119740121-makalah-blok-16
DESCRIPTION
Diare AkutTRANSCRIPT
![Page 1: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/1.jpg)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Kampus II Ukrida Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta 11510
Muhammad Hasif Bin Hussin
102009339
Diare Akut Anak
Abstrak: Diare merupakan penyakit yang lazim ditemukan pada bayi maupun pada anak-
anak. Menurut WHO diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali
dalam 1 hari, dan biasanya berlangsung selama 2 hari atau lebih. Penyakit diare hingga kini
masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi ataupun anak di Indonesia.
Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430/1000 penduduk setahunnya.
Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit dapat
ditekan kurang dari 3%. Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada
gastroenteritis karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah
penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi, dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung
jarang mengalami peradangan.1
Kata kunci: diare, gastroenteritis, infeksi, peradangan
1 | P a g e
![Page 2: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/2.jpg)
1. PENDAHULUAN
Penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas dan kematian anak dinegara berkembang,
dan penyebab penting kekurangan gizi. Pada tahun 2003 diperkirakan 1.87 juta anak-anak di
bawah 5 tahun meninggal karena diare. Delapan dari 10 kematian ini terjadi dalam dua tahun
pertama kehidupan. Rata-rata, anak-anak di bawah usia 3 tahun pada negara-negara
berkembang mengalami tiga episode diare setiap tahun. Diare yang terjadi pada banyak
negara, termasuk kolera, juga merupakan penyebab penting morbiditas di antara anak-anak
dan orang dewasa.
Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, ≥ 3 kali per
hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 2 minggu.
2. SKENARIO
Seorang anak perempuan usia 4 tahun mengalami diare 7x/hari, feses cair seperti air, tidak
berbau busuk, tidak ada darah tidak ada lendir, berwarna kekuningan. Anak tersebut lemas,
dan tidak nafsu makan. Ia tidak buang air kecil sejak 8 jam yang lalu. Pemeriksaan fisik :
BB:14kg, suhu:37,8°C, kering, turgor kulit menurun, suara bising usus meningkat.
3. HIPOTESIS
Daripada gejala yang didapatkan, anak berusia 4 tahun ini menderita diare cair akut et causa
viral dengan dehidrasi sedang.
4. ANAMNESIS
Anamesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien / keluarganya /orang
yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan petunjuk- petunjuk
verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien, meliputi :
2 | P a g e
![Page 3: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/3.jpg)
Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:
1. Identitas pasien
Nama,tempat tanggal lahir, usia (neonatus, balita, sekolah), jenis kelamin, nama
orangtua, alamat, dan sebagainya.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien.
3. Riwayat penyakit dahulu
Kronologi penyakit, ada tidaknya riwayat sakit dahulu yang pernah di derita
4. Riwayat kesehatan .
Berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan (berat badan
tinggi badan), riwayat makanan.
5. Riwayat keluarga dan lingkungan, sosial-ekonomi-budaya.
Bertanya kepada ibu atau pengasuh anaknya tentang:
Adanya darah dalam tinja
Durasi diare
Jumlah kotoran berair per hari
Jumlah episode muntah
Adanya demam, batuk, atau masalah-masalah penting lainnya (misalnya kejang-
kejang, baru-baru ini campak)
Jenis dan jumlah cairan (termasuk ASI) dan makanan yang diberikan selama sakit
Obat atau solusi lainnya yang diambil
Riwayat imunisasi
1. Waktu dan frekuensi diare
Diare pada malam hari sepanjang hari selalu menunjukan penyakit organik. Perasaan ingin
buang air besar yang tidak bisa ditahan merupakan kunci penting bagi petunjuk ke arah
penyakit inflamasi. Diare yang timbul akut terus berlanjut menjadi kronik dengan riwayat
berpergian mengingatkan pada diare pada turis traveler diarea atau sprue tropis. Diare dengan
frekuensi 3-4 kali sehari dan terjadi pagi hari menunjukkan sindrom usus iriatif.2
3 | P a g e
![Page 4: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/4.jpg)
2. Bentuk tinja
Bila terdapat minyak dalam tinja menunjukan insufisiensi pancreas. Tinja pucat (steatorea)
menandakan kelainan di proksimal ileosekal. Diare seperti air biasa terjadi akibat kelainan
pada semua tingkat dari system pencernaan terutama usus halus. Adanya makanan yang tidak
tercerna adaalah manifestasi dari kontak yang terlalu cepat antara tinja dan dinding usus. Bau
asam menunjukan penyerapan karbohidrat yang tidak sempurna. Harus dibedakan antara
perdarahan yang disertai diare dengan perdarahan yang menyertai tinja normal. Pada kolitis
infeksi dan kolitis ulserosa perdarahan disertai dengan diare, sedangkan perdarahan yang
menyertai tinja normal terdapat pada keganasan, polip, hemoroid, dan fissura ani.
