02 peran aceh dalam implementasi rupm nasional - noor fuad fitrianto

50
© 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved © 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved Mendorong Peningkatan Daya Saing Ekonomi Melalui Investasi Direktorat Perencanaan Industri Manufaktur BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) 29 Agustus 2013, Banda Aceh

Upload: fadjarad

Post on 23-Nov-2015

154 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Pentingnya Rancangan Umum Penanaman Modal bagi daerah telah diteladani oleh Aceh yang menyusun RUPM dengan baik.

TRANSCRIPT

  • 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved

    Mendorong Peningkatan Daya Saing EkonomiMelalui Investasi

    Direktorat Perencanaan Industri Manufaktur

    BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)29 Agustus 2013, Banda Aceh

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    1

    2

    GAMBARAN UMUM TARGET INVESTASI 2010 - 2014

    RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL (RUPM) DAN PEDOMAN PENYUSUNAN RUPMP / RUMPK

    DAFTAR ISI

    5 ISU DAN TANTANGAN DALAM PERCEPATAN REALISASI INVESTASI

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    3

    I. GAMBARAN UMUM TARGET INVESTASI 2010 - 2014

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    4

    Target Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi RPJMN 2010 2014 (sudah ditetapkan)

    Pemerintah menjadikan investasi sebagai pilar pokok pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan

    6,3 6,8% setiap tahun selama 5 tahun (2010 2014).

    Proyeksi

    2010 2011 2012 2013 2014

    Pertumbuhan ekonomi (%)

    5,5-5,6 6,0-6,3 6,4-6,9 6,7-7,4 7,0-7,7

    Pertumbuhan Investasi (%)

    7,2-7,3 7,9-10,9 8,4-11,5 10,2-12,0 11,7-12,1

    Kebutuhan Investasi(Rp triliun)

    1.894,1 2.111,1 2.144,5 2.348,8 2.465,0 2.619,9 - 2.788,4 2.939,2 - 3.168,0

    Peran Pemerintah (Rp triliun dan % dari total

    kebutuhan investasi)

    220,0 (11,6%)

    272,9 - 274,5

    (12,8-12,9%)

    329,9 336,6

    (13,7-14%)

    417,8 433,1

    (15,5-15,9%)

    525,6 552,5

    (17,4-17,9%)

    Peran Swasta(Rp triliun dan % dari total

    kebutuhan investasi)

    1.674,1

    (88,4%)

    1.838,2 1.870,0

    (87,1-87,2%)

    2.019,0 2.128,4

    (86-86,3%)

    2.202,1 - 2.355,3

    (84,1-84,5%)

    2.413,6 - 2.615,5

    (82,1-82,6)

    Sumber: RPJMN 2010-2014 (diolah dari kerangka Ekonomi Makro 2010-2014)

    Catatan: Total Kebutuhan Investasi: Rp 12.460 Triliun Peran Investasi Pemerintah: Rp 1.816,7 Triliun (14,6%) Peran Investasi Swasta: Rp 10.643,3 Triliun (85,4%) Investasi Swasta berasal dari PMA/PMDN Skala Besar, Investasi sektor Migas dan Pertambangan, Investasi Jasa

    Keuangan, serta Investasi UMKM dan Koperasi

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    5

    PMTB TOTAL

    Rp 3.958,6 triliun(US$ 430,3 miliar)

    PMTB Swasta (dalam dan luar negeri)

    Lembaga keuanganBelanja modal pemerintah

    Belanja modal rumah tangga

    Skala besar: PMA + PMDN yang dikelola BKPM / PDPPM / PDKPM) (PMA ~80%)

    Skala besar: investor domestik + asing sektor migasdan pertambangan (asing > domestik)

    Skala kecil dan menengah: investor domestik yang dikelola olehPemda (PDPPM/PDKPM*)

    201032% PDB**Rp 6.422,9 T

    201438,5% PDB

    Rp 10.280,9 T

    Data APBN-P 2010, Asumsi: US$ 1 = Rp 9.200

    SUMBER: BAPPENAS, BPS, BI & BKPM, diolah (2009), berdasarkan asumsi dari tabel Financial Social Accounting Matrix /FSAM (2005) dan dari data PDB 2011)

    22%

    Rp. 2.065,2 triliun(US$ 224,5 miliar)

    58,3%

    7%58,1%

    6%

    13,9%

    10,7%

    24%

    2010

    Rp 1.204,0 triliun(US$ 130,9 miliar)

    10,1%

    18%

    30,2%

    2014

    Rp 2.299,9 triliun(US$ 250,0 miliar)

    12,8%

    14,1%

    31,2%

    58,3%58,1%

    *) PDPPM = Perangkat Daerah Provinsi di Bidang Penanaman ModalPDKPM = Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Bidang Penanaman Modal

    **) Realisasi

    Rp 208,5 triliun(US$ 22,6 miliar)

    Rp 506,9 triliun(US$ 55,09 miliar)

    Elemen PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) dalam PDB 2010-2014(Proyeksi setelah revisi Renstra BKPM 2010-2014)

    PMTB SWASTA

    Investasi Swasta 28,1% (2010) dan 26,9% (2014) mencakupPMA+PMDN dan investasi skala besar (domestik+asing) di

    sektor migas hulu dan pertambangan

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    6

    6.010.3

    14.910.8

    16.219.3

    24.5

    14.7

    2006 2008 2010 2012

    20.834.9

    20.4

    37.8

    60.676

    92.2

    60.5

    2006 2008 2010 2012

    Realisasi Investasi: Tahun 2012 dan Semester I Tahun 2013

    160.1

    (17.8)

    240.0

    (26.6)

    283.5

    (31.5)

    390.3

    (43.3)

    506.9

    (56.3)

    208.5 (23.1)

    251.3

    (27.9)

    313.2

    (34.8)

    192.8

    (21.4)

    2010 2011 2012 2013 2014Target Realization

    Realisasi Investasi & Target

    Sumber: BKPM, 2013

    Catatan:

    Target realisasi investasi berdasarkan Renstra PenanamanModal 2011-2014 (perubahan).

    Realisasi Investasi tahun 2012 mencapai Rp. 313,2 Trn(110,5% dari target tahun 2012).

    Semester 1/2013: realisasi investasi mencapai Rp 192,8 Trn(49,4% dari target tahun 2013), terdiri dari: PMA Rp 132,2 Trn(USD 14,7 miliar) dan PMDN Rp 60,5 Trn.

