14.dkk.05.1 mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) (bahan ajar)
TRANSCRIPT
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 1
MATERI 14.DKK.05.1
MENDESKRIPSIKAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)
A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita perhatian berbagai
organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat
ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut
mempunyai tingkat kepentingan yang sama besarnya walaupun disana sini memang terjadi
perubahan perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun factor lain yang masuk unsure
eksternal industry.
Philosophy K3 adalah upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.
Berdasarkan definisi, keselamatan berarti suatu keadaan dimana seseorang terbebas dari peristiwa
celaka dan nyaris celaka. Sedangkan kesehatan memiliki arti tidak hanya terbebas dari penyakit
namun juga sehat atau sejahtera secara fisik, mental serta sosial. Jadi Keselamatan dan kesehatan
kerja adalah seseorang terbebas dari celaka dan nyaris celaka dimanapun dia berada dan sehat
secara rohani, jasmani maupun dilingkungan sosial.
Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditempat kerja adalah:
1. Menciptakan sistem kerja yang aman
2. Menjamin tercapainyan kesejahteraan pada pekerja, properti dan lingkungan dalam
melaksanakan pekerjaan.
B. Hazard
Hazard/bahaya adalah suatu bahan/kondisi yang berpotensi menimbulkan
kerusakan/kerugian. Pada dasarnya hazard selamanya akan menjadi hazard, walaupun tidak
menimbulkan kerugian konsekuensi pada manusia.
Kerugian/konsekuensi baru muncul setelah adanya kontak pada manusia, melalui beberapa
cara:
1. Manusia yang menghampiri bahaya
2. Bahaya yang menghampiri manusia
3. Manusia dan bahaya saling menghampiri.
C. Resiko
Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya dampak/konsekuensi pada kelompok/individu
yang terpapar dengan hazard. Untuk mengelola resiko perlu adanya suatu manajmen resiko (risk
management). Tujuan dari manajemen resiko adalah menimisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang.
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 2
D. Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
ditetapkan untuk :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatakan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain
yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat pelindung diri (APD) pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca sinar atau radiasi, suara dan getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat bekerja, baik fisik amupun psikis,
keracunan, infeksi dan penularan
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelenggarakan udara yang cukup
11. Menyelengarakan suhu dan lembab udara yang baik
12. Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang
15. Mengamankan dan menyelenggarakan segala jenis bangunan
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18. Menyesuaikan dan mempergunakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
E. Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Falsafahnya
1. Sejarah K3
Keselamatan dan kesehatan kerja atau dalam bahasa inggrisnya “Work and Health Safety”
mempunyai fungsi mencegah kecelakaan dan menjamin kesehatan ditempat tenaga kerja melakukan
pekerjaan. Tidak seorangpun didunia ini yang ingin mengalami kecelakaan. Karena itu K3 bersifat
umum dan ditujukan untuk keselamatan dan kesehatan seluruh umat manusia. Hal ini terbukti
dengan diadakannya International conference di Roma pada tahun 1955 yang diikuti oleh 27
negara, di kota Brussel, Belgia. Pada tahun 1958 yang diikuti 0leh 51 negara , di Paris tahun 1961
dan yang keempat dilaksanakan di London Inggris.
Semenjak manusia bekerja mulai dari zaman purbakala untuk keperluan hidup sehari-hari
banyak yang telah mengalami cedera, luka dan sebagainya. Pengalaman demikian membuat mereka
mencari jalan dan cara mencegah agar kecelakaan tidak terjadi. Masyarakat yang semula primitive
lambat laun berkembang dan muali mengenal cara kerja untuk menghasilakan sesuatu yang dapat
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 3
dipasarkan. Selama pekerjaan masih dikerjakan dengan tangan dan merupakan industry rumah yang
bersifat peroranga, pencegahan kecelakaan tidak begitu sulit diatasi. Ia hanya memperbaikai alat-
alat dan cara kerjanya saja. Sifat-sifat yang demikian segera berobah sejak timbulnya Revolusi
Industri. Hukum-hukum alam yang semula tidak disadari kini muali tersingkap dan dipelajari
dengan seksama sehingga lahir ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dengan praktis. Sejak itu
industrei tumbuh dengan pesat, beraneka ragam dan serba rumit. Yang semula merupakan usha
manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan industry kecil seperti menenun pakian dengan
tangan, maka dengan penemuan-penemuan baru yang dimuali abad ke-18 dibangunalah pabrik-
pabrik tekstil raksasa. Penemuan yang satu selalu disusul dengan penemua-penemuan yang baru
sehingga alat tangan sebagian besar berubah menjadi alat-alat mesin dan komputer. Siklus ini selalu
berjalan dan berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai
saat sekarang dan akan berlansung sepanjang manusia masih ada. Karena pada prinsipnya manusia
ingin bekerja praktis, cepat, selamat, sehat dan tidak banyak menangung resiko terhadap keutuhan
anggota badannya, sehingga ia akan selalu berusaha mengembangkan ilmu dan teknologinya untuk
mencapainya.