3. Nyeri abdomen dan keluhan lain yang menyertai diare
Nyeri abdomen ini merupakan kelainan tak khas, karena dapat terjadi pada kelainan organik
maupun non organik. Pada penyakit organik, lokasi rasa sakit menetap sedangkan pada diare
psikogenik nyerinya dapat berubah ubah baik tempat maupun penyebarannya. Nyeri
abdomen yang disebabkan kelainan ususkecil berlokasi disekitar pusat, dan kolik yang
diakibatkan kelaianan usus besar, letaknya suprapubik. Nyeri terus menerus menandakan
ulserasi yang berat pada usus atau adanya komplikasi abses. Demam sering menyertai infeksi
atau keganasan. Mual dan muntah dapat juga menunjukan infeksi.
4. Obat
Banyak macam obat mengakibatkan diare, seperti laksan, antasida, diuretik, bahkan
neomisin. Penghentian obat beberapa hari dapat dicoba untuk membantu menegakkan
diagnosis. Bila diare berhenti dengan dihentikannya obat, maka kemungkinan besar diare
disebabkan oleh obat tersebut.
5. Makanan
Diare dan mual yang menyertai minum susu menunjukkan dugaan kuat terhadap intoleransi
lactose dan sindrom usus iriatif. Pada pada pasien dengan riwayat diare terhadap makanan
4 | P a g e
![Page 5: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/5.jpg)
tertentu biasanya mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya atau manifestasi alergi lain
seperti asma.
6.Lain-lain
Anamnesis diare berupa air yang sangat hebat tanpa gejala yang jelas ke arah infeksi dapat
dikarenakan antara lain tumor endokrin penyebab diare yaitu karsinoma meduler tiroid dan
diare hormonal yang lain misalnya fipoma, sindrom karsinoid atau kecanduan obat-obat
pencahar.
5. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik
Pertama, periksa tanda-tanda dan gejala dehidrasi.
Cari tanda-tanda berikut:
Kondisi Umum: adalah anak waspada; gelisah atau pemarah; lesu atau tidak sadar?
Mata Apakah normal atau cekung?
Ketika air atau larutan oralit ditawarkan untuk minum, apakah diambil atau ditolak,
diambil dengan penuh semangat, atau anak tidak bisa minum karena kelesuan atau
koma?
Rasakan anak untuk menilai:
Turgor kulit. Ketika kulit di atas perut dicubit dan dilepaskan, segera merata,
perlahan-lahan, atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
Kemudian, periksalah tanda-tanda masalah penting lainnya.
Cari tanda-tanda ini:
Apakah tinja anak mengandung darah merah?
Apakah anak kekurangan gizi? Buka seluruh pakaian bagian atas anak untuk melihat
bahu, lengan, bokong dan paha, untuk bukti dari tanda berkurangnya otot (marasmus).
Cari juga untuk edema pada kaki, jika ada disertai pengurangan otot, artinya anak
5 | P a g e
![Page 6: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/6.jpg)
menderita gizi buruk. Jika memungkinkan, nilai berat badan anak-untuk-umur,
dengan menggunakan grafik pertumbuhan, atau berat badan-untuk-panjang. Atau,
mengukur lingkar lengan pertengahan.
Apakah anak batuk? Jika demikian, hitung jumlah pernapasan untuk menentukan
apakah pernafasannya cepat dan mencari tidak simetris.
Periksa suhu anak:
Demam dapat disebabkan oleh dehidrasi parah, atau oleh infeksi non usus seperti malaria
atau pneumonia
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan mengalami peningkatan, nadi menjadi cepat dan lemah,tekanan darah menurun.
b) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar
lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.
c) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus
meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer .
d) Integumen
Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek, mata cekung.
