105433982-lp-kad
DESCRIPTION
LP KADTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Diabetes melitus adalah sindrom yang disebabkan ketidak seimbangan antara tuntunan dan
suplai insulin. Sindrom ditandai oleh hiperglikemi dan berkaitan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Abnormalitas metabolik ini mengarah pada
perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, okular, neurologik dan kardiovaskuler.
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes melitus yang serius, suatu
keadaan darurat yang harus segera diatasi. KAD memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat,
mengingat angka kematiannya yang tinggi. Pencegahan merupakan upaya penting untuk
menghindari terjadinya KAD. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat
insulin dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini
terkadang disebut “akselerasi puasa” dan merupakan gangguan metabolisme yang paling serius
pada diabetes ketergantungan insulin. Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan
endokrinologi yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis
Diabetikum terjadi pada penderita IDDM (atau DM tipe II).
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau
relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami
dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik (KAD)
merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini
merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
Etiologi
Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) atau diabetes melitus tergantung insulin
disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan non
insulin dependen diabetik melitus (NIDDM) atau diabetes melitus tidak tergantung insulin
disebabkan kegagalan relatif sel B dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
1 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel B tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya. Artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada perangsangan sekresi insulin, berarti sel B pankreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa. Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu akibat hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh faktor-faktor :
Infeksi
Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap stress mendorong peningkatan
proses katabolik . Menolak terapi insulin.
Patofisiologi
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan lemak
untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan
terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita
koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan, menghentikan
sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau
penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan sebagainya. Faktor faktor
pemicu yang paling umum dalam perkembangan ketoasidosis diabetik (KAD) adalah infeksi,
infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan - gangguan metabolik
yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD) adalah tergolong konsekuensi langsung atau
tidak langsung dari kekurangan insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan - jaringan tubuh akan menimbulkan
hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan
kelebihan produksi asam - asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah)
menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan
menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit seperti
sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrasi terjadi bila terjadi secara
hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajad ventilasi
(peranfasan Kussmaul).
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan
elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking
vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme
karbohidrat dan lipid normal. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang juga . Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan
glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang
ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna
elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan
sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada
ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan
keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan
asidosis metabolic.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari KAD adalah :
Hiperglikemi.
Hiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan:
Poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus).
Penglihatan yang kabur.
Kelemahan.
Sakit kepala.
Pasien dengan penurunan volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita
hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau
lebih pada saat berdiri).
Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai denyut nadi
lemah dan cepat.
Anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis
3 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
Mengantuk (letargi) atau koma.
Glukosuria berat.
Asidosis metabolik.
Diuresis osmotik, dengan hasil akhir dehidrasi dan penurunan elektrolit.
Hipotensi dan syok.
Koma atau penurunan kesadaran.
Pemeriksaan penunjang
Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki
kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat dehidrasi.
Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa
darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar
dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis
diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk setiap 100 mg /
dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L.
Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan. EKG dapat
digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.
Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-7,3).
Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik
(pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang
mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin.
Gunakan tingkat ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion untuk menilai
derajat asidosis.
Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai pergeseran kiri
mungkin menyarankan mendasari infeksi.
Gas darah arteri (ABG).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH measurements. Brandenburg
dan Dire menemukan bahwa pH pada tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah
lebih rendah dari pH 0,03 pada ABG. Karena perbedaan ini relatif dapat diandalkan dan bukan
dari signifikansi klinis, hampir tidak ada alasan untuk melakukan lebih menyakitkan ABG.
Akhir CO2 pasang surut telah dilaporkan sebagai cara untuk menilai asidosis juga.
Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria dapat
berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang mendasarinya.
-hidroksibutirat.β
Serum atau hidroksibutirat kapiler dapat digunakan untuβ k mengikuti respons
terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L dianggap normal, dan tingkat
dari 3 mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi saluran kencing
yang mendasari.
Osmolalitas
5 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) / 2.8. Pasien
dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis
> 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien
jatuh pada kondisi koma.
