laporan dkk napza.docx

53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan/ketergantungan zat-zat psikoaktif, termasuk narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari sudut medis, psikiatrik (kedokteran jiwa), kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-budaya, kriminalitas, kerusuhan masal dan lain sebagainya). Dari sekian banyak permasalahan yang ditimbulkan sebagai dampak penyalahgunaan/ketergantungan zat psikoaktif adalah merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas kerja secara drastis, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, perubahan perilaku menjadi perilaku antisosial (perilaku maladaptif), gangguan kesehatan (fisik dan mental), mempertinggi jumlah kecelakaan lalu lintas, tindak kekerasan dan kriminalitas lainnya. 1.2 Manfaat Modul Tujuan modul 1 blok 17 ini adalah mempelajari tentang NAPZA. Selain itu juga kita dapat mempelajari dari jenis-jenisnya, cara pemakaian, efek obat, sampai pada penatalaksanaan. Modul 1 ini digambarkan dengan jelas di skenario sehingga dapat mengarahkan ke learning objective yang harus dicapai. Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 1

Upload: indri-caesaria

Post on 26-Dec-2015

108 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Narkotika, alkohol, zat adiktif lain

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN DKK Napza.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan penyalahgunaan/ketergantungan zat-zat psikoaktif, termasuk narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lainnya, mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari sudut

medis, psikiatrik (kedokteran jiwa), kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-

budaya, kriminalitas, kerusuhan masal dan lain sebagainya).

Dari sekian banyak permasalahan yang ditimbulkan sebagai dampak

penyalahgunaan/ketergantungan zat psikoaktif adalah merusak hubungan kekeluargaan,

menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas kerja secara drastis, ketidakmampuan untuk

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, perubahan perilaku menjadi perilaku antisosial

(perilaku maladaptif), gangguan kesehatan (fisik dan mental), mempertinggi jumlah kecelakaan lalu

lintas, tindak kekerasan dan kriminalitas lainnya.

1.2 Manfaat Modul

Tujuan modul 1 blok 17 ini adalah mempelajari tentang NAPZA. Selain itu juga kita dapat

mempelajari dari jenis-jenisnya, cara pemakaian, efek obat, sampai pada penatalaksanaan. Modul 1

ini digambarkan dengan jelas di skenario sehingga dapat mengarahkan ke learning objective yang

harus dicapai.

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 1

Page 2: LAPORAN DKK Napza.docx

BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO

TOLONG DOK….ANAKKU SAKAU

Seorang laki-laki 20 tahun, anak pejabat ddi daerah, dibawa ke rumah sakit dengan keadaan

withdrawl, lengan memar-memar, dan luka-luka iris, dan luka lecet di pelipis. Setelah dilakukan

pemeriksaan didapatkan lakrimasi, rhinorrea, pupil midriasis, dan paranoid. Kemudian dokter

menganjurkan pemeriksaan urin pada saat itu juga. Orang tua pasien tersebut sangat terkejut ketika

mendengar penjelasan dari dokter tentang penyakit anaknya dan tidak yakin akan kebenaran hal

tersebut karena mengenal anaknya sebagai anak pendiam, penurut, dan taat beribadah, tidak seperti

kakaknya yang pernah mengalami hal seperti ini karena mengkonsumsi salah satu narkoba, namun

memang memiliki sifat dan perilaku yang bertolak belakang. Apa yang terjadi?

STEP 1

1. Sakau

Adalah istilah yang sering digunakan pada seseorang pengguna Narkotika yang mengalami

gejala putus obat. Sinonim: Withdrawal Syndrome

2. Withdrawal

Adalah beberapa gejala yang timbul akibat pemberhentian atau pengurangan dosis terhadap

zat atau bahan yang memiliki efek ketergantungan, dengan kata lain sering disebut “gejala

putus obat” dari penggunaan obat-obatan yang sudah pada tahap ketergantungan atau

toleransi fisiologi.

3. Paranoid

Suatu sifat dari Paranoia. Paranoia merupakan penyakit mental dimana seseorang meyakini

bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya ditandai dengan kecurigaan yang tidak logis.

Gangguan ini bersifat menetap, mengganggu dan membuat tertekan.

STEP 2

1. Bagaimana mekanisme dari withdrawl?

2. Apa saja yang dapat menyebabkan lengan memar, luka-luka iris dan luke lecet pada pelipis

sesuai scenario?

3. Mengapa bisa terjadi lakrimasi, rhinorream pupil midriasis dan paranoid?Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 2

Page 3: LAPORAN DKK Napza.docx

4. Factor apa saja yang menyebabkan orang melakukan tindakan penyalahgunaan obat?

5. Apakah tujuan pemeriksaan urin? Apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan tersebut dan

bagaimana mekanisme pemeriksaannya?

6. a. Bagaimana cara mendiagnosis kasus scenario ?

b. pemeriksaan apa saja yang digunakan selain di scenario?

7. Apakah hubungan kasus yang dialami penderita dengan riwayat kakaknya?

8. bagaimana penatalaksanaan dari scenario?

STEP 3.

1. Diawali dengan penyalahgunaan zat tersebut dikarenakan zat bersifat membuat pemakai

ketergantungan(adiktif) maka lama kelamaan tubuh pemakai akan melakukan suatu

homeostasis baru terhadap zat/ bahan tersebut (tubuh menyesuaikan) selama periode

penggunaan obat tersebut. Sehingga apabila terjadi suatu withdrawl dengan cara

pengurangan dosis atau berhenti secara tiba-tiba, maka tubuh akan memberikan reaksi

berlawanan.

Ketergantungan pada obat:

- Toleransi: menyesuaikan homeostasis tubuh, tidak ada gejala

- Induksi: pemakaian kedua, belum ada gejala maka pemakai perlu menambah dosis

- Rehab: pengurangan dosis

- Withdrawl: tiba-tiba, inhibitor terlalu kuat sehingga timbul egek pada tubuh , dan sesuai

dari jenis zat/bahan yang digunakan.

Conditioning NAPZA: tubuh beradaptasi, sehingga terjadi penambahan reseptor yang

banyak menyebabkan sel syaraf bekerja keras. Saat terjadi gejala putus obat, maka

nantinya akan merusak kerja dari sel syaraf tersebut.

2. Pemakai merasa obat tersebut berada di dalam pembuluh darah maka melakukan suati

tindakan mengrisis lengan dan menghisap dari tempat diiris tersebut. Jika terjadi suatu

gangguan psikosis/depresi berat dapat menyebabkan suicide, hal ini termasuk kegawat

daruratan medik. Lengan memar pada pemakai dikarenakan apabila terjadi kejang akibat

dari pemakaian zat/bahan tersebut, serta luka lecet di pelipis akibat pemakai mengalami

perassan suicide, sehingga membentur-benturkan kepalanya.Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 3

Page 4: LAPORAN DKK Napza.docx

Efek withdrawl juga dapat meningkatkan stimulus terutama stimulus peka nyeri;menjadi

lebih sensitive, maka pemakai akan merasakan sakit kepa yang sangat hebat, sehingga

timbul perasaan suicide, dan melakukan ketiga hal tersebut.

3. Gangguan pada saraf simpatis dapat menyebabkan pupil midriasis (contoh: efek opioid),

vasokonstriksi di mata menyebabkan lakrimasi, serta rhinorrea. Sedangkan paranoid terjadi

bila ada suatu gangguan sejak lahir, atau gangguan dari neurotransmitter sehingga

menyebabkan gangguan jiwa.

