06.ok tinjpus03 dr.indri
TRANSCRIPT
-
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007
1194
Indri Wahyuni, Trisnowati Taib Saleh
Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya
J O IJurnal Oftalmologi Indonesia
I S S N . 1 6 9 3 - 2 5 8 7Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 : Hal. 194 - 203
J O I
195
FITTING LENSA KONTAK RIGID GAS PERMEABLE (RGP)
FITTING LENSA KONTAK
ABSTRACT
RGP lenses have good oxygen transmission and give better visual acuity than other types of contact lenses.
It will correct more astigmatism than soft contact lenses. There are several principal of fitting as a consideration for
fitting the RGP lenses. Besides specific parameters there are additional parameters should be measured.
Evaluation of fitting should be done including primary position of the lens, movement and fluorescin patterns. The
fitting evaluation will be fit well, fit flat or fit steep.
Keywords: RGP lenses, base curve, power, diameter, fluorescin, patterns.
Correspondence : Indri Wahyuni, c/o.: Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakuktas Kedokteran
Unair/RSU Dr. Soetomo 6-8 Surabaya 60286
5 6,7
penggunaan lensa kontak dapat dihindari. didapatkan.
Keuntungan Lensa Kontak RGPLENSA KONTAK RIGID GAS PERMEABLE (RGP)
Dapat mengoreksi astigmat karena adanya Bahan Pembuatan Lensa lapisan yang terbentuk oleh air mata yang berada
Cellulose Acetate Butyrate (CAB) diantara permukaan posterior lensa kontak dan
Merupakan bahan yang pertama kali digunakan kornea. Dapat digunakan untuk kondisi dry eye dan
dalam pembuatan lensa kontak RGP. Kelebihan CAB gangguan lapisan air mata. Lensa kontak RGP tidak
adalah kemampuan permeabilitas oksigen yang menyebabkan adanya deposit karena sifatnya yang
lebih baik daripada PMMA. Kekurangannya adalah water demanding. Mudah dipakai dan di lepas serta
lebih rapuh, daya tahan pemakaiannya lebih singkat lebih ekonomis. Umumnya digunakan untuk pasien
dan kualitas penglihatan yang dihasilkan lebih astigmat sedang, keratokonus dan pasca
6,7,83, 9rendah.
keratoplasti.
Silicone Acrylates (SA)
Silicone acrylates merupakan generasi Kerugian Lensa Kontak RGP
selanjutnya bahan pembuatan lensa kontak RGP. Periode adaptasi pemakaian lensa kontak RGP
Bahan ini berasal dari copolymer antara silikon dan lebih lama dari pada lensa kontak lunak, Tingkat
PMMA. S i l i kon mempunya i kemampuan kenyamanan lebih rendah dan pada pasien dengan
permeabilitas oksigen yang tinggi, akan tetapi silikon jarak antara palpebra yang kecil lensa kontak RGP 6,7,9bersifat hidrofobik, terlalu lunak dan fleksibel. PMMA mudah lepas.
ditambahkan bertujuan untuk meningkatkan
kelembaban dan membuat lensa kontak lebih kaku. PRINSIP FITTING LENSA KONTAK RGP Dengan perbandingan antara PMMA dan silikon 65 Prinsip fitting dibawah ini menjadi pertimbangan % dan 35 % maka lensa kontak RGP yang terbentuk pada setiap tahapan fitting lensa kontak RGP.
6,7,8
akan bersifat kuat, stabil dan permeabilitas tinggi.
Pilihlah lensa kontak RGP yang paling kecil Fluorine copolymer
Jenis copolymer yang terbaru adalah diameternya dan paling tipis
fluorosilicone acrylates dan perfluoropolyether. Lensa yang diameternya kecil dan tipis dapat
Fluorine bersifat meningkatkan permeabilitas memberikan kualitas penglihatan yang lebih baik dan
oksigen saat melalui suatu kelarutan. Lensa kontak meminimalkan rangsangan pada kelopak mata dan
dengan komposisi fluorine memiliki nilai Dk meningkatkan transmisi oksigen.
(permeabilitas oksigen) yang tertinggi dibandingkan
bahan pembuatan lensa kontak RGP lainnya Jauhi apeks kornea
sehingga dapat diberikan dengan diameter yang Lensa kontak RGP tidak boleh mengenai apeks
lebih besar agar lebih nyaman dalam pemakaiannya dari kornea, keadaan ini ditunjukkan oleh gambaran
dan lebih stabil serta lebih fleksibel daripada silicone fluoresin minimal clearance pada apeks. Apabila 6,7,8
acrylate PMMA. lensa kontak menyentuh apeks kornea maka akan dan Generasi terbaru bahan
member ikan keluhan pengl ihatan kabur, pembuatan lensa kontak RGP didasarkan pada
ketidaknyamanan dan terkadang tarikan pada konsep biomimesis.
biocompatibility kornea. Konsep ini meningkatkan
bahan agar dapat beradaptasi dengan baik.