K.\ Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme kronis), maka
tingkat fosfor serum harus ditentukan.
Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi pada dehirasi.
Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus
berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan cara:
Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi
stress.
Gula darah puasa normal atau diatas normal.
Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan
kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
Penatalaksanaan
Penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian tiga agen berikut:
Cairan.
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat. NaCl 0,9 % diberikan
500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal salin hipotonik (0,45 %) dapat
digunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang beresiko
mengalami gagal jantung kongestif. Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200-500
ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam selanjutnya.
Insulin.
Insulin intravena paling umum dipergunakan. Insulin intramuskular adalah alterantif bila
pompa infusi tidak tersedia atau bila akses vena mengalami kesulitan, misalnya pada anak anak
kecil. Asidosis yang terjadi dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akan menghambat
pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-senyawa yang bersifat asam.
Insulin diberikan melalui infus dengan kecaptan lambat tapi kontinu ( misal 5 unti /jam). Kadar
glukosa harus diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam cairan infus bila kadar glukosa
darah mencpai 250 – 300 mg/dl untuk menghindari penurunan kadar glukosa darah yang terlalu
cepat.
Potassium.
Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua pasien penderita KAD mengalami
depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi secara hebat. Input saline fisiologis awal yang
tinggi yakni 0.9% akan pulih kembali selama defisit cairan dan elektrolite pasien semakin baik.
Insulin intravena diberikan melalui infusi kontinu dengan menggunakan pompa otomatis, dan
suplemen potasium ditambahkan kedalam regimen cairan. Bentuk penanganan yang baik atas
seorang pasien penderita KAD (ketoasidosis diabetikum) adalah melalui monitoring klinis dan
biokimia yang cermat.
Komplikasi
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:
Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila penderita mencapai
stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya terdapat protein. Dengan menurunnya
fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita
nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain itu
nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung kongesif.
7 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
Insulin Glukosa
Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa mata. Penglihatan
menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan. Tetapi bila tidak terlambat dan segera
ditangani secara dini dimana kadar glukosa darah dapat terkontrol, maka penglihatan bisa
normal kembali.
Syaraf ( Neuropati Diabetik )
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita bisa stres, perasaan berkurang
sehingga apa yang dipegang tidak dapat dirasakan (mati rasa). Telapak kaki hilang rasa
membuat penderita tidak merasa bila kakinya terluka, kena bara api atau tersiram air panas.
Dengan demikian luka kecil cepat menjadi besar dan tidak jarang harus
berakhir dengan amputasi.
Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis pada pembuluh
darah jantung. Bila diabetes mempunyai komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan
kematian otot jantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini merupakan
penyebab kematian mendadak. Selain itu terganggunya saraf akibatnya timbul rasa sesak,
bengkak, dan lekas lelah.
Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan kadar glukosa darah
terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera. Keterlambatan dapat menyebabkan kematian.
Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-kejang.
Impotensi.
Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang impotensi yang dialami. Hal ini
terjadi bila diabetes yang diderita telah menyerang saraf. Keluhan ini tidak hanya diutarakan
oleh penderita lanjut usia, tetapi juga mereka yang masih berusia 35 – 40 tahun. Pada tingkat
yang lebih lanjut, jumlah sperma yang ada akan menjadi sedikit atau bahkan hampir tidak ada
sama sekali. Ini terjadi karena sperma masuk ke dalam kandung seni (ejaculation retrograde).
