141355480 case-sna
TRANSCRIPT
Homework Help https://www.homeworkping.com/
Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/
Online Tutoringhttps://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sitesBAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
Nama : Robi
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Luar kota
MRS : 19 Oktober 2012
B. ANAMNESA
(Alloanamnesis dengan ayah penderita, 19 Oktober 2012)
Keluhan Utama : Bengkak pada kedua kelopak dan wajah
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 7 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami bengkak pada
kelopak mata, bengkak terjadi pada pagi hari saat bangun tidur dan berkurang
pada pagi hari, demam tidak ada, batuk pilek tidak ada, sesak tidak ada, BAB dan
1
BAK biasa. 3 hari kemudian wajah terlihat bengkak, tapi tidak di perut dan
tungkai. Os akhirnya dibawa ke dokter dan dinyatakan sakit ginjal dan harus
segera dibawa ke Palembang.
2 hari sebelum masuk rumah sakit os ke IRD RSMH, cek lab kemudian
hasilnya dibawa ke SpA dan dirawat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat korengan ± 2 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : Cukup bulan
Partus : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
Tanggal : 20 Oktober 2005
Berat badan lahir : 3200 gram
Panjang badan lahir : 47 cm
Keadaan saat lahir : Langsung menangis
Riwayat Makan
ASI : 0 – 1,5 tahun
Susu Botol : 6 bulan – 3 tahun
Bubur Nasi : 6 – 8 bulan
Nasi tim : 8 – 18 bulan
Nasi : 18 bulan – sekarang
Riwayat Perkembangan
2
Berbalik : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Merangkak : 6 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 12 bulan
Berjalan : 14 bulan
Kesan : Perkembangan motorik dalam batas normal
Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali
DPT : 3 kali
Polio : 3 kali
Hepatitis B : 3 kali
Campak : 1 kali
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita merupakan anak kesepuluh dari sepuluh bersaudara. Ayah
penderita berumur 50 tahun, pendidikan tidak sekolah dan bekerja sebagai
nelayan. Ibu penderita berumur 35 tahun, pendidikan tidak sekolah dan bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Secara ekonomi, keluarga penderita tergolong tingkat
ekonomi kurang.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 19 Oktober 2012
Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Nadi : 105 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
Pernapasan : 36 x/menit
3
Suhu : 36,7 °c
Berat Badan : 15 kg
Tinggi Badan : 110 cm
Anemis : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Dispnea : tidak ada
Edema : ada
Status Gizi: BB/U : 15/23 x 100% = 65,2%
TB/U : 110/121 x 100% = 91%
BB/TB : 15/18 x 100% = 83%
Kesan : gizi baik ( nilai normal > 90%)
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk : Normoensefali, simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Cekung (-), Pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya +/+
normal, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema
palpebra +/+
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-).
Telinga : Sekret (-)
Mulut : mulut dan bibir kering (-), sianosis (-).
Tenggorokan : T1-T1 hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.
Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi -/-
Palpasi : Stemfremitus kanan = kiri
4
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-).
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, voussure cardiac tidak terlihat.
Palpasi : Thrill tidak teraba, iktus tidak teraba
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : HR: 110 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-), edema skrotalis (+)
Ekstremitas : Akral dingin (-), sianosis (-), edema pretibial (+).
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai
Kanan
Tungkai
Kiri
Lengan
Kanan
Lengan
Kiri
Gerakan Cukup Cukup Cukup Cukup
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -
Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal
Reflek patologis - - - -
Fungsi sensorik : Dalam batas normal
Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal
GRM : Kaku kuduk tidak ada
5
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
18 Oktober 2012
Pemeriksaan hematologi
Hb : 10,3 g/dl
Ht : 30 vol%
Leukosit : 12.800/mm3
Trombosit : 471.000/mm3
Hitung jenis : 0/3/1/67/23/6
Kimia klinik
BSS : 116 mg/dl
Kolesterol total : 223 mg/dl
Ureum : 20 mg/dl
Creatinin : 0,5 mg/dl
Urid acid : 7,0 mg/dl
Protein total : 6,3 mg/dl
Albumin : 7,4 g/dl
Na : 146 mmol/l
K : 5,1 mmol/l
Ca : 8,8 mmol/l
Cl : 113 mmol/l
LFG : 121
Urinalisa
Leukosit : 0 – 1
Eritrosit : 3-5
Silinder : (+)
Epitel : (-)
Nitrit : Negatif
6
Protein : +
Darah : ++
Bilirubin : (-)
Keton : (-)
Glukosa : (-)
19 November 2012
Pemeriksaan hematologi
Hb : 9,7 g/dl
Eritrosit : 3.570.000/mm3
Ht : 28 vol%
Leukosit : 13.200/mm3
LED : 95 mm/jam
Trombosit : 429.000/mm3
