pengantar redaksi · (jawanisasi). konsep yang sama, yakni wihdah al-wujud dikaji pula oleh khairul...

14
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang i Jurnal Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014 PENGANTAR REDAKSI Posisi agama dalam kehidupan masyarakat secara unik berada dalam fungsi integrasi dan konflik sekaligus. Geertz (1960) menyimpulkan, agama dapat mengekspresikan nilai-nilai umum dan memiliki fungsi integratif, tetapi agama juga menyebarluaskan dan menguatkan terjadinya konflik. Agama sebagai realitas sosial menunjukkan dua fungsi diametral tersebut karena masyarakat sebagai pemilik agama memiliki cara pemahaman yang berbeda terhadap agama itu sendiri. Masyarakat sendiri, terutama bangsa Indonesia, ternyata memiliki strategi budaya guna memelihara integrasi sosial dan mencegah konflik di lingkungan mereka masing-masing. Nilai-nilai tradisi lokal dan perilaku keagamaan tertentu ternyata mampu mendukung terciptanya interaksi sosial yang inklusif sehingga tercipta kerukunan, atau setidaknya tercegahnya konflik. Beberapa artikel dalam Jurnal Analisa Vol. 21 No. 01 ini menunjukkan fenomena hubungan interaksional, baik antarumat beragama maupun intern umat beragama. Artikel yang ditulis oleh David Samiyono tentang model masyarakat inklusif yang digali dari kearifan masyarakat Bali menunjukkan bahwa kearifan lokal dapat menjadi landasan bagi kehidupan yang harmonis dalam perbedaan agama. Demikian pula tulisan Rosidin yang menampilkan fenomena sufisme perkotaan di Surakarta. Penelitian Rosidin terhadap Majelis Jamuro (Jamaah Muji Rosul) menunjukkan bahwa gerakan keagamaan yang mempraktikkan tradisi-tradisi popular keagamaan (Islam) seperti dzikir, shalawat, dan tausiyah ini memiliki peran dalam upaya deradikalisasi keagamaan. Abu Rokhmad menulis artikel mengenai pandangan kiai terhadap deradikalisasi keagamaan di Semarang. Radikalisasi keagamaan muncul karena pemahaman agama yang kurang tepat dan faktor politik yang berhubungan isu nasional dan global. Untuk itu, kiai sebagai tokoh agama sangat penting perannya dalam pencegahan (preventive deradicalization), dan penyembuhan (curative deradicalization). Sementara Mustolehudin dalam tulisannya tentang pandangan ideologis dan teologis antara Muhammadiyah dan Majelis Tafsir al-Quran (MTA) di Surakarta menunjukkan ideologisasi pandangan keagamaan memiliki potensi konflik. Mustolehudin menemukan bahwa pandangan ideologis-teologis kedua organisasi masyarakat ini memiliki persamaan-persamaan seperti kredo pemurnian Islam, tetapi juga memiliki perbedaan mendasar dalam aksiologi, model internaliasi ajaran, dan model kepemimpinan. Ideologisasi menyebabkan perpindahan jamaah dari satu ormas ke ormas lainnya menyebabkan munculnya pertentangan. Namun hal ini tidak sampai menimbulkan konflik massa, karena keduanya mengusung gerakan yang sama yaitu pemurnian Islam. Artikel-artikel lainnya dalam Jurnal Analisa edisi ini terkait dengan bidang kehidupan keagamaan, lektur dan khazanah keagamaan, serta pendidikan agama dan keagamaan. Tulisan terkait bidang kehidupan keagamaan, selain yang telah diuraikan di atas adalah tulisan Sulaiman tentang kepuasan jamaah haji terhadap pelayanan KBH di Kabupaten Jepara. Artikel ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan jamaah sangat tinggi karena sebagian besar jamaah haji merasakan sangat puas terhadap pelayanan yang dilakukan oleh KBH. Adapun artikel dalam bidang lektur dan khazanah keagamaan di antaranya tulisan Hamim Ilyas yang mengulas keberagamaan otentik dalam al-Qur’an melalui metode tafsir. Temuan Hamim menunjukkan

Upload: others

Post on 17-Mar-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

i

Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014

PENGANTAR REDAKSI

Posisi agama dalam kehidupan masyarakat secara unik berada dalam fungsi integrasi dan konflik sekaligus. Geertz (1960) menyimpulkan, agama dapat mengekspresikan nilai-nilai umum dan memiliki fungsi integratif, tetapi agama juga menyebarluaskan dan menguatkan terjadinya konflik. Agama sebagai realitas sosial menunjukkan dua fungsi diametral tersebut karena masyarakat sebagai pemilik agama memiliki cara pemahaman yang berbeda terhadap agama itu sendiri.

Masyarakat sendiri, terutama bangsa Indonesia, ternyata memiliki strategi budaya guna memelihara integrasi sosial dan mencegah konflik di lingkungan mereka masing-masing. Nilai-nilai tradisi lokal dan perilaku keagamaan tertentu ternyata mampu mendukung terciptanya interaksi sosial yang inklusif sehingga tercipta kerukunan, atau setidaknya tercegahnya konflik.

Beberapa artikel dalam Jurnal Analisa Vol. 21 No. 01 ini menunjukkan fenomena hubungan interaksional, baik antarumat beragama maupun intern umat beragama. Artikel yang ditulis oleh David Samiyono tentang model masyarakat inklusif yang digali dari kearifan masyarakat Bali menunjukkan bahwa kearifan lokal dapat menjadi landasan bagi kehidupan yang harmonis dalam perbedaan agama. Demikian pula tulisan Rosidin yang menampilkan fenomena sufisme perkotaan di Surakarta. Penelitian Rosidin terhadap Majelis Jamuro (Jamaah Muji Rosul) menunjukkan bahwa gerakan keagamaan yang mempraktikkan tradisi-tradisi popular keagamaan (Islam) seperti dzikir, shalawat, dan tausiyah ini memiliki peran dalam upaya deradikalisasi keagamaan.

Abu Rokhmad menulis artikel mengenai pandangan kiai terhadap deradikalisasi keagamaan di Semarang. Radikalisasi keagamaan muncul karena pemahaman agama yang kurang tepat dan faktor politik yang berhubungan isu nasional dan global. Untuk itu, kiai sebagai tokoh agama sangat penting perannya dalam pencegahan (preventive deradicalization), dan penyembuhan (curative deradicalization).