Penerapan bahan polimer baru ini diharapkan dapat Hubungan diameter kornea dan diameter lensa
menghindari efek samping akibat lensa kontak. kontak
Kopolimer polysulphone dengan bahan lensa Pada pasien hipermetropia kornea cenderung
kontak yang ada. Menghasilkan polimer baru yang kecil sehingga dipilih lensa kontak dengan diameter
lebih stabil, tipis dan lebih biocompatible. Hanya kecil dan fit steeper. Sedangkan pada pasien miopia
saja lensa kontak RGP jenis ini masih sulit kornea cenderung lebih besar sehingga dipilih lensa
Muller dengan penggunaan lensa kontak pada PENDAHULUAN
keratokonus yang bertujuan untuk mendatarkan Lensa kontak telah banyak digunakan untuk
kornea. Bahan poly hydroxy methyl methacrylate membantu mengatasi kelainan refraksi. Pemakaian
(PMMA) mulai digunakan tahun 1948 tetapi bahan ini yang ada sekarang ini memiliki fungsi tidak hanya
tidak dapat dilalui oksigen, sedangkan bahan poly untuk memperbaiki kelainan refraksi yang ada akan
hydroxy methyl methacrylate (HEMA) yang dapat tetapi juga digunakan sebagai sarana untuk
dilalui oksigen ditemukan tahun 1960 untuk memperbaiki ataupun menambah nilai dari
pembuatan lensa kontak lunak. Kombinasi bahan penampilan serta untuk keperluan terapi. Oleh
PMMA dan HEMA menghasilkan lensa kontak keras karena penggunaan lensa kontak yang memiliki
yang dapat dilalui oksigen dan disebut lensa rigid gas indikasi luas tersebut maka diperlukan pengetahuan 3,41,2
permeable.yang cukup dalam penggunaannya.
Meskipun lensa kontak rigid gas permeable Bentuk lensa kontak diawali oleh Leonardo Da
(RGP) memiliki kekurangan, namun dengan Vinci yang membuat sketsa awal dari lensa kontak,
kelebihan yang dimilikinya lensa kontak RGP masih tahun 1827 J.F.W. Herschell mendeskripsikan lensa
belum dapat digantikan oleh lensa kontak jenis kontak sebagai kapsul gelas steril berisi jelly dengan
lainnya, serta mengingat paling tidak 25 % dari permukaan refraktif dibagian belakangnya dan dapat
pasien dengan kelainan refraksi menggunakan lensa digunakan untuk kasus kornea yang irregular. Tahun
kontak maka menjadi kewajiban dari semua unit lahirnya lensa kontak adalah 1888 ketika Adolf
refraksi dan dokter mata pada khususnya untuk Eugene Fick (Jerman) seorang dokter spesialis mata
dapat memberikan pilihan yang tepat bagi pengguna yang bertugas di Zurich, membuat studi klinis
lensa kontak agar komplikasi yang merugikan dari pertama tentang lensa kontak diikuti oleh Kalt dan
-
transisi antara kornea dan skera sulit ditentukan pemakaian lensa.1
dengan mata telanjang (Lihat gambar 4).
Indikasi lensa kontak RGP
Lensa kontak RGP dapat digunakan pada
keadaan dry eye, dapat mengoreksi kelainan
astigmat, serta kondisi kornea yang irregular paska
trauma, operasi keratoplasti maupun operasi
refraktif, dapat digunakan untuk mengontrol
progresivitas myopia dan dapat digunakan untuk
pemakaian lensa jangka lama karena kemampuan
transmisi oksigen yang lebih besar dibanding lensa 5, 6, 8
kontak jenis lain.
Kontra indikasi lensa kontak RGP
Adanya kelainan pada kornea atau konjungtiva
(contoh: keratitis, pterigium), penggunaan obat-Pemeriksaan Tear Filmobatan yang dapat menghambat produksi air mata,
Pemeriksaan tear film dilakukan bertujuan tidak penyakit endokrin (tiroid, diabetes dan lain-lain), hanya untuk mengetahui kuantitas tear film akan blefaritis, disfungsi kelenjar meibomian, olahraga tetapi juga kualitas yang merupakan kombinasi dari (renang), higiene yang jelek. air, lipid dan mukus. Hal ini penting dalam Pada pemeriksaan kondisi mata penting pertimbangan penggunaan lensa kontak.dilakukan pemeriksaan pupil meliputi ukuran,
bentuk, keadaan dan reaksi terhadap cahaya. Pengukuran parameter spesifik lensa kontak Pengukuran pupil sebenarnya penting terutama
RGP apabila lensa kontak akan diberikan tanpa
Langkah awal pengukuran parameter spesifik menggunakan t r ia l lens ter lebih dahulu.
lensa adalah mencari BC (base curve) dengan Pengukurannya dapat menggunakan penggaris dan
bantuan keratometer. Hasil keratometer biasanya dilakukan dari limbus ke limbus melalui bagian
dalam millimeter atau dioptri. Terdapat tabel yang tengah pupil (Lihat gambar 3).
menunjukkan konversi hasil keratometri.