Jika kita ingat bahwa umat manusia semenjak dititahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa selalu
menginginkan berada dalam keadaan selamat, sehat serta bahagia, dan selalu berikhtiar agar
jasmani dan rohaniah tetap dalam keadaan utuh, berfungsi baik dan berkembang, maka problema
keselamatan dan kesehatan kerja yang penting bagi kehidupan manusia tidak akan terhapus dan
terus berkembang mengikuti jejak kemajuan teknik dan teknologi. Oleh seba itu dibuatlah
peraturan-peraturan mengenai berbagai jenis keselamatan kerja seperti:
a. Keselamatan Kerja dalam Industri (Industrial Safety)
b. Keselamatan Kerja di Pertambangan (Mining Sefety)
c. Keselamatan Kerja dalam Bangunan (Building and Construction Safety)
d. Keselamatan Kerja Lalu Lintas (Traffic Safety)
e. Keselamatan Kerja Penerbangan (Flight Safety)
f. Keselamatan Kerja Kereta Api (Railway Safety)
g. Keselamatan Kerja di Rumah (Home Safety)
h. Keselamatan Kerja di Kantor (Office Safety)
2. Falsafah K3
Arti dan tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Menjamin Keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju
pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya. Pendek dan jelas
perumusan falsafah ini dan senantiasa dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari setiap usaha
keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam fasafah tercakup pandangan serta pemikiran filosofis,
sosial-teknis dan sosial ekonomis.
Keselamtan dan kesehatan kerja mempunyai sasaran terperinci sebagai berikut :
a. Mencegah terjadinya kecelakaan
b. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 4
c. Mencegah/mengurangi kematian
d. Mencegah/mengurangi cacad tetep
e. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan-bangunan, alat-alat
kerja, mesin-medin, instalasi-instalasi dan sebagainya
f. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan
produktifnya
g. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat kerja dan sumber-sumber produksi lain-
lainnya sewaktu kerja dan lain sebagainya
h. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, aman dan nyaman sehingga dapat menimbulkan
kegembiraan semangat kerja
i. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri serta pembangunan.
Kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup (Standard of Living) dan kesejahteraan umat
manusia.
Di Indonesia setelah terbentuknya Negara Kesatuan Repuplik Indonesia, maka pada
tangagal 6 Oktober 1950 dibentuk Kementerian Perburuhan, Sejak itu Negara Kesatuan Republik
Indonesia berkedudukan di Jakerta dan mengalami perubahan dan perkembangan. Pada tanggal 10
Oktober 1950 debentuk Jawatan Pengawasan Keselamatan Kerja yang terdiri dari kantor pusat dan
kantor daerah. Pada tanggal 1 Juli 1954 Jawatan Keselamatan Kerja digabungkan menjadi satu yaitu
Jawatan Pengawasan Perburuhan. Beberapa tahun kedua jawatan ini tidak menguntungkan dan
jalannya kurang lancar karena soal psikologis dan teknis penggambungan. Maka pada tanggal 1
Januari 1959 dengan peraturan Menteri Perburuhan tanggal 19 Desember 1958 no. 24 tahun 1958
diadakan perubahan terhadap peraturan Menteri Perburuhan tanggal 3 Mei 1954 no. 70 tahun 1954
dan dibentuk Jawatan Keselamatan Kerja dengan bentuk dan kedudukan seperti sekarang ini,
terpish dari Jawtan Pengawasan Perburuhan.
