striktur uretra fix.docx

32
BAB I PENDAHULUAN Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita, uretra mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Uretra pria berbentuk pipa yang menyerupai alat penyiram bunga. Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal. Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian dunia tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra pada wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai uretra dapat menyebabkan striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra, meskipun hal tersebut jarang terjadi. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan referat ini: Memahami anatomi testis, serta definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinik, patofisiologi, 1

Upload: denata-prabhasiwi

Post on 29-Dec-2015

102 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita,

uretra mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra juga

penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Uretra pria berbentuk pipa

yang menyerupai alat penyiram bunga.

Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya

jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih,

mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin

keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak

komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.

Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian dunia

tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra pada

wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai uretra dapat

menyebabkan striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra, meskipun hal tersebut

jarang terjadi.

 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan referat ini:

Memahami anatomi testis, serta definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, manifestasi

klinik, patofisiologi, pemeriksaan fisik, diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penun-

jang, penatalaksanaan, dan prognosis dari osteonekrosis.

Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.

Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah PSPD Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti Jakarta di Departemen Bedah RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten

Tegal.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI URETRA

Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli

sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria

dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra posterior dibagi

menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior dibagi menjadi

meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam keadaan normal lumen uretra laki-

laki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm maka lumen uretra laki-laki 7,2 mm dan

wanita 9 mm. Panjang uretra wanita kurang lebih 3 – 5 cm, sedangkan uretra pria dewasa

kurang lebih 23 – 25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan

pengeluaran urin lebih sering terjadi pada pria.

Gambar 1 : Anatomi uretra

1. Uretra bagian anterior

2

Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai dari

meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra

Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis. Uretra

anterior terdiri dari :

1. Pars bulbosa

2. Pars pendularis

3. Fossa navikulare

4. Meatus uretra eksterna

Di dalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam

proses reproduksi, yaitu kelenjar cowperi berada di dalam diafragma urogenitalis, dan

bermuara di uretra pars bulbosa, serta kelenjar littre yaitu kelenjar parauretralis yang

bermuara di uretra pars pendularis.

. Uretra anterior ini berupa tabung yang lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga

kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif mudah.

2. Uretra bagian posterior

Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang dikelilingi kelenjar

prostat dinamakan uretra prostatika. Bagian selanjutnya adalah uretra membranasea, yang

memiliki panjang terpendek dari semua bagian uretra, sukar untuk dilatasi dan pada bagian

ini terdapat otot yang membentuk sfingter. Sfingter ini bersifat volunter sehingga kita dapat

menahan kemih dan berhenti pada waku berkemih. Uretra membranacea terdapat dibawah

dan dibelakang simpisis pubis, sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai uretra

membranasea.

B. DEFINISI

Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra yang disebabkan fibrosis pada dindingnya.

C. EPIDEMIOLOGI

3

Kejadian striktur uretra telah didokumentasikan sejak 600 SM. Menurut pendapat

ahli, pada abad ke – 19 sekitar 15 – 20% dewasa pernah mengalami striktur. Pada abad ke 21

ini diperkirakan di Inggris 16.000 pria dirawat karena striktur uretra dan lebih dari 12.000

dari mereka memerlukan operasi. Estimasi prevalensi di Inggris sendiri adalah 10/100.000

pada masa dewasa awal dan meningkat 20/100.000 pada umur 55 tahun sedangkan pada usia

65 tahun menjadi 40/100.000. Hal yang sama dilaporkan di Amerika Serikat.

Sebuah studi di Nigeria melaporkan pola striktur uretra. Dalam studi ini menyebutkan

delapan puluh empat pasien (83 laki-laki dan 1 perempuan) dengan striktur uretra dilihat

dalam sebuah periode dengan usia rata-rata 43,1 tahun. Trauma bertanggung jawab untuk 60

(72,3%) kasus, dengan kecelakaan lalu lintas sebanyak 29 orang (34,9%), dengan trauma

iatrogenik sebesar 17 (20,5%) dari semua kasus striktur uretra. Pemasangan kateter uretra

bertanggung jawab pada 13 pasien (76,5%) dari kasus iatrogenik. Uretritis purulen

bertanggung jawab untuk 22 (26,5%) kasus. Lima puluh (60,2%) kasus terletak di uretra

anterior sedangkan dua puluh tiga (39,8%) berada di posterior. Lima puluh tujuh pasien

dilakukan urethroplasty dengan kekambuhan 14% dan 8 pasien mengalami dilatasi uretra

dengan kekambuhan 50% pada 1 tahun.