4. Faktor-Faktor seseorang menggunakan NAPZA

Faktor kepribadian

Orangnya yang cenderung Impulsif, pendiam, orang tidak bias menahan diri ketika

keingginannya menjadi factor penggunaan NAPZA

Faktor sosial budaya

Kaitannya dengan hidup bebas

Lingkungan

1. Keluarga

2. Teman

3. Sekolah

NAPZA

Kemudahan dari zat ini untuk didapatkan, serta masih lemahnya hokum yag

berkaitan dengan NAPZA

Faktor individu :

Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja,

sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial

yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA.Anak

atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi

penyalahguna NAPZA. Ciri-ciri tersebut antara lain :

Cenderung membrontak dan menolak otoritas

Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti

Depresi,Ccemas, Psikotik, Kkeperibadian dissosial.

Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku

Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan memilikicitra

diri negatif (low self-esteem)

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 4

Page 5: LAPORAN DKK Napza.docx

Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif

Mudah murung,pemalu, pendiam

Mudah mertsa bosan dan jenuh

Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran

Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)

Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambing keperkasaan

dan kehidupan modern.

Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.

Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”

Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga

sulitmengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas

Kemampuan komunikasi rendah

Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan, kekecewaan,ketidakmampuan,

kesepian dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain)

Putus sekolah

Kurang menghayati iman kepercayaannya

Faktor Lingkungan :

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik

disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor keluarga,terutama

factor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi

penyalahguna NAPZA antara lain adalah :

Lingkungan Keluarga

Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif

Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam keluarga

Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi

Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh

Orang tua otoriter atau serba melarang

Orang tua yang serba membolehkan (permisif)

Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan

Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA

Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurangkonsisten)

Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalamkeluargaGangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 5

Page 6: LAPORAN DKK Napza.docx

Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahduna NAPZA

Lingkungan Sekolah

Sekolah yang kurang disiplin

Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA

Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untukmengembangkan

diri secara kreatif dan positif

Adanya murid pengguna NAPZA

Lingkungan Teman Sebaya

Berteman dengan penyalahguna

Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

Lingkungan masyarakat/social

Lemahnya penegakan hokum

Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

Faktor Napza

Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”

Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untukdicoba

Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri,

menidurkan, membuat euphoria atau fly atau stone atau high atau teler dan lain-

lain.

5. Dengan cara ditampung lalu di cek dengan alat. Tes ini mempunyai syarat : pemakaian

indicator (zat/bahan psikoaktif) selama 48 jam. Perlu tes konfirmasi.

6. Alur diagnose untuk penatalaksanaan zat:

a. Autoanamnesa: cenderung menutupi identitas, ada riwayat pemakaian obat, efek

intoksikasi, kapan dan durasi pemakaian, serta riwayat sosio-legal.

b. Aloanamnesa; perilaku yang berbeda, serta info saat sakau.

c. Pemeriksaan urin : dilakukan 24 jam pertama

d. Pemeriksaan darah : dalam 7 hari

e. Pemeriksaan Cor: bisa terjadi pembesaran akibat kompensasi

f. Pemeriksaan rambut.: tahan sampai 3 bulanGangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 6

Page 7: LAPORAN DKK Napza.docx

7. Dilihat dari factor-faktor yang dapat menyebabkan penyalahgunaan NAPZA

8. Methadone, rehabilitasi( medic dengan olahraga, psikis dengan psikoterapi selama 3-6

bulan, social, edukasional dngan memelihara dan meningkatkan pengetahuan,vocational

agar bias kembali bekerja)

STEP 4

STEP 5

1. NAPZA secara umum dan komplikasinya

2. Jenis : ( gejala, mekanisme kerja, terapi dan komplikasi)

A. AlcoholGangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 7

Toleransi

Adiksi/ketergantungan

withdrawl

induksi

Pupil midriasis, lakrimasi, rhinorrea,

paranoid

pemeliharaan

Pemeriksaan : anamnesis, pemeriksaan fisik

Diagnosis sementara

Pemeriksaan penunjang

Terapi

Diagnosis

Page 8: LAPORAN DKK Napza.docx

B. Opioid

C. Amphetamine

D. Opioid

E. Caffeine

F. Inhalant

G. Cannabis

H. Fensiklidin

I. Cocaine

J. Hallucinogen

K. nikotin

STEP 6

Belajar mandiri

ALKOHOL

Mekanisme

Kira-kira 10 persen alkohol yang dikonsumsi diabsorbsi di lambung, dan sisanya di absorbsi diusus

kecil. Konsentrasi puncak alkohol dalam darah dicapai dalam waktu 30 sapai 90 menit tergantung

pada apakah alkohol diminum saar lambung kosong atau bersama makanan. Tubuh memiliki alat

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 8

Page 9: LAPORAN DKK Napza.docx

pelindung terhadap masuknya alkohol. Sebagai contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu

tinggi didalam lambung, mukus di sekresikan dan katup pilorikditutup. Aksi tersebut

memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus kecil .

Jika alkohol telah diabsorbsi kedalam aliran darah alkohol didistribusikan keseluruh jaringan tubuh.

Efek intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol darah adalah naik daripada jika turun.

Karena alasan tersebut kecepatan absorbsi mempunyai suatu penunjang langsung respons

intoksikasi.

Kira-kira 90 persen alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme melalui oksidasi dihati sisasnya 10

persen diekskresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Alkohol di metabolisme oleh dua

enzim : Alkohol dehidrogenase ( ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengatalisasikan

konversi alkohol menjadi asetaldehid yang merupakan senyawa toksik, Aldehida dehidrogenase

mengatalisasikan konversi asetaldehida menjadi asam asetat. Aldehida dehidrogenase diinhibisi

oleh disulfiram yang sering kali digunakan dalam pengobatan gangguan yang berhubungan dengan

alkohol.

Gejala Pakai Alkohol

(1) Muka kemerahan dan merasakan sensasi tubuh hangat

(2) Euphoria

(3) Hambatan diri turun

Gejala Intoksikasi Alkohol

Ditemukan satu atau lebih tanda dibawah ini yang berkembang selama atau segera setelah

pemakaian alkohol . meruapakan kriteria diagnosis dari intoksikasi alkohol, adalah sebagai berikut :

(1) bicara cadel

(2) inkordinasi

(3) gaya berjalan tidak mantap

(4) nistagmus

(5) gangguan daya ingat

(6) stupor atau koma.

Gejala Putus Alkohol

Ditemukan dua atau lebih tanda dibawah ini yang berkembang dalam beberapa jam sampai hari

setelah penghentian (atau penurunan) pemakaian alkohol yang telah lama dan berat meruapakan

kriteria diagnosis dari putus alkohol, adalah sebagai berikut :Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 9

Page 10: LAPORAN DKK Napza.docx

(1) hiperaktifitas otonomik (misalnya berkeringat atau kecepatan denyut nadi melebihi 100)

(2) peningkatan tremor tangan

(3) insomnia

(4) mual atau muntah

(5) halusinasi atau ilusi lihat, raba, atau dengar yang transien

(6) agitasi psikomotor

(7) kecemasan

(8) kejang grandmal.

Terapi

1. Psikoterapi2. Medikasi

Disulfiram (antabuse) menghambat enzim aldehida dehydrogenase akan tetapi pemberian obat tidak boleh dimulai sampai 24 jam setelah pasien minum alcohol.

3. Terapi perilaku

Opioid

Opium yang berasal dari getah Papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid

diantaranya morfin, kodein, tebain, dan papaverin. Analgesi opioid terutama digunakan untuk

meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, meskipun juga memperlihatkan berbagai efek

farmakodinamik yang lain.

Mekanisme Kerja

Ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu mu (µ), delta (δ), dan kappa (К). Ketiga jenis reseptor

termasuk pada jenis reseptor yang berpasangan dengan protein G, dan memiliki berbagai subtype.

Reseptor µ memperantarai efek analgetik mirip morfon, euphoria, depresi nafas, miosis,

berkurangnya motilitas saluran cerna. Resptor К diduga memperantarai analgesic seperti yang

ditimbulkan pentazosin, sedasi dan miosis serta depresi yang ditimbulkan tidak sekuat agonis µ.

