sso klpk 2

29
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang SSO, juga disebut Susunan saraf vegetative, meliputi antara lain saraf-saraf dan gaglia (=majemuk dari ganglion= simpul saraf) yang merupakan persyarafan ke semua otot polos dari berbagai organ (bronchia, lambung, usus, pembuluh darah dan lain-lain). Termasuk kelompok ini pula adalah beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan pencernaan) dan juga otot jantung. Dengan demikian SSO tersebar diseluruh tubuh dan fungsinya adalah mengatur secara otomatis keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu badan, tekanan dan peredaran darah, serta pernafasan. SSO dapat dipecah dalam dua cabang, sususnan simpatis dan parasimpatis. Pada umumnya, kedua susunan ini bekerja antagonistis: bila satu sistem merintangi fungsi tertentu, sistem lainnya menstimulasi. Tetapi, dalam beberapa hal, khasiatnya berlainan sama sekali atau bahkan bersifat sinergis. Sistem simpatis dan parasimpatis bekerja pada organ – organ yang sama tetapi menghasilkan respon yang berlawanan agar tercapainya homeostatis (keseimbangan).

Upload: lee-diah

Post on 03-Jan-2016

142 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: sso klpk 2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

SSO, juga disebut Susunan saraf vegetative, meliputi antara lain saraf-

saraf dan gaglia (=majemuk dari ganglion= simpul saraf) yang merupakan

persyarafan ke semua otot polos dari berbagai organ (bronchia, lambung,

usus, pembuluh darah dan lain-lain). Termasuk kelompok ini pula adalah

beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan pencernaan) dan juga otot jantung.

Dengan demikian SSO tersebar diseluruh tubuh dan fungsinya adalah

mengatur secara otomatis keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu

badan, tekanan dan peredaran darah, serta pernafasan.

SSO dapat dipecah dalam dua cabang, sususnan simpatis dan

parasimpatis. Pada umumnya, kedua susunan ini bekerja antagonistis: bila

satu sistem merintangi fungsi tertentu, sistem lainnya menstimulasi. Tetapi,

dalam beberapa hal, khasiatnya berlainan sama sekali atau bahkan bersifat

sinergis.

Sistem simpatis dan parasimpatis bekerja pada organ – organ yang

sama tetapi menghasilkan respon yang berlawanan agar tercapainya

homeostatis (keseimbangan).

Kerja obat – obat pada sistem saraf simpatis dan sistem

parasimpatis dapat berupa respon yang merangsang atau menekan. Dalam

dunia farmasi sangat erat hubungannya dengan farmakologi toksikologi

karena kita dapat mengetahui mekanisme kerja obat, khususnya

penggolongan obat – obat yang bekerja pada sistem saraf otonom sehingga

dilakukanlah percobaan ini.

B. Maksud dan Tujuan percobaan

1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami tentang sistem saraf otonom serta jenis obat

yang dapat mempengaruhinya

2. Tujuan Percobaan

a) Mengetahui dan memahami sistem saraf otonom

Page 2: sso klpk 2

b) Mengetahui dan memahami sifat obat-obat yang mempengaruhi

sistem saraf otonom

c) Mengetahui dan memahami efek-efek yang ditimbulkan oleh obat-

obat yang bekerja pada sistem saraf otonom

C. Prinsip Percobaan

Pemberian obat-obat yang bekerja pada sistem saraf otonom

terhadap hewan coba (mencit) secara oral (Na-CMC, propranolol, dan

atropin) serta intraperitonial (adrenalin), kemudian diamati vasokontriksi,

vasodilatasi, bronkokontriksi, bronkodilatasi, salivasi, grooming, keringat,

diare, diuresis, eksoftalmus, dan straub pada menit 0’, 15’, 30’, 45’, dan 60’.

Page 3: sso klpk 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Bagian motor (eferen) dari sistem saraf dibagi dalam dua

subbagian besar yaitu, otonom dan somatik. Sistem saraf otonom (SSO;

Autominetic Nervous system,ANS) sifatnya independen dimana

aktivitasnya tidak dipengaruhi kontrol kesadaran. SSO terutama berkaitan

dengan fungsi viseral (seperti curah jantung, aliran darah ke berbagai

organ, sistem pencernaan dsb.) yang penting bagi kehidupan. Sistem saraf

somatik adalah non otonom yang berkaitan dengan fungsi yang

dipengaruhi oleh kesadaran, seperti gerakan, pernapasan, dan postur.