    PMA (USD miliar)

    PMDN (Rp Trn)

    Asumsi Nilai tukar USD 1,- = Rp 9,000

    Rp Trn (USD miliar)

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    7

    Realisasi Penanaman Modal Tahun 2012 dibanding periode sama Tahun 2011: Sumber Pembiayaan dan Persebaran

    Januari Desember 2012

    PMARp. 221,0 T

    (70,6%)

    PMDNRp. 92,2 T

    (29,4%)

    PMARp. 175,3 T

    (69,8%)

    PMDNRp. 76,0 T

    (30,2%)

    Januari Desember 2011

    Januari Desember 2011 Januari Desember 2012

    JawaRp. 148,1 T

    (58,9%)

    Luar JawaRp. 103,2 T

    (41,1%)

    JawaRp. 175,6 T

    (56,1%)

    Luar JawaRp. 137,6 T

    (43,9%)

    Performa Investasi

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    REALISASI INVESTASI TAHUN 2012: Sektor, Lokasi, dan Asal Negara

    Sektor:

    5 BESAR SEKTOR (PMDN)

    1. Ind Makanan Rp. 11,2 T (12,1%)

    2. Ind Mineral Non Logam Rp. 10,7 T (11,6%)

    3. Pertambangan Rp. 10,5 T (11,5%)

    4. Tanaman Pangan & Perkebunan Rp. 9,6 T (10,4%)

    5. Transportasi, Gudang & Telekomunikasi Rp. 8,6 T (9,3%)

    5 BESAR SEKTOR (PMA)

    1. Pertambangan US$ 4,3 M (17,3%)

    2. Transportasi, Gudang & Telekomunikasi US$ 2,8 M (11,4%)

    3. Ind Kimia Dasar, Barang Kimia & Farmasi US$ 2,8 M (11,3%)

    4. Ind Logam Dasar, Barang Logam, Mesin & Elektronik US$ 2,5M (10,0%)

    5. Ind Alat Angkutan & Transportasi Lainnya US$ 1,8 M (7,5%)

    Lokasi:

    5 BESAR LOKASI (PMDN)

    1. Jawa Timur Rp. 21,5 T (23,3%)

    2. Jawa Barat Rp. 11,4 T (12,3%)

    3. DKI Jakarta Rp. 8,5 T (9,3%)

    4. Kalimantan Timur Rp. 5,9 T (6,4%)

    5. Jawa Tengah Rp. 5,8 T (6,3%)

    Asal Negara:

    5 BESAR ASAL NEGARA (PMA)

    1. Singapura US$ 4,9 M (19,8%)

    2. Jepang US$ 2,5 M (10,0%)

    3. Korea Selatan US$ 1,9 M (7,9%)

    4. Amerika Serikat US$ 1,2 M (5,1%)

    5. Mauritius US$ 1,1 M (4,3%)Sumber: BKPM, 2012

    5 BESAR LOKASI (PMA)

    1. Jawa Barat US$ 4,2 M (17,1%)

    2. DKI Jakarta US$ 4,1 M (16,7%)

    3. Banten US$ 2,7 M (11,1%)

    4. Jawa Timur US$ 2,3 M (9,4%)

    5. Kalimantan Timur US$ 2,0 M (8,2%)

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Perkembangan Rata-rata Investasi Sektoral, periode tahun 2008-2012

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Primer Sekunder Tersier

    08-10 ave 10-12 ave

    Realisasi Investasi(dalam Rp triliun)

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    Tanaman pangan Peternakan Pertambangan

    08-10 ave 10-12 ave

    Investasi Sektor Primer (dalam Rp triliun)

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    Makanan & Minuman Tekstil Kertas, Brg dr Kertas & Percetakan

    Kimia Dasar, Brg kimia & Farmasi

    Karet, Brg dr karet & Plastik

    Mineral non logam Logam Dasar, Brg logam, Mesin &

    Elektronika

    08-10 ave 10-12 ave

    Investasi Sektor Industri, 7 sektor terbesar(dalam Rp triliun)

    *) Data realisasi investasi, 2008-2012Sumber: BKPM, 2013, diolah.

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Profil Penanaman Modal Provinsi NAD

    NILAI INVESTASI(Rp triliun)

    %

    Listrik, gas, dan air 1,01 42,32

    Pertambangan 0,89 37,06

    Industri makanan 0,23 9,57

    Tanaman pangan dan perkebunan

    0,19 7,74

    Industri mineral non logam 0,03 1,40

    SEKTOR UTAMA PENANAMAN MODAL2008-Tw3/2012Rencana dan Realisasi Investasi,

    Tahun 2008 2012Satuan dalam Rp Triliun

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    2008 2009 2010 2011 2012

    Rencana Realisasi

    Tahun

    RencanaInvestasi

    Realisasi Investasi

    Investasi Proyek Investasi

    2008 14,65 0 0

    2009 4,22 3 0,08

    2010 2,66 18 0,09

    2011 24,54 45 0,48

    2012 2,52 11 1,74

    0.01%

    12.95%

    0.18% 0.01%2.38%

    0.46%

    84.00%

    Korea Selatan

    Malaysia

    Australia

    Amerika Serikat

    Inggris

    Belanda

    British Virgin Islands

    NEGARA POTENSIAL PENANAMAN MODAL2008-Tw3/2012

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    11

    II. RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL (RUPM) DAN PEDOMAN PENYUSUNAN RUPMP / RUPMK

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    12

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional(RPJPN), UU No 17/2007

    Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

    Rencana Umum PenanamanModal (RUPM)

    Dokumen PerencanaanPembangunan Jangka Panjang

    Lainnya*

    Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN)

    Rencana StrategisKementerian/Lembaga

    Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

    Keterangan *)1. Kebijakan Industri Nasional

    (Perpres No. 28/2008)2. Kebijakan Energi Nasional

    (Perpres No. 5/2006)3. Pengembangan Komoditas

    Unggulan Pertanian4. MP3EI (Perpres No. 32/2011)5. Rencana Induk Pembangunan

    Kepariwisataan Nasional (PP No. 50/2011)

    6. Cetak Biru PengembanganSistem Logistik Nasional(Perpres No. 26/2012)

    7. Dll.

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Tata Hubungan antara RUPM dengan Dokumen Perencanaan Nasional Lainnya

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    13

    UU No. 25/2007 UU No. 25/2004

    RPJP/RPJMN/RPJMD

    RUPM

    RUPMP

    RUPMK

    RENSTRA K/L

    RENSTRA SKPD Prov

    RENSTRA SKPD

    Kab/Kota

    RENJA K/L

    RENJA SKPD Prov

    RENJA SKPD Kab/Kota

    Rencana Umum Penanaman Modal Rencana Pembangunan di bidangPenanaman Modal

    KeteranganRPJP = Rencana Pembangunan Jangka PanjangRPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalRPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahRenstra K/L = Rencana Strategis Kementerian/LembagaRenja = Rencana Kerja

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Tata Hubungan antara RUPM-RUPMP-RUPMK dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    14

    ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL

    1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal

    2. Mendorong Persebaran Penanaman Modal

    3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi

    4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment)

    5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK)

    6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal

    7. Promosi Penanaman Modal

    RUPM

    2025Sampai dengan

    7 Elemen Utama Arah Kebijakan Penanaman ModalRencana Umum Penanaman Modal

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    15

    7 Elemen Utama Arah Kebijakan Penanaman Modal

    Penguatan Kelembagaan Penanaman Modal Pusat dan Daerah* Pengaturan Bidang Usaha yang Tertutup dan yang Terbuka dengan Persyaratan Pengaturan Persaingan Usaha Pengaturan Hubungan Industrial Pengaturan Sistem Perpajakan dan Kepabeanan.

    *)

    1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal

    2. Mendorong Persebaran Penanaman Modal

    Pengembangan pusat-pusat ekonomi, klaster-klaster industri danpembangunan infrastruktur*.

    Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan strategis (a.l: pola pendekatanKEK, pengembangan koridor ekonomi Indonesia);

    Pengembangan sumber energi yang bersumber dari energi baru & terbarukan(EBT) di luar Pulau Jawa;

    Percepatan pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa denganmengembangkan pola KPS dan non KPS yang diintegrasikan dengan rencanapenanaman modal untuk sektor tertentu yang strategis .