Yang dimaksud dengan tenaga kerja menurut Undang-undang tanggal 19 Nopember 1969
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau
barang untuk memenuhi kebutuhan masyarat. Arti Tenaga Karja disini sangatlah luas, meliputi
semua pejabat Negara seperti Presiden, Ketua MPR, DPA, DPR, Kopelisian, semua pengusaha,
Buruh, pekerja dan sebagainya.
Sedangkan tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk suatu
keperluan atau suatu usha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya termasuk
tempat kerja semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
F. Landasan Hukum
Ada tiga alasan yang menyebabkan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yaitu:
1. Keselamatan adalah Hak Asasai Manusia (HAM)
2. HAM dilindungi oleh peraturan perundang-undangan
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 5
3. Efisiensi atau mengurangi kerugian akibat kecelakaan kerja
Untuk menjamin perlindungan pekerja atas keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja,
maka pemerintah mengatur pelaksanaanya dalam undang-undang:
1. Undang-undang No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengenai
Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
2. Undang-undang No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga
Kerja (lembaran Negara No. 55 Tahun 1969)
3. Undang-undang No. 1 Tahu 1970 Tentang Keselamatan Keselamatan Kerja (lemberana
Negara No. 1 Tahun 1970)
4. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. Undang-undang No. 23 Tahun1992 Tentang Kesehata Kesehatan
6. Undang-undang RI No. 25 Tahun 1991 Tentang Ketenaga Kerjaan
7. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan
Kerja
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.01/Men/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Konstruksi Bangunan.
9. Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3)
10. Keputusan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja nomor Kep.
174.Men/1986 bersama 104/KPTS/1986 Tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
11. Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (pasal
30)
12. Standar K3 Internasional:
a. Konvensi ILO No. 167 Tahun 1988, Tentang Safety and Health in Construction
b. Rekomendasi ILO No. 175 Tahun 1988, Tentang Safty and Health inConstruktion
c. ILO/OSH june 2001, Tentang Guidelines Onoccupational Safety and Health Managemant
Systems (OSHMS)
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan meteri Tenaga Kerja Tahun 1986,
memetapkan berlakunya Buku Pedoman Pelaksanaan Tentang Keselamatan dan Keshatan Kerja
Pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Persyaratan administrasi dan teknis K3 telah dirumuskan dalam
buku pedoman tersebut. Pihak-pihak yang terlibat pada penyelenggaraan konstruksi perlu
memahaminya dan membudayakannya.
Pokok-pokok yang diatur dalam buku pedoman adalah:
1. Penyusunan Administrasi
a. Ruang lingkup berlakunya peraturan
b. Kewajiban umum
c. Organisasi keselamtan dan kesehatan kerja
d. Laporan kecelakaan
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 6
e. Keselamatan dan Kesehatan dan pertolongan pertama pada kecelakaan.
2. Persyaratan Teknis
Pintu masuk/keluar, lampu/penerangan, ventilasi, kebersihan, pencegahan terhadap
kebakaran/perlindungan terhadap benda-benda jatuh dan bagian bangunan yang rubuh, tarli
pengaman, kebisingan dan getaran (vibrasi), dan sebagainya
3. Persyaratan/Ketentuan lain-Lain
Ketentuan teknis mengenai perancah, tangga peralatan pengangkat, tali, rantai, permesinan,
peralatan, pekerjaan bawah tanah, pengalian-pengalian, pemancangan, pengerjaan beton,
pembongkaran.
G. Organisasi K3
Untuk menjamin pekerja agar sehat, selamat dan sejahtera serta mendapatkan kepuasan
kerja, maka perusahaan perlu membentuk organisasi K3. Dibeberapa perusahaan organisasi ini
dinamakan Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupupational Health an Safety/OHS),
bagian keselamatan dan kesehatan kerja (OHS) atau bahkan digabungakan dengan kesehatan
lingkungan menjadi bagian keselamatan, Kesehatan dan Lingkunagn (Safety Health and
Evironment/SHE). Organisasi ini biasanya ada dibawah pengawasan Departeman Sumber Daya
Manusia atau Departeman Produksi.