Hitung jenis : 0/3/1/51/36/9
Urinalisa
Epitil : positif
Leukosit : 4 – 8
Eritrosit : 15 – 20
Silinder : negatif
Epitel : negatif
Nitrit : negatif
Protein : negatif
Darah : positif (+)
Bilirubin : negatif
Keton : negatif
Glukosa : negative
7
Imunologi
ASTO : positif (+)
CRP : negatif
E. DIAGNOSIS BANDING
Sindrom Nefritis Akut
Sindrom Nefrotik
F. DIAGNOSIS KERJA
Sindrom Nefritis akut
G. PENATALAKSANAAN
Captopril 2 x 6,25 mg
Furosemid 2 x 15 mg
Eritromicyn 3 x 250m
D. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
8
E. FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
19-10-2012 S: Keluhan : Bengkak kedua kelopak mata dan kaki
O: Keadaan Umum
Sens: CM
TD : 110/80 mmHg RR : 22x/menit
N : 110 x/menit T : 37 oc
Keadaan spesifik
Kepala : Nafas cuping hidung (-), edema palpebra (+)
minimal
Leher : t.a.k
Thorak : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas : CRT <2 detik, pitting edema (+), edema
scrotal (+)
Status neurologikus
Fungsi motorik : dbn
Fungsi sensorik : dbn
Fungsi nervi craniales : dbn
GRM : (-)
M2 : Sindrom Nefrotik
9
M3 : HT gr I
M4 : TISK
P: Captopril 2 x 6,25 mg PO
Furosemid 2 x 15 mg
Observasi TD/jam
20-10-12 S: Keluhan : Bengkak kedua kelopak mata dan kaki berkurang
O: Keadaan Umum
Sens: CM
TD : 110/80 mmHg RR : 22x/menit
N : 105 x/menit T : 37,2 oc
Keadaan spesifik
Kepala : NCH (-), edema palpebra (+) minimal
Leher : t.a.k
Thorak : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas : CRT <2 detik, pitting edem pretibial (+)
minimal
M2 : Sindrom Nefritis Akut
M3 : Ht gr I
M4 : TISK
P: Captopril 2 x 6,25 mg PO
Furosemid 2 x 15 mg
Eritromicyn 3 x 250mg PO
10
21-10-12 S: Keluhan : Bengkak berkurang
O: Keadaan Umum
Sens: CM
TD : 90/60 mmHg RR : 24x/menit
N : 98 x/menit T : 36,8 oc
Keadaan spesifik
Kepala : NCH (-), edema palpebra (+) minimal
Leher : t.a.k
Thorak : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas : CRT <2 detik, pitting edema (+) minimal,
edema scrotal (+) minimal
M1: Sindrom Nefrotik Akut
M2 : Ht gr I
M4 : TISK
P: Captopril 2 x 6,25 mg PO
Furosemid 2 x 15 mg
PP 1 x 750.000
22-10-12 S: Keluhan : -
O: Keadaan Umum
Sens: CM
TD : 90/50 mmHg RR : 22x/menit
N : 90 x/menit T : 36,5 oc
Keadaan spesifik
Kepala : NCH (-), edema palpebra (+) minimal
Leher : t.a.k
Thorak : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal
11
Ekstremitas : CRT <2 detik, pitting edema (-)
Dieresis : 1,86 cc/kgBB/jam
M2 : SNA
M3 : Hipertensi grade I
M4 : TISK
P: IVFD D5 ¼ NS gtt 6x/m
Captopril 2 x 6,25 mg PO
Furosemid 2 x 15 mg
PP 1 x 750.000
23-10-2012 S: Keluhan : –
O: Keadaan Umum
Sens: CM
TD : 90/60 mmHg RR : 20x/menit
N : 100 x/menit T : 36,3 oc
Keadaan spesifik
Kepala : NCH (-), edema palpebra (-)
Leher : t.a.k
Thorak : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas : CRT <2 detik, pitting edema (-)
Diuresis :2,9 cc/kgBB/jam
M2 : SNA
M3 : Hipertensi grade I
M4 : TISK
12
P: : IVFD D5 ¼ NS gtt 6x/m
Captopril 2 x 6,25 mg PO
Furosemid 2 x 15 mg
PP 1 x 750.000
24-10-12 S: Keluhan : bengkak –
O: Keadaan Umum
Sens: CM
TD : 90/60 mmHg RR : 20x/menit
N : 88 x/menit T : 36,2 oc
Keadaan spesifik
Kepala : NCH (-), edema palpebra (+) minimal
Leher : t.a.k
Thorak : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas : CRT <2 detik, pitting edema (-)
Diuresis : 1,9 cc/kgBB/jam
Urinalisa
Sel epitel : -
Leukosit : 0-2
Eritrosit : 0-2
Protein : -
M2 : GNAPS
M3 : Hipertensi grade I
13
25-10-12 S: Keluhan : -
O: Keadaan Umum
Sens: CM
TD : 100/60 mmHg RR : 20x/menit
N : 90 x/menit T : 36 oc
Keadaan spesifik
Kepala : NCH (-), edema palpebra (+) minimal
Leher : t.a.k
Thorak : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas : CRT <2 detik, pitting edema (-)
M2 : GNAPS
M3 : Hipertensi grade I
M4 : TISK
P: IVFD D5 ¼ NS gtt 6x/m
Captopril 2 x 6,25 mg PO
Furosemid 2 x 15 mg
PP 1 x 750.000
14
26-10-12 S: Keluhan : -
O: Keadaan Umum
Sens: CM
TD : 100/60 mmHg RR : 24x/menit
N : 90 x/menit T : 36,8 oc
Keadaan spesifik
Kepala : CA -/-, SI -/-, NCH (-)
Leher : t.a.k
Thorak : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas : CRT <2 detik, pitting edema (-)
Diuresis : 2,2 cc/kgBB/jam
M2 : GNAPS
M3 : Hipertensi grade I
M4 : TISK
P: IVFD D5 ¼ NS gtt 6x/m
Captopril 2 x 6,25 mg PO
Furosemid 2 x 15 mg
PP 1 x 750.000
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal merupakan organ ganda yang terletak pada abdomen retroperitoneal
antara vertebra L1dan L4. Ginjal terdiri atas korteks dan medula, ginjal memiliki 8-12
lobus yang berbentuk piramid, dengan dasar piramid berada di korteks dan
puncaknya pada medula bermuara di kaliks minor.
Fungsi ginjal secara keseluruhan dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu : (1)
fungsi ekskresi, ekskresi sisa metabolisme protein, regulasi volume cairan tubuh,
menjaga keseimbangan asam-basa; (2) fungsi endokrin, partisipasi dalam
eritropoesis, pengaturan tekanan darah, keseimbangan kalsium dan fosfor.
