 

b)    Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang douwer

kateter.

c)    Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur

17

Page 18: 137000976 Trauma Uretra Jadi

4.2. Saran:

Setelah membaca makalah ini diharapkan:

1. Untuk mahasiswa: diharapkan makalah ini bisa bermamfaat sebagai bahan

pembanding dalam pembuatan tugas serupa

2. Untuk tenaga kesehatan: makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan

tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa

3. Untuk instansi: agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

4. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasiuntuk menambah pengetahuan

kesehatan.

18

Page 19: 137000976 Trauma Uretra Jadi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo

Agung., Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim

PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Depkes RI, ASKEP Pasien dengan Gg Penyakit Sistem Urologi , 1996 , Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk

perencanaan dan pendukomentasian  perawatan  Pasien, Edisi-3, Alih bahasa;

Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

Mutaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta Selemba

Medika.

Hidayat Samsul , Ilmu Bedah , Edisi revisi, EGC , 1998 , Jakarta

Tucker Susan Martin, Et all , Standar Perawatan Pasien , volume 3 , EGC, PeterMowschenson , Ilmu Bedah Untuk Pemula , Edisi 2 , Bina Rupa aksara , 1983 Jakarta

19