Depnakertrans sendiri mensyaratkan dibentuknya Panitia Pembinaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) yang anggotanya terdiri dari 50% wakil manajmen dan 50% wakil pekerja.
Organisasi ini berfungsi menangani masalah dibidang K3, memuat kebijakan atau prosedur kerja
yang berguna dalam melindungi keselamatan dan kesehatan kerja.
Dibidang jasa Konstruksi sendiri pelaksanakan dilakukan dengan :
1. Menganjurkan kontraktor kualifikasi besar wajib membentuk unit K3 pada kantor pusat
perusahaannya dan harus dipimpin oleh orang yang telah mempunyai sertifikat
2. Membenahi ketentuan pelaksanaan pada proyek konstruksi yakni:
a. Setiap proyek dikerjakan oleh kontraktor kualifikasi besar harus mengangkat satu orang
yang khusus mengamati keselamtan dan kesehatan kerja dan orang tersebut dinamakan
“Safety Construction Engeneer” dan petugas ini pada dasarnya harus mempunyai
sertifikat.
b. Demikian pula pada proyek konstruksi tersebut, pemilik proyek harus mengangkat pula
seorang yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja dan dinamakan “Safety
Construction Officer”.
H. Manajemen K3
Dalam menciptakan tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas dibutuhkan suatu
sistem manajemen yang khusus mengatur K3, bertujuan untuk:
1. Sebagai alat untuk mencapaiderajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh,
petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 7
2. Sebagai upaya pembebasan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat
kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, dan gizi tenaga kerja, perawatan dan
mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja
dan pelipat ganda kegairahan serta kenikmatan kerja.
Manajmen memiliki kewenangan dalam mengontrol setiap aktivitas kerja. Namun sering
kali aktivitas tersebut tidak terkontrol dengan baik disebabkan karena :
1. Manajemen K3 yang kurang terencana dengan baik
2. Kurang tepat atau kurang mendalamnya perencanaan
3. Pelaksanaan stsndar yang tidak tepat
Oleh karena adanya kelemah-kelemahan perncanaan manajmen K3 pada suatu proyek,
maka perencanaan Manajmen K3 minimal harus meliputi:
1. Kepemimpinan dan administrasinya
2. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terpadu
3. Pengawasan
4. Analisis pekerjaan dan procedural
5. Penelitian dan analisis pekerjaan
6. Latihan bagi tenaga kerja
7. Pelayanan kesehatan kerja
8. Penyediaan alat perlindungan diri
9. Peningkatan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
10. Sistem pemeriksaan dan pendataan.
I. Kasus-Kasus Kecelakaan Kerja
Berbagai kejadian/kasus yang terjadi dilingkungan pekerjaan ynang selalu mengintai dan
mengikuti setiap pekerja. Oleh karena itu penerapan prosedur K3 dimanapun manusia/tenaga kerja
melakukan aktifitas selalu harus diterapkan, kalau tenaga kerja bersangkutan tidak ingin
mendapatkan resiko tentang kecelakaan kerja.
Kasus-kasus selama ini yang telah terjadi pada seluruh sektor kegiatan tenaga kerja dan
biaya/santunan yang harus dibayarkan dapat disampaikan sebagai berikut:
Tabel Kasus Semua Sektor Kerja Periode Tahun 2002 s.d. 14 Januari 2005
Total Kasus 305.068 Jumlah
Kasus
Pembayaran
Santunan
(Rp.)
Akibat Kecelakaan
Cacat Fungsi 305.068 50 Miliyar
Cacat
Sebagian
20.178 231.2 Miliyar
Cacat Total 551 7.75 Miliyar
Meninggal 5.387 159 Miliyar
Sembuh 269.835 5 Miliyar
Uang Kuburan 5 Miliyar
Santunan Berkala 1.49 Miliyar
Penganti Biaya (Trasportasi, Obat, Rawat Inap, 242.7 Miliyar
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 8
Jasa Dokter, dll)
T o t a l Ja m i n a n 541 Miliyar
Sumber PT. Jamsostek (Persero) Pusat-diolah
Kasus-kasus selama ini yang telah terjadi pada sektor jasa konstruksi dan biaya/santunan yang harus
dibayarkan dapat disampaikan sebagai berikut:
Tabel Kasus Sektor Jasa Konstruksi Periode Tahun 2002 s.d. 14 Januari 2005
Total Kasus 9.316 Jumlah
Kasus
Pembayaran
Santunan
(Rp.)