D. ETIOLOGI (2,4)

Striktur uretra dapat terjadi pada:

1. Kelainan Kongenital,misalnya kongenital meatus stenosis, klep uretra posterior

2. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia

3. Trauma

Fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea, trauma tumpul

pada selangkangan (straddle injuries) yang mengenai uretra pars bulbosa, dapat

terjadi pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga

jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda pria, trauma langsung pada penis,

instrumentasi transuretra yang kurang hati-hati (iatrogenik) seperti pemasangan

kateter yang kasar, fiksasi kateter yang salah.

4

gambar 2: lokasi yang potensial terkena trauma saat pemasangan kateter

4. Post operasi

Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra,

seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.

5. Infeksi

Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti

infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non

gonorrhoika telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang

sudah jarang akibat pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars

membranasea, walaupun juga terdapat pada tempat lain; infeksi chlamidia sekarang

merupakan penyebab utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan

individu yang terinfeksi atau menggunakan kondom.

5

Tabel 1 : penyebab striktur berdasarkan lokasi

E. PATOFISIOLOGI(3,4)

Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa

pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri

dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan

berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular. Epitel kolumnar ini adalah epitel

yang rapuh, dan cenderung untuk robek saat terjadi distensi. Robekan tersebut akan membuat

lubang di epitel dan menyebabkan ekstravasasi urine saat berkemih yang akan memicu untuk

terbentuknya fibrosis subepitel. Pada penampakan mikroskopis tempat terjadinya robekan ini

akan menyatu dalam periode tahun untuk membentuk plak makroskopik.

Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga

terjadi striktur uretra.

Pada striktur uretra kandung

kencing harus berkontraksi lebih kuat, sesuai dengan hukum starling, dan apabila otot diberi

beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan melemah. Jadi

pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal dan akan terjadi trabekulasi pada

6

Gambar 4 : A: lipatan mukosa/ mucosal fold,

B : kontriksi iris/ iris contriction

C : fibrosis minimal

D: spongiofibrosis

E: inflamasi dan fibrosis pada corpus spongiosum

F: striktur dengan komplikasi fistel. Dapat terbentuk abses.

Gambar 3 : proses patologi striktur uretra(5)

fase compensasi, setelah itu pada fase decompensasi timbul sirkulasi dan vertikel menonjol di

luar buli-buli. Dengan demikian divertikel buli-buli adalah tonjolan mukosa keluar buli-buli

tanpa dinding otot. Residu urine Pada fase compensasi dimana otot buli-buli berkontraksi

makin kuat timbul residu. Pada fase dekompensasi akan timbul residu, residu adalah keadaan

dimana setelah kencing masihada urine dalam kandung kencing dalam keadaan normal residu

ini tidak ada. Refluks vesiku uretra Dalam keadaan normal pada saat b.a.k urine dikeluarkan

buli-buli melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesikel yang

meninggi maka akan terjadi refluks yaitu urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter

bahkan sampai ke ginjal. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal Dalam keadaan normal buli-

buli dalam keadaan stent. Salah satu cor tubuh mempertahankan buli-buli dengan perlu setiap

saat mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan

timbul residu, akibatnya maka buli-buli gampang terkena infeksi. Adanya kuman yang

berkembang biak di buli-buli akan timbul refluks, maka timbul pyelonefritis akut maupun

kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya. Inflitrat urine, abces dan

fistulla Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang maka timbul inhibisi urine

keluar buli-buli atau uretra proximal dari striktur urine yang terinfeksi keluar dari buli-buli

atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak diobati infiltrat urine akan

timbul meninggi abces, abces pecah pistel disuprapubis atau uretra proximal dari striktur.

