lampiranmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2013/240210130052_l_4270.pdf · 2017-07-13 · 30 menit...
TRANSCRIPT
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pendahuluan Hasil Uji Hedonik Imbangan Tepung Ubi
Jalar Putih dan Terigu
Pada penelitian ini dilakukan pendahuluan untuk mengetahui imbangan
tepung atau ubi jalar dengan terigu yang tepat dengan menggunakan uji hedonik
terhadap rasa, aroma, tekstur dan warna dari produk cookies yang dihasilkan.
Imbangan yang digunakan pada penelitian pendahuluan ini mengacu kepada
penelitian Lutfika (2006), dimana pada penelitianya dilakukan pembuatan cookies
dengan menggunakan imbangan tepung ubi jalar berbanding terigu sebesar 100:0,
80:20, 90:10 dan 100:0. Berikut data hasil uji hedonik cookies tepung ubi jalar dapat
dilihat pada Tabel 10. dan cookies pati ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 1. Cookies ubi jalar
100% terigu 100% tepung ubi
jalar 90% tepung ubi
jalar
80% tepung ubi
jalar
Kode
sampel Rasa Aroma Tekstur Warna
A 3,60 3,80 4,07 4,20
B 2,87 3,00 3,20 2,87
C 2,87 3,33 3,33 3,33
D 3,33 3,47 3,60 3,80
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 1. Grafik Hasil Uji Hedonik Cookies Tepung Ubi Jalar
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 2. Cookies Tepung Ubi Jalar Dengan Berbagai Jumlah Penambahan
Terigu
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
Tabel 2. Cookies Pati Ubi Jalar
Kode
sampel Rasa Aroma Tekstur Warna
A 3,73 3,47 3,73 3,40
B 3,00 2,87 3,20 2,40
C 3,07 3,07 3,33 2,87
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Rasa Aroma Tekstur Warna
A
B
C
D
Keterangan :
A: Cookies 100% terigu
B: Cookies tepung ubi jalar : terigu
sebesar 100 : 0
C: Cookies tepung ubi jalar : terigu
sebesar 90 : 10
D: Cookies tepung ubi jalar : terigu
sebesar 80 : 20
100% tepung
terigu 80% Pati Ubi
jalar 90% Pati Ubi
jalar 100% Pati Ubi
jalar
D 3,13 3,13 3,47 3,13
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 3. Grafik Hasil Uji Hedonik Cookies Pati Ubi Jalar
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 4. Cookies Tepung Ubi Jalar Dengan Berbagai Jumlah Penambahan
Terigu
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
Rasa Aroma Tekstur Warna
A
B
C
D
Keterangan :
A: Cookies 100% tepung terigu
B: Cookies Pati ubi jalar : tepung terigu
sebesar 100 : 0
C: Cookies Pati ubi jalar : tepung terigu
sebesar 90 : 10
D: Cookies Pati ubi jalar : tepung terigu
sebesar 80 : 20
Lampiran 2. Prosedur Analisis Kimia
1. Prosedur Analisis Kadar Air dengan Metode Gravimetri (AOAC, 1990)
Prosedur Analisis Kadar Air
1. Dikeringkan terlebih dahulu cawan porselen yang akan digunakan selama 1
jam pada suhu 105oC
2. Didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga beratnya
tetap (A)
3. Ditimbang contoh ± 2 g (B) dalam cawan tersebut
4. Dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105oC selama 5 jam atau hingga
beratnya tetap
5. Didinginkan cawan yang berisi sampel tersebut di dalam desikator selama 30
menit lalu ditimbang hingga beratnya tetap (C). Kadar air dihitung dengan
rumus:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝐴𝑖𝑟(%) = 𝐵 − (𝐶 − 𝐴)
𝐵× 100%
2. Analisis Kadar Gula Reduksi Metode Spektrometri (Sobukola, O.P. and
Aboderin, A.T. 2012)
Ektraksi gula
Penimbangan sampel sebanyak 0,5 gr kedalam tabung sentrifuse.