Akibat Kecelakaan
Cacat Fungsi 6.436 14.3 Miliyar
Cacat
Sebagian
2.908 15.95 Miliyar
Cacat Total 175.769 9.95 Miliyar
Meninggal 1.7.18 2.47 Miliyar
Sembuh 86.077 50.68 Miliyar
Uang Kuburan 1.59 Miliyar
Santunan Berkala 0.3 Miliyar
Penganti Biaya (Trasportasi, Obat, Rawat Inap, Jasa
Dokter, dll)
77.42 Miliyar
T o t a l Ja m i n a n 172.5 Miliyar
Sumber PT. Jamsostek (Persero) Pusat-diolah
Memperhatikan kedua tabel di atas, bahwa angka kecelakaan kerja pada semua sektor pekerja
sangat tinggi dan mengakibatkan kerugian/pengeluaran dana yang sangat tinggi.
J. Penyebab Kecelakaan Kerja
Penyebab kecelakaan tentu ada sebabnya, penyebab kecelakaan digolongkan dalam dua
kelompok besar yaitu kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia, faktor konstruksi, peralatan
dan lingkungan.
1. Faktor Manusia
Bahaya kecelakaan umumnya disebabkan oleh manusia itu sendiri, antara lain karena
kurangnya pengertian mengenai K3, kurangnya disipelin teknik serta kondisi mental pekerja,
misalnya :
a. Emosional
b. Kejenuhan
c. dan lain-lain
2. Faktor Konstruksi, Peralatan dan Lingkungan
Bahaya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor konstruksi, peralatan dan lingkungan,
antara lain disebabkan oleh :
a. Tidak adanya perencanaan K3
b. Kurangnya pengamanan
c. Penggunaan/pengoperasian peralatan yang tidak benar/tidak sesuai
d. Kegagalan konstruksi
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 9
e. Keadaan lingkungan yang tidak baik misalnya lapangan atau tempat kerja licin, gelap atau
ruangan pengap, dll.
Berdasarkan data dari organisasi buruh dunia (ILO), sebab dari kecelakaan kerja yaitu :
1. Tindakan tidak aman (80%)
Bisa berasal dari tingkah laku/sikap yang tidak aman, kelelehan, kurangnya
pengetahuan/keterampilan, cacat tubuh yang tidak terlihat.
2. Kondisi yang tidak aman (20%)
Bila berasal dari peralatan, lingkungan proses, metode kebijakan perusahaan.
Sebagaimana yang telah dipaparkan, ada beberapa kecelakaan kerja yang paling sering
terjadi pada pekerjaan konstruksi. Kecelakaan kerja tersebut disebabkan :
1. Kecelakaan Karena Pengangkutan Alat Yang Bergerak dan Lalu Lintas (30%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan:
a. Penempatan bahan dan peeralatan yang kurang baik
b. Disipelin yang kurang dari operator dalam nengangkut barang dan alat
c. Pengoperasian alat oleh tenaga yang belum terampil
d. Terlalu banyaknya muatan
e. Tidak ada atau kurang memadainya rambu/tanda lalu lintas atau pengaman.
2. Kecelakaan Kejatuhan Benda (29%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh :
a. Kurang baik atau tidak tepatnya pemasangan dan penggunaan bahan atau alat kerja
b. Tidak tepatnya pengamanan terhadap benda-bend yang jatuh
c. Mengangakat alat atau bahan ketempat yang tinggi secara tidak benar, terlalu banyak atau
terlalu berat.
d. Tidak mengenakan topi pelindung/helm kepala
3. Kecelakaan Karena Tergelincir, Terpukul, Karena Benda Tajam.Keras (26 %)
Kecelakaan ini karena disebabkan :
a. Jalan yang dilalui terlalu licin, berdiri atau berjalan pada tempat yang tidak seharusnya dilalui
b. Terkena benda tajam karena membiarkan pakunya tidak dimatikan/benanamkan
c. Kecelakaan karena terpukul akibat kelalaian sendiri.
