batu uretra

23
TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI URETROLITHIASIS Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yait uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalammenyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra posterior dan anterior. Batu uretrabiasanya berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer terbentuk di uretra sangat jarang, kecuali jika terbentuk di dalam divertikel uretra.angka kejadian batu uretra ini tidak lebih 1% dari seluruh batu saluran kemih. 10

Upload: shinta-moow

Post on 10-Apr-2016

904 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

Page 1: batu uretra

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI URETROLITHIASIS

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui proses

miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yait uretra posterior dan uretra anterior.

Pada pria, organ ini berfungsi juga dalammenyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi dengan

sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, serta sfingter uretra

eksterna yang terletak pada perbatasan uretra posterior dan anterior.

Batu uretrabiasanya berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli,

kemudian masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer terbentuk di uretra sangat

jarang, kecuali jika terbentuk di dalam divertikel uretra.angka kejadian batu uretra ini tidak lebih

1% dari seluruh batu saluran kemih.

10

Page 2: batu uretra

B. ETIOLOGI

Terbentuknya batu pada ginjal diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine,

gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih

belum terungkap ( idiopatik )1

Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu pada ginjal.

Faktor-faktor itu adalah 1:

1. Faktor intrinsik

Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik

umumnya sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh2.

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

a. Hereditair dan Ras

Penyakit nefrolithiasis diduga diturunkan dari orang tuanya1 dan ternyata anggota

keluarga nefrolithiasis lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita penyakit yang sama

dari pada orang lain. Misalnya faktor genetik familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer

dan hiperoksaluria primer2. Batu saluran kemih juga lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia

sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang ditemukan.2

b. Umur.

Penyakit nefrolithiasis paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun

c. Jenis kelamin

Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan 1

dan pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih

sering ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.2

2. Faktor ekstrinsik

Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila

penyebabnya diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau

11

Page 3: batu uretra

kebiasaaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah2. Beberapa faktor ekstrinsik,

diantaranya adalah :

a. Geografi

Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada

daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt

b. Iklim dan temperatur

Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan

banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urin dan mempermudah

pembentukan batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan menyebabkan kurangnya asupan

air pada masyarakatnya.

c. Asupan air

Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan meningkat

dan akan mempermudah pembentukan batu2 dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang

dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu1.

d. Diet

Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu1. Pada

golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas batu berkurang

sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi rendah lebih sering

morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering

menderita batu buli-buli dan uretra dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau

batu piala ginjal2

e. Pekerjaan

Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau

kurang aktivitas atau sedentary life1

12

Page 4: batu uretra

f. Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti

pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting organism ) dan

membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-

garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.2

g. Obstruksi dan stasis urin

Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat,

akan menyebabkan stasis urin sedangkan urin sendiri adalah substansi yang banyak mengandung

kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu. 2

Selain faktor-faktor di atas terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi, misal gangguan

metabolisme. Gangguan metabolisme yang dimaksud adalah yang dapat mengakibatkan

peningkatan kadar produk yang dapat mengendap dan menjadi batu. Misalnya hiperkalsemia

yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, sindroma susu alkali, mieloma multiple, metastase Ca

dan sarkoidosis. Hiperurikemia dan terapi dengan sitostatika atau diuretika yang lama, serta

hipersistinemia yang disebabkan oleh renal tubular acidosi.

C. PATOFISILOGI

Secara teoritis, batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih, terutama pada tempat-tempat yang

sering mengalami hambatan aliran urine ( stasis urine ), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-

buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises ( stenosis uretero pelvis ), divertikulum,

obstruksi intravesika kronis seperti pada hiperplasi prostat benigna, striktura dan buli-buli

neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.1

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum,

infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang

13

Page 5: batu uretra

mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa

sehinggga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises

ginjal(penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik) akan mempermudah timbulnya batu

ginjal. 1

Batu yang berasal dari ginjal dan berjalan menuruni ureter, paling mungkin tersangkut

pada satu dari tiga lokasi, yaitu pada sambungan uteropelvik, pada titik ureter menyilang