B. Definisi Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut merupakan keadaan timbulnya hematuria, proteinuria
secara mendadak, adanya sel darah merah pada urin, edema dan hipertensi dengan
atau tanpa oligouri. Glomerulonefritis timbul setelah infeksi streptokokus.1
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan
berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus
yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis.2 Glomerulonefritis adalah suatu
terminologi umum yang menggambarkan adanya inflamasi pada glomerulus, ditandai
oleh proliferasi sel-sel glomerulus akibat proses imunologik (Travis dan Glauser).3
C. Epidemiologi
Insidensi GNA pada keadaan epidemi adalah 10% sebelumnya menderita
faringitis, 25% sebelumnya menderita impetigo. Pada suatu studi di Amerika Serikat
didapatkan penyebab GNA PS yang lebih dominan adalah faringitis.1 GNA PS
banyak terjadi pada negara-negara berkembang seperti Afrika, India Barat, dan Timur
Tengah, dipengaruhi oleh status nutrisi, penggunaan antibiotik profilaksis, dan
potensi dari Streptokokus.1 Mortalitas pada penderita GNA pada anak sangat jarang
16
(<1%). Tidak ada predileksi rasial. Pada laki-laki dua kali lebih sering daripada pada
wanita. GNA PS sering terjadi pada anak usia 2-12 tahun. 5% terjadi pada usia
kurang dari 5 tahun.1 Studi epidemiologis menunjukkan bahwa tidak semua pasien
yang terinfeksi dengan strain nefritigenik akan menimbulkan glomerulonefritis.
Hanya sekitar 5-10% setelah faringitis dan 25% setelah impetigo.2
D. Etiologi
Penyebab utama GNA PS adalah Streptokokus yang bersifat nefritogenik
yaitu Streptokokus grup A. Pada pyodermatitis : Streptokokus M tipe 47,49,55,2,60,
dan 57. Pada infeksi tenggorokan : Streptokokus M tipe 1,2,4,3, 25, 49 dan 12.1
Bagian luar streptokokus grup A dibungkus oleh kapsul asam hyaluronat untuk
bertahan terhadap fagositosis dan sebagai alat untuk melekatkan diri pada sel epitel.
Selain itu pada permukaan kuman juga terdapat polimer karbohirat grup A,
mukopeptide, dan protein M. Protein M adalah suatu alpha-helical coiled-coil dimer
yang terlihat sebagai rambut-rambut pada permukaan kuman. Protein M menentukan
apakah strain kuman tersebut bersifat rematogenik atau nefritogenik.3
17
E. Patologi
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus adalah suatu glomerulonefritis
proliferatif. Pada pemeriksaan mikroskopik cahaya dapat terlihat tingkat keparahan
dan intensitas perubahan patologis yang bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan
penyakit. Pada kasus ringan terutama pada pasien dengan penyakit subklinis, kelainan
adalah minimal biasanya terdiri dari proliferasi ringan sampai sedang sel mesangial
dan matriks. Pada kasus berat terjadi proliferasi sel mesangial, matriks dah sel endotel
yang difus dan disertai infiltrasi sel polimorfonuklear dan monosit, serta pembuntuan
lumen kapiler.2
Istilah glomerulonefritis proliferatif eksudatif endokapiler difus (diffuse
endocapillary exudative proliferative glomerulonephritis) sering digunakan untuk
menggambarkan kelainan morfologi penyakit ini. membran basal glomerulus pada
umumnya tampak normal, akan tetapi kadang-kadang dapat dijumpai adanya sembab
interstisial yang ringan sampai sedang dengan infiltrasi sel PMN, monosit dan kadang
eosinofil. Pada beberapa kasus berat kadang terlihat gambaran bulan sabit dengan
gambaran klinis dan histologis yang menyerupai glomerulonefritis kresentik progresif
cepat. Jarang dijumpai necotizing vasculities pembuluh darah ginjal.2
Pada pemeriksaan mikroskop elektron terlihat deposit padat-elektron dalam
mesangium yang besar dan jelas yang dikenal dengan istilah humps, yang terletak
pada daerah subepitelial yang khas. Pada pemeriksaan mikroskop imunofluoresen
erlihat endapan IgG granular ireguler dan C3 mulai dari yang halus dan disepanjang
dindng kapiler. Pewarnaan fibrin kadang dijumpai dalam mesangium.2
Lesi histologis yang abnormal tersebut akan menghilang dalam
waktubervariasi. Deposit padat-elektron akan menghilang dalam waktu satu tahun.
Infiltrasi PMN dan proliferasi sel mesangial dan endotel akan menghilang dalam
waktu 2 sampai 3 bulan akan tetapi terkadang proliferasi mesangeal terutama
ekspansi matriks mesangial dapat menetap dalam beberapa tahun.2
F. Patofisiologi
GNA PS timbul setelah infeksi tertentu, terutama strain tertentu yaitu grup A
streptokokus. Daerah infeksi biasanya saluran napas atas, termasuk telinga tengah,
18
atau kulit. Glomerulonefritis pascastreptokokus dapat terjadi setelah radang
tenggorok dan jarang dilaporkan bersamaan dengan demam rematik akut.1,2
GNA PS berawal apabila host rentan yang terpapar kuman Streptokokus grup
A strain nefritogenik bereaksi untuk membentuk antibodi terhadap antigen yang
menyerang. GNA PS merupakan kelainan kompleks imun, namun mekanisme
interaksi antara antigen dan antibodi tidak diketahui. Kompleks imun yang
mengandung antigen streptokokus ini mengendap pada glomerulus. Ukuran
komplekstreptokokus-imunoglobulin adalah 15 nm (streptokokus 10 nm dan
imunoglobulin 5 nm). Sedangkan ukuran pore membrana basalis pada anak dan
dewasa adalah 2-3 nm dan 4-4,5 nm. Oleh karena itu GNA PS banyak terjadi pada
anak-anak daripadadewasa.1,3
Kompleks antigen-antibodi terbentuk dalam aliran darah dan terkumpul dalam
glomerulus. Akibat hal ini akan terjadi inflamasi pada glomerulus dan akan
mengaktifkan sistem komplemen.4
GNA PS adalah suatu penyakit imunologik akibat reaksi antigen-antbodi yang
terjadi dalam sirkulasi atau in situ dalam glomerulus. Proses inflamasi yang
mengakibatkan terjadinya jejas renal dipicu oleh3 :
a. Aktivitas plasminogen menjadi plasmin oleh streptokinase yang kemudian diikuti
oleh aktivasi kaskade komplemen.