7

Gg. rs nyaman:nyeri

Resiko infeksi

Kongenital Anomali saluran kemih yang lain

Di dapat Infeksi

Spasmus ototTekanan dari luar

tumor Cedera pereganganUretris Gonorhea

Jaringan parutpenyempitan lumen uretra

Kekuatan pancaranmelemah&jumlah urin berkurang

Total tersumbat

Obstruksi saluran kemih yg bermuara keVesikaUrinaria

refluks urin

Hidroureter

hidronefrosis

pyelonefritis

Gagal ginjal

Penurunan kontraksi otot VU

Penebalan dinding VU

kesulitan berkemih

Retensi urin

Peningkatan tekanan vesika urinaria

8

F. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga

tingkatan:

1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra

2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra

3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra

Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang

dikenal dengan spongiofibrosis.(4)

G. GEJALA KLINIS

Adanya obstruksi saluran kemih bawah akan memberikan sekumpulan gejala yang

populer diistilahkan sebagai LUTS (lower urinary tract symptoms). Patofisiologi LUTS di-

dasarkan atas 2 kelompok gejala, yaitu :

1. Voiding symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai akibat kegagalan buli untuk men-

geluarkan sebagian atau seluruh isi kandung kemih, antara lain: weakness of stream

(pancaran kencing melemah), abdominal straining (mengejan), hesitancy (menunggu

saat akan kencing), intermittency (kencing terputus-putus), disuria (nyeri saat kenc-

ing), incomplete emptying (kencing tidak tuntas), terminal dribble ( kencing menetes).

2. Storage symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai akibat gangguan pengisian kan-

dung kemih, bias karena iritasi atau karena perubahan kapasitas kandung kemih, an-

tara lain : frekuensi, urgensi, nocturia, incontinensia (paradoxal), nyeri suprasimfisis.

9

gambar 5 : derajat penyempitan striktur

3. Miction post symptom; yaitu gejala yang muncul pasca miksi, antara lain tidak

lampias, terminal dribbling, inkontinensia paradoks

Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan bercabang.

Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria, inkontinensia,

urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak, infiltrat, abses dan

fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urine.

H. PEMERIKSAAN(1,2,4)

1. Pemeriksaan Fisik

A. Anamnesa:

Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari penyebab

striktur uretra.

B. Pemeriksaan fisik dan lokal:

Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra,

infiltrat, abses atau fistula.

2. Pemeriksaan Penunjang

A. Laboratorium

- Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi

- Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

B. Uroflowmetri

Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin.

Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi.

Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25

ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan ada

obstruksi.

C. Radiologi

10

Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan

dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang

striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara

memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari

uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui sehingga penting

untuk perencanaan terapi atau operasi.

D. Instrumentasi

Pada pasien dengan

striktur uretra

dilakukan percobaan

dengan memasukkan

kateter Foley ukuran 24 ch,

apabila ada hambatan

dicoba dengan kateter dengan ukuran yang lebih kecil sampai dapat masuk ke buli-

buli. Apabila dengan kateter ukuran kecil dapat masuk menandakan adanya

penyempitan lumen uretra.

E. Uretroskopi

Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan

adanya striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong

jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse.

I. DIAGNOSIS

Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti

striktur uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang striktur serta

derajat penyempitan dari lumen uretra.

11

Gambar 6 : Hasil pemeriksaan urethrogram. Tampak adanya striktur pada uretra bulbar sepanjang 4 cm

J. DIAGNOSIS BANDING(1)

1. Benign Prostat Hipertrofi (BPH)

Pada pasien yang mengalami BPH biasanya memiliki gejala yang mirip

dengan striktur uretra yaitu : penderita harus mengejan saat berkemih, miksi yang

terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi yang menjadi lemah, dan perasaan

tidak puas sehabis berkemih. Selain itu pada pasien BPH bisa juga disertai gejala

iritasi seperti frekuensi miksi yang meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan dan

disuria. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan pembesaran prostat, pendataran

sulcus mediana dan pool atas sulit diraba.