    Pemberian fasilitas, kemudahan, dan insentif penanaman modal di luar PulauJawa.

    *)

    1. Penguatan kelembagaan penananam modal daerah:o Penyelengaraan PTSP Bidang Penanaman Modalo Pelimpahan kewenangan penyelengraan perizinan dan non perizinan PM

    kepada PTSP2. Harmonisasi dan Penyederhanaan Peraturan Daerah terkait penanaman modal

    khususnya perizinan dan non perizinan

    1. Target kuantitatif dan upaya yang dilakukan untuk mengejar ketertinggalandengan daerah lain

    2. Target kuantitatif dan upaya penyebaran investasi di Daerahnya agar lebihmerata sesuai potensinya

    Rencana Umum Penanaman Modal

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    16

    3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi

    Menetapkan bidang pangan, infrastruktur, dan energi sebagai isu strategis dalam pengembangan kualitas dan kuantitas penanaman modal*

    Pengembangan pangan, infrastruktur dan energi harus selaras dengan upaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, mandiri, serta mendukung kedaulatan Indonesia dalam pelaksanaannya.

    Pengembangan pangan, infrastruktur, dan energi harus ditunjang oleh pembangunan pada sektor baik primer, sekunder, dan tersier.

    *)

    Pengembangan penanaman modal menuju pengembangan ekonomi hijau (green economy). Sinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup, khususnya program

    pengurangan emisi gas rumah kaca sektor kehutanan, transportasi, industri, energi, danlimbah, serta program pencegahan kerusakan keanekaragaman hayati.

    Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan, sertapemanfaatan potensi sumber EBT.

    Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan secara lebihterintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir;

    Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan daya dukung lingkungan. Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal yang mendorong

    upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup.

    4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (green investment)

    7 Elemen Utama Arah Kebijakan Penanaman Modal

    Menentukan Sektor dan Wilayah yang dikembangkan dengan mempertimbangkan FokusNasional Ketahanan Pangan, Infrastruktur, dan Energi serta sejalan dengan MP3EI dan RTRWNasional dan Daerah. Jika daerah tersebut tidak sesuai untuk mengembangkan pangan danenergi maka setidak-tidaknya dalam pengembangan investasinya tidak mengorbankanwilayah pertanian pangan produktif dan mempertimbangkan efisiensi, ketersediaan danrencana pengembangan energi dan infrastruktur.

    Rencana Umum Penanaman Modal

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    17

    7. PromosiPenanamanModal

    Promosi penanaman modal melalui penyebarluasan informasi potensi dan peluangpenanaman modal secara terfokus, terintegrasi, dan berkelanjutan

    Penguatan image building sebagai negara tujuan penanaman modal.

    Pengembangan strategi promosi yang lebih fokus, terarah dan inovatif;

    Kegiatan promosi dilaksanakan untuk pencapaian target investasi yang telah ditetapkan;

    Peningkatan peran koordinasi promosi penanaman modal dengan seluruhkementerian/lembaga terkait di Pusat maupun di Daerah;

    Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan promosi secara pro-aktif.

    7 Elemen Utama Arah Kebijakan Penanaman Modal

    Pemberian Insentif diberikan untuk mendorong daya saing dan mempromosikankegiatan penanaman modal yang strategis dan berkualitas, dengan menekankan padapeningkatan nilai tambah, peningkatan penanaman modal di sektor prioritas danpengembangan wilayah.

    Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal diberikan padaIndustri Pionir dan Prioritas Tinggi

    Mempertimbangkan klasifikasi wilayah dalam rangka mendorong persebaran danpemerataan Penanaman Modal;

    Pemerintah daerah dapat memberikan insentif berupa pajak daerah dan kemudahanlainnya.

    Kebijakan dasar penanaman modal diarahkan pada pemberdayaan dan perlindunganUsaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK).

    Terdapat 2 Strategi besar yaitu : Strategi Naik Kelas, meningkatkan usaha UMKMK menjadi usaha dengan skala

    lebih besar; Strategi Aliansi Strategis, memperkuat keterkaitan dalam berbagai bidang usaha

    menjadi supporting industry dan memiliki standarisasi.

    6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif

    5.Pemberdayaan UMKMK

    Rencana Umum Penanaman Modal

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    18

    PENETAPAN PEMBERIAN FASILITAS,

    KEMUDAHAN, DAN INSENTIF

    PERTIMBANGAN EKSTERNAL Strategi negara pesaing, Intensitas persaingan merebut

    Foreign Direct Investment (FDI) Praktek terbaik internasional Komitmen internasional

    PERTIMBANGAN INTERNAL Strategi/kebijakan pembangunan

    ekonomi dan sektoral; Kepentingan pengembangan wilayah; Tujuan pemberian

    fasilitas, kemudahan, dan insentif; Pengaruh (importance) dari sektor

    yang bersangkutan dari segiketerkaitan dengan sektorlain, besaran sektor secaraekonomi, penyerapan tenaga kerja;

    Sinkronisasi dengan kebijakan lain yang terkait.

    PERLUNYA PEMBERIAN FASILITAS, KEMUDAHAN, DAN

    INSENTIF

    PRINSIP DASAR Efisiensi administratif; Efektif; Sederhana; Transparan; Keadilan; Perhitungan dampak

    ekonomi (analisis B/C). Jangka waktu

    KRITERIA KEGIATAN PENANAMAN MODAL Pionir; Prioritas tinggi; Menyerap banyak tenaga kerja; Pembangunan infrastruktur; Melakukan alih teknologi; Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah

    perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu; Menjaga kelestarian lingkungan hidup; Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; Bermitra dengan UMKMK; Menggunakan barang modal dalam negeri.

    KRITERIA KLASIFIKASI WILAYAH Wilayah maju; Wilayah berkembang; Wilayah tertinggal.

    KOMBINASI

    FASILITAS, KEMUDAHAN, DAN INSENTIF MENURUT KEGIATAN PENANAMAN MODAL Pionir;Prioritas Tinggi.

    FASILITAS, KEMUDAHAN, DAN INSENTIF MENURUT WILAYAH Wilayah maju; Wilayah

    berkembang; Wilayah

    tertinggal.

    Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman ModalRencana Umum Penanaman Modal

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    19

    JENISFASILITAS,KEMUDAHANINSENTIF

    Jenis fasilitas, kemudahan dan insentif yang disediakan Provinsi/Kabupaten/Kota sesuaikewenangannya dalam mendukung fokus pengembangan

    FASILITAS DARI PUSAT :

    a. fasilitas fiskal berupa tax allowanceb. pembebasan bea masuk atas imporc. pembebasan pajak penghasilan badand. pengurangan pajak penghasilan badane. PTSP di Bidang Penanaman Modalf. Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik

    FASILITAS INSENTIF DAN KEMUDAHAN DARI DAERAH (PP NO. 45 TAHUN 2008) :

    a. pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;b. pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;c. pemberian dana stimulan; dan/ataud. pemberian bantuan modal.e. penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;f. penyediaan sarana dan prasarana;g. penyediaan lahan atau lokasi;h. pemberian bantuan teknis; dan/ataui. percepatan pemberian perizinan.

