( absorbsi obat)

5
ABSORBSI OBAT Absorbsi obat adalah gerakan suatu obat dari tempat pemberian masuk ke dalam aliran darah. Kecepatan dan efesiensi absorbsi tergantung pada cara pemberian. Untuk obat-obat tertentu harus mengalami transfer aktif untuk melewati membrane biologic guna mencapai aliran darah. Proses absorbsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang tidak diabsobsi tidak menimbulkan efek. Absorbsi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : 1. Kelarutan obat Agar dapat diabsorbsi, obat harus dalam larutan. Obat yang diberikan dalam larutan akan lebih cepat diabsorbsi daripada yang harus larut dulu dalam cairan tubuh sebelum diabsorbsi. Obat yang sukar sekali larut akan sukar diabsorbsi pada saluran gastrointestinal. 2. Kemampuan difusi melalui sel membrane Semakin mudah terjadi difusi dan makin cepat melintasi sel membrane, makin cepat obat diaborbsi. 3. Kosentrasi obat Semakin tinggi kosentrasi obat dalam larutan, makin cepat diabsorbsi. 4. Sirkulasi pada letak absorbsi Jika tempat absorbsi mempunyai banyak pembuluh darah, maka absorbsi obat akan lebih cepat dan lebih banyak. Misalnya pada injeksi anestesi local ditambah adrenalin yang dapat menyebabkan

Upload: dedeh-reskasari

Post on 01-Jan-2016

76 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

OBAT adalah salah satu yang dibutuhkan oleh pasien dalam rangka pemenuhan treatment yang dilakukan.

TRANSCRIPT

Page 1: ( Absorbsi Obat)

ABSORBSI OBAT

Absorbsi obat adalah gerakan suatu obat dari tempat pemberian masuk ke dalam aliran darah.

Kecepatan dan efesiensi absorbsi tergantung pada cara pemberian. Untuk obat-obat tertentu harus

mengalami transfer aktif untuk melewati membrane biologic guna mencapai aliran darah. Proses

absorbsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang tidak diabsobsi

tidak menimbulkan efek.

Absorbsi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

1.      Kelarutan obat

Agar dapat diabsorbsi, obat harus dalam larutan. Obat yang diberikan dalam larutan akan lebih

cepat diabsorbsi daripada yang harus larut dulu dalam cairan tubuh sebelum diabsorbsi. Obat

yang sukar sekali larut akan sukar diabsorbsi pada saluran gastrointestinal.

2.      Kemampuan difusi melalui sel membrane

Semakin mudah terjadi difusi dan makin cepat melintasi sel membrane, makin cepat obat

diaborbsi.

3.      Kosentrasi obat

Semakin tinggi kosentrasi obat dalam larutan, makin cepat diabsorbsi.

4.      Sirkulasi pada letak absorbsi

Jika tempat absorbsi mempunyai banyak pembuluh darah, maka absorbsi obat akan lebih cepat

dan lebih banyak. Misalnya pada injeksi anestesi local ditambah adrenalin yang dapat

menyebabkan vasokonstriksi, dimaksudkan agar absorbsi obat diperlambat dan efeknya lama.

5.      Luas permukaan kontak obat

Obat lebih cepat diabsorbsi oleh bagian tubuh yang mempunyai  luas permukaan yang besar,

misalnya endetarium paru-paru, mokusa usus, dan usus halus.

6.      Bentuk sediaan cair

Kecepatan absorbsi obat tergantung pada kecepatan pelepasan obat dari bahan pembawanya.

Urutan kecepatan obat dari bentik peroral sebagai berikut : larutan dalam air – serbuk - kapsul -

tablet bersalut gula - tablet bersalut enteric. Beberapa hal sebagai contoh dimana bentuk obat

mempengaruhi absorbsi :

a. Absorbsi obat dapat diperpanjang dengan penggunaan bentuk obat long-acting.

Page 2: ( Absorbsi Obat)

b. Kecepatan absorbs injeksi dapat diturunkan dengan menggunakan suspense atau emulsi,

untuk obat yang sukar larut.

c. Absorbs obat dapat dipercepat dengan memperkecil ukuran partikel.

d. Jumlah dan sifat bahan pengikat serta bahan penghacur, tekanan tablet akan

mempenggaruhi absorbsi obat dalam bentuk tablet.

