10 sso
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 10 sso
1/13
LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK
Judul : SINTESIS ORANGE II DENGAN REAKSI KOPLING DIAZO
Tujuan Percobaan :Studi sintesis orange II dari asam p-aminobensenasulfonat (asam
sulfanilat) dengan -naftol melalui reaksi coupling diazo.
Pendahuluan
Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi sempurna dapat
dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang
berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH.
(Undewood, 1986 ).
Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan
warna. Indikator berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam basa
(Khopkar, 1990).
Metil jingga merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning
kemerahan, lebih larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil jingga sering
digunakan sebagai indicator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1
4,4 dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam
keadaan basa. Metil jingga digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat,
menentukan alkalinitas dari air tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik. Metil jingga
merupakan asam berbasa satu, netral secara kelistrikan, tetapi mempunyai muatan positif
maupun negatif (Budevsky,1979).
Senyawa orto-fenilaso-2-naftol berbentuk kristal berwarna merah dengan titik leleh
131OC dan berat molekul 248 g/mol. Senyawa ini terbentuk dari reaksi antara anilin dengan
asam klorida membentuk garam diazonium klorida. Garam diazonium klorida mengalami
reaksi kopling dengan 2-naftol sehingga terbentuk senyawa orto-fenilazo-2- naftol
(Fessenden, 1992).
Paraf Asisten
-
7/24/2019 10 sso
2/13
Garam diazonium klorida dihasilkan dari reaksi antara amina aromatik primer seperti aniline
dengan asam nitrit dingin dalam larutan asam klorida pada suhu 0oC. Asam nitrit ini biasanya
dibuat in situ oleh reaksi natrium nitrit dengan HCl. Penambahan natrium nitrit ke dalam
aniline klorida disebut diazotasi. Pada saat diazotasi suhu dijaga dibawah 10oC dengan
pendingin es, karena reaksi tersebut sangat eksotermis. Dalam reaksi ini ion diazonium
bertindak sebagai elektrofil. Struktur resonansi ion diazonium menunjukkan bahwa kedua
nitrogen mengemban muatan positif parsial. Nitrogen terminal menyerang posisi orto atau
para dari cincin benzene teraktifkan (cincin yang disubstitusi dengan suatu gugus pelepas
electron seperti NH2 atau OH). Garam diazonium klorida bereaksi dengan 2-naftol pada
suasana basa. Pada suasana basa 2-naftol akan melepaskan H+ sehingga terbentuk ion
fenoksida yang reaktif. Ion fenoksida dari 2-naftol menyerang garam diazonium melalui
reaksi kopling sehingga terbentuk senyawa orto-fenilazo-2-naftol. Produk kopling
mengandung gugus azo (-N=N-) dan biasanya dirujuk sebagai senyawa azo (Fessenden,
1992).
Senyawa azo merupakan senyawa organic dengan rumus umum ArN=NAr1 atau
RN=NR1, dimana Ar dan Ar1 adalah gugus aromatic, sedangkan R dan R1 adalah gugus
alkil. Umumnya senyawa azo berwarna yang disebabkan adanya gugus azo N=N- dan
karena itu banyak digunakan sebagai zat warna (Fessenden, 1984).
Mekanisme Reaksi
N
N
S
O
O
OH
OH
C-NN
+NS
O
O
O-
2-Naphthol
Cl-
IGFNH2S
O
O
OH
Sulfanilic Acid
1. Na2CO
3
2. NaNO2
3. HCl
Orange II
OH
Reaksi Analisis
NH2S
O
O
OH
Sulfanilic Acid
Na2CO
3NH2S
O
O
O-
Na+
2 HCl
NaNO2
N+
NS
O
O
O-
Cl-
N+
NS
O
O
O-
Cl-
2CO
2
H2O
N
N
S
O
O
OH
OH
Orange II
OH
NaOH
Reaksi Sintesis
-
7/24/2019 10 sso
3/13
Alat
Pipet mohr 25 ml, beaker glass 150 ml, beaker glass 250 ml, erlenmeyer 100 mL, pengaduk
kaca, kertas saring, corong buchner, hot plate, oven, desikator, cawan (panci panas), botol
semprot, dan ball pipet.
Bahan
Asam sulfanilat, -naftol, Na2CO3, NaNO2, HCl pekat, NaOH 10%, NaCl, etanol 70 % dan
NaCl jenuh.
-
7/24/2019 10 sso
4/13
Prosedur Kerja
a. Skema kerja
- dilarutkan dalam 25 ml larutan 25% natrium karbonat (0,65 g Na2CO3
anhidrat dan 25 ml air) dengan cara pendidihan.
- dinginkan larutan tersebut dengan air kran.
-
ditambahkan 0,95 g natrium nitrit dan diaduk sampai larut.