    Jenis fasilitas, kemudahan dan insentif yang disediakanRencana Umum Penanaman Modal

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    20

    Mendorong kelompok

    industri yang cepat

    menghasilkan bahan baku / setengah jadi bagi industri

    lainnya, penunjang

    infrastruktur

    Quick Wins and

    Low Hanging

    Fruits

    Fokus pada percepatan

    pembangunan infrastruktur

    fisik, diversifikasi dan konversi

    energi serta peningkatan kualitas SDM

    yang dibutuhkan

    Infra-struktur

    dan Energi

    Pengembangan industri skala

    besar yang terintegrasi

    (upstream -> downstream)

    Industri Skala Besar

    Pengembangan investasi

    berteknologi tinggi maupun

    inovasi teknologi tinggi

    Know-ledge based Econo-

    my

    Roadmap Implementasi Penanaman Modal

    FASE I FASE II FASE III FASE IV

    2025Sampai dengan

    Catatan : Fase dapat berlangsung secara paralel dan simultan

    Rencana Umum Penanaman Modal

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    21

    Pelaksanaan RUPM

    1. Kementerian/LPNK menyusun kebijakan terkait penanaman modal mengacu RUPM.

    2. Pemerintah Provinsi menyusun RUPMP mengacu RUPM dan prioritas pengembangan

    potensi Provinsi. Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun RUPMK mengacu

    RUPM, RUPMP, dan prioritas pengembangan potensi Kabupaten/Kota.

    3. RUPMP ditetapkan oleh Gubernur dan RUPMK ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

    4. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RUPMP dan

    RUPMK, dapat berkonsultasi kepada BKPM.

    5. BKPM, dengan melibatkan Kementerian/LPNK dan Pemerintah Daerah

    terkait, melakukan evaluasi pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif

    penanaman modal yang diberikan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

    Langkah-Langkah

    Rencana Umum Penanaman Modal

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    22

    Sosialisasi RUPM di lebih dari21 daerah:1) Batam (7kab/kota)2) Sulawesi Selatan (24 kab/kota)3) Kalimantan Selatan (13 kab/kota)4) NTB (10 kab/kota)5) Jawa Timur (38 kab/kota)6) Jawa Tengah (35 kab/kota)7) Kalimantan Timur (14 kab/kota)8) Jambi (11 kab/kota)9) Riau (12 kab/kota)10) DIY (5 kab/kota)11) Kota Tangerang Selatan12) NAD13) Sulawesi Barat (5 kab)14) Sulawesi Utara (6p, 30kab/kota), dll.

    Menerima konsultasi 67daerah 29 provinsi, 38 kab/kota

    Status Penyusunan RUPMP oleh 33 provinsi*

    1

    9

    11

    4

    6

    3

    Belum teridentifikasi

    Belum dianggarkan TA2013

    Dianggarkan TA2013

    Naskah akademis

    Pembahasan rancangan

    Telah ditetapkan

    427

    51

    11

    2

    7

    Belum teridentifikasi

    Belum dianggarkan TA2013

    Dianggarkan TA2013

    Naskah akademis

    Pembahasan rancangan

    Status Penyusunan RUPMK oleh 497 kab/kota**

    Data per 26 Agustus 2013.*) Data termasuk Prov Kalimantan Utara yang baru dibentuk.**) Data tidak termasuk 11 Kab baru terbentuk, yaitu: Pangandaran, Pesisir Barat, Manokwari Selatan, Arfak. Selebihnya 7 Kab baru dalam proses pengundangan.

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Latar Belakang Penyusunan Pedoman Teknis

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    23

    Pemerintah

    Pem. Prov

    Pem. Kab/Kota

    RUPM

    Pendahuluan Asas & Tujuan Visi & Misi Arah kebijakan Peta Panduan

    RUPMP

    RUPMK

    Arah kebijakan

    Arah kebijakan

    Peta Panduan

    Peta Panduan

    Visi & Misi

    Visi & Misi

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Kerangka Kebijakan (Framework)

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    24

    Pokok Pengaturan

    TEKNIS PENYUSUNANSUBSTANSI

    PENANAMAN MODALADMINISTRATIF

    Mengatur:1) Alur Pikir penyusunan

    RUPMP dan RUPMK2) Tahapan penyusunan

    RUPMP dan RUPMK3) Perumusan Konsep RUPMP

    dan RUPMK4) Penyusunan dan penetapan

    RUPMP dan RUPMK5) Jangka waktu penyusunan6) Evaluasi RUPMP dan RUPMK7) Fasilitasi/Bimbingan

    Penyusunan

    Mengatur:1) Latar belakang2) Maksud dan tujuan3) Sasaran4) Tata Hubungan RUPM-

    RUPMP-RUPMK dengandokumen perencanaan lain

    5) Arah Kebijakan PM diDaerah

    6) Peta Panduan (Roadmap) ImplementasiRUPMP/RUPMK

    Mengatur:1) Rumusan Naskah RUPMP dan

    RUPMK2) Pembiayaan3) Pendistribusian RUPMP dan

    RUPMK4) Lampiran II Format Peta Panduan

    (Roadmap) ImplementasiRUPMP/RUPMK

    5) Lampiran III Format RencanaFasilitasi Realisasi PM yang Strategis dan Cepat Menghasilkan

    A. Batang TubuhB. Lampiran:

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    25

    1. Pengertian2. Maksud dan tujuan pedoman penyusunan3. Arah Kebijakan Penanaman Modal Daerah dan Naskah

    RUPMP/RUPMK4. Penyusunan dan penetapan5. Pembiayaan6. Jangka Waktu Penetapan

    Batang TubuhPerka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    26

    - Potensi dankondisi umum

    - Kontribusipenanamanmodal bagidaerah (aspekekonomi, sosialdan budaya)

    - Kondisikelembagaan

    Kriteria arahan

    Analisis spasial

    Arahanindikatif

    Kebutuhanruang/wilayahIsu strategis

    REALITAS & POTENSI ANALISIS KAWASAN

    Target penana

    manmodal

    VISI & MISI

    Posisipenting

    penanamanmodal dalam

    pembangunan daerah

    Strategi & Kebijakan

    KONDISI YG DIINGINKAN

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Alur Pikir

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    27

    Pelaksanaankajian

    Kajian lama

    Dokumenperencanaan

    nasional

    NaskahAkademis

    Persiapan

    RancanganRUPMP/ RUPMK

    PenetapanRUPMP/ RUPMK

    Pembahasan

    Dilaksanakanmelalui: rapatinterdinas, FGD, ujipublik, dll.

    RumusanRUPMP/RUPMK

    Keterangan:*) RUPMP/RUPMK ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.

    Penetapan*

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Tata Cara Penyusunan

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    28

    I PENDAHULUANII ASAS DAN TUJUANIII VISI DAN MISIIV ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL PROVINSI atau KABUPATEN/KOTAV PETA PANDUAN (ROADMAP) IMPLEMENTASI RUPMP/RUPMKVI PELAKSANAAN

    Lampiran Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPMP atau RUPMK Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal yang Strategis dan yang Cepat

    Menghasilkan.

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Rumusan RUPMP dan RUPMK

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    29

    Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPMP dan RUPMK

    1) Merupakan penjabaran alternatif rencana aksi pencapaian visi dan misi dalam bentuk penetapanarahan kebijakan, strategi, dan target, dengan tetap memperhatikan ciri khas dan karakteristik dimasing-masing provinsi atau kabupaten/kota.