Kedua meridian utama kornea disebut K dan k.
K disebut juga flat K, berasal dari meridian utama
kornea dengan kelengkungan yang paling flat,
radiusnya paling panjang sedangkan k berasal dari
meridian utama kornea yang paling steep, radiusnya
paling pendek. Bila lensa kontak fit on K maka BC
sama dengan flattest K reading, bila fit steeper than
K maka BC lebih kecil dari pada flattest K sedangkan
bila fit flatter than K maka BC lebih besar dari pada
flattest K.
Hasil kerotometri juga dapat menentukan astigmat
kornea yaitu K-k (lihat table 1).
Contoh kasus:Metode yang sama dapat digunakan untuk
Bila hasil keratometri dalam mmmengukur horizontal visible iris diameter (HVID)
- Hasil keratometri 7.84 / 7.62 @ 90 untuk meghitung total diameter lensa. Dimensi
kornea horisontal dan vertikal didasarkan pada HVID - Flat K 7.84 maka astigmat kornea 7.84 - 7.62
dan vertical visible iris diameter (VVID), karena zona = 0.22 mm (lihat tabel 1)
fit besar agar dapat menutupi pupil, lihat gambar 1.kontak RGP dengan diameter lebih besar dan
flatter.
Perawatan lensa kontak RGP harus berjalan
teratur
Kontraindikasi dan komplikasi yang ditimbulkan
akibat pemakaian lensa kontak RGP haruslah
dievaluasi dalam kurun waktu 3-6 bulan. Frekuensi
kontrol pasien tergantung dari tipe lensa kontak RGP
yang dipakai. Lensa dengan kesulitan yang tinggi
harus lebih sering frekuensi monitoringnya.
Pada posisi sentral lensa kontak berada Fitting on Keratometry (Fit on K)
diantara kelopak mata atas dan bawah. Pada posisi Fit on K diambil dari nilai pengukuran BC dari
ini lensa kontak haruslah fit steep untuk hasil keratometri yang paling flat. Contoh: K reading
meminimalisasi gerakan lensa kontak. Diameter 42.00 D x 44.00 D maka BC lensa kontak RGP
lebih kecil dan tepi lensa kontak yang lebih tipis agar adalah 42.00 D (8.03 mm).
tidak terganggu saat berkedip, Lihat gambar 2.
Fitting Steeper atau Flatter than K
Fitting steeper than K adalah dimana kurvatura
lensa kontak posterior radiusnya paling jauh dari
permukaan kornea. Contoh: Bila yang dipilih adalah
fit steeper than K maka BC 42.00 D + 1.00 D = 43.00
D (7.84 m).
Sedangkan Fit Flatter than K apabila kurvatura
lensa kontak posterior radiusnya paling dekat dari
permukaan kornea. Contoh: BC 42.00-1.00 D =
41.00 D (8.23 mm). Perbedaan prinsip pemasangan
pada lensa kontak RGP adalah fit steeper than K Posisi inferior ini jarang dianjurkan. Apabila
sedangkan untuk lensa kontak lunak adalah fit flatter digunakan lensa kontak yang dipilih haruslah
than K. memiliki diameter yang besar agar dapat menutup
pupil. Fit steep berguna untuk membatasi gerakan 1, 5, 8,10Bahan pembuatan lensa kontak RGP dari yang berlebihan.
fluorine copolymer lebih baik
Fluorine copolymer lebih fleksibel dan dapat FITTING LENSA KONTAK RGP
diaplikasikan lebih flatter daripada Silicone Acrylate Tahapan-tahapan yang akan dilakukan adalah:
(SA) manakala diperlukan. Proses seleksi pasien lensa kontak RGP:
meliputi indikasi dan kontra indikasi, riwayat penyakit
Penting untuk mengetahui posisi lensa kontak yang ada, pemeriksaan kondisi mata.