Kedua sistem mendapat masukan eferen penting (sensoris) yang

menyebabkan sensasi dan memodifikasi keluaran motor melalui lengkung

refleks dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Sistem saraf otonom

terbagi kedalam dua bagian: kelompok simpatis (torakulumbal) dan

kelompok parasimpatis

(kraniosakral). Kedua kelompok ini berasal dari inti yang ada di dalam

sistem saraf pusat dan membangkitkan serat praganglion eferen yang

keluar dari batang otak atau korda spinalis dan berakhir pada ganglia

motorik. Serat praganglionik simpatis meninggalkan sistem saraf pusat

melalui saraf otak dan akar sakral spinalis. Sebagian besar serat

praganglionik simpatis berkhir di ganglia yang terdapat di rantai

paravebterbal. Dari ganglia, serat pascaganglionik simpatis bergerak

menuju jaringan yang disarafi. Beberapa serat praganglionik parasimpatis

berakhir di ganglia parasimpatis yang terletak di luar organ yang disarafi:

ciliary, pterygopalatine, submandibular, otic, dan beberapa ganglia pelvis.

Sebagian besar serat praganglionik parasimpatis berakhir di sel ganglion

yang disarafi. Penting untuk di ingat bahwa istilah “simpatis” dan

“parasimpatis” merupakan sesuatu yang anatomis dan tidak bergantung

pada tipe transmiter kimia yang di keluarkan dari ujung saraf dan bukan

Page 4: sso klpk 2

juga merupakan jenis efek (rangsangan atau hambatan) yang disebabkan

oleh aktivitas saraf. Sebagai pelengkap dari bagian motor periferal sistem

saraf atonom ini, Terdapat sejumlah besar serat sensorik yang berjalan dari

perifer ke pusat,termasuk pleksus enterikus di usus, gangi otonom ,dan

sistem saraf pusat.Banyak neoron sensorik yang berkhir di sistem saraf

pusat berakhir di pusat hipotalamus dan medula, sehingga menimbulkan

aktivitas moror refleks yang kemudian dibawah oleh serat referen ke sel

efektor. Terdapat bukti bahwa beberpa dari serat sensorik juga mempunyai

fungsi motor periferal yang penting (lihat sistem nonndrenergik,

nonkolinergik). Klasifikasi saraf otonom berdasarkan padamolekul

transmiter utama yaitu acetylcholine atau norepinephrine yang

dikeluarkan dari ujung bouton dan variokositas mereka (Farmakologi

dasar dan klinik, 2001: 133-135).

Sistem saraf otonom berfungsi untuk memelihara keseimbangan

dalam organisme (sistem dunia dalam). Sistem ini mengatur fungsi-fungsi

yang tidak dibawah kesadaran dan kemauan :

Sirkulasi dengan cara menaikkan atau menurunkan aktivitas jantung

khususnya melalui penyempitan atau pelebaran pembuluh- pembuluh

darah

Pernapasan dengan cara menaikkan atau menurunkan frekuensi

pernapasan dan penyempitan atau pelebaran otot bronkhus

Peristaltik saluran cerna

Tonus semua otot polos lainnya (misallnya kandung empedu, ureter,

kandung kemih, uterus)

Sekresi kelenjar keringat, kelenjar air ludah, kelenjar lambung, kelenjar

usus dan kelenjar-kelenjar lain.

Disamping itu sistem ini terlibat dalam pengaturan metabolisme sel.

Berdasarkan tanda-tanda morfologi dan fungsional dalam sistem saraf

vegetatif dibedakan 2 bagian sistem yaitu simpatiku dan parasimpatikus.

Pada organ-organ vegetatif yang dipersyarafi rangkap yakni simpatik dan

Page 5: sso klpk 2

parasimpatik umumnya sistem ini menyebabkan kerja berlawanan

(antagonistis) (Dinamika Obat, 1991: 123-124).

Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf campuran. Serabut-

serabut referennya membawa masukan dari organ-organ visera

(menangani pengaturan denyut jantung, diameter pembuluh darah,

pernapasan, pemcernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan, dan

sebagainya). Saraf referen motorik sistem saraf autonom mempersarafi

otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar fiseral dan interaksinya

dengan lingkungan internal (Prince, A sylvia dan Lorraine,2012: 1009)

SSO, juga disebut susunan saraf vegetatif, meliputi antara lain

saraf-saraf dan ganglia yang merupakan persarafan kesemua otot polos

dari berbagai organ (bronchia, lambung, usus, pembuluh darah). Termasuk

kelompok ini pula adalah beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan

pencernaan) dan juga otot jantung yang sebagai pengecualian bukan

merupakan otot polos, tetapi suatu otot lurik. Sistem saraf otoonom

tersebar luas diseluru tubuh dan fungsinya adalah mengatur secara

otomatis keadaan fisiologi yang konstan seperti suhu badan, tekanan

darah, peredaran darah, serta pernapasan (Tjay,Tan Hoan dan kirana,

2010: 480).

Sistem Saraf Otonom bersama-sama dengan sistem endokrin

mengkoordinasi pengaturan dan integritas fungsi-fungsi tubuh. Sistem

endoktrin mengirimkan sinyal pada jaringan target melalui hormon yang

kadarnya bervariasi dalam darah. Sebaliknya, sistem saraf

menghantarkannya melalui transmisi impuls listrik secara cepat melalui

serabut-serabut saraf yang berakhir pada organ elektor dan efek khusus

akan timbul sebagai akibat pelepasan substansi neuromediator. Obat-bat

yang menghasilkan efek terapeutik utamanya dengan menyerupai atau

mengubah fungsi sistem saraf otonom, disebut obat-obat otonom. Yang

bekerja dengan cara menstimulasi sistem saraf otonom atau dengan

menghambat ketja sistem saraf otonom (farmakologi ulasan bergambar,

2001: 27).

Page 6: sso klpk 2

B. Uraian Bahan

1. Adrenalin (FI Edisi III hal. 238)

Nama Resmi : EPINEPHIRENUM

Nama Lain : Epinefrine, Adrenalina

Rumus Molekul : C9H13NO3

Berat Molekul : 183,21

Rumus struktur :

Pemerian : serbuk hablur, renik, putih atau putih kuning gading.

Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam etanol

(95%) p, dan dalam eter p, mudah larut dalam larutan

asam mineral, dalam natrium hidroksida p dan dalam

kalium hidroksida p, tetapi tidak larut dalam larutan

amonia dan dalam alkali karbonat. Tidak stabil dalam

alkali atau netral, berubah menjadi merah jika terkena

udara.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, berisi nitrogen, terlindung

dari cahaya.

Farmakokinetik : Sebagai hasil dari degradasi enzimatik dalam usus dan

pertama-pass metabolisme di hati, adrenalin hampir

benar-benar tidak aktif ketika diberikan secara oral.

Penyerapan sistemik dapat terjadi setelah aplikasi

topikal misalnya mata turun. Adrenalin bertindak

cepat setelah intramuskular dan injeksi subkutan, rute

yang terakhir, bagaimanapun, kadang-kadang

dianggap lebih lambat dan karena itu kurang

Page 7: sso klpk 2

diandalkan untuk penggunaan darurat. Meskipun

penyerapan diperlambat oleh vasokonstriksi lokal

dapat dipercepat oleh memijat tempat suntikan.

Kebanyakan adrenalin yang baik disuntikkan ke

dalam tubuh atau dilepaskan ke dalam sirkulasi dari

medula adrenal, sangat cepat dilemahkan oleh proses

yang mencakup serapan ke neuron adrenergik, difusi,

dan enzimatik degradasi dalam hati dan jaringan

tubuh. Halflife The adrenalin beredar hanya sekitar 1

menit.

Indikasi : untuk pengobatan rutin asma kecuali obat lain tidak

tersedia.

Cara kerja : Adrenalin bekerja mengurangi.brohnchoplasma atau

kontraksi otot-otot yang mengelilingi saluran udara

paru-paru, mengurangi brohnchoplasma berarti akan

membuat saluran udara terbuka sehingga

memungkinkan aliran udara berjalan dengan baik.