6 | P a g e
![Page 7: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/7.jpg)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan tinja selalu penting, mula-mula di perhatikan apakah bentuknya cair, setengah
padat, atau bercampur darah, lendir. Harus segera di periksa apakah ada amoeba, cacing/telur,
leukosit, dan eritrosit. Adanya gelembung lemak memberi dugaan kearah malabsorbsi lemak
dan penyakit pancreas. Adanya eritrosit menunjukkan adanya infeksi, sedangkan jika ada
leukosit kemungkinan ada infeksi dan inflamasi usus. Pemeriksaan pH tinja perlu dilakukan
bila ada dugaan malabsorbsi karbohidrat, di mana pH tinja di bawah 6, di sertai tes reduksi
positif menunjukan adanya intoleransi glukosa. Pewarnaan gram perlu di lakukan untuk
mengetahui diare oleh karena infeksi bakteri, jamur, dan sebagainya. Selain itu dapat di
periksa sifat tinja berupa volume baik itu banyak dan berbau busuk menunjukkan adanya
infeksi dan bila terdapat kelainan demikian, dapat langsung di lakukan kultur tinja. Bila
terdapat minyak dalam tinja menunjukan insufisiensi pancreas, tinja pucat (steathore)
menandakan kelainan di proximal ileosekal. Diare seperti air bisa terjadi akibat kelainan
pada semua tingkat dari GI tract. Adanya makanan yang tidak tercerna di saluran cerna
adalah manifestasi dari kontak yang terlalu cepat antara tinja dengan dinding usus.
Sedangkan bau asam menunjukkan adanya penyerapan karbohidrat yang tidak sempurna.
Perlu di bedakan perdarahan yang disertai diare atau perdarahan yang menyertai tinja normal.
Pada colitis infeksi dan colitis ulcerosa perdarahan disertai dengan diare, sedangkan yang
menyertai tinja normal ada keganasan, hemoroid. Polip dan lainnya. Pemeriksaan fisik tinja
normal tidak selalu menyingkirkan kelainan organic.1
Pemeriksaan darah
Idealnya pemeriksaan darah di lakukan setelah pemeriksaan tinja. Bila pemeriksaan tinja saja
belum mengarah ke diagnosis. Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang
meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankan suatu
protein losing enteropathy akibat inflamasi intestina seperti anemia defesiensi besi, B12 serta
asam folat pada gangguan absorbsi. Kadar B12 rendah adanya pertumbuhan bakteri yang
berlebihan pada semua tempat di usus kecil. Kadar albumin rendah menunjukkan adanya
tanda protein loosing dari peradangan di ileum, yeyunum, kolon atau pada syndrome
malabsorbsi. Semua keadaan di atas perlu konfirmasi dengan biobsi. Eusinofil dapat di
7 | P a g e
![Page 8: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/8.jpg)
jumpai pada gastroenteritis eusinofilik, alergi makanan, atau infeksi parasit diusus.
Pemeriksaan serologis terhadap amoeba harus dilakukan. Pada pasien dengan kecurigaan
infeksi kronik perlu di periksa juga kemungkinan imunodefisiensi.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP
(bila memungkinkan)
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum.
Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik
6. WORKING DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan gejala
klinis. Pada skenario dikatakan bahwa anak perempuan usia 4 tahun mengalami diare 7x/hari,
feses cair seperti air, tidak berbau busuk, tidak ada darah tidak ada lendir, berwarna
kekuningan. Anak tersebut lemas, dan tidak nafsu makan. Ia tidak buang air kecil sejak 8 jam
yang lalu. Pemeriksaan fisik : BB:14 kg, suhu:37,8°C, kering, turgor kulit menurun, suara
bising usus meningkat.
Dari data diatas bisa disimpulkan bahwa anak tersebut mengalami diare cair akut disertai
dehidrasi sedang. Diare cair akut merupakan diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang
lunak / cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair akut
menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat mengakibatkan kurang
gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terpenting diare pada
anak-anak adalah Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium,Vibrio cholera,
Salmonella, E. coli, rotavirus.1
8 | P a g e
![Page 9: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/9.jpg)
Diferential Diagnosis :
Dysentri
Sindrom desentri terdiri dari kumpulan gejala diare dengan darah dan lendir dalam feses dan
adanya tenesmus. Diare berdarah dapat disebabkan oleh kelompok penyebab diare, seperti
oleh infeksi virus, bakteri, parasit, Intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Tetapi
sebagian besar disentri disebabkan oleh infeksi. Penularannya secara fecal - oral kontak dan
orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Penyebab utama disentri adalah
Shigella, Salmonella, compylobacter jejuni, Escherichia ( E. Coli) , dan Entamoeba
histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh shigellia dysentery, kadang-kadang
dapat juga disebabkan oleh shigella flexneri, salmonella dan enteroinvasif v.e.E.coli ( EIEC).