Proses pemilihan lensa kontak RGP: meliputi RGP
pengukuran parameter spesifik yaitu base curve, Posisi superior merupakan posisi ideal bagi
power dan diameter lensa. lensa kontak RGP. Pada posisi ini bagian tepi dari
Proses pengukuran parameter tambahan lensa kontak terlindungi oleh kelopak mata sehingga
seperti: ketebalan lensa(center thickness), kurvatura mengurangi gesekan dan memudahkan sirkulasi air
lensa (sekunder dan perifer), daerah optik (optic mata ketika berkedip. Karena posisinya yang
zone), nilai Dk, back optic zone radius (BOZR).sebagian dibawah kelopak mata atas maka pada
Evaluasi fitting lensa kontak RGP dan pelatihan posisi ini diameter lensa kontak RGP haruslah lebih
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007
J O I
197
J O I
196
3
Gambar 1. Skema posisi superior lensa kontak RGP.
3
Gambar 2. Skema posisi sentral lensa kontak RGP.
Gambar 3. Cara pengukuran pupil dengan 10
menggunakan penggaris milimeter.
Gambar 4. Skema Horisontal Visible Iris Diameter 3
(HVID).
FITTING LENSA KONTAK FITTING LENSA KONTAK
-
penambahan kompensasi powernya adalah (2x + Center Thickness
0.25D)= +0.50D. Jadi power lensa kontak adalah S- Jarak antara permukaan anterior dan posterior 5,6,7
3.00D +(+050D) = S-2.50D. dari lensa kontak. Tergantung dari power lensa dan
diameter keseluruhan lensa kontak.Lensa kontak
plus memiliki daerah tengah yang lebih tebal Diameter
daripada lensa kontak minus yang sama ukuran Diameter untuk lensa kontak RGP biasanya
dioptrinya. Pada lensa plus daerah sentral lebih tebal berkisar 8-9.5mm. Faktor yang menentukan untuk
dan pusat gravitasinya berada di anterior sedangkan diameter ini adalah lebar inter palpebralis diameter
untuk lensa minus lebih tebal di daerah tepi lensa dan pupil dan kurvatura kornea. Diameter optic zone
pusat gravitasinya berada di posterior. Bila terlalu biasanya 2-3mm lebih besar daripada diameter pupil
tipis maka akan mengganggu kelenturan dan rata-rata. Diameter lensa kontak RGPditentukan
ketidakstabilan dari lensa kontak sedangkan bila dengan menambahkan 1mm tiap sisi optic zone,
terlalu tebal lensa kontak akan cenderung ke inferior diharapkan ketika lensa kontak bergerak vertikal 5,6,7
atau bahkan mudah lepas. atau horizontal tidak mengenai daerah limbus (lihat 5,6,7
Ketebalan lensa berperan dalam proses gambar 5).
transmisi oksigen, kelenturan dan kenyamanan saat
pemakaian. Ketebalan lensa kontak RGP bervariasi
tergantung power dan material. Semakin tebal
semakin menurun kemampuan permeabilitas 6,7,9
oksigen.
Lens Curve
Kurvatura sekunder (secondary curvature)
adalah kelengkungan pada posterior lensa kontak
setelah kurvatura dasar. Bila diamati dari depan
adalah area yang mengelilingi optic zone dan Pengukuran Parameter Tambahan Dari Lensa biasanya lebih tipis 2-7 D dibandingkan dengan Kontak RGP kurvatura dasar. Kurvatura ini terdapat pada lensa
Beberapa hal yang juga berperan dalam kontak yang tricurve. Lebih flat 1 mm dari pada BC.
proses pemilihan lensa kontak antara lain: optic Contoh: BC 44.00 D (7.67 mm) maka kurvatura
sekunder adalah radiusnya 38.75 D (8.70 mm). zone, center thickness, secondary curve,
Lebar kurvatura sekunder bervariasi tergantung peripheral curve. Kesemua hal tersebut penting diameter total lensa kontak, semakin besar semakin untuk dipahami agar dapat memilih lensa kontak lebar lensa kontak. Lebar kurvatura sekunder
sesuai dengan kondisi sesungguhnya.5,7
bervariasi antara 0.4-0.9 mm.
Kurvatura perifer (peripheral curvature) adalah
kelengkungan paling tepi pada lensa kontak dikenal
juga sebagai limbal clearance curve. Pada lensa
tricurve kurvatura perifer lebih tipis dari pada
kurvatura sekunder Hal ini memungkinkan aliran
bebas dari air mata dan membantu lensa kontak
melekat pada daerah kornea perifer. Kurvatura
perifer juga lebih flat daripada BC agar dapat
mengikuti permukaan kornea perifer. Total kurvatura
perifer berada antara 0.2-1.8 mm. Ukuran standar
kurvatura perifer adalah 12 D dengan lebar 0.4 mm.