- dituang larutan dalam beker yang berisi 12,5 g es dan 2,5 ml HCl pekat
sampai berbentuk endapan putih yang akan memisah dan siap dipakai.
Hasil ini tidak disaring melainkan dipakai dalam bentuk suspensi.
- dilarutkan 1,8 g -naftol dalam 10 ml larutan NaOH 10% dingin dan
dituang kedalam larutan suspensi asam sulfanilat yang sudah dibuat
disertai pengadukan
- diaduk pasta kristal baik-baik supaya terjadi percampuran yang sempurna,
-
dipanaskan campuran itu setelah 5-10 menit sampai zat padatnya melarut.
- ditambahkan 5 g NaCl dan dilarutan semuanya dengan pemanasan dan
pengadukan.
-
dimasukkan gelas beker ke dalam cawan yang berisi air dan es dan
dibiarkan larutan menjadi dingin sampai temperatur kamar. maka
- disaring hasilnya dengan pengadukan pada corong buncher dan dipakai
NaCl jenuh untuk mencuci endapan orange II diatas corong Buchner
berlangsung agak lambat. Hasilnya mengering secara perlahan-lahan dan
masih mengandung NaCl. Namun jangan dikeringkan terlebih dahulu.
-
direkristalisasi dengan larutan etanol dalam air ( atau etanol 70% sebanyak
50 mL), dipindahkan larutan ke dalam gelas beker dan dicuci kertas
saringnya dengan air mendidih dan tidak lebih dari 25 mL.
-
disaring melalui corong Buchner yang telah dihangatkan, dituangkan
filtratnya ke dalam elenmeyer jika lebih dari 30 ml maka diuapkan dengan
mendidihkan, dinginkan dengan air es sewaktu mengumpulkan endapan.
-
dibilas gelas beker induk dengan sedikit etanol.
- dikeringkan kristal yang diperoleh didalam eksikator, ditimbang, dan
ditentukan titik leburnya.
2,4 g kristal asam
sulfanilat
Hasil
-
7/24/2019 10 sso
5/13
b. Prosedur kerja
Larutkan 2,4 g kristal asam sulfanilat (monohidrat) dalam 25 ml laruran 25% natrium
karbonat (0,65 g Na2CO3 anhidrat dan 25 ml air) dengan cara pendidihan. Dinginkan larutan
tersebut dengan air kran. Tambahkan 0,95 g natrium nitrit dan aduk sampai larut. Tuang
larutan dalam beker yang berisi 12,5 g es dan 2,5 ml HCl pekat sampai berbentuk endapan
putih yang akan memisah dan siap dipakai. Hasil ini tidak disaring melainkan dipakai dalam
bentuk suspensi.
Larutkan 1,8 g -naftol dalam 10 ml larutan NaOH 10% dingin dan tuanglah kedalam
larutan suspensi asam sulfanilat yang sudah dibuat disertai pengadukan. Aduklah pasta kristal
baik-baik supaya terjadi percampuran yang sempurna, setelah 5-10 menit panaskan campuran
itu sampai zat padatnya melarut. Tambahkan 5 g NaCl dan larutankan semuanya dengan
pemanasan dan pengadukan. Masukkan gelas beker ke dalam cawan yang berisi air dan es
dan biarkan larutan menjadi dingin sampai temperatur kamar.
Akhirnya dengan pengadukan maka disaring hasilnya pada corong buncher dan pakai
NaCl jenuh untuk mencuci endapan orange II diatas corong Buchner berlangsung agak
lambat. Hasilnya mengering secara perlahan-lahan dan masih mengandung NaCl. Namun
jangan dikeringkan terlebih dahulu.
Rekristalisasi dengan larutan etanol dalam air ( atau etanol 70% sebanyak 50 mL).
Pindahkan larutan ke dalam gelas beker dan cucilah kertas saringnya dengan air mendidih
dan tidak lebih dari 25 mL. Saring melalui corong Buchner yang telah dihangatkan.
Tuangkan filtratnya ke dalam elenmeyer jika lebih dari 30 ml maka uapkan dengan
mendidihkan. Dinginkan dengan air es sewaktu mengumpulkan endapan. Bilas gelas beker
induk dengan sedikit etanol. Keringkan kristal yang diperoleh didalam eksikator, timbang,
dan tentukan titik leburnya.