Penderita yang mengalami komplikasi ini, dimungkinkan mengalami kemandulan. Sangat tidak
dibenarkan, bila untuk mengatasi keluhan ini penderita menggunakan obat-obatan yang
mengandung hormon dengan tujuan meningkatkan kemampuan seksualnya. Karena obat-
Insulin
KerjaMetabolisme
ATP
Perfusi jaringanSerebral
Frek. Napas
Metabolisme sel
Asam lemak Produksi energi
Metabolisme
Glukosa
ATP
Absorbsi ginjal
vol. Sirkulasi
Badan keton
Kemampuan sel
Imun
obatan hormon tersebut akan menekan produksi hormon tubuh yang sebenarnya kondisinya
masih baik. Bila hal ini tidak diperhatikan maka
sel produksi hormon akan menjadi rusak. Bagi diabetes wanita, keluhan seksual tidak banyak
dikeluhkan. Walau demikian diabetes millitus mempunyai pengaruh jelek pada proses
kehamilan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah mudah mengalami keguguran yang bahkan
bisa terjadi sampai 3-4 kali berturutturut, berat bayi saat lahir bisa mencapai 4 kg atau lebih, air
ketuban yang berlebihan, bayi lahir mati atau cacat dan lainnya.
Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal penderita diabetes
harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi.
Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi,
secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk menambah takanan darah.
Komplikasi lainnya.
Selain komplikasi yang telah disebutkan di atas, masih terdapat beberapa komplikasi yang
mungkin timbul. Komplikasi tersebut misalnya:
Ganggunan pada saluran pencernaaan akibat kelainan urat saraf. Untuk itu makanan
yang sudah ditelan terasa tidak bisa lancar turun ke lambung.
Gangguan pada rongga mulut, gigi dan gusi. Gangguan ini pada dasarnya karena
kurangnya perawatan pada rongga mulut gigi dan gusi, sehingga bila terkena
penyakit akan lebih sulit penyembuhannya.
Gangguan infeksi. Dibandingkan dengan orang yang normal, penderita diabetes
millitus lebih mudah terserang infeksi.
9 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
Insulin
KerjaMetabolisme
ATP
Perfusi jaringanSerebral
Frek. Napas
Metabolisme sel
Asam lemak Produksi energi
Metabolisme
Glukosa
ATP
Absorbsi ginjal
vol. Sirkulasi
Badan keton
Kemampuan sel
Imun
WOC KASUS
Invasimikroorganisme
Ulkus
Sel hungry
Sesak
B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)B3 (Brain)B2 (Blood)
Insulin Glukosameningkat
Kehilangan cairan
Sumbatan di N2
Suplai O2turun
MK:Perubahanpersepsisensoripenglihatan
PK.Hiperglikemi
Diuresis osmotik
Dehidrasi
MK:Kurang
pengetahuan
MK:Nutrisi
kurang darikebutuhan
Lipolisis
MK:Defisit vol. Cairandan elektrolit
Poliuri
Ketosis
Mual, muntah
Metabolisme sel
KerjaMetabolisme
ATP
Kelemahan
MK:Intoleran aktivitas
Tidakmengenalsumber
informasi
Pasiensering
bertanya
Kesalahanpenginterprestasianinformasi
Sel ? tidak mampumenghasilkan insulin
Perfusi jaringanSerebral
Pasienansietas
MK:Ketidakefektifan
pola napas
B1 (Breath)
Arteroskeloris pada pembuluh darah jantung
PK. Asidosis metabolik
Peningkatan derajat ventilasi
Pernapasan kusmaul
Frek. Napas
Penurunankesadaran
Terganggunya kadar lemak darah
Penurunankesadaran
Defisiensi insulin
Transport glukosa ke jaringan
Hiperglikemi
Metabolisme sel
Asam lemak Produksi energi
Metabolisme
Glukosa
ATP
Kelemahan
Glukouria
Absorbsi ginjal
Devisitcairan
Diuresis osmotik
Poliuria
vol. Sirkulasi
Hipotensitakikardi
Badan keton
PK. Asidosis metabolik
Kemampuan sel
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Imun
Rentang infeksi
Invasi kuman
11 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Pengkajian
Nama : Tn P
Umur : 58 tahun
Pekerjaan :
Jenis kelamin :
Keluhan Utama
Pasien dalam keadaan tidak sadar.
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang
Pasien menderita Ketoasidosis Diabeticum (KAD)
Riwayat penyakit dahulu
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien pernah mempunyai riwayat DM tipe I.
Riwayat penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa ada riwayat penyakit DM dalam keluarga.
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath)
Kekurangan oksigen
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat, pernapasan kusmaul.