Lebar kurvatura sekunder dan kurvatura perifer 5,7
dapat diubah-ubah tergantung dari hasil fitting.
digunakan refraksi dengan kacamata dan - Jadi BC = 7.84 - 0.10 = 7.74 mm
didapatkan adanya hasil silinder maka hasil silinder - Dicari ukuran BC ini pada trial set lensa kontak
tersebut didrop. Contoh: hasil refraksi S-200 C untuk dicobakan pada pasien,
150x180 maka power lensa coba adalah S-200 D. - Diambil ukuran BC 7.70 dan dilakukan Bila digunakan over refraksi maka dilakukan dengan penilaian pada trial lens fitting.pasien memakai lensa coba kemudian dilakukan
refraksi sampai menghasilkan visus terbaik. Tabel 1. Pengaruh Besarnya Astigmat Kornea pada 1 Bila pada over refraksi diperlukan penambahan Penentuan Base Curve Lensa Kontak.
S-4.00D dan lensa coba yang sedang dipakai adalah
S-6.0, maka hasil akhir lensa coba adalah S-4.00D + 5,6,7
S-6.00D = S-10. 00D.
Setelah ditemukan power lensa kontak, bila
ukuran seperti yang didapatkan lebih kecil dari S-
4.00D (baik minus atau plus) maka dapat langsung
diberikan, akan tetapi apabila ukuran sferisnya lebih
besar dari S-4.00D maka power lensa ditentukan
dengan menggunakan ve r tex d i s tance
compensation chart. Dapat disimpulkan bahwa bila
hasil over refraksi lensa kurang dari S-4.00D tidak
perlu dicantumkan vertex distance tetapi bila lensa
lebih dari S-4.00D perlu dicantumkan vertex distance,
dan laboratorium lensa akan melakukan konversi. Bila hasil keratometri didapat dalam dioptri maka BC Langkah berikutnya adalah menghitung ditentukan dengan langkah: kompensasi base curve dengan power. Faktor yang Pilih diameter lensa kontak, pastikan optic zone berpengaruh pada power adalah tear film. Apabila menutupi pupil. Contoh diameter 9.2 mm Hasil lensa RGP f i t on K maka t idak per lu keratometri 42.75 / 45.00 @ 90, flat K adalah 42.75 menambahkan power, akan tetapi bila lensa RGP (7.90 mm) maka ; fit steeper than K maka akan terbentuk lapisan Astigmat kornea: 45.00 42.75 = 2.25 D tea r f i lm yang p lus seh ingga untuk Lihat tabel faktor astigmat kornea. (table 2 ) diameter kompensasinya power minus harus ditambahkan, 9.2 mm prinsipnya steep add minus (SAM) dimana setiap Untuk astigmat kornea 2.25 D maka BC adalah 0.25 penambahan BC sebesar +0.25D maka power lensa D steeper than flat k =42.75+0.25 D=43.00 D. kontak ditambah 0.25D. Contoh: didapatkan power
1 lensa S-3.00D dan flat K 41.50D bila fit steeper than Tabel 2. Faktor Astigmat Kornea. K yaitu 42.00D maka kompensasi tear film adalah
(42.00D-41.50D)=0.50D berarti penambahan
kompensasi powernya adalah (2x-0.25)=-0.50D
jadi power lensa kontak menjadi S-3.00 + (-0.50D) = -
3.50D tetapi bila lensa kontak fit flatter than K
maka akan terbentuk lapisan tear film yang
minus sehingga untuk mengkompensasinya
power plus harus ditambahkan. Prinsipnya
ada lah f la t add p lus (FAP) ,un tuk t i ap
pengurangan 0.25D pada BC maka power lensa Power (P) kontak ditambah + 0.25D. Contoh: didapatkan
Penentuan power lensa kontak dapat power S-3.00D dan flat K 41.50D bila fit flatter dilakukan melalui refraksi dengan dua cara yaitu than K yaitu 41.00D maka kompensasi tear film refraksi dengan kacamata dan over refraksi Bila a d a l a h ( 4 1 . 5 0 D - 4 1 . 0 0 D ) = 0 . 5 0 D b e r a r t i
J O I
199
J O I
198 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. , 5 No. 3, Desember 2007Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. , 5 No. 3, Desember 2007
6,7
Gambar 5. Total Diameter Lensa Kontak RGP.
FITTING LENSA KONTAK FITTING LENSA KONTAK
0.10 mm atau lebih kecil
0.10 - 0.15 mm
0.20 - 0.35 mm
0.35 - 0.45 mm
0.45 - 0.50 mm
BC = flat K
BC = 0.05 mm Iebih steep
daripada flat K
BC = 0.10 mm lebih steep
daripada flat K
BC = 0.15 mm Iebih steep
daripada flat K
BC = 0.20 mm Iebih steep
daripada flat K
Besar Astigmat
Kornea
Besar base curve lebih
steep daripada flat K
0.00- 0.50 D
0.75 -1. 25 D
1. 50- 2.00 D
2.25 - 2.75 D
3.00 - 3.50 D
0.75 D flatter
0.50 D flatter
0.25 D flatter
flat-K
0.25 D steeper
Astigmat Diameter 9.6 mmDiameter 9.2 mm
0.50 D flatter
0.25 D flatter
flat-K
0.25 D steeper
0.50 D steeper
8.00+ + 0.9 = 9.8 mm0.9
Gambar 6. Gambar lensa kontak RGP dengan 76,
parameter tambahan.