Efek Samping : Adrenalin bersifat non-spesifik, yang berarti juga

menimbulkan dampak di luar system tubuh yang

sedang dirawat.

2. Atropini sulfas (FI Edisi III: 98)

Nama resmi : ATROPIN SULFAS

Nama lain : atropina sulfat

BM : 694,85

RM : C22H46N2O6SO4.H2O

RS :

Page 8: sso klpk 2

Pemerian : Hampir tidak berwarnah atau serbuk putih, tidak

berbauh, sangat pahit, sangat beracun

Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam lebih

kurang 3 bagian etanol (90%) p, sukar larut dalam

klorofrom p, praktis tidak larut dalam eter p, dan

dalam benzen p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari

cahaya

DM : Sekali 1mg – sehari 3mg

Farmakodinamik  : Merangsang medulla oblongata dan pusatl ainnya di otak

Jantung mengalami suatu reaksi bifesik danfrekuensi jantung

berkurang. Hambatan Atropin bersifat reversible dan dapat

diatasi dengan pemberian asetil kolin endogen maupun

eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang

eksogen.

Farmakokinetik  : Atropin mudah diserap di semua tempat kecuali kulit.

Pemberian Atropin sebagai obat tetes mata terutama pada anak

dapat menyebabkan absopsi yang cukup besar lewat mukosa

nasal sehingga menimbulkan efek sistemik dan bahkan

keracunan dari sirkulasi darah. Atropin cepat memasuki

jaringan dan kebanyakan mengalami hidrolisis enzim oleh

hepar, sebagian diekskresi melalui ginjal dalam bentuk asalnya.

Kontra indikasi  : Dapat digunakan oleh wanita hamil dan yang menyusui

Page 9: sso klpk 2

.Efek samping  : Mulut kering, obstipasi,  retensi urin, tachycardia, palpitasi

dan aritmia, gangguan akomodasi, midriasis, dan berkeringat.

3. Propranolol Hidroklorida (FI Edisi III:532)

Nama Resmi  : PROPRANOLOLI HYDROCHLORIDUM

Sinonim  : Propranolol Hidroklorida

RM / BM  : C16H21NO2.HCl / 295.81

Rumus bangun :

Pemerian  : Serbuk; putih atau hampir putih; tidak berbau;rasa pahit

Kelarutan  : Larut dalam 20 bagian air dan dalam 20 bagian etanol (95

%) P ; sukar larut dalamkloroform P 

Farmakodinamik  : Pada penderita hipertensi menimbulkan penurunan tekanan

darah .Menghambat efek vasodepressor .Dapat memperkuat 

brankospasme oleh serotin.Mempunyai efek stabilitas

atau efek seperti anestetik local atau seperti kuinidin maka

disebut sebagai aktivitas stabilitas membran,aktivitas anestetik

lokal atau aktivitas sepertikuinidin

Farmakokinetik  :  Propanolol semuanya diabsorpsi dengan baik(90 %) dari

saluran cerna, tetapi bioavailabilitasnya rendah (tidak lebih dari

50 %) karena mengalami metabolisme di hati sangat ekstensif

sehingga obat yang diekskresi melalui ginjal sangat sedikit.

Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat  : Antiadrenergikum;,Obat jantung dan hipertensi antiserotonin,

aksiolitis, antitrombotis, mencegah dilatasi arteri dan

Page 10: sso klpk 2

menghambat lypolise yang diinduksi oleh katecholamin hingga

sintesa prostaglandin dikurangi

Bentuk sediaan  : Tablet

Kegunaan  : Sebagai sampel

Mekanisme kerja  : Menghambat secara kompetitif  NE dan Epiandogen.

Kontraindikasi  : Gagal jantung, bronkopasme sebaiknya tidak digunakan pada

penderita asma, bronchitiskronik, alergi berat, tidak digunakan

pada penderita diabetes, hati-hati pada penderita obesitas atau

hiperlipidemik, sebaiknya tidak digunakan pada malam hari

Efek samping  : Secara faal, pada penderita gagal jantung terdapat aktivitas

simpatis tinggi untuk mempertahankan kontraksi ventrikel,

sebab itubila pada keadaan ini digunakan β bloker

sebagai antiaritmia, akan terjadi hipotensi ataugagal ventrikel

kiri, akan tetapi, banyak penderitagagal jantung yang banyak

menerimapengobatan jangka panjang dengan propanololbila

digunakan bersama digitalis, vasodilatasiatau diuretik.