Waktu yang dibutuhkan
No. Perlakuan Waktu
1. Pencampuran bahan dengan pendidihan 10 menit
2. Pendinginan larutan 10 menit
3. Penambahan natrium nitrit dan pengadukan 10 menit
4. Kristalisasi dan penyaringan 20 menit
5. Pengadukan dan penyaringan 10 menit
6. Rekristalisasi 7 menit
7. Penyaringan Buchner 5 menit
-
7/24/2019 10 sso
6/13
8. Pendinginan dengan air es 15 menit
9. Pengeringan kristal 20 menit
10. Penentuan titik lebur 15 menit
Total 122 menit
Nama Praktikan
Rika Yulianti
-
7/24/2019 10 sso
7/13
Data dan Perhitungan
No. Data Jumlah
1. Massa p-nitroasetanilida
yang diperoleh
0,9 gram
2. Titik leleh 209 oC
Perhitungan
Berat molekul asetanilida : 135,16 g/mol
Mol =
= 0,015 mol
Asetanilida p-nitroasetanilida + o-nitroasetanilida
M 0,015 - -
B 0,015 0,015 0,015S 0 0,015 0,015
Berat molekul p-nitroasetanilida = 180,16 g/mol
Berat p-nitroasetanilida = 0,015 mol x 180,16 g/mol
= 2,70 gram
Berat p-nitroasetanilida yang diperoleh = 0,9 gram
Rendemen =
x 100% = 33.33 %
-
7/24/2019 10 sso
8/13
Hasil
NO. GAMBAR PERLAKUAN HASIL
1. Pencampuran pertama Larutan berwarna
coklat
2. Reaksi asam nitrat pekat
dan asam sulfat pekat
Larutan tidak berwarna
3. Didinginkan
+ larutan campuran asam
+ nitrat pekat dan asam
sulfat pekat
Larutan berwarna
kuning keruh terdapat
kristal putih
-
7/24/2019 10 sso
9/13
+es
4. Didiamkan 15 menit Terbentuk dua fasa :
Bagian atas :
kuning bening
Bagian bawah :
terbentuk endapan putih
kekuningan
5. Hasil buncner pertama Kristal berwarna putih
6. Rekristalisasi 1 Larut dalam etanol
-
7/24/2019 10 sso
10/13
7. Filtrat rekristalisasi filtrat berwarna kuning
sedikit putih dan
sebagian membentuk
padatan
8. Kristal hasil rekristalisasi Kristal berwarna putih
kekuningan
-
7/24/2019 10 sso
11/13
Pembahasan Hasil
Praktikum kali ini adalah untuk mensintesis senyawa p-nitroasetanilida dengan
menggunakan metode reaksi nitrasi senyawa aromatis. Pembuatan senyawap-nitroasetanilida
ini menggunakan senyawa asetanilida.
Disebabkan karena asetanilida termasuk golongan amida, maka asetanilida mudah
terhidrolisis dalam larutan asam dan basa. Sehingga dalam reaksi pembentukan p-
nitroasetanilida, asetanilida dilarutkan dulu dalam asam asetat glasial, dimana senyawa ini
tidak mengandung air. Sehingga fungsi asam asetat glasial dalam reaksi ini adalah untuk
mencegah hidrolisis dari asetanilida. Selain termasuk golongan amida, asetanilida dapat pula
digolongkan ke dalam senyawa benzena tersubtitusi, dengan substituenya berupa gugus asetil
(-NHCOCH3). Penambahan asam asetat glasial ini juga diikuti oleh penembahan asam sulfat
pekat. Warna larutan yang dihasilkan adalah coklat tua. Fungsi penambahan asam sulfat
pekat ini adalah agar kelarutan semakin besar akibat interaksi molekul yang semakin cepat.
Kelarutan semakin cepat dikarenakan adanya panas yang dihasilkan dari asam sulfat tersebut.
Setelah itu dialkukan pendinginan. Tujuan dilakukannya pendinginan ini adalah agar tidak
terjadi reaksi oksidasi pada gugus karbonil sehingga struktur asetanilida tidak berubah. Hal
ini karena asetanilida akan di substitusi elektrofil, sehingga produk yang dihasilkan atau
molekul target yang diharapkan sesuai.
Dibuat dalam erlenmeyer lainnya yaitu campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat
pekat kemudian didinginkan. Pembuatan campuran larutan ini adalah untuk membentuk
elektrofil ion nitronium. Perbandingan volume antara dua komponen ini adalah 1:1. Hal ini
dikarenakan jika senyawa asam sulfat berlebih direaksikan maka akan terjadi reaksi sulfonasi.