Sementara Mustolehudin dalam tulisannya tentang pandangan ideologis dan teologis antara Muhammadiyah dan Majelis Tafsir al-Quran (MTA) di Surakarta menunjukkan ideologisasi pandangan keagamaan memiliki potensi konflik. Mustolehudin menemukan bahwa pandangan ideologis-teologis kedua organisasi masyarakat ini memiliki persamaan-persamaan seperti kredo pemurnian Islam, tetapi juga memiliki perbedaan mendasar dalam aksiologi, model internaliasi ajaran, dan model kepemimpinan. Ideologisasi menyebabkan perpindahan jamaah dari satu ormas ke ormas lainnya menyebabkan munculnya pertentangan. Namun hal ini tidak sampai menimbulkan konflik massa, karena keduanya mengusung gerakan yang sama yaitu pemurnian Islam.

Artikel-artikel lainnya dalam Jurnal Analisa edisi ini terkait dengan bidang kehidupan keagamaan, lektur dan khazanah keagamaan, serta pendidikan agama dan keagamaan. Tulisan terkait bidang kehidupan keagamaan, selain yang telah diuraikan di atas adalah tulisan Sulaiman tentang kepuasan jamaah haji terhadap pelayanan KBH di Kabupaten Jepara. Artikel ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan jamaah sangat tinggi karena sebagian besar jamaah haji merasakan sangat puas terhadap pelayanan yang dilakukan oleh KBH.

Adapun artikel dalam bidang lektur dan khazanah keagamaan di antaranya tulisan Hamim Ilyas yang mengulas keberagamaan otentik dalam al-Qur’an melalui metode tafsir. Temuan Hamim menunjukkan

Page 2: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

ii

Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014

tipe keberagamaan yang diajarkan al-Qur’an adalah keberagamaan etis yang terwujud dalam kerangka amal dan kapasitas di mana hasilnya adalah menebarkan kedamaian, rahmat dan berkat Allah.

Tema mistisisme diangkat pula dalam edisi ini oleh tiga penulis dengan perspektif yang berbeda. Sulaiman mengkaji naskah Sirr al-Lathif yang ditulis awal abad XX di Kalimantan. Naskah ini mendeskrispikan mistisisasi Surat al-Fatihah karena mempercayai ayat-ayat tersebut terletak pada organ tubuh manusia. Selain itu, naskah ini juga menjelaskan makna sembahyang bukan saja sebagai ibadah formal belaka melainkan sebagai penyatuan antara Tuhan dan hamba.

Samidi Khalim mengkaji konsepsi tasawuf yang dalam naskah kejawen kitab Primbon Atassadhur Adammakna, yakni Konsep Jumbuhing Kawula Gusti. Ajaran Jumbuhing Kawula Gusti merupakan ajaran Wihdat al-Wujud (menyatunya manusia dengan Tuhan) yang sudah diolah secara kejawaan (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad mengkaji konsep ini dalam naskah kontemporer, yakni buku kumpulan puisi karya Ahmad Aran, sasrawan Kalimantan Barat, yang berjudul Antologi Jepin Kapuas Rindu Puisi. Khairul Fuad dengan pendekatan hermeneutik, khususnya tafsir (exoteric exegete) mengungkapkan aktualisasi Wihdah al-Wujud dalam puisi-puisi Ahmad Aran.

Artikel tentang arkeologi keagamaan atau khazanah keagamaan ditulis oleh Idham, yakni tentang makam Noto Igomo, tokoh Agama di Tenggarong Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Artikel ini mengungkapkan tipologi makam Noto Igomo melalui berbagai analsis. Temuan ini juga menunjukkan bahwa di Kalimantan Timur, khususnya Kutai Kartanegara terdapat banyak situs dan peninggalan Islam masa lalu, salah satunya adalah makam tokoh agama.

Dua artikel bidang pendidikan agama dan keagamaan dalam edisi ini menampilkan tulisan Ulfiani Rahman dan Yustiani S. Ulfiani menulis tentang kepuasan kerja dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru Madrasah Aliyah Madani Alauddin Paopao Gowa Sulawesi Tengah. Tulisan Ulfiani ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan Organizational Citizenship Behavior berdasarkan jenis kelamin, kemudian tidak terdapat perbedaan Organizational Citizenship Behavior berdasarkan usia, dan terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap Organizational Citizenship Behavior.

Adapun tulisan Yustiani tentang kompetensi guru Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Tsanawiyah di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Yustiani melakukan pengukuran beda kompetensi guru PAI MTs antara yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi di Kota Mataram. Tulisan ini menunjukkan bahwa kompetensi guru yang tersertifikasi lebih baik daripada guru yang belum tersertifikasi.

Redaksi berharap artikel-artikel dalam edisi ini menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi kalangan peneliti, akademisi, dan masyarakat luas. Sajian Jurnal Analisa edisi ini tentu saja tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan, baik tampilan maupun penyuntingannya. Oleh karena itu, redaksi senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan kualitas Jurnal Analisa ini di masa yang akan datang. Selamat membaca.

Page 3: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

iii

Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014

UCAPAN TERIMA KASIH

Segenap Dewan Redaksi Jurnal Analisa Balai Litbang Agama Semarang mengucapkan terima kasih kepada:

Prof. Dr. H. Mudjahirin Thohir, M.A.1.

Prof. Dr. Dwi Purwoko, M.Si (APU)2.

Prof. Dr. H. Muslich Shabir, M.A.3.

Prof. Dr. M Agus Nuryatno, MA., Ph.D.4.

Prof. Dr. Phil. Shri Ahimsa Putra, M.A. 5.

Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag.6.