4. Na cmc (FI Edisi III;402)

Nama resmi : NATRII CEPHALOTHINUM

Nama lain : natrium sefalotina

BM : 418,41

RM : C16H15N2NaO6S

Pemerian  : Serbuk atau butiran; putih atau putih kuninggading; tidak

berbau atau hampir tidak berbau;higroskopik

Kelarutan  : Mudah mendispersi dalam air, membentuksuspensi koloidal;

tidak larut dalam etanol (95 %) P , dalam eter P dan dalam

pelarut organik lain

Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup rapat

DM : sekali 2g – sehari 6g

Page 11: sso klpk 2

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah, spoit 1cc, kanula,

dan stopwatch.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah, Mencit, Nacmc,

adrenalin, propanolol, atropin, API.

B. Cara kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dilakukan lima perlakuan pada masing-masing mencit, perlakuan

pertama di berikan Na-CMC pada mencit melalui oral dengan

menggunakan kanula. Perlakuan kedua diberikan Adrenalin pada

mencit melalui rute intra peritonial. Perlakuan ketiga diberikan

propranolol pada mencit melalui rute oral. Perlakuan keempat

diberikan propranolol pada mencit melalui rute oral, diamati mencit

selama 15 menit setelah itu di berikan kembali Adrenalin melalui rute

intra peritonial. Perlakuan kelima di beriakan Atropin pada mencit

melalui rute intra peritonial.

3. Diamati mencit pada menit 0, 15, 30, 54, 60

4. Diamati apakah terjadi Vasokontriksi, Vasodilatasi, Bronkokontriksi,

Bronkodilatasi, Diuresis, Grooming, Salivasi, Straub, Eksoftalmus.

Page 12: sso klpk 2

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

No Pengamata Na-CMC

0’ 15’ 30’ 45’ 60’

1 Vasodilatasi + +

2 Vasokontriksi ++

3 Bronkodilatasi +

4 Bronkokontriksi +++ +++ +++

5 Diare

6 Grooming +++ +++ +++ +++ +++

7 Eksoftalmus ++

8 Straub +

9 Salivasi

10 Diuresis

11 Keringat

No Adrenalin Propranolol

0' 15’ 30’ 45’ 60’ 0’ 15’ 30’ 45’ 60’

1 + ++ +

2 + +

3 +++

4 ++ ++ + +

5 +

6 ++ +++ +++ +++ +++ + +++ +++ +++ ++

7

8 +++ +++ ++ +++

9

10 +

11 +

Page 13: sso klpk 2

No Atropin Propranolol + Adrenalin

0' 15’ 30’ 45’ 60’ 0’ 15’ 30’ 45’ 60’

1 ++ +++ +++ ++ ++ + +++

2 +++ ++ ++

3

4 ++ +++ +++ ++ +

5 + +

6 +++ +++ +++ +++ + + +++ +++ +++ +

7 + +++ ++ ++

8 +++ ++ ++

9

10

11

B. Perhitungan

1. Adrenalin

Etiket = 1 mg/ml

DL = 0,2 mg

Dosis mencit = faktor konfersi manusia mencit x DL x 3020

x 70

= 0.0026 x 0,2 mg x 3020

x 70

= 0,0546 mg = 0,05 mg

Pengenceran:

0,5 mg 10 ml API ( 0,05 mgml

)

2. Propranolol

Berat tablet keseluruhan = 2,295 gram

Berat rata-rata 20 tablet = 2,295gram

20 = 0,11475 gram = 114,75 mg

DL = 40 mg

Page 14: sso klpk 2

Dosis mencit = DL x faktor konversi manusia mencit x 3020

= 40 mg x 0,0026 x 3020

= 0,156 mg

Berat yang ditimbang = berat rata-rata 20 tablet x Dosismencit

DL

= 114,75 mg x 0,156 mg

40 mg

= 0,4 mg

Pengenceran:

4 mg 10 ml larutan Na-CMC ( 0,4 mgml

)