b. Deposisi kompleks Ag-Ab yang telah terbentuk sebelumnya ke dalam glomerulus.
c. Ab antistreptokokus yang telah terbentuk sebelumnya berikatan dengan molekul
tiruan (molecule mimicy) dari protein renal yang menyerupai Ag Streptokokus
(jaringan glomerulus yang normal yang bersifat autoantigen bereaksi dengan Ab
dalam sirkulasi yang terbentuk sebelumnya untuk melawan Ag Streptokokus).
Sistem imun humoral dan kaskade komplemen akan aktif bekerja apabila
terdapat deposit subepitel C3 dan IgG dalam membran basal glomerulus. Kadar C3
dan C5 yang rendah dan kadar komplemen jalur klasik (C1q, C2 dan C4) yang
normal menunjukkan bahwa aktivasi komplemen melalui jalur alternatif. Deposisi
IgG terjadi pada fase berikutnya yang diduga oleh karena Ab bebas berikatan dengan
19
komponen kapiler glomerulus, membran bassal atau terhadap Ag Streptokokus yang
terperangkap dalam glomerulus. Aktivasi C3 glomerulus memici aktivasi monosit
dan netrofil. Infiltrat inflamasi tersebut secara histologik terlihat sebagai
glomerulonefritis eksudatif. Produksi sitokin oleh sel inflamasi memperparah jejas
glomerulus. Hiperselularitas mesangium dipacu oleh proliferasi sel glomerulus akibat
induks oleh mitogen lokal.3
Gejala GNA PS biasanya berlangsung singkat. Dengan berakhirnya serangan
Ag Streptokokus, maka reaksi inflamasi akan mereda dan struktur glomerulus
kembali normal.3 Semua bentuk GNA PS dimediasi oleh proses imunologis. Baik
imunitas humoral maupun imunitas seluler. Imunitas seluler GNA PS dimediasi oleh
pembentukan kompleks antigen-antibodi streptkokus yang bersifat nefritogenik dan
imun kompleks yang bersirkulasi. Proses terjadinya adalah stretokokus yang bersifat
nefritogenik memprodksi protein dengan antigen determinan khas. Antigen
deteriminan ini memiliki afinitas spesifik terhadap glomerulus normal.5
Antigen ini kemudian akan berikatan pada glomerulus. Sekali berikatan
antigen ini akan mengaktifkan komplemen secara lansung melalui interaksi dengan
properdin. Komplemen yang telah teraktivasi ini akan menyebabkan timbul mediator
inflamasi dan kemudian timbul inflamasi.5 Antigen nefritogenik lainnya adalah
zymogen (nephritic strain-associated protein NSAP) dan nephritis plasmin binding
protein (NAP1r). NSAP ini ditemukan pada biosi ginjal pasien dengan GNA PS dan
tidak ditemukan pada bentuk lain GNA maupun demam rematik. NAP1r juga
ditemukan pada biopsi renal awal pasien GNA PS. Setelah NAP1r ini berikatan
dengan glomerulus dan menyebabkan pembentuk plasmin yang diaktivasi oleh
streptokinase yang kemudian beikatan dengan NAP1r. Akibat ikatan ini membran
basal glomerular menjadi rusak secara langsung. NAP1r juga akan mengaktivasi
komponen melalui jalur alternatif dan menyebabkan terkumpulnya sel PMN dan
makrofag dan terjadi inflamasi setempat.5
Mekanisme lainnya adalah kompleks nonimun, yang pertama adalah
hipersensitifitas tipe lambat. Pertama, terjadi proliferasi pada endotel, hal ini akibat
infiltrasi leukosit PMN dan monosit dan makrofag merupakan sel efektornya.
20
Infiltrasi makrofag ini dimediasi oleh komplemen dan sel T helper.5 Kedua, adanya
protein stretokokus M dan eksotoksin pirogenik yang bersifat superantigen. Hal ini
menyebabkan aktivasi sel Tmasif dan pelepasan limfokin seperti IL1 dan IL6.5
Ketiga, IgG autologus akan bersifat antigenic dan menyebabkan pementukan
cryoglobulin. Cryoglobulin,factor rematik akan menjadi superantigen.5
G. Klasifikasi
Klasifikasi Glomerulonefritis2:
1. Kongenital atau Herediter
- Sindrom Alport
- Sindrom nefrotik kongenital (tipe Finlandia)
- Hematuria Familial
- Sindrom nail patella
2. Didapat
- Primer/idiopatik
- Glomeruosnefritis Proliferatif mesangial
- Glomerulonefritis membranoproliferatif tipe I,II,III
- Glomerulopati membranosa, nefropati IgA
- Glomerulonefritis progresif cepat, glomerulonefritis proliferatif difus
3. Sekunder
a. Akibat Infeksi
- Glomerulonefritis pasca streptokokus, hepatitis B, endokarditis bakterial
subakut,
- Nefritis Pirau, Glomerulonefritis pasca pneumokokus, sifilis kongenital,
malaria
- Lepra, schistosomiasis, filariasis, AIDS
b. Berhubungan dengan penyakit multisistem
21
- Purpura Henoch Schonlein, Lupus Eritematosus Sistemik, Sindrom
hemolitik uremik
- Diabetes Melitus, Sindrom Goodpasture, Amiloidosis,
- Penyakit kolagen vaskular
c. Obat
- Penisilamin, Captopril
- Trimetadion, Litium , Merkuri
d. Neoplasia
Leukemia, Limfoma, Karsinoma
e. Lain-lain
Nefropati refluks, penyakit sel sabit.