Infeksi ini menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan biasanya terjadi pada
daerah dengan sanitasi dan higiene perorangan yang buruk
Diare pada disentri umumnya diawali oleh diare cair, kemudian pada hari kedua atau ketiga
baru muncul darah, dengan maupun tanda lendir, sakit perut yang diikuti munculnya
tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah. Pada saat tenesmus
terjadi, pada kebanyakan penderita akan mengalami penurunan volume diarenya dan
mungkin feses hanya berupa darah dan lendir. Gejala Infeksi saluran napas akut dapat
menyertai disentri. Disentri dapat menimbulkan dehidrasi, dari yang ringan sampai dengan
dehidrasi berat walaupun kejadiannya lebih jarang jika dibandingkan dengan diare cair akut.
Komplikasi disentri dapat terjadi lokal di saluran cema maupun sistemik.
Diare persisten
Adalah diare yang mula-mula bersifat akut tapi berlangsung selama 14 hari. Episode ini
dimulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat badan yang nyata sering
terjadi.Volume tinja dalam jumlah banyak sehingga ada resiko dehidrasi. Penyebab : E. coli,
Shigella dan Cryptosporidium. Diare persisten berbeda dengan diare kronik, yakni diare
intermitten (hilang-timbul), atau yang berlangsung lama dengan penyebab non infeksi, seperti
penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.
9 | P a g e
![Page 10: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/10.jpg)
7. ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Infeksi enternal ini meliputi:
o Infeksi bakteri (10-20%): vibrio, E.coli, salmonella, shigella, campylobacter,
yersenia, aeromonas
o Infeksi virus (70%) : enterovirus , adenovirus, rotavirus, astrovirus
o Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides)
o Protozoa (10%) : entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonashomonis
o Jamur : candida albicans
2. Infeksi parenteral yaitu infitits infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti
otitis media akut, tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis. Keadaan terutama pada bayi
dan anak berumur dibawah 2 tahun.3
3. Faktor malabsorbsi :
Malabsorbsi Karbohidrat (Gula).
Malabsorbsi karbohidrat atau gulaa dalah ketidakmampuan untuk mencerna dan
menyerap (absorb) gula-gula. Malabsorbsi gula-gula yang paling dikenal terjadi
dengan kekurangan lactase (juga dikenal sebagai intoleransi lactose atau susu) dimana
produk-produk susu yang mengandung gula susu, lactose, menjurus pada diare.
Lactose tidak diurai dalam usus karena ketidakhadiran dari enzim usus, lactase, yang
normalnya mengurai lactose. Tanpa diurai, lactose tidak dapat diserap kedalam tubuh.
Lactose yang tidak tercerna mencapai usus besar dan menarik air (dengan osmosis)
kedalam usus besar. Ini menjurus pada diare. Meskipun lactose adalah bentuk yang
paling umum dari malabsorbsi gula, gula-gula lain dalam diet juga mungkin
menyebabkan diare, termasuk fructose dan sorbitol.
Malabsorbsi Lemak.
Malabsorbsi lemak adalah ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap lemak.
Malabsorbsi lemak mungkin terjadi karena sekresi-sekresi pankreas yang berkurang
yang adalah perlu untuk pencernaan lemak yang normal (contohnya, disebabkan oleh
10 | P a g e
![Page 11: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/11.jpg)
pankreatitis atau kanker pakreas) atau oleh penyakit-penyakit dari lapisan dari usus
kecil yang mencegah penyerapan dari lemak yang telah dicerna (contohnya, penyakit
celiac). Lemak yang tidak tercerna memasuki bagian terakhir dari usus kecil dan usus
besar dimana bakteri-bakteri merubahnya kedalam senyawa-senyawa (kimia-kimia)
yang menyebabkan air disekresikan oleh usus kecil dan usus besar. Lintasan melalui
usus kecil dan usus besar juga mungkin lebih cepat ketika ada malabsorbsi dari lemak
Faktor makanan: Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi
terhadap makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung,seperti :
o Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari
oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
o Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar.
o Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.
8. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus
kematian sebagai akibatnya.4 Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5
- 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 - 5 episode per anak
per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka
kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila
dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan
penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian
bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare
pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak
terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3
juta poundsterling setiap tahunnya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.
11 | P a g e
![Page 12: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/12.jpg)
9. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
Gangguan osmotik : akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi : akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus : hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare. Virus
dapat secara langsung merusak villi usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus
halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya
perkembangan normal villi enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan
fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus
selama infeksi rotavirus.5
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri noninvasive
(vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang dan
kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian bakteri
akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP
yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan
kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang, kemudian
terjadilah diare. Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter)
mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi.
Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di luar usus.