Yasir Alimy, S.Ag., M.A., Ph.D7.

selaku Mitra Bestari Jurnal Analisa Volume 21 Nomor 01 Juni Tahun 2014. Kami menyampaikan penghargaan dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para mitra bestari yang telah melakukan review terhadap naskah untuk edisi ini. Semoga kebaikannya mendapatkan balasan dari Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Semarang, Juni 2014

Dewan Redaksi

Page 4: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

iv

Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014

Page 5: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

v

Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014

DAFTAR ISI

Volume 21 Nomor 01 Juni 2014Halaman 1-154

I S S N : 1 4 1 0 - 4 3 5 0

AnalisaJurnal Pengkajian Masalah Sosial Keagamaan

Terakreditasi LIPI Nomor: 543/AU1/P2MI-LIPI/06/2013

Pengantar Redaksi :: iUcapan Terima Kasih :: iiiDaftar Isi :: vLembar Abstrak :: vii

INCLUSION COMMUNITY MODEL: LEARNING FROM BALI Model Pembauran Komunitas: Pelajaran dari BaliDavid Samiyono :: 1-13

SUFISME PERKOTAAN DAN NALAR BERAGAMA INKLUSIF(Studi Atas Peran Majelis Jamuro dalam Upaya Deradikalisasi Gerakan Keagamaan di Surakarta)Urban Sufism and the Reason of Inclusive Religion (Study: The roles of Majlis Jamuro toward religious movement based deradicalization in Surakarta)Rosidin :: 15-26

PANDANGAN KIAI TENTANG DERADIKALISASI PAHAM ISLAM RADIKAL DI KOTA SEMARANG Kiai’s views on deradicalization of islamic radicalism in SemarangAbu Rokhmad :: 27-37

PANDANGAN IDEOLOGIS-TEOLOGIS MUHAMMADIYAH DAN MAJLIS TAFSIR AL-QUR’AN(Studi Gerakan Purifikasi Islam di Surakarta)Ideological and theological views of Muhammadiyah and Majlis Tafsir Al -Qur’an (A Study of Purification Movement in Surakarta)Mustolehudin :: 39-50

KEPUASAN JAMAAH HAJI TERHADAP PELAYANAN KBH DI KABUPATEN JEPARAPilgrims satisfaction on the services KBH in Jepara DistrictSulaiman :: 51-62

Page 6: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

vi

Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014

KEBERAGAMAAN OTENTIK DALAM AL-QUR’AN Authentic religiosity in the Qur’anHamim Ilyas :: 63-76

AJARAN TASAWUF DALAM NASKAH SIRR AL-LATHīF The sufism teaching in the Sirr Al-LathīfSulaiman :: 77-90

KONSEPSI JUMBUHING KAWULA GUSTI DALAM KEPUSTAKAAN ISLAM KEJAWEN (Kajian Terhadap Kitab Primbon Atassadhur Adammakna)The concept of Jumbuhing Kawula Gusti in the literature of Islam Kejawen (Analysis of Primbon Atassadhur Adammakna)Samidi Khalim :: 91-103

WIHDAH AL-WUJUD PUISI AHMAD ARAN The unity of being in poetry of Ahmad AranKhairul Fuad :: 105-115

MAKAM NOTO IGOMO (Arkeologi Makam Tokoh Agama di Tenggarong Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur) Tomb Noto Igomo (Arcaeological Tomb Tenggarong Religious Leaders in Kutai, East Kalimantan)Idham :: 117-129

KEPUASAN KERJA DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA GURU MADRASAH ALIYAH MADANI ALAUDDIN PAOPAO GOWA SULAWESI SELATANJob satisfaction and organizational citizenship behavior in teacher Madrasah Aliyah Madani Paopao Gowa, South SulawesiUlfiani Rahman :: 131-142

KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA MADRASAH TSANAWIYAH DI KOTA MATARAM NUSA TENGGARA BARATCompetence of Islamic Education Teachers in Islamic Junior High Schools (MTs) Mataram NTBYustiani S :: 143-154

Page 7: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

vii

Lembar Abstrak/ Abstract Sheet

LEMBAR ABSTRAK

ISSN : 1410 - 4350Terakreditasi LIPI Nomor: 543/AU1/P2MI-LIPI/06/2013

Terbit: Juni 2014Date of Issue: 2014 June

Kata-kata kunci yang dicantumkan adalah istilah bebas. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.

The keywords included are free terms. This abstract sheet may be copied without permission and charge.

DDC. 303.695 985Samiyono, David (Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga) Inclusion community model: learning form Bali.J. Analisa Juni 2014, Vol 21 No 01, hal. 1-13.

Konflik sering muncul ketika manusia bertindak secara ekslusif dengan hanya melihat diri sendiri dan kelompoknya. Beberapa tokoh pluralisme membuat konsep mengenai masyarakat inklusif dengan tujuan mengurangi terjadinya kon-flik. Nagara Indonesia memiliki potensi besar terjadinya konflik, hal ini disebabkan karena negara Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama. Apabila konflik tidak dikelola, maka potensi terjadinya dis-integrasi bangsa sangat besar. Meskipun hal ini dapat juga dilihat sebagai kekayaan bangsa, model masyarakat inklusif diperlukan bagi bangsa Indonesia sebagai alat pemersatu yang harus dipahami dan diajarkan dari generasi satu kepada generasi berikutnya.Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif-kualitatif yang sesuai dengan kondisi lokasi penelitian yaitu Bali dan Lampung. Analisis dilakukan melalui narasi dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari informan atau partisipan.Hasil penelitian menunjukkan adanya nilai-nilai inklusif dalam budaya masyarakat Bali yang tinggal di Pulau Bali. Masyarakat Bali yang sudah bergaul dengan berbagai budaya, agama, politik dan ekonomi. Oleh karena itu model masyarakat inklusif dari kasus masyarakat Bali perlu dilakukan dalam usaha untuk bisa diuji-cobakan pada masyarakat yang berbeda, terutama pada wailayah negara Indonesia yang majemuk.

(Penulis)Kata kunci: Bali, Inclussion community, menyama braya.

Conflict often occurs when people behave closed and exclusive by looking at himself and his group. Some authors pro-pose the concept of inclusion community to reduce the conflict and towards a harmonious society. Indonesia has a huge potential for conflict to happen due to the number of tribe, religion, race and class, but on the other hand it has had a noble wealth in society, which needs to be exposed and arranged to become a teaching material for future generations. That is why this research is done.This research uses descriptive qualitative method of setting Balinese case study in Bali and Lampung. The analysis was conducted in the narrative and constructive way by involving various resource persons and participants.The Research shows that there is value in Balinese inclusion both in the province of Bali and Lampung province in various fields such as social, cultural, economic, and governance. For further research, the learning module of Balinese inclusion Community should be made. A research on other wealth local communities besides Bali should also be made in Indonesia.

(Author)Keywords : Bali, inclusion community, menyama braya.