H. Manifestasi Klinis
Pada anamnesis didapatkan adanya riwayat infeksi streptokokus sebelumnya
seperti faringitis, tonsilitis, atau pioderma.
Berikut merupakan beberapa keadaan yang didapatkan dari anamnesis1:
1. Periode laten
a. Terdapat periode laten antara infeksi streptokokus dengan onset pertama kali
muncul gejala.
b. Pada umumnya, periode laten selama 1-2 minggu setelah infeksi tenggorok dan
3-6 minggu setelah infeksi kulit.
c. Onset gejala dan tanda yang timbul bersamaan dengan faringitis biasanya
merupakan imunoglobulin A (IgA) nefropati daripada GNA PS.
2. Urin berwarna gelap
a. Merupakan gejala klinis pertama yang timbul.
b. Urin gelap disebabkan hemolisis eritrosit yang telah masuk ke membran basalis
glomerular dan telah masuk ke sistem tubular.
3. Edema periorbital
22
a. Onset munculnya sembab pada wajah atau mata tiba-tiba. Biasanya tampak jelas
saat psaat bangun tidur dan bila pasien aktif akan tampak pada sore hari.
b. Pada beberapa kasus edema generalisata dan kongesti sirkulasi seperti dispneu
dapat timbul.
c. Edema merupakan akibat dari tereksresinya garam dan air.
d. Tingkat keparahan edema berhubungan dengan tingkat kerusakan ginjal.
4. Gejala nonspesifik
a. Yaitu gejala secara umum penyakit seperti malaise, lemah, dan anoreksia,
muncul pada 50% pasien.
b. 15 % pasien akan mengeluhkan mual dan muntah.
c. Gejala lain demam, nyeri perut, sakit kepala.
Pemeriksaan Fisik
Adanya gross hematuri (urin yang berwarna seperti teh), dengan atau tanpa
edema (paling mudah terlihat edema periorbital atau mata tampak sembab), pada
kasus yang agak berat dapat timbul gangguan fungsi ginjal biasanya berupa retensi
natrium dan urin. Gejala lain yang muncul tidak spesifik. Bila disertai dengan
hipertensi, dapat timbul nyeri kepala. Demam tidak selalu ada. Pada kasus berat (GN
destruktif) dapat timbul proteinuria masif (sindrom nefrotik), edema anasarka atau
asites, dan berbagai gangguan fungsi ginjal yang berat.4
1. Sindrom Nefritis Akut
a. Gejala yang timbul adalah edema, hematuria, dan hipertensi dengan atau tanpa
klinis GNA PS.
b. 95% kasus klinis memiliki 2 manifestasi, dan 40% memiliki semua manifestasi
akut nefritik sindrom.
2. Edema
a. Edema tampak pada 80-90% kasus dan 60% menjadi keluhan saat ke dokter.
b. Terjadi penurunan aliran darah yang bermanifestasi sedikit eksresi natrium dan
urin menjadi terkonsentrasi. Adanya retensi natrium dan air ini
menyebabkan terjadinya edema.
23
3. Hipertensi
a. Hipertensi muncul dalam 60-80% kasus dan biasanya pada orang yang lebih
besar.
b. Pada 50% kasus, hipertensi bisa menjadi berat.
c.Jika ada hipertensi menetap, hal tersebut merupakan petunjuk progresifitas ke
arah lebih kronis atau bukan merupakan GNA PS.
d. Hipertensi disebabkan oleh retensi natrium dan air yang eksesif.
e. Meskipun terdapat retensi natrium, kadar natriuretic peptida dalam plasma
meningkat.
f. Aktivitas renin dalam plasma rendah.
g. Ensefalopati hipertensi ada pada 5-10% pasien,biasanya tanpa defisit
neurologis.
4. Oliguria
a. Tampak pada 10-50% kasus, pada 15% output urin <200ml.
b. Oliguria mengindikasikan bentuk cresentic yang berat.
c. Biasanya transien, dengan diuresis 1-2 minggu.
5. Hematuria
a. Muncul secara umum pada semua pasien.
b. 30% gross hematuria.
6. Disfungsi ventrikel kiri
a. Disfungsi ventrikel kiri dengan atau tanpa hipertensi atau efusi pericardium
dapat timbul pada kongestif akut dan fase konvalesen.
b. Pada kasus yang jarang, GNA PS dapat menunjukkan gejala perdarahan
pulmonal.
Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
24
Adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan melakukan biakan tenggorok
dan kulit. Biakan mungkin negatif apabila telah diberikan antimikroba. Beberapa uji
serologis terhadap antigen streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanya
infeksi streptokokus, antara lain antistreptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti
Dnase B. Skriningantistreptozim cukup bermanfaat oleh karena mampu mengukur
antibody terhadap beberapa antigen streptokokus. Titer anti streptolosin O meningkat
pada 75-80% pasien dengan glomerulonefritis akut pasca streptokokus dengan
faringitis, meskipun beberapa strain streptokokus tidak memproduksi streptolisin O.
Bila semua uji dilakukan uji serologis dilakukan, lebih dari 90% kasus menunjukkan
adanya infeksi streptokokus.2
Titer ASTO meningkat pada hanya 50% kasus glomerulonefritis akut
pascastreptokokus atau pascaimpetigo, tetapi antihialuronidase atau antibodi yang
lain terhadap antigen streptokokus biasanya positif. Pada awal penyakit titer antibodi
streptokokus belum meningkat, hingga sebaiknya uji titerdilakukan secara seri.