    2) Diselaraskan dengan Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPM dan disusun dengan jangka waktuhingga tahun 2025. Tahapan pelaksanaan setiap 5 (lima) tahunan dimulai tahun 2015 2019, tahun2020 2025.

    3) Menggunakan bentuk format Lampiran II dari Peraturan ini.

    Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal yangStrategis dan yang Cepat Menghasilkan

    1) Merupakan penjabaran rencana teknis percepatan realisasi proyek penanaman modal.2) Disusun oleh daerah yang memiliki rencana proyek penanaman modal strategis.3) Disusun dan dievaluasi setiap 2 (dua) tahun dan dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri, Kepala

    Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gubernur, dan Bupati/Walikota terkait.4) Menggunakan bentuk format Lampiran III dari Peraturan ini.

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPMP dan RUPMK serta Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal yang Strategis dan yang Cepat Menghasilkan

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    30

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Bentuk Format Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPMP dan RUPMK

    Visi : [Diisi visi RUPMP / RUPMK]Misi : [Diisi misi RUPMP / RUPMK]

    No Fokus PengembanganPenanaman Modal

    Jangka Pendek

    2014 2015

    JangkaMenengah

    2014 2019

    Jangka Panjang

    2020 2025

    I Bidang Pangan Diisi dengan arahkebijakanpenanamanmodal daerah

    Diisi dengan arahkebijakanpenanamanmodal daerah

    Diisi dengan arahkebijakanpenanamanmodal daerah

    Bidang Infrastruktur

    Bidang Energi

    II [Diisi dengan sektorunggulan/prioritas daerah]

    Keterangan:*) Pemda menetapkan minimal 1 sektor unggulan/prioritas yang akan dikembangkan dalam jangka

    panjang hingga 2025, dengan tetap memperhatikan ketahanan pangan daerah, upaya penyediaan danperbaikan infrastruktur, dan jaminan ketersediaan listrik.

    **) Arah kebijakan penanaman modal daerah mengacu 7 arah kebijakan penanaman modal.

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    31

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Bentuk Format Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal yang Strategis dan yang Cepat Menghasilkan

    No Proyek Kondisi saat ini PermasalahanPokok

    Langkah-langkahpemecahan

    permasalahan

    1 [Diisi profil proyek yang memuat:(i) Jenis Proyek(ii) Lokasi(iii) Status(iv) Nilai investasi(v) Bidang Usaha(vi) Produksi(vii) Lahan(viii) Tenaga kerja(ix) Rencana produksi komersial(x) Kontak poin

    Diisi denganperkembanganterakhir proyekyang memuatinformasi:- Data perizinan

    penanamanmodal

    - Data perizinandaerah

    - Status tahappelaksanaanproyek

    Diisi denganpermasalahanyang dihadapidalam rangkarealisasi proyek

    Diisi denganlangkah-langkahPemdamemfasilitasipemecahanpermasalahandalam rangkapercepatan realisasiproyek

    dst

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    32

    RUPMP ditetapkan oleh Gubernur, dan RUPMK ditetapkanoleh Bupati/Walikota

    RUPMP ditetapkan oleh Peraturan Gubernur, dan RUPMK ditetapkan oleh PeraturanBupati/Walikota.Mengingat dokumen RUPMP dan RUPMK merupakan dokumen perencanaan jangka panjanghingga tahun 2025 yang memerlukan konsistensi dan kesinambungan dalam pelaksanaanpembangunan di daerah, maka Pemerintah Daerah dapat menetapkan melalui PeraturanDaerah.

    Jangka Waktu Penetapan

    RUPMP dan RUPMK disusun dan disahkan paling lama 2 (dua) tahun sejak Perkadiundangkan.

    Perka BKPM No 9/2012 tentang Pedoman Penyusunan RUPMP dan RUPMK

    Penetapan dan Jangka Waktu Penetapan RUPMP / RUPMK

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    33

    III. ISU DAN TANTANGAN DALAM RANGKA PERCEPATAN REALISASI INVESTASI

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Optimalisasi Realisasi Investasi

    Total 48 proyek rencana investasi sektor industri manufaktur Rp. 359,8 Triliun (20 proyek) dalam tahap penjajagan maupun yang telah melakukan MoU atau LoI dengan BKPM atau kementerian teknis terkait.

    0100200300400500600700800900

    1000

    2008 2009 2010 2011 2012

    Rencana Realisasi

    Tahun Rencana Realisasi

    P I P I

    2008 3.523 500,3 1.383 154,5

    2009 3.079 406,5 1.474 135,1

    2010 3.289 442,7 3.951 208,5

    2011 5.366 701.0 5.655 251,3

    2012 6.179 868,3 5.789 313,2*) Asumsi kurs USD 1- = Rp. 9.000,-

    Sumber : BKPM, diolah 2012

    Perkembangan Rencana dan Realisasi Investasi , Tahun 2008 2012

    Satuan dalam Rp triliun

    Rencana = Rp. 2.781,4 TRealisasi = Rp. 1.062,6 T (38,2%)Belum terealisasi = Rp. 1.718,8 T (61,8%)

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Optimalisasi Realisasi Investasi . (contd)

    Realisasi InvestasiTahun 2008 2012

    (Rp Triliun)

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    2008 2009 2010 2011 Tw3/2012

    Primer Sekunder Tersier

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    2008 2009 2010 2011 Tw3/2012

    Rencana Realisasi

    Sektor Primer (Rp Triliun)

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    2008 2009 2010 2011 Tw3/2012

    Rencana Realisasi

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    2008 2009 2010 2011 Tw3/2012

    Rencana Realisasi

    Sektor Sekunder (Rp Triliun) Sektor Tersier (Rp Triliun)

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    36

    Potensi Realisasi Investasi PMDN dan PMA di 6 Koridor Ekonomi Indonesia (Periode 2008 2012)

    Isu & Tantangan Dalam Rangka Percepatan Realisasi Investasi

    Sumber: BKPM, 2013

    0.0

    500.0

    1,000.0

    1,500.0

    2,000.0

    Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali & NT Maluku & Papua

    Rencana Realisasi

    Rencana= Rp. 526,6 TRealisasi= Rp. 111,3 T (21%)Stock= Rp. 415,4 T (79%)

    Rencana= Rp. 1.618 TRealisasi= Rp. 655,4 T (41%)Stock= Rp. 962,5 T (59%)

    Rencana= Rp. 374,1 TRealisasi= Rp. 107,1 T (29%)Stock= Rp. 267 T (71%)

    Rencana= Rp. 105,2 TRealisasi= Rp. 46,0 T (44%)Stock= Rp. 59,2 T (59%)

    Rencana= Rp. 105,5 TRealisasi= Rp. 28,5 T (27%)Stock= Rp. 77 T (73%)

    Rencana= Rp. 94,6 TRealisasi= Rp. 30,6 T (32%)Stock= Rp. 64 T (68%)

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    -0.9

    -0.4

    -1.3 -1.3

    -2.1

    0.0

    -0.4-0.4-0.2

    -1.0

    -0.6

    -1.4

    -0.1

    -2.5

    -2.0

    -1.5

    -1.0

    -0.5

    0.0

    Dunia AS Eropa Cina India ASEAN-5 Indonesia

    Okt'11-Okt'12 Jan'12-Jan'13

    Ketidakpastian ekonomi global, mendorong perubahan ramalan ekonomi 2013...