Selanjutnya adalah mereaksikan kedua larutan dalam erlenmeyer tersebut. Saat
pencampuran ini dilakukan maka reaksi yang terjadi ini disebut dengan reaksi nitrasi. Ion
nitronium (NO2+) menyerang cincin benzena dari asetanilida. Mekanisme penyerangan oleh
ion nitronium inilah yang dikenal sebagai reaksi nitrasi. Hasilnya berupa senyawa antara ion
benzonium dan pada akhir reaksi akan dihasilkan p-nitroasetanilida dan asam (H3O+). Selama
reaksi berlangsung antara campuran nitrasi dengan asetanilida, suhu harus benar-benar dijaga
tidak lebih dari 10oC. Hal ini dilakukan agar kemungkinan terbentuknya salah satu isomer
dari p-nitroasetanilida yaitu o-nitroasetanilida lebih kecil. Reaksi ini berjalan secara
eksotermis sehingga bila ada sedikit energi yang berupa panas, maka o-nitroasetanilida
-
7/24/2019 10 sso
12/13
kemungkinan terbentuknya lebih besar. Selain menjaga suhu, penambahan larutan nitrasi ke
dalam campuran yang berisi asetanilida juga harus dilakukan secara perlahan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi dinitrasi dan terbentuknyap-nitroanilina. Setelah
dilakukan penetesan maka campuran larutan didiamkan selama 1 jam dan warna larutan tetap
coklat tua. Penambahan air dan es dilanjutkan setelah proses pendiaman tersebut sehingga
larutan berwarna kuning keruh dan terbentuk kristal putih. Perlakuan ini dilakukan karena
isomer orto dapat larut dalam air dingin, sedangkan isomer para tidak dapat larut dalam air
dingin (membentuk endapan berupa kristal). Selanjutnya dilakukan penyaringan
menggunakan corong Buchner. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kristal p-
nitroasetanilida. Kemudian dari hasil penyaringan diperoleh padatan (residu) berwarna putih
yang merupakan senyawa p-nitroasetanilida sedangkan filtrat merupakan senyawa o-
nitroasetanilida. Kristal atau endapan p-nitroasetanilida dicuci dengan air es beberapa kali
hingga asam hilang. Hal ini dimaksudkan untuk melarutkan isomer orto yang mungkin masih
terdapat pada kristal atau endapan.
Proses rekristalisasi terhadap residu yang diperoleh dilakukan pada tahap selanjutnya
yaitu dengan melarutkannya dalam etanol . Pemilihan etanol sebagai pelarut dalm proses
rekristalisasi ini didasarkan pada perbedaan sifat melarutkan dari etanol. Pada keadaan panas
etanol dapat melarutkan kristal p-nitroasetanilida, sedangkan pada keadaan dingin etanol
tidak dapat melarutka kristal p-nitroasetanilida. Sehingga pada keadaan dingin kristal akan
terbentuk kembali ( rekristalisasi ). Setelah dilarutkan maka dilakukan penyaringan dan filtrat
yang diperoleh dikeringkan dalam oven. Pengeringan ini dilakukan pada suhu yang sedikit
tinggi sehingga diperoleh massa kristal yaitu 0,9 gram dengan warna putih kekuningan dan
titik lelehnya adalah 209oC. Berdasarkan literatur, senyawa p-nitroasetanilida berwarna
kuning pucat dengan titik leleh 214oC-216oC. Perbedaan ini dapat terjadi disebabkan akibat
adanya kontaminasi dari kristal o-nitroanilina. Senyawa o-nitroanilina ini berwarna kuning
dan terbentuk akibat adanya atau terlalu banyaknya jumlah ion H+ yang menyebabkan
terjadinya hidrolisis dari nitroasetanilida dan senyawa o-nitroanilina ini tidak dapat
dipisahkan darip-nitroasetanilida dengan rekristalisasi.
Kesimpulan
Sintesis senyawa p-nitroasetanilida dilakukan dengan prinsip reaksi nitrasi yang
terjadi pada cincin aromatis yaitu substitusi elektrofilik. Substitusi yang terjadi adalah atom H
dengan gugus nitro pada cincin aromatis. Substitusi ini terjadi karena adanya penyerangan
oleh ion nitronium yang dapat dibuat dari reaksi asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat
terhadap cincin benzene pada asetanilida, yang menghasilkan produk berupa campuran dari
-
7/24/2019 10 sso
13/13
senyawa p-nitroasetanilida dan o-nitroasetanilida. Pemisahan antara senyawa p-
nitroasetanilida dan o-nitroasetanilida. Dilakukan dengan metode rekristalisasi sehingga
diperoleh massa p-nitroasetanilida adalah 0,9 gram dengan titik leleh 209.
Referensi
Indri, Anietta. dan Windysari. 2011. Sintesis p-Nitroasetanilida. Makalah. Tidak
Dipublikasikan. Surabaya: Universitas Airlangga
Raheem, Dotsha J. 2010.Preparation of p-nitroaniline. Irak: Universitas Salahaddi
Tim penyusun petunjuk praktikum sintesis senyawa oraganik. 2013. Petunjuk Praktikum
Sintesis Senyawa Organik.Fmipa unej: Jember
Saran
Praktikum harus lebih dilakukan dengan teliti dan berhati-hati agar hasil penelitian dapat
signifikan.
Nama Praktikan
Rika Yulianti