DDC. 2X8.9Rosidin (Balai Litbang Agama Semarang Kementerian Agama)Urban sufisme dan nalar beragama inklusif (Studi atas peran Jamuro dalam upaya deradikalisasi gerakan keagamaan di Surakarta).J. Analisa Juni 2014, Vol 21 No 01 hal. 15-26.

Social conflicts rises frequently out of religious crisis begun with religious truth claims and exclusiveness. This spiritual crisis encouraged religious leaders to lead various assemblies of dhikr or urbanSufism, An example of urban dhikr group is Jamaat Muji Prophet ( Jamuro ). This study aims aimed to determine the role played by the Assembly Jamaat Muji Prophet (Jamuro) in de-radicalizing religious movements. This research used qualitative as well as descriptive approaches.

AnalisaJurnal Pengkajian Masalah Sosial Keagamaan

Page 8: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

viii

Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014

Data was obtained by deep interview, observation, and relevant documentations. The results of this study are : first , Ja-muro founded in 2004 in Surakarta by Islamic theologians, kyai, habib, and Islamic figures from Nahdliyin to preserve the tradition of clerical predecessors. This movement aimed to continue Islamic propaganda tradition by earlier ulamas. The diversity of the radical movement in Surakarta contributed to the birth of Jamuro in hopes of reviving spirituality in town disappearing following the rise of radical Islamic movements. The main characteristics of Majlis Jamuro were Maulid Al-Barzanji reading, tausiyah, and dzikir. Most of communities accepted Majlis Jamuro, so that it derived others, like Jimat (Jamaah Iman Manteb Ati Tentrem) and Tomat (Tobat Maksiat). Expanding its range not only in the former residency of Surakarta and its surroundings , even Semarang . Jamuro in the context of de-radicalization seen in its efforts to fortify themselves from many radical ideas through Tausyiah which will hopefully prevent jama’ahnya from committingviolence in the name of religion.

(Author)Keywords : Sufism city , religious movements , de-radicalization

Konflik sosial seringkali muncul karena krisis keagamaan yang diawali klaim kebenaran atas tafsir dan kuatnya sikap eksklusif dalam beragama. Krisis spiritual ini membuat gelisah para tokoh agama sehingga memunculkan berbagai majelis dzikir atau sufisme kota, salah satunya majelis Jamaah Muji Rosul (Jamuro). Penelitian kualitatif deskriptif ini dilakukan dengan metode wawancara, dokumentasi dan observasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana latar belakang berdiri, (2) respon masyarakat dan (3)peran yang dimainkanMajelis Jamaah Muji Rosul (Jamuro) dalam upaya deradikalisasi gerakan keagamaan.Hasil penelitian ini adalah: pertama, Jamuro didirikan tahun 2004 di Surakarta oleh para ulama, kyai, habaib, dan tokoh agama dari kalangan Nahdliyin sebagai wadah umat Islam Surakarta untuk melestarikan tradisi ulama pendahulu dalam dakwahnya. Beragamnya gerakan radikal di Surakarta ikut mendorong lahirnya Jamuro dengan harapan dapat membangkitkan kembali spiritualitas di kota yang makin pudar serta banyaknya gerakan Islam radikal. Kedua, Jamuro dalam kegiatannya berciri khas membaca Maulid Al-Barzanji, di samping tausyiah dan dzikir. Ketiga, masyarakat dari berbagai kalangan menyambut baik adanya Ja-muro, yang memunculkan rintisan majelis Jamuro kecil, seperti Jimat (Jamaah Iman Manteb Ati Tentrem), dan Tomat (Tobat Maksiat). Persebarannya makin meluas tidak hanya di eks karesidenan Surakarta dan sekitarnya, bahkan Se-marang. Jamuro dalam konteks deradikalisasi terlihat dalam upayanya membentengi diri dari banyaknya paham serta gerakan Islam radikal melalui tausyiah yang diharapkan akan mencegah jama’ahnya untuk melakukan kekerasan yang mengatasnamakan agama.

(Penulis) Kata kunci: Sufisme kota, gerakan keagamaan, deradikalisasi

DDC. 2 X 7.2 Rohmad, Abu (IAIN Walisongo Semarang)Pandangan kiai tentang deradikalisasi paham Islam radikal di Kota Semarang.J. Analisa Juni 2014, Vol 21 No 01, hal. 27-37.

The face of Islamic moderate in Indonesia changed since the decline of new era regime in 1998. Hardliner moslem com-munities grew in society. They didn’t embarrassed to use violent ways, even terorism. Nowadays radicalism isthe most important problems faced bythe moslem society in Indonesia. The participation of kiai was badly needed to handle radi-calism problems. This article studies the views of kiai about the roots of Islamic radicalsm and the strategies of kiai to deradicalize Islamic radicalism. The conclusion of this article were: first, the root of radicalism becaused of two factors: religius factor that is literal understanding or misunderstanding of religious texts, and the political factor related to na-tional and global issues. Second, there were two forms of deradicalization, related to the characteristics of the subject of radicalism: preventive deradicalization and curative deradicalization.

(Author)Keywords: islamic radicalism, radicalism, deradicalization, kiai.

Wajah Islam moderat di Indonesia kian berubah sejak rezim Orde Baru tumbang pada 1998. Kelompok-kelompok Mus-lim garis keras tumbuh subur di masyarakat. Mereka tidak segan berdakwah dengan cara kekerasan bahkan terorisme. Radikalisme menjadi masalah penting bagi umat Islam Indonesia dewasa ini. Keterlibatan kiai dalam menangani ma-salah radikalisme (deradikalisasi) sangat diharapkan. Artikel ini mengkaji dua hal. Pertama, bagaimana pandangan kiai tentang akar radikalisme Islam? dan Kedua, bagaimana strategi kiai dalam melakukan deradikalisasi paham Islam radikal? Kesimpulan artikel ini adalah: Pertama, akar radikalisme disebabkan dua faktor besar, yaikni faktor pemaha-man agama yang kurang tepat dan faktor politik yang berhubungan isu nasional dan global. Kedua,terdapat dua model deradikalisasi, tergantung sifat dari pelaku radikalisme: deradikalisasi pencegahan (preventive deradicalization), dan

Page 9: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

ix

Lembar Abstrak/ Abstract Sheet

deradikalisasi penyembuhan (curative deradicalization).(Penulis)

Kata Kunci: Islam Radikal, Radikalisme, Deradikalisasi, Pesantren, Kiai.