    Economic Forecasters 2013

    ING 6,5

    Credit Suisse 5,6

    Danareksa Securities 6,5

    Bank Danamon 6,3

    BBVA 6,4

    Citigroup 6,3

    OCBC Bank 6,5

    Nomura 6,3

    HSBC Economics 6,1

    BofA-Merrill Lynch 6,0

    Standard Chartered 6,5

    Goldman Sachs Asia 6,4

    Econ Intelligence Unit 6,3

    JP Morgan Chase 3,5

    Consensus (Rata2) 6,1

    IMF 6,3

    WorldBank 6,3

    ADB 6,6

    OECD 6,2

    Bank Indonesia 6,3-6,7

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia dikisaran 5,7 - 6,5%, konsensus 6,1%.

    Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global (%)

    Tingkat deviasi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif rendahdibandingkan negara/wilayah lain.

    WEO - IMF

    2012 2013

    Jul12 Okt12 Jan13 Okt11 Jan12 Apr12 Jul12 Okt12 Jan13

    GDP

    Dunia 3,5 3,3 3,2 4,5 3,9 4,1 3,9 3,6 3,5

    AS 2,0 2,2 2,3 2,5 2,2 2,4 2,3 2,1 2,0

    Eropa (0,3) (0,4) (0,4) 1,5 0,8 0,9 0,7 0,2 (0,2)

    Cina 8,0 7,8 7,8 9,5 8,8 8,8 8,5 8,2 8,2

    India 6,1 4,9 4,5 8,1 7,3 7,3 6,5 6,0 5,9

    ASEAN 5 5,4 5,4 5,7 5,8 5,6 6,2 6,1 5,8 5,5

    INA 6,5 6,0 n.a. 6,7 n.a. 6,1 6,6 6,3 n.a.

    VolTrade

    Dunia 3,8 3,2 2,8 6,4 5,4 5,6 5,1 4,5 3,8

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia: tinggi dan stabil

    6.3 6.04.6

    6.2 6.5 6.5

    14.2

    9.6 9.210.4

    9.28.2

    10.0

    6.2 6.6

    10.6

    7.2 6.96.6

    4.2

    1.1

    7.6

    3.7 4.2

    6.15.2

    -0.3

    7.5

    2.7 3.0

    5.0

    2.6

    -2.3

    7.8

    0.1

    5.5

    8.5

    5.2

    -7.8

    4.3 4.3 4.0

    -10

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    2007 2008 2009 2010 2011 2012%

    Indonesia China India Philippines Brazil Thailand Russia

    Sumber: MOF, IMF, World Economic Outlook

    Pertumbuhan PDB Indonesia

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia vs BRIC vs negara Asia Tenggara

    4.7

    0.8

    4.93.6

    4.5 4.8 5.05.7 5.5

    6.3 6.04.6

    6.2 6.5 6.5 6.8

    7.5 8.2 7.8

    -13.1

    -15

    -10

    -5

    0

    5

    10

    1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

    %

    Ekonomi Indonesia tumbuh secara kontinu sejak tahun 2000, pada tahun 2011 tumbuh 6,5%.

    Menjaga pertumbuhan sejalan dengan kapasitas, tahun 2012 tumbuh 6.23% dan diharapkan tumbuh 6,8% tahun 2013.

    Konsisten melampaui BRIC dan negara Asia Tenggara.

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    39

    Optimisme Investasi Indonesia ditengah Ketidakpastian Perekonomian Global

    Kontraksi ekonomi yang terjadi di beberapanegara maju, menyebabkan sumberpertumbuhan global tidak bisa lagi berasal dariAdvanced Countries

    Perlu sumber pertumbuhan dari negara lain agarekspor dari Eropa dan Amerika dapat diserap:

    DEVELOPING COUNTRIESSumber Pertumbuhan Baru: Asia (Greater

    China, Greater India, & ASEAN)

    Dari 3 Kawasan tersebut, perekonomian Chinadan India mengalami perlambatan, sehingga yangdiharapkan menjadi sumber pertumbuhan baruadalah ASEAN.

    INVESTASI AKAN MENGALIR KE INDONESIA

    Dari perspektif investor, apabila terdapat uanglebih di Eropa dan AS, dan uang tersebut tidakdapat ditempatkan di negara tersebut (Cost ofFund tinggi dan negative spread), maka investorakan mencari negara yang memiliki pertumbuhantinggi (return relatif tinggi), yaitu Asia.

    Diantara negara Asia, yang pertumbuhan palingtinggi adalah ASEAN. Diantara negara anggotaASEAN, Indonesia merupakan negara denganpertumbuhan ekonomi tertinggi; 48% dari pasarASEAN; dan 42% dari populasi ASEAN.

    1

    23

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Tantangan 1: Perubahan Paradigma Gas sebagai bahan baku industri

    No Kendala/Permasalahan Perkembangan terakhirupaya fasilitasi

    Rekomendasipenyelesaian

    1 Kepastian pasokan gas alam bagi industri

    Isu: Beberapa proyek memerlukan kepastianpasokan baku gas alam, a.l: Ferrostaal AG (17t), Orica Ltd (9t), PT PUSRI (18t), proyek industrilainnya.

    Penjelasan:Total kebutuhan gas bagi industri adalah2.767,32mmscfd, terdiri dari kebutuhan gas bagi 17sektor industri manufaktur 1.520,74 mmscfd sertaIndustri pupuk & petrokimia sebesar1.246,32mmscfd.

    Menurut data FIPGB, realisasi pasokan gas bagiindustri tahun 2010 hanya mencapai 584 mmscfddari janji Pemerintah 801mmscfd.

    Sementara setiap tahun pertumbuhan pemakaiangas untuk industri mencapai 14 - 20%.

    Surat Ka BKPM ke Menteri ESDM No. 551/A.1/2010 tanggal 9 November 2010.

    Surat Deputi BidangPerencanaan PM keGubernur Papua Barat No. 73/A.4/2011 tanggal 20 April 2011.

    Surat Kemenko BidangPerekonomian No. S-263/D.IV. MEKON/12/211) tanggal 9 Desember 2011.

    Surat Menteri Perindustrianke Menteri ESDM No.561/M-IND/12/2011, tanggal 21 Desember 2011.

    Koordinasi teknis dan lobby Pimpinan Tingkat Tinggiuntuk mengupayakanpemenuhan pasokan gas bagi sektor industrimanufaktur terutamaproyek2 strategis danprioritas.

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Tantangan 2: Perlu pemberian fasilitas terhadap Investasi Strategis

    No Kendala/Permasalahan Perkembangan terakhirupaya fasilitasi

    Rekomendasipenyelesaian

    2 Fasilitas fiskal dan nonfiskal penanamanmodal

    Isu: Perlu fasilitas fiskal, baik fasilitas bea masuk, tax allowance (TA), maupun tax holiday (TH) sertafasilitas non-fiskal terkait arus masuk-keluar bahanbaku dan barang jadi, a.l: PT. Krakatau Posco (54t), PT. Petrokimia Butadiene Indonesia (1.5t)*, PT. Unilever Oleochemical Indonesia (1.4t)*, PT. Nippon Shokubai Indonesia (3t), dll.