Secondary curve width
Peripheral curve
Secondary curve
Second junction
First junction
Base curve
radius
Peripheral curve
radius
Secondary curve radius
Center thicknessOptic
zone
Peripheral curve width
-
Tabel 4. Normogram Oxylens dan Supralens (power 11
S-5.00 D).
Wetting Angle
Sudut yang terbentuk oleh bagian perifer lensa
kontak akan mempengaruhi jumlah cairan tertahan
pada permukaan posterior lensa kontak, semakin
kecil wetting angle semakin besar kemampuan lensa
kontak menahan cairan (air mata) di permukaan 7
posterior lens kontak (Lihat gambar 10).
Jadi dengan menggunakan normogram pada
trial set itu kita dapat menulis suatu resep lensa
kontak yang cukup lengkap yaitu:
Base curve, R2 , edge : 7.70/9.70/11.00
Power : - 5.00 D
Over refraksi : - 6.50 D
Vertex Distance : 12 mm
Diameter : 8.90 mm
Optical Zone : 7.90 mm
Tipe lensa : Oxylens
Evaluasi Fitting Lensa Kontak RGP
Meliputi segala aspek antara lain posisi primer lensa
peripheral curve kontak, pergerakan: gambaran fluoresin. Dalam pembuatan resep RGP
Gerakan lensa kontak, pada fitting optimal biasanya tergantung pabrik pembuat. Ada suatu
seharusnya lensa uji coba kelihatan hanya bergerak hubungan tertentu antara parameter-parameter
sedikit atau tertinggal sedikit saja pada waktu mata tambahan ini Hubungan itu yang merupakan ciri khas
digerakkan. Kalau lensa kontak uji coba tampak suatu merek lensa kontak tertentu. Pada setiap lensa
sama sekali tidak bergerak berarti base curve kontak uji coba senantiasa dilampirkan daftar
terlampau kecil atau terlalu steep (fitting ketat), maka dengan data-data dari parameter-parameter ini yang
harus diberikan BC yang lebih besar. Sebaliknya bila disebut normogram. Contoh normogram pada suatu
lensa kontak uji coba tampak terlalu bergeser banyak lensa kontak uji coba:
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. , 5 No. 3, Desember 2007Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. , 5 No. 3, Desember 2007
J O IJ O I
200 201
Gambar 9. Perubahan pada Sagital Depth dan 7
Pengaruhnya pada Base Curve.
7
Gambar 10. Wetting Angle.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
R1
7.20
7.30
7.40
7.50
7.60
7.70
7.80
7.90
8.00
8.10
8.20
8.30
8.40
Edge
10.50
10.50
10.50
10.50
10.50
11.00
11.00
11.00
11.00
11.00
11.00
11.00
11.00
Diameter
8.30
8.40
8.50
8.60
8.70
8.90
9.00
9.10
9.20
9.30
9.40
9.50
9.60
R2
9.20
9.30
9.40
9.50
9.60
9.70
9.80
9.90
10.00
10.10
10.20
10.30
10.40
OZ
7.40
7.50
7.60
7.70
7.80
7.90
8.00
8.10
8.20
8.30
8.40
8.50
8.60
kemampuan transmisi oksigen lebih tinggi dari lensa Optic Zone (OZ)
kontak lunak. Nilai Dk/L pada RGP untuk bahan
pembuatan SA adalah 15-55 sedangkan untuk
fluorine copolymer 150 dibandingkan dengan
kemampuan transmisi oksigen pada lensa kontak 7,9
lunak yang memiliki nilai Dk/ L 5-15.
Hubungan antara nilai Dk dan kelainan refraksi,
Dk tinggi digunakan pada kelainan refraksi tinggi
dengan atau tanpa dry eyes. Dk medium digunakan
pada kelainan refraksi rendah ataupun pada kelainan
dry eyes.Rendahnya transmisi oksigen akan
menyebabkan berbagai kondisi antara lain:
mikrokista epitel kornea, polimegatisme, pH kornea Daerah tengah lensa kontak yang terlihat dari akan menjadi asam, edema kornea, bleb endothelial
7,11,12depan dibatasi oleh tepi kurva dasar dan dan corneal epithelial desquamation.
ditempatkan di daerah tengah lensa kontak. Daerah
inilah yang memiliki kekuatan refraksi. Besar daerah Back Optic Zone Radius (BOZR)optik pada umumnya lebih besar 2-3 mm dari tepi BOZR adalah radius kurvatura posterior dari pupil. Optic zone bervariasi diameternya tergantung daerah optik atau optic zone. Nilai BOZR antara 7.2-
7diameter lensa kontak, semakin besar diameter 8.5 mm.
lensa kontak semakin besar optic zone yang ada.
