alkohol, dkk

38
Alkohol, Opioid dan Gangguan Yang Berhubungan Dengan Substansi Lain I. PENGENALAN Masalah penyalahgunaan zat menyebabkan ketidakmampuan yang signifikan dengan presentasi yang relatif tinggi. Penyalahgunaan substansi gelap berefek fungsional pada daerah multiple, dan diagnosis comorbid muncul pada 60 hingga 75% pada pasien dengan substansi yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Sekitar 40% dari populasi US yag pernah menggunakan substansi gelap pada suatu waktu. Dan lebih dari 15% orang yang berusia diatas 18 tahun didiagnosa dengan gangguan ini. Substansi ini dapat menimbulkan sindrom yang menirukan berbagai macam penyakit. Dari bidang psikiater termasuk mood, psykotik dan gangguan ansietas. Latihan di klinik gangguan penggunaan substansi selalu menjadi bahan pertimbangan dalam diagnosa banding. II. KLASIFIKASI Gangguan ini memiliki karasteristik sebagai berikut perubahan mood, sikap dan kognisi sebagai akibat penggunaan obat atau toxin yang terus menerus dan dalam jangka waktu panjang. Terdapat banyak klasifikasi dan substansi yang berhubungan dengan gangguan ini : 1. Alkohol (ethanol) : kayu alkohol (methanol) dengan ethanol bersifat toxin juga dapat menyebabkan kebutaan. 2. Amfetamin 3. Caffeine 4. Marijuana 5. Kokain 6. Hallucinogen : termasuk mescaline, psilosibin dan LSD 7. Inhalant : seperti toluene dan gassonne, serta gas seperti nitrous oxide 8. Nicotine 9. Opioids 10. Phenisiklidin 11. Sedatif, hipnotik, dan anxiolitiks : tergantung dosis dan obat ini sering dapat ditukar dan dapat mengakibatkan mengakibatkan sedasi (efek tenang), hipnosis (memacu tidur) atau efek seperti anxiolitikus (mengurangi ansietas) 12. Termasuk obat pembunuh rasa sakit seperti Oxcontin (opiood), Ephedra (stimulant) III. TERMINOLOGI a. Ketergantungan : penggunaan berulang obat atau bahan kimia dengan atau tanpa ketergantungan fisik.

Upload: iin-mumin-umar

Post on 25-Jul-2015

293 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Alkohol, Dkk

Alkohol, Opioid dan Gangguan Yang Berhubungan Dengan Substansi Lain

I. PENGENALAN Masalah penyalahgunaan zat menyebabkan ketidakmampuan yang signifikan dengan

presentasi yang relatif tinggi. Penyalahgunaan substansi gelap berefek fungsional pada daerah multiple, dan diagnosis comorbid muncul pada 60 hingga 75% pada pasien dengan substansi yang berhubungan dengan gangguan tersebut. Sekitar 40% dari populasi US yag pernah menggunakan substansi gelap pada suatu waktu. Dan lebih dari 15% orang yang berusia diatas 18 tahun didiagnosa dengan gangguan ini. Substansi ini dapat menimbulkan sindrom yang menirukan berbagai macam penyakit. Dari bidang psikiater termasuk mood, psykotik dan gangguan ansietas. Latihan di klinik gangguan penggunaan substansi selalu menjadi bahan pertimbangan dalam diagnosa banding.

II. KLASIFIKASI Gangguan ini memiliki karasteristik sebagai berikut perubahan mood, sikap dan kognisi

sebagai akibat penggunaan obat atau toxin yang terus menerus dan dalam jangka waktu panjang. Terdapat banyak klasifikasi dan substansi yang berhubungan dengan gangguan ini : 1. Alkohol (ethanol) : kayu alkohol (methanol) dengan ethanol bersifat toxin juga dapat

menyebabkan kebutaan. 2. Amfetamin3. Caffeine4. Marijuana5. Kokain 6. Hallucinogen : termasuk mescaline, psilosibin dan LSD7. Inhalant : seperti toluene dan gassonne, serta gas seperti nitrous oxide8. Nicotine 9. Opioids10. Phenisiklidin11. Sedatif, hipnotik, dan anxiolitiks : tergantung dosis dan obat ini sering dapat ditukar dan

dapat mengakibatkan mengakibatkan sedasi (efek tenang), hipnosis (memacu tidur) atau efek seperti anxiolitikus (mengurangi ansietas)

12. Termasuk obat pembunuh rasa sakit seperti Oxcontin (opiood), Ephedra (stimulant)

III. TERMINOLOGI a. Ketergantungan : penggunaan berulang obat atau bahan kimia dengan atau tanpa

ketergantungan fisik.b. Penyalahgunaan : penggunaan suatu obat yang biasanya oleh diri sendiri. c. Penyalahgunaan yang biasanya ditimbulkan penggunaan obat yang diberikan tidak digunakan

sepantasnya. d. Kecanduan : penggunaan berulang dan peningkatan penggunaan dari substansi tersebut.e. Intoksikasi : sindrom yang revesibel yang disebabkan oleh substansi spesifik (contoh :

alkohol ) yang berefek satu atau lebih pada fungsional mental : memory, orientasi, mood, penilaian, dan sikap, sosial atau fungsional dalam pekerjaan.

f. Pengambilan kembali / penggunaan kembali : sindrom substansi spesifik yang ditimbulkan setelah berhenti atau mengurangi substansi obat yang biasanya digunakan dalam jangka waktu lama. Sindrom ini memiliki karasteristik dengan tanda psikologik dan gejala yang menuju ke perubahan psikologik dan gejala yang menuju ke perubahan psikologik seoerti gangguan dalam berpikir, merasakan dan bersikap.

g. Toleransi : fenomena dimana, setelah pengulangan administrasi, pemberian dosis obat mengakibatkan penurunan efek atau peningkatan dosis yang lebih besar, yang biasanya memproduksi psikologik.

Page 2: Alkohol, Dkk

h. Toleransi penggantian : mengacu pada suatu kemampuan dari satu obat untuk menggantikan yang lain, yang biasanya memproduksi psikologik yang sama dan efek psikologikal (contoh : diazepam, barbiturat). Dikenal juga ketergantungan penggantian.

i. Neuroadaptasi : perubahan neuroadaptasi atau neuropsikologik dalam tubuh merupakan akibat dari pengulangan pemberian dari obat. Neuroadaptasi bertanggung jawab terhadap fenomena toleransi. Adaptasi farmakokinetik mengacu pada adaptasi dari sistem metabolisme dalam tubuh.

j. Ketergantungan : masa penggunaan mengacu pada anggota keluarga yang berefek atau mempengaruhi sikap dari orang yang menyalahgunakan susbtansi tersebut. Dihubungkan dengan masa tersebut, dimana juga dihubungkan dengan orang yang menfasilitasi sikap adiktif dari pengguna (dengan menyediakan obat secara langsung atau uang untuk membeli obat). Juga termasuk ketidakinginan dari anggota keluarga untuk menerima kecanduan sebagai gangguan psikiatrik kedokteran atau menyangkal bahwa anggota keluarga mereka telah melakukan penyalahgunaan obat.

IV. EVALUASI Penyalahgunaan substansi oleh pasien sering sulit dideteksi dan dievaluasi. Tidak mudah

untuk dikategorikan, karena kebanyakan pasien hampir selalu meremehkan substansi yang digunakan, mereka cenderung untuk menyangkal, sering bersifat manipulatif dan sering takut terhadap konsekuensi dibalik masalah mereka. Karena kemungkinan pasien tidak dapat percaya, merupakan suatu keharusan untuk meminta informasi dari sumber lain, seperti anggota keluarga pasien.

Saat berhubungan dengan pasien ini, dokter harus menyajikan kata – kata dengan jelas, akrab dan batas yang konsisten, yang akan selalu dites dalam frekuensi tertentu. Biasanya mendekati konfrontasi. Meskipun dokter dapat merasa marah karena dimanipulasi oleh pasien, namun dokter tidak seharusnya menunjukkan perasaan ini.

Dalam kondisi psikiatrik sulit untuk mengevaluasi secara tepat dalam perjalanan penyalahgunaan substansi, yang dimana hal itu menimbulkan gejala. Penyalahgunaan substansi dalam frekuensi tertentu berasosiasi dengan gangguan kepribadian (contoh : antisosial).

Clinical Hint :Substansi yang menyebabkan gangguan seharusnya selalu menjadi bahan pertimbangan dalam evaluasi dari depresi, ansietas atau psikosis. Diketahui substansi yang digunakan sering didasarkan ketika gangguan psikiatrik tersebut tidak dapat merespon pengobatan yang biasa.

A. Toksilogi Test urin atau darah berguna untuk mengkonfirmasi tersangka pengguna substansi. Ada dua

tipe yaitu skreening dan konfirmasi test skreening sensitif tapi tidak spesifik (banyak positif salah). Penegasan positif skreening menghasilkan test spesifik konfirmasi untuk mengidentifikasi obat walaupun kebanyakan obat dideteksi dalam urin, namun beberapa paling baik dideteksi dalam darah (contoh : barbiturat, alkohol), konsentrasi absolut darah kadang dapat berguna.

B. Test Fisik 1. Pertimbangan yang cermat dalam pengamatan melihat kondisi dihubingkan dalam bidang

kedokteran dengan substansi yang digunakan a. Pengguna penyalahgunaan subkutaneus atau intravena : AIDS. Scar dari injeksi intravena

atau subkutaneus, abcess, infeksi dari injeksi kontaminasi, endokarditis bakterial, infeksi hepatitis, tromboflebitis, tetanus.

b. Kokain, heroin atau obat lain : Deviasi atau perforasi septum nasal, perdarahan nasal, rhinitis.

Page 3: Alkohol, Dkk

c. Kokain ; perokok mariyuana dan obat lain : pengguna penyalahgunaan inhalant : bronkitis, asthma, kondisi kronik respiratorius.

2. Apakah penyalahgunaan berkelanjutan atau bersifat episodik ? kapan, dimana dan dengan siapa substansi tersebut diambil ? seberapa besar substansi tersebut berefek terhadap fungsional sosial dan kerja pasien ? bagaimana pasien mendapatkan substansi dan membayarnya ? typikal pengguna penyalahgunaan substansi biasanya menggunakan multiple atau lebih dari satu substansi.

C. Diagnosa Penyalahgunaan kronik dari substansi membawa menuju ke kerusakan, kelemahan dan pada

akhirnya mengakibatkan ketergantungan pada obat dengan toleransi dan gejala berlanjut.

D. Penanganan Biasanya penanganan ketergantungan substansi melibatkan observasi untuk kemungkinan

overdosis, evaluasi terhadap intoksikasi banyak substansi dan pengamatan kondisi kedokteran dan perawatan suportif seperti : perlindungan pasien dari cedera. Penanganan penyalahgunaan atau ketergantungan melibatkan abstinensi dan perawatan jangka panjang.1. Periode abstinensi. Segala cara yang dapat mempertahankan abstinensi harus dilakukan.2. Perawatan jangka panjang minimal 6 bulan. Relaps sering terjadi. Berbagai cara dapat

membantu mengatasinya termasuk terapi individual, terapi kelompok, terapi komunitas, kelompok keluarga, ataupun medikamentosa.