DDC. 2 X 7.459 8 Mustolehudin (Balai Litbang Agama Semarang Kementerian Agama)Pandangan ideologis-teologis Muhammadiyah dan Majelis Tafsir Al-Qur’an: Studi gerakan purifikasi di Surakarta.J. Analisa Juni 2014, Vol 21 No 01, hal. 39-50.

The dynamics of the religious life relation in Surakarta since the rolling of reformation is interesting to observe. Social-religious history in Surakarta is grows and develops through long-term process, one of them was the birth of Islamic purification movement that has been doing initiated by Muhammadiyah and MTA.This Research usesqualitative-de-scriptive method. The research aim to understand the pattern of relation between Muhammadiyah and MTA, the pattern of cooperation and dispute and factors influenced them in composing the harmony of religious life in Surakarta. Research result showed that relation between them is tend to bepersonal relation. The similarity of relationship between them is theological-ideological relationship, which is Islamic purification credo. In axiological term both refuse the practice of takhayul, bid’ah and khurafat (TBC). Basic differences between these two different institutions are; first, Muhammadi-yah is more open (inclusive), whereas MTA is more closed (exclusive). Second, learning method which Muhammadiyah applies is indoctrination, MTA is more doctrinatian . Third, the leadership sector in Muhammadiyah is organizational, while MTA is imamah model. Fourth, the conflict between both of them is happens because of migration of Muhammadi-yah pilgrims to MTA, however this conflict does not reach the level of mass conflict, because hey carry the same vision, Islamic purification movement.

(Author)Keywords: Relation, Cooperation, Conflict, Purification, Muhammadiyah, MTA.

Gerakan sosial keagamaan di Surakarta, tumubuh dan berkembang sesuai dengan zaman kondisi sejarah yang ter-jadi. Muhammadiyah dan MTA merupakan salah satu contoh organisasi sosial keagamaan yang melakukan gerakan pemurnian Islam di Surakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui relasi antara Muhammadiyah dan MTA, dan bagaimana relasi dan kontestasi antar keduanya. Dengan menggunakan metode kualitatif, hasil penelitian menun-jukkan bahwa hubungan yang dibangun antar keduanya cenderung bersifat personal. Kesamaan hubungan antar kedu-anya lebih cenderung kepada hubungan ideologis-teologis, yakni kredo pemurnian Islam. Secara aksiologis keduanya menolak praktek takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC). Perbedaan mendasar antara kedua lembaga keagamaan terse-but adalah; Pertama, Muhammadiyah lebih terbuka (inklusif), sedangkan MTA cenderung tertutup (eksklusif). Kedua, metode pengajaran yang dilakukan Muhammadiyah bersifat indoktrinasi, MTA lebih doktrinasi. Ketiga, dalam bidang kepemimpinan Muhammadiyah dipilih secara organisasional, sedangkan MTA dipilih dengan model imamah. Keempat, pertentangan antar keduanya terjadi karena adanya migrasi jamaah Muhammadiyah ke MTA, namun hal ini tidak sampai menimbulkan konflik massa, karena keduanya mengusung gerakan yang sama yaitu pemurnian Islam.

(Penulis)Kata kunci: Purifikasi, Ideologi, Teologi, Muhammadiyah, MTA.

DDC. 2 X 4.1 Sulaiman (Balai Litbang Agama Semarang Kementerian Agama).Kepuasan jamaah haji terhadap pelayanan KBH di Kabupaten JeparaJ. Analisa Juni 2014, Vol 21 No 01, hal. 51-62.

This research aims to know the level of pilgrims satisfaction on the service of KBH in Jepara district. This study used a mixed methodsapproach, combination of quantitative and qualitative methods. Technique of collecting data used ques-tionnaires, interviews and observations. This research was expected to give information and theoritical study materials for the general public, especially those related to the policy on the hajj. The results showed that the level of pilgrimssatis-vaction was in very high because most of pilgrims felt very satisfied with the service of KBH. Because of this, people strongly believe in the service of KBH, in both primary service and additional service. KBH faced many obstacles in pro-viding services, specially related to avery limited portion for mentors so that KBH couldn’t accompany the pilgrimsuntil in the holy land.

(Author)Keywords: Pilgrims, satisfaction hajj, service KBH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan jamaah haji terhadap pelayanan KBH di Kabupaten Jepara. Pendekatan yang digunakan adalah mixed methods, yakni suatu pendekatan yang mengkombinasi kuantitatif

Page 10: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

x

Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014

dan kualitatif. Teknik pengumpulan data kuantitatif menggunakan questioner, dan hasil temuan ditindak lanjuti dengan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan-bahan kajian teoritik bagi masyarakat umum, khususnya terkait dengan kebijakan mengenai penyelengga-raan ibadah haji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan jamaah sangat tinggi karena sebagian besar jamaah haji merasakan sangat puas terhadap pelayanan yang dilakukan oleh KBH. Masyarakat sangat percaya den-gan pelayanan KBH terutama karena baiknya kualitas pelayanan utama dan pelayanan tambahan. KBH menghadapi berbagai kendala dalam memberikan pelayanan, terutama terkait dengan porsi pembimbing yang sangat terbatas seh-ingga KBH tidak bisa mendampingi jamaah hingga di tanah suci.

(Penulis)Kata kunci: Jamaah haji, kepuasan jamaah, pelayanan KBH.

DDC. 2 X 1.3 Ilyas, Hamim (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)Keberagamaan otentik dalam al-Qur’an.J. Analisa Juni 2014, Vol 21 No 01, hal. 63-76.

Multi-dimensional crisis experienced by the muslims are related to their religiosity. To overcome the crisis, they need de-velop authentic religiosity. This research examines the authentic type of religiosity taught by the Qur’an with the method of tafsir (Qur’anic interpretation). The study found that the religiosity taught by the Qur’an is ethical religiosity which manifests in two frameworks: works and capacity. The first framework consists of two works: first, total surrender in God in term of comprehending and submitting to God’s will manifested in His qauliyya (speech), kauniyya (universe), and tarikhiyya (history) verses. Second, following the milla (religion) of Abraham. The second framework consists of five capacities: muhsin (social capacity), hanif (moral capacity), muslim (intelectual capacity), qanit (spiritual capacity), and syakir (personal capacity).