Kemudian ditambahkan 9,5 mL aquades kedalam tabung sentrifuse. Setelah itu
vortex selama kurang lebih 10 menit dan panaskan pada suhu mendidih selama
20 menit lalu dinginkan. Setelah sampel yang berada didalam tabung sentrifuse
tersebut dingin kemudian masukan kedalam sentrifuse lalu jalankan pada rpm
3500 selama 10 menit. Saring supernatan yang sudah terpisah dengan kertas
saring dan masukan kedalam tabung reaksi.
Pengukuran
Pivet sampel cair tadi sebanyak 0,1 mL ke tabung reaksi, lalu
tambahkan larutan DNS dan panaskan selama 5 menit. Setelah dingin
tambahkan aquades sebanyak 6,5 mL lalu vortex. Setelah itu inkubasi selama
30 menit lalu ukur absorbansi pada panjang gelombang 540.
3. Kadar Amilosa Metode Spektrofotometri (Miller, 1959)
1) Sebanyak 100 mg sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan berturut-turut 1 mL etanol 95% dan 9ml larutan NaOH 1N.
2) Labu ukur dipanaskan dalam waterbath (950C) selama 10 menit, lalu labu
ukur diangkat dan didinginkan selama 1 jam kemudian diencerkan dengan
akuades sampai volume 100 mL
3) Sebanyak 5 mL larutan tersebut di pipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL dan ditambahkan 2 mL larutan iod (dibuat dari 0,2 g iodine + 2g
potassium idodide dalam 100 mL akuades dan 1 mL larutan asam asetat
0,5N). Larutan diencerkan kembali dengan akuades sampai volume 100 mL
kemudian larutan dikocok dan didiamkan selama 20 menit.
4) Pada saat yang bersamaan buat juga larutan standar amilosa dengan
menimbang potato amylase, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
encerkan sampai volume 100 mL. Buat 5 tingkat konsentrasi amilosa
dengan memipet dari larutan standar amilosa yakni 1,2,3,4,5ml larutan
standar, masukkan ke dalam labu ukur ditambahkan 2 mL larutan iod dan
0,2;0,4;0,6;0,8; dan 1 mL larutan asam asetat 0,5 N. Kemudian diencerkan
dengan akuades sampai volume 100 mL, lalu kocok dan diamkan selama 20
menit.
5) Ukur absorbansi baik larutan contoh maupun larutan standar menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 620nm. Buat kurva atau
persamaan regresi dari pengukuran antara absorbansi (Y) dan konsentrasi
larutan standar (X). Masukkan besaran absorbansi pada kurva standar atau
persamaan regresinya. Kadar amilosa yang diperoleh kemudian dikalikan
faktor pengencer.
4. Analisis Kadar Lemak Metode Soxhlet (AOAC, 2005)
Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode Soxhlet (AOAC, 2005),
yaitu lemak yang terdapat dalam sampel diekstrak dengan menggunakan pelarut
lemak non polar. Prosedur analisis kadar lemak sebagai berikut: labu lemak yang
akan digunakan dioven selama 15 menit pada suhu 105ºC, kemudian didinginkan
dalam desikator untuk menghilangkan uap air selama 15 menit dan ditimbang (A).
Sampel ditimbang sebanyak 5 gr (B) lalu dibungkus dengan kertas saring, ditutup
dengan kapas bebas lemak dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet yang
telah dihubungkan dengan labu lemak yang telah dioven dan diketahui bobotnya.