V. GANGGUAN TERKAIT ZAT YANG SPESIFIK

A. GANGGUAN TERKAIT ALCOHOL

Prevalensi yang tinggi dari penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol membuat penilaian terhadap penggunaan alkohol menjadi penting pada setiap evaluasi medis ataupun psikiatrik. Hampir setiap masalah klinis yang ada dapat dihubungkan dengan efek penyalahgunaan alkohol. Secara umum dapat digolongkan menjadi 3: (1) gangguan akibat efek langsung alkohol pada otak (mencakup intoksikasi alkohol, putus alkohol, delirium putus alkohol, dan halusinosis); (2) gangguan terkait perilaku yang berhubungan dengan alkohol (penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol); dan (3) gangguan dengan efek yang menetap (termasuk gangguan amnestik menetap akibat alkohol, demensia, ensefalopati Wernicke, dan sindrom Korsakoff).

B. KETERGANTUNGAN DAN PENYALAHGUNAAN ALCOHOL1. Definisi.

Ketergantungan alkohol adalah pola kompulsif penggunaan alkohol, dijelaskan di DSM-IV-TR dengan adanya 3 atau lebih gangguan terkait alkohol yang terjadi dalam periode 12 bulan. Panyalahgunaan alkohol ditegakkan diagnosisnya saat alkohol digunakan pada kondisi fisik yang membahayakan (misalnya mengemudi). Penyalahgunaan alkohol berbeda dari ketergantungan alkohol dimana tidak mengikutsertakan toleransi dan withdrawal atau pola penggunaan yang kompulsif. Penyalahgunaan alkohol bisa berkembang menjadi ketergantungan alkohol, dan pola maladaptif dari konsumsi alkohol dapat mencakup penggunaan berat terus-menerus, intoksikasi pada akhir pekan, pesta minuman keras yang diselaingi keadaan sadar.

2. Farmakologia. Farmakokinetik.

Sekitar 90% alkohol diserap di lambung, diabsorbsi dengan cepat, larut air dan disebarkan dengan cepat ke seluruh tubuh. Kadar puncak dalam darah tercapai dalam 30-90 menit. Konsumsi yang cepat dari alkohol dan konsumsi saat perut kosong akan meningkatkan kecepatan absorbsi dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar puncak dalam darah. Peningkatan kadar alkohol dalam darah berkaitan erat dengan tingkat intoksikasi. Sembilan puluh persen alkohol dioksidasi dihati, sisanya

Page 4: Alkohol, Dkk

diekskresikan tanpa perubahan melalui ginjal dan paru-paru. Alkohol diubah oleh alkohol hidrogenase menjadi asetialdehida yang akan diubah menjadi asamasetat oleh aldehid dehidrogenase. Tubuh memetabolisme sekitar 15 dl alkohol per jam. Pasien yang mengonsumsi alkohol berlebihan memiliki pengaturan enzim yang membuatnya mampu memetabolisme alkohol dengan lebih cepat.

b.Neurofarmakologi. Alkohol adalah suatu depresan yang menghasilkan somnolen dan penurunan aktivitas neuronal. Dapat digolongkan bersama sedatif-ansiolitik lainnya, seperti benzodiazepin, barbiturat, dan karbamat. Zat-zat ini bertoleransi silang dengan alkohol, memberikan profil intoksikasi dan withdrawal yang sama, dan dapat mematikan saat overdosis, terutama saat dipakai bersama depresan lain. Berdasarkan banyak teori mengenai mekanisme kerja alkohol di otak, alkohol dapat mempengaruhi fluiditas membran sel, pusat kesenangan yang dimediasi dopamin,kompleks reseptor benzodiazepin, reseptor ionofor gerbang glutamat yang mengikat NMDA, dan pembuatan alkaloid mirip opioid.

Gangguan terkait alkohol DSM-IV-TRGangguan penggunaan alkoholKetergantungan alkoholPenyalahgunaan alkoholGangguan yang disebabkan alkoholIntoksikasi alkoholAlcohol withdrawal (putus alkohol) Sebutkan jika :Dengan gangguan perseptualDelirium akibat intoksikasi alkoholDelirium akibat putus alkoholDemensia menetap akibat alkoholGangguan amnestik menetap akibat alkohol Gangguan psikotik akibat alkohol, dengan waham

Sebutkan jika :Dengan onset saat intoksiksiDengan onset saat putus

Gangguan psikotik akibat alkohol, dengan halusinasiSebutkan jika :Dengan onset saat intoksikasi Dengan onset saat putus

Gangguan mood akibat alkoholSebutkan jika :Dengan onset saat intoksikasi Dengan onset saat putus

Gangguan kecemasan akibat alkoholSebutkan jika :Dengan onset saat intoksikasi Dengan onset saat putus

Disfungsi seksual akibat alkoholSebutkan jika :

Dengan onset saat intoksikasi Gangguan tidur akibat alkohol Sebutkan jika :Dengan onset saat intoksikasi Dengan onset saat putusGangguan berhubungan alkohol yang belum ditentukan

Page 5: Alkohol, Dkk

3. Epidemiologi. Sekitar 10% wanita dan 30% pria memenuhi kriteria diagnostik untuk penyalahgunaan alkohol selama masa hidupnya, 3-5% wanita dan 10% pria memenuhi kriteria diagnostik untuk ketergantungan alkohol. Lihat Tabel 7-8. resiko ketergantungan alkohol adalah 10-15% untuk pria dan 3-5% untuk wanita. Kulit putih menduduki tingkat tertinggi dalam pemakaian alkohol yaitu 56%. Enam puluh persen dari penyalah guna alkohol adalah pria. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula tingkat pemakaian alkohol, berlawanan dengan pola pada obat-obatan terlarang. Di antara kelompok religius, tingkat ketergantungan alkohol tertinggi terdapat pada kaum Protestan Liberal dan Katolik. Agama ortodoks tampak protektif terhadap ketergantungan alkohol di antara semua kelompok religius. Sekitar 200.000 kematian tiap tahun yang berkaitan langsung dengan penyalahgunaan alkohol, dan sekitar 50% dari kecelakaan lalu lintas melibatkan pengemudi yang mabuk.

4. Etiologi. Data yang mendukung pengaruh genetik pada alkoholisme antara lain: (1) keluarga dekat beresiko 4 kali lipat; (2) kembar identik beresiko lebih tinggi daripada kembar fraternal; (3) anak yang diadopsikan dari orang tuanya yang alkoholik beresiko 4 kali lipat. Kaitan keluarga paling kuat pada anak laki-laki dari seorang ayah yang ketergantungan alkohol. Perbedaan etnik dan budaya berpengaruh pada kelemahan terhadap alkohol dan efeknya

Tabel 7-8Epidemiologi alkoholKondisi Populasi (%)Pernah minum alkoholPeminumMasalah temporerPenyalahguna*Ketergantungan*

9060-7040+P: 10+ W: 5+P: 10 W: 3-5

* 20-30% dari pasien psikiatrik

5. Komorbiditas. Efek sedasi dan ketersediaannya menjadikan alkohol sebagai zat yang paling banyak digunakan untuk mengatasi kecemasan, depresi, dan insomnia. Namun penggunaan jangka penjang menyebabkan depresi, dan withdrawal pada orang yang ketergantungan dapat menyebabkan kecemasan. Banyak pasien psikotik mengobati dirinya sendiri dengan alkohol saat obat yang diresepkan dokter tidak cukup meredakan gejala atau saat obat yang diresepkan tidak tersedia. Pada pasien bipolar, penggunaan berat alkohol dapat memicu episode mania. Sementara pada pasien dengan gangguan kepribadian antisosial cenderung menunjukkan pola penggunaan alkohol yang menetap lama.

6. Diagnosis, tanda, dan gejala. a. Ketergantungan alkohol.

Lihat Tabel 7-9. Toleransi adalah fenomena bagi para peminum yang memerlukan jumlah alkohol lebih banyak untuk mendapatkan efek yang sama. Terjadinya toleransi menunjukkan adanya ketergantungan. toleransi bervariasi untuk tiap-tiap orang. Ketergantungan pada pasien yang toleran akan tampak jelas saat dipaksa berhenti minum dan muncul gejala-gejala putus obat.

Tabel 7-9DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Alcohol or Other Substance DependenceA maladaptive pattern of substance use, leading to clinically significant impairment or distress, as manifested by three (or more) of the following, occuring at any time in the same 12-month period:(1) tolerance, as defined by either of the following:a. a need for markedly increased amounts of the substance to achieve intoxication or desired effect

Page 6: Alkohol, Dkk

b. markedly diminished effect with continued use of the same amount of the substance(2) withdrawal, as manifested by either of the following:a. the characteristic withdrawal syndrome for the substance (refer to Criteria A and B of the criteria sets from withdrawal from the specific substances)b. the same (or a closely related) substance is taken relieve or avoid withdrawal symptoms (3) the substance is often taken in larger amounts or over a larger paeriod than was intended(4) there is a persistent desire or unsuccesful efforts to cut down or control substance use(5) a great deal of time is spent in activities necessary to obtain the substance (e.g. visiting multiple doctors or driving distances), use the substance (e.g. chain-smoking), or recover from its effects(6) important social, occupational, or recreational activities are given up or reduced because of substance use(7) the substance use is continued despite knowledge of having a persistent or recurrent physical or psychological problem that is likely to have been caused or exacerbated by the substance (e.g. current cocaine use despiterecognition of cocaine-induced depression, or continued drinking despite recognition that an ulcer was made worse by alcohol consumption)Specify if:With physiologic dependence; evidence of tolerance or withdrawal (i.e., either item 1 or 2 is present)Without physiologic dependence; no evidence of tolerance or withdrawal (i.e., neither item 1 or 2 is present)

Penyalahgunaan alkohol. Penggunaan kronik dari alkohol yang mengarah pada ketergantungan, toleransi, atau gejala putus obat. Lihat tabel dibawah ini.

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Alcohol or Substance AbuseA. A maladaptive pattern of substance use leading to clinically significant impairment or distress, as manifested by one (or more) of the following, occuring within a 12-month period:(1) recurrent substance use resulting in failure to fulfill major role obligations at work, school, or home (e.g., repeated absences or poor work performance related to substance use; substance-related absences, suspensions, or expulsions from school; neglect of children or household)(2) recurrent substance use in situations in which it is physically hazardous (e.g., driving on automobile or operating a machine when impaired by substance use(3) recurrent substance-related legal problems (e.g., arrest for substance-related disorderly conduct)(4) continued substance use despite having persistent or recurrent social or interpersonal problems caused or exacerbated by the effects of the substance (e.g., arguments with spouse about consequences of intoxication, physical fights)B. The symptoms have never met the criteria for substance dependence for the class of substance.