Selain itu di SSP juga didapatkan reseptor δ yang selektif terhadap enkefalin dan reseptor ε

(epsilon) yang sangat selektif terhadap beta-endorfin tetapi tidak punya afinitas terhadap enkefalin.

Klasifikasi obat golongan opioid

Struktur dasar Agonis kuat Agonis Agonis- antagonis

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 10

Page 11: LAPORAN DKK Napza.docx

lemah-

sedang

antagonis

Fenantren Morfin,

hidromorfon,

oksimorfon

Kodein,

oksikodon,

hidrokodon

Nalbufin,

buprenorfin

Nalorfin,

nalokson,

naltrekson

Fenilheptilami

n

Metadon Propoksifen

Fenilpiperidin Meperidin,

fentanil

Difenoksilat

Morfinan Levorfanol Butorfanol

Benzomorfan pentazosin

Gejala

Pengguna Opiat akan tidak merasa nyeri pada cedera akut, hal ini disebabkan karena kerja

opioid yang mirip dengan endofrin di dalam otak yang berperan untuk menekan rasa nyeri. Gejala

lainnya adalah pengguna opioid akan mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara,

akibat dari kekakuan lidah, dan penurunan hasrat dalam hubungan sex (Kaplan & Sadock, 1997;

Kaplan & Sadock's, 2000) 

Ketika pengguna menghentikan pemakaian setelah satu periode, atau setidaknya dua minggu

pemakaian, maka gejala putus obat akan muncul. Untuk morfin dan heroin, gejala akan muncul

setelah 6 sampai 8 jam dari dosis terakhir dan berakhir setelah 7 sampai 10 hari setelahnya. Untuk

Meperidin, gejala muncul dengan cepat dan memuncak dalam 8 sampai 12 jam, dan selesai dalam 4

sampai 5 hari (Kaplan & Sadock's, 2000).

Selain penghentian penggunaan yang secara tiba – tiba, gejala putus obat juga akan muncul

pada pemberian antagonis opioid setelah suatu periode pemakaian opioid (Kaplan & Sadock's,

2000).

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 11

Page 12: LAPORAN DKK Napza.docx

Gejala yang mungkin muncul adalah tiga atau lebih dari gejala berikut :

Mood disforik

Mual dan muntah

Nyeri otot

Lakrimasi atau rinorea

Dilatasi pupil, piloereksi, atau berkeringat

Diare

Menguap

Demam

Insomnia (Amir, et al., 2012; Kaplan & Sadock's, 2000).

Diagnosis

Menurut Kaplan, dkk (2010), kriteria diagnostik untuk opioid adaah sebagai berikut :

Pemakaian opioid yang belum lama

Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis yang berkembang

selama, atau segera setelah pemakaian opoiod. Misalnya, euforia yang diikuti dengan apatis,

disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangan, atau gangguan fungsi

sosial atau pekerjaan.

Konstriksi pupil (atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat) dan satu (atau

lebih) tanda berikut :

Mengantuk atau koma

Bicara cadel

Gangguan atensi atau daya ingat (Amir, et al., 2012; Kaplan & Sadock's, 2000).

Terapi

Pendidikan dan Penukaran Jarum

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 12

Page 13: LAPORAN DKK Napza.docx

Sangat penting bagi pengguna opioid untuk diajarkan praktik sex yang aman, mengingat

faktor resiko tertular HIV pada pengguna opioid. Juga pentiing untuk dijelaskan tidak

amannya penggunaan jarum suntik secara bersama – sama (Depkes, 2008; Kaplan &

Sadock's, 2000).

Metadon

Metadon bekerja dengan menekan gejala putus obat yang dialami pengguna. Lama kerja

metadon melebihi 24 jam, sehingga dosis sehari sekali adalah adekuat (Depkes, 2008; Kaplan

& Sadock's, 2000).

Opioid lainnya

Opioid yang biasa digunakan adalah Levo-acetylmethadol (LAMM). Berbeda dari metadol,

LAMM dapat diberikan dalam dosis 30 sampai 80 mg tiga kali seminggu (Depkes, 2008;

Kaplan & Sadock's, 2000).

Antagonis Opiat

Antagonis opiad bekerja untuk menghambat efek opiat dan opioid. Obat ini tidak memiliki

efek narkoti dan tidak menyebabkan ketergantungan. Obat yang biasa digunakan adalah

naloxone dan naltrexone (Depkes, 2008; Kaplan & Sadock's, 2000).

Psikoterapi

Psikoterapi iindividual, terapi perilaku, terapi kognitif-perilaku, terapi keluarga, kelompok

pendukung, dan latihan keterampilan sosial (Depkes, 2008; Kaplan & Sadock's, 2000).

Komunitas Terapeutik

Komunitas terapeutik adalah suatu tempat tinggal yang anggotanya semua memiliki masalah

penyalahgunaan zat yang sama, dimana staf yang mengelolanya adalah orang ang sebelumnya

mengalami ketergantungan zat (Depkes, 2008; Kaplan & Sadock's, 2000).

Komplikasi

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 13

Page 14: LAPORAN DKK Napza.docx

Komplikasi tersering untuk penggunaan opioid adalah infeksi opotunistik berupa HIV/AIDS,

mengingat cara mengkonsumsinya yang menggunakan jarum suntik (Amir, et al., 2012; Depkes,

2008)

Amfetamin

Mekanisme Kerja

Amfetamin bekerja dalam berbagai cara yang paling utama adalah meningkatkan pelepasan

neurotransmitter katekolaminergik. Merupakan inhibitor lemah monoamine oksidase dan

berdasarkan persamaan struktur merupakan agonis langsung katekolaminergik di otak.

Penyalahgunaan yang berefek stimulan (mengaktifkan fungsi syaraf) : lebih waspada, bergairah,

eporia, pupil mata melebar, denyut nadi meningkat, susah tidur, nafsu makan hilang. Kelebihan

pemakaian mengakibatkan gelisah, suhu badan naik, suka berhayal, tertawa tidak wajar sampai bisa

menimbulkan kematian.

Gejala

Gejala Intoksikasi :

Agitasi

Kehilangan berat badan

Takikardi

Dehidrasi

Hipertermi

Imunitas rendah

Paranoid

Delusi

Halusinasi

Kehilangan rasa lelah

Insomnia

Kejang

Stroke

Gangguan kardiovaskular

Kematian (Amir, et al., 2012; Depkes, 2008).

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 14

Page 15: LAPORAN DKK Napza.docx

Gejala putus obat :

Depresi

Tidak dapat beristirahat

Craving

Mencoba melakukan bunuh diri

Mood yang datar

Ketergantungan

Fungsi sosial yang buruk (Amir, et al., 2012; Depkes, 2008).

Diagnosis

Kriteria diagnostik untuk intoksikasi amfetamin:

Pemakaian amfetamin atau zat yang berhubungan yang belum lama terjadi

Perilaku maladaptive atau perubahan perilaku yang bermakna secara klinis (euphoria,

kecemasan, ketegangan, perubahan sosiobilitas dll) yang berkembang selama atau segera

setelah, pemakaian amfetamin

Dua (atau lebih) hal berikut, berkembang selama, atau segera sesudah, pemakaian amfetamin :

Takikardia atau bradikardi

Dilatasi pupil

Peninggian atau penurunan tekanan darah

Berkeringat atau menggigil

Mual dan muntah

Tanda-tanda penurunan berat badan

Agitasi atau retardasi psikomotor

Kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada, atau aritmia jantung

Konfusi, kejang, diskinesia, distonia, atau koma.

Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh

gangguan mental lain (Kaplan & Sadock's, 2000).