(Author)Keywords: Authentic religiosity, Islam, the Qur’an

Krisis multi dimensi yang dialami umat Islam berhubungan dengan keberagamaan mereka. Untuk mengatasinya mere-ka harus mengembangkan keberagamaan otentik. Penelitian ini mengkaji tipe keberagamaan otentik yang diajarkan al-Qur’an dengan metode tafsir. Ditemukan bahwa tipe keberagamaan yang diajarkan al-Qur’an adalah keberagamaan etis yang terwujud dalam dua kerangka: amal dan kapasitas. Kerangka pertama terdiri atas dua amal. Pertama, berse-rah diri kepada Allah dalam pengertian memahami dan tunduk kepada kehendak-Nya yang diungkapkan dalam ayat-ayat qauliyah, kauniyah dan tarikhiyah. Kedua, mengikuti Millah Ibrahim. Kemudian kerangka kedua terdiri atas lima kapasitas: muhsin (kapasitas sosial), hanif (kapasitas moral), muslim (kapasitas kecendekiaan), qanit (kapasitas spir-itual) dan syakir (kapasitas personal.)

(Penulis)Kata kunci: Keberagamaan otentik, Islam, al-Qur’an

DDC. 2 X 5.2Sulaiman (Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang).Ajaran tasawuf dalam naskah Sirr Al-Lathif.J. Analisa Juni 2014, Vol 21 No 01, hal. 77-90, 1 ill.

The manuscript of Sirr al-Lathīf was Sufism text at early XX century, that proven the existence and dynamic of Sufism thought at Kalimantan, and Nusantara in general. The analysetrhe content of the text, this use Gadamer’s semiphilologi-cal hermeneutics analysis. The result of the researchs are: firstly, the way verses of the Fatiha are believed in the text to be located in the body organs in human being, has been part of human being, explains that the text is not an interpretation but mystical the Fatiha. Secondly, the elaboration of the prayer (sembahyang) in the Sirral-Lathīf isunique and couldnpt be found in fiqh schools. He tried to relate the sembahyang as an union of God and slave. And thirdly, elaboration of insānkāmil (the perfect man) as representation of the perfect man, not different from concepts of mainstreamsufi.The script tend to use symbolization toovercomethe limitations ofverbalwordstoreveala veryintimaterelationship.

(Author)Key Words: Sirr al-Lathīf, Yahya, Gadamer, wujudiyah, and insān kāmil.

Naskah Sirr al-Lathīf adalah naskah tasawuf pada awal abad XX yang menjadi bukti eksistensi dan dinamika pemikiran tasawuf di Kalimantan, dan Nusantara pada umumnya. Untuk mengkaji kandungan naskah digunakan teknik semi filologis dengan analisis hermeneutika Gadamer. Adapun hasil penelitian ini adalah: pertama, ayat-ayat surat al-Fati-hah dipercayai terletak pada organ-organ tubuh manusia, yang mengisyaratkan bahwa ia sudah built in dalam diri

Page 11: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

xi

Lembar Abstrak/ Abstract Sheet

manusia. Dengan demikian, penjelasan ini bukanlah sebuah tafsir, melainkan mistisisasi surat al-Fatihah. Kedua, pen-jelasan sembahyang (salat) dalam naskah Sirr al-Lathīf mempunyai kekhasan yang tidak ditemukan dalam penjelasan fikih. Ia mencoba menghubungkan sembahyang sebagai penyatuan antara Tuhan dan hamba. Dan ketiga, penjelasan insān kāmil sebagai representasi dari manusia yang sempurna, tidak jauh berbeda dengan konsep-konsep dari para sufi mainstream. Namun, naskah ini lebih banyak menggunakan simbolisasi untuk menggambarkan keterbatasan kata-kata verbal untuk mengungkapkan hubungan yang sangat intim tersebut.

(Penulis)Keywords: Sirr al-Lathīf, Yahya, Gadamer, wujudiyah, dan insān kāmil.

DDC. 297.07 Samidi (Balai Litbang Agama Semarang Kementerian Agama)Konsepsi jumbuhing kawulo gusti dalam kepustakaan Islam kejawen (Kajian Terhadap Kitab Primbon Atassadhur Adammakna) J. Analisa Juni 2014, Vol 21 No 01, hal. 91-103.

This article is a summary of the research literature on Primbon Atassadhur Adammakna was written by Prince Tja-kraningrat. The primbon generally contains knowledge of prophecy or prognosis, but Primbon Atassadhur Adammakna contain about Sufism. It’s much used as a reference by the Islam Kejawen followers as a source of life. This research of Primbon Atassadhur Adammakna which uses method. This will be conducted by, describing the mystical teaching in the Primbon Atassadhur Adammakna, and then the contents are analyzedby using Sufism and Hermeneutics approaches. The study finds that mystical teachings found in Primbon Atassadhur Adammakna, particularly the is concept of Jum-buhing Kawula Gusti or pantheism have similarities with Ibn Arabi’s thought (560-638 H) Wahdatul Wujud and also the teachings of Abu Mansur Hussain al Hallaj’s thought (858-922 M) Ḥulūl or Ana al Haq. The Concept of JumbuhingKawu-laGusti or phanteism is doctrine of Wihdat al Wujud that has been javanised. The spiritual ways to achieve Jumbuhing Kawula Gusti is by good performing, controlling the lust, and always doing Salat Daim.

(Author)Keywords: Jumbuhing Kawula Gusti, The God, Man, and Primbon Atassadur Adammakna.