Pelarut heksan dituangkan sampai sampel terendam dan dilakukan refluks
atau ektraksi lemak selama 5-6 jam atau sampai palarut lemak yang turun ke labu
lemak berwarna jernih. Pelarut lemak yang telah digunakan, disuling dan
ditampung setelah itu ekstrak lemak yang ada dalam labu lemak dikeringkan dalam
oven bersuhu 100-105ºC selama 10 menit, lalu labu lemak didinginkan dalam
desikator selama 15 menit dan ditimbang (C). Tahap pengeringan labu lemak
diulangi sampai diperoleh bobot yang konstan. Kadar lemak dihitung dengan
rumus:
% Lemak Total = 𝑐−𝑎
𝑏𝑥 100 %
Keterangan :
A: berat labu alas bulat kosong dinyatakan dalam gr
B: berat sampel dinyatakan dalam gr
C: berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi dalam gr
Lampiran 3. Prosedur Analisis Fisik
1. Prosedur Penentuan Intensitas Warna dengan Menggunakan
Kromameter dan CIELAB (Hutching, 1999 dan CIELAB 1976)
Dilakukan pengukuran warna dengan menggunakan metode CIELAB (L*,
a*, dan b*) dengan menggunakan kromameter. Alat ini menggunakan sistem warna
sistem warna L*, a*, dan b*. L* menunjukan keterangan dengan nilai 0
(gelap/hitam) hingga 100 (terang/putih). Nilai L* menyatakan cahaya pantul yang
menujukan warna akromatik putih, abu – abu dan hitam.
Nilai a* dan b* adalah koordinat – koordinat chroma. Notasi a menyatakan
warna kromatik campuran merah hijau dengan a+ (positif) dari 0 samapai +127
untuk menunjukan intensitas warna merah, nilai a- (negatif) dari 0 sampai -127
untuk warna hijau. Notasi b menyatakan warna kromatik campuran kuning dan biru
dengan b+ (positif) dari 0 samapai +127 untuk menunjukan intensitas warna
kuning, nilai a- (negatif) dari 0 sampai -127 untuk warna biru. Konversi nilai L*,
a*, b* menjadi nilai HUE (oHUE) dan nilai chroma (C) dapat dilakukan dengan
rumus :
HUE = tan-1 (a*/b*)
C = ((a*)2 + (b*)2)1/2
Prosedur Analisa
1) Penyiapan sampel 5 gr
2) Alat chromameter di on kan
3) Melakukan kalibrasi pada alat
4) Memilih panel standar yang disinari dengan alat, setelah standar tertera pada
layar maka pengujian terhadap sampel dapat dilakukan
5) Menempelkan mata cahaya chromameter sedekat mungkin pada sampel dan
disinari dengan alat, kemudian nilai akan tertera pada layar.
Tabel 3. Nilai HUE dan Daerah Kisaran Warna Kromatisitas
Nilai HUE Daerah Kisaran Warna Kromatisitas
342o – 18o Red Purple (RP)
18o – 54o Red (R)
54o – 90o Yellow Red (YR)
90o – 126o Yellow (Y)
126o – 162o Yellow Green (YG)
162o – 198o Green (G)
198o - 234o Blue Green (BG)
234o – 270o Blue (B)
270o – 306o Blue Purple (BP)
306o - 342o Purple (P)
Sumber: (Hutching, 1999)
Warna bahan makanan biasanya diukur dalam unit L*a*b* yang merupakan
standar internasional pengukuran warna, diadopsi oleh CIE (Commission
Internationale d'Eclairage). Penerangan atau Lightness berkisar anara 0 dan 100
sedangkan parameter kromatik (a, b) berkisar antara -120 and 120 (Gokmen et al.,
2007). Skala warna CIELAB adalah skala warna yang seragam. Dalam sebuah skala
warna yang seragam, perbedaan antara titik-titik plot dalam ruang warna dapat
disamakan untuk melihat perbedaan warna yang direncanakan (Hunterlab, 2008).
Skema pembagian warna berdasarkan color model Hunter Lab dapat dilihat pada
Gambar 13.
Gambar 5. CIE L*a*b* color model
(Hunter Lab, 2008)
makna dari setiap dimensi yang dibentuk, yaitu:
Besaran CIE_L* untuk mendeskripsikan kecerahan warna, 0 untuk hitam
dan L* = 100 untuk putih).
Dimensi CIE_a* mendeskripsikan jenis warna hijau – merah, dimana angka
a* negatif mengindikasikan warna hijau dan sebaliknya CIE_a* positif
mengindikasikan warna merah.
Dimensi CIE_b* untuk jenis warna biru – kuning, dimana angka b* negatif
mengindikasikan warna biru dan sebaliknya CIE_b* positif
mengindikasikan warna kuning (Winarno, 1992).