Kenaikan titer 2-3 kali lipat berarti adanya infeksi. Tetapi , meskipun terdapat bukti
adanya infeksi streptokokus, hal tersebut belum bdapat memastikan bahwa
glomerulonefritis tersebut benar-benar disebabka karena infeksi streptokokus. Gejala
klinis dan perjalanan penyakit pasien penting untuk menentukan apakah biopsi ginjal
memang diperlukan.2
Titer antibodi streptokokus positif pada >95 % pasein faringitis, dan 80%
pada pasien dengan infeksi kulit. Antistreptolisin, antinicotinamid dinucleotidase
(anti-NAD), antihyaluronidase (Ahase) dan anti-DNAse B positif setelah faringitis.
Titer antibodi meningkat dalam 1 minggu puncaknya
pada satu bulan dan akan menurun setelah beberapa bulan.1
Pada pemeriksaan serologi didapatkan penurunan komponen serum CH50 dan
konsentrasi serum C3. Penurunan C3 terjadi ada >90% anak dengan GNA PS. Pada
pemeriksaan kadar komplemen, C3 akan kembali normal dalam 3 hari atau paling
lama 30 hari setelah onset 4,5,6 Peningkatan BUN dan kreatinin. Peningkatannya
biasanya transien. Bila peningkatan ini menetap beberapa minggu atau bulan
menunjukkan pasien bukan GNA PS sebenarnya. Pasien yang mengalami bentuk
25
kresentik GN mengalami perubahan cepat, dan penyembuhan tidak sempurna.
Adanyahiperkalemia dan asidosis metabolik menunjujjan adanya gangguan fungsi
ginjal. Selain itu didapatkan juga hierfosfatemi dan Ca serum yang menurun.1,6
Pada urinalisis menggambarkan abnormalitas, hematuria dan proteinuria
muncul pada semua kasus. Pada sedimen urin terdapat eritrosit, leukosit, granular.
Terdapat gangguan fungsi ginjal sehingga urin menjadi lebih terkonsentrasi dan asam.
Ditemukan juga glukosuria. Eritrosit paling baik didapatkan pada urin pagi hari,
terdapat 60-85% pada anak yang dirawat
di RS. Hematuria biasanya menghilang dalam waktu 3-6 bulan dan mungkin dapat
bertahan 18 bulan. Hematuria mikroskopik dapat muncul meskipunklinis sudah
membaik. Proteinuria mencapai nilai +1 sampai +4, biasanya menghilang dalam 6
bulan. Pasien dengan proteinuria dalam nephrotic-range dan proteinuria berat
memiliki prognosis buruk.1,2 Pada pemeriksaan darah tepi gambaran anemia
didapatkan,anemia normositik normokrom.6
b) Pemeriksaan Pencitraan1
a. Foto toraks dapat menunjukkan Congestif Heart Failure.
b. USG ginjal biasanya menunjukkan ukuran ginjal yang normal.
c) Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan bila terjadi perubahan fungsi ginjal yang
menetap, abnormal urin dalam 18 bulan, hipokomplemenemia yang menetap, dan
terjadi sindrom nefrotik.4
Indikasi Relatif1 :
a. Tidak ada periode laten dianara infeksi streptokokus dan GNA.
b. Anuria.
c. Perubahan fungsi ginjal yang cepat.
d. Kadar komplemen serum yang normal.
e. Tidak ada peningkatan antibodi antistreptokokus.
f. Terdapat manifestasi penyakit sistemik di ekstrarenal.
26
g. GFR yang tidak mengalami perbaikan atau menetap dalam 2 minggu.
h. Hipertensi yang menetap selama 2 minggu
Indikasi Absolut1 :
a. GFR yang tidak kembali normal dalam 4 minggu
b. Hipokomplemenemia menetap dalam 6 minggu
c. Hematuria mikroskopik menetap dalam 18 bulan
d. Proteinuria menetap dalam 6 bulan
I. Diagnosis
Diagnosis Glomerular nefritis akut ditegakkan berdasarkan adanya riwayat
infeksi Streptokokus β hemolitikus grup A sebelumnya (7-14 hari). Bila tidak
didapatkan kultur positif, dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antistreptolisin
O (ASTO) atau peningkatan antibodi antistreptokokus lainnya.4
J. Diagnosa Banding1
- Sindrom Nefrotik
- Nefropati IgA
- Nefritis lupus
- Nefritis Henoch Schonlein
K. Penatalaksanaan
GNA-PS tipikal tidak memerlukan penatalaksanaan spesifik. Terapi antibiotik
yang sesuai merupakan indikasi bila infeksi tetap ada. Gangguan pada fungsi ginjal
yang mengakibatkan hipertensi memerlukan penanganan yang lebih
spesifik,pengurangan konsumsi natrium, pengobatan dengan diuretik atau obat
antihipertensi. Pada kasus berat yang telah terjadi kegagalan ginjal, dapat dilakukan
hemodialisaatau peritoneal dialisa. Kortikosteroid juga dapat diberikan untuk
mengurangi perjalanan infeksi.4
Terapi Medis :
27
Terapi simtomatis untuk mengontrol edema dan tekanan darah5
1. Pada fase akut batasi garam dan air, jika hipertensi dapat diberikan diuretik. Loop
diuretik meningkatkan output urin.
2. Untuk hipertensi yang tidak dapat dikontrol dengan diuretik. Biasanya calcium
channel blocker. Pada hipertensi maligna pemberian nitroprusid atau parenteral
agen.
3. Antibiotik golongan penisilin jika infeksi primer masih berlangsung.
4. Indikasi untuk dialisis pada hiperkalemia dan manifestasi klinis uremia.
5. Pembatasan aktivitas fisik diperlukan pada beberapa hari pertama sakit.
6.Steroid, obat-obat imunosupresan dan plasmaferesis masih dalam perdebatan.