    Penjelasan:Beberapa proyek mengajukan fasilitas TA dan THdalam rangka penanaman modal.

    Beberapa proyek sedang menjajagi kemungkinanmendapat fasilitas TA dalam rangka pembangunan/pengembangan industri terkait penanaman modal.

    Sejak tahun 2007 2012, Pemerintah telahmemberikan fasilitas TA bagi 79 proyek (BKPM,2012)

    Hingga saat ini BKPM telahmemfasilitasi 4 perusahaanyang bermaksud untukmengajukan fasilitas TH.

    Perlu koordinasi intensifdengan KemenPerindustrian dan KemenKeuangan untukmengupayakan pemberianfasilitas fiskal TA/TH, terutama bagi proyek skalaprioritas tinggi dan strategisserta memberikan dampaksignifikan bagiperekonomian nasional.

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Tantangan 3: Meningkatnya kebutuhan lahan industri

    No Kendala/Permasalahan Perkembangan terakhirupaya fasilitasi

    Rekomendasipenyelesaian

    3 Pemenuhan kebutuhan lahan industri

    Isu: Teridentifikasi kebutuhan lahan untuk industri2.644,8 Ha (LHF 2012-2014), adapun total hinggatahun 2020 mencapai 3.304,8 Ha.

    Penjelasan:Berdasarkan data diatas, telah teridentifikasikebutuhan lahan1) Sumatera: 25 Ha (1 proyek)2) Jawa: 1.048 Ha (10 proyek)3) Bali-NT: -4) Kalimantan: 1.500 Ha (1 proyek)5) Sulawesi-Maluku Utara: 405 ha (1 proyek)6) Papua-Maluku: 526 ha (2 proyek)

    Hingga saat ini pemerintahdaerah sedangmengupayakan pembukaanlahan industri baru, terutama di Jawa.

    Harga tanah lahan industridi Jawa sangat tinggi dikisaran rata2 USD 110 180/m2 (lihat tabel).

    Lahan industri di luar Jawamasih kurang menarikminat investor (kecuali bagiproyek yang memilikikarakteristik natural resources based) karenakurangnya dukunganinfrastruktur pelabuhandan akses jalan.

    Perlu koordinasi denganKemen Perindustrian, Kemen Keuangan danpemerintah daerah.

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Tantangan 4: Peningkatan Pelayanan Penanaman Modal

    Percepatan pembentukan PTSP Bidang Penanaman Modal di seluruh Provinsi danKabupaten/Kota

    Implementasi Perpres No 27 Tahun 2009 tentang PTSP Bidang Penanaman Modal dan Percepatan penyusunanRUPMP dan RUPMK sebagai implementasi dari Perpres No. 16 Tahun 2012 tentang RUPM, serta StandarPelayanan Minimum (SPM) Bidang Penanaman Modal di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

    Hingga saat ini, telah terbentuk PTSP Bidang Penanaman Modal di 33 provinsi, dan di 268 kabupaten/kota dan yang menerapkanSistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di 105 kab/kotaa. Kejelasan pelimpahan kewenangan penerbitan izin usaha bidang ketenagakerjaanb. Pelimpahan kewenangan penerbitan perizinan penggunaan TKA bagi perusahaan penanaman modal, atau implementasi atas

    surat Menakertrans No. B.433/MEN/SJ-HK/XII/2009 tanggal 15 Desember 2009 perihal Pemberian Perizinan Penggunaan TKAoleh Perusahaan Penanam Modal (saat ini telah ada pejabat Kemenakertrans di PTSP BKPM, tetapi belum diberikankewenangan penuh untuk menendatangani perizinan tenaga kerja asing)

    c. Penempatan Pejabat Imigrasi di PTSP BKPM untuk penerbitan visa kerja TKAd. Pelimpahan kewenangan kepada PDPPM (5 Provinsi)e. Pelimpahan kewenangan kepada PDKPM (11 Kabupaten/kota)f. PDKPM (65 kabupaten/kota)g. Implementasi SPIPISE di Provinsi (11 Provinsi)h. Implementasi SPIPISE di Kabupaten/Kota (50 Kabupaten/kota)i. Implementasi tracking system di Provinsi (22 Provinsi)j. Implementasi tracking system di Kabupaten/Kota (66 Kabupaten/kota)

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Tantangan 5: Perbaikan Infrastruktur

    No. Proyek Instansi Penanggung JawabInvestasi

    (Juta US$)

    1. Tanah Ampo Cruise Terminal Ministry of Transportation 2.1

    2. Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Toll Road Toll Road Agency 614

    3. Soekarno Hatta Airport Manggarai Railway Ministry of Transportation 1,100

    4. Bandung Solid Waste Management Bandung Municipal Government 80

    5. Southern Bali Water Treatment Facility Bali Provincial Government 43.5

    6. Southern Banten Airport Banten Provincial Government 213.61

    7. Batam Solid Waste Management Batam Municipal Government 22.5

    8. West Semarang Water Supply Semarang Municipal Government 93.75

    9. South Sumatera 9 Mine Mouth Coal Fired Steam Power

    Plant (2x600 MW)PT PLN 1,560.0

    10. South Sumatera 10 Mine Mouth Coal Fired Steam Power

    Plant (1x600 MW)PT PLN 780.8

    11. Tanjung Priok Access Toll Road Toll Road Agency 612.5

    12. Pondok Gede Water Supply, Bekasi Bekasi Municipal 22.43

    13. Surakarta Water Supply Surakarta Municipal 4.89

    14. Surakarta Municipal Solid Waste Final Disposal and

    Treatment FacilitySurakarta Municipal 30

    15. Kertajati International Airport Ministry of Transportation 800

    16. Jambi Power Coal Fired Stram Power Plant (2x400MW) PT PLN 1040.2

    17. Pandaan Malang Toll Road Ministry of Public Works/BPJT 293.2

    18. Cileunyi-Sumedang-Dawuan Toll Road Ministry of Public Works/BPJT 621

    19. Expansion of Tanjung Priok Port (Cilamaya) Ministry of Transportation 1032.36

    20. Pekanbaru-Kandis-Dumai Toll Road Ministry of Public Works/BPJT 844.6

    INFRASTRUKTUR: 20 Proyek Terpilih yang Siap Ditawarkan Tahun 2012 - 2014 dengan Skema KPS

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    45

    1. Mengemas informasi tentang proyek infrastrukturyang siap ditawarkan sehingga menarik bagiinvestor, termasuk menetapkan:

    a. Proyek KPS yang akan dijadikan pionir(proyek showcase) dan target penyelesaianmasing-masing proyek showcase sampai didapatkannya pendanaan (financial close);

    b. Rencana aksi dan peran dari tiap pemangkukepentingan terkait proyek showcase.

    2. Mencari dan mengidentifikasi investor yang potensialdan menawarkan proyek infrastruktur kepada investor tersebut.

    3. Memfasilitasi pemasaran proyek infrastruktur yang siap ditawarkan tersebut melalui kegiatan antara lain :

    market sounding; road show; dan business forum.

    4. Memfasilitasi kerjasama dengan para calon investor dan dukungan Pemerintah

    5. Menyampaikan daftar para calon investor dan dokumenpenunjang kepada penanggungjawab proyek kerjasama diKementerian/Lembaga atau Pemerintah Daerah (contracting agency) untuk diproses lebih lanjut.