7. Evaluasi. Evaluasi yang sesuai atas pengguna alkohol memerlukan beberapa kecurigaan dari evaluator. Secara umum, banyak orang akan menyampaikan jumlah yang lebih kecil dari yang sebenarnya saat ditanya mengenai konsumsi alkoholnya. Pertanyaan-pertanyaan penting lainnya termasuk seberapa sering dan kapan pasien minum, seberapa sering terjadi blackouts (amnesia karena intoksikasi), dan seberapa sering ditegur oleh teman atau keluarganya terkait kebiasaan minum-minumnya. Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan eritema palmar, kontraktur Dupuytren, dan telangiektasia. Pemeriksaan laboratorium akan sangat membantu. Pasien mungkin menderita anemia makrositik karena defisiensi nutrisi. Tingkat enzim hati pada serum dapat meningkat. Berikut ini beberapa subtipe ketergantungan alkohol yang sudah dikenal:

Page 7: Alkohol, Dkk

a. Tipe A: onset lanjut, ketergantungan ringan, sedikit masalah terkait alkohol, dan sedikit psikopatologi (kadang disebut Tipe I).

b. Tipe B: ketergantungan berat, onset dini untuk masalah terkait alkohol, riwayat keluarga yang kuat dalam penggunaan alkohol, tingginya stresor dalam kehidupannya, psikopatologi berat, penggunaan banyak zat (kadang disebut tipe II)

c. Peminum afiliatif: biasa minum dalam jumlah kecil tiap hari untuk alasan sosial.d. Peminum schizoid-isolated: cenderung minum sendirian dan kadang dalam jumlah sangat

banyake. Ketergantungan alkohol gamma: orang yang tidak dapat berhenti minum sekali mereka mulai

minum.8. Penanganan.

Tujuannya ialah memperlama waktu bebas mabuk. Tingkat kekambuhan cukup tinggi. Penanganan awal membutuhkan detoksifikasi. Gangguan mental yang turut menyertai harus ditangani bila pesien sudah sadar.a. Pemahaman.

Sangat penting namun sulit dicapai. Pasien harus menyadari bahwa dirinya memiliki masalah minum. Penolakan-penolakan harus diatasi terlebih dahulu sebelum pasien dapat bekerjasama dalam memperoleh perawatan. Hal ini sering memerlukan bantuan teman, keluarga, atasan, dan yang lain. Pasien mungkin perlu dihadapkan dengan kemungkinan kehilangan pekerjaan, keluarga, dan kesehatan jika tetap melanjutkan kebiasaan minumnya.

b. Alkoholik anonym (AA) dan Al-Anon. Perkumpulan supportive, seperti AA (untuk pasien) dan Al-Anon (untuk keluarga pasien) bisa menjadi efektif dalam menjaga ketenangan hati dan membantu keluarga untuk menanganinya.AA dapat menekan ketidakmampuan dari anggota untuk mengatasi sendiri ketergantungannya terhadap alcohol dan mendorong perkembangan dari kelompok suportif. AA juga menggunakan banyak teknik terapi untuk terapi kelompok. Yang paling direkomendasi adalah kesembuhan pasien ketergantungan alcohol yang memiliki ketenangan hati dan keberanian untuk berusaha oleh pasien yang sudah sembuh unrtuk belajar minum secara normal. ( dogma dari AA adalah “minuman pertamalah yang membuat anda mabuk”)

c. Intervensi psikososial. Seringkali dibutuhkan dan sangat efektif. Terapi dari keluarga harus berpusat pada gambaran efek dari alcohol pada anggota keluarga. Pasien harus didorong untuk melepas persepsi bahwa mereka memiliki hak untuk minum dan mengenal efek yang dapat merusak suatu keluarga.

d. Psikofarmakoterapi.1. Disulfiram (Antabuse) Dosis perhari yaitu 25-500mg disulfiram dapat digunakan apabila

pasien berusaha melawan kesadaran. Dosis umum yaitu 250mg perhari. Pasien yang mngkonsumsi disulfiram dapat menimbulkan reaksi yang sangat buruk apabila mereka menghirupnya dalam dosis kecil sekalipun.Reaksi tersebut diantaranya lebih bergairah, sakit kepala, nyeri kepala dan leher, dispnea, hiperventilasi, takikardi, hipotensi, berkeringat, anxietas, lemah, dan bingung.

2. Naltrexone (ReVia) Golongan ini dapat menekan kecanduan terhadap alcohol, yang diduga bekerja dengan cara menghambat pelepasan dari opioid endogenik. Dengan cara ini, dapat membantu pasien dalam mencapai targetnya untuk berhenti minum dengan cara menekan ketergantungannya dalam mengkonsumsi alcohol. Dosis yang direkomendasikan pada kebanyakan pasien yaitu 50mg perhari.

3. Acamprostate (Campral). Obat ini digunakan oleh pasien yang sudah berhenti mengkonsumsi alcohol. Obat ini membantu pasien untuk mempertahankan keadaannya dengan cara melibatkan sistem saraf. Dosisnya adalah 2g perhari.

9. Komplikasi medikAlkohol merupakan racun bagi beberapa system organ. Penggunaan alcohol selam kehamilan merupakan racun terhadap perkembangan janin dan dapat mengakibatkan kelainan congenital sampai kematian bayi akibat efek alcohol.

Page 8: Alkohol, Dkk

C. INTOKSIKASI ALCOHOL1. Definisi

Intoksikasi alcohol disebut juga kemabukan yang ringan, yaitu sejumlah kecil alcohol yang masuk ke dalam tubuh yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku maladaptive.

2. Diagnosa, tanda, dan gejalaKemabukan ringan dapat menyebabkan suatu perasaan rileks, banyak bicara, perasaan sgt senang atau tidak tahu malu. Kemabukan yang berat selalu membawa seseorang pada perubahan-perubahan dimana seseorang tidak dapat menyesuaikan diri, seperti menjadi lebih agresif, mudah tersinggung, tidak labil, memiliki pandangan yang buruk dan pergaulan yang buruk diantara sesama dalam pekerjaannya.Seseorang tsb setidaknya menunjukan satu diantara hal2 sbb: gagap, tidak terkoordinasi, tidak bias berjalan tegap, nistagmus, daya ingat yang buruk, stupor, dan berwajah merah. Kemabukan berat dapat membuat seseorang berperilaku pendiam, retardasi psikomotorik, tidak sadar, dan pada akhirnya terjadi obtundation, koma, dan meninggal. Komplikasi umum dari kemabukan karena alcohol mengakibatkan terjadinya kecelakaan2 kendaraan bermotor, cedera kepala, fraktur costae, tindakan criminal, pembunuhan, dan bunuh diri.

3. EvaluasiSuatu evaluasi kedokteran yang baik harus dilaksanakan: dengan mempertimbangkan adanya kemungkinan perdarahan subdural atau infeksi menyeluruh. Harus selalu dievaluasi mengenai kemungkinan kemabukan oleh karena masalah2 yang lain. Alkohol juga biasanya dipakai dalam kombinasi dengan penekan SSP lain seperti benzodiasepin dan barbiturat.a. Suatu jenis kemabukan alcohol disebut alcohol myosmirattle intoksication, yang ditandai

dengan perilaku maladaptive (agresif, dan suka menyerang), setelah meminum sedikit alcohol padahal tidak menyebabkan kemabukan pada kebanyakan orang (disebut kemabukan patologis)

b. Blackouts terdiri atas peristiwa kemabuan dimana pasien menunjukan amnesia anterograde sepenuhnya dan nampak terjaga. Mereka umumnya hanya mengingat saat terakhir dimana yang bersangkutan menghadapi tugas yang kompleks seperti menempuh perjalanan jauh, tanpa adanya rekoleksi berikut. Kerisakan otak yang seperti itu menyebabkan terjadinya blackouts

4. Pengobatana Biasanya hanya sebagai penunjangb Dapat diberikan nutrisi (tiamin, vitamin B12, folat)c Observasi komplikasi (combativenes, koma, cedera kepala, jatuh) mungkin diperlukand Idiosinkrasi dari kemabukan karena alcohol adalah suatu pengobatan emergency yang

membutuhkan langkah untu mengantisipasi pasien dari kerusakan2 lain yang diakibatkannya atau terhadap dirinya sendiri.

e Lorezepam (Ativan) 1-2 mg oral/ IM atau haloperidol 2-5mg oral/ IM dapat dipakai untuk agitasi. Pengendalian fisik barangkali juga dibutuhkan.

D. GANGGUAN PSIKOSIS KETERGANTUNGAN ALKOHOL

Adanya halusinasi (semula diketahui sbg halusinasi alcohol). Halusinasi yang berat (seringkali terlhat dan terdengar), tanpa delirium, kemudian (biasanya dalam 2 hari) terjadi suatu penurunan dalam konsumsi alcohol bagi orang yang ketergantungan alcohol. Bisa tetap atau meningkat pada keadaan yang lebih kronis yang secara klinik sama dengan skizofrenia. Biasanya jarang, perbandingan lai-laki dan perempuan 4:1. Keadaan ini biasanya memerluan waktu setidaknya 10 tahun bagi mereka yang ketergantungan alohol. Jika pasien mengalami agitasi, mungkin diperlukan pengobatan dengan benzodiasepin( yaitu 1-2 mg lorezepam(ativan) peroral/ IM, 5-10mg diazepam (valium) atau dosis rendah dari suatu antipsikotik dengan potensi yang tinggi (2-5 mg haloperidol (haldol) peroral/ IM sebagaimana yang dibutuhkan setiap 4-6 jam.

Page 9: Alkohol, Dkk

E. PENURUNAN DAYA KERJA ALCOHOL. Dimulai dalam beberapa jam setelah berhenti atau pengurangan dalam mengkonsumsi

alcohol. Setidaknya dua diantara hal berikut ini harus ada, yakni: aktivitas berlebihan yang otonomik, tangan tremor, insomnia, nausea, vomiting, khayalan2 sementara atau halusinasi, anxietu, grand mal seizure, dan agitasi psikomotor. Dpat juga timbul bersam gangguan perceptual (halusinasi) dan tes realitas yang lengkap.

F. DELIRIUM KARENA ALKOHOL. Yaitu pengobatan delirium (DTS). Biasanya timbul hanya setelah penghentian atau

pengurangan dalam konsumsi alcohol berat. Digunakan juga dalam pengobatan pasien yang mau berkompromi dengan suatu ketergantungan yang panjang. Jarang, dibandingkan dengan pengurangan alcohol yang tidak terkomplikasi. Dapat terjadi pada 1-3% pasien yang ketergantungan alcohol. 1. Diagnosa, tanda ,dan gejala.

deliriumditandai dengan leadaan hiperaktiftakikardihipersekresi keringatdemamanxiety/ insomniabentuk asosiasiHalusinasi hidup yang mungkin terlihat, teraba, atau tercium; khayalan; agitasi; tremor; demam; seizures atau rumfites (jika seizures berkembang biasanya timbul sebelum delirium).Ciri-ciri khusus khayalan paranoidkhayalan visualkhayalan adanya serangga atau binatang kecilkhayalan taktil

2. Persiapan pengobatan.Anamnese lengkapTes laboratorium

3. Pengobatan.1) Pemeriksaan tanda-tanda vital setiap 6 jam2) Pemeriksaan pasien secara tetap3) Stimulasi pengurangan4) Periksa keseimbangan elektrolit dan masalah pengobatan menyeluruh (infeksi,

trauma kepala)5) Apabila pasien itu mengalami dehidrasi, berikan cairan6) Chlordiazepoxide (Librium) 25-100mg peroral setiap 6 jam (atau dengan sedative

hipnotik lain, tapi ini yang biasa dipakai)7) Tiamin 100mg peroral 1-3x sehari 8) Asam folat 1mg peroral perhari 9) satu multivitamin perhari10) Magnesium sulfat : 1gr IM setiap 6 jam untuk 2 hari11) Setelah pasien stabil diteruskan dengan chlordiazepoxide 20% setiap 5-7 hari 12) Siapkan pengobatan untuk tidur yang cukup13) Obati malnutrisi jika dibutuhkan 14) Cara ini mengizinkan untuk suatu dosis yang sangat fleksible dari chlordiazepoxide.15) Umumnya, antipsikotik harus dipakai dengan hati-hati karena dapat memberikan

efek serangan yang cepat.