2. Carcinoma prostat

Carcinoma Prostat pada tahap awal biasanya tidak ditemukan gejala yang

khas. Karena pada stadium permulaan karsinoma prostat biasanya tidak memberikan

gejala tau tanda klinis, kebanyakan penderita baru datangpada stadium lanjut dengan

keluhan obstruktsi atau tanda metastasis ke tulang atau organ lain. Pada pemeriksaan

colok dubur, biasanya ditemukan kelainan konsistensi yaitu prostat yang keras, nodul,

dan asimetri. Sedangkan diagnosa pasti untuk carcinoma prostat adalah dengan

pemeriksaan patologi anatomi

K. PENATALAKSANAAN(2,4)

Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun. Pasien yang

datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk mengeluarkan

urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotika. Pengobatan

striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang dan lokasi dari striktur, serta

derajat penyempitan lumen uretra.

Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah:

1. Bougie (Dilatasi)

Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa adanya

glukosa dan protein dalam urin.

Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok merupakan satu batang logam yang

ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang juga terbuat dari logam,

mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit melengkung; bougie filiformis

mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak.

12

Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan dengan

antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan

cermat dan persiapkan kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam

uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah duk lubang untuk

mengisolasi penis.

Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie

filiformis; biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie filiformis lain

sampai bougie dapat melewati striktur tersebut (Gbr.7A-D). Kemudian lanjutkan dengan

dilatasi menggunakan bougie lurus (Gbr.7E).

Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau lurus

ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya.

Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar

tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya

menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang bertugas di pusat

kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk memasukkan bougie. Penyulit dapat

mencakup trauma dengan perdarahan dan bahkan dengan pembentukan jalan yang salah

(false passage). Perkecil kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic

dengan tindakan asepsis dan dengan penggunaan antibiotik.

Gambar 7: Dilatasi uretra dengan Bougie.Dilatasi uretra pada pasien pria. Melakukan

dilatasi pada striktur tidak teratur dengan menggunakan bougie filiformis (A,B), begitu

bougie filiformis berjalan melewati striktur (C,D), dilatasi progresif dapat dimulai (E)

13

Gambar 8: Dilatasi uretra pada pasien pria (lanjutan). Bougie lurus dan bougie

bengkok (F); dilatasi strikur anterior dengan sebuah bougie lurus (G); dilatasi dengan

sebuah bougie bengkok (H-J).

2. Uretrotomi interna

Teknik bedah dengan derajat invasive minim, dimana dilakukan tindakan insisi pada

jaringan radang untuk membuka striktur. Insisi menggunakan pisau otis atau sasche. Otis

dikerjakan jika belum terjadi striktur total, sedangkan pada striktur lebih berat pemotongan

dikerjakan secara visual menggunakan kamera fiberoptik dengan pisau sasche.

Tujuan uretrotomi interna adalah membuat jaringan epitel uretra yang tumbuh kembali

di tempat yang sbelumnya terdapat jaringan parut. Jika tejadi proses epitelisasi sebelum

kontraksi luka menyempitkan lumen, uretrotomi interna dikatakan berhasil. Namun jika

kontraksi luka lebih dulu terjadi dari epitelisasi jaringan, maka striktur akan muncul kembali.

Angka kesuksesan jangka pendek terapi ini cukup tinggi, namun dalam 5 tahun angka

kekambuhannya mencapai 80%.(7)

14

Selain timbulnya striktur baru, komplikasi uretrotomi interna adalah pendarahan yang

berkaitan dengan ereksi, sesaat setelah prosedur dikerjakan, sepsis, inkontinensia urine, dan

disfungsi ereksi.(8)

Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian distal dari

pendulans uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada wanita dengan

striktur uretra.

Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur uretra

anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm

serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan. Setelah pasien

dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali

selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali seumur hidup.