12 | P a g e
![Page 13: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/13.jpg)
Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase,
sedangkan toksin yang tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase.6
10. MANIFESTASI KLINIS 7
Ringan( penurunan BB ≤5% )
Sedang( penurunan BB 6-9% )
Berat( penurunan BB ≥10% )
Mukosa membran kering Keadaan umum buruk berbanding gejala ringan
Anak kecil : mengantuk, lemas, keringat dingin, sianosis tungkai, koma
Penurunan perfusi perifer Lesu,mudah tersinggung Anak lebih tua : keringat dingin, sianosis tungkai
Haus ,lesu Nadi cepat,tekanan darah normal
Denyut nadi cepat dan lemah,tekanan darah menurun
Peka dengan sekeliling Mata dan ubun-ubun cekung Mata dan ubun-ubun cekung
Oliguria Turgor kulit buruk (>2s)
Turgor kulit menurun (1-2s)
11. KOMPLIKASI :
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi seperti :
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram).
Hipoglikemi
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa usus halus.
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.3
13 | P a g e
![Page 14: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/14.jpg)
12. PENATALAKSANAAN
Penggantian Cairan dan elektrolit
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral,
dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang
terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa.
Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiridari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g
Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti
itu tersedia secarakomersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan
mencampurkan dengan air.
Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat
dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 ± 4
sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk
mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak
mereka merasa haus pertama kalinya.
Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau
laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan
kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan
tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan.
Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasioral sesegera mungkin.
Mengobati kausa Diare
Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis. Obat anti diare
hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki kehilangan air
dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak
diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat
memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. Sebagian besar kasus diare tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self
limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera
14 | P a g e
![Page 15: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/15.jpg)
shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali
pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri
mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan
secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah
dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat
menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi
dan sirkulasi.9
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain
Kolera :Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
Shigella :Trimetroprim 5-10mg/kg/hariSulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
Amebiasis:Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)Untuk kasus berat : Dehidro
emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 haritergantung reaksi (untuk semua
umur)
Giardiasis :Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )
12. PENCEGAHAN
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan. Usahakan pula
menjaga kebersihan alat-alat makan.
2. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempat
tinggal.
3. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
15 | P a g e
![Page 16: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/16.jpg)
5. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah
6. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih
dan jamban/WC yang memadai.
7. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban
(juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.9
12. PROGNOSIS
Secara umum prognosis untuk diare akut pada anak bergantung pada penyakit
penyerta/komplikasi yang terjadi.
Jika diarenya segera di tangani sesuai dengan kondisi umum pasien maka kemungkinan
pasien dapat sembuh.Yang paling penting adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan syok
karena dapat berakibat fatal. Jika terdapat penyakit penyerta yang memberatkan keadaan
pasien maka perlu di lakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain penanganan terhadap
diare.10
Oleh karena itu perlu di lakukan diagnosa pasti berdasarkan pemeriksaan penunjang lain yang
membantu, sehingga dapat di lakukan penanganan yang tepat sesuai Penyebab/kausal dari
diare yang di alaminya.
13. KESIMPULAN
Hipotesis diterima. Diare pada anak tersebut adalah diare akut yang disebabkan oleh virus
16 | P a g e
![Page 17: 119740121-Makalah-blok-16](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082713/55cf975e550346d033913e77/html5/thumbnails/17.jpg)
Daftar Pustaka
1. Norasid H, Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) akut dalam: Gastroenterologi
anak praktis, Ed Suharyono, Aswitha B, EM Halimun: edisi ke2 Jakarta 2005: Balai penerbit
FK-UI hal 51-76
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan. Edisi 3; jilid III. Jakarta:
P.T. Gramedia. 2004. Hal 630-40.
3. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2000. hal
283-7
4. Irwanto, Roim A, Sudarmo SM. Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa dan
penatalaksanaan, Ed Soegijanto S: edisi ke 1 jakarta 2004: Salemba Medika hal 73-103
5. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Nelson textbook of pediatrics. Edisi
15; Vol. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. Hal 1339-58
6. Juffire M, Sri Supar dkk. Buku ajar Gastroenterologi-Hepatologi. UKK Gastro-Hepatologi
IDAI. 2011
7. Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Marcellus S.K., Setiati S. Diare akut.
Gastroenterologi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jilid 1. Interna Publishing. Pusat
penerbitan Ilmu Penyakit Dalam: 2009.
8. Panduan Pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Nasional DR. Cipto
Mangunkusumo. Jakarta. 2007
9. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut dalam
kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2008
10. Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah kesehatan
Kedokteran indonsia Vol 1 No 06, 2006
17 | P a g e