Kriteria diagnostic untuk putus amfetamin

Penghentian (penurunan) amfetamin yang telah lama atau berat

Mood distorik dan dua (atau lebih) perubahan fisiologis berikut yang berkembang dalam

beberapa jam sampai beberapa hari setelah criteria A

KelelahanGangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 15

Page 16: LAPORAN DKK Napza.docx

Mimpi yang tidak menyenangkan

Insomnia

Peningkatan nafsu makan

Retardasi atau agitasi psikomotor

Gejala dalam criteria B menyebabkan penderitaan yang bermkana secara klinis atau gangguan

dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

Gejala bukan karena kondisi medis umum dan tidak lebih baikditerangkan oleh gangguan

mental lain (Kaplan & Sadock's, 2000).

Terapi

Terapi untuk intoksikasi :

Pemeriksaan tanda vital

Perhatikan tanda-tanda intoksikasi

Simtomatik bergantung dari kondisi klinis, untuk penggunaan oral, merangsang muntah

dengan activied charcoal atau kurus lambung adalah penting.

Antipsikotika ; haloperidol 2-5 mg per kali pemberian atau klorpromazin 1mg/kg BB, oral,

setiap 4-6 jam

Antihipertensi bila perlu (TD diatas 140/100 mmHg)

Bila ada gejala ansietas berikan ansiolitik golongan benzodiazepine; diazepam 3x5 mg atau

klordiazepoksid 3x25 mg

Bila ada kejang, berikan diazepam 10-30 mg parenteral

Aritmia kordis, lakukan cardiac monitoring, untuk palpitasidapat diberikan propanolol 20-

80 mg/ hari dengan memperhatikan kontraindikasinya

Control temperature dengan selimut dingin atau klorpromazin untuk mencegah

temperature tubuh meningkat

Observasi di IGD 1x24 jam (Amir, et al., 2012; Depkes, 2008; Kepmenkes, 2010).

Terapi untuk putus obat :

Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan psikiatrik.

Rawat inap diperlukan apabila disertai gejala psikotik berat, gejala depresi berat atau

kecenderungan bunuh diri, dan komplikasi fisik lainnya

Terapi: antipsikotika (haloperidol 3 x 1,5-5mg, atau risperidon 2 x 1,5-3 mg), antiansietas

(alprazolam 2 x 0,25-0,5 mg, atau diazepam 3 x 5-10 mg, atau klobazam 2 x 10 mg) atau

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 16

Page 17: LAPORAN DKK Napza.docx

antidepresan golongan SSRI atau trisiklik/tetrasiklik sesuai kondisi klinis (Amir, et al., 2012;

Depkes, 2008; Kepmenkes, 2010).

Komplikasi

Infark miokard

Tetani

Sesak nafas

Kematian (Amir, et al., 2012; Depkes, 2008)

KAFEIN

Kadar kafein dalam biji kopi berkisar 1-2,5% bergantung pada jenisnya. Daun the selain

mengandung teofilin dan teobromin juga mengandung kafein. Kakao dan coklat mengandung

teobromin dan kafein juga.

Minuman dan obat Kandungan kafein didalamnya

Kopi seduhan

Kopi instan

Decaffeinated coffe

Teh daun

The celup

Kola

APC

Cafergot

80-140 mg/cangkir

66-100 mg/cangkir

2-4 mg/cangkir

30-75 mg/cangkir

42-100 mg/cangkir

25-55 mg/cangkir

32 mg/tablet

100 mg/tablet

Cara Konsumsi

Kafein yang terdapat dalam biji kopi biasanya dikonsumsi secara oral sebagai minuman.

Kafein yang terdapat dalam obat biasanya berbentuk pil atau tablet untuk penggunaan oral.

Cara Kerja Obat

Kafein atau 1,3,7 trimetilsantin bersifat lipofilik, sehingga pada penggunaan oral, 99%

kafein akan diserap kedalam darah dan kadar tertinggi dalam darah dicapai dalam waktu 30-60 Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 17

Page 18: LAPORAN DKK Napza.docx

menit. Dengan cepat kafein tersebar keseluruh tubuh dan menembus blood, barin, barrier ke otak.

Kafein dapat ditemukan di plasma dara, air liur, ASI, air seni, cairan serebrospinal, semen dan air

ketuban.

Kafein dimetabolisme di hati oleh system microsomal p-450 reductase, lalu dieksresi

melalui air seni, dan 2-3%diekskresi dalam bentuk tidak berubah. Waktu paruh kafein bervariasi

antara 2-12 jam dengan rata-rata 4-6 jam. Kehailan dan penyakit hati yang kronis meningkatkan

waktu paruh sedangkan merokok menurunkan waktu paruh. Paling penting dalam mekanisme kerja

kafein antara lain :

1. Kafein menyekat reseptor adenosine

2. Kafein menghambat enzim fosfodiesterase

3. Kafein meninduksi translokasi kalsium intraselular

Kriteria Diagnosis

Intoksikasi Akut Kafein

Harus terdapat disfungsi prilaku atau persepsi yang tidak normal yang dibuktikan dengan adanya

paling sedikit satu dari gejala :

1. Euphoria

2. Kewaspadaan yang berlebihan

3. Agresif atau marah-marah

4. Suka berdebat

5. Suasanan perasaan yang labil

6. Perilaku yang diulang-ulang

7. Ilusi pendengaran,

penglihatan, atau perabaan

8. Halusinasi

9. Ide paranoid

Paling sedikit terdapat dua dari gejala :

1. Denyut jantung cepat

2. Denyut jantung tidak teratur

3. Tekanan darah tinggi

4. Berkeringat dan menggigil

5. Mual atau muntah

6. Berat badan berkurang

7. Pupil melebar

8. Agitasi

9. Kelemahan otot

10. Nyeri dada

11. Kejang

Gejala Putus Kafein

1. Terdapat suasana disforia

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 18

Page 19: LAPORAN DKK Napza.docx

2. Terdapat dua dari gejala :

a. Lesu dan letih

b. Hambatan pikomotor

c. Keinginan kuat untuk mengkonsumsi kafein

d. Nafsu makan bertabah

e. Insomnia

f. Mimpi aneh

Penegakkan Diagnosis

Anamnesa

Autoanamnesa

Tujuannya untuk membentuk rasa percaya pasien terhadap terapis sehingga pasien merasa

yakin bahwa data tentang dirinya akan terjamin jerahasiannya di tangan terapis. Data pribadi dan

data demografi pengguna zat psikoaktif yang perlu diketahui meliputi nama, umur, jenis kelamin,

alamat tempat tinggal, tingkat pendidikan, agama yang dianut, etnik, status perkawinan, anak nomor

berapa dari orang tuanya, pekerjaan ayah, ibu, maupun pengguna. Adapun pertanyaan yang dapat

diajukan anatara lain :

a. Zat psikoaktif apa saja yang pernah dikonsumsi?

b. Sejak usia berapa menggunakan zat tersebut?

c. Zat psikoaktifa apa yang satu bula terakhir ini masih digunakan dan kapan terakhir

dikonsumsi?

d. Berapa kali setiap hari dikonsumsi?

e. Berapa jumlah setiap kali mengkonsumsi?

f. Bagaimana cara mengkonsumsi zat tersebut?

g. Bila dengan cara menyuntik, bagaimana cara mensterilkan jarum suntiknya?

h. Apakah pernah bertukar jarum suntik?

i. Alasan menggunakan zat tersebut?

j. Komplikasi apa saja yang pernah dialami selama pemakaian zat tersebut?

k. Apa pernah dirawat di rumah sakit atau di panti rehabilitasi??

Aloanamnesa

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 19

Page 20: LAPORAN DKK Napza.docx

Aloanamesa dilakukan terhadap orang tua, guru, atau orang dekat lainnya berkisar pada

perubahan perilaku dan kebiasaan penderita. Yang dapat ditanyakan antara lain:

a. Apakah terjadi perubahan dalam pola tidur, makan, pola tidur, tampak mengantuk?

b. Apakah sering berpergian malam hari dan tanpa memberitahu kepergiannya?

c. Apakah sering tidak masuk sekolah?

d. Apakah sifatnya berubah?

e. Apakah sering berbohong?

f. Apakah anggota kelyarga sering kehilangan uang atau benda berharga?