B2 (Blood)
Tachicardi
Disritmia
B3 (Bladder)
Awalnya poliuri dapat diikuti oliguri.
B4 (Brain)
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesia.
Gangguan penglihatan. Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma
(tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, aktifitas kejang (tahap lanjut
dari KAD).
B5 (Bowel)
Distensi abdomen
Bising usus menurun
B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas.
Diagnosa Keperawatan
Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia,
pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual, kacau
mental.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
Kelelahan berhubungan dengan metabolisme sel menurun.
Gangguan asam basa berhubungan dengan insufisiensi insulin.
13 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Evaluasi
1. Ketidakefektifan
jalan nafas b.d PK
asidosis
metabolik
Mengembalikan
pola nafas
pasien kembali
normal ( 16-
24x/menit )
Secara subyektif pasien sudah
mengatakan pusing sudah
berkurang
Secara subyektif TTV pasien
normal.
Asupan dan suplay O2
tercukupi.
Kaji TTV Pasien
Berikan terapi oksigen
Berikan Latihan untuk bernafas
secara perlahan-lahan lebih
eefektif ke pada pasien
Nilai TTV yang tidak
normal
menunjukkan
adaya abnormalitas
pada bagiankerja
organ dalam pada
tubuh pasien.
Terapi O2 dapat
mengurangi beban
Paru-paru
Bernafas perlahan-
lahan dapat
membantu pola
pernafasan
menjadi lebih
efektif.
S : px terlihat
tidak lemas
dan pucat atau
pusing lagi
O : RR
18x/menit
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
2. Defisit volume
cairan b.d diuresis
osmotik akibat
Mengembalikan
defisit volume
cairan pasien
TTV dalam batas normal:
Nadi : 60-100 x/menit
RR : 16-20 x/menit
Kaji riwayat durasi/intensitas
mual,muntah dan berkemih
berlebihan.
Membantu
memperkirakan
pengurangan
S : pasien
menunjukan
tanda-tanda
15 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
hiperglikemia,
pengeluaran
cairan
berlebihan : diare,
muntah;
pembatasan
intake akibat
mual
setelah
dilakukan askep
selama 1x 24
jam.
TD : 100-140 mmHg | 60-90
mmHg
Suhu : 36.5-37.5
Pulse perifer dapat teraba
Turgor kulit dan capillary refill
baik
Keseimbangan urin output
Kadar elektrolit normalMonitor vital sign dan perubahan
tekanan darah orthostatik.
Monitor perubahan respirasi:
kussmaul, bau aceton.
volume total.
Proses infeksi
yang menyebabkan
demam dan status
hipermetabolik
meningkatkan
pengeluaran cairan
insensibel.
Hypovolemia dapat
dimanifestasikan
oleh hipotensi dan
takikardia.
Hipovolemia
berlebihan dapat
ditunjukkan
dengan penurunan
TD lebih dari 10
mmHg dari posisi
berbaring ke
duduk atau berdiri.
tidak dehidrasi
dan
hiperglikemia.
O : pasien
terpenuhi
kebutuhan
cairannya.
A : Masalah
teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan.
Observasi kulaitas nafas,
penggunaan otot asesori dan
cyanosis.
Observasi ouput dan kualitas urin.
Timbang BB.
Pelepasan asam
karbonat lewat
respirasi
menghasilkan
alkalosis
respiratorik
terkompensasi
pada ketoasidosis.
Napas bau aceton
disebabkan
pemecahan asam
keton dan akan
hilang bila sudah
terkoreksi.
Peningkatan beban
nafas
menunjukkan
ketidakmampuan
untuk
berkompensasi
17 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
Pertahankan cairan 2500 ml/hari
jika diindikasikan.
Ciptakan lingkungan yang
nyaman, perhatikan perubahan
emosional.
Catat hal yang dilaporkan seperti
mual, nyeri abdomen, muntah
dan distensi lambung.
terhadap asidosis.
Menggambarkan
kemampuan kerja
ginjal dan
keefektifan terapi.