Page 10: Alkohol, Dkk

G. ALKOHOL INDUCE-PERSISTING DISORDER

Gangguan dalam ingatan jangka pendek disebabkan oleh penggunaan alcohol dalam jangka waktu lama; rata-rata mereka yang berusia dibawah 35 tahun. Nama klasik dari kelainan ini adalah Wernicke’s ensefalopati (suatu keadaan yang akut atau gejala neurology dan Korrshakoff syndrome (suatu kondisi yang kronis).1.Wernicke’s ensefalopati (juga dikenal sebagai alkoholik ensefalopati).

Merupakan suatu syndrome akut yang disebabkan oleh defisiensi tiamin, dikarakteristik oleh nistagmus, abdusens, dan diperkirakan memiliki gangguan penglihatan, ataxia, dan kebingungan global. Gejala lainnya dapat berupa confabulation, letargi, kelalaian, delirium ringan, anxious insomnia, dan takut gelap. Kekurangan tiamin biasanya merupakan persoalan sekunder dari ketergantungan alcohol kronis. Pengobatan dengan 100-300 mg tiamin perhari sampai pemulihan kembali opthalmoplegia. Pasien tersebut juga membutuhkan magnesium (merupakan suatu kofaktor untuk metabolisme tiamin). Dengan pengobatan, kebanyakan gejala-gejala dipulihkan kembali kecuali ataxia, nistagmus, dan kadang-kadang neuropati perifer. Gejalanya dapat menjadi jelas dalam beberapa hari sampai minggu atau apabila terdapat kemajuan pada

2.Sindrom korsakoff.(dikenal juga sebagai Psikosis Korsakoff). Suatu keadaan kronik yang biasanaya berhubungan dengan kondisi ketergantungan alkohol dimana alkohol memberi pasokan klaori yang tinggi selama bertahun – tahun. Disebabkan oleh defisiensi thiamin. Ditandai dengan amnesia anterograd dan retrograd. Pasien juga menunjukkan konfabulasi, disorientasi dan polineuritis. Sebagai tambahan, penggantian tiamin, klonidin, propanolol dapat digunakan secara terbatas. 25% sembuh total dan 50% sembuh sebagian dengan pemberian obat oral 50 – 100 mg tiamin perhari.

H. SUBSTANSI YANG DAPAT MENGINDUKSI DEMENSIA TETAP.

Diagnosis ini dibuat ketika semua penyebab demensia telah disingkirkan dan riwayat penyalah gunaan alkohol terbukti. Demensia biasanya ringan.penanganan serupa pada demensia yang disebabkan pada lainnya.

I. OPIOID

1. Pengenalan. Opioid termasuk pada obat opium dan derivatnya juga obat sintetis yang memiliki aksi yang sama. Opioid mempengaruhi reseptor μ-opioid yang memediasi terjadinya analgesia, depresi pernafasan, konstipasi dan ketergantungan; reseptor δ-opioid memediasi analgesia, konstipasi dan sedasi.

2. Epidemiologi. Pada negara berkembang penyalahguanaan obat opioid dihubungkan dengan penggunaan heroin. Ketergantungan opioid lainnya dibandingkan heroin sering terlihat pada orang – orang yang sedang mengalami pengobatan secara medis.

3. Jalur pemberian. Tergantung pada obatnya. Opium dihirup.heroin biasanya disuntikkan (IV atau subkutan) atau inhalasi dari hidung dan mungkin dikombinasikan. Penghirupan dan menghisap heroin meningkatkan kemurnian obat dan menyangkut masalah HIV. Secara farmasi opioid yang ada biasanya diambil secara oral tapi beberapa secara injeksi. Heroin secara khusus adalah penyalahgunaan obat yang biasanya terjadi pada sosial ekonomi yang rendah, yang biasanya dapat meningkatkan aktivitas kriminal untuk membayar obat tersebut.

Tabel 7-16-DSM-IV-TR Opioid Related DisorderOpioid use disorderOpiod dependenceOpiod abuse

Page 11: Alkohol, Dkk

Opioid induce disorderOpioid intoxication Specify if : with perceptual disturbanceOpioid withdrawalOpioid intoxication deliriumOpioid-induce psycotic disorder, with hallusination Specify if : with onset during intoxicationOpioid induce-mood disorder Specify if : with onset during intoxicationOpioid induce sexual dysfunctionSpecify if : with onset during intoxicationOpioid induce sleep disorder Specify if : with onset during intoxication With onset during withdrawalOpioid related disorder not otherwise specified

Tanda klinisTerlihat pada tanda sepanjang ekstremitas (termasuk tangan dan kaki) mengindikasikan penggunaan suntik secara kronis.

4.Dosis. Seringakali sulit dalam menentukan riwayatnya karena dua alasan. Pertama, pengguna tidak mengetahui secara jelas keonsentrasi heroin yang dia beli dan mungkin juga dibawah perkiraannya (yang dapat membwa kepada keadaan overdosis jika seseorang memperoleh heroin 15% padahal tertulis 5%). Kedua para pengguna bisa jadi terlalu mempersoalkan dosis untuk usaha mendapatkan methadone lebih.

5. Intoksikasi. Lihat tabel 7-17a Tanda dan gejala objektif. Depresi SSP, penurunan motilitas gastrointestinal, depresi

pernafasan, analgesia, mual dan muntah bicara yang kacau, hipotensi dan bradikardi, kontriksi pupil, kejang (overdosis). Pada pasien yang masih toleransi masih terdapat konstriksi pupil dan konstipasi.

b Tanda dan gejala subjektif. Euforia (intoksikasi heroin yang digambarkan melalui orgasme seluruh tubuh), terdapat masa disforia kebingungan, rasa tenang, penurunan perhatian dan ingatan, rasa mengantuk dan retardasi psikomotor.

Tabel 7-17 DSM-IV-TR- Diagnostic Criteria for opioid IntoxificationRecent use of an opioidClinically significant maladaptive behavioral of psycological change (e.g.,initial euphoria followed by apathy, dysphoria, psycomotor agitation or retardation, impaired judgement, or impaire social or impair occupation functioning) that developed during or shorty after opioid use.Pupil constriction or pupilary dilation due to anoxia from severe overdose) and one (or more) of the following drowsiness or comaslureed speechimpairment of attention or memorythe symptom are not due to general medical condition and are not better accounted for by another mental disorder.Specify it : with perceptual disturbances.

6.Over dosis.

Page 12: Alkohol, Dkk

Dapat terjasi kegawat daruratan medis dan biasanya terjadi peristiwa berbahaya. Dapat dihasilkan pada perhitungan yang tidak tepat saat membuat racikan obatnya pada orang yang sebelumnya telah kehilangan kemampuan toleransi terhadap obat. Sering kali dihasilkan pada penggunaan kombinasi terhadap obat depresan CNS lainnya (seperti alkohol dan obat sedatif-hipnotif lainnya) tanda klinisnya termasuk adalah pupil pinpoint , depresi pernafasan, dan depresi SSP.

7.Penanganan a Masuk ke ICU dan menjaga fungsi vital (seperti cairan IV)b Secepatnya memasok 0,8 mg nalaxone (narcan) (0,01 mg/kg BB terhadap neonatus)

dan antagonis opioid secara IV dan tunggu 15 menit lagi.c Jika masih belum berespon berikan lagi 1,6 mg IV dan tunggu 15 menit lagi.d Jika masih belum berespon maka berikan 3,2 mg IV dan curigai dianosis lainnya.e Jika sukses lanjutkan 0,4 mg/jam IV.f Selalu pertimbangkan kemungkinan terjadinya overdosis polysubstance (kebanyakan

jenis obat). Seorang pasien dapat dengan sukses diterapi dengan nalaxone yang memungkinkan dapat bangun dengan cepat dengan meghalangi akibat dari gejala overdosis dari obat lainya yang slow acting (seperti obat sedatif-hipnotik) yang diambil secara bersama – sama. Ingat bahwa nalaxone dapat mempercepat terjaadinya gejala withdrawal. Yang mempunyai paruh waktu ygn pendek dan harus diminum secara terus – menerus sampai opiod dapat dibersihkan (sampai 3 hari untuk methadone). Pada bayi yang lahir dengan ibu yang pemakai dapat mengalami intoksikasi, overdosis dan withdrawal.

8.Toleransi, ketergantuungan, dan withdrawal. Berkembang secara cepat dengan penggunaan opioid dalam jangka waktu yang lama, dimana terjadi perubahan sensitivitas dan jumlah pada reseptor opioid dan peningkatan sensitivitas terhadap reseptor dopaminergik, serotonergik dan kolinergik. Menghasilkan efek yang sangat berpengaruh terhaadap sistem noradrenergik. Terjadi setelah penghentian penggunaan dengan jangka waktu yang lama secara tiba – tiba seperti penggunaan suatu antagonis opioid. Gejala – gejalanya secara primer berhubungan dengan hiperaktivitas rebound pada neuron noradrenergik pada lokus sereleus. Withdrawal jarang pada keadaan kegawat daruratan medis. Lihat tabel 7-18. tanda kinis seperti penyakit flu dan termasuk orang yang sangat mengharapkan obat anti cemas, lakrimasi, rhinorea, yawning, bengkak, insomnia, panas dingin secara cepat, nyeri otot, perut kram, dilatasi pupil, piloerktif, tremor, kurang istirahat, mual dan muntah, diare, dan peningkatan tanda vital. Intensitas tergantung pada dosis pemberian sebelumnya dan kecpatan penurunan dosis. Kurang sering pada penggunaan obat dengan masa paruh yang panjang seperti metadone: dan lebih sering pada penggunaan obat dengan paruh waktu yang panjang seperti miperidine. Pasien yang sangat menginginkan opoid akan memintanya dan memanipulasi opioid. Hati – hati terhadap pasien yang pura – pura dan perhatikan pula piloereksi, dilatasi pupil, takikardi dan hipertensi. Jika tidak ada tanda objektif, jangan berikan opioid pada keadaan withdrawal. Tujuan dari detoksifikasi adalah memperkecil gejala waithdrawal (untuk mencegah pasien agar tidak berhenti dari pengobatan) ketika secara terus – menerus dosis opioid diturunkan. Withdrawal opioid yang tidak ditangani tidak menghasilkan kedaan medis yang serius dan mungkin sebaliknya pada kesehatan orang.

Tabel 7-18 DSM-IV-TR kriteria diagnosis pada keadaan Withdrawal karena opioideither of the followingcessation of (or reduction) opioid use that have been heavy prolonged (seveeral weeks or longer)administration of an opioid antagonist after a period of opioid use. Three or more following, developing within minute to several days after criteria A :Disphoric moodNausea and vomittingMuscle aches

Page 13: Alkohol, Dkk

Lacrimation and rhinoreaPupillary erection, pillorecction or sweatingDiarrheaYawningFeverInsomniaThe symptoms in criteria B cause clinically sigificant distres or impairment in social, occupational or other important areas of functioning.The symptoms are not due to general medical condition and are not better encounted by another mental disorder.