Apabila diameter optic zone terlalu kecil maka Blend
penderita akan mengeluh kabur, silau dari daerah Suatu upaya untuk memperhalus permukaan
tepi lensa kontak, terutama saat pupil dalam kondisi pada daerah pertemuan kurvatura sekunder dan
5,7
melebar. perifer untuk memberikan kenyamanan saat 7
pemakaian lensa kontak RGP (Lihat gambar 8). Dk Value
Menunjukkan kemampuan permeabilitas
oksigen yang terdapat pada bahan lensa kontak
tersebut. Nilai Dk penting untuk penilaian bahan
pembuatan material penyusun lensa kontak. D
adalah koefisien difusi dan pergerakan oksigen
didalam material lensa kontak atau kecepatan
pergerakan molekul gas dalam bahan sedangkan k
adalah kelarutan konstan oksigen pada lensa kontak
atau jumlah molekul oksigen yang larut dalam 7,9
bahan.
Nilai Dk / L (oxygen transmissibility) didapatkan
dengan membagi nilai Dk dengan center thickness
(L) untuk memberikan kemampuan transmisi
Sagital Depthoksigen pada lensa kontak atau perbandingan
Jarak antara bagian sentral permukaan lensa proporsional antara kemampuan transmisi lensa
kontak dengan bagian sentral kornea yang kontak yang berhubungan langsung dengan
ditentukan oleh bagian perifer lensa kontak. ketebalan lensa. Satuan untuk Dk/L adalah cm sec
Perubahan pada sagital depth dapat merubah radius ml O2 mmHg / ml. Nilai Dk / L yang dibutuhkan untuk
dari base curve. Namun apabila diameter lensa mencegah edema kornea adalah 9.9 % (Dk/L = 24)
kontak konstan, penurunan base curve akan untuk jenis daily wear dan 17.9 % (Dk/L = 87) untuk 7
extended wear. Untuk lensa kontak RGP memiliki meningkatkan sagital depth (Lihat gambar 9).
FITTING LENSA KONTAK FITTING LENSA KONTAK
Peripheral curve
Secondary curve
Carrierportion
DiameterOpticzone
Gambar 7. Gambar Daerah Optik dan Kurvatura Lensa 7
Kontak RGP.
3
Gambar 8. Letak Blend pada Lensa Kontak RGP.
-
atau sangat tertinggal terlebih sampai melewati
limbus berarti BC terlalu flat (fitting longgar), maka 5,7,13
base curve harus dikurangi.
Penilaian gambaran fluoresin bertujuan untuk
mengevaluasi hubungan antara lensa kontak pada
kornea. Air mata yang mengandung fluoresin akan
berwarna hijau apabila kena lampu ungu dalam
kamar gelap. Bila lensa kontak menempel langsung
pada kornea disebut clearing (fitting optimal). Bila Penulisan resep lensa kontak RGP yang kita
terdapat warna hijau terang, berarti disitu banyak inginkan meliputi :
terkumpul air mata disebut pooling (fitting ketat).
Berdasarkan hal tersebut maka dari gambaran
fluoresin dapat ditentukan apakah BC lensa kontak 17
yang terpasang sudah cocok.
Bila lensa kontak RGP terpasang dengan baik fit well
(gambar 11):
Bila lensa kontak RGP fit flat, lensa kontak
daerah sentral akan tampak hitam sedang didaerah
perifer akan terwarnai oleh fluoresin,gambaran
fluoresin ini disebut apical bearing: bagian apeks
lensa kontak langsung menempel pada kornea Pelatihan pemakaian lensa kontak(gambar 12).
Setelah lensa kontak yang dipesan diterima,
pasien diingatkan kembali bahwa lensa RGP tidak
boleh dan tidak dapat langsung dipakai dengan
bebas, tetapi harus melalui latihan-latihan.