Menunjukkan status
cairan dan
keadekuatan
rehidrasi.
Mempertahankan
hidrasi dan
sirkulasi volume.
Mengurangi
peningkatan suhu
yang menyebabkan
pengurangan
cairan, perubahan
emosional
Obsevasi adanya perasaan
kelelahan yang meningkat,
edema, peningkatan BB, nadi
tidak teratur dan adanya
distensi pada vaskuler.
Kolaborasi:
Pemberian NS dengan atau
tanpa dextrosa.
Albumin, plasma, dextran.
Pertahankan kateter
terpasang.
Pantau pemeriksaan lab :
Hematokrit.
BUN/Kreatinin.
Osmolalitas darah.
Natrium.
Kalium.
Berikan Kalium sesuai
indikasi.
Berikan bikarbonat jika pH
menunjukkan
penurunan perfusi
cerebral dan
hipoksia.
Kekurangan cairan
dan elektrolit
mengubah
motilitas lambung,
sering
menimbulkan
muntah dan
potensial
menimbulkan
kekurangan cairan
& elektrolit.
Pemberian cairan
untuk perbaikan
yang cepat
mungkin sangat
berpotensi
menimbulkan
19 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
<7,0.
Pasang NGT dan lakukan
penghisapan sesuai dengan
indikasi.
beban cairan dan
GJK.
Pemberian tergantung
derajat kekurangan
cairan dan respons
pasien secara
individual.
Plasma ekspander
dibutuhkan saat
kondisi
mengancam
kehidupan atau TD
sulit kembali
normal. 3. Perubahan
nutrisi : kurang
dari kebutuhan
b.d
ketidakcukupan
Meningkatkan
asupan nutrisi
pada kebutuhan
pasien.
Klien mencerna jumlah
kalori/nutrien yang
tepat.
Menunjukkan tingkat energi
biasanya.
Pantau berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi.
Tentukan program diet dan pola
Mengkaji pemasukan
makanan yang
adekuat termasuk
absorpsi dan
utilitasnya.
insulin,
penurunan
masukan oral,
status
hipermetabolisme
Mendemonstrasikan berat
badan stabil atau
penambahan sesuai
rentang normal.
makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang
dihabiskan.
Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/perut
kembung, mual, muntahan
makanan yang belum dicerna,
pertahankan puasa sesuai
indikasi.
Berikan makanan yang
mengandung nutrien kemudian
upayakan pemberian yang lebih
padat yang dapat ditoleransi.
Libatkan keluarga pasien pada
perencanaan sesuai indikasi.
Mengidentifikasi
kekurangan dan
penyimpangan
dari kebutuhan
terapetik.
Hiperglikemia dan
ggn
keseimbangan
cairan dan
elektrolit dapat
menurunkan
motilitas/fungsi
lambung (distensi
atau ileus
paralitik) yang
akan
mempengaruhi
pilihan intervensi.
Pemberian makanan
melalui oral lebih
baik jika pasien
sadar dan fungsi
21 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
Observasi tanda hipoglikemia.
Kolaborasi :
Pemeriksaan GDA dengan
finger stick.
Pantau pemeriksaan aseton, pH
dan HCO3.
Berikan pengobatan insulin
secara teratur sesuai indikasi.
Berikan larutan dekstrosa dan
setengah salin normal.
gastrointestinal
baik.
Memberikan
informasi pada
keluarga untuk
memahami
kebutuhan nutrisi
pasien.
Hipoglikemia dapat
terjadi karena
terjadinya
metabolisme
karbohidrat yang
berkurang
sementara tetap
diberikan insulin,
hal ini secara
potensial dapat
mengancam
kehidupan
sehingga harus
dikenali.
Memantau gula darah
lebih akurat
daripada reduksi
urine untuk
mendeteksi
fluktuasi.
Memantau efektifitas
kerja insulin agar
tetap terkontrol.
Mempermudah
transisi pada
metabolisme
karbohidrat dan
menurunkan
insiden
hipoglikemia.