9. Detoksifikasi. Jika tanda withdrawal secara objektif terlihat berikan 10 mg metadone. Jika waithdrawal bertahan 4-6 jam ulangi setiap sekitar 4-6 jam, berikan tambahan 5-10 mg setiap 4-6 jam. Totol dosis pada 24 jam pertama harus sama dengan dosis hari kedua (>40 mg). Berikan 2 kali sehari atau setiap hari dengan penurunan dosis tiap 5 mg per hari untuk keadaan withdrawal heroin. Withdrawal metadone mungkin membutuhkan detoksifikasi yang lebih lambat. Pasien dengan ketergantungan pentazocine sebaiknya didetoksifikasi dengan pentazocine karena berkhasiat pada resptor antagonis dan agonis. Beberapa obat non-opioid telah dicoba sebagai obat yang mendetoksifikasi opioid tapi sepertinya hanya satu yang kelihatan menjanjikan yaitu klonidin (Catapres) yang bekerja pada pusat dan secara efektif menghilangkan mual, muntah dan diare yyang berhubungan dengan withdrawal opioid (dan hal itu sepertinya tidak efektif pada gejala yang lain). Berikan 0,1-0,2 mg setiap jam jika dibutuhkan jangan lebih dari 0,8 mg perhari. Titrasi dosis sesuai gejala. Ketika dosis sudah stabil, perkecil selama dua minggu. Hipotensi adalah efek samping. Clonidin adalah short-acting dan bukan narkotik.Pemulihan withdrawal secara umum adalah salah satunya mendukung, detoksifikasi, dan perbaikan dan menghilangkan metadon secara progresif. Pasien yang tergantung pada berbagai obat (seperti opioid dan sedatif-hipnotif) sebaikanya diperbaiki dengan dosis yang stabil pada salah satu obat sedangkan yang lainnya didetoksifikasi. Naltrexone (suatu antagonis opioid oral yang long-acting) dapat digunakan dengan clonidine untuk mempercepat detoksifikasi dan diberikan tiga kali seminggu(100 mg pada hari kerja dan 150 mg pada hari libur), itu akan menghambat pengaruh dari heroin. abstinensia sampai 2 bulan. Detosifikasi yang sangat cepat sebagai prosedur dalam mempercepat terjadinya waithdrawal dengan antagonis opioid dibawah keadaan anestesi umum. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menentukan apakah kegunaannya terlalu mahal dan metodenya secara intensif atau tidak, dimana penambahan anestesi dapat bersiko terhadap proses detoksifikasi yang merupakan beberapa keuntungannya.pengganti opioid. Pengobatan jangka lama pada pasien dengan ketergantungan opoid, ditangani dengan methadon adalah lambat dalam mengembangkan proses detoksifikasi.Hampir semua pasien dapat ditangani dengan dosis 60 mg atau kurang. Walaupun sering dikritik namun penganganan dengan methadon dapat menurunkan tingkat pemakaian dari heroin. Dosis methadon yang cukup adalah penting. Kegunaan konsentrasi methadone pada plasma dapat membantu memutuskan dosis yang tepat.Levometadyl (ORLAAM, dikenal juga sebagai LAAM) adalah opioid dangan aksi yang lebih lama dibandingkan methadon. Begitu juga dengan potensinya yang sangat serius atau mungkin dapat membahayakan jiwa, efeknya sebagai proaritmia, LAAM ditarik dari pasaran.Buprenoprine (buprenex) adalah agonis pada sebagian reseptor μ-opioid digunakan keduanya sebagai terapi detoksifikasi dan maintenence. Terapi dapat diberikan tiga hari per minggu karena bersifat long-acting. Dosisnnya 8-16 mg sehari menunjukkan dapat menurunkan pengggunaan heroin.

10. Terapi komunitas.

Page 14: Alkohol, Dkk

Program residential adalah menekankan pada terapi absrinensia dan kelompok dalam struktur masyarakat. (seperti rumah phoenix).

11. intervensi lainnya. Pendidikan mengenai transmisi HIV dan program bebas gonta – ganti jarum, psikoterapi individu dan kelompok, kelompok yang menolong diri sediri (seperti narkotik yang tidak diketahui namanya) dan pasirn luar dengan program bebas alkohol yang juga suatu keuntungan.

J. SEDATIF, HIPNOLITIK, DAN ANXIOLITIK

1. Pengenalan. Obat – obat yang dihubungkan dengan ini adalah benzodiazepin, sebagai contoh diazepam (valium) dan flunitrazepam (rohypinol); barbiturat sebagai contoh adalah scobarbital. Dan obat – obaat yang seperti barbiturat termsuk methaqualone (Umumnya dikenal sebagai quallude) dan meprobamate (millown)lihat tabel 25 untuk melengkapi dengan kategori obat yang digunakan. Obat pada kelas ini dapat digunakan pada pengobatan insomnia dan kegelisahan alkohol dan semua obat – obat lada kelas ini adalah salaing toleransi dan efek mereka adalah adiktif. Mereka memiliki efek yang agonis terhadap komplex reseptor gama aminobutiric acid jenis A (GABA). Sedatif, hipnitik, dan ansiolitik pada umumnya adalah obat – obatan psikoaktif melalui oral. Mulai terjadi ketergantungan setelah beberapa bulan pemakaian, tetapi pada bervariasi pada setiap orang. Beberapa pasien dengan usia menegah mulai mengggunakan benzodiazepin unuk insomnia atau gelisah, menjadi ketergantungan dan kemudian mulai mencari banyak dokter untuk mulai menuliskan resep pada mereka. Sedatif-hipnotif digunakan pada gangguan efek euforia untuk memperbesar efek mereka terhadap obat depresan SSP lainnya (seperti opioid dan alkohol) dan untuuk menguji efek eksitasi dan kecemasan yang dihasilkan stimultan (seperti kokain).Komplikasi utama pada keracunan sedatif, hipnotif dan anxiolitic adalah overdosisyang dihubungkan terhadap depresi SSP dan pernafasan. Walaupun intoksikasi ringan dan tidak membahayakan pada diri mereka (kurang terhadap supir dan montir), memungkinkan suatu overdosis yang tidak diketahui haruslah dipertimbangkan. Letelitas dari benzodiazepin adalah rendah dan overdosis dapat diturunkan melalaui penggunaan antagonis benzodiazepin seperti flumazenil (Romazicon) pada keadaan kegawat daruratan. keracunan sedatif, hipnotif dan anxiolitic adalah serupa dengan intoksikasi alkohol, tetapi reaksi agresif idiosinkrasi tidak umum terjadi. Obat – obat ini seringkali digunakan dengan obat anti depresan SSP lainnya (seperti alkohol) yang dapat menghasilkan pengaruh adiktif. Keadaan witthdrawal adalah berbahaya dan dapat membawa pada keadaan delirium atau kejang. Lihat tabel 7-19

tabel 7-19- tanda dan gejala pada syndrom penghentian benzodiazepinTerdapat beberapa tanda yang timbul pada keadaan penghentian penggunaan benzodiazepin: mereka menunjukkan gejala kecemasan yang sebenarnya (rekuren), pemburukan gejala kecemasan yag sebenarnya (rebound) atau kedaruratan gejala baru (true withdrawal) :Perubahan mood dan kognisi Cemas, khawatir , disforia, pesimis, iritabilitas, obsessif terhadap masa lalu, dan paranoidPerubahan jam tidur Insomnia, perubahan jam tidur dan megantuk pada siang hari.Tanda dan gejala fisik Takikardia dan peningkatan tekanan darah, hiperefleksi, ketegangan otot, gelisah, tremor, mioklonik, nyeri otot dan persendian, mual, coryza, diaforesis, ataxia, tinitus dan kejang grand mall.Perubahan persepsi Hiperakusis, depersonalisasi,penglihatan yang kabur, ilusi dan halusinasi.

2. Epidemiologi.

Page 15: Alkohol, Dkk

Kira – kira 6% orang – orang yang menggunakan obat –obat terlarang biasanya dibawah 40 tahun. Prevalensi yang tertinggi adalah pada usia antara 25 – 35 tahun dengan rasio perbandingan antara wanita dan pria 3:1 dan kulit putih terhadap kulit hitam 2:1 . penyalah gunaan barbiturat biasanya pada usia diatas 40 tahun.

3. Intoksikasi. Lihat tabel 7-20. intoksiskasi dapat juga menyebabkan disinhibisi dan amnesia.4. Withdrawal.

Lihat tabel 7-20. dapat dari yang berpotensi kecil untuk membahayakan jiwa sampai kepada keadaan yang membutuhkan masuk RS. Perbedaan untuk toleransi tiap orang adalah berbeda – beda. Semua sedatif, hipnotif dan anxiolitik adalah saling toleransi satu dengan lainnya terhadap alkohol. Obat – obat dengan masa paruh yang pendek (seperti alprazolam) dapat menginduksi suatu peristiwa withdrawal yagn lebih cepat dan yang lebih berat dibandingkan dengan obat – obat yang memiliki paruh waktu yang panjang (seperti diazepam). Tingkatan toleransi dapat diperkirakan dengan test Challenge phenobarbital dengan megetahui dosis yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya withdrawal.

Tabel 7-20Tanda-tanda dan gejala-gejala intoksikasi dan penghentian dari suatu substansi.

Substansi Intoksikasi Withdrawal

Opioid mengantuk ketergantungan obatbicara kacau mual, muntahgangguan perhatian / ingatan nyeri ototanalgetik lakrimasi, rinoreaanoreksia dilatasi pupilpenurunan libido cemas / takutaktivitas berkurang diare

demaminsomniapenurunan konsentrasi

amfetamin cemas, takut tidak bergairah (malas)atau kokain takikardi kelelahan

dilatasi pupil gangguan tidurpenurunan tekanan darah agitasimual, muntah ketergantungantremoraritmiademamgerak tidak terkendalianoreksia, penurunan berat badanmulut keringimpotenthalusinasihiperaktivitasagresivetakut disakiti

sedative, hipnotic bicara kacau mual, muntahatau anxietic hilang koordinasi perasaan malas, sangat lemah

langkah tidak teratur hiperaktivitas autonomgangguan perhatian / ingatan cemas, hiperaktivitas

sensitif pada cahaya & suaratremorinsomniadiserang sakit tiba-tiba

Table 7-21

Page 16: Alkohol, Dkk

Pemberian Pentobarbital1. Berikan 200 mg pentobarbital secara oral.2. Observasi pasien dari bahaya intoksikasi setelah 1 jam (seperti : mudah mengantuk, bicara tidak jelas, atau

nistagmus).3. Jika tidak terjadi intoksikasi pada pasien, berikan lagi 100 mg pentobarbitar setiap 2 jam (maksimal 500 mg

setelah 6 jam).4. Total dosis yang dapat membuat keracunan adalah sebanding dengan banyaknya pemakaian barbiturate

dengan dosis yang salah.5. Ganti dengan 30 mg fenobarbital (waktu paruh panjang) untuk setiap 100 mg pentobarbital.6. Turunkan dosis sampai 10 % setiap hari.7. Perbaiki pemberian jika tanda-tanda intoksikasi atau penghentian telah membaik.