3. Atropin

Etiket = 0,25 mg

DL = 0,25 mg – 0,5 mg

Dosis mencit = faktor konfersi manusia mencit x 3020

= 0,0026 x 0,25 mg x 3020

= 0,00097 mg

= 0,001 mg

Pengenceran:

0,1 mg 10 ml API (0,01 mgml

)

4. Na-CMC

1 % 301 gram

100 ml

Page 15: sso klpk 2

BAB V

PEMBAHASAN

Sistem saraf otonom adalah bagian dari sitem saraf yang mengatur aktifitas

otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Secara fungsional, sistem ini beroperasi

tanpa control sadar. Sistem saraf otonom terdiri dari dua bagian utama: simpatis

dan para simpatis. Obat otonom dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Zat-zat yang bekerja terhadap saraf simpatis

a. Simpatikomimetika (adrenergika), yang meniru efek dan peransangan saraf

simpatis misalnya nonadrenalain, efedrin, isoprenalin dan amfetamin.

b. Simpatikolitika (adrenolitika) yang justru menekan saraf simpatis atau

melawan efek adrenergika, misalnya alkaloida secali dan propranolol.

2. Zat-zat yang bekerja terhadap saraf parasimpatis

a. Parasimpatikomimetika (kolinergika) yang merangsang organ-organ yang

dilayani saraf parasimpatis dan meniru efek perangsangan oleh asetilkolin,

misalnya pilokarpin dan fisotigmin.

b. Parasimpatikolitika (antikolinergika) justru melawan efek-efek kolinergika

misalnya alkaloida belladonna dan propantelin.

3. Zat-zat perintang ganglion, yang merintangi penerusan impuls dalam sel-sel

ganglion simpatis dan parasimpatis contoh senyawa ammonium kuarter.

Pada percobaan ini, akan dilihat bagaimana efek yang ditimbulkan oleh

obat-obat otonom seperti propranolol, atropin, dan adrenalin terhadap hewan coba

mencit. Langkah pertama yaitu penyiapan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan,

seperti spoit 1cc, canula, dan stopwatch, untuk bahan diperlukan Na. CMC, Api,

propranolol, adrenalin (epinefrin), dan atropin. Selanjutnya pengenceran obat-obat

yang digunakan, hal ini dikarenakan obat akan diberikan kepada mencit dan

bukan manusia, sehingga pemberian obat ke mencit haris disesuaikan dengan

dosis mencit.

Page 16: sso klpk 2

Perlakuan pertama, setiap mencit ditimbang untuk mengetaui bobotnya,

dimana untuk menentukan volume pemberian obat kepada mencit tersebut.

Mencit pertama, diberikan larutan Na. CMC sebagai pengontrol negative secara

peroral. Mencit kedua diberikan adrenalin secara intra peritoneal (i.p). mencit

ketiga diberikan propranolol secara peroral. Mencit keepat diberikan propranolol

secara peroral, setelah 15 menit diberikan adrenalin secara intra peritonal (i.p).

dan mencit terakhir diberikan atropin secara peroral. Kemudian diamati setiap 0

menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit. Diamati apakah mencit

tersebut mengalami vasodilatasi, vasokontriksi, bronkokontriksi, bronkodilatasi,

grooming, straub, eksoftalamus, dieresis, salvias, diare, pengeluaran keringat.

Dari hasil pengamatan selama 60 menit maka diperoleh hasil sebagai

berikut:

1. Pemberian Na.cmc menyebabkan vasokonstriksi pada menit ke 30, vasodilatasi

pada 15 menit pertama, bronkokontriksi dalam 30 menit pertama,

bronkodilatasi pada menit ke 15, dan grooming hampir setiap waktu.

2. Pemberian adrenalin menyebabkan terjadi vasodilatasi dan bronkokonstriksi

dalam 15 menit pertama, terjadi bronkodilatasi pada menit awal pemberian,

dan terjadi grooming disetiap waktu.

3. Pemberian propranolol menyebabkan vasokonstriksi dalam 15 menit pertama,

vasodilatasi pada menit ke 30, bronkokonstriksi yang jarang pada menit ke 15

dan 30, straub dan grooming terjadi sepanjang waktu, terjadi dieresis, diare dan

pengeluaran keringat yang jarang pada menit ke 15.