Artikel ini merupakan ringkasan dari penelitian kepustakaan terhadap kitab Primbon Atassadhur Adammakna yang ditulis oleh Pangeran Tjakraningrat. Kitab primbon pada umumnya berisi ilmu petung atau ramalan, namun Kitab Primbon Atassadhur Adammakna justru mengajarkan ilmu tasawuf. Kitab tersebut banyak dijadikan rujukan oleh para penganut Islam Kejawen sebagai sumber ajaran hidup. Kajian terhadap Kitab Primbon Atassadhur Adammakna ini menggunakan pendekatan analisis isi (content analysis) secara deskriptif analitis. Kandungan atau isi kitab prim-bon yang berkaitan dengan tasawuf dideskripsikan secara rinci, kemudian dianalisis dengan pendekatan tasawuf dan hermeneutika. Ajaran tasawuf yang terdapat dalam Kitab Primbon Atassadhur Adammakna adalah Konsep Jumbuhing Kawula Gusti. Konsep tersebut memiliki kesamaan dengan ajaran Ibnu Arabi (560-638 H) yang mengajarkan Wahdatul Wujud dan juga ajaran Husain Abu Mansur al Hallaj (858-922 M) seorang sufi asal Persia yang mengajarkan paham Ḥulūl atau yang popular dikenal dengan ajaran Ana al Haq. Ajaran Jumbuhing Kawula Gusti merupakan ajaran Wih-dat al wujud (menyatunya manusia dengan Tuhan) yang sudah diolah secara kejawaan (Jawanisasi). Adapun laku spir-itual untuk mencapai Jumbuhing Kawula Gusti adalah dengan mengerjakan budi luhur, mengendalikan hawa nafsu, dan senantiasa menjalankan Salat Daim.

(Penulis)Kata kunci: Jumbuhing Kawula Gusti, Tuhan, Manusia, Primbon Atassadur Adammakna.

DDC. 2 X 5.2 Fuad, Khairul (Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat).Wihdah Al-Wujud puisi Ahmad Aran.J. Analisa Juni 2014, Vol 21 No 01, hal. 105-115.

Islamic mysticism had influence in West Borneo through the thought of Muhammad Khatibal-Sambasiy, an inisiator ofQadiriahNaqsabandiah Sufi Path (tarikat). One field that has strong tasawuf influence is literature as exemplified by the works of AhmadAran, a literature writer of West Borneo, , especially his poetry. His works are compiled inan an-tology entitled Jepin Kapuas RinduPuisi Kumpulan Puisi Kalimantan Barat. Except Aran’s poetry, poetries from other writers were also found on the anthology published by KomiteSastraDewanKesenian Kalimantan Barat (DKKB) at 2000. WahdatulWujud a discourse of Islamic mysticism was used by Ahmad Aran in his poetry. Through hermeneutic approach, especially exoteric exegete (tafsir), this study concludes that wahdatulwujud was actualized by Ahmad Aran indeed in his poetry .

Page 12: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

xii

Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014

(Author)Keywords: wihdatulwujud, poetry, Ahmad Aran.

Tasawuf memiliki pengaruh di Kalimantan Barat melalui pemikiran Ahmad Khatib al-Sambasiy, penggagas Tarikat Qadiriah Naqsabandiah (TQN); dan aspek yang paling mudah dipengaruhi adalah sastra. Selain Odhy’s, puisi-puisi Ah-mad Aran juga dipengaruhi oleh tasawuf yang berkembang di wilayah tersebut. Karya puisinya Aran terdapat di dalam antologi Jepin Kapuas Rindu Puisi Kumpulan Puisi Kalimantan Barat. Selain karya Ahmad Aran, puisi-puisi sastrawan Kalimantan Barat lainnya juga dimuat di dalam antologi yang dipublikasikan oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Kalimantan Barat (DKKB) pada tahun 2000., puisi-puisi lain juga terdapat di dalam antologi itu yang dipublikasikan oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Kalimantan Barat (DKKB) pada 2000 ini. Wihdah al-Wujud merupakan wacana tasawuf yang digunakan oleh Ahmad Aran dalam puisinya. Oleh karena itu, konsep ini menjadi rumusan masalah dan teknik untuk menganalisis puisinya. Dengan menggunakan pendekatan hermeneutik, khususnya tafsir (exoteric exegete) akhirnya ditemukan bahwa wihdah al-Wujud sebagai pengaruh tasawuf, memang diaktualisasikan oleh Ahmad Aran di dalam puisinya.

(Penulis)Kata kunci: Wihdah al-Wujud, puisi, Ahmad Aran.

DDC. 297.93 Idham (Balai Litbang Agama Makassar Kementerian Agama RI) Makam Noto Igomo (Arkeologi makam tokoh agama di Tenggarong, Kalimantan Timur)J. Analisa Juni 2014, Vol 21 No. 01, hal. 117-129, 0 ill.

Essentially tomb archaeological research is an attempt to study various concepts, buildings and other things that grew in the past. The study can be applied to various types of buildings associated with various aspects of human life, both tem-poral and spiritual. Building which tell spiritual aspects of the past are represented in the tomb. This tomb archaeological research aims to find out one of the tombs of religious figures in TenggarongKutaiKartanegara in East Kalimantan. The tomb this research is going to study is the tomb of NotoIgomo. This research descriptive qualitative analytical reasoning and data collection techniques, which includes assessments, surveys, interviews, and documentation. To reveal the typol-ogy of the tomb, this study uses morphological analysis, technology analysis, stylistic analysis, contextual analysis, and analysis of inscriptions. The researchshowedthatinEast Kalimantan, particularly in KutaiKartanegarathere are many sites the remains of the Islamic past the tombs ofreligious leaders.

(Author)Keywords: Archaeology of tomb, the tomb morphology, religious leaders, Noto Igomo.

Pada dasarnya penelitian arkeologi makam merupakan suatu upaya untuk mempelajari berbagai konsep, baik bangu-nan maupun hal-hal lain yang berkembang pada masa lalu. Penelitian tersebut dapat diterapkan pada berbagai jenis bangunan yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan manusia, baik yang sifatnya keduniaan maupun keroha-nian. Salah satu bagunan yang bersifat kerohanian adalah makam. Penelitian arkeologi makam ini bertujuan untuk mengetahui salah satu makam tokoh agama di Tenggarong Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Adapun tokoh yang menjadi sasaran penelitian adalah Noto Igomo. Sebagai penelitian arkeologi, penelitian ini menggambarkan tiga ting-katan dalam penelitian arkeologi mulai dari tahap observasi, deskripsi, hingga eksplanasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan penalaran deskriptif analitis, dengan teknik pengumpulan data, yaitu: Penjajagan, survei, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengungkapkan tipologi makam, dilakukan analisis morfologis, analisis teknolo-gi, analisis stilistik, analisis kontekstual, dan analisis inskripsi. Penelitian menunjukkan bahwa di Kalimantan Timur, khususnya Kutai Kartanegara terdapat banyak situs dan tinggalan-tinggalan Islam masa lalu, salah satunya adalah makam tokoh agama.