Jadwal latihan untuk lensa RGP :
Hari ke 1 : 1 jam pakai, istirahat 1 jam, lalu
pakai lagi 1 jam (2X1 jam)
Hari ke 2 : 2 jam pakai, istirahat minimal 1
jam, pakai lagi 2 jam (2X2jam)
Bila lensa kontak RGP fit steep, lensa kontak Hari ke 3 : 3X2 jam diselingi istirahat > 1 jam
daerah sentral akan tampak hijau sedang didaerah Hari ke 4 : 3X2 jam diselingi istirahat > 1 jam
perifer tidak terwarnai atau terdapat fluoresin. Hari ke 5 : 3X3 jam diselingi istirahat > 1 jam
Gambaran fluoresin ini disebut apical clearance: Hari ke 6 : 3X4 jam diselingi istirahat > 1 jam
fluoresin akan terkumpul didaerah tengah dan perifer Hari ke 7 : 2X6 jam diantaranya istirahat 1 jam
(gambar 13). Hari ke 8 : 12 jam berturut-turut
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. , 5 No. 3, Desember 2007
J O I
202 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. , 5 No. 3, Desember 2007
J O I
203
Gambar 11. Pola Fluoresin pada Lensa Kontak RGP 1,3,12
yang terpasang Fit Well.
Gambar 12. Pola Fluoresin pada Lensa Kontak RGP 121,3,
yang terpasang Fit Flat.
Gambar 13. Pola Fluoresin pada Lensa Kontak 3,7
RGP yang terpasang Fit Steep.
FITTING LENSA KONTAK FITTING LENSA KONTAK
Hari ke 9 : pasien bebas memakai lensa 7. Stein A.H., Slatt B.J., et al., 2002. Fitting guide for th
kontak sesuai keinginan dan Rigid and soft contact lens, 4 edition, London:
keperluan, minimal 1 jam Mosby, pp 35-44, 45-46, 59-70.14
perhari. 8. Lee R.J., 1986. Contact Lens Handbook,
Philadelphia: W.B. Saunders Company, pp 88-Meskipun tidak ada keluhan, pasien disarankan
89.untuk kontrol paling lambat satu bulan. Adanya
9. Kanski J.J., 2003. Clinical Ophthalmology, a sedikit hal yang tidak benar, pasien sudah akan
th
Systematic Approach, 5 edition, Philadelphia : merasakan dan datang mengeluh pada dokter. Pada
Butterworths, pp 55-90waktu kontrol lensa kontak dalam keadaan dipakai,
10. Michael S.W., Elisabeth A.W., et al., 1998. kemudian lensa kontak dibuka. Yang diperiksa
nd
Contact Lens in Ophthalmology, 2 , London : adalah mata dan lensa kontak. Bila semua baik
Butterworths, pp 41-179.disarankan untuk kontrol 6 bulan dan kontrol lagi
6, 14, 17 11. Mountford J., 2002. Advanced Orthokeratology, setiap tahun atau bila ada keluhan.
Pat ien t Se lec t ion and Tr ia l F i t t i ng ' ,
http://www.nova.edu, (Accessed on August 21,
2006).
DAFTAR PUSTAKA 12. Mark S., 2004. Module 17 Rigid Gas Permeable
Contact Lens, http://www.-eyetec.net, ( Accessed 1. Harold A.S., Melvin I.F., et al., 1997. Contact
onOctober 17, 2006).Lens: Fundamental and Clinical use, New York :
13. Bloom B.H, 2003. Fitting the BE Orthokeratology CLAO, pp 119-148, 229.
Lens, http://www.boks.org.uk. (Accessed on 2. Chang D.C., Grant G.B., et al., 2006. Multistate
March 11, 2006), When Nothing Solves The Outbreak of Fusarium Keratitis Associated with
Problem, BCLA Show And Tell. Royal Society Of Use of a Contact Lens Solution, JAMA, 296(8) :
Medicine. http://www.tynereye.com/fit.htm. pp 953-63.
(Accessed on March 11, 2006).3. Ken P., 2004. Contact lens for keratoconus.
14. Workshop lensa kontak RGP, 2007h t tp : / /www.ke ra toconusg roup . -o rg .uk ,
15. Stapleton F., Stechler J., et al., 1994. Contact (Accessed on August 10, 2006).
Lens Care System and Solutions used by The 4. Lance W.T., 2004. GP PMMA Contact Lens, st
http://www.bausch.com, Accessed on March 11, Practitioner, In: Contact Lens Practice & Hall, 1
2006). edition, London : Butterworths, pp 529-558.
5. Kevin M.M., Darren L.A., et al., 2007. Clinical 16. Jalbert I., Willcox M., et al., 2000. Isolation of
Optics, Section 3, San Fransisco: American Staphylococcus aureus from a contact lens at the
Academy of Ophthalmology, USA, pp 173-211. time of a contact lens-induced peripheral ulcer:
6. Harold A.S., Melvin I.F., et al., 1989. case report. BJO, 19(1): pp 116-20.nd
17. Peter D., Bergenske W., 2004. Practise Contact Ophthalmology Clinic North America, 2 edition,
Lens, http://www.clspectrum.-com, (Accessed on Philadelphia : W.B. Saunders Company, pp 229
March 11, 2006).261.
17
Gambar 14.Contoh Formulir Resep Lensa Kontak.
Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5