L. Prognosis
Hanya sedikit pasien dengan GNA yang memerlukan perawatan di rumah
sakit. Dan sebagian besar akan pulang dalam waktu 2-4 hari. Semakin ce[at tekanan
darah berada dalam nilai normal dan diuresis telah kembali, sebagian besar anak
dapat dirawat jalan.5 Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi 5% di antaranya
mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat dengan pembentukan
kresen pada epitel glomerulus. Diuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 7-
10 setelah awal penyakit, dengan menghilangnya senbab dan secara bertahap tekanan
darah menjadi normal kembali. Fungsi ginjal membaik dalam 1 minggu dan menjadi
normal dalam waktu 3-4 minggu. Komplemen serum menjadi normal dalam waktu 6-
8 minggu. Tetapi kelainan sedimen urin akan tetap terlihat selam berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun pada sebagian besar pasien.2 Dalam suatu penelitian pada 36
pasien glomerulonefritis akut pasca streptokokus yang terbukti dari biopsi,diikuti
selam 9,5 tahun. Prognosis untukmenjadi sembuh sempurna sangat baik. Hipertensi
ditemukan pada 1 pasien dan 2 pasien mengalami proteinuria ringan yang persisten.
Sebaliknya prognosis glomerulonefritis akut pada dewasa kurang baik.2
Potter dkk. menemukan kelainan sedimen urin yang menetap (proteinuria dan
hematuria) pada 3,5% dari 534 pasien yang diikuti selama 12-17 tahun di Trinidad.
Prevalensi hipertensi tidak berbeda dengan kontrol. Kesimpulannya adalah prognosis
28
jangka panjang glomerulonefritis akut pasca streptokokus baik. Beberapa
penelitianlain menunjukkan adanya perubahan histologis penyakit giinjal yang secara
cepatterjadi pada orang dewasa. Selama komplemen C3 belum pulih dan hematuria
belum menghilang, pasien hendaknya diikuti secara seksama karena masih ada
kemungkinan terjadinya pembentukan glomerulosklerosis kresentik ekstra-kapiler
dan gagal ginjal kronik.2
Monitoring pasien rawat jalan5:
a. 0-6 minggu setelah onset : hipertensi telah terkontrol, edema sudah perbaikan, gros
meaturia semakin membaik, azotemia telah membaik.
b. 8-10 minggu setelah onset : azotemia telah hilang, anemia telah terkoreksi,
Hipertensi telah membaik, C3 dan C4 telah kembali ke nilai normal.
c. 3,6,9 bulan setelah onset : Hematuria dan proteinuria telah menghilang sedikit
demi sedikit, tekanan darah telah kembali normal.
d. 12 bulan setelah onset : proteinuria telah menghilang, hematuria mikroskopik telah
menghilang.
e. 2,5 dan 10 tahun setelah onset : urin telah normal, tekanan darah dan kada
keratinin serum telah normal.
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun datang ke RSMH dengan keluhan
utama bengkak pada kedua mata dan kakinya.
29
Dari anamnesis didapatkan bahwa bengkak/sembab mulai dirasakan timbul
sejak ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, sembab mula-mula timbul pada
kelopak mata kiri dan kanan dan kemudian kedua tungkai. Sembab dirasakan
terutama pada saat bangun tidur pada pagi hari dan berkurang saat siang hari. Sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluh BAK berwarna seperti cucian
daging.
Hal di atas sesuai dengan gambaran klinis Sindrom Nefritik Akut yang
ditandai dengan adanya sembab dan hematuria secara makroskopis dan mikroskopis
dari pemeriksaan urinalisis. Selain itu, pada pemeriksaan fisik menunjukkan adanya
hipertensi.Dari hasil anamnesis diketahui bahwa terdapat riwayat korengan sejak 2
minggu sebelum timbulnya keluhan, dengan demikian penyakit pada pasien ini
merupakan kemungkinan disebabkan oleh adanya infeksi yang berkomplikasi
sebagai penyakit Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococcus. Hal ini diperkuat oleh
temuan laboratorium hasil pemeriksaan imnuoserologis didapatkan ASTO (+).
Bengkak atau edema adalah penimbunan cairan yang berlebihan di antara sel-
sel tubuh atau dalam berbagai rongga tubuh yang disebabkan oleh perpindahan cairan
ekstrasel kekompartemen cairan interstitial. Edema berdasarkan lokasi dibagi menjadi
edema terlokalisir dan generalisata. Pada edema terlokalisir, disebut efusi bila
terdapat cairan pada sebuah rongga, asites bila cairan terdapat pada rongga
peritoneum. Pada edema generalisata, terjadi edema umum yang masif.
Penyebab edema dibagi seperti pada bagan di bawah
30
Empat mekanisme dasar yang terjadi pada edema :
1. Peningkatan tekanan hidrostatik (mis. gagal jantung kongestif)
2. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah (mis. radang akut)
3. Penurunan tekanan osmotik (mis. hipoalbuminemia)
4. Obstruksi limfatik (mis. mastektomi dengan pengangkatan kelenjar getah bening)
Penambahan berat badan secara cepat yang terjadi pada edema , bila
penambahan 2% = kelebihan ringan , penambahan 5% = kelebihan sedang,
penambahan 8% = kelebihan berat. Pada pasien penambahan berat badan 3 kg sekitar
8,5 %, yang berarti terjadikelebihan cairan berat.
Dan terdapat periode laten yaitu periode antara infeksi streptokokus pertama
kali dan saat muncul onset, periode ini sekitar 1-2 minggu. Keluhan yang pertama
timbul pada pasien adalah edema periorbital, yang disebut pasien mata sembab.
Muncul tiba-tiba, biasanya pada pagi hari. Menunjukkan sudah adanyamanifestasi
edema akibat ekstravasasi cairan ke ekstra sel. Yang kemudian edema berlanjut pada
31
kedua tungkai dan perut (asites). Keluhan selanjutnya adalah adanya BAK yang
berwarna keruh kemerahan, Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya edema
periorbital, edema tungkai, dan asites.