Larutan glukosa
setelah insulim
dan cairan
membawa gula
darah kira-kira
23 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
250 mg/dl.
Dengan
mertabolisme
karbohidrat
mendekati normal
perawatan harus
diberikan untuk
menhindari
hipoglikemia. 4. Kelelahan
berhubungan
dengan
metabolisme sel
menurun
Mengungkapkan
peningkatan energy.
Menunjukkan perbaikan
kemampuan untuk
berpartisipasi dalam
aktivitas yang
diinginkan.
Buat jadwal perencanaan dengan
px dan identifikasi aktifitas
yang menimbulkan kelelahan.
Berikan aktifitas alternative dengan
periode istireahat yang
cukup/tanpa diganggu.
Pantau nadi frekuensi pernafasan
dan tekanan darah
sebelum/sesudah aktifitas.
Diskusikan cara menghemat kalori
selama mandi, berpindah
tempat dan sebagainya.
Dapat memberikan
motifasi untuk
meningkatkan
aktifitas meskipun
px masih lemah.
Mencegah kelelahan
yang berlebihan.
Mengindikasikan
tingkat aktifitas
yang dapat
ditoleransi.
Pasien akan dapat
Tingkatkan partisipasi px dalam
melakukan aktifitas sehari –
sehari sesui yang dapat
ditoleransi.
melakukan lebih
banyak kegiatan
dengan penurunan
kebutuhan akan
energy pada setiap
kegiatan.
Meningkatkan
kepercayaan/harga
diri yang positif
sesuai tingkat
aktivitas yang
dapat ditoleransi
px. 5. Gangguan asam
basa berhubungan
dengan
insufisiensi
insulin
Klien memperlihatkan balance
asam-basa.
Pertahankan pemberian oksigen.
Monitoring gas darah.
Observasi adanya tanda
ketoasidosis; mual, muntah,
nyeri abdomen, kemerahan
wajah, nafas bau aseton, nafas
kusmaull.
Memaksimalkan
untuk bernafas.
Menunjukkan
stabilitas/sebagai
indikator pH darah.
Dengan mengetahui
gejala lebih awal
bisa meminimalkan
terjadinya
25 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
Monitoring bising usus tiap 8 jam,
bila ada berikan makan sesuai
toleransi
ketoasidosis
diabetic.
Penurunan atau
hilangnya bising
usus merupakan
indikasi adanya
ileus paralitik yang
berarti hilangnya
motilitas usus dan
atau
ketidakseimbangan
elektrolit.
PENUTUP
Kesimpulan
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan oleh
defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetikum terjadi pada penderita IDDM
(atau DM tipe II). Adanya gangguan dalam regulasi insulin, khususnya pada IDDM dapat cepat
menjadi diabetik ketoasidosis manakala terjadi diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa,
ketidakseimbangan jumlah intake makanan dengan insulin, adolescen dan pubertas, aktivitas
yang tidak terkontrol pada diabetes, dan stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma,
atau tekanan emosional.
Saran
Untuk menghindari kondisi pasien dengan ketoasidosis diabetikum jatuh pada kondisi tidak
stabil, maka yang perlu dilakukan adalah sesegera mungkin melakukan penggantian cairan dan
garam yang hilang, menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan
pemberian insulin, mengatasi stres sebagai pencetus KAD (dalam kasus ini diberikan
antibiotik), serta mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan.Sedangkan untuk melakukan tindakan pencegahan
agar tidak jatuh pada kondisi ketoasidosis yaitu dengan melakukan manajemen nutrisis yang
baik serta menetapkan taraf insulin yang benat atau tepat dosis.
27 | k e t o a s i d o s i s d i a b e t i k u m
DAFTAR PUSTAKA
_____.Askep Diabetik Ketoacidosis.www.blogger-blogspot-com (diakses padatanggal 21 M ei 201 1 pukul 18.39 WIB).
Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.EGC:Jakarta
Hidayat. Ketoasidosis DM.www.hidayat2.wordpress.com (diakses pada tanggal22 M ei 201 1 pukul 19.02 WIB) .