pembuluh darah iliaka, atau pada sambungan ureterovesika4. Batu yang tidak terlalu besar,

didorong oleh peristaltik sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga

peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang

ukurannya kecil ( < 5 mm ) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan batu yang lebih

besar seringkali tetap berada di sistem pelvikalises dan ureter, dan mampu menimbulkan

obstruksi dan kelainan struktur saluran kemih bagian atas.1

A. Teori Proses Pembentukan Batu

Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam sistem

saluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara lokal, yaitu

bahan-bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering mengandung

kalsium, tetapi pada awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak mengandung

kalsium. Beberapa kalkuli terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris nekrotik dalam saluran,

sedangkan lainnya terbentuk dari ketidakseimbangan unsur-unsur sekresi tertentu sedemikian

rupa sehingga terjadi pengendapan dari unsur yang biasanya larut.5

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun

anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan tetap

terlarut ( metastable ) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan

terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti

14

Page 6: batu uretra

batu ( nukleasi ) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain

sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal

masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu, agregat kristal

menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi kristal, dan dari sini bahan-bahan lain

diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran

kemih.1

Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,

konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya korpus

alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu1 . Kemih yang terus menerus

bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia, sedangkan kemih

yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih, keadaan

asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi.5

Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya

keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah

timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu di saluran

kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembentukan inti

batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion magnesium dikenal dapat

menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, akan membentuk garam

magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium untuk

membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula dengan sitrat, jika berikatan dengan

ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat, sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan

dengan oksalat maupun fosfat berkurang. Hal ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau

kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu

bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi

kristal, maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan,

15

Page 7: batu uretra

protein Tamm Horsfall atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang

berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran

kemih.1

B. Komposisi Batu

1. Batu kalsium

Batu ini lebih sering ditemukan pada laki-laki; usia rata-rata timbulnya penyakit ini

adalah pada dekade ketiga. Sebagian besar orang yang membentuk batu kalsium tunggal

akhirnya membentuk batu yang lain, dan interval antara batu yang terbentuk secara berurutan

memendek atau tetap konstan. Kecepatan rata-rata pembentukan batu setiap 2 atau 3 tahun.

Penyakit batu kalsium sering bersifat familial.

2. Batu asam urat

Batu asam urat bersifat radiolusen dan juga lebih sering ditemukan pada laki-laki.

Separuh pasien dengan batu asam urat mengalami gout; litiasis asam urat biasanya familial

apakah terdapat gout ataupun tidak. Di dalam urin, kristal asam urat berwarna merah-oranye

karena kristal itu menyerap pigmen urisin. Beberapa faktor yang mempengaruhi

terbentuknya batu asam urat adalah1 :

Urine yang terlalu asam ( pH urine < 6 )

Volume urine yang jumlahnya sedikit ( < 2 liter / hari ) atau dehidrasi

Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi

3. Batu sistin

Batu ini jarang ditemukan, berwarna kuning jeruk, dan berkilauan, radioopak

disebabkan oleh adanya kandungan sulfur. Kristal sistin tampak dalam urin sebagai

lempengan yang datar, heksagonal.

16

Page 8: batu uretra

4. Batu struvit

Batu struvit biasa ditemukan dan secara potensial berbahaya. Batu ini terjadi

terutama pada perempuan dan akibat infeksi saluran kemih dengan bakteri yang

menghasilkan urease, biasanya spesies Proteus. Batu daspat tumbuh menjadi ukuran yang

besar dan mengisi pelvis renalis dan kaliks menimbulkan gambaran ‘tanduk’ (staghorn).

Batu struvit ini bersifat radioopak dan mempunyai berbagai densitas internal. Di dalam urin

kristal struvit adalah prisma rektanguler yang dikatakan menyerupai tutup peti mati.