Setiap kontrol dilakukan pemeriksaan pancaran urin yang langsung dilihat oleh dokter,

atau dengan rekaman uroflometri, bila pancaran urinnya <10 ml/det dilakukan bouginasi.

Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, sering kali pasien harus menjalani beberapa

tindakan, antara lain :

a. Dilatasi berkala dengan busi

b. Kateterisasi bersih mandiri berkala ( KBMB ) atau CIC ( clean intermitten

catetherization ) yaitu pasien dianjurkan untuk melakukan kateterisasi secara periodik

pada waktu tertentu dengan kateter yang bersih ( tidak perlu steril ) guna mencegah

timbulnya kekambuhan striktur.

3. Uretrotomi eksterna

Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian dilakukan

anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini tidak dapat

dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm.

Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan fibrotik.

Stadium I, daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit

jaringan sehat di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi. Mukosa

uretra dijahit ke penis pendulans dan dipasang kateter selama 5-7 hari.

Stadium II, beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak,

dilakukan pembuatan uretra baru.

15

4. Uretroplasti

Uretroplasty dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau

dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi Sachse. Operasi

uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya setelah daerah striktur di eksisi, uretra

diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau pedikel graft yaitu

dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis dengan menyertakan pembuluh

darahnya.

Uretroplasti merupakan standar dalam penanganan striktur uretra, namun masih jarang

dikerjakan karena tidak banyak ahli medis yang menguasai teknik bedah ini. Sebuah studi

memperlihatkan bahwa uretroplasti dipertimbangkan sebagai teknik bedah dengan tingkat

invasif minimal dan lebih efisien daripada uretrotomi.(8)Uretroplasti adalah rekonstruksi uretra

terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis. Ada dua jenis uretroplasti yaitu uretroplasti

anastomosis dan substitusi. Uretroplasti anastomosis dilakukan dengan eksisi bagian striktur

kemudian uretra diperbaiki dengan mencangkok jaringan atau flap dari jaringan sekitar.

Teknik ini sangat tepat untuk striktur uretra pars bulbosa dengan panjang

striktur 1-2 cm. Uretroplasti substitusi adalah mencangkok jaringan striktur yang dibedah

dengan jaringan mukosa bibir, mukosa kelamin, atau preputium. Ini dilakukan dengan graft,

yaitu pemindahan organ atau jaringan ke bagian tubuh lain, dimana sangat bergantung dari

suplai darah pasien untuk dapat bertahan.

Proses graft terdiri dari dua tahap, yaitu imbibisi dan inoskulasi. Imbibisi adalah tahap absorsi

nutrisi dari pembuluh darah paien dalam 48 jam pertama. Setelah itu diikuti tahap inoskulasi

dimana terjadi vaskularisasi graft oleh pembuluh darah dan limfe. Jenis jaringan yang bisa

digunakan adalah buccal mucosal graft, full thickness skin graft, bladder epithelial graft, dan

rectal mucosal graft. Dari semua graft diatas yang paling disukai adalah buccal mucosal graft

atau jaringan mukosa bibir, karena jaringan tersebut memiliki epitel tebal elastis, resisten

terhadp infeksi, dan banyak terdapat pembuluh darah lamina propria. Tempat asal dari graft

ini juga cepat sembuh dan jarang mengalami komplikasi.(8)

Angka kesuksesan sangat tinggi mencapai 87%. Namun infeksi saluran kemih,

fistula uretrokutan, dan chordee bisa terjadi sebagai komplikasi pasca operasi.

Karena rentannya kekambuhan dan komplikasi pasca operasi, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan para ahli medis agar operasi berjalan baik. Pertama saat pre-operasi kita

perkirakan panjang striktur dan derajat fibrosis yang terjadi. Gunakan pemeriksaan radiologi

16

seperti yang disebutkan di atas. Analisis urine dan kultur harus dikerjakan sebelum operasi,

karena urine harus steril saat kita melakukan intervensi, untuk mencegah infeksi. Riwayat

seksual pasien juga harus ditanyakan. Saat operasi, menjaga sfingter dan inervasinya dengan

cara memotong jaringan konektif antara sfingter dan uretra berguna dalam mencegah

kontinesia dan gangguan ereksi pasca operasi. Eksisi seluruh jaringan parut, mencegah

mobilisasi uretra yang berlebih, dan drainase urine sebelum operasi adalah hal-hal penting

yang harus diperhatikan untuk meningkatkan angka kesuksesan terapi.(9)

Antibiotik diberikan pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi saluran kemih dan

jenisnya diberikan sesuai dengan hasil tes kepekaan. Jika hasil kepekaan steril, maka dapat

diberikan antibiotik profilaksis seperti ampicillin atau cephalosporin.