4. Pemberian propranolol dan adrenalin menyebabkan terjadinya vasokontriksi

pada dalam 30 menit terakhir, vasodilatasi pada 15 menit pertama, grooming

dan straub yang terjadi sepanjang waktu, dan terjadi dieresis pada menit ke 30.

5. Pemberian atropin menyebabkan vasodilatasi dan bronkokonstriksi, sertaa

grooming dan straub hamper di sepanjang waktu pengamatan. Terjadi diare

pada menit ke 15 dan tejadi ekssoftalamus dalam 45 menit pertama.

Dari hasil pengamatan tersebut dapat di bandingkan dengan literatur yaitu:

1. Adrenalian (epinefrin) bekerja sebagai adrenergika yaitu zat-zat yang

menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan saraf simpatis.

Page 17: sso klpk 2

Terjadinya bronkodilatasi karena relaksasi otot bronkus melalui reseptor β2.

Grooming terjadi karena epinefrin menimbulkan kegelisahan dan rasa kuatir

dimana dia menekan sistem saraf pusat. Vasodilatasi juga terjadi pada

pembuluh darah otot rangka (obat-obat penting).

2. Propranolol adalah obat adrenolitika yaitu obat yang melawan sebagian atau

seluruh aktifitas susunan saraf simpatis. Berdasarkan literatur propanolon

menyebabkan vasokontriksi perifer terjadi akibat penyekatan reseptor β

mencegah vasodilatasi perantara- β, bronkokonstriksi terjadi akibat penyekatan

reseptor β2 paru pasien yang peka menimbulkan kontraksi otot polos

bronkiolar. (farmakologi ulasan bergambar).

3. Atropin adalah obat antikolinergika yaitu melawan khasiat asetilkolin dengan

jalan menghambat terutama reseptor-reseptor M ( muskarin) yang terdapat di

SSP dan organ perifer. Efek antikolinergika yaitu memperlebar pupil (dilatasi

pupil) (obat-obat penting). Pada literature lain atropine mengurangi aktifitas

saluran cerna dan pengeluaran urine. Juga berefek pada SSP sehingga

menimbulkan grooming yang sering terjadi pada mencit.

Dilihat dari literature,pengamatan terhadap mencit hampir sesuai dengan

apa yang terdapat pada literatur. Adanya beberapa perbedaan dapat dikarenakan

pengamatan praktikan yang kurang tepat.

Page 18: sso klpk 2

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pencobaan diperoleh hasil pengamatan:

1. Pemberian Na.cmc menyebabkan vasokonstriksi ,vasodilatasi,

bronkokontriksi ,bronkodilatasi grooming

2. Pemberian adrenalin menyebabkan terjadi vasodilatasi dan

bronkokonstriksi ,bronkodilatasi dan grooming .

3. Pemberian propranolol menyebabkan vasokonstriksi ,vasodilatasi,

bronkokonstriksi, , straub, grooming, diuresis, diare dan pengeluaran

keringat

4. Pemberian propranolol dan adrenalin menyebabkan terjadinya

vasokontriksi, vasodilatasi grooming, straub dan dieresis.

5. Pemberian atropin menyebabkan vasodilatasi, bronkokonstriksi, grooming,

straub ,diare dan eksoftalamus.

Page 19: sso klpk 2

DAFTAR PUSTAKA

Prince, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson, 2012. Patofisiologi : Konsep

Klinis dan proses-proses penyakit. EGC: Jakarta.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2010. Obat-Obat penting. PT. Elex

Media Komputindo: Jakarta.

Mutschler, Ernst, 1991. Dinamika Obat. Penerbit ITB: Bandung.

A Harvey Richard dan C pamela Champe, 2011. Farmakologi Terapi

Bergambar. Widya Medika: Jakarta.

Bertram G. Katzung, 2011. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Salemba

Medika: Jakarta.

Page 20: sso klpk 2

LAMPIRAN

Skema kerja

Mencit

Na. CMC(P.O)

Adrenalin (i.p)

Propranolol(p.o)

Propanolol (p.o)15’ +

Adrenalin (i.p)

Atropine(p.o)

Diamati 0’ , 15’, 30’, 45’, 60’Vasodilatasi, vasokonstriksi, grooming, straub, eksoftalamus, salvias,

keringat, diare, dieresis, bronkodilatasi, dan bronkokonstriksi