2. Prosedur Pengukuran Tekstur dengan Texture Analyzer
Pengukuran tekstur dilakukan dengan Texture Analyzer XT2. Probe yang
digunakan adalah probe silinder untuk biskuit. Nilai pengukuran yang dihasilkan
berupa nilai kekerasan dan nilai kemudahan dipatahkan. Kekerasan (hardness)
sendiri diukur dengan merekam gaya maksimum yang diberikan untuk mengubah
bentuk cookies, sedangkan kemudahan dipatahkan (fracturability) diukur dengan
merekam gaya pertama yang dapat menghasilkan crack pada cookies. Dalam
melakukan pengukuran kemudahan dipatahkan terlebih dahulu sampel disangga
oleh penyangga yang pada setiap sisinya mempunyai tinggi yang sama, hal tersebut
bertujuan agar cookies dapat patah tanpa adanya pengaruh dari alas di tempat
cookies ditempatkan. Berikut adalah spesifikasi probe dan seting yang digunakan
selama analisis :
Tabel 4. Setting dan komponen pada pengujian tekstur cookies
Product Cookies
Mode Biscuit Bending
Pre-test Speed 2,0 mm/s
Test Speed 0,5 mm/s
Post-test Speed 10,0 mm/s
Distance 5,00 mm
Trigger type Auti-5 g
Probe 6 mm DIA cylinder STAINLESS
Sumber: (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Lampiran 4. Format Uji Organoleptik Hedonik (Soekarto, 1985)
Nama panelis :
Tanggal pengujian :
Sampel : Cookies Ubi Jalar
Kriteria penilaiannya sebagai berikut :
1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka
3 = biasa
4 = suka
5 = sangat suka
Tabel 5. Contoh tabel pengujian hedonik
Kode Warna Aroma Tekstur Rasa
Instruksi :
Di hadapan saudara tersedia enam buah sampel. Saudara diminta untuk memberikan
penilaian terhadap warna dan kenampakan berdasarkan penglihatan, aroma berdasarkan
penciuman, dan tekstur berdasarkan perabaan. Penilaian bukan bersifat uji perbandingan
tetapi hanya uji kesukaan saudara.
Lampiran 5. Metode Pengujian Volume Metode Seed Displacement (Subagio,
2003)
Densitas cookies diukur melalui pendekatan hukum Archimides dengan
menggunakan berat cookies setelah dibaking dan volume adonan setelah baking
dengan menggunakan millet, milet dimasukan pada wadah pengukurean hingga
rata. Volume millet kemudian dipindahkan ketempat lain. Selanjutnya cookies
dimasukan kedalam wadah pengukur dan diisi oleh millet hingga penuh rata. Sisa
millet yang tertinggal diukur volumenya dengan gelas ukur untuk menentukan
volume cookies (ml).
Lampiran 6. Data Hasil Pengamatan dan Analisis Statistik Kadar Air Cookies
Ubi jalar
Lampiran 7. Data Hasil Pengamatan dan Analisis Statistik Kadar Lemak
Cookies Ubi jalar
Lampiran 8. Data Hasil Pengamatan dan Analisis Statistik Kadar Amilosa
Cookies Ubi jalar
Lampiran 9. Data Hasil Pengamatan dan Analisis Statistik Kadar Gula
Pereduksi Cookies Ubi jalar
Lampiran 10. Data Hasil Pengamatan dan Analisis Statistik Tekstur Cookies
Ubi jalar
1. Hardness
2. Kemudahan dipatahkan
Lampiran 11. Data Hasil Pengamatan dan Analisis Statistik warna Cookies
Ubi jalar
1. L*
2. a*
3. b*
Lampiran 12. Data Hasil Pengamatan dan Analisis Statistik Organoleptik
Cookies Ubi jalar
1. warna
2. aroma
3. Rasa
4. Tekstur
5. Aftertaste
Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian
Pembuatan produk cookies
Produk cookies
Pengujian Tekstur dengan Texture Analyzer
Pengujuian Warna dengan Chromameter
Pengujian Kadar Amilosa dan Gula Pereduksi dengan Spektrometer