4. Kecelakaan Karena Jatuh dari Tempat yang Tinggi (10%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh :
a. Bekerja pada ketinggian tanpa pengaman yang cukup
b. Pekerjaan diding/turap yang banyak menggunakan perancah
c. Tenaga yang tidak kokoh
d. Jatuh dari lubang
e. Peralatan kerja yang tidak nutuh.
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 10
5. Kecelakaan Karena Terkena Aliran Listrik (5%)
Kecelakaan ini banyak disebabkan oleh :
a. Pekerja menyentuh kabel listrik atau panel yang rusak
b. Terjadi kebakaran diproyek. Kebakaran inji dimungkinkan karena terjadi arus pendek, bahan
kimia yang peka bergesekan/panas tidak ditempatkan yang semestinya sesuai petunjuk
pabriknya.
c. Kurangnya pengaman seperti lingkungan kerja yang tidak rapid an kesalahan penempatan
bahan-bahan yang memiliki kepekaan yang tinggi menyebabkan terjadinya ledakan.
Dari data statistik kecelakaan kerja di atas kemudian dilakukan analisis yang digolongkan
dalam 2 bagian yaitu :
1. Menyangkut Kondisi Kerja
a. Peralatan yang tidak sempurna
b. Penerangan yang tidak sempurna
c. Ventilasi tidak sempurna
d. Tekanan udara tidak aman
e. Getaran berbahaya
f. Bising
g. Pengamanan tidak sempurna
h. Perlengkapan tidak aman
i. Iklim kerja tidak aman
j. Dan lain-lain
2. Menyangkut Proses Kecelakaan Terjadi adalah sebagai berikut:
a. Terbentur
b. Terpukul atau tertimpa
c. Terperangkap
d. Terjatuh (pada level yang sama)
e. Jatuh (dari tempat tertentu)
f. Tergelincir
g. Terkampar
h. Mengisap bahan berbahaya
i. Tersentuh listrik
j. Tenggelam
k. Tertimbun
l. Tergigit
m. Dan lain-lain
Akibat dari kecelakaan kerja yang telah terjadi maka korban dapat digolongkan beberapa
kategori yaitu:
1. Meninggal, luka berat dan sedang
2. Luka ringan
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 11
3. Semantara tidak dapat bekerja (STMB), dalam arti kehilangan jam kerja dierhitungan, yaitu 2
hari atau lebih.
4. Cacat permanen dan cacat sementara.
Kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dihitung dalam beberapa aspek seperti :
a. Korban manusia
b. Biaya pengobatan dan rehabilitasi
c. Jam kerja hilang
d. Penggunaan peralatan tidak maksimal
e. Penurunan rehabilitasi perusahaan.
Akibat lain dari kecelkaan kerja yang seyogianya dapat dihindari dan perlu dicatat adalah
penurunan nialai asset, penurunan produksi, kerusakan lingkungan dan ketidaknyamanan
masyarakat karena gangguan terhadap proses produksi.
K. Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Penyebab penyakit akibat kerja berasal dari berbagai hal antar alain penyebab factor fisik,
kimia, biologis, mental-psikologis dan fisologi.
1. Faktor Fisik
a. Suara bising atau gaduh yang dapat menyebabkan ganguan pendengaran
b. Suhu yang tinggi atau terlalu rendah
c. Getaran yang mampu mengganggu sirkulasi darah dan saraf (sindrom vibrasi, ray naund
phenomena dan lain-lain)
d. Penerangan yang kurang atau terlalu kuat, sinar infra merah yang dapat merusak mata, sinar
ultra violet yang dapat menimbulkan peradangan
e. Radiasi sinar radio aktif dapat menyebabkan sakit tumor atau kanker.
2. Faktor Kimia
a. Gas yang berbahya seperti aminiak, Co, H2S
b. Uap logam yang dapat menimbulkan penyakit kulit
c. Semen menimbulkan sakit kulit
d. Cat dapat menimbulkan sakit dada
e. Debu dapat menimbulkan sakit paru atau asma.