Tabel 7-22Mengevaluasi dan menangani keadaan atau situasi medik dan psikiatri yang ada.1. Mengetahui riwayat pemakaian obat dan sampel urine, darah, dan tes etanol.2. Menentukan dosis bbenzodiazepin atau barbiturate yang diperlukan untuk stabilisasi

berdasarkan riwayat, manifestasi klinik, tes etanol dan dosis percobaan (pada beberapa kasus).3. Penuntun terapi kecanduan Benzodiazepin4. Detoksifikasi dari dosis supraterapeutik:

a) Perlu hospitalisasi jika terdapat indikasi medis atau psikiatri, dukungan lingkungan yang buruk, atau ketergantungan pada pada banyak jenis obat, atau jika pasien tidak dapat dipercaya untuk mengurus dirinya sendiri.

b) Beberapa dokter menyarankan untuk mengunakan benzodiazepin dengan waktu aksi lebih lama (longer-akting) seperti diazepam, clonozepam, sedangkan yang lain menyarankan dosis stabilisasi dari obat yang digunakan pasien atau fenobarbital.

c) Setelah stabilisasi, kurangi dosis sebanyak 30% seketika atau pada hari ketiga dan evaluasi responnya. Ingatlah bahwa gejala-gejala klinik akan muncul lebih awal pada penggunaan benzodiazepine dengan waktu paruh yang pendek (cth: lorazepam) dibandingkan dengan penggunaan benzodiazepin waktu paruh panjang (cth: diazepam).

d) Kurangi dosis kemudian sebanyak 10-25% setiap beberapa hari jika ditoleransi.e) Gunakan pengobatan adjuvant jika diperlukan: karbamasepin, antagonis β adrenergic,

valproat, klonidin, dan anti depresan yang telah digunakan. Tapi keefektifan pengobatan adjuvant ini pada abstinensia benzodiazepine belum terbukti.

5. Detoksifikasi dari dosis terapetika) Inisiasi dengan dosis dikurangi 10-25% dari dosis terapetik dan evaluasi respon.b) Dosis, durasi,terapi dan tingkat keparahan ansietas (kecemasan) mempengaruhi tingkat

kemajuan dalam penghentian kecanduan dan juga tingkat kebutuhan akan pengobatan adjuvan.

c) Sebagian besar pasien yang menerima dosis terapetik tidak mengalami komplikasi ketika dihentikan.

6. Intervensi psikologis dapat membantu pasien dalam detoksifikasi dari benzodiazepin dan untuk pengendalian rasa cemas jangka panjang.

K. AMFETAMIN DAN SUBSTANSI-SUBSTANSI SEPERTI AMFETAMIN (STIMULASI)

Substansi-substansi seperti amfetamin menimbulkan efek mayornya dengan melepaskan katekolamin terutama dopamine, dari penyimpanan presinaptik terutama pada jalan kembali atau reward pathway dari neuron-neuron dopaminergik yang diproyeksikan dari segmentum ventralke korteks. Kenalilah indikasi-indikasinya seperti penurunan konsentrasi dan neurolepsi dan depresi. Metilfenidat (Ritalin) ternyata kurang adiktif dibandingkan amfetamin-amfetamin yang lain, kemungkinan karena dia mempunyai mekanisme aksi yang berbeda (menghambat reuptake / pengambilan kembali dopamine). Efeknya adalah euphoria dan anoreksia. Amfetamin biasanya

Page 17: Alkohol, Dkk

dikonsumsi secara oral tapi juga dapat diinjeksikan, dapat dihirup, atau dibakar. Sindroma klinik pemakaian amfetamin mirip dengan pemakaian kokain, meskipun rute oral amfetamin memberikan euphoria yang lebih lambat muncul dan lebih kurang adiktif. Penyalahgunaan amfetamin IV sangatlah adiktif.

Petunjuk KlinisAmfetamin biasanya disalahgunakan oleh pelajar, sopir truk jarak jauh, dan orang-orang yang meninginkan / membutuhkan untuk tetap bangun dan sadar / berkonsentrasi untuk waktu yang lama.

Amfetamin dapat merangsang timbulnya psikosis paranoid yang mirip seperti paranoid

skizoprenia. Intoksikasi biasanya terjadi pada 24-28 jam. Dosis yang disalahgunakan dari amfetamin dapat menyebabkan hipertensi yang berat, penyakit serebrovaskular dan infark miokard dan iskemia. Gejala-gejala neurologisnya berkisar dari twitching / kedutan sampai tetani, tidak sadar, koma dan bahkan kematian pada dosis tinggi.

Tremor, ataksia, bruxisme,, nafas pendek, sakit kepala, demam dan kemerahan sering ditemui tapi jarang didapatkan efek-efek fisik yang parah.1. Epidemiologi: di USA, ± 7% dari populasi menggunakan psikostimulan dengan rentang usia

paling sering adalah antara 18-25, diikuti nomor duanya oleh kelompok usia 12-17. Prevalesi ketergantungan dan penyimpangan penggunaan amfetamin adalah 1,5% dengan perbandingan yang sama antara pria dan wanita.

2. Obat-obatana Amfetamin golongan utama / mayor:b Amfetamin, dekstroamfetamin (dexedrin), metamketamin (desoxyn, “speed”),

metilfenidat, pemolin (cylert).c Zat yang terkait: Efedrin, fenilpropanolamin (PPA), khat, metkation (“crank”). Substitusi

amfetamin (juga diklasifikasikan dalam halusinogen) Mempunyai efek baik pada serotonergik maupun pada sistem dopaminergik. Mempunyai efek amfetamin dan halusinogen pada tingkah lakunya (3,4-metilendioksimetamfetamin (MDMA, ekstasi); 2,5-dimetoksi-4-metilamfetamin (MMDA). Penggunaan MDMA biasanya berkaitan dengan peningkatan kepercayaan diri dan sensitifitas sensorik dan rasa damai dengan pemandangan empati dan merasa dekat dengan orang lain. Efek-efeknya memang membuat lebih aktif dan lebih berenergi sama dengan ciri-ciri halusinogen tapi dengan disorientasi dan gangguan persepsi yang lebih sedikit disbanding halusinogen klasik. MDMA dapat menyebabkan panas tinggi, terutama bila digunakan dengan dosis penuh dan dikombinasikan dengan pengobatan aktivitas fisik seperti yang banyak ditemui dipesta-pesta. Penggunaan yang lama dan dosis besar dapat mengakibatkan kerusakan saraf serotonergik.

d “Es”. Bentuk asli / murni dari metamfetamin (dihirup, dibakar dan diinjeksikan). Sebagian besar sangat kuat. Efek psikologisnya dapat bertahan berjam-jam. Sintetis dan produk domestic.

Petunjuk klinisAmfetamin dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis yang mirip dangan skizoprenia paranoid (psikosis amfetamin-induced). Bedanya gejala ini akan hilang dalam beberapa hari dan ditemukan dalam pemeriksaan urine. Sehingga diagnosis dapat ditegakkan.

3. Intoksikasi dan pemberhentianHiperaktivitas sistem saraf autonom dan perubahan tingkah laku.

4. TerapiSimtomatik. Bezodiazepin untuk agitasi. Fluoxetin (prozac) atau buproprion (wellbutrin) telah digunakan untuk menjaga terapi setelah detoksifikasi.

Page 18: Alkohol, Dkk

L. KOKAIN

Salah satu yang paling adiktif dan paling sering disalahgunakan, dapat berbentuk coke, blow, cane, atau freebase. Efek farmakologik kokain mirip dengan stimulant-stimulan yang lainnya, tapi dia digunakan dengan luas. Sebelum diketahui bahwa kokain sangat adiktif, dahulu dia digunakan sebagai stimulant dan euforian. Biasanya kokain dikonsumsi dengan dihirup tapi juga dapat dibakar atau diinjeksikan. “Crack” dibakar untuk dikonsumsi, mempunyai onset yang cepat dan sangat adiktif. Onset aksi dari kokain jika dihisap berbeda dengan ketika diinjeksikan, tapi tingkat adiktifitasnya sama. Euforianya intens dan resiko ketergantungannya meningkat bahkan mengkonsumsi 1 kali saja. Seperti amfetamin, kokain dapat digunakan terus-menerus selama beberapa hari. Hal ini mengakibatkan efek euphoria yang lebih hebat akibat sensitisasi ganda. Pada keadaan ini, pemakai menggunakan kokain berulang-ulang sampai kelelahan atau kehabisan obat. Pad akhirnya terjadi letargi, kelaparan dan tidur yang lama. Dengan penggunaan yang berulang, terjadi toleransi berkembang terhadap euforiant, anorektik, hipertermi dan efek-efek kardiovaskular.

Penggunaan kokain IV juga beresiko sama dengan penyalahgunaan obat-obat lain yang diberikan IV seperti AIDS, septicemia dan trombus vena.

Table 7-24

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR. Untuk intoksikasi amfetamin.A. Baru menggunakan amfetamin atau zat-zat yang berkaitan (seperti metifenidat)B. Tingkah laku maladaptive yang signifikan secara klinis atau perubahan psikologis (seperti

euforiaatau tidak peka, perubahan sosiabilitas, hipervigilance, sensitifitas interpersonal: kecemasan, tertekan, atau kemarahan; tingkah laku yang terstereorip, gangguan penilaian atau gangguan fungsional dalam bekerja atau bersosialisasi) yang berkembang selama atau segera sesudah menggunakan amfetamin / zat-zat yang terkait.

C. Memiliki 2 atau lebih dari hal-hal dibawah ini selama atau segera sesudah mengkonsumsi amfetamin atau substansi-substansi yang terkait:1) takikardi atau bradikardi2) dilatasi pupil3) peningkatan / penurunan tekanan darah4) perspirasi atau kedinginan5) mual atau muntah6) kehilangan berat badan7) agitasi atau retardasi psikomotorik8) kelemahan muskular, depresi respiratorik, nyeri dada atau aritmia kardiak9) konvusi, tidak sadar, diskinesia, ditonia atau koma

D. Gejala-gejalanya bukan diakibatkan kondisi umum medis dan bukan karena terapi untuk kelainan mental lainnya.

Dikhususkan bila disertai dengan gangguan persepsi.

Tabel 7-25

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk pemberhentian kecanduan amfetamin (withdrawal).A. Penghentian (atau reduksi) penggunaan amfetamin (substansi-substansi terkait) yang

berat dan lama.B. Suasana hati yang tidak menentu dan 2 atau lebih dari perubahan-perubahan dibawah ini

yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria A:

Page 19: Alkohol, Dkk

1) kelelahan2) bersemangat ; mimpi-mimppi buruk3) insomnia atau hipersomnia4) nafsu makan yang meningkat5) agitasi atau retardasi psikomotorik

C. Gejala-gejala pada kriteria B menyebabkan tekanan yang signifikan secara klinis atau ketergantungan fungsional dari segi social, pekerjaan dan aspek-aspek kehidupan penting lainnya.

Gejala-gejalanya bukan karena kondisi medis dan tidak disalahartikan dengan gangguan mental lainnya.

Petunjuk klinisKeseringan menghirup dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan rhinitis berulang, yang biasanya diobati sendiri dengan dekongestan nasal. Dan juga dapat menyebabkan mimisan yang akhirnya mengakibatkan terjadinya perforasi septum nasal.