7. Rute pemberian obat

Terdapat berbagai cara pemberian obat yaitu:

A. Melalui saluran cerna.

1. Sublingual

Absorbsi obat langsung melalui rongga mulut kadang-kadang diperlukan jika respons

yang cepat sangat diperlukan, terutama bila obat tersebut tidak stabil pada keadaan pH

lambung atau dimetabolisme hati secara cepat. Contohnya obat gliseril trinitrat yang

diberikan untuk mengatasi serangan angina pectoris.

2. Per oral

Sebagian besar obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Beberapa obat (misal alcohol

dan aspirin) dapat diserap secara cepat dari lambung, tetapi kebanyakan obat diabsorbsi

sebagian besar pada usus halus. Basa kuat (pKa= 10 atau lebih) dan asam kuat (pKa= 3

atau kurang) sukar diabsorbsi karena terionisasi seluruhnya. Beberapa obat klinik juga

merupakan basa kuat, seperti Tubokurarin dan Guanetidin (persenyawaan ammonium

kuartener). Tubokurarin digunakan sebagai pelemas otot pada anesthesia dan selalu

diberikan secara intravena. Guanetidin diberikan per oral karena walaupun absorbsinya

tidak baik, sudah cukup memberikan efek hipotensi yang diinginkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Absorbsi Gastrointestinal (hal yang

berhubungan dengan system pencernaan, terutama lambung dan usus) adalah sebagai

berikut:

a. Gerakan lambung dan usus mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap absorbs

obat. Obat-obat mengurangi motilitas lambung dan usus (misalnya obat

antimuskarinik) atau yang meningkatkan motilitas lambung dan usus (misalnya

metoklopramid) akan mempengaruhi absorbsi obat-obat lainnya. Gerakan usus yang

cepat (misalnya diare) juga bisa menganggu absorbsi obat. Obat yang diminum

sesudah makan biasanya juga lambat sebab jalannya menuju usus halus diperlambat.

Page 3: ( Absorbsi Obat)

b. Aliran darah splanknikus menjadi sangat berkurang pada keadaan hipovolemia dan

ini menyebabkan perlambatan absorbsi obat.

c. Ukuran partikel obat dan formulasi obat juga memepunyai pengaruh yang sangat

berarti terhadap absorbsi.

d. Faktor kimiawi dapat juga mempengaruhi absorbsi obat dengan cara memengaruhi

status obat dalam usus. Misalnya antibiotika Tetrasiklin mengikat ion-ion Ca dengan

kuat (Chelation) sehingga makanan yang kaya kalsium (terutama susu) dapat

mencegah absorbsi Tetrasiklin.

B. Pemberian obat per rectal

Pemberian ini dapat dipakai baik untuk mendapatkan suatu efek local dan efek sistemik.

Alasan untuk memberi obat melalui rectal adalah untuk menghindari efek iritasi obat

pada lambung (misalnya obat-obat anti radang). Cara ini juga digunakan untuk penderita

yang muntah-muntah atau penderita yang tidak bisa menelan pil. Absorbsi obat melalui

rectal ini tidak teratur dan tidak sempurna, serta banyak juga obat yang mengiritasi

mikosa rectum.

C. Pemberian obat per kutan

Kebanyakan obat memiliki absorbsi yang sangat kecil melalui kulit yang utuh karena

kelarutan obat-obat tersebut dalam lemak terlalu rendah. Pemberian obat melalui kulit

dilakukan terutama bila diperlukan efek local pada kulit. Namun, absorbsi yang

signifikan dapat juga terjadi dan meyebabkan efek sistemik.

D. Pemberian obat secara inhalasi

Pemberian obat secara langsung ke dalam saluran nafas melalui hirupan. Contohnya

terapi inhalasi dengan pemberian aerosol.

E. Pemberian obat secara suntikan

Meliputi suntikan intramuscular, intravena, subkutan, intraarterial.

Sumber: Kumpulan Kuliah Farmakologi/ Staf Pengajar Departemen farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya-Ed.2- Jakarta:EGC, 2008.