L. KOMPLIKASI

A. Trabekulasi, sakulasi dan divertikel

Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot kalau

diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan melemah.

Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal terjadi trabekulasi pada fase

kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi dan divertikel. Perbedaan

antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih di dalam

otot buli sedangkan divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi divertikel buli-buli adalah

tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.

B. Residu urine

17

Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak timbul residu.

Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan dimana setelah

kencing masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini tidak ada.

C. Refluks vesiko ureteral

Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli melalui

uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka akan

terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter

bahkan sampai ginjal.

D. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal

Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh

mempertahankan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat

mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan

timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah terkena infeksi.Adanya kuman yang

berkembang biak di buli-buli dan timbul refluks, maka akan timbul pyelonefritis akut

maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.

E. Infiltrat urine, abses dan fistulasi

Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa timbul

inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine yang terinfeksi keluar

dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak diobati infiltrat

urine akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di supra pubis atau uretra proksimal dari

striktur.

M. PENCEGAHAN(4,6)

- Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis

- Tindakan transuretra dengan hati-hati, seperti pada pemasangan kateter

- Menghindari kontak langsung dengan penderita yang terinfeksi penyakit menular

seksual seperti gonorrhea, dengan jalan setia pada satu pasangan dan memakai

kondom

18

- Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti infeksi dan

gagal ginjal

N. PROGNOSIS

Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani

pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah dilakukan

observasi selama satu tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.

O. STRIKTUR URETRA PADA WANITA

Etiologi striktur pada wanita berbeda dengan laki-laki, etiologi striktura uretra pada

wanita radang kronis. Biasanya di derita wanita usia diatas 40 tahun dengan sindroma sistitis

berulang yaitu disuria, frekuensi dan urgensi.

Diagnosis striktur uretra dibuat dengan bougie aboul’e, tanda khas dari pemeriksaan

bougie aboul’e adalah pada waktu dilepas terdapat flik/hambatan.

Pengobatan dari striktura uretra pada wanita dengan dilatasi, kalo gagal dengan otis

uretrotomi.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Striktur Uretra, dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah

Ed. Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996. Hal; 1018-1019.

2. Cook J, Sankaran B, Wasunna A.E.O. Uretra Pria, dalam: Penatalaksanaan

Bedah Umum di Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995.

Hal;165-166.

3. Rochani. Striktur Urethra, dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian

Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa Aksara,

Jakarta, 1995. Hal; 152-156.

4. Purnomo Basuki B. Striktura uretra, dalam: Dasar-dasar UROLOGI. Ed 2. CV.

Sagung, Jakarta, 2003. Hal; 153-156.

5. Mundy,Anthony. And Andrich, Daniela E. Urethral strictures. BJU

international. 2010;107, 6 -26

6. Scott M. Gilbert, M.D., Department of Urology, Columbia-Presbyterian

Medical Center, New York. Urethral Stricture.

http://www.medlineplus.com/medicalencyclopedia.html

7. Shet Vasant. Stricture uretra. Department of Urology. Bellary. Available at

http://www.kua.in/stricture_urethra.pdf . Accessed on 3 january 2014

8.Barbagli Guido, Lazerri Masimo. Surgical treatment of anterior urethral stricture

disease: brief overview. International Braz J Urol. 2007; 33. P. 461-469

9. Kotb A. Fouad. Post-traumatic posterior urethral stricture: clinical consideration .

Turkish Journal of Urology. 2010; 36. P. 182-189.

20

21

22