Sekuel gejala fisik yang lainnya meliputi infark serebral, tidak sadar, infark miokard, aritmia kardiak dan kardiomiopati.1. Epidemiologi.

Sekitar 10% dari populasi di USA pernah mencoba kokain dan nilai penyalahgunaan atau ketergantunggannya ± 2%. Paling banyak ditemui pada golongan usia 18-25 dengan rasio pria-wanita 2:1. Semua ras dan semua lapisan sosioekonomik telah terkenal.

2. Intoksikasi kokain. Dapat menyebabkan terjaga terus-menerus, agitasi, rasa cemas banyak bicara, nada bicara yang

penuh tekanan, paranoid, agresif peningkatan libido, kesadaran yang berlebihan, grandiosity hiperaktivitas dan gejala-gejala lainnya. Tanda-tanda fisiknya meliputi takikardi, hipertensi, dilatasi pupil, kedinginan / menggigil, anoreksia, insomnia, dan gerak-gerak stereotip. Penggunaan kokain juga dapat menyebabkan kematian tiba-tiba akibbatt komplikasi kardiak dan delirium. Gangguan delisionalnya setipe paranoid. Deliriumnya dapat berupa halusinasi taktil atau olfaktori. Delusi dan halusinasi terjadi pada > 50% pengguna kokain. Delirium dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan kematian.

3. PenghentianTanda utama dari withdrawal kokain adalah kecanduan / sangat membutuhkan kokain. Kecenderungan berkembangnya ketergantungan berhubungan dengan bagaimana kokain dikonsumsi (lebih rendah jika dihirup, lebih tinggi jika IV).

Table 7-26A. Mengkonsumsi kokain akhir-akhir ini.B. Tingkah laku maladaptik yang nyata dalam klinik atau perubahan-perubahan psikologik

(seperti euphoria atau tidak peka ; perubahan sosiabilitas ; hiperviglians ; sensitifitas interpersonal ; kecemasan ; tertekan atau kemarahan ; tingkah laku yang khas ; gangguan penilaian atau gangguan fungsional secara sosial atau okupasional yang berkembang pada saat atau segera sesudah penggunaan kokain.

C. Dua (2) atau lebih dari hal-hal dibawah ini yang berkembang pada saat atau segera sesudah menggunakan kokain.1) takikardi atau bradikardi2) dilatasi pupil3) peningkatan atau penurunan tekanan darah4) perspirasi atau kedinginan (menggigil)5) mual atau muntah6) kehilangan berat badan yang nyata7) agitasi atau retardasi psikomotorik8) kelemahan otot, depresi respiratorik, nyeri dada atau aritmia kardiak9) konfusi, tidak sadar, diskinesia, distonia atau koma

Page 20: Alkohol, Dkk

D. Gejala-gejalanya bukan karena kondisi medik umum dan sebaliknya tidak disalahartikan dengan gangguan mental lainnya

Khusus bila disertai gangguan persepsi.

Table 7-27

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk withdrawal kokain.A. Penghentian (atau reduksi) pemberian kokain yang telah lama dan berat.B. Disforik mood (suasana hati tidak terkontrol) dan 2 atau lebih dari perubahan-perubahan

psikologis dibawah ini yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria A.1) kelelahan2) bersemangat, mimpi-mimpi buruk3) insomnia atau hipersomnia4) peningkatan nafsu makan5) agitasi atau retardasi psikomotorik

C. Gejala-gejala di kriteria B menyebabkan gangguan besar secara klinik dan juga gangguan di kehidupan social, okupasional / pekerjaan dan aspek-aspek penting kehidupan lainnya.

D. Gejala-gejala yang ttimbul bukan karena kondisi medis umum dan sebaliknya tidak salah dengan gangguan mental lainnya.

4. Terapi. Sebagian besar secara simptomatik. Pemberontak dapat diobati dengan pemberian benzodiazepin atau jika sangat berat (delirium atau psikosis), dosis yang rendah dari antipsikotik potensi tinggi (merupakan pilihan terakhir). Gejala Somatik (takikardia, hipertensi) dapat diobati dengan reseptor antagonis β-adrenergik (beta bloker), penilaian terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.

M.KANABIS (MARIJUANA)

Canabis sativa adalah sebuah tumbuhan yang berasal dari kanabis atau marijuana. Semua bagian dari tumbuhan mengandung psychoactive cannabinoid yang terdiri dari ∆-9 tetrahidrokanabinol (THC) adalah euforian aktif utama (banyak kanabinoid aktif lainnya yang bertanggung jawab terhadap efek varian lain). Kadang-kadang, pembersihan THC disalahgunakan. Biasanya kanabinoid digunakan pada rokok tapi dapat juga dikonsumsi (efek pertama adalah menjadi lambat, tapi lainnya dapat mengkonsumsi dalam dosis tinggi).

a. Epidemilogi. Terdapat 5% kehidupan dari penyalahgunaan atau ketergantungan kanabis terutama usia 18 sampai 21 tahun menjadi pengguna tertinggi, tapi semua umur dapat menggunakannya. Bangsa kulit putih merupakan pengguna tertinggi dibandingkan ras lain.

b. Racun Kanabis. Kanabis adalah asap rokok, efek euforik mencapai puncaknya dalam 30 menit dan terakhir 2 atau 4 jam. Efek Motor dan kognitif dapat terjadi 5 sampai 12 jam. Gejala-gejalanya berupa euforia atau disforia, anxietas, kecurigaan, tertawa yang berlebihan, penyimpangan waktu, penarikan sosial, pertimbangan lemah, dan tanda-tanda yang mengikutinya: suntikan konjungtiva, selera yang tinggi, mulut kering, dan takikardia. Itu juga disebabkan karena dosis hipotermia dan sedikit pemberian obat penenang. Sering digunakan dengan alkohol, kokain, dan obat lainnya. Karena dapat depersonalisasi dan setengah halusinasi. Biasanya banyak karena sedikit delusi persekutori yang jarang memerlukan pengobatan. Dalam dosis tinggi, dapat menyebabkan sedikit delirium dengan gejala panik atau memperpanjang psikosis kanabis (mungkin akhirnya mencapai 6 minggu). Pengobatan yang lama mudah terjadi

Page 21: Alkohol, Dkk

anxietas atau depresi dan pada sindrom emosi bersikap masa bodoh. Penyakit pernapasan yang kronis dan kanker hati adalah akibat jangka panjang karena mengisap hidrokarbon karsinogenik. Hasil dari tes urine untuk THC adalah positif sampai pada 4 minggu setelah keadaan mabuk.

c. Ketergantungan Kanabis. ketergantungan dan penarikan adalah diagnosa kontroversi, ada banyak penyalahgunaan yang tergantung, tetapi memaksa melawan, bahkan para pemakai berat tidak konsisten menyebabkan suatu karakteristik sindrom penarikan diri.

d. Terapi.Kanabis dan komponen aktif utama (∆-9 THC) terpakai sukses untuk mengobati kejenuhan kedua untuk kemoterapi kanker, untuk penelitian meniru pada pasien AIDS, dan dalam pengobatan glaukoma.

e. Terapi. Terapi dari intoksikasi biasanya tidak diperlukan. Anxiolitik untuk kegelisahan; antipsikosis untuk halusinasi atau kshayalan.

N. HALUSINOGEN Halusinogen adalah unsur buatan dan juga alami, dikenal sebagai psikedelik atau

psikotomimetik karena bahan-bahan ini menyebabkan halusinasi, hilangnya kesadaran, dan pengalaman yang diceritakan atau dibesar-besarkan. Yang klasik, halusinasi yang alami adalah psilokibin (dari beberapa jamur) dan meskalin (dari kaktus peyote); antara lain harmin, harmalin, ibogain, dan dimetyltryptamin. Unsur utama amfetamin meliputi MDMA, MDEA, 2,5-dimethoxy-1-metylamfetamin (DOM, STP), dimetyltryptamin (DMT), MMDA.dan trymethoxyamfetamin (TMA), yang biasa digolongkan dengan amfetamin1. Konsiderasi umum.

Halusinogen pada umumnya dimakan, dihisap dengan kertas (buccally ingested) atau rokok. Kategori ini meliputi banyak obat yang berbeda dengan efek berbeda. Halusinogen bertindak sebagai simpatomimetik dan menyebabkan hipertensi, takikardia, hipertermia, dan dilatasi pupil. Akibat fisik psikologis dibatasi dari perubahan persepsi ke halusinasi yang sesungguhnya; kebanyakan para pemakai mengalami efek yang ringan. Pada umumnya digunakan dengan sporadis oleh karena toleransi, dimana berkembang dengan cepat dan membatalkan beberapa hari dari pantangan. Mengandalkan fisik atau panarikan diri yang tidak terjadi, tetapi ketergantungan psikologis dapat berkembang. Potensi halusinogen dapat terkontaminasi dengan obat antikolinergik. Potensi Halusinogen dihubungkan dengan mengikat serta serotinin-5-HT2 sel yang peka rangsangan, dimana obat ini bertindak sebagai partilagonis.

2. Epidemologi. Pengguna halusinogen pada umumnya adalah anak muda (umur 15-35), serta laki-laki dewasa menggunakan paling banyak dibadingkan wanita dan kelompok lainnya. Penggunaan halusinogen di Amerika serikat adalah 12%.

3. Keracunan halisinogen (halusinosis)a. Diagnosa, tanda-tanda, dan gejala.

Dalam keadaan tidak sadar dan ketidaksiapan, perubahan tingkah laku maladaptif (kegelisahan, depresi, referensi pikiran, dan ketakutan). Perubahan persepsi (halusinasi, ilusi, dan depersonalisasi); dilatasi pupil, takikardia atau palpitasi, berkeringat, penglihatan menjadi kabur, tremor, dan inkordinasi. Reaksi panik (mimpi buruk) dapat terjadi bahkan pada para pemakai yang sudah berpengalaman. Pemakai khusus dapat meyakinkan bahwa gangguan persepsi adalah nyata. Didalam mimpi buruk pengguna merasa seperti akan gila, dan memiliki kerusakan otak, dan tidak akan sembuh.

b. Terapi. Melibatkan penenteraman hati kembali dan menjaga pasien dalam hubungan dengan kepercayaan, dukungan seseorang (teman, perawat). Diazepam (20 mg secara oral)

Page 22: Alkohol, Dkk

dengan cepat membatasi racun halusinogen dan berbicara dengan pasien yang memerlukan waktu. Jika pasien tersebut psikotik dan tidak tenang, antipsikotik potensi tinggi, seperti haloperidol (Hadol), fluphenazine (prolixin), atau thiothixene(navane), mungkin dapat digunakan (menghindari antipsikotik potensi rendah karena efek antikolinergik). Pengendalian lingkungan diperlukan untuk mencegah tindakan berbahaya sebagai hasil pertimbangan dari keadilan yang lemah. Pengekangan fisik mungkin diperlukan. Sindrom delusi dan emosi (biasanya depresi) mungkin akan berkembang.