Pemeriksaan Fisik

o Kesadaran

o Denyut nadi

o Suhu badan

o Pernafasan

o Tekanan darah

o Mata

o Hidung

o Mulut

o Paru

o Jantung

o Lambung

o Hepar

Pemeriksaan Psikiatri

Bertujuan mengetahui ada tidaknya gangguan psikiatri yang sering kali terdapatbersamaan

dengan pengguna zat psikoaktif. Pada penyalahgunaan nikotin ini akan tampak gangguan emosi

berupa agitatif dan gangguan bicara berupa banyak bicara

Pemeriksaan Psikologis

Dilakukan dengan melakukan tes DAP, tes baum, MMPI, SSCT, dan sebagainya.

Pemeriksaan Laboratorium

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 20

Page 21: LAPORAN DKK Napza.docx

Dilakukan dengan menganalisis air seni untuk mengetahui zat psikoaktif yang dikonsumsi

penderita. Air seni sebaiknya diambil kurang dari 48 jam sejak penggunaan zat psikoaktif terakhir.

Ada beberapa teknik pemeriksaan analisis air seni yaitu paper chromatography, thin layer

chromatography, gas chromatography, atau high power TLC. Selain tes anlisis urin dapat pula

dilakukan pemeriksaa darah rutin, kimia darah, tes fungsi hati, dan tes fungsi ginjal apabila ada

indikasi untuk diperiksa.

Pemeriksaan Flouroskopi dan Elektrofisiologis

Pemeriksaan Flouroskopi berupa foto paru, foto tengkorak, USG, CT Scan, dan MRI

sedangkan pemeriksaan elektofisiologi berupa EEG, EKG, dan EMG

Penatalaksanaan

- Terapi Intoksikasi Kafein

Terapi intoksikasi kafein bersifat asimtomatik. Jarang diperlukan antiansietas, tetapi bila

diperlukan, derivate benzodiazepine dapat diberikan sebagai antiansietas ataupun antikejang.

Bila terjadi hipertensi dapat diberikan obat antihipertensi.

- Terapi Putus Kafein

Tidak perlu dirawat inap di rumah sakit. Bila diperlukan, dapat diberikan antiansietas untuk

mengatasi ketegangan otot dan ansietas.

INHALAN DAN SOLVEN

Yang termasuk inhalan atau solven adalah senyawa organic berupa gas dan zat pelarut yang

mudah menguap. Inhalan terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, cat, dan

pelumas mesin. Inhalan banyak digunakan oleh anak-anak yang masih muda belia, atau orang yang

tergolong kurang mampu dan narapidana.

KLASIFIKASI

Nama Zat Terdapat Pada

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 21

Page 22: LAPORAN DKK Napza.docx

Hidrokarbon alifatik

n-butana, isobutana

n-heksna

Terdapat dalam spray pengharum ruangan, deodorant, pembasmi serangga,

spray rambut, dan penyulut rokok.

Terdapat dalam cat dan pengencer cat

Hidrokarbon

Aromatik

Benzena

Metilbenzena

Silena

Stirena

Terdapat dalam perekat, lem karet, pelumas, dan bensin.

Terdapat dalam perekat, lem karet, aerosol spray, pelumas, bensin, semir

sepatu cair, cat, pengencer cat, dan perekat adesif.

Terdapat dalam perekat, lem karet, pelumas, bensin, dan pengencer cat.

Terdapat dalam perekat, dan lem karet.

Halogen

Hidrokarbon

Triklor etilena

Tetraklor Etilena

Triklor etena

Terdapat dalam pelumas dan penghapus huruf ketik

Terdapat dalam pelumas

Terdapat dalam pelumas, penghilang noda, dan dry cleaner

Eter

Dimetil eter Terdapat dalam spray pengharum ruangan, deodorant, pembasmi nyamuk,

dan spray rambut.

Keton

Dimetil keton (aseton)

Metal etil keton

(butanon)

Terdapat dalam pengencer cat, dan penghapus cat kuku

Terdapat dalam pelumas dan pengencer cat.

Ester

Etil asetat

Butyl Asetat

N. propel asetat

Terdapat dalam pengencer cat

Terdapat dalam pengencer cat

Terdapat dalam pengencer cat

Glikol

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 22

Page 23: LAPORAN DKK Napza.docx

Gas

N2O Terdapat dalam foam dispenser

Campuran

Minyak tanah

Bensin

Bahan bakar pesawat

terbang

Alcohol

Isopropyl Alkohol

Metal alkohol

Terdapat dalam pelumas, pengencer cat, dan aerosol

Terdapat dalam cairan pembersih, pengencer cat, dan cairan antibeku

Nitrit Alifatis

Butilnitrit Tedapat dalam pewangi ruangan

Cara Konsumsi Obat

Inhalan tersedia dalam bentuk cairan tersimpan dalam botol atau kaleng, dalam bentuk

semprotan, atau berbentuk semisolid tersedia dalam tuba. Inhalan dikonsumsi dengan cara disedot

melalui hidung dan mulut, atau dituang pada kain, lalu uapnya dihirup, atau dituang dalam kantong

plastic. Dengan menghirup 10-15 kali dari kantong plastic tertutup, dapat dicapai euphoria untuk

kebanyakan inhalan.

Cara Kerja Obat

Inhalan bekerja pada dinding sel saraf pada susunan saraf pusat. Inhalan diserap paling cepat

melalui paru. Pada umumnya inhalan, mempunyai waktu onset yang pendek. Inhalan dimetabolisme

di hati dan dikeluarkan dari badan melalui ginjal dan paru, sebagian dalam bentuk tidak berubah.

Inhalan bekerja pada system dopaminergik dan GABA-ergik toleransi terhadap inhalan terjadi

dengan cepat. Ketergantungan psikis jelas ada, sedangkan ketergantungan fisik tidak jelas.

Afinitas inhalan terhadap lemak sangat tinggi sehingga jaringan yang mengandung banyak

lemak mendapat bagian yang paling banyak pula, yaitu otak, medulla spinalis, dan hati.

Kriteria Diagnosis

Intoksikasi Akut Inhalan

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 23

Page 24: LAPORAN DKK Napza.docx

- Harus ada disfungsi perilaku, yang dibuktikan paling sedikit satu dari gejala :

a. Apatis dan letargi

b. Selalu berdebat

c. Marah-marah atau agresif

d. Suasana perasaan labil

e. Gangguan daya nilai

f. Retardasi psikomotor

g. Interferensi fungsi personal

Paling sedikit terdapat satu dari gejala :

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 24

Page 25: LAPORAN DKK Napza.docx

a. Jalan sempoyongan

b. Sulit berdiri

c. bicara cadel

d. Nistagmus

e. Kesadaran menurun

f. Kelemahan otot

g. diplopi

Penatalaksanaan

Terapi Intoksikasi Inhalan

Terapi yang dapat diberikan bersifat asimptomatik. Bila tedapat gejala psikosis,

dapat diberikan antispikosis.

Komplikasi Medis

Umumnya bersifat merusak hati, ginjal, sumsum tulang belakang, paru, jantung dan otak.

Perempuan yang menggunakan inhalan secara kronis selama hamil akan melahirkan bayi engan

fetal solvent syndrome.

Kanabis

Gejala

Gejala yang paling nampak pada pengguna kanabis adalah melebarnya pembuluh

darah konjungtiva, sehingga nampak mata merah. Gejala lainnya yang bisa dirasakan

oleh penderita adalah mulut kering, kecemasan dan efek analgesik. Gejala putus obat

yang bisa terjadi pada pengguna kanabis antara lain adalah tremor, gangguan tidur,

keringat di malam hari (Amir, et al., 2012; Kaplan & Sadock's, 2000).

Diagnosis

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 25

Page 26: LAPORAN DKK Napza.docx

Dari anamnesis, dapat didapatkan riwayat penggunaan kanabis, alasan

penggunaan, dan lama penggunaannya. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan injeksi

konjungtiva, takikardi ringan, midriasis (Amir, et al., 2012; Kaplan & Sadock's, 2000).

Terapi

Hal yang penting dari terapi pengguna kanabis adalah abstinensia dan dukungan

dari orang – orang sekitar (Kaplan & Sadock's, 2000).

Komplikasi

Kemungkinan terburuk yang terjadi dari pengguna kanabis adalah kanker paru

dengan penggunaan ganja dengan cara dirokok (Amir, et al., 2012; Kaplan & Sadock's,

2000).

KOKAIN

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang

sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar

Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini

biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.

Kingdom: Plantae

Angiosperms

Division : Eudicots

Class: Rosids

Order: Malpighiales

Family: Erythroxylaceae

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 26

Page 27: LAPORAN DKK Napza.docx

Genus: Erythroxylum

Species: E. coca

Gambar Kokain

Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut. Nama

jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju. Cara pemakainnya :

membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan

kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan

penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau.

Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang

hidung bagian dalam.

Saat ini kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan

mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain

diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif

dan efek merugikannya telah dikenali.

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 27

Page 28: LAPORAN DKK Napza.docx

Kokain merupakan senyawa untuk yang memproduksi berbagai efek farmakologi pada

manusia. Senyawa ini dapat memblok kanal natrium dengan cepat, menstabilkan membran

axonal dan memproduksi efek lokal anastetik. Kokain merupakan satu – satunya anastesi lokal

yang mempengaruhi neurotransmiter dan menstimulasi vasokontrikstor. Hal ini merupakan salah

satu penyebab ketoksikan kokain. Efek yang paling penting dari kokain adalah menstimulasi

SSP.

Kokain adalah stimulan sistem saraf pusat yang kuat dengan meningkatkan kadar

dopamin, neurotransmitter yang berhubungan dengan kesenangan dan gerakan. Biasanya,

dopamin dilepaskan oleh neuron dalam menanggapi sinyal menyenangkan (misalnya, bau

makanan yang enak), dan kemudian didaur ulang kembali ke dalam sel yang melepaskannya,

sehingga mematikan sinyal antar neuron. Kokain bekerja dengan mencegah proses daaur ulang

dopamin, menyebabkan jumlah neurotransmitter yang berlebihan untuk memperkuat sinyal

tersebut ke neuron penerima, dan akhirnya mengganggu komunikasi normal. Kelebihan dopamin

inilah yang bertanggung jawab untuk efek euforia kokain. Dengan penggunaan berulang, kokain

dapat menyebabkan perubahan jangka panjang dalam sistem reward otak dan juga sistem otak

yang lain juga, yang akhirnya dapat menyebabkan kecanduan. Dengan penggunaan berulang,

toleransi terhadap efek kokain juga sering berkembang. Banyak pelaku kokain melaporkan

bahwa mereka telah berusaha namun gagal untuk mencapai kenikmatan sebanyak yang mereka

dapatkan pada saat paparan pertama mereka. Beberapa pengguna akan meningkatkan dosis

mereka dalam upaya untuk mengintensifkan dan memperpanjang efek euforia, tetapi ini juga

dapat meningkatkan risiko efek psikologis atau fisiologis yang merugikan.

Tiga rute umum dalam pengguaan kokain: dihirup, injeksi, dan dihisap seperti

rokok. Yang paling umum adalah dengan menghirup bubuk kokain melalui hidung, yang

kemudian diserap ke dalam aliran darah melalui mukosa hidung. Menyuntik adalah

penggunaan jarum untuk memasukkan obat langsung ke dalam aliran darah. Merokok

melibatkan menghirup uap kokain atau asap ke paru-paru, di mana penyerapannya ke

dalam aliran darah secepat pemakaian dengan injeksi. Semua tiga metode

penyalahgunaan kokain dapat menyebabkan kecanduan dan masalah kesehatan yang

parah, termasuk meningkatkan risiko tertular HIV / AIDS dan penyakit menular lainnya.

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 28

Page 29: LAPORAN DKK Napza.docx

Intensitas dan durasi dari efek kokain (meliputi peningkatan energi, mengurangi

kelelahan, dan kewaspadaan mental) bergantung pada rute pemberian obat. Penyuntikan atau

merokok kokain menghasilkan efek yang lebih cepat, lebih kuat daripada dihirup. Di sisi lain,

penyerapan lebih cepat biasanya berarti durasinya juga lebih singkat : efek dari menghirup bubuk

kokain dapat berlangsung 15 sampai 30 menit, sedangkan efek dari merokok kokain bisa

berlangsung hanya 5 sampai 10 menit. Dalam rangka untuk mempertahankan efeknya, pengguna

kokain harus memakai obat lagi. Untuk alasan ini, kokain sering disalahgunakan dengan

digunakan berulang kali dalam waktu yang relatif singkat,dengan dosis yang semakin tinggi.

Dosis kokain yang dapat menyebabkan efek psikostimulatori adalah 0,3-0,6 mg/kg.

Kokain ini juga meningkatkan konsentrasi dari asam amino, aspartat dan glutamat.

a. Efek yang ditimbulkan

Kokain merupakan suatu golongan stimulansia susunan saraf pusat, tetapi kokain

juga bekerja pasa saraf tepi dan sistem kardiovaskuler. Pengaruh kokain terhadap sitsem

motorik dan sistem kordiovaskuler bersifat bifasik. Pada pemberian kokain dosis rendah

penampilan motorik meningkat tetapi pada dosis tinggi menimbulkan kejang dan tremor.

Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa

tugas kognitif. Kadang-kadang timbul perforasi septum nasi pada pemakaian secara

intranasal. Pada keadaan kelebihan dosis, timbul eksitasi, kesadaran yang “berkabut”,

pernafasan yang tak teratur, tremor, pupil melebar, nadi bertambah cepat, tekanan darah

naik, suhu badan naik, rasa cemas, dan ketakutan. Kematian biasa disebabkan karena

pernafasan berhenti. Pemakaian yang lama dapat menimbulkan penurunan berat badan dan

anemia karena anoreksia.

b. Gejala intoksikasi

Pada penggunaan kokain dosis tinggi dapat terjadi gejala intoksikasi, seperti agitasi,

iritabilitas, gangguan dalam pertimbangan, perilaku seksual yang impulsif dan peningkatan

aktivitas psikomotor, takikardia, hipertensi serta midriasis.

c. Gejala putus zat

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 29

Page 30: LAPORAN DKK Napza.docx

Setelah menghentikan pemakaian kokain atau setelah intoksikasi akut, terjadi

depresi pascaintoksikasi (crash) yang ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan,

iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi.

Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus kokain menghilang

dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus kokain bisa berlangsung sampai satu

minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari.

Gejala putus kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang mengalami putus kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam (Valium).

HALUSINOGEN

Halusinogen adalah zat alami dan sintetik yang disebut dengan berbagai istilah

seperti psikedelik atau psikotomimetik karena selain menginduksi halusinasi, halusinogen

juga menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas dan pengalaman kesadaran yang

meluas dan meningkat. Halusinogen diklasifikasikan sebagai obat golongan I; Badan

POM AS menyatakan bahwa zat ini tidak memiliki kegunaan medis dan potensi

penyalahgunaan yang tinggi.

Halusinogen klasik yang terdapat secara alamiah adalah psilocybin (dari semacam

jamur) dan mescaline (dari kaktus peyote); lainnya adalah harmin, harmalin, ibogain, dan

dimetiltriptamin. Halusinogen sintetik klasik adalah asam lisergat dietilamid (LSD).

Sejumlah peneliti menglasifikasikan amfetamin tersubstitusi atau yang disebut amfetamin

desainer, seperti 3,4-metil-endioksimetamfetamin (MDMA), sebagai halusinogen.

Neurofarmakologi

LSD dapat berfungsi sebagai prototipe halusinogenik. Efek farmakodinamik LSD

masih kontroversial, meskipun disepakati secara umum bahwa obat tersebut bekerja pada

sistem serotonergik, baik sebagai antagonis maupun agonis. Data ini menunjukkan bahwa

LSD bekerja sebagai agonis parsial pada reseptor serotonin pascasinaps.

Sebagian besar halusinogen diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral, meski

beberapa dikonsumsi per inhalasi, merokok, atau injeksi intravena. Toleransi untuk LSD

dan halusinogen lain terbentuk dengan cepat dan hampir komplet setelah 3-4 hari

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 30

Page 31: LAPORAN DKK Napza.docx

penggunaan berkelanjutan. Toleransi juga berbalik dengan cepat, biasanya dalam 4-7

hari. Baik ketergantungan fisik maupun gejala putus obat tidak terjadi pada pemberian

halusinigen, tapi pengguna dapat mengalami ketergantungan psikologis pada pengalaman

yang menginduksi-tilikan dari episode penggunaan halusinogen.

Ketergantungan dan Penyalahgunaan Halusinogen

Penggunaan halusinogen jangka panjang jarang terjadi. Tidak ada kecanduan

fisik. Meski ketergantungan psikologis terjadi, hal tersebut jarang, sebagian karena tiap

pengalaman LSD berbeda dan sebagian karena tidak ada euforia yang dapat diandalkan.

Intoksikasi Halusinogen

Intoksikasi halusinogen didefinisikan dalam DSM-IV-TR yaitu ditandai dengan

perubahan persepsi dan perilaku maladaptif serta tanda fisiologis tertentu. Diagnosis

banding untuk intoksikasi halusinogen mencakup intoksikasi antikolinergik dan

amfetamin serta keadaan putus alkohol. Intoksikasi halusinogen biasanya tidak memiliki

gejala putus zat.

Gambaran Klinis

Awitan kerja LSD terjadi dalam 1 jam, memuncak dalam 2-4 jam, dan

berlangsung 8-12 jam. Efek simpatomimetik LSD meliputi tremor, takikardia, hipertensi,

hipertermia, berkeringat, pandangan kabur, dan midriasis. Kematian disebabkan oleh

patologi serebovaskuler atau kardiak yang berhubungan dengan hipertensi atau

hipertermia dapat terjadi dengan peningkatan halusinogenik.

Dengan penggunaan halusinogen, persepsi menjadi sangat cerah dan intens.

Warna dan tekstur terlihat lebih kaya dibanding sebelumnya, kontur menajam, musik

lebih mendalam secara emosional, dan bau serta rasa meninggi. Halusinasi biasanya

visual, seringkali dalam bentuk geometrik dan bentuk benda, tetapi halusinasi auditorik

dan taktil kadang-kadang dialami. Emosi menjadi sangat intens, dapat berubah mendadak

dan sering, dua perasaan yang tampaknya tidak serasi dapat dialami disaat yang

bersamaan. Refleksi introspektif kerap terjadi dan perasaan religius serta tilikan filosofis

kerap terjadi. Sensasi tentang diri sangat berubah, kadang hingga mencapai

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 31

Page 32: LAPORAN DKK Napza.docx

depersonalisasi, menyatu dengan dunia eksternal, pemisahan diri dari tubuh, atau disolusi

total ego ke dalam ekstasi mistis. Beberapa penggunaan berat halusinogen dapat

mengalami ansietas kronik atau depresi dan mungkin diuntungkan dengan pendekatan

psikologis atau farmakologis yang ditujukan ke masalah yang mendasari.

Penanganan

Instoksikasi Halusinogen

Penanganan instoksikasi halusinogen adalah dengan pemberian diazepam oral 20

mg. Obat ini menghilangkan pengalaman LSD dan panik yang terkait dengannya dalam

20 menit.

Gangguan Persepsi Persisten Halusinogen

Penanganan gangguan persepsi persisten halusinogen bersifat paliatif. Langkah

pertama adalah identifikasi yang benar mengenai gangguan tersebut. Pendekatan

farmakologi mencakup benzodiazepin jangka panjang seperti klorazepam (Klonopin) dan

pada derajat lebih ringan, antikonvulsan seperti asam valproat (Dekapene) dan

karbamazepin (Tregetol). Kondisi komorbid yang dikaitkan dengan gangguan persepsi

persisten halusinogen meliputi gangguan panik, depresi mayor, dan ketergantungan

alkohol. Masing-masing kondisi ini membutuhkan pencegahan primer dan intervensi

dini.

Psikosis Terinduksi Halusinogen

Penanganan psikosis terinduksi halusinogen tidak berbeda dengan penangan

konvensional psikosis lain. Namun, sebagai tambahan obat antipsikotik, sejumlah agen

dilaporkan efektif termasuk litium karbonat, karbamazepin, dan terapi elektrokonvulsif.

Obat antidepresan, benzodiazepin, dan obat antikonvulsan masing-masing memainkan

peran tersendiri dalam terapi. Pasien dengan psikosis terinduksi halosinogen

menunjukkan gejala positif dan waham namun masih mempertahankan kemampuan

berhubungan dengan psikiater. Terapi medis paling baik diterapkan adalah dalam konteks

terapi suportif, edukasional, dan keluarga. Tujuan penangan adalah pengendalian gejala,

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 32

Page 33: LAPORAN DKK Napza.docx

perawatan rumah sakit yang minimal, pekerjaan harian, berkembang dan bertahannya

hubungan sosial, serta penatalaksaan komorbid seperti ketergantungan alkohol.

NIKOTIN

Adiksi nikotin merupakan penyebab kematian terbesar kedua di dunia, rokok cigar membunuh lebih dari 440,000 warga amerika setiap tahunnya dengan perkiraan 490,000 dari kematian tersebut merupakan kematian akibat menjadi perokok pasif

Tanda dan gejala

Waktu / usia pertama kali mengkonsumsi rokok dan jumlah total rokok yang di konsumsi perhari merupakan 2 indikator terkuat dari adiksi nikotin. Efek fisik dari penggunaan nikotin meliputi peningkatan irama jantung, peningkatan tekanan darah dan penurunan berat badan. Studi penggunaan nikotin jangka pendek menunjukkan terjadinya peningkatan aliran darah ke otak tanpa mengubah metabolisme oksigen otak, namun pajanan dalam jangka panjang menyebabkan penurunan aliran darah otak

Nikotin memberi efek stimulatorik yang kuat terhadap perilaku penggunanya, nikotin akan meningkatkan kewaspadaan, atensi, pembelajaran dan kemampuan menyelesaikan masalah dari penggunanya. Pada pengguna tembakau melaporkan bahwa merokok kretek meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan mengurangi perasaan depresi, akan tetapi kondisi yang terstimulasi pada penyalahguna tembakau adalah gambaran dari kondisi panik-hampir manic, kecepatan berbicara yang meningkat dan kondisi iritabilitas yang umumnya akan berkurang dengan konsumsi nikotin.

Diagnosis

Pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth edition (DSM-5)Adiksi nikotin mengacu pada “tobacco use disorder”

Terdapat 11 kriteria dimana dalam waktu 12 bulan minimal terdapat 2 kriteria untuk menegakkan diagnosis

1. Tembakau dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar atau dalam kurun waktu yang lama2. Keinginan untuk mengkonsumsi secara terus menerus atau upaya yang tidak berhasil

dalam penurunan konsumsi atau control dari konsumsi tembakau3. Banyak waktu yang diluangkan untuk memperoleh atau menggunakan tembakau4. Keinginan yang kuat atau kondisi yang mendesak untuk mengkonsumsi tembakau

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 33

Page 34: LAPORAN DKK Napza.docx

5. Pengunaan tembakau berulang mengakibatkan kegagalan dalam menyelesaikan kewajiban atau tugas utama di kantor, sekolah atau rumah

6. Pengguna tembakau memiliki masalah social atau interpersonal yang disebabkan atau diperburuk akibat efek dari tembakau (cont, berdebat dengan orang lain mengenai masalah penggunaan tembakau )

7. Interaksi social, pekerjaan atau aktifitas rekreasional ditinggalkan atau berkurang akibat penggunaan tembakau

8. Penggunaan tembakau secara berulang pada situasi yang berbahaya bagi fisik (cont, merokok di tempat tidur)

9. Penggunaan tembakau tetap dilanjutkan walaupun pengguna mengetahui adanya dampak fisik atau psikis yang disebabkan atau diperburuk oleh tembakau

10. Kondisi toleransi dari salah satu hal berikuta. Kebutuhan tembakau yang meningkat untuk mendapatkan sensasi atau efek yang

diinginkanb. Efek yang menghilang pada konsumsi dengan jumlah tembakau yang sama

11. Kondisi withdrawal yang dimanifestasikan dengan salahsatu hal berikuta. Karakteristik dari sindrom withdrawal tembakaub. Tembakau (atau substansi yang hamper mirip, seperti nikotin) yang dikonsumsi untuk

menghilangkan atau menghindari kondisi withdrawal

Farmakologi

Komponen psikoaktif tembakau adalah nikotin yang mempengaruhi system saraf pusat dengan bekerja sebagai agonis pada reseptor asetil kolin subtype nikotinik. Sekitar 25 persen nikotin yang dihirup saat merokok mencapai aliran darah, dan melalui pembuluh darah tersebut nikotin dapat mencapai otak dalam 15 detik. Waktu paruh nikotin adalah sekitar 2 jam. Nikotin diyakini mengaktivasi jaras dopaminergik yang berjalan dari area tegmental ventral ke korteks serebri dan system limbic. Selain mengaktivasi system reward norepinefrin dan epinefrin yang bersirkulasi serta peningkatan pelepasan vasopresin, B-endorfin, hormone adenokortikotropik, dan kortisol. Hormon-hormon ini dianggap berperan dalam efek stimulatorik dasar nikotin terhadap SSP.

Terapi

Terapi penggantian nikotin

Transdermal nicotine patch (koyo nikotin)

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 34

Page 35: LAPORAN DKK Napza.docx

Koyo nikotin dijual bebas, tersedia dalam perparat 16 jam tanpa titrasi (Harbitol) dan preparat 24- atau 16-jam dengan titrasi (NicodermCQ) koyo dipasang tiap pagi dan menghasilkan konsentrasi nikotin dalam darah sekitar setengah dari merokok. Kepatuhannya tinggi dan satu-satunya efek samping adalah ruam dan, dengan pemakaian 24 jam, insomnia. Penggunaan jangka panjang tidak terjadi. Penggunaan koyo atau permen jaret pada situasi risiko tinggi meningkatkan angka berhenti dengan tambahan 5-10%. Belum ada studi yang telah dilakukan untuk menentukan kemanjuran relative koyo 24- atau 16 jam atau koyo dengan atau tanpa titrasi

Nicotine Nasal spray (Semprotan hidung nikotin)

Semprotan hidung nikotin (Nicotrol), hanya tersedia dengan resep , menghasilkan konsentrasi nikotin dalam darah yang lebih menyerupai konsentrasi dari merokok sebatang rokok kretek, dan tampaknya terutama membantu bagi perokok yang sangat ketergantungan. Namun, semprotan menyebabkan rhinitis, mata berair dan batuk pada lebih dari 70% pasien. Meski data awal menyarankan kemungkinan penyalahgunaan, percobaan lebih lanjut tidak menemukan hal ini.

Nicotone gum (permenkaret nikotin)

Permenkaret nikotin (nicorette0 dalah suatu produk yang dijual bebas yang melepaskan nikotin melalui kunyahan dan absorbs bukal. Tersedia varian 2 mg untuk mereka yang merokok kurang dari 25 batang perhari dan varian 4 mg untuk mereka yang merokok lebih dari 25 batang perhari. Perokok dianjurkan untuk menggunakan satu sampai dua permenkaret per jam steleh penghentian mendadak. Konsentrasi nikotin dalam darah vena dari permen karet adalah sepertiga sampai setengah kadar rokok kretek. Kepatuhan terhadap permenkaret sering kali menjadi masalah. Efek sampingnya kecil dan mencakup pengecapan buruk dan rahang nyeri. Sekitar 20 persen dari mereka berhenti menggunakan permenkaret dalam jangka waktu lama, tapi 2 persen menggunakan permen karet lebih dari setahun; penggunaan jangka panjang tampaknya tidak berbahaya. Keuntungan utama permen karet nikotin adalah kemampuan memberikan kelegaan pada situasi beresiko tinggi.

Nicotine lozenge (permen nikotin)

Permen nikotin tersedia dalam formulasi 2- dan 4- mg sejak 2002. Nikotin dalam permen secara perlahan diserap melaluai mukosa bucal. Permen nikotin tidak boleh di kunyah dan jumlah nikotin yang diserap per item lebih tinggi dari nikotin yang diserap dalam bentuk sediaan permen karet

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 35

Page 36: LAPORAN DKK Napza.docx

Sublingual nicotine tablet (tablet nikotin sublingual)

Tablet ini di buat untuk di tempatkan di bawah lidah dimana nikotin pada tablet diabsorbsi secara sublingual. Level dari nikotin yang diperoleh dengan komposisi 2-mg tablet sama dengan level nikotin yang diperoleh dari permen karet nikotin 2-mg , penggunaaan tablet sublingual nikotin direkomendasikan selama 12 minggu. setelah beberapa periode, jumlah tablet yang digunakan akan di turunkan secara bertahap.

Nicotine inhaler (obat hirup nikotin)

Produk dengan resep, dirancang untuk menghantarkan nikotin ke paru, tapi nikotin sebenarnya diabsorpsi di bagian atas tenggorok. Kadar resultan nikotinnya rendah. Keuntungan utama obat hirup adalah obat ini member substitusi perilaku terhadap merokok. Obat hirup juga melipatgandakan angka berhenti. Alat ini perlu dihirup berulangkali yang dapat memberikan efek samping minimal.

Pengobatan non nikotin

Terapi non nikotin dapat membantu perokok yang secara filosofis menolak konsep terapi penggantian nikotin serta perokok yang gagal pada terapi penggantian nikotin.

Bupropion

Adalah obat antidepresan yang memiliki aksi dopaminergik maupun adrenergik. Dosis harian 300 mg dapat diandalkan untuk melipatgandakan angka berhenti pada perokok dengan dan tanpa riwayat depresi, pada satu studi, kombinasi bupoprion dan koyo nikotin memiliki angka berhenti yang lebih tinggu dibanding bila digunakan secara tersendiri. Efek samping berupa insomnia dan mual

Varenicline

Varenicline merupakan agonis parsial yang selektif untuk alpha-4, beta-2 nicotinic acethylcholine receptors (nAChRs), dimana efeknya adalah mencegah pengikatan nikotin pada reseptor subtype nikotin. Varenicline membantu perokok untuk mencegah symptom withdrawal dengan mengatur kadar dopamine diotak pada level moderate, efek samping utama adalah nausea yang akan mereda seiring pemakaian. Menurut studi, Penggunaan verenicline harus diawasi dengan ketat atau di hindari terutama pada pasien dengan penyakit kardiovaskular.

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 36

Page 37: LAPORAN DKK Napza.docx

Gangguan Mental dan Akibat Penyalahgunaan Zat 37