3. Faktor Biologis
a. Cacing, serangga
b. Bakteri, Virus
c. Jamur menimbulkan penyakit kulit/panu
d. Getah, tumbuhan menyebabkan penyakit kulit.
4. Faktor Mental Psikologis
a. Ketegangan kerja karena pekerjaan yang tidak sesuai bakat/pendidikan
b. Stress akibat beben kerja atau tanggung jawab yang terlalu berat
c. Tidak mampu bekerja sama dengan teman sekerja.
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 12
5. Faktor Fisologi
a. Mengangkat barang yang terlalu berat
b. Cara kerja yang tidak benar
c. Kelelahan fisik karena kesalahan konstruksi/mesin/peralatan
d. Kerja dengan berdiri terus-menerus mengakibatkan varises.
Berikut ini contoh penyakit akibat kerja:
1. Pengemudi traktor, Road Roller, Crane :
a. Timbulnya keletihan dibagian leher dan bahu
b. Sakit pegal pada tulang belakang (syndrome sciatica)
c. Terjadi kerusakan kecil pada persendian tulang belakang.
2. Bekerja dengan peralatan yang bergetar: Power chain shaw, Vibrating Plate Templer,
Concrete Vibrator dapat mengakibatkan sisrkulasi darah tepid an gangguan saraf, antara lain”
a. Waxy White Finger atau disebut White Finger Disease
b. Finger Cynosis, Fimger Numbness
c. Foot Numbness
d. Lowback Pain (Lumbago)
e. Vibration Syndrom
f. Gangguan pendengaran sampai tuli.
3. Operator : Generator, Tiang Pancang, Stone Crusher dan sebagainya:
a. Gangguan pendengaran yang mampu mengakibatkan ketulian
b. Pada tempat tertutup dapat menyebabkan ganguan pernafasan taupun heart sroke.
c. Pneumoconiosis
4. Tukang Kayu (Carpenter, Joiner)
a. Sakit pinggul dan tulang belakang
b. Syndrome sciatica
c. Degenersi tulang pinggang (lumbal spine) akibat beban yang terus menerus
d. Nyeri pada lutut (patela0 krepitasi sampai terjadinya degenersi persendian lutut.
5. Tukang Batu
a. Semen damatis atau peradngan kulit akibat kontak dengan semen
b. Kelelahan pinggang terutama adanya rasa nyeri di daerah lumbal bagian bawah
6. Tukang Las
a. Conjuctivitism yaitu radang pada conjunctiva (selaput putih)
b. Retnis sampai terjadi luka di retina
c. Heart cataract, akibat radiasi panas yang terus menerus
d. Ganguan pernafasan dari uap/gas yang timbul pada pengelasan
e. Kelainan kulit akibat terbakar
7. Pekerjaan dengan Bahan Peledak
Dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada system darah/system syaraf yang terjadi karena
keracunan asam nitrat.
Revisi Juli 2012 -- Halaman | 13
8. Pekerjaan Pengcatan (Tukang Cat, Tukang Kapur, dll)
a. Dapat menyebabkan gejala batuk ringan sampai dengan gangguan pernafasan
b. Neumokoniosis, asthma-brohcialler
c. Peradangan kulit
d. Penyakit ginjal, sampai dengan terjadinya kerusakan glomerus, akibat terpapar oleh sylene,
toluene dan sbagainya.
e. Gangguan pencernaan, mual-mual sampai terjadi peradangan (gastritis akut).
9. Petigas Laboratorium
Khususnya pada laboratorium aspal, mereka dapat terpapar oleh xylene white spirit, methilene
chloride yang dapat berakibat adanya ganguan pada system darah pada orgrn-orgen
haemopoictic dan gangguan faal hati.
10. Pekerjaan Kantor Administrasi dan lain-lain
a. Syndrome sciatic
b. Gangguan penglihatan
c. Gangguan pernafasan
d. Psikosomatis.
Petugas survey, pekerjaan pada jaringan irigasi, rawa-rawa, sungai : Heart stoke, Athelete’s
foot, jamur akibat basah dan lembab, malaria, penyakit kulit akibat serangga, gangguan pencernaan,
mual, muntah-muntah hingga peradangan.