4. Halusinogen yang berlangsung lama mengacaukan persepsi. Pengalaman yang berbahaya yang diulangi setelah perhentian menggunakan halusinasi. Pasien mungkin membutuhkan benzodiazepin dosis rendah (untuk masalah akut) atau obat antipsikotik (jika terus menerus). Antikonvulsan seperti valproic acid (Depakene) dan Carbamazepin (tegretol) juga berguna.

O. PHENCYCLIDIN (PCP) DAN OBAT DENGAN CARA KERJA YANG SAMA. Phencyclidine (PCP), juga diketahui sebagai “debu malaikat” adalah disosiatif anesthetic

sebagai akibat halusinasi. dengan cara yang sama bertindak sebagai obat yang termasuk ketamin (ketalar), juga yang ditunjuk sebagai “K special”. PCP menjadi penyebab ketakutan dan tindakan kejam yang tak terprediksi, yang sering membawa perlakuan kejam menjadi perhatian medis. Akibat pertama farmakodinamik adalah pertentangan dari NMDA substipe glutamat dari sel yang peka rangsangan.1. Epidemiologi

14% laki-laki dan perempuan berumur 18-25 tahun yang punya PCP dalam hidupnya dan penggunaannya merosot. tetapi, PCP adalah kumpulan dengan 3% dari unsur kesakitan kematian dan 32% dari unsur yang berhubungan dengan kekacauan.

2. Keracunan PCPa. Diagnosa, tanda-tanda, gejala.

Belligerence, assaultiveness, hasutan, menuruti kata hati, tidak dapat diramal, dan tanda-tanda yang mengikutinya: nistagmus, berkembang menjadi tekanan darah dan hati, mati rasa/respon bebas dari sakit, kehilangan perasaan/keseimbangan, dysarthria, kekakuan otot, serangan, dan hiperakusis. secara khas, PCP adalah merokok dengan marijuana atau tembakau tapi itu tidak bisa dimakan, disuntikan, atau dihisap/hirup. PCP dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak biasa menggunakan marijuana atau LSD. PCP dapat dideteksi pada darah dan urine lebih dari 1 minggu.Efek dari dosis yang digunakan. pada dosis rendah, PCP bekerja seperti sebuah depresan CNS, memproduksi nistagmus, penglihatan menjadi kabur, mati rasa, dan terkontrol. Pada dosis sedang, PCP menghasilkan hipertensi, dysarthria, kehilangan keseimbangan, tegangan otot (khususnya pada wajah dan leher), refleks yang tinggi, dan keringatan. Pada dosis yang tinggi, PCP membuat pergolakan, liver, dan gerakan abnormal, rhabdomylisis, myoglobinuria, dan gagal ginjal. Kelebihan dosis karena serangan, hipertensi hebat, diaforesis, hipersalivasi, tekanan pada pernapasan, koma dan kematian.Tindakan kejam adalah umum dengan intoksikasi, karena dari analisa efek PCP, pasien tidak memperdulikan tubuh mereka dan mungkin melukai diri mereka sendiri ketika beragitasi dan combative. Penyakit jiwa. kadang-kadang pasien boleh menyerupai kekacauan schizophreniform). mungkin bertambah. ini khususnya seperti pada pasien dengan pokok yang mendasari schizophrenia. Kemungkinan komplikasi yang lain termasuk mengigau, kekacauan emosi, khayalan. Katamin, diperoleh dari PCP, hasil yang sama dengan gambaran ilmu jiwa.

b. Terapi Isolasi pasien dalam sebuah lingkungan yang tidak stimulasi. yang mencoba berjalan dekat dengan pasien, sekalipun dengan seorang pasien dengan gangguan kegelisahan.

Page 23: Alkohol, Dkk

tunggu sampai PCP bekerja dulu. Asidifikasi urine mungkin ada peningkatan obat/racun (ascorbic acid atau ammonium chloride), tapi itu mungkin tidak efektif dan meningkatnya resiko gagal ginjal. menutupi untuk obat lain. Jika pasien memberontak, gunakan benzodiazepin. Jika memberontak dan gila, antipsikotik dapat digunakan. Hindari antipsikotik dengan intensif potensi mengandung antikolinergik, karena PCP dosis tinggi mengandung antikolinergik actions. Pengekangan fisik diperlukan melumpuhkan pasien agar tidak melukai diri sendiri. kesembuhan pada pasien umumnya cepat, jaga pasien dan staff. Selalu evaluasi terhadap penyembuhan yang cocok dengan kondisi pasien. Terapi untuk intoksikasi ketamin adalah sama.

P. INHALAN

Obat inhalans (juga disebut inhalatans atau zat-terbang) adalah hidrokarbon yang mudah menguap yang dihirup untuk efek psikotropi. yang termasuk didalamnya gasolin, kerosen, plastic dan perekat karet, pesawat terbang dan peralatan rumah tangga, cat, pernis, email, minyak cat, penyegar udara, semir, nitro oxida, amil nitrat, karet sintetis, butil nitrat, dan cairan pembersih. Inhalans disalah gunakan khususnya oleh anak remaja di dalam ekonomi-sosial yang lebih rendah. Gejala dari mabuk ringan dengan alkohol atau sedatif-hipnotik. Efek psikologis meliputi euforia yang ringan, belligerence, assaultiveness, pertimbangan lemah, dan impulsiveness. Efek fisik meliputi kehilangan keseimbangan, kebingungan, disorientasi, suara yang menyatu, kepeningan, refleks yang tertekan, dan nistagmus. Ini dapat diproses dalam keadaan pikiran yang tidak waras dan memberontak. Kemungkinan efek racun meliputi kerusakan otak, liver, depresi sumsum tulang, neuropati perifer, dan imunosupresi. Walaupun tidak diakui oleh DSM-IV-TR, jarang suatu penarikan sindrom dapat berkembang. itu adalah karakteristik dari sifat amarah, gangguan tidur, kerlipan, keringat, muak, muntah, takikardia, dan kadang-kadang halusinasi dan delusi. Pengobatan tercepat adalah mendukung perawatan medis.

Q. CAFFEINE

Caffeine didapat dalam kopi, teh, dan coklat, cola, dan hidangan berkarbonat lainnya, cocoa, obat-obat yang dingin, dan stimulant yang dijual bebas. Keracunan kafein dikarakterisir dengan mudah lelah, gugup, muscle twitching, kata-kata kacau, takikardi atau aritmia jantung, periode kelelahan dan agitasi psikomotor. Dosis yang tinggi dapat meningkatkan gejala gangguan psikiatrik (contohnya kecemasan dan psikosis). Berkembang ke arah ketergantungan. Withdrawal syndrome ditandai ditandai dengan sakit kepala yang berlangsung selama 4-5 hari. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah simptomatik. Pengobatan jangka pendek dengan benzodiasepin (diazepam, 15 mg perhari untuk 2-5 hari) akan membantu mengurangi withdrawal agitasi dan insomnia.

R. NIKOTIN

Nikotin terkandung dalam rokok tembakaun dan mengunyah tembakau mentah. Ketergantungan nikotin adalh yang terbanyak didapatkkan dan merupakan substansi yang mematikan. Nikotin akan mengaktifkan reseptor nikotin asetilkolin yang akan menambah penghantaran dopamine kembali dan meningkatkan stimulasi beberapa neurohormon. Nikotin sangat cepat direabsorpsi saat diinhalasi dan mencapai SSP dalam 15 detik.1. Epidemiologi

25% warga Amerika adalah perokok, 25% nya lagi perokok pasif sedangkan 50% bukan perokok. Rata-rata usia mereka saat mulai merokok adalah 16 tahun, dan beberapa orang mulai merokok saat umur mereka diatas 20 tahun. Di dunia ini kira-kira 47% adalah perokok.

2. Ketergantungan nikotin

Page 24: Alkohol, Dkk

Sangat cepat berkembang dan sangat kuat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar. Seringkali ditemukan dengan ketergantungan substansi yang lain (contohnya alcohol dan ganja). Pengobatan terhadap ketergantungan termasuk diantaranya hypnosis, terapi aversive, akupuntur, spray nasal nikotin, nikotin transdermal, klonidin dan agen non nikotinok psikofarmakologi. Bupoprion (zyban) dengan dosis 300 mg/hari akan meningkatkan pemberhentian rokok dengan ataupun tanpa depresi. Kobinasi menggunakan nikotin sistemik dengan konseling akan menghasilkan rata-rata60% brhenti menggunakan nikotin. Namun angka kekambuhan masih cukup tinggi. Psikiater harus hati-hati dangan efekk dari abstinence nikotin terhadap konsentrasi obat-obat psikotropik dalam darah. Merokok lebih sering dijumpai dibandingkan mengunyah tembakau. Merokok dapat menyebabkan pentyakit paru obstruktif, kanker, penyakit jantung koroner, dan penyakit pembuluh darah perifer.

3. Nikotin withdrawalDitandai oleh ketergantungan nikotin, mudah teriritasi, frustasi, cepat marah, cemas, susah berkonsentrasi, susah beristirahat, bradikardi dan meningkatkan nafsu. Sindrom ini menetap selama beberapa minggu dan seringkali juga meruupakan superimposed (bersamaan atau akibat) terhadap withdrawal substansi yang lain.

S. STEROID ANABOLIC

Steroid anabolic satu kelas dengan hormone pria testoteron dan masuk dalam grup yang terdiri dari lebih dari 50 analog testoteron sintetik. Mereka termasuk dalam Drug Enforcement Agency Schedule III (terjemahan bebas : obat-obat kuat) yang biasanya digunakan untuk meningkatkan penampilan fisik dan untuk meningkatkan massa otot. Contoh pengunaan steroid anabolic ini terdapat dalam table 7.35. kira-kira 1 juta warga Negara Amerika menggunakan steroid illegal. Penggunaan ini meningkatkan maskulinitas bagi pria. Yang biasa menggunakan obat ini adalah atlit. Pembentukan penampilan merupakan hasil yang diharapkan dari panggunaan obat ini. Steroid anabolic ini juga dapat dianggap sebagai suatu ergogenik untuk meningkatkan massa otot, mengurangi lemak dan air yang bertujuan membentuk tubuh. Obat0obat ini juga termasuk diantaranya hormone tiroid dan stimultan. Dehidroepyandrosteron (DHEA) dan aldostenedione adalah androgen adrenal yang dipasarkan dalam bentuk suplemen makanan yang sangat laku dipasaran. Efek awal dari steroid euphoria dan hiperaktivitas, yang akan menjurus ke egois, mudah teriritasi, cemas, mudah terangsang, mania, emosi meledak-ledak. Steroid dapat juga menyebabkan ketergantungan. Abstinence dapat menyebabkan depresi, mudaj cemas, dan ketakutan terhadap perubahan bentuk badan. Komplikasi yang terjadi karena ketergantungan adalah : jerawat, premature balding (terjemahan bebas : kerontokan rambut). Ginekomasti, atrofi testis, kulit dan mata berwarna kuning, pembesaran klitoris, menstruasi yang abnormal, dan hirsutisme.

Pengobatannya dengan psikoterapi dengan mengatasi distorsi bentuk tubuh dan menemukan efek samping yang telah terjadi selama penggunaan steroid. Sama dengan penyalahgunaan bahan lainnya, tujuan yang ingin dicapai adalah pemberhentian. Tes urin yang rutin digunakan sebagai indikasi keberhasilan terapi.

KRIS & ADAM

Page 25: Alkohol, Dkk