(Penulis)Kata kunci: Arkeologi makam, morfologi makam, tokoh agama, Noto Igomo.

DDC. 2 X 7.3Rahman, Ulfiani (Dosen Psikologi FTK UIN Alauddin Makassar)Kepuasan kerja dan organizational citizenship behavior pada guru Madrasah Aliyah Madani Alauddin Paopao Gowa Sulawesi SelatanJ. Analisa Juni 2014, Vol 21 No 01, hal. 131-142, 3 tab.

Organizational Citizenship Behavior ( OCB ) is an attitude very important in organizations of every individual, because it can indirectly help the success of the organization. One of factors that influences the emergence of OCB is job satisfaction. Several studies have shown that age and gender affect the individual’s ability to realize the OCB in the workplace. This

Page 13: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

xiii

Lembar Abstrak/ Abstract Sheet

study aimed to determine the differences in organizational citizenship behavior based on gender, organizational citizen-ship behavior differences based on age, and the effect of job satisfaction on teachers’ organizational citizenship behavior. This study use quantitative study withan instrument of job satisfaction scale (Minnesota Satisfaction Questionnaire ) and Organizational Citizenship Behavior scale . The samples in this study are 32 teachers in Madrasah Aliyah Madani Alaud-din Paopao Gowa in South Sulawesi .Data were analyzed using inferential statistical techniques: t-test analysis,one way ANOVA, and simple linear regression analysis. The results showed that there were no differences in organizational citizenship behavior based ongender , then there are no differences in organizational citizenship behavior based on age , and there is the effect of job satisfaction on organizational citizenship behavior.

(Author)Keywords: Organizational Citizenship Behavior (OCB), Job Satisfaction, Gender, Age.

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan sikap dalam organisasi yang sangat penting dimiliki setiap in-dividu, karena secara tidak langsung dapat membantu kesuksesan organisasi. Salah satu yang dianggap mampu mem-pengaruhi munculnya OCB adalah kepuasan kerja. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia dan jenis kelamin berpengaruh terhadap kemampuan individu mewujudkan OCB di tempat kerja. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan organizational citizenship behavior berdasarkan jenis kelamin, perbedaan organizational citizenship behavior berdasarkan usia, dan pengaruh kepuasan kerja terhadap organizational citizenship behavior guru. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan instrumen skala kepuasan kerja (Minnesota Satisfaction Questionnaire) dan skala Organizational Citizenship Behavior. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yakni sebanyak 32 guru yang dilakukan di Madrasah Aliyah Madani Alaud-din Paopao Gowa Sulawesi Selatan..Data dianalisis dengan menggunakan teknik statistik inferensial yaitu analisis uji t, analisis variansi 1 jalan (one way anova), dan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan organizational citizenship behavior berdasarkan jenis kelamin, kemudian tidak terda-pat perbedaan organizational citizenship behavior berdasarkan usia, dan terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap organizational citizenship behavior.

(Penulis)Kata kunci: Organizational Citizenship Behavior, Kepuasan Kerja, Jenis Kelamin dan Usia.

DDC. 2 X 7.3 Yustiani (Balai Litbang Agama Semarang, Kementerian Agama RI)Kompetensi guru Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Tsanawiyah di Kota Mataram Nusa Tenggara BaratJ. Analisa Juni 2014, Vol 21 No. 01, hal. 143-154, 3 tab.

This study aims to measure the difference in competence between certified teachers and non certified teachers in Mata-ram. Teachers examined in this study are teachers of religion in MTs. This article is a quantitative research using causal comperative method. The research design use factoral design 2x2. The technical of analysis data in this research include descriptive analysis, requirements test analysis, and inferential analysis. The study shows that here are differences in Islamic Education Teachers’ competence in MTs in Mataram. Further test shows that the results of certified teachers competency are better than the teachers who have not been certified. There is no difference in Islamic Education Teach-ers’ competence based on the teacher’s tenure. There is no interaction between teacher’s status and teacher’s tenure. This means that the status and tenure are the two factors which are mutually independent. There were no differences between the student learning result who is taught by certified teachers and uncertified teachers in Mataram. There is difference in student learning result based on the teacher’s tenure. There is no interaction between student learning result based on the status and the tenure of teachers in Mataram. It is concluded that certified teachers in Mataram has a good profile.

(Author)Keywords: Competence, Islamic Education Teachers, Certification.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perbedaan kompetensi guru PAI MTs antara yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi di Kota Mataram. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode perbandingan kausal (causal comparative) desain faktoral 2x2. Teknis analisis data dalam penelitian ini meli-puti analisis deskripstif, uji persyaratan, dan analisis inferensial. Hasil penelitian ini diperoleh 7 temuan sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan kompetensi guru PAI MTs di kota Mataram. Hasil uji lanjut diketahui bahwa kompetensi guru yang tersertifikasi lebih baik daripada guru yang belum tersertifikasi. (2) Tidak terdapat perbedaan kompetensi guru PAI MTs Kota Mataram dilihat dari masa kerja guru.(3) Tidak ada interaksi antara status guru dengan masa kerja guru. Hal ini berarti bahwa antara status dan masa kerja merupakan dua faktor yang saling independent. (4) Tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar peserta didik dilihat dari status guru yang tersertifikasi dan hasil belajar pe-serta didik yang diajar oleh guru yang belum tersertifikasi di kota Mataram (5) terdapat perbedaan hasil belajar peserta

Page 14: PENGANTAR REDAKSI · (Jawanisasi). Konsep yang sama, yakni Wihdah al-Wujud dikaji pula oleh Khairul Fuad. Bedanya dengan penulis sebelumnya yang mengkaji naskah klasik, Khairul Fuad

Balai P

eneli

tian d

an P

engem

bangan

Agam

a Sem

aran

g

xiv

Jurnal “Analisa” Volume 21 Nomor 01 Juni 2014

didik dilihat dari masa kerja guru. (6) Tidak ada interaksi faktor hasil belajar peserta didik dilihat dari status dan masa kerja guru di Kota Mataram (7) Diperoleh profil guru PAI MTs di kota Mataram yang tersertifikasi yang secara umum memiliki profil baik.

(Penulis)Kata kunci: Kompetensi, Guru PAI MTs, Sertifikasi.