    6. Memfasilitasi penerbitan perizinan dan nonperizinan yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek KPS melaluiPelyanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang PenanamanModal.

    7. Melakukan monitoring atas pelaksanaan rencana aksi danpemenuhan target dari tiap pemangku kepentinganterkait proyek showcase.

    8. Melakukan koordinasi penyelesaian permasalahan yang ditemui terkait proyek showcase (clearing house agent).

    MOU antara Menkeu, Kepala Bappenas dan Kepala BKPM : BKPM Sebagai Front Office

    Berdasarkan MoU antara Menteri Keuangan, Kepala Bappenas dan Kepala BKPM, BKPM memilikitugas dalam percepatan KPS infrastruktur sebagai berikut:

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Tantangan 6: Kepastian Hukum terkait Lahan

    Percepatan Penyelesaian Peraturan-peraturan Tentang RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota danPercepatan Penyelesaian Masalah Penggunaan Lahan BUMN dan Lahan Tanaman pangan

    Catatan: Baik tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota masih dibawah 50%

    a. Percepatan status HGU PTPN III menjadi HPL untuk lahan KEK di Sei Mangkei, Sumatera Utara

    b. Penyelesaian penggunaan lahan PTPN bagi proyek jalan tol KPS Medan-Tebing Tinggi

    c. Kejelasan mengenai moratorium konversi lahan pertanian dikaitkan dengan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota

    Percepatan Penyelesaian Masalah Tumpang Tindih Lahan dan Ijin Lokasi

    Catatan: Banyaknya terjadi kasus tumpang tindih antara lahan perkebunan dengan pertambangan, areal konsesi Kontrak Karya dengan lahan hutan, dan areal konsesi Kontrak Karya dengan Kuasa Penambangan yang diterbitkan oleh Bupati.

    Contoh: Pertambangan nikel di Sulteng (PT. Sulawesi Cahaya Mineral , industri smelter - US$ 3-5B ) memerlukan status Clean and Clear dari Kementerian ESDM atas IUP yang berlokasi di Sultrauntuk dapat mulai eksplorasi.

    Perlu mengefektifkan Tim-Tim Nasional yang telah dibentuk khususnya untuk memutuskan masalah tumpang tindih lahan dan ijin lokasi.

    LAHAN DAN RTRW

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    Tantangan 7: Peningkatan Kapasitas SDM

    Percepatan peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja terampil (skilled labor).

    Catatan: percepatan pelaksanaan program

    a. Reaktivasi dan modernisasi Balai Latihan Kerja (BLK)

    b. Peningkatan jumlah Politeknik /Sekolah Tinggi Kejuruan di berbagai daerah disesuaikanpotensi investasi unggulan daerah

    c. Peningkatan jumlah lulusan bidang science dan engineering di berbagai PTN/PTS

    Penyempurnaan ketentuan-ketentuan yang terkait dengan pengupahan

    Perlunya pengaturan kenaikan upah yang terukur sehingga memberikan kepastian usaha bagiiklim investasi khususnya yang padat karya

    Antara lain peningkatan fungsi Lembaga Tripartit (Karyawan, Pengusaha, dan PemerintahDaerah), dan pengaturan kembali ketentuan pengupahan: jangka waktu penetapanUMR, rincian cakupan UMR, ketentuan upah sundulan (kenaikan upah bagi karyawanlama), tunjangan perumahan buruh, dan pesangon

    TENAGA KERJA

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    48

    Sektor Sektor yang Didorong Bagi Penanaman Modal

    Sumber: BKPM, 2012

    1. Sektor-sektor yang memberikan nilai tambah (valueadded) dalam rangka program hilirisasi ataupengolahan lanjutan produk sektorpertambangan, pertanian, perikanan dankehutananContoh: industri smelter, industri pengolahan lanjutan CPO, pengolahan

    lanjutan kakao dan pengolahan lanjutan hasil perikanan.

    2. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masihdiimpor sangat tinggi sebagai barang modal danbahan baku untuk pendukung industri lainnya(substitusi impor barang modal dan barang baku)Contoh: industri komponen otomotif, industri kimia dasar dan industripermesinan

    3. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masihdiimpor sangat tinggi sebagai konsumsi masyarakatIndonesia (substitusi impor barang konsumsi)Contoh: seperti industri ICT dan industri fashion.

    4. Sektor-sektor infrastruktur yang pembangunannyadidorong oleh pemerintah melalui pola KPSContoh: renewable energy (energi baru dan terbarukan), pembangunan

    jalan tol, pelabuhan udara dan laut, penyediaan air minum, pengolahansampah dan pembangunan rel kereta api.

    5. Sektor-sektor yang berorientasi ekspor denganmenggunakan bahan baku dan barang modal imporyang relatif kecil.

    6. Sektor Pariwisata

    sektor-sektor

    Untuk menjaga Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)agar tetap positif, maka Investasi Indonesia akandiarahkan pada:

    Dibutuhkan penyikapan yang cepat:1. Percepatan pemberian fasilitas fiskal yang

    telah ditetapkan2. Fasilitasi secara terpadu3. Perhatian dukungan infrastruktur4. Perubahan sikap memandang

    Gas, Minerba, dan produk pertanian sebagai trade commodity menjadi raw material for industry and power

  • Indonesia Investment Coordinating Board

    DEFISIT NILAI PERDAGANGAN SEIRING TUMBUHNYA REALISASI INVESTASI

    *) Data impor BBP dan BM sampai dengan semester I 2012 Sumber: Kemendag, 2013, diolah.

    -50

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    2007 2008 2009 2010 2011 2012*

    Neraca Perdagangan(dalam USD miliar)

    Ekspor Impor Surplus

    8.43

    16.11

    13.31

    18.78

    23.66

    0.39 0.58 0.45 0.92 1.032.64

    4.58

    6.68 7.228.42

    0.0

    5.0

    10.0

    15.0

    20.0

    25.0

    2007 2008 2009 2010 2011

    Barang Modal (Kecuali Alat Angkut)

    Mobil Penumpang

    Alat Angkut untuk Industri

    Data Impor Barang Modal(dalam USD miliar)

    0.0

    50.0

    100.0

    150.0

    200.0

    250.0

    300.0

    350.0

    0.0

    20,000.0

    40,000.0

    60,000.0

    80,000.0

    100,000.0

    120,000.0

    140,000.0

    2007 2008 2009 2010 2011 2012*

    Impor BBP & BM vs Investasi

    Bahan Baku Penolong Barang Modal Investasi

    Neraca perdagangan mengalami defisittahun 2012 sebesar USD 1,6 miliar.

    Tren kenaikan realisasi investasi (24%) diikuti dengan tren kenaikan impor bahanbaku (18%) dan barang modal (26%).

    Impor barang modal didominasi olehimpor barang modal (kecuali alat angkut) lebih dari 50%.

  • The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

    50

    TERIMA KASIH

    Invest in...

    2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved

    KONTAK KAMIBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190P.O. Box 3186, IndonesiaP : +62 21 5292 1334F : +62 21 5264 211E : [email protected]

    INDONESIA INVESTMENT PROMOTION CENTER (IIPC)