D. GAMBARAN KLINIS

Keluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan

penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada

pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik disebabkan oleh adanya

aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu

dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik menyebabkan tekanan intraluminal meningkat

sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Sedangkan nyeri

non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada

ginjal akibat stasis urine.1

Hematuria sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih

karena batu. Kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria

mikroskopik. Jika didapatkan demam, harus dicurigai suatu urosepsis.1

Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra,

teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan

adanya retensi urine.1

17

Page 9: batu uretra

Pada pemeriksaan sedimen urine, menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan

dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya

pertumbuhan kuman pemecah urea.1

E. DIAGNOSTIK

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu perlu

ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan pencitraan untuk

menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal.

Pemeriksaan Penunjang yang dapat menegakan diagnosis Nefrolithiasis antara lain :

Laboratorium :

1. Urin

pH urin

- Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang rendah (pH<7).

- Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7)

Sedimen

- Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.

- Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat

- Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih

2. Darah

- Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia

- Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis

- Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal

- Kalsium, dan asam urat.

18

Page 10: batu uretra

Radiologik :

1. Foto Polos Abdomen

Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih.

Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai,

sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.1

2. Pielografi Intra Vena

Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat mendeteksi

adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut.

Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV ) belum dapat menjelaskan keadaan

sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah

pemeriksaan pielografi retrograde.1

3. Ultrasonografi

Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan

alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.

Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang

ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan

ginjal.1

19

Page 11: batu uretra

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan batu saluran kemih harus benar-benar tuntas, sehingga bukan hanya

mengeluarkan batu saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau

paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini terjadi karena batu sendiri hanya

sebagai gejala dari penyakit batu saja, sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah

merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu

baru diperlukan bila batu menyebabkan gangguan saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak

memberi gangguan pada fungsi ginjal, maka batu tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya

pada batu ureter diharapkan dapat keluar dengan sendirinya.

Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi, mengobati

infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi

kemungkinan terjadinya rekurensi3. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang

dapat diambil adalah sebagai berikut 2:

Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu

20

Page 12: batu uretra

Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan pada

ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal

Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri

Analisis batu

Mencari latar belakang terjadinya batu

Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi

Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah 1:

1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena

diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu

bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum,

dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar

2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )

Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa

pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui

saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan

nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.

3. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu,

tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih

melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan

melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat

21

Page 13: batu uretra

dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau

dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal

adalah :

a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )

Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat

endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau

dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b. Uretero atau Uretero-renoskopi

Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau

sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter

maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi.

4. Bedah Terbuka

Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan

endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui

pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk

mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi

karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat

tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang

menahun

22

Page 14: batu uretra

G. PENCEGAHAN

Tindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu adalah upaya

menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas

kandungan unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu3. Pada umumnya

pencegahan itu berupa 2:

Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 L/hari

Aktivitas harian yang cukup

Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu

Jenis Batu Faktor predisposisi Pengobatan

pencegahan untuk

mencapai pH

kemih ynag

dibutuhkan

Kemih asam ( pH < 6

)

Kemih basa ( pH >

6 )

Kalsium oksalat

Kristal asam urat

Hiperkalsiuria

Kemoterapi gout

Sayuran, susu, buah

( kecuali plum,

plum kering,

cranberry )

Natrium bikarbonat

atau sitrat

Triple fosfat

Kemih basa

Infeksi saluran kemih

Kemih asam

Daging, roti,

makanan berprotein,

jus cranberry, plum,

23

Page 15: batu uretra

Kalsium fosfat Hiperkalsiuria,

imobilitas lama

plum kering

mandelanin

H. PROGNOSIS

Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya tergantung dari faktor-faktor

ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu,

makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah

terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi

akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.2

I. KOMPLIKASI

Komplikasi batu saluran kemih antara lain timbulnya obstruksi, infeksi sekunder dan

infeksi yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan

yang sering berupa karsinoma epidermoid.

Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter dapat terjadi hidroureter atau

hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan

kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal akan timbul uremia karena

adanya gagal ginjal total. Hal yang sama dapat juga terjadi akibat dari batu kandung kemih,

terlebih bila batu tersebut membesar, sehingga juga menyebabkan gangguan pada aliran kemih

dari kedua orifisium ureter.

Batu di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis, batu di kaliks mayor dapat

menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder,

dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis.

24

Page 16: batu uretra

Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat

mengakibatkan gagal ginjal permanen.1

25