Patofisiologi terjadinya beberapa keluhan pada pasien adalah :
Pada pemeriksaan laboratorium, terdapat, gangguan pada fungsi ginjal
ditandai dengan pada urinalisa terdapat hematuria, dan proteinuria serta silinder.
Dan pada pemeriksaan serologi ASTO positif. Titer ASTO positif hanya pada 50%
pasien. Penegakkan diagnosis Glomerulonefritis ditegakkan berdasarkan adanya
riwayat infeksi Streptokokus β hemolitikus grup A sebelumnya yang dikonfirmasi
dengan kultur positif.
Diagnosa banding pada pasien ini adalah Sindrom Nefrotik. Pada sindroma
nefrotik edema yang terjadi generalisata juga, namun tidak ada riwayat infeksi
streptokokus sebelumnya. Sedangkan pada pasien terdapat riwayat infeksi
streptokokus.
32
Pada pasien initerdapat hipertensi yang mencapai 120/80. Pada awalnya
diterapi dengan obat antihipertensi captopril dengan dosis 2 x 6,25 mg, dan untuk
mengurangi edema yang terjadi diberikan furosemid dengan dosis 3 x 15 mg dan
diberikan antibiotik Eritromicyn 3 x 250 mg.
Terjadinya hipertensi7:
Hipertensi pada anak adalah keadaan dimana rata-rata TD sistolik dan
diastolik >95 persentil menurut umur dan jenis kelamin pada pengukuran tiga kali
berturut-turut. Tabel di bawah, menunjukkan klasifikasi hipertensi7 :
Istilah Batasan Batasan menurut umur dan jenis kelamin
Normal TD sistolik dan diastolik <90 persentil
menurut umur dan jenis kelamin
Normal-tinggi Rata-rata TD sistolik dan disatolik
diantara 90 dan 95 persentil menurut
umur dan jenis kelamin
33
Hipertensi Rata-rata TD sistolik dan diastolik
>95persentil menurut umur dan jenis
kelamin
Menurut The Second Task Force on Blood Pressure Control in Children
*Jika tekanan darah yang terbaca normal-tinggi untuk umur, tetapi anak lebih tinggi
atau massa otot berlebih untuk umurnya, maka anak ini dianggap mempunyai nilai
tekanan darah yang normal.
Pengobatan hipertensi non-krisis: (1) bila tekanan Diastolik 90-100 mmHg
diberikan Furosemid (2) pada tekanan diastolik 100-120 mmHg diberikan furosemid
ditambah captopril (3) jika tekanan darah diastolik belum turun, ditambah dengan
pengobatan antihipertensi golongan beta bloker atau golongan lain.7
Kriteria krisis hipertensi adalah : (1) Tekanan sistolik ≥ 180mmHg dan/atau
(2) Diastolik ≥120mmHg, atau (3) setiap kenaikan tekanan darah yang mendadak
dandisertai gejala ensefalopati hipertensif, gagal ginjal, gagal jantung maupun
retinopati.7
Pengobatan pada krisis hipertensi dapat diberika (1) Nifedipin dengan dosis
0,1 mg/kgBB/kali peroral. Bila tekanan darah tidak turun dinaikkan
0,1/mg/kgBB/kali setiap 30 menit dengan dosis maksimal 10 mg/kali. Bila belum
turun ditambahkan furosemid 1 mg/kgBB/kali sebanyak 2x/hari. Pemberian harus
disertai pemberian captopril 0,3 mg/kgBB/kali sebanyak 2-3 kali/hari. (2) klonidin
drip diberikan sebanyak 0,002 mg/kgBB/ba jam dalam 100ml Dekstrosa 5%.
Deberikan dengan tetesan awal 12 mirkodrip.menit, bila belum turun dinaikkan 6
mikrodrip/menit setiap 30 menit, dengan maksimum pemberian 36 mikrodrip/menit.7
Bila belum turun ditambah captopril 0,3 mg/kgBB/kali sebanyak 2-3x/hari,
maksimum pemberian 2 mg/kg/kali. Diberikan bersama furosemid 1 mg/kgBB/kali
sebanyak 2x/hari.7
Hematuri terjadi pada pasien rawat RS sebanyak 60-85%, dan akan hilang dalam 3-6
bulan atau bertahan 18 bulan. Proteinuri dapat mencapai nilai +1 sampai +4 akan
hilang dalam 6 bulan.7
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Geetha D.Poststreptococcal Glomerulonephritis.[Internet].Available from
URL: http://emedicine.medscape.com/article/240337-overview .Accessed on
17 April 2011.
2. Noer MS. 2002.Glomerulonefritis.Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono
3. PP,Pardede SO. Buku Ajar Nefrologi Anak.Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.p 345-352
4. 3.Noer MS.2006.Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus.Dalam:
Kumpulan Makalah Simposium dan Workshop Sehari: Kegawatan pada
Penyakit Ginjal Anak.Makasar:UKK Nefrologi IDAI.p56-67
5. Lum GM.2005.Glomerulonephritis.In:Hematuria&Glomerular
Disease.In:Kidney&Urinary tract.In:Hay WW,Levin MJ,etc.editors.Current
PediatricDiagnosis and Treatment.New York:McGraw-Hill.p.713
6. Bhimmma R.Acute PoststreptococcaGlomerulonephritis.[Internet]Available
from URL: http://emedicine.medscape.om/article/980685-overview. Accessed
on 18 April 2011.
7. 6.Parmar MS.Acute Glomerulonefritis.[Internet].Available from
URL:http://emedicine.medscape.com/article/239278-overview.Accessed on
20 April 2011.
8. Noer MS,Soemyarso N.Hipertensi.Bagian Ilmu Kesehatan Anak UNAIR
Surabaya. [Internet].Diunduh dari RL:http://www.pediatrik.com/isi03.php?